Anda di halaman 1dari 5

SEPARATION ANXIETY

Separation anxiety atau bisa disebut ansietas perpisahan adalah fenomena perkembangan
manusia yang universal dan terjadi pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dan menandai
kesadaran anak akan perpisahan dari ibunya atau perawat utamanya. Ansietas perpisahan adalah
bagian perkembangan normal yang diharapkan dan paling sering berkembang sebagai respon
manusia yang memiliki nilai bertahan. Meskipun demikian, gangguan ansietas perpisahan
didiagnosis jika muncul ansietas yang berlebihan dan tidak sesuai secara perkembangan akibat
perpisahan dengan figure kelekatan utamanya.1

1. Epidemiologi
Prevalensi gangguan ansietas perpisahan diperkirakan sekitar 4 persen pada anak-anak dan
remaja muda. Gangguan ansietas perpisahan lebih lazim ditemukan pada anak kecil
dibandingkan dengan remaja dan dilaporkan terdapat merata pada anak laki-laki dan perempuan.
Onsetnya dapat terjadi selama tahun-tahun pra-sekolah, tetapi onsetnya paling lazim pada anak
usia 7-8 tahun.1

2. Etiologi
Etiologi dari gangguan ansietas perpisahan adalah sebagai berikut:1
a. Faktor Biopsikososial
Anak kecil, yang imatur dan bergantung pada figure ibu, terutama rentan terhadap
ansietas yang berlebihan akibat perpisahan. Hubungan antara ciri temperamental dan
predisposisi untuk mengalami gejala ansietas telah diteliti. Kecenderungan temperamental
berupa sangat pemalu atau menarik diri dari lingkungan yang tidak dikenal tampak
merupakan pola respon yang menetap, dan anak kecil dengan kecenderungan ini memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan ansietas selama beberapa tahun
berikutnya.
b. Faktor Pembelajaran
Ansietas perpisahan dapat ditularkan dari orang tua ke anaknya melalui pemberian model
secara langsung. Sejumlah orang tua tampak mengajari anaknya untuk menjadi cemas
dengan terlalu melindungi mereka dari dugaan bahaya atau dengan membesar-besarkan
bahaya. Sebaliknya, orang tua yang marah saat adanya kekhawatiran fobik terhadap hewan

[Type text]
dapat menimbulkan kekhawatiran fobik pada anak melalui intensitas kemarahan yang di
ekspresikan.
c. Faktor Genetik
Kumpulan inhibisi perilaku temperamental, rasa malu yang berlebihan, kecenderungan untuk
menarik diri dari lingkungan yang tidak akrab, dan ansietas perpisahan semuanya cenderung
memiliki peran serta genetic. Studi keluarga menunjukkan bahwa keturunan biologis dari
orang dewasa dengan gangguan ansietas rentan menderita gangguan ansietas perpisahan pada
masa kanak. Orang tua yang memiliki gangguan panik dengan agrofobia tampak memiliki
risiko yang meningkat untuk memiliki anak dengan gangguan ansietas perpisahan.

3. Diagnosis dan Gambaran Klinis


Adapun pedoman diagnostik dari gangguan ansietas perpisahan masa kanak adalah sebagai
berikut:2
a. Ciri diagnostik yang terpenting adalah ansietas yang berlebihan yang terfokus dan berkaitan
dengan perpisahan dari tokoh yang akrab hubungannya dengan si anak (lazimnya orang tua
atau kerabat akrab lainnya), yang bukan hanya bagian dari ansietas umum berkenaan dengan
aneka situasi.
b. Ansietas dapat berbentuk sebagai berikut:
1) Tidak realistik, kekhawatiran yang mendalam kalau-kalau ada bencana yang akan
menimpa tokoh yang lekat atau kekhawatiran orang itu akan pergi dan tidak kembali lagi.
2) Tidak realistik, kekhawatiran mendalam akan terjadi peristiwa buruk, seperti misalnya
anak akan kesasar, diculik atau dimasukkan dalam rumah sakit, atau terbunuh, yang akan
memisahkannya dari tokoh yang dekat dengan dirinya.
3) Terus-menerus enggan atau menolak masuk sekolah, semata-mata karena takut akan
perpisahan (bukan karena alasan lain seperti kekhawatiran tentang peristiwa di sekolah).
4) Terus-menerus enggan atau menolak untuk tidur tanpa ditemani atau didampingi oleh
tokoh kesayangannya.
5) Terus-menerus takut yang tidak wajar untuk ditinggalkan seorang diri, atau tanpa
ditemani orang yang akrab dirumah pada siang hari.
6) Berulang mimpi buruk tentang perpisahan.

[Type text]
7) Sering timbulnya gejala fisik (rasa mual, sakit perut, sakit kepala, muntah-muntah dll)
pada peristiwa perpisahan dari tokoh yang akrab dengan dirinya, seperti keluar rumah
untuk pergi ke sekolah.
8) Mengalami rasa susah berlebihan (yang tampak dari ansietas, menangis, mengadat,
merana, apati, atau pengunduran sosial), pada saat sebelum, selama atau sehabis
berlangsungnya perpisahan dengan tokoh yang akrab dengannya.
c. Diagnosis ini mensyaratkan tidak adanya gangguan umum pada perkembangan fungsi
kepribadian.

4. Diagnosis Banding
Beberapa derajat ansietas perpisahan merupakan fenomena normal, dan penilaian klinis harus
digunakan didalam membedakan ansietas normal itu dengan gangguan ansietas perpisahan. Pada
gangguan ansietas menyeluruh, ansietas tidak hanya berfokus pada perpisahan. Pada gangguan
perkembangan pervasif dan skizofrenia, ansietas akan perpisahan dapat terjadi tetapi dipandang
sebagai sesuatu yang disebabkan oleh keadaan ini bukannya sebagai gangguan perpisahan. Pada
gangguan depresif yang terdapat pada anak-anak, diagnosis gangguan ansietas perpisahan juga
harus ditegakkan ketika kriteria untuk kedua gangguan ini terpenuhi: dua diagnosis sering ada
bersamaan. Gangguan panik dengan agrofobia jarang ditemukan sebelum usia 18 tahun; rasa
takutnya adalah takut menjadi lemah karena serangan panik bukannya karena perpisahan dari
figure orang tua. Meskipun demikian, pada beberapa kasus, orang dewasa banyak gejala
gangguan ansietas perpisahan dapat muncul. Pada gangguan tingkah laku, bolos lazim
ditemukan, tetapi anak berada jauh dari rumah dan tidak memiliki anisietas mengenai
perpisahan. Anak dengan diagnosis lain, seperti fobia, juga menunjukkan bukti adanya
penolakan sekolah akan tetapi lebih berat dari gangguan ansietas perpisahan.1

5. Terapi
Rencana terapi multimodal termasuk terapi kognitif-perilaku, edukasi keluarga, dan
intervensi psikososial keluarga dianjurkan dalam penatalaksanaan awal gangguan ansietas
perpisahan. Terapi kognitif perilaku saat ini direkomendasikan secara luas sebagai terapi lini
pertama untuk berbagai gangguan ansietas pada anak, termasuk ansietas perpisahan.1

[Type text]
Intervensi farmakologik dianjurkan ketika strategi tambahan diperlukan untuk
mengendalikan gejala. Farmakoterapi dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
terlihat efektif didalam terapi gangguan ansietas pada anak.1
Penolakan sekolah yang terkait dengan gangguan ansietas perpisahan bisa dipandang sebagai
gawat-darurat psikatrik. Rencana terapi yang komprehensif meliputi anak, orang tua, dan sebaya
serta sekolah.1

6. Prognosis
Prognosis gangguan ansietas perpisahan beragam dan terkait dengan onset usia, lama gejala,
dan timbulnya ansietas dan gangguan depresif bersamaan. Anak kecil yang mengalami gangguan
ini tetapi dapat mempertahankan kehadirannya di sekolah umumnya memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan dengan remaja yang mengalami gangguan ini dan menolak hadir di
sekolah untuk waktu yang lama. Tumpang-tindih yang signifikan antara gangguan ansietas
perpisahan dengan gangguan depresif dapat menyebabkan prognosis yang terbatas.1

[Type text]
Dapus:

1. Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s., 2010. Ganggaun Pervasif dalam : Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC

2. Maslim, Rusdi. (2019). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V. Cetakan 3 –
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai