Anda di halaman 1dari 38

Case Report Session (CRS)

*Kepaniteraan Klinis Senior/G1A219088/Januari 2021


**Pembimbing/dr. Mirna Marhami Iskandar, Sp.S

VERTIGO PERIFER + DISPEPSIA

Vanesa Oktaria, S.Ked*


dr. Mirna Marhami Iskandar, Sp.S **

KEPANITERAAN KLINIS SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Case Report Session (CRS)

VERTIGO PERIFER + DISPEPSIA

Oleh :

Vanesa Oktaria, S.Ked

G1A219088

Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian Ilmu Penyekit Saraf RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2021
Laporan Ini Telah Diterima Dan Dipresentasikan

Jambi, Januari 2021

Jambi, Januari 2021

Pembimbing,

dr. Mirna Marhami Iskandar, Sp.S

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah Case Report Session ini dengan judul “Vertigo Perifer + Dispepsia”.
Makalah ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi.

Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan


dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dr. Mirna Marhami Iskandar, Sp.S selaku pembimbing yang
telah memberikan arahan sehingga makalah Case Report Session ini dapat
terselesaikan dengan baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah Case Report Session ini.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu


saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Sebagai penutup semoga kiranya makalah Case Report Session ini dapat
bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Jambi, Januari 2021

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Vertigo adalah suatu bentuk gangguan orientasi diruangan dimana


perasaan dirinya bergerak berputar ataupun bergelombang terhadap ruangan
sekitarnya (vertigo subyektif) atau ruangan sekitarnya bergerak terhadap dirinya
(vertigo obyektif). Dalam arti lain vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan
sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar
mengelilingi lingkungan sekitar. Penyebab vertigo sendiri ada yang berasal dari
sistem vestibuler atau disebut juga vertigo perifer dan berasal dari sistem
nonvestibuler, yang dikenal sebagai vertigo sentral.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi
mekanik akibat rangsangan otolith dan gerakan endolimfa di kanalis
semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut.
Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang
sedang berlangsung. Sistem vestibuler pun berhubungan dengan sistem tubuh
yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh
yang bersangkutan seperti mual dan muntah.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal
dari sistem saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari sistem saraf pusat)
dan kondisi lain. 93% pasien pada primary care mengalami BPPV, acute
vestibular neuronitis, atau menire disease. 2
Karena pasien dengan vertigo seringkali sulit menggambarkan gejala
mereka, menetukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat
sebuah pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis akan membantu dokter untuk
menegakkan diagnosis dan memberi terapi yang tepat untuk pasien. 3

4
BAB II
KASUS BANGSAL NEUROLOGI
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI

I. Identitas Pasien
 Nama : Tn. N
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 55 tahun
 Alamat : Jln. H.Adam Malik RT 03 Thehok, Jambi
Selatan
 Status Perkawinan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pegawai Pemerintah
 Pendidikan : SMA
 Suku Bangsa : WNI
 Tanggal Masuk RS : 05 Januari 2021/12.00 WIB

DAFTAR MASALAH

No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal


.
1. Pusing berputar 05 Januari 2021

2. Mual dan Muntah 05 Januari 2021

I. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 06 Januari 2021)


1. Keluhan utama : Pusing berputar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Seluruh kepala
Onset : Tiba-tiba
Kualitas : Sakit kepala dirasakan berputar

5
Kuantitas : Berat, pasien tidak mampu melanjutkan aktivitas
ketika sakit kepala tersebut muncul.
Kronologis :
Pasien masuk ke IGD RSUD Raden Mattaher dengan keluhan
pusing berputar sejak 1 jam SMRS, keluhan dirasakan mendadak pada
waktu pagi hari saat pasien melepaskan helm setelah berkendara dan
berlangsung hilang timbul. Saat serangan pusing berputar datang, pasien
merasa pandangannya terhadap lingkungan berputar-putar dan tampak
bergoyang, keluhan dirasakan ringan saat pasien menutup mata dan tidur
berbaring, namun kembali timbul saat pasien membuka mata dan berubah
posisi. Keluhan disertai mual dan muntah dengan frekuensi +, dengan
sebanyak + 5 cc dengan isi muntahan berupa air yang berwarna kuning,
muntah menyemprot (-), keluhan disertai keringat dingin, riwayat keluar
cairan berbau dari kedua telinga disangkal dan tidak ada riwayat rasa
penuh pada telinga. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan gelap
dan pandangan ganda. Riwayat kejang, trauma, maupun penurunan
kesadaran disangkal.
Gejala penyerta : Mual dan muntah
Faktor yang memperberat : Perubahan posisi dan membuka mata
Faktor yang memperingan : Berbaring dan Memejamkan mata
3. Riwayat penyakit dahulu :
 Riwayat keluhan serupa disangkal
 Pasien pernah dirawat karena sesak napas + 2 minggu yang lalu
 Riwayat magh sejak + 10 tahun yang lalu
 Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal
 Riwayat penyakit asam urat disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat trauma kepala disangkal
 Riwayat penyakit keganasan disangkal
 Riwayat penyakit ginjal disangkal

6
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama
sebelumnya
 Riwayat penyakit diabetes disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat stroke disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi :


 Pasien sudah menikah
 Status ekonomi pasien menengah ke bawah
 Pasien tinggal bersama istri dan anaknya

6. Riwayat Kebiasaan
- Merokok (-)
- Mengkonsumsi obat penghilang nyeri (-)
- Mengonsumsi alkohol & Minum jamu-jamuan (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK (OBJEKTIF)


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 06 Januari 2021
1. Keadaan Umum dan Tanda Vital
 Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 ( E4 V5 M6)
 Tekanan Darah : 120/90 mmHg
 Nadi : 89 kali/ menit
 Respirasi : 20 kali/ menit, pernapasan regular
 Suhu : 36,3°C
 SpO2 : 99%

2. Status Generalis
Kepala : Normocephal (+)

7
Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,  ± 3 mm/± 3 mm, refleks
cahaya (+/+)
THT : Nyeri tekan tragus (-), secret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah hiperemis (-),
T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Dada : Simetris kanan dan kiri
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, gallop (-), murmur(-)
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), fremitus
taktil sama kanan dan kiri
Perkusi : Fremitus vokal sama kiri dan kanan, Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, distensi (-), massa (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-), shifting
dullness (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas
Superior :Akral hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik
Inferior :Akral hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik

3. Status Psikitus
Cara berpikir : Baik

8
Perasaan hati : Biasa
Tingkah laku : Normoaktif
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Baik

4. Status Neurologi
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (+)
b. Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : Baik

c. Tanda Rangsang Meningeal


Kaku kuduk : -
Brudzinsky 1 : -
Brudzinsky 2 : -|-
Brudzinsky 3 : -|-
Brudzinsky 4 : -|-
Guillain Sign : -|-
Edelmann test : -|-
Laseque : >700 / >700
Kernig : >1350 / >1350
d. Nervus Kranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik (normosmia) Baik (normosmia)
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Baik Baik
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus ada ada

9
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk, besar Bulat, isokor,  3 mm Bulat, isokor,  3 mm
reflex cahaya langsung + +
reflex konvergensi + +
reflex konsensual + +
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N IV (Trochlearis)
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah-dalam
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal
Mengigit Normal
Reflek Kornea Normal Normal
N VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata Normal Normal
(lateral)
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Bersiul Normal Normal
Senyum Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N VIII (Vestibularis)
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test + +
Weber test Tidak Ada Lateralisasi
Swabach test Normal Normal
N IX (Glossofaringeus)
Sensasi lidah 1/3 blkg Tidak dilakukan
Sensibilitas faring Tidak dilakukan
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara Normal
Menelan Baik
Refleks muntah Baik
Nadi Normal

10
N XI (Assesorius)
Memalingkan kepala Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah Tidak ada deviasi
dijulurkan
Atropi papil -
Tremor lidah -
Disartria -

d. Badan Dan Anggota Gerak


1. Badan
Motorik Kanan Kiri
Respirasi Simetris Simetris
Duduk Simetris Simetris
Bentuk kolumna Normal Normal
vertebralis
Pergerakan kolumna Normal Normal
vertebralis

Sensibilitas
Raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan

Refleks
Reflek kulit perut atas tidak dilakukan tidak dilakukan
Reflek kulit perut tengah tidak dilakukan tidak dilakukan
Reflek kulit perut bawah tidak dilakukan tidak dilakukan
Reflek kremaster tidak dilakukan tidak dilakukan

2. Anggota Gerak Atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Baik Baik
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi

11
Sensibilitas
Raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Fisiologis
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
Radius ++ ++
Ulna ++ ++

Refleks Patologis Kanan Kiri


Hoffman-Tromner - -

3. Anggota Gerak Bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan baik Baik
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi

Sensibilitas
Raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Fisiologis
Patella ++ ++
Achilles ++ ++

Refleks Patologis
Babinsky - -
Oppenheim - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Rosolimo - -
Mendel-Bechtrew - -

12
Bing - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -

e. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)

f. Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal

g. Koordinasi, Gait Dan Keseimbangan


Romberg Test : tidak dilakukan pemeriksaan
Disdiadokokinesis :-
Dismetri :-
Rebound Phenomena :-

13
III. RINGKASAN
S:

• Pasien laki-laki 55 tahun datang dengan keluhan pusing beruputar sejak ±


1 jam SMRS.
• Keluhan muncul saat pasien melepaskan helm setelah berkendara
• Keluhan dirasakan terus menerus, berkurang saat berbaring dan
memejamkan mata, keluhan memberat saat perubahan posisi dan
membuka mata
• Telinga berdenging (-), keluar cairan berbau dari telinga (-) pandangan
gelap (-), pandangan ganda, (-), mual dan muntah (+).
• Riwayat Pengobatan Penyakit Dahulu : keluhan yang sama (-), pasien
pernah dirawat karena sesak napas + 2 minggu yang lalu, riwayat magh
sejak + 10 tahun yang lalu
• Riwayat Penyakit keluarga : keluhan serupa di keluarga (-)

O:
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 ( E4 V5 M6)
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 89 kali/ menit
Respirasi : 25kali/ menit, pernapasan regular
Suhu : 36,3°C
SpO2 : 99%
a. Nn.Caranialis:
Tidak ditemukan kelainan

b. Anggota Gerak Atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Baik baik
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis

11
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
Radius ++ ++
Ulna ++ ++
Refleks Patologis
Hoffman-Tromner - -

Anggota gerak bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Baik baik
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis
Patella ++ ++
Achilles ++ ++

Refleks Patologis
Babinsky - -
Oppenheim - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Rosolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
Bing - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -

c. Koordinasi, Gait Dan Keseimbangan


Cara berjalan : tidak dilakukan pemeriksaan
Romberg Test : tidak dilakukan pemeriksaan
Disdiadokokinesis :-

12
Dismetria :-
Rebound Phenomena :-

A:
Diagnosa Klinis : Vertigo Perifer + Dispepsia
Diagnosa Topis : Sistem Vestibular/Labirin
Diagnosa Etiologi : Benign Paroxysmal Positional Vertigo

P:
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Inj. Ranitidin IV 2x1 amp
Po. Betahistine 3x12 mg
Po. Dymenhidrinate 2x1 tab
Syr. Sucralfat 4x2

IV. PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

13
FOLLOW UP

Tanggal S O A P
GCS: 15 (E4M6V5) - IVFD NaCl
TD: 1200/90mmHg 0,9% 20 tpm
HR: 89 x/menit - Inj. Ranitidin
RR: 20x/menit 2x1 amp
Pusing T: 36,3ºC Vertigo - Po.
berputar (+) SpO2: 99%
05/01/21 Perifer + Dimenhidranit
Mual, Nistagmus (-) Dispepsia 2x1 tab
Muntah (+) Motorik
- Po. Betahistine
3x12 mg

- IVFD NaCl
GCS: 15 (E4M6V5) 0,9% 20 tpm
TD: 110/80mmHg - Inj. Ranitidin
HR: 84x/menit 2x1 amp
RR: 22x/menit - Po.
Pusing T: 36,0C Dimenhidranit
Vertigo
berputar (+) SpO2: 98% 2x1 tab
06/01/21 Perifer +
Mual, Nistagmus (-) - Po. Betahistine
Dispepsia
Muntah (+) Motorik
3x12 mg
- Syr. Sucralfat
4x2

- IVFD NaCl
GCS: 15 (E4M6V5) 0,9% 20 tpm
TD: 120/70mmHg - Inj. Ranitidin
HR: 76x/menit 2x1 amp
RR: 20x/menit - Po.
Pusing T: 36,8ºC Dimenhidranit
Vertigo
berputar (+) SpO2: 99% 2x1 tab
07/01/21 Perifer +
Mual, Nistagmus (-) - Po. Betahistine
Dispepsia
Muntah (-) Motorik
3x12 mg
- Syr. Sucralfat
4x2

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh


yaitu : sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular
meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral.
Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea (alat
pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan). Labirin yang
merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan
labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi
kimia berbeda dan tidak saling berhubungan. 4

Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga
pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang
disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing
mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus.
Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis
adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus
semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus
semisirkularis terletak saling tegak lurus. 4

Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus


kranialis kedelapan (yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus
vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi
sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan
terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin
membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan
perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi endolimf. Urtikulus, sakulus, dan
bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung organ reseptor
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. 2

15
Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan 4

Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan


utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya
untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista
ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa
gelatinosa yangmemanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit.
Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut
sensorik krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor
pergerakan). 5

16
Gambar 2. Krista ampularis

Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula


utrikularis dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus
paralel dengan dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal
di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana
gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal
tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. 4

Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi


kepala terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan
pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin membentuk
bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot
ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap
posisi dan setiap jenis pergerakan kepala. 4

Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah


nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius
internus; mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input
dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral membentuk
nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang
kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang subarakhnoid
di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis.

17
Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang
terletak di dasar ventrikel keempat. 4

3.2 Definisi Vertigo

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar


mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan
sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah
istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop
(perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-
headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika
berdiri). 1

Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar -


merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3

3.3 Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu


dengan prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo perifer merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2

3.4 Etiologi

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama
vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan
kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi

18
kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai
kanalis anterior dan horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium
karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam . Pergerakan dari otolit
distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo
dan nistagmus. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik
tapi dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis
vestibular sebelumny, meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah episode. 8

2. Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
11
keluhan pendengaran . Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah),
dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada
telinga. 10 Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.
Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi
karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis semisirularis
telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe.

3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal
ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi
dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.11

3.5 Manifestasi Klinis

Lamanya vertigo berlangsung :9

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik


Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan
kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di

19
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai
nistagmus.

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral


Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan gangguan
saraf perifer) vaskular (otak, batang otak,
serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal iskemik batang otak, vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit maniere, insufisiensi, neoplasma, migren basiler
neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,
SSP gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Jadi cape Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga Kadang-kadang Tidak ada


berdenging dan
atau tuli
Nistagmus + -
spontan

20
3.6 Alur Penegakkan Diagnosa
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo
vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab
yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran
pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular neutritis atau
acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan vertigo
jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh
fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik langsung
ataupun barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga
ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik.
Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising
pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang
stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak
cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau yuli pada
usia muda perlu ditanyakan

Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatab yang
ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative

Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :

- Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki

21
instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s
sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat
dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

2. Unterberger's stepping test (Pasien diminta untuk berjalan spot dengan mata
tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin
pada sisi tersebut). 2
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

3. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.

4. Dix-Hallpike manoeuvre

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang


dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal,

22
kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah


periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang
atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak
ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila
diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

5. Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat
ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di
labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara
maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL
dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air
bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga
dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air
selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri
(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,
demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita.
Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.

6. Fungsi Pendengaran

a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli


konduktif dan tuli perseptif

b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Pemeriksaan Penunjang

23
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis,

Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran. Vestibular testing tidak dilakukan pada
semau pasieen dengan keluhan dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak
ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan
elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang
dari 1 persen pasien. 11

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo


yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII. 1

3.7 Diagnosis Banding

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo


2. Meniere Disease
3. Neuritis vestibular
4. Vertigo central

Vertigo Meniere BPPV Neuritis Vertigo central


perifer disease vestibular
Kelainan pada Meningkatnya Ada benda Virus  Kelainan/abnormalitas
sistem tekanan pada asing/batu pembengkakan pada sistem saraf
vestibuler ruang kalsium yang nervus area pusat yang
(hiperstimulasi endolimfe dan bergerak vestibular berhubungan dg
) perilemfe didalam keseimbangan
saluran
semisirkularis
Lebih banyak Lebih banyak Pada wanita Semua umur Semua umur
pada orang tua pada orang tua usia tua
Pusing berputar Pusing Berubah Vertigo berat Timbul lebih lambat,

24
hebat disertai berputar posisi dengan durasi rasa berputar ringan,
mual muntah dengan menyebabkan yang lama, jarang disertai
tinnitus dan vertigo sedang/pasca mual/muntah
penurunan muncul batuk/flu atau
pendengaran penyakit dg e.c
virus lain

3.8 Tatalaksana
Prinsip umum terapi Vertigo
 Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa


sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang
sering digunakan :

Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo
juga memiliki aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat
anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada
penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.

- Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di
telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping
Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.

 Betahistin Mesylate (Merislon)


Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

 Betahistin di Hcl (Betaserc)

25
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis
25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)


Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.

Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30
mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan
“rash” di kulit.

Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)
dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

26
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit
disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.
Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular
atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4
kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti
vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi)
dan menjadi gelisah – gugup.

 Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau
didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat
tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan
bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.

Obat Anti Kholinergik

27
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan
mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4
kali sehari.

Terapi Spesifik
1. BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat
membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan
deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi
reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien
perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah
deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,

2. Vestibular neuronitis dan Labirynthis

28
Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang
mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi
vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali
sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan
obat-obatan.

3. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah
garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif
dalam mengobati ketulian dan tinnitus. Pada kasus yang jarang intervensi
bedah seperti dekompresi dengan shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy
dibutuhkan jika penyakit ini resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.

Terapi Fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan
deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak
membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk
mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap
gangguan keseimbangan.

Tujuan latihan ialah :


1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring).

29
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.

Terapi Fisik Brand-Darrof


Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Keterangan Gambar:
- Ambil posisi duduk.
- Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi
duduk.
- Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
- Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin
bertambah.

30
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien datang ke IGD RSUD Raden Mataher dengan keluhan pusing


berputar sejak ± 1 jam SMRS. Keluhan dirasakan mendadak saat pasien
melepaskan helm setelah berkendara, untuk mengurangi keluhan pasien
berbaring dan memejamkan mata. Saat serangan pusing berputar datang, pasien
merasa pandangannya terhadap lingkungan berputar-putar dan tampak
bergoyang. Keluhan yang dirasakan hilang timbul, keluhan dirasa semakin
bertambah saat pasien membuka mata dan merubah posisi. Pusing berputar di
rasa berkurang saat tidur berbaring dan saat pasien memejamkan mata. Namun
timbul kembali saat pasien membuka matanya.

Berdasarkan anamnesis pasien datang dengan keluhan rasa pusing


berputar, timbul pusing apabila ada perubahan posisi kepala, mual dan muntah
(+), timbul secara akut. Ini mudah sekali diketahui dari timbulnya pusing yang
hanya terjadi ketika kepala berubah posisi, dalam hal ini, otoconia mungkin
berpindah dari utricle dan bermigrtasi ke bagian lain dari telinga, hal ini yang
menyebabkan pusing.

Lepasnya debris otolith dapat menempel pada cupula (cupulolithiasis)


atau dapat mengambang bebas di kanal semisirkular (canalolithiasis). Debris
otholith menyingkir dari cupula dan memberikan sensasi berputar melalui efek
gravitasi langsung pada cupula atau dengan menginduksi aliran endolymph
selama gerakan kepala di arah gravitasi. Menurut teori cupulolithiasis, deposit
cupula (heavy cupula) akan memicu efek gravitasi pada krista. Namun, gerakan
debris yang bebas mengambang adalah mekanisme patofisiologi yang saat ini
diterima sebagai ciri khas BPPV.

Menurut teori canalolithiasis, partikel mengambang bebas bergerak di


bawah pengaruh gravitasi ketika merubah posisi kanal dalam bidang datar
vertical. Tarikan hidrodinamik partikel menginduksi aliran endolymph,
menghasilkan perpindahan cupular dan yang penting mengarah ke respon yang
khas diamati.

31
Gejala yang akan ditemukan pada BPPV berupa rasa berputar yang
episodik dan disertai mual atau muntah, gangguan pendengaran dapat terjadi
dan dipicu oleh adanya gerakan pada kepala. Bangkitan pada BPPV terjadi
lebih mendadak dan berat dan tidak ditemukan adanya tanda fokal otak.

Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah disertai keringat dingin


bersamaan dengan sakit kepala berputar tersebut. Pasien tidak mengeluhkan
adanya pandangan gelap maupun pandangan ganda. Pasien mengatakan tidak
ada riwayat penurunan pendengaran, tidak ada riwayat telinga berdenging,
tidak terdapat riwayat keluar cairan berbau dari telinga dan tidak ada riwayat
rasa penuh dalam telinga.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital lain dalam batas normal.
Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Pada pemeriksaan motorik,
lengan dan tungkai bergerak aktif dengan kekuatan 5, tonus baik, eutrofi, refleks
fisiologis normal dan refleks tidak ditemukan. Pada pemeriksaan sensibilitas
dalam batas normal.

Penatalaksanaan pada kasus ini digunakan IVFD NaCl (untuk jalur


pemberian nutrisi dan maintenance cairan tubuh) betahistin (untuk mengurangi
keluhan vertigo dan pusing), ranitidin dan sucralfat (untuk mengurangi gejala
mual), terapi rehabilitatif dan istirahat yang cukup, terapi BPPV bertujuan
untuk melepaskan otokonia dari dalam kanalis atau kupula, mengarahkan agar
keluar dari kanalis semisirkularis menuju utrikulus melalui ujung non
ampulatory kanal.

Penatalaksanaan vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu : Terapi


kausal, sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga terapi
lebih banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif. Terapi Simptomatis,
pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar,
melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). Gejala vestibular akut yang
disebabkan oleh gangguan perifer diterapi dengan antiemetik dan obat penekan
vestibular, Antihistamin anti-vertigo pada obat antihistamin (seperti obat
betahistin) tidak berkaitan dengan potensinya sebagai antagonis histamine,
tetapi bersifat khas dan bukan hanya merupakan kemampuan menekan pusat

32
muntah di batang otak. Senyawa betahistin (suatu analog histamin) dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam sehingga dapat diberikan untuk
mengatasi gejala vertigo.

33
BAB V
KESIMPULAN

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,


atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran


vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo
sentral. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo
periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional
vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere
(gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran),
vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan
labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in


primary care, BJMP 2010;3(4):a351.
2. Lempert, T, Neuhauser, H. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338. . 2009.
3. Labuguen, RH. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, 2006; Volume 73, Number 2. 2006.
4. Sasmoyohati. Vertigo dalam pengenalan dan penatalaksanaan kasus-kasus
neurologi,Buku Kedua. Jakarta: Departemen Saraf RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. h.80-6
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2008.
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach
that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254
(1732): 19-23.
8. Mark, A. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical
Assesment and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June
2008, Vol 69, No 6. 2008.
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2006
10. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of
American Family Physician March 15,2005:71:6.
11. Chain, TC. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and
wilkins). 2009.

35

Anda mungkin juga menyukai