Anda di halaman 1dari 33

Case Report Session (CRS)

SPINAL ANESTESI PADA SECTIO


CAESARIA DENGAN PEB + KALA II
MEMANJANG
ZEVIA ADEKA RHAMONA
G1A219129
Pembimbing:
dr. Andi Hasyim, Sp.An
Pendahuluan
Seksio sesarea tindakan bedah untuk terminasi kehamilan.
Indikasi yang paling umum  kegagalan kemajuan pembukaan
jalan lahir, gawat janin, disproporsi sefalopelvik, letak janin
abnormal, prematur, dan juga riwayat seksio sesarea sebelumnya.

Obstetric Anaesthesia Guidelines merekomendasikan teknik


anestesi spinal ataupun epidural dibandingkan dengan anestesi
umum untuk sebagian besar seksio sesarea.

Preeklampsia  penyebab terbesar dari morbiditas dan mortalitas


maternal, yang didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan pertama kali didiagnosis dan disertai dengan adanya
komponen protein pada urine atau yang disebut dengan proteinuria.
Laporan Kasus
Nama : Ny. S

Usia : 31 Tahun
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan keluar
Jenis Kelamin :Perempuan
cairan bening dari kemaluan
BB : 65 kg
sejak ± 5 jam SMRS.
G3P2A0 hamil 38-39 minggu + PEB + Kala II
Memanjang

Tindakan : SC
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi diantar oleh keluarganya dengan
keluhan keluar air dari kemaluan sejak ± 5 jam SMRS, awalnya pasien dibawa oleh
keluarganya ke dukun terlebih dahulu dikarenakan keluarnya cairan bening dari
kemaluan yang terus menerus dan berwarna jernih, tidak disertai lendir, bau anyir
tidak ada, flek darah tidak ada, nyeri perut tidak ada, pada saat persalinan didukun
persalinan tidak berjalan dengan lancar sehingga pasien dibawa ke rs mattaher,
Pasien mengaku selama kehamilan pasien tidak pernah mengecek kehamilan pasien.
Selama kehamilan pasien sering merasakan sakit kepala, mual/muntah (-),
pandangan kabur (-), kejang(-).
• Ini merupakan kehamilan ke 3 pasien dengan HPHT : 10/07/2020
Riwayat Penyakit
RPD RPK Riwayat kebiasaan

• Riwayat hipertensi • Riwayat • Merokok (-)


saat hamil 2011 (+) stroke • Alkohol (-)
• Riwayat diabetes disangkal. • Narkotik (-)
melitus (-) • Riwayat
• Riwayat sakit hipertensi
jantung (-) saat hamil
• Riwayat asma (-) pada kakak
• Riwayat batuk lama pasien
(-) • Riwayat DM
disangkal.
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran: CM
• GCS : E4V5M6
• TD : 160/90 mmHg • Kepala : Normocephal
• Nadi : 82 x/menit, • Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)
• Pernapasan: 22 x/menit, regular pupil isokor (+/+)
• Hidung : Simetris, sekret (-)
• Mulut : Bibir sianosis (-), gigi
Paru : palsu (-)
• Inspeksi : simetris, pergerakan • Telinga : Nyeri tekan tragus (-),
dinding dada ka=ki, retraksi (-/-) sekret (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-/-), fremitus • Leher : Trakea ditengah,
taktil kanan=kiri pembesaran KGB dan tiroid (-).
• Perkusi : Sonor pada kedua
lapang paru
• Auskultasi : suara nafas
Vesikuler (+/+), vesikuler, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik Jantung :
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba ± 2 jari
di ICS V linea midclavicula
sinistra
• Perkusi : Batas jantung dalam
batas normal
• Auskultasi : BJ I dan II regular,
Abdomen : murmur (-), gallop (-)
• Inspeksi : Cembung, abdomen
melebar, linea nigra (+), striae
gravidarum (+)
• Ekstremitas : Akral
• Palpasi : TFU 39 cm, nyeri tekan
hangat, CRT < 2 detik
(-)
sianosis (-), edema (-)
• Perkusi : Timpani pada 4 kuadran
• Genitalia : terpasang
• Auskultasi : DJJ 148x/menit, kateter folley
teratur, bising usus (+) normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
WBC 19,5 (4,0-10,0) x 103/mm3
HB 13,2 (13,4-17,1) g/dl Urinalisa
Ht 41,4 (34,5-54,0) % Protein (4/3/2021) +4 Negative  
RBC 4,93 (4,50-5,50) X 106/mm3 •Urinalisa
PLT 210 (150-390) X 103/mm3 Kesan : Proteinuria
PCT 0,159 (0,150-0,400) %
MCV 84,0 (80-96) fL
MCH 26,8 (27-31) Pg
MCHC 31,9 (32-36) g/dL

•Darah rutin (6/4/2021)


Kesan : Leukositosis

Rapid Test :
Non
EKG : Sinus Ro/ Thorax :
Reactive
Rhythm Tidak Ada
IgM/IgG
SARS CoV-2
Laporan Anestesi Pasien
Tindakan Anastesi
Metode : Anastesi spinal
Premedikasi : Ondansentron 4 mg

Anesteai Spinal

• Lokasi Tusukan : L3-L4


PEB + • Obat anestesi local : Bupivacaine
KALA II 0,5% hiperbarik
Jumlah : 3 cc / 15 mg
LAMA • Adjuvant : Morphine 0,1 mg
• Pemeliharaan anestesi : O2 2 L/m
• Posisi anestesi : Supine
Medikasi : • Suntikan mulai: 17.15 wib
Oxytocin 20 IU • Durasi operasi : 60 menit
ASA II E
Methylergometrin 0.4 mg (IV) • Puasa : 6 jam
Furosemid 20 mg (IV)
Efedrin HCL 20 mg (IV)
Terapi Cairan
Maintenance (M)
• BB = 65 kg
EBL
• M = 2cc/KgBB/jam
EBL = 20% x EBV
• M = 2 x 65 = 130 cc/jam
= 20% x 4.225 = 845 cc

Pengganti Puasa (PP)


Kebutuhan cairan selama operasi :
• P = puasa x maintenance
Jam I : 1/2 (P) + Stress operasi + Maintenance
• P = 6 x 130 = 780 cc
: 1/2 (780 cc) + 390 cc + 130 cc = 910 cc
Jam II : 1/4 (P) + Stress operasi + Maintennace
Stress Operasi
: 1/4 (780 cc) + 390 cc + 130 cc = 715 cc
• O = 6 cc/ KgBB (Operasi sedang)
Total cairan : 1.625 cc
• O = 6 x 65 = 390 cc

EBV
• EBV = 65 x BB
• EBV = 65 x 65 = 4.225 cc
MONITORING
Intra Anastesi
Jam Tindakan Nadi Saturasi TD RR
(x/menit) O2 (%)
Letak penderita : Supine 16.40 ▪ Pasien masuk ke kamar operasi,
(mmHg) (x/menit)
Airway :- dan dipindahkan ke meja operasi
▪ Pemasangan monitoring tekanan 99
16.45 80
Lama anestesi : ± 1 jam darah, nadi, saturasi O2 dan urin
bag dikosongkan. 140/80 20
Lama operasi : ± 1 jam ▪ Diberikan cairan RL 1 kolf dan   132/74 18
obat premedikasi
Total asupan cairan 16.55 98 98
▪ Obat spinal dimasukkan setinggi
135/76 19
Kristaloid : 1000 cc L3- L4 (Bupivacaine 15 mg)
96 98
17.00
Koloid :- ▪ Pasien diposisikan telentang
130/75 19
▪ Operasi dimulai
Darah :- 17.10 98 98 120/86 20
▪ Kondisi terkontrol
95 98 120/86 20
Komponen darah :- 17.15
96 99 122/88 18
17.30
Total keluaran cairan 85 97 120/87 19
17.45
▪ Operasi selesai 96
Pedarahan : 200 cc 18.00 84
▪ Pelepasan alat monitoring
18.15
Diuresis : 350 ml ▪ Pasien dipindahkan ke RR
18.20
Perubahan teknik anestesi selama operasi 18.25
: -
Keadaan Pasca Anastesi

Masuk jam : 18.20 WIB


Kesadaran : Compos Mentis Intruksi post operasi
Vital sign:
• TD : 120/70 mmHg
• Nadi : 83 x/menit
• Monitoring KU, tanda vital
• RR : 20 x/menit dan perdarahan minimal 15
• SpO2 : 100 % menit sekali
• Tirah baring menggunakan
Skoring Aldrete :
Aktifitas (0-2) :1
bantal
Pernafasan (0-2) : 2 • Boleh minum secara
Warna Kulit (0-2) : 2 bertahap
Sirkulasi (0-2) :2
Kesadaran (0-2) : 2
• Terapi lain sesuai dr Zul,
Jumlah :9 Sp.OG
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Preeklampsia
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan pertama kali
didiagnosis dan disertai dengan adanya komponen protein pada
urine atau yang disebut dengan proteinuria
Penegakan diagnosis
Kriteria diagnosis PER adalah Kriteria diagnosis PEB adalah

• Hipertensi : Tekanan darah ≥ 140/90 • Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg


mmHg dan kurang dari 160/110 dan diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan
mmHg Kenaikan tekanan darah darah ini tidak turun meskipun ibu
sistolik ≥ 30 mmHg Kenaikan hamil sudah dirawat dan menjalani
tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg tirah baring.
• Proteinuria lebih dari 5 g/L dalam 24
• Proteinuria 0,3 g/L dalam 24 jam jam atau kualitatif +4.
atau secara kualitatif sampai +2. • Oligouria, yaitu jumlah produksi urine
kurang dari 500 cc dalam 24 jam yang
disertai kenaikan kadar kreatinin
darah.
Sectio Caesarea
• persalian ;melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan rahim

Indikasi
• Panggul sempit dan dystorcia mekanis
• disproporsi fetopelvik, panggul sempit atau janin terlampau besar, malposisi dan
malpresentasi, disfungsi uterus, distocia jaringan lunak, neoplasma , persalian yang tidak
maju
• Pembedahan sebelumnya pada uterus
• seksio sesarea, histeretomi, miomektomi ekstensif :
• Perdarahan
• plasenta previa/,abrupti plasenta
• Toxemia gravidarum
• PEB, Eklampsia, Hipertesi, Nepritis)
• Indikasi fetal
Anestesi pada SC

• Regional >>> General Anestesi


 Analgesi neuroaksial (epidural, spinal, dan CSE)
• menghindari kesulitan intubasi
• mencegah gejolak intubasi,
• onset yang cepat,
• lebih mudah dikerjakan,
• efek depresi lebih minimal
 Anestesi spinal risiko hipotensi ↑↑
 Anestesi spinal mempunyai resiko lebih kecil dlm menyebabkan trauma
Epidural vs Spinal
Anestesi spinal (blok subarachnoid)

KontraIndikasi Absolut Kontraindikasi Relatif


Indikasi  Pasien menolak • Infeksi sistemik (sepsis,
- Tindakan dibawah T4  Infeksi pada tempat suntikan bakteremia)
- Abdomen bawah, Inguinal,  Hipovolemia berat • Infeksi sekitar tempat
suntikan
- Bedah panggul,  Koagulopati atau mendapat terapi
antikoagulan • Kelainan neurologis
- Tindakan sekitar rektum-
 Tekanan intrakranial meninggi • Kelainan psikis
perineum,
 Fasilitas resusitasi minim • Bedah lama
- Bedah obstetrik-ginekologi,
 Kurang pengalaman atau / tanpa • Penyakit jantung
- Bedah urologi, • Hipovolemia ringan
didampingi konsultan anestesi
• Nyeri punggung kronis
Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan Kerugian
• Tetap sadar, • Hipotensi,
• Refleks jalan napas terpelihara. • Penderita takut,
• Muntah dan aspirasi tidak membahayakan. • Tidak selalu 100% berhasil,
• Bisa timbul intoksikasi,
• Tidak terlalu toksik untuk janin.
• Mual dan muntah,
• Waktu prosedur lebih singkat
• Lama kerja terbatas
• Relatif mudah, • Resiko tidak stabilnya
• Efek analgesia lebih nyata hemodinamik
• Mula kerja dan masa pulih yang cepat
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketinggian BLOK analgesia spinal
• Volume obat analgesia • Tempat pungsi
• Konsentrasi obat • Berat jenis larutan
• Barbotase • Tekanan abdominal yang meningkat
• Kecepatan • Tinggi pasien
• Manuver valsava • Waktu
Persiapan dan Peralatan Penilaian Status ASA
Persiapan
- Informed consent
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium
anjuran
Peralatan
- Peralatan monitor
- Jarum spinal
- Obat anestesi dan
Emergensi
Tekhnik Anestesi

• Posisikan Pasien
• Identifikasi Lokasi
• Tindakan Septik Antiseptik
• Lakukan Penusukan
• Masukkan Obat Anestesi
Obat Anestesi Lokal
 Anestetik lokal dengan berat jenis CSS
• Isobarik, Hiperbarik, Hipobarik.
 Hiperbarik khusus blok subarachnoid.
 Dua golongan obat anestesi lokal
 Ester (cocain, procain, chloroprocain, tetracain)
 Amide (dibucain, lidocain, mepivacain, prilocain, bupivacain,
etidocain, ropivacain).
ANALISA KASUS
ANAMNESA TEORI
• pasien Ny. S 31 tahun datang dengan keluhan keluar air • Diagnosa : G3P2A0 hamil 38-39 minggu + PEB + Kala II Memanjang
dari kemaluan sejak ± 5 jam SMRS, awalnya pasien
dibawa oleh keluarganya ke dukun terlebih dahulu
• Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang berhubungan dengan hipertensi
dikarenakan keluarnya cairan bening dari kemaluan yang onset baru, yang paling sering terjadi setelahnya usia kehamilan 20 minggu dan sering
terus menerus dan berwarna jernih, tidak disertai lendir, kali mendekati waktu kehamilan. Meskipun sering disertai dengan proteinuria onset
bau anyir tidak ada, flek darah tidak ada, nyeri perut baru, hipertensi dan tanda atau gejala preeklampsia lainnya dapat muncul pada
tidak ada, pada saat persalinan didukun persalinan tidak
beberapa wanita tanpa adanya proteinuria.
berjalan dengan lancar sehingga pasien dibawa ke rs
mattaher, Pasien mengaku selama kehamilan pasien • Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan darah diastolik 110
tidak pernah mengecek kehamilan pasien. Selama mmHg atau lebih pada dua kesempatan setidaknya dengan jarak 4 jam (kecuali
kehamilan pasien sering merasakan sakit kepala, terapi antihipertensi dimulai sebelum waktu ini).
mual/muntah (-), pandangan kabur (-), kejang(-).
• Pasien mempunyai riwayat darah tinggi saat hamil pada
anak yang kedua. Pada riwayat penyakit dahulu
didapatkan riwayat hipertensi pada kehamilan
sebelumnya.
Kasus Teori
ASA II • Sesuai teori ASA II didefinisikan sebagai pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
sedang.
• Pada saat di IGD tekanan darah pasien 160/90 mmHg.
• Pada saat di OKE tekanan darah pasien 140/80 mmHg.
• Pemeriksaan penunjang terdapat leukositosis, dan proteinuria

Sectio Caesaria • Seksio sesarea adalah persalinan dengan melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen dan dinding rahim.
Sebelum dilakukan SC pasien dipuasakan • Tujuan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi
atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari
obat- obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami penurunan
selama anestesia.
Kasus Teori
Injeksi ondansetron 4 mg sebagai • Penggunaan premedikasi pada pasien adalah pemberian obat sebelum induksi anestesi
pengobatan pramedikasi untuk melancarkan induksi, pemeliharaan dan pemulihan induksi.

Bupivacaine 0,5 % dengan dosis 15 mg • Bupivacaine  Untuk menghilangkan rasa sakit atau sensasi pada daerah tertentu dari
dengan adjuvant morfin 0,1 mg tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses konduksi syaraf perifer jaringan tubuh,
sehingga menyebabkan penurunan respon tubuh terhadap rasa sakit.
• Morfin  Untuk membantu melepaskan neurotransmitter dopamin yang menghalangi
sinyal rasa sakit. Aktivasi dari reseptor ini akan menghasilkan efek analgesia, sedasi,
physical dependence, euforia dan respiratory depression
Kasus Teori
Oxytocin 20 IU • Diberikan pada tindakan sectio caesaria sebagai untuk meningkatkan kontraksi
Methylergometrin 0.4 mg (IV) uterus setelah bayi dan plasenta dilahirkan per abdominal. Kontraksi uterus
berperan dalam kontrol pendarahan pada uterus

Efedrin HCL 20 mg • efedrin  diberikan karena pasien mengalami hipotensi dari efek pemberian
Furosemid 20 mg (IV) anestesi spinal
• Furosemid 20 mg  Obat ini sering digunakan untuk mengatasi edema
(penumpukan cairan di dalam tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi).
KESIMPULAN
Seorang wanita berusia 31 tahun hamil dengan G3P12A0 usia kehamilan 38-39
minggu datang dengan keluhan keluar cairan dikemaluan sejak ± 5 jam SMRS, dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosa
dengan preeklamsia berat dengan kala II memanjang dengan status ASA II
Emergency, dan diputuskan untuk Operasi Cito Sectio Cesarea.

Dari jenis tindakan dan kondisi pasien diputuskan dilakukan anestesi spinal dengan
bupivacain 0,5% dengan dosis 15 mg, tidak terjadi hambatan dalam operasi dan
selesai dalam waktu 1 jam. Tidak terjadi hambatan dan kelainan yang membutuhkan
penganan serius selama pasien diruangan pemulihan. Secara umum, pelaksanaan
operasi dan penanganan anestesi pada kasus ini berlangsung dengan baik.
TERIMA KASIH
“Hidup bukan hanya untuk tentang angka
atau nilai dari hasil belajarmu, tetapi
pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
bisa bermanfaat bagi orang banyak, itulah
yang lebih penting”

Anda mungkin juga menyukai