Usia : 31 Tahun
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan keluar
Jenis Kelamin :Perempuan
cairan bening dari kemaluan
BB : 65 kg
sejak ± 5 jam SMRS.
G3P2A0 hamil 38-39 minggu + PEB + Kala II
Memanjang
Tindakan : SC
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi diantar oleh keluarganya dengan
keluhan keluar air dari kemaluan sejak ± 5 jam SMRS, awalnya pasien dibawa oleh
keluarganya ke dukun terlebih dahulu dikarenakan keluarnya cairan bening dari
kemaluan yang terus menerus dan berwarna jernih, tidak disertai lendir, bau anyir
tidak ada, flek darah tidak ada, nyeri perut tidak ada, pada saat persalinan didukun
persalinan tidak berjalan dengan lancar sehingga pasien dibawa ke rs mattaher,
Pasien mengaku selama kehamilan pasien tidak pernah mengecek kehamilan pasien.
Selama kehamilan pasien sering merasakan sakit kepala, mual/muntah (-),
pandangan kabur (-), kejang(-).
• Ini merupakan kehamilan ke 3 pasien dengan HPHT : 10/07/2020
Riwayat Penyakit
RPD RPK Riwayat kebiasaan
Rapid Test :
Non
EKG : Sinus Ro/ Thorax :
Reactive
Rhythm Tidak Ada
IgM/IgG
SARS CoV-2
Laporan Anestesi Pasien
Tindakan Anastesi
Metode : Anastesi spinal
Premedikasi : Ondansentron 4 mg
Anesteai Spinal
EBV
• EBV = 65 x BB
• EBV = 65 x 65 = 4.225 cc
MONITORING
Intra Anastesi
Jam Tindakan Nadi Saturasi TD RR
(x/menit) O2 (%)
Letak penderita : Supine 16.40 ▪ Pasien masuk ke kamar operasi,
(mmHg) (x/menit)
Airway :- dan dipindahkan ke meja operasi
▪ Pemasangan monitoring tekanan 99
16.45 80
Lama anestesi : ± 1 jam darah, nadi, saturasi O2 dan urin
bag dikosongkan. 140/80 20
Lama operasi : ± 1 jam ▪ Diberikan cairan RL 1 kolf dan 132/74 18
obat premedikasi
Total asupan cairan 16.55 98 98
▪ Obat spinal dimasukkan setinggi
135/76 19
Kristaloid : 1000 cc L3- L4 (Bupivacaine 15 mg)
96 98
17.00
Koloid :- ▪ Pasien diposisikan telentang
130/75 19
▪ Operasi dimulai
Darah :- 17.10 98 98 120/86 20
▪ Kondisi terkontrol
95 98 120/86 20
Komponen darah :- 17.15
96 99 122/88 18
17.30
Total keluaran cairan 85 97 120/87 19
17.45
▪ Operasi selesai 96
Pedarahan : 200 cc 18.00 84
▪ Pelepasan alat monitoring
18.15
Diuresis : 350 ml ▪ Pasien dipindahkan ke RR
18.20
Perubahan teknik anestesi selama operasi 18.25
: -
Keadaan Pasca Anastesi
Definisi Preeklampsia
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan pertama kali
didiagnosis dan disertai dengan adanya komponen protein pada
urine atau yang disebut dengan proteinuria
Penegakan diagnosis
Kriteria diagnosis PER adalah Kriteria diagnosis PEB adalah
Indikasi
• Panggul sempit dan dystorcia mekanis
• disproporsi fetopelvik, panggul sempit atau janin terlampau besar, malposisi dan
malpresentasi, disfungsi uterus, distocia jaringan lunak, neoplasma , persalian yang tidak
maju
• Pembedahan sebelumnya pada uterus
• seksio sesarea, histeretomi, miomektomi ekstensif :
• Perdarahan
• plasenta previa/,abrupti plasenta
• Toxemia gravidarum
• PEB, Eklampsia, Hipertesi, Nepritis)
• Indikasi fetal
Anestesi pada SC
Keuntungan Kerugian
• Tetap sadar, • Hipotensi,
• Refleks jalan napas terpelihara. • Penderita takut,
• Muntah dan aspirasi tidak membahayakan. • Tidak selalu 100% berhasil,
• Bisa timbul intoksikasi,
• Tidak terlalu toksik untuk janin.
• Mual dan muntah,
• Waktu prosedur lebih singkat
• Lama kerja terbatas
• Relatif mudah, • Resiko tidak stabilnya
• Efek analgesia lebih nyata hemodinamik
• Mula kerja dan masa pulih yang cepat
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketinggian BLOK analgesia spinal
• Volume obat analgesia • Tempat pungsi
• Konsentrasi obat • Berat jenis larutan
• Barbotase • Tekanan abdominal yang meningkat
• Kecepatan • Tinggi pasien
• Manuver valsava • Waktu
Persiapan dan Peralatan Penilaian Status ASA
Persiapan
- Informed consent
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium
anjuran
Peralatan
- Peralatan monitor
- Jarum spinal
- Obat anestesi dan
Emergensi
Tekhnik Anestesi
• Posisikan Pasien
• Identifikasi Lokasi
• Tindakan Septik Antiseptik
• Lakukan Penusukan
• Masukkan Obat Anestesi
Obat Anestesi Lokal
Anestetik lokal dengan berat jenis CSS
• Isobarik, Hiperbarik, Hipobarik.
Hiperbarik khusus blok subarachnoid.
Dua golongan obat anestesi lokal
Ester (cocain, procain, chloroprocain, tetracain)
Amide (dibucain, lidocain, mepivacain, prilocain, bupivacain,
etidocain, ropivacain).
ANALISA KASUS
ANAMNESA TEORI
• pasien Ny. S 31 tahun datang dengan keluhan keluar air • Diagnosa : G3P2A0 hamil 38-39 minggu + PEB + Kala II Memanjang
dari kemaluan sejak ± 5 jam SMRS, awalnya pasien
dibawa oleh keluarganya ke dukun terlebih dahulu
• Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang berhubungan dengan hipertensi
dikarenakan keluarnya cairan bening dari kemaluan yang onset baru, yang paling sering terjadi setelahnya usia kehamilan 20 minggu dan sering
terus menerus dan berwarna jernih, tidak disertai lendir, kali mendekati waktu kehamilan. Meskipun sering disertai dengan proteinuria onset
bau anyir tidak ada, flek darah tidak ada, nyeri perut baru, hipertensi dan tanda atau gejala preeklampsia lainnya dapat muncul pada
tidak ada, pada saat persalinan didukun persalinan tidak
beberapa wanita tanpa adanya proteinuria.
berjalan dengan lancar sehingga pasien dibawa ke rs
mattaher, Pasien mengaku selama kehamilan pasien • Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan darah diastolik 110
tidak pernah mengecek kehamilan pasien. Selama mmHg atau lebih pada dua kesempatan setidaknya dengan jarak 4 jam (kecuali
kehamilan pasien sering merasakan sakit kepala, terapi antihipertensi dimulai sebelum waktu ini).
mual/muntah (-), pandangan kabur (-), kejang(-).
• Pasien mempunyai riwayat darah tinggi saat hamil pada
anak yang kedua. Pada riwayat penyakit dahulu
didapatkan riwayat hipertensi pada kehamilan
sebelumnya.
Kasus Teori
ASA II • Sesuai teori ASA II didefinisikan sebagai pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
sedang.
• Pada saat di IGD tekanan darah pasien 160/90 mmHg.
• Pada saat di OKE tekanan darah pasien 140/80 mmHg.
• Pemeriksaan penunjang terdapat leukositosis, dan proteinuria
Sectio Caesaria • Seksio sesarea adalah persalinan dengan melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen dan dinding rahim.
Sebelum dilakukan SC pasien dipuasakan • Tujuan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi
atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari
obat- obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami penurunan
selama anestesia.
Kasus Teori
Injeksi ondansetron 4 mg sebagai • Penggunaan premedikasi pada pasien adalah pemberian obat sebelum induksi anestesi
pengobatan pramedikasi untuk melancarkan induksi, pemeliharaan dan pemulihan induksi.
Bupivacaine 0,5 % dengan dosis 15 mg • Bupivacaine Untuk menghilangkan rasa sakit atau sensasi pada daerah tertentu dari
dengan adjuvant morfin 0,1 mg tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses konduksi syaraf perifer jaringan tubuh,
sehingga menyebabkan penurunan respon tubuh terhadap rasa sakit.
• Morfin Untuk membantu melepaskan neurotransmitter dopamin yang menghalangi
sinyal rasa sakit. Aktivasi dari reseptor ini akan menghasilkan efek analgesia, sedasi,
physical dependence, euforia dan respiratory depression
Kasus Teori
Oxytocin 20 IU • Diberikan pada tindakan sectio caesaria sebagai untuk meningkatkan kontraksi
Methylergometrin 0.4 mg (IV) uterus setelah bayi dan plasenta dilahirkan per abdominal. Kontraksi uterus
berperan dalam kontrol pendarahan pada uterus
Efedrin HCL 20 mg • efedrin diberikan karena pasien mengalami hipotensi dari efek pemberian
Furosemid 20 mg (IV) anestesi spinal
• Furosemid 20 mg Obat ini sering digunakan untuk mengatasi edema
(penumpukan cairan di dalam tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi).
KESIMPULAN
Seorang wanita berusia 31 tahun hamil dengan G3P12A0 usia kehamilan 38-39
minggu datang dengan keluhan keluar cairan dikemaluan sejak ± 5 jam SMRS, dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosa
dengan preeklamsia berat dengan kala II memanjang dengan status ASA II
Emergency, dan diputuskan untuk Operasi Cito Sectio Cesarea.
Dari jenis tindakan dan kondisi pasien diputuskan dilakukan anestesi spinal dengan
bupivacain 0,5% dengan dosis 15 mg, tidak terjadi hambatan dalam operasi dan
selesai dalam waktu 1 jam. Tidak terjadi hambatan dan kelainan yang membutuhkan
penganan serius selama pasien diruangan pemulihan. Secara umum, pelaksanaan
operasi dan penanganan anestesi pada kasus ini berlangsung dengan baik.
TERIMA KASIH
“Hidup bukan hanya untuk tentang angka
atau nilai dari hasil belajarmu, tetapi
pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
bisa bermanfaat bagi orang banyak, itulah
yang lebih penting”