Anda di halaman 1dari 48

Gangguan Somatoform

somatic symptom and


related disorders

Oleh :
Khaidarni
Resti Dwi Fitri
Definisi

somatoform  Bahasa Yunani soma  tubuh.


Gangguan somatoform adalah kelompok penyakit
yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang
berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utama.
Gangguan somatoform

Keluhan/gejala fisik yg memberi kesan terdapatnya


gangguan fisik (somatoform), tanpa dapat ditemukan
gangguan organik atau mekanisme fisiologik & keadaan ini
disertai bukti yg cukup positif atau dugaan kuat, bahwa
gejala2 fisik itu berkaitan dgn faktor atau konflik psikologik.
KLASIFIKASI
Berdasarkan PPDGJ III :
– F 45.0 Gangguan Somatisasi
– F 45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci
– F 45.2 Gangguan Hipokondrik
– F 45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform
– F 45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
– F 45.8 Gangguan Somatoform Lainnya
– F 45.9 Gangguan Somatoform YTT
KLASIFIKASI (2)
Berdasarkan DSM IV :
– Gangguan somatisasi (somatization disorder)
– Gangguan somatisasi tidak terinci (undifferentiated somatoform
disorder)
– Gangguan konversi (conversion disorder)
– Gangguan nyeri (pain disorder)
– Hipokondriasis (hypochondriasis)
– Body Dysmorphic Disorder (BDD)
– Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan (somatoform
disorder not otherwise specified-NOS)
Klasifikasi (3)
Berdasarkan DSM V :
– Somatic Symptom Disorder
– Illness Anxiety Disorder
– Conversion Disorder (Functional Neurological Symptom Disorder)
– Psychological Factors Affecting Other Medical Conditions
– Factitious Disorder
– Other Specified Somatic Symptom and Related Disorder
– Unspecified Somatic Symptom and Related Disorder
DSM IV DSM V
– Gangguan somatisasi • Somatic Symptom Disorder
– Gangguan konversi • Illness Anxiety Disorder
– Hipokondriasis • Conversion Disorder (Functional Neurological
– Body Dysmorphic Disorder Symptom Disorder)
– Gangguan nyeri • Psychological Factors Affecting Other Medical
Conditions
– Gangguan somatisasi tidak terinci
(undifferentiated somatoform disorder) • Factitious Disorder
– Gangguan somatoform yang tidak • Other Specified Somatic Symptom and
tergolongkan Related Disorder
• Unspecified Somatic Symptom and Related
Disorder
F45.0 Gangguan Somatisasi

Adanya banyak keluhan-keluhan


Tidak mau menerima nasehat Terdapat disabilitas dalam
fisik yang bermacam-macam
atau penjelasan dari beberapa fungsinya di masyarakat dan
yang tidak dapat dijelaskan atas
dokter bahwa tidak ada keluarga, yang berkaitan dengan
dasar adanya kelainan fisik,
kelainan fisik yang menjelaskan sifat keluhan-keluhannya dan
yang sudah berlangsung
keluhan-keluhannya dampak dari perilakunya
sedikitnya 2 tahun

Gangguan ini dimulai sblm usia 30 thn, & perjalanannya kronik berfluktuasi.
Kriteria Diagnostik Gangguan Somatisasi

A. Riwayat penyakit dengan keluhan gejala2 fisik selama bertahun-


tahun, sebelum < 30 tahun
B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi
– Empat gejala nyeri berkaitan dengan sedikitnya empat tempat atau fungsi yang
berbeda
– Dua gejala gastrointestinal selain dari nyeri
– Satu gejala seksual selain dari nyeri
– Satu gejala pseudonerologik
C. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
D. Tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh suatu kondisi medis umum
atau efek langsung dari zat
F45.1 Gangguan Somatoform tak Terinci

Keluhan-keluhan fisik bersifat Kemungkinan ada ataupun tidak


multipel, bervariasi dan menetap, faktor penyebab psikologis belum
akan tetapi gambaran klinis yang jelas, akan tetapi tidak boleh ada
khas dan lengkap dari gangguan penyebab fisik dari keluhan-
somatisasi tidak terpenuhi keluhannya
F45.2 Gangguan Hipokondrik

• preokupasi seseorang mengenai rasa takut menderita,


atau keyakinan memiliki penyakit yang berat dan tidak
mau menerima penjelasan medis yang menunjukkan
Definisi bahwa dirinya tidak menderita sakit.

• Ketakutan dan terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala


yang dirasakan
Manifestasi • Percaya menderita penyakit serius yang belum pernah terdeteksi
• Tidak percaya penjelasan dokter bahwa ia tidak sakit
Klinis
Diagnosis hipokondriasis (F45.2) berdasarkan PPDGJ-III, kedua hal ini
harus ada:
1. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu
penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya,
meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang
adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi
yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya (tidak sampai waham);
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.
F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform

1) Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik


2) Gejala subjektif tambahan yang mengacu kepada sistem atau organ
tertentu.
3) Preokupasi dengan dan distress mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius (sering tidak begitu khas), dari sistem atau
organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan
berulang, maupun penjelasan dan peneguhan oleh para dokter
4) Tidak terbukti adanya gangguan yang bermakna pada struktur atau
fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud
F45.4 Gangguan Somatoform
Menetap
– Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun
adanya gangguan fisik.
– Nyeri timbul berhubungan dengan adanya konflik emosional atau
problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan
dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.
– Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik
personal maupun medis, untuk yang bersangkutan
F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman Diagnostik :
1. Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf
otonom, dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau
sistem tertentu.
2. Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
3. Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini :
– Globus Hystericus (perasaan ada benjolan di kerongkongan yang
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
– Tortikolis Psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya
(kecuali Sindrom Tourette).
– Pruritus Psikogenik.
– Dismenore Psikogenik.
– “Teeth Grinding”.
F45.9 Gangguan Somatoform yang Tidak Tergolongkan

1. Kategori ini mencakup gangguan dengan gejala somatoform dan tidak memenuhi
kriteria diagnostik gangguan somatoform spesifik manapun. Contohnya mencakup:
– Pseudosiesis : keyakinan yang salah bahwa diri seseorang hamil disertai tanda-
tanda objektif kehamilan.
– Gangguan yang melibatkan gejala hipokondriak nonpsikotik yang durasinya
kurang dari 6 bulan.
– Gangguan yang melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (contoh:
lelah atau kelemahan tubuh) dengan durasi kurang dari 6 bulan dan tidak
disebabkan gangguan jiwa lain.
Gangguan Konversi

• Didefinisikan sebagai kehilangan fungsi tubuh yang


Definisi tidak sesuai dengan konsep anatomi dan fisiologi
dari sistem saraf pusat dan tepi

Manifestasi • Gejala sensorik


• Gejala motorik
Klinis • Gejala bangkitan
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV adalah:
1) Satu atau lebih gejala atau defisit motorik volunter atau sensorik
yang diperkirakan sebagai suatu kondisi neurologis atau kondisi
medik umum lainnya
2) Faktor psikologis dinilai berkaitan dengan gejala dan defisit karena
permulaan atau eksaserbasi gejala dan defisit didahului stressor
psikologis
3) Gejala atau defisit tidak dengan sengaja dibuat atau berpura-pura
4) Gejala atau defisit setelah cukup penelusuran tidak dapat dijelaskan
secara penuh sebagai kondisi medik umum atau sebagai akibat langsung
dari zat, atau secara kultural sebagai perilaku atau pengalaman
penebusan.
5) Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan atau hendaya yang
bermakna secara klinis di bidang sosial, pekerjaan atau fungsi lain atau
menuntut evaluasi medis
6) Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual,
tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan
bukan karena gangguan mental lainnya
Gangguan Nyeri

– Menurut DSM-IV-TR adalah adanya nyeri yang merupakan keluhan


utama, dan menjadi fokus perhatian klinis.
– Lebih sering pada wanita
– Awitan pada usia 40an dan 50an
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR
Gangguan Nyeri
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat D. Gejala atau defisit tidak dibuat
anatomis adalah fokus dominan gambaran dengan sengaja atau dibuat-buat
klinis dan cukup parah sehingga (seperti pada gangguan buatan atau
memerlukan perhatian klinis malingering).
B. Nyeri menimbulkan distres yang secara E. Nyeri sebaiknya tidak disebabkan
klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, gangguan mood, ansietas, atau
pekerjaan, dan area fungsi penting lain gangguan psikotik dan tidak
C. Faktor psikologis dinilai memiliki memenuhi kriteria diagnostik
peranan penting dalam awitan, keparahan, dispareunia
eksaserbasi, atau menetapnya nyeri.
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

– Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh memiliki perasaan


subjektif yang pervasif mengenai keburukan beberapa aspek
penampilan walaupun penampilan mereka normal atau hampir
normal.
– Inti gangguan ini adalah keyakinan atau ketakuatan seseorang yang
kuat bahwa ia tidak menarik atau bahkan menjijikan.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR
Gangguan Dismorfik Tubuh
– Preokupasi mengenai defek khayalan terhadap penampilan. Jika
terdapat sedikit anomali fisik, kepedulian orang tersebut sangat
berlebihan.
– Preokupasi ini menimbulkan penderitaan yang secara klinis
bermakna atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan area
fungsi penting lain.
– Preokupasi ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan jiwa
lain (contoh: ketidakpuasan akan bentuk tubuh dan ukuran pada
anoreksia nervosa).
DSM V
– DSM-V menghasilkan perubahan signifikan dalam kategori gangguan somatisasi
dalam DSM-IV. Gangguan gejala somatik menggantikan diagnosis gangguan
somatisasi DSM-IV.
– Hipokondriasis, gangguan rasa nyeri, dan kelainan tubuh dismorfik, kondisi
yang tercantum dalam kategori Somatoform Disorders di DSM-IV telah dihapus.
– Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis dan gangguan faktisi telah
ditambahkan ke kategori Somatic Symptom Disorders pada DSM V.
Somatic Symptom Disorder

– Kelainan gejala somatik yang multiple, menyulitkan atau


mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan sehari-hari,
terkadang hanya 1 gejala parah (umum: nyeri).
– Gejala dapat spesifik (mis., Nyeri terlokalisasi) atau relatif tidak
spesifik (mis. Kelelahan).
– Gejala-gejalanya terkadang mewakili sensasi tubuh normal atau
ketidak nyamanan yang umumnya tidak menandakan penyakit
serius.
Kriteria Diagnostik
A. Satu atau lebih gejala somatik yang menyulitkan atau mengakibatkan gangguan
signifikan terhadap kehidupan sehari-hari.
B. Pikiran, perasaan, atau perilaku yang berlebihan terkait dengan gejala somatik atau
masalah kesehatan terkait yang dimanifestasikan oleh setidaknya 1 dari berikut:
 Pikiran yang tidak proporsional dan persisten tentang keparahan dari suatu
penyakit/gejala.
 Tingkat kegelisahan yang tinggi tentang kesehatan atau gejala.
 Meluangkan waktu dan energi yang berlebihan untuk masalah kesehatan atau
gejala.
C. Meskipun salah satu gejala somatik mungkin tidak ada terus menerus, pemikiran
kalau gejala tersebut ada tetap persistent (biasanya > 6 bulan).
– Tetapkan jika :
 Dengan nyeri dominan (gangguan nyeri sebelumnya) : Spesifikator ini untuk
individu yang gejala somatiknya sebagian besar melibatkan nyeri.
– Tetapkan jika :
 Persisten : Perjalanan persisten ditandai dengan gejala yang parah, penurunan
yang nyata, dan durasi yang lama ( > 6 bulan).
– Tingkat keparahan :
– Ringan : 1 dari gejala Kriteria B terpenuhi.
– Sedang : 2 atau lebih dari gejala Kriteria B dipenuhi.
– Parah : 2 atau lebih dari gejala Kriteria B terpenuhi, + ada
beberapa keluhan somatik (atau 1 gejala somatik yang
sangat parah).
Illness Anxiety Disorder

 Mudah khawatir tentang penyakit, seperti dengan mendengar tentang


orang lain jatuh sakit atau membaca berita yang berhubungan dengan
kesehatan.
 Upaya dokter pada jaminan dan paliasi gejala umumnya tidak
mengurangi kekhawatiran individu dan dapat meningkatkan mereka.
 Kekhawatiran penyakit, memengaruhi aktivitas sehari-hari, dan bahkan
dapat mengakibatkan ketidakabsahan.
 Sering memeriksa diri berulang kali. Mereka meneliti penyakit yang
dicurigai secara berlebihan (mis., Di Internet)
Kriteria Diagnostik
A. Preokupasi bahwa ia menderita penyakit serius.
B. Gejala somatik tidak ada atau jika ada, intensitasnya ringan. preokupasi jelas
berlebihan atau tidak proporsional.
C. Kecemasan yang tinggi terhadap kesehatan dan individu mudah khawatir tentang
status kesehatan pribadi.
D. Melakukan perilaku yang berlebihan terhadap kesehatan atau menunjukkan
penghindaran maladaptif.
E. Preokupasi telah hadir ± 6 bulan, tetapi penyakit spesifik yang ditakuti dapat
berubah selama periode waktu.
F. Preokupasi yang berhubungan dengan penyakit tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan mental lainnya, seperti gangguan gejala somatik, gangguan panik,
gangguan kecemasan umum, gangguan dysmorphic tubuh, gangguan kompulsif-
obsesif, atau gangguan delusi, tipe somatik.
Conversion Disorder (Functional
Neurological Symptom Disorder)
Dikategorikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik
Gangguan Mental, Edisi Kelima (DSM-5) kategori Gejala
Somatik dan Gangguan Terkait. Ini melibatkan gejala atau
defisit yang mempengaruhi fungsi motorik atau sensorik
yang menunjukkan kondisi neurologis atau medis umum
lainnya.
Kriteria Diagnostik

A. 1 atau lebih gejala motorik yang berubah atau fungsi sensorik.


B. Temuan klinis memberikan bukti ketidakcocokan antara gejala
dan kondisi neurologis atau medis yang ada.
C. Gejala atau defisit tidak dapat dijelaskan dengan gangguan medis
atau mental yang lain.
D. Gejala atau defisit menyebabkan distress signifikan atau
penurunan fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
atau memerlukan evaluasi medis.
PSYCHOLOGICAL FACTORS AFFECTING
OTHER MEDICAL CONDITIONS

Sebuah gangguan yang didiagnosis ketika kondisi medis umum dipengaruhi


oleh faktor psikologis atau perilaku.

Faktor-faktor tersebut dapat memicu atau memperburuk kondisi medis,


mengganggu perawatan, atau berkontribusi terhadap morbiditas dan
mortalitas.

Faktor-faktor tersebut bukan bagian dari gangguan mental lain (misalnya,


depresi berat unipolar).
Kriteria Diagnostik
A. Ada gejala atau kondisi medis (selain gangguan mentai).
B. Faktor psikologis atau perilaku mempengaruhi kondisi medis dengan salah
satu cara berikut.
1. Telah mempengaruhi jalannya kondisi medis seperti yang ditunjukkan oleh
hubungan yang kuat antara faktor-faktor psikologis dan eksaserbasi, atau
penyembuhan yang tertunda dari suatu kondisi medis.
2. Mengganggu pengobatan/terapi kondisi medis.
3. Merupakan tambahan dari risiko kesehatan
4. Mempengaruhi patofisiologi yang mendasarinya, mempercepat atau
memperburuk gejala atau memerlukan perhatian medis.
C. Faktor-faktor psikologis dan perilaku dalam Kriteria B tidak lebih baik
dijelaskan oleh gangguan mental lain (seperti gangguan depresi mayor,
gangguan stres postraumatic)
Factitious Disorder Imposed on Self
(FDIS)
– Ditandai dengan gejala medis atau psikiatrik umum yang dipalsukan. Pasien
secara keliru merepresentasikan, mensimulasikan, atau menyebabkan gejala
penyakit dan / atau cedera pada diri mereka sendiri, bahkan tanpa adanya
imbalan eksternal yang jelas seperti perolehan finansial, perumahan, atau obat-
obatan.
– Gangguan buatan yang dikenakan pada diri sendiri dibedakan dari gangguan
buatan yang terjadi pada orang lain, seperti anak kecil atau orang dewasa.
– Gangguan buatan sebelumnya disebut sebagai sindrom Munchausen.
Gejala dan Tanda

– Pasien dengan gangguan buatan yang dipaksakan pada diri sendiri dapat
mengeluh atau mensimulasikan gejala fisik yang menunjukkan gangguan
tertentu.
– Sering tahu banyak gejala dan fitur terkait dari gangguan yang mereka pura-
pura
– Kadang-kadang mereka mensimulasikan atau menginduksi temuan fisik .
Kriteria Diagnostik

A. Pemalsuan tanda atau gejala fisik atau psikologis, atau induksi cedera atau
penyakit, terkait dengan penipuan yang teridentifikasi.
B. Individu menampilkan dirinya sendiri kepada orang lain sebagai sakit, cacat,
atau terluka
C. Perilaku menipu terlihat jelas bahkan tanpa adanya imbalan eksternal yang
jelas
D. Perilaku ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti
gangguan delusional atau gangguan psikotik lainnya.
Factitious Disorder Imposed on
Another (FDIA)
– Pada FDIA, seseorang bertindak seolah-olah seseorang yang dia rawat menderita
penyakit fisik atau mental padahal orang tersebut tidak benar-benar sakit.
– Orang-orang dengan FDIA bahkan rela meminta anak atau pasien menjalani tes dan
operasi yang menyakitkan atau berisiko untuk mendapatkan simpati dan perhatian
khusus yang diberikan kepada orang-orang yang benar-benar sakit dan keluarga
mereka.
– Orang dengan FDIA dapat membuat atau melebih-lebihkan gejala anak dengan
beberapa cara. Mereka berbohong tentang gejala, mengubah tes diagnostik,
memalsukan catatan medis, atau menginduksi gejala melalui berbagai cara, seperti
keracunan, mati lemas, kelaparan, dan menyebabkan infeksi.
Karakteristik

Umum :
– Seringkali orang tua, biasanya seorang ibu, tetapi bisa menjadi anak dewasa
dari pasien lansia, pasangan atau pengasuh orang dewasa yang cacat
– Mungkin menjadi profesional perawatan kesehatan
– Sangat ramah dan kooperatif dengan penyedia layanan kesehatan
– Khawatir (beberapa mungkin tampak terlalu khawatir) tentang anak atau
pasien yang dirawat
– Mungkin juga menderita Factitious Disorder Imposed on Self (gangguan tiruan
yang dipaksakan pada diri sendiri)
Tanda-tanda pada anak-anak yang dirawat :
– Anak tersebut memiliki riwayat banyak rawat inap, seringkali dengan serangkaian
gejala yang aneh.
– Gejala anak yang memburuk umumnya dilaporkan oleh ibu dan tidak disaksikan oleh
staf rumah sakit.
– Kondisi dan gejala yang dilaporkan anak tidak sesuai dengan hasil tes diagnostik.
– Mungkin ada lebih dari satu penyakit yang tidak biasa atau kematian anak-anak
dalam keluarga.
– Kondisi anak membaik di rumah sakit, tetapi gejalanya kambuh ketika anak kembali
ke rumah.
– Darah dalam sampel lab mungkin tidak cocok dengan darah anak.
– Mungkin ada tanda-tanda bahan kimia dalam darah, tinja, atau urin anak.
Diagnosis

Sangat sulit karena ketidakjujuran yang terlibat. Dokter harus


menyingkirkan kemungkinan penyakit fisik sebagai penyebab gejala
anak, dan sering menggunakan berbagai tes dan prosedur diagnostik
sebelum mempertimbangkan diagnosis FDIA. Jika penyebab fisik
gejala tidak ditemukan, peninjauan menyeluruh tentang riwayat
kesehatan anak, serta peninjauan riwayat keluarga dan riwayat medis
ibu (banyak yang memiliki FDIS) mungkin memberikan petunjuk
untuk menyarankan FDIA.
Kriteria Diagnostik

A. Pemalsuan tanda atau gejala fisik atau psikologis, atau induksi cedera
atau penyakit, pada orang lain, terkait dengan penipuan yang
teridentifikasi.
B. Individu tersebut menghadirkan individu lain (korban) kepada orang
lain sebagai orang sakit, cacat, atau terluka.
C. Perilaku menipu terlihat jelas bahkan tanpa adanya imbalan eksternal
yang jelas
D. Perilaku tidak dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan
delusional atau gangguan psikotik lainnya.

Catatan: Pelaku, bukan korban, yang menerima diagnosis ini.


OTHER SPECIFIED SOMATIC SYMPTOM AND
RELATED DISORDER

Gejala karakteristik somatic symptom and related disorders yang secaara


klinis menyebabkan distress yang signifikan atau gangguan dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu gangguan dalam somatic
symptom and related disorders.
Contoh :
1. Brief Somatic Symptom Disorder (durasi <6bulan)
2. Brief illness anxiety disorder (durasi <6 bulan)
3. Pseudocyesis
UNSPECIFIED SOMATIC SYMPTOM
AND RELATED DISORDER
Dikategorikan untuk kasus langka di mana terdapat gejala somatik yang
dominan tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk membuat diagnosis yang
lebih spesifik.
TATALAKSANA
Psikoterapi
– Merupakan pilihan terapi utama pada pasien dengan
gangguan somatoform.
– Pasien dibantu beradaptasi dengan gejalanya,
mengekspresikan emosi yang mendasari dan membangun
strategi alternatif untuk mengekspresikan perasaannya.
– Psikoterapi bentuk lainnya, misalnya yang berorientasi pada
pandangan per individu, terapi tingkah laku, terapi kognitif,
dan hipnotis dapat membantu.
FARMAKOTERAPI
– Pada pasien manapun dengan gangguan jiwa yang terjadi
bersamaan atau terdapat keadaan yang mendasarinya seperti
gangguan depresif atau gangguan ansietas, gangguan yang
juga ada ini harus diterapi dengan farmakoterapi yang sesuai
dengan gejala.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai