Anda di halaman 1dari 20

Gangguan Somatoform dan

Gangguan Psikosomatik
Wisnu Ario 1215085

Pembimbing : dr. Ade K, Sp.KJ


Definisi Gangguan Somatoform

 Soma = tubuh
 Kelompok besar dari berbagai gangguan yg komponen utama dari tanda
dan gejalanya adalah tubuh
 Mencakup ingeraksi tubuh-pikiran
 Pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukkan adanya kaitan dgn
keluhan pasien
 Gangguan meliputi (DSM V) :
1. Gangguan somatisasi
2. Gangguan konversi
3. Hipokondriasis
4. Body dysmophic disorder
5. Gangguan nyeri
6. Gangguan Somatoform Yang Tidak Tergolongkan (YTT)
Gangguan Somatisasi
 Merupakan gangguan yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul
berulang-ulang yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik apapun.
 Biasanya bermula sebelum usia 30 tahun, biasanya pada saat remaja.
 Simtom gangguan bertahan paling tidak selama beberapa tahun.
 Berakibat menuntut perhatian medis.
 Mengalami hendaya(hambatan) yang berarti dalam memenuhi peran
sosial atau pekerjaan.
 Keluhan-keluhan tampak meragukan atau dibesar-besarkan dan sering
menerima perawatan medis dari sejumlah dokter terkadang pada saat
yang sama.
 Rumus : 4 – 2 – 1 – 1
 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal(lambung-usus), 1 gejala seksual dan
1 gejala pseudoneurologis
Kriteria Diagnosis Gangguan Somatisasi
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
 Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau
fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum,
selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
 Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri
(misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi
terhadap beberapa jenis makanan)
 Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri
(misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur,
perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
 Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti
gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, sulit menelan
atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,
pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
Con’t
C. Salah satu (1)atau (2):
 Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan
suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
 Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Gangguan Konversi
 Ditandai dengan suatu perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya
fungsi fisik, meski tidak ada temuan medis yang dapat ditemukan sebagai
penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut.
 Simtom-simtom tersebut tidak dibuat dengan sengaja
 Simtom fisik biasanya timbul dengan tiba-tiba pada situasi penuh tekanan.
Misalnya tangan tentara yang tiba-tiba lumpuh saat pertempuran hebat.
 Beberapa simtom yang muncul al: kelumpuhan, epilepsi, masalah dengan
koordinasi, kebutaan, tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat
di depan mata), tuli, tidak bisa membaui atau kehilangan rasa pada anggota
badan (anestesi).
 Simtom yang ditemukan biasanya tidak sesuai dengan kondisi medis yang
mengacu. Misalnya orang yang menjadi “tidak mampu” berdiri atau berjalan
di lain pihak dapat melakukan gerakan kaki lainnya secara normal.
 Biasanya menunjukkan fenomena LA BELLE INDEFERENCE (ketidakpedulian
yang indah) yaitu suatu kata dalam bhs Prancis yang menggambarkan
kurangnya perhatian terhadap simtom-simtom yang ada pada dirinya.
Kriteria Diagnosis Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat
diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Hipokondriasis
 Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang
dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung.
 Rasa takut akan tetap ada walau telah diyakinkan secara medis bahwa
ketakutannya itu tidak berdasar. -> memunculkan perilaku doctor
shopping.
 Tujuan doctor shopping adalah berharap ada dokter yang kompeten dan
simpatik akan memperhatikan mereka, sebelum terlambat.
 Penderita tidak secara sadar berpura-pura akan simtom fisiknya.
 Umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan sistem
pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri, tapi tidak
melibatkan kehilangan atau distorsi fungsi fisik.
 Penderita sangat peduli dengan simtom yang muncul -> memunculkan
ketakutan yang luar biasa akan efek dari simtom tersebut.
 Menjadi sangat peka terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik
seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit rasa nyeri.
Kriteria Diagnosis Hipokondriasis
A. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu
penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-
gejala tubuh.
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Body Dysmorphic Disorder
 Penderita terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-
besarkan dalam hal penampilan mereka.
 Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri
di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba
memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan.
 Bisa sampai melakukan operasi plastik yang tidak dibutuhkan.
 Atau membuang semua cermin di rumahnya agar tidak diingatkan akan
‘cacat’ yang mencolok dari penampilan mereka.
 Mereka percaya orang lain memandang diri mereka jelek dan memiliki
penampilan fisik yang tidak menarik.
 Bisa memunculkan perilaku kompulsif dalam rangka mengoreksi kerusakan
yang dipersepsikannya.
Kriteria Diagnosis Body Dysmorphic
Disorder
A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit
anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia
nervosa).
Gangguan Nyeri
 Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih
tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis
non psikiatrik.
 Gejala nyeri disertai oleh penderitaan emosional dan gangguan fungsional,
dan gangguan memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan faktor
psikologis.
 Jenis nyeri yang dialami sangat heterogen misalnya nyeri punggung, kepala,
pelvis (panggul).
 Nyeri yang dialami mungkin pasca traumatik, neuropatik (penyakit syaraf),
neurologis, iatrogenik (disebabkan tindakan dokter misal karena pengobatan)
atau muskuloskeletal (otot)
 Gangguan harus memiliki suatu faktor psikologis yang dianggap secara
bermakna dalam gejala nyeri dan permasalahannya.
 Seringkali penderita memiliki riwayat perawatan medis dan bedah yang
panjang, mengunjungi banyak dokter dan meminta banyak medikasi.
 Memiliki keinginan kuat untuk melakukan pembedahan
 Sering mengatakan bahwa nyeri sebagai sumber dari semua kesengsaraannya
dan menyangkal adanya permasalahan psikologis serta menyatakan hidup
mereka bahagia kecuali nyerinya.
Kriteria Diagnosis Gangguan Nyeri

A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat


gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian
klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-
buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,
kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Tuliskan seperti berikut :
 Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis (faktor psikologis dianggap
memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya nyeri)
Golongkan :
Akut: durasi kurang dari 6 bulan
Kronis: durasi 6 bulan atau lebih

 Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medis
umum
Golongkan :

Akut: durasi kurang dari 6 bulan


Kronis: durasi 6 bulan atau lebih

Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan
untuk mempermudah diagnosis banding.
Gangguan Somatoform yang Tidak
Tergolongkan
 Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
 Salah satu (1)atau (2)
 Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang
diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
 Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
atau temuan laboratonium.

 Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
 Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
 Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan
somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau
gangguan psikotik).
 Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
berpura-pura)
TERAPI

 Secara umum gangguan somatoform diterapi dengan psikoterapi dengan


pendekatan yang berbeda-beda. (karena pasien biasanya menolak ke
psikiater maka sebaiknyadiarahkan untuk memfokuskan pada masalah
stress dan bagaimana mengatasinya)
 Psikoterapi dapat dilakukan individual maupun kelompok
 Terapi psikofarmakologi dianjurkan apabila terdapat gnagguan lain
(komorbid), khususnya gangguan somatisasi. Tapi perlu diperhatikan
pengawasan minum obat
 Untuk gangguan nyeri pemberian alagesik tidak membantu, lebih baik
diberikan antidepresan SSRI
Gangguan Psikosomatik
 Dulu dikenal sebagai gangguan psikosomatis
 Sekarang lebih dikenal sebagai faktor psikologik yang memengaruhi
kondisi medis. Secara umum, gangguan ini digambarkan sebagai satu
atau lebih faktor psikologis atau amsalah perilaku yang secara jelas
memperburuk perjalanan atau hasil kondisi medis umum ; atau secara jelas
meningkatkan risiko seseorang mengalami hasil atau kondisi yang lebih
buruk
 Etiologi yang masih dianut sampai sekarang adalah akibat teori stress dan
dipengaruhi oleh sistem Neurotransmitter, sistem endokrin, dan sistem
imunologik
Kriteria Diagnosis Gangguan
Psikosomatik
A. Adanya suatu kondisi medis umum (dikodekan dalam Aksis
III)Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis umum
dengan salah satu cara berikut : Faktor yang mempengaruhi
perjalanan kondisi medis umum ditunjukkan oleh hubungan erat
antara faktor psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dan,
atau keterlambatan penyembuhan dan, kondisi medis umum.
B. Faktor yang mengganggu pengobatan kondisi medis umum.
C. Faktor yang membuat risiko kesehatan tambahan bagi individu.
D. Respons fisiologis yang berhubungan dengan stres menyebabkan
atau mengeksaserbasi gejala-gejala kondisi medis umum.
Gangguan Spesifik
 Gangguan Gastrointestinal
 GERD, Ulkus peptikum, kolitis ulcerativa, Crohn.s disease

 Gangguan Kardiovaskuler
 PJK. Hipertensi, Vascular Heart Disease and anxiety disorder

 Gangguan Pernafasan
 Asma Bronkial, sindroma hiperventilasi

 Gangguan Endokrin
 Hipertitroidisme, hipotiroidisme, DM

 Gangguan Adrenal
 Hiperkortisolisme, hiperprolaktinemia

 Gangguan Kulit
 DA, Psoriasis, Hiperhidrosis, Localized pruritus

 Gangguan Muskuloskeletal
 RA, SLE, LBP

 Gangguan psiko-onkologi
Terapi

 Terapi Kombinasi Farmakologi dan non-farmakologi


 Pada keadaan akut yang utama biasanya diberikan anti ansietas dan anti
depresan serta farmakoterapi sesuai penyakit konkomitannya
 Non farmakologi dapat dilakukan psikoterapi, tetapi lebih bersifat suportif
 Psikoterapi dilakukan secara bertahap

Anda mungkin juga menyukai