• Keadaan dimana terjadi penekanan dari luar pada dinding dada dan perut
terfiksasi dan menghalangi gerak pernapasan.
• Merupakan tipe asfiksia yang paling murni.
• Tanda-tanda klasik asfiksia: bendungan pada wajah, sianosis, ptekie dan perdarahan
pada mata, kelopak mata, dan wajah.
• Postural Hypoxia: terjadi pada individu yang tidak sadar atau individu dengan
disabilitas dimana posisi tubuh bagian atas lebih rendah dibandingkan tubuh bagian
bawah organ di perut menekan diafragma dada tidak berkembang secara
maksimal dan efektif menyebabkan kematian.
Autoerotic asphyxiaton atau Asfiksia Seksual
Terjadi pada kasus deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk
mendapatkan kepuasan, yg karena terlambat mengendurkan tali/sulit melepaskan diri
sesudah tjd penurunan kesadaran.
Penetuan diagnosis asfiksia seksual harus berdasarkan:
Terbukti adanya aktivitas seksual solo
Lokasi yang privat
Bukti adanya aktivitas yang serupa sebelumnya
Tidak ada maksud untuk bunuh diri
Adanya barang-barang yang tidak biasanya seperti penjerar, pakaian, pornografi
Kerusakan pada alat
Pemeriksaan di TKP
Pembunuhan Bunuh diri
Alat penjerat:
Simpul Simpul mati Simpul hidup
Jumlah lilitan 1 1/lebih
Arah Mendatar Serong ke atas
Jarak titik tumpu-simpul Dekat Jauh
Korban:
Jejas Berjalan mendatar Meninggi ke arah simpul
Luka perlawanan + -
Luka-luka lain Ada, sering di daerah leher Biasanya tidak ada
TKP:
Kondisi Tidak teratur Teratur
Pakaian Tdk teratur, robek Rapi, baik
Alat Dari pembunuh Berasal dari yg ada di TKP
Surat peninggalan - +
Tenggelam
• Kematian akibat mati lemas/asfiksia disebabkan masuknya cairan ke dlm
saluran napas dan proses akibat terbenamnya korban dlm air yg
menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa. Tenggelam juga
merupakan proses masuknya cairan ke dalam saluran nafas yang
mengakibatkan gangguan pertukaran udara alveoli, dan dapat menjadi mati
lemas.3
• Tanda khas: terbenam dlm air
Tenggelam cont…
Istilah:
1. Wet drowning: cairan masuk ke dlm saluran pernapasan setelah korban tenggelam
2. Dry drowning: cairan tdk masuk ke dlm saluran pernapasan, akibat spasme laring
3. Secondary drowning: terjadi beberapa hari setelah tenggelam dan meninggal akibat koomplikasi
4. Immersion syndrome: tiba-tiba meninggal setelah tenggelan di air dingin akibat refleks vagal
Kematian pada korban tenggelam dapat terjadi akibat 1 :
Asfiksia akibat spasme laring
Asfiksia karena dagign dan choking
Refleks Vagal
Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)
Edema pulmoner (dalam air asin)
Tenggelam cont…
1. Tenggelam di air tawar
• Terjadi absorpsi cairan massif Karen konsentrasi elektrolit air tawar lbh
rendah dr darah hemodilusi darah, air masuk ke dlm aliran darah sekitar
alveoli pecahnya eritrosit (hemolisis)
• Pengenceran darah tubuh kompensasi dgn melepaskan ion kalium dr otot
jantung ion kalium dlm plasma darah naik perubahan keseimbangan
ion K+ dan Ca2+ di serabut otot jantung fibrilasi ventrikel dan ↓TD
kematian akibat anoksia otak dlm 5 mnt.
Tenggelam cont…
2. Tenggelam di air asin (hipertonik)
• Konsentrasi elektrolit cairan air asin lbh tinggi air akan ditarik dr sirkulasi
pulmonal ke jaringan insterstitial paru edema pulmoner, hemokonsentrasi,
hipovolemi, ↑ kadar magnesium dlm darah. Hemokonsentrasi sirkulasi
lambat payah jantung. Kematian dlm 8-9 mnt
Pemeriksaan jenazah
1. Menentukan identitas korban: pakaian/benda, deformitas, sidik jari, gigi
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam: pemeriksaan diatom
3. Penyebab kematian sebenarnya dan jenis drowning
4. Faktor yg berperan dlm proses kematian
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
6. Apakah ada penyulit alamiah yg mempercepat kematian
Pemeriksaan Luar
Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda – benda asing
lain
Busa halus pada hidung dan mulut.
Mata setengah terbuka/tertutup
Kutis anserina (gambaran kulit angsa) pada kulit anterior tubuh karena kontraksi otot erektor
pili.
Washer’s woman hand (telapak kaki dan tangan berwarna putih dan berkeriput karena
imbibisi cairan ke dlm kutis).
Cadaveric Spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban berusaha
menyelamatkan diri.
Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, kaki karena gesekan dgn benda dlm air 1,2,3,4
Pemeriksaan Dalam
Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuhan air) dalam saluran pernafasan
(trachea dan cabang)
Paru-paru membesar spt balon, lebih berat dan dapat mencapai berat 700-
1000 gr (N: 250-300 gr)
Petekie sedikit sekali (kapiler terjepit Antara septum inter alveolar). Terdapat
bercak Paltauf (ungu , berbatas tegas) akibat alveoli yang pecah pada
permukaan paru-paru.
Lambung dpt sangat membesar, berisi air, lumpur 1,2,3,4
Pemeriksaan Diatom
• Pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat mikroskopik alga/ganggang bersel satu dgn
dinding tdr dr silikat yg tahan panasbdan asam kuat. Terdapat pada air laut dan air tawar.
• Pada kasus tenggelam alga ke dlm saluran pernapasan/pencernaan aliran darah melalui
kerusakan dinding kapiler jaringan. Meningkatnya jumlah diatom pada organ internal
menunjukkan bahwa korban kasus tenggelam.3
• Mayat segar: jaringan paru
• Membusuk: ginjal, otot skelet, sumsum femur
• Hasil: 4-5/LPB atau 10-20 per 1 sediaan
Diagnosis Tenggelam
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosa kematian dapat
di lakukan dengan:
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan Laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan, dan berat
jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat sudah membusuk, diagnosis kematian dibuat adanya diatom yang cukup
banyak pada paru-paru dan penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau sumsum
tulang, maka diagnosis akan menjadi makin pasti.1
Daftar pustaka
• Idries, Abdul Muin’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. edisi pertama.
Binarupa Aksara; 1997.
• Shepherd R. Simpson's Forensic Medicine. edisi 12. Arnold: London. 2003
• J, Payne-James dkk. Simpson’s Forensic Medicineedisi 13. Arnold: London. 2011
• Budiyanto.A,Widiatmaka,W.Sudiono,S.Winardi,T.Idries,AM.,Sidhi,DKK.Ilmu
Kedokteran Forensik.Bagian kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1994
• Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology. Arnold: London. 2001