Anda di halaman 1dari 4

2.1.

Klasifikasi dan Diagnosis


F45 Gangguan Somatoform
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:3
F.45.0 gangguan somatisasi
F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci
F.45.2 gangguan hipokondriasis
F.45.3 disfungsi otonomik somatoform
F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap
F.45.5 gangguan somatoform lainnya
F.45.6 gangguan somatoform YTT
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ
ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian
psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan
hipokondriasis.

Contoh Penulisan Diagnosis multiaksial:


Aksis I

: Gangguan somatoform, somatisasi

Aksis II : Tidak ada diagnosis aksis II


Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Masalah dengan keluarga
Aksis V : GAF Scale 51-60: gejala sedang, disabilitas sedang

2.2. Pedoman Diagnostik Gangguan Somatoform3


Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negative dan kelainan yang menjadi dasar keluhan.
F45.0 Gangguan Somatisasi
PedomanDiagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Ada banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun.
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari bebarapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya.
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluha-keluhannya dan dampak dari prilakunya
F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci
Pedoman Diagnostik:
a) Ada banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun.
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari bebarapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya.
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluha-keluhannya dan dampak dari prilakunya
F45.2 Gangguan Hipokondrik
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
a)

Keyakinan yg menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yg


serius yg melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemerikasaan yg
berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yg memadai, ataupun

adanya peokupasi yg menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk


penampakan fisiknya ( tidak sampai waham);
b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari bebearap dokter
bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yg melandasi
keluhan.
F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti, memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat,
tremor, muka panas/flushing, yg menetap dan mengganggu;
b) Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau orgab tertentu (gejala
tidak khas);
c) Preokupasi dengan dan penderitaan (disterss) mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius (sering tidak begitu khas)

dari sistem atau organ

tertentu, yg tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun


penjelasan dari para dokter;
d) Tidak terbukti adanya gangguan yg cukup berarti para struktur/fungsi dari
sistem atau organ yg dimaksud.
F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Pedoman diagnostik
a) Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan
fisik.
b) Nyeri timbul dalam hbungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yg cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut.
c) Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.

F45.8 Gangguan Somatoform lainnya


Pedoman diagnostik

Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,


dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat
berbeda dengan gangguan Somatisasi (F45.0) dan Gangguan Somatoform Tak
Terinci (F45.1) yg menunjukkan keluhan yg banyak dan berganti-ganti

Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.

Gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:


a) globus hystericus (perasaan ada benjolan di kerongkongan yg
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
b) Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali
sindrom Tourette);
c) Pruritus psikogenik;
d) Dismenore psikogenik;
e) teet grinding

F45.8 Gangguan Somatoform YTT

Dapusnya
3. Departemen Kesehatan R.I., 1995. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai