0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas klasifikasi dan pedoman diagnostik gangguan somatoform menurut PPDGJ III dan DSM-IV. Terdapat lima kelompok gangguan somatoform utama yaitu gangguan somatisasi, tak terperinci, hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, dan nyeri somatoform menetap. Diagnosis membutuhkan adanya keluhan gejala fisik berulang tanpa penjelasan medis yang jelas beserta dampak fungsional dan ketidakmauan mener
Dokumen ini membahas klasifikasi dan pedoman diagnostik gangguan somatoform menurut PPDGJ III dan DSM-IV. Terdapat lima kelompok gangguan somatoform utama yaitu gangguan somatisasi, tak terperinci, hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, dan nyeri somatoform menetap. Diagnosis membutuhkan adanya keluhan gejala fisik berulang tanpa penjelasan medis yang jelas beserta dampak fungsional dan ketidakmauan mener
Dokumen ini membahas klasifikasi dan pedoman diagnostik gangguan somatoform menurut PPDGJ III dan DSM-IV. Terdapat lima kelompok gangguan somatoform utama yaitu gangguan somatisasi, tak terperinci, hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, dan nyeri somatoform menetap. Diagnosis membutuhkan adanya keluhan gejala fisik berulang tanpa penjelasan medis yang jelas beserta dampak fungsional dan ketidakmauan mener
F45 Gangguan Somatoform Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:3 F.45.0 gangguan somatisasi F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci F.45.2 gangguan hipokondriasis F.45.3 disfungsi otonomik somatoform F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap F.45.5 gangguan somatoform lainnya F.45.6 gangguan somatoform YTT DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.
Contoh Penulisan Diagnosis multiaksial:
Aksis I
: Gangguan somatoform, somatisasi
Aksis II : Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III Aksis IV : Masalah dengan keluarga Aksis V : GAF Scale 51-60: gejala sedang, disabilitas sedang
2.2. Pedoman Diagnostik Gangguan Somatoform3
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative dan kelainan yang menjadi dasar keluhan. F45.0 Gangguan Somatisasi PedomanDiagnostik Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut: a) Ada banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun. b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari bebarapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya. c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluha-keluhannya dan dampak dari prilakunya F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci Pedoman Diagnostik: a) Ada banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun. b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari bebarapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya. c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluha-keluhannya dan dampak dari prilakunya F45.2 Gangguan Hipokondrik Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada: a)
Keyakinan yg menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yg
serius yg melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemerikasaan yg berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yg memadai, ataupun
adanya peokupasi yg menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya ( tidak sampai waham); b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari bebearap dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yg melandasi keluhan. F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform Pedoman diagnostik Diagnosis pasti, memerlukan semua hal berikut: a) Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/flushing, yg menetap dan mengganggu; b) Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau orgab tertentu (gejala tidak khas); c) Preokupasi dengan dan penderitaan (disterss) mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas)
dari sistem atau organ
tertentu, yg tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun
penjelasan dari para dokter; d) Tidak terbukti adanya gangguan yg cukup berarti para struktur/fungsi dari sistem atau organ yg dimaksud. F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap Pedoman diagnostik a) Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik. b) Nyeri timbul dalam hbungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial yg cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut. c) Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang bersangkutan.
F45.8 Gangguan Somatoform lainnya
Pedoman diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,
dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat berbeda dengan gangguan Somatisasi (F45.0) dan Gangguan Somatoform Tak Terinci (F45.1) yg menunjukkan keluhan yg banyak dan berganti-ganti
Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
Gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:
a) globus hystericus (perasaan ada benjolan di kerongkongan yg menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya. b) Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali sindrom Tourette); c) Pruritus psikogenik; d) Dismenore psikogenik; e) teet grinding
F45.8 Gangguan Somatoform YTT
Dapusnya 3. Departemen Kesehatan R.I., 1995. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI