Anda di halaman 1dari 12

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

* Kepaniteraan Klinik Senior / April 2021


** Pembimbing / dr. Susianti,M.Ked, Sp.KJ

GANGGUAN SOMATOFORM

Dosen Pembimbing
Dr. Susiati, M.Ked.,Sp.KJ

Oleh:
Indira Larasati, S.Ked G1A220032
Kurnia Sari, S.Ked G1A220120
Nadila Lara Sandy, S.Ked G1A220053

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2021
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

GANGGUAN SOMATOFORM

DISUSUN OLEH

Indira Larasati, S.Ked G1A220032


Kurnia Sari, S.Ked G1A220120
Nadila Lara Sandy, S.Ked G1A220053

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas


Bagian Ilmu Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Jambi Program Studi Profesi
Dokter Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Jambi, April 2021
PEMBIMBING

dr. Susianti,M.Ked, Sp.KJ


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Referat pada Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Jambi yang berjudul “Gangguan Somatoform”.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Ilmu
Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dan melihat penerapannya
secara langsung di lapangan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada dr. Susianti, M.Ked.,Sp.KJ selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna, penulis juga
dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar
lebih baik kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap bahwa tugas ini bermanfaat bagi kita semua
dan dapat menambah informasi serta pengetahuan kita.

Jambi, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI I
BAB I 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Metode Penulisan 2
BAB II 3
2.1 F45 Gangguan Somatoform Berdasarkan PPDGJ III 3
2.2 Gangguan Somatoform……………………………………………………....3
2.2.1 Definisi…………………………………………………………………..
2.2.2

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah somatoform berasal dari bahasa Yunani yaitu “soma” yang berarti
tubuh.1 Gangguan somatoform merupakan suatu kelompok gangguan yang
memiliki gejala fisik (nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak adanya penjelasan
medis yang adekuat.1 Gejala dan keluhan somatik yang terjadi cukup serius untuk
menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan
pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial ataupun
pekerjaannya.2 Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian
klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset,
keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-
pura yang disadari atau gangguan buatan.2,3
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala
fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Untuk hal
tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut
terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik.2 Karena gejala tak spesifik
dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita
somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalah diagnosiskan menjadi
somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak
menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang.2
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.4
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan mengenai Gangguan Somatoform
2. Meningkatakan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran
khususnya di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.
2

3. Memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Jambi Rumah
Sakit Jiwa Daerah Probinsi Jambi.
1.3 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang mengacu
pada beberapa literatur.
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 F45 Gangguan Somatoform (Berdasarkan PPDGJ III)5


Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya
bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga
menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan
fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan
meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi.
Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai
kemungkinan penyebab keluhan-keluhannya menimbulkan frustasi dan
kekecewaan pada kedua belah pihak.
F45.0 Gangguan Somatisasi
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun;
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang menjelaskan keluhan-keluhannya;
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci
a) Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan
tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi
tidak terpenuhi;
b) Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas,
akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.
F45.2 Gangguan Hipokondrik
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
a) Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik
yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan
yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alas an fisik yang memadai,
ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau
perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham);
b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan-keluhannya.

F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform


Diagnostik pasti memerlukan semua hal berikut:
1) Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat,
tremor,muka merah , yang menetap dan mengganggu
2) Gejala subjektif tambahan yang mengacu kepada sistem atau organ
tertentu.
3) Preokupasi dengan dan distress mengenai kemungkinan adanya gangguan
yang serius (sering tidak begitu khas), dari sistem atau organ tertentu, yang
tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dan
peneguhan oleh para dokter
4) Tidak terbukti adanya gangguan yang bermakna pada struktur atau fungsi
dari sistem atau organ yang dimaksud

Karakter kelima dapat digunakan untuk mengklasifikasikan gangguan-


gangguan individual dalam kelompok ini, yang menunjukkan pada organ atau
sistem yang oleh pasien dijadikan fokus penyebab keluhannya.
Karakter kelima: F45.30 Jantung dan sistem kardiovaskular
Termasuk : Neurosis jantung (cardiac neurosis)
Sindrom Da Costa
Astenia Neurosirkulatorik
F45.31 Saluran pencernaan bagian atas
Termasuk ; Neurosis lambung (gastric neurosis)
Aerofagia/ kembung lambung psikogenik
(psychogenic aerophagy), cekukan (hiccough),
dyspepsia dan pilorospasme
F45.32 Saluran pencernaan bagian bawah
Termasuk : Kembung psikogenik (psychogenic flatulence),
irritable bowel syndrome, diarrhea gas
syndrome
F45.33 Sistem pernapasan
Termasuk : Batuk dan hiperventilasi psikogenik
F45.34 Sistem genitourinaria
Termasuk : Sering buang air kecil dan disuria psikogenik
F45.38 Sistem atau organ lainnya

F45.4 Ganguan Nyeri Somatoform Menetap


Pedoman Diagnostik :
a) Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya
gangguan fisik.
b) Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau
problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.
c) Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.

F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya


Pedoman Diagnostik :
a) Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,
dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini
sangat berbeda dengan Gangguan Somatisasi (F45.0) dan Gangguan
Somatoform Tak Terinci (F45.1) yang menunjukkan keluhan yang banyak
dan berganti-ganti.
b) Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
c) Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini :
(1) Globus Hystericus (perasaan ada benjolan di kerongkongan yang
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
(2) Tortikolis Psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya
(kecuali Sindrom Tourette).
(3) Pruritus Psikogenik.
(4) Dismenore Psikogenik.
(5) “Teeth Grinding”.

F45.9 Gangguan Somatoform YTT


2.3 Gangguan Somatisasi
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
2.3.3 Patogenesis
2.3.4 Klasifikasi
2.3.5 Diagnosa
2.3.6 Penatalaksanaan
2.3.7 Prognosis
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual dan pusing) dimana tidak dapat
ditemukan gejala fisik yang adekuat. Gambaran penting dari gangguan
somatoform adalah gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau
mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau
perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor
psikologis atau konflik.
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik
yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya
bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan somatoform dibagi menjadi: gangguan
somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis,
disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap,
gangguan somatoform lainnya, dan gangguan somatoform YTT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Gangguan Somatoform. Jakarta:
FKUI.
2. Sadock B J, Sadock V A. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavior Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams &
Wilkins. 2007.p: 631-651
3. Pardamean E. 2007. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Somatoform. Ikatan Dokter Indonesia
Cabang Jakarta Barat.
4. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI : Jakarta :2001
5. Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III dan DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.

Anda mungkin juga menyukai