Anda di halaman 1dari 3

Gangguan Somatoform/Somatik

Ciri-ciri (Diagnosis)

Gangguan Somatofrom

Ciri utama

 Keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik.
Walaupun sudah berkali-kali dilakukan pemeriksaan dan terbukti hasil yang negatif dan
sudah jelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar
keluhannya
 Penderita akan menyangkal dan terus menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara
keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya walaupun
sudah terdapat gejala-gejala anxietas dan depresi.

Macam – Macam Gangguan Somatofrom

1. Gangguan Somatisasi

Menurut pedoman diagnostik pada buku PPDGJ III bahwa diagnosis pasti memerlukan semua hal
berikut :

 Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan
atas dasar adanya kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
 Tidak mau menerima nasehat atau kejelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan
fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
 Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga dan berkaitan dengan sifat
keluar-keluargaannya dan dampak dari perilakunya.
2. Gangguan somatoform tak terinci
Ciri-ciri (diagnosis)
 Keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, tetapi gambaran klinis yang
khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
 Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas akan tetapi
tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.

3. Gangguan Hipokondriasis
 Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluarannya meskipun telah melakukan pemeriksaan yang berulang-
ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai ataupun adanya preokupasi yang
menetap kemungkinan diformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik. Menimbulkan
ketakutan atau kecemasan yang berlebihan mengalami penyakit tertentu.
 Tidak mau menerima nasehat dan dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.

4. Disfungsi otonomik somatoform


Ciri-ciri ( Diagnosis)
 Adanya gejala-gejala bangkitan otonomi seperti palpitasi, berkeringat, Tremor, muka
panas/”flushing”, yang menetap dan mengganggu.
 Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu ( gejala tidak
khas)
 Preokupasi terhadap penderitaan (distress), mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius dari sistem atau organ tertentu yang tidak terpengaruh oleh
hasil pemeriksaan yang berulang maupun penjelasan para dokter.
 Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur atau fungsi dari
sistem atau organ yang dimaksud.

5. Gangguan nyeri somatofrom menetap


Ciri-ciri (Diagnosis
 Klan utamanya nyeri berat menyiksa dan menetap dan tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya atas dasar fisiologik atau maupun adanya gangguan fisik
 Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut
 Dampaknya adanya meningkatnya perhatian dan dukungan baik personal maupun
medis untuk yang bersangkutan.
6. Gangguan somatoform lainny
 Pada gangguan ini keluhan-keluarnya tidak melalui sistem saraf otonom dan
terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu.
 Tidak ada kaitannya dengan adanya kerusakan jaringan.
gangguan-gangguan berikut yang dimasukkan ke dalam kelompok ini:
a) Globus hystericus
b) Tortikolis psikogenik
c) Pruritus psikogenik
d) Dismenore psikogenik
e) Teeth Grinding

Penyebab

Penanganan

1. Terapi Pain Disorder


terapi ini secara umum disarankan untuk mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak
dapat dilakukan oleh penderita agar akibat rasa nyeri yang dialaminya tetapi mengajari
penderita bagaimana caranya menghadapi stres mendorong untuk mengerjakan aktivitas
yang lebih baik dan meningkatkan kontrol diri ( Ardani,2011:98)
Cara yang efektif yaitu
 Validasikan bahwa nyeri itu adalah nyata atau bukan
 Relaxation training
 Memberi reward kepada mereka yang berperilaku tidak seperti orang yang
mengalami rasa nyeri
2. Terapi Hypochondriasis

Menggunakan pendekatan kognitif behavior, penelitian menunjukkan bahwa penderita


hipokondriasis memperlihatkan bayinya kognitif dalam melihat ancaman ketika berkaitan
dengan isu kesehatan. Sehingga pendekatan kognitif behavioral dapat bertujuan untuk
mengubah pemikiran pesimistis. Selain itu pengobatan juga hendaknya dikaitkan dengan
strategi yang mengalihkan penderitaan gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan
meyakinkan mereka untuk mencari kepastian medis bahwa mereka tidak sakit.

3. Terapi somatization disorder


Menurut para ahli kognitif dan behavioral meyakini bahwa tingginya tingkat kecemasan yang
diasosiasikan dengan Somatization di soda yang dipicu oleh situasi khusus. bagi orang yang
sakit sekian lama maka akan tumbuh kebiasaan akan ketergantungan untuk menghindari
tantangan hidup sehari-hari daripada menghadapi tantangan tersebut seperti orang dewasa.
Dalam pendekatan yang lebih umum mengenai somatization disadar dokter hendaknya tidak
meremehkan validitas dari keluhan fisik tetapi perlu diminimalisir penggunaan tes tes
diagnosis dari obat-obatan mempertahan hubungan dengan mereka terlepas dari apakah
mereka mengolah tentang penyakitnya atau tidak.
4. Penanganan gangguan somatoform secara umum.
teknik kognitif behavioral paling sering memaparkan terhadap pencegahan respon
restrukturisasi kognitif dengan sejarah sengaja memunculkan kerusakan yang dipresepsikan
di depan umum dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah dan pakaian. Dalam
restrukturisasi kognitif terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai
penampilan fisiknya dan cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka
dengan bukti yang jelas

Referensi

Anda mungkin juga menyukai