Anda di halaman 1dari 48

Diskusi Topik 7:

Gangguan Somatoform
Disusun oleh:
Silmi Hidayah (41211396100028)

Pembimbing:
dr. Mariyatul Choirah, Sp. KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSUP Fatmawati


Jakarta Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Periode 19 – 23 Desember 2022
Soma artinya tubuh dan form artinya
bentuk. Gangguan mencakup interaksi
tubuh dan pikiran dengan gejala dan
tanda terasa di tubuh. Namun, hasil
pemeriksaan fisik dan lab tidak
menunjukkan kelainan yang berhubungan
dengan keluhan pasien.
F45.0 Gangguan
Somatisasi
Gejala somatik yang banyak yang tidak
dapat dijelaskan berdasarkan
pemeriksaan fisik maupun lab. Gangguan
bersifat kronis berkaitan dengan stresor
psikologis dan menimbulkan hendaya
sosial dan okupasi
Epidemiologi

● Lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan


5:1

● Prevalensi sepanjang hidup perempuan 0,2-2% dan 0,2% pada pria

● Biasanya terjadi mulai pada usia <30 tahun, paling sering dimulai saat
remaja.
Etiologi dan Faktor Resiko
Psikososial Biologis
Gejala gangguan psikososial sebagai
bentuk komunikasi bertujuan untuk Genetik. Gangguan somatisasi
menghindari kewajiban, ekspresi emosi, dapat ditransmisi dari genetik.
dan menyimbolkan perasaan. Terjadi 10-20% pada wanita
turunan pertama.
Hal ini dapat terjadi karena faktor aspek
pembelajaran (factor behavior), Seperti
ajaran dari orang tua, sosial, kultur, atau
etnik.
Gambaran Klinis
Keluhan somatik :
Mual, muntah, sulit menelan, sakit lengan dan tungkai, nafas pendek,
amnesia, komplikasi kehamilan, dan menstruasi

Gejala pseudoneurologik:
Gangguan koordinasi, paralisis, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau
sakit,retensi urin, sampai hilang kesadaran bukan karena pingsan.

- Sering pasien merasa sakit sepanjang hidupnya


- Penderitaan psikologik dan masalah interpersonal menonjol, seperti
cemas dan depresi
- Mengeluhkan keluhan secara dramatik
- Pasien tampak mandiri, terpusat pada dirinya, haus penghargaan dan
puian, serta manipulatif
Kriteria Diagnosis PPDGJ
III
Diagnosis pasti memerlukan semua ini:
1. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah
berlangsung sedikitnya 2 tahun
2. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya
3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya
Tatalaksana
1. Pasien hanya ditangani oleh 1 dokter saja →
hindari kesempatan mengungkapkan keluhan
somatiknya
2. Pemeriksaan fisik tetap dilakukan untuk setiap
keluhan somatik
3. Lakukan check up setiap 1 bulan sekali
4. Keluhan somatis yang baru harus didengarkan
sebagai ekspresi emosional bukan keluhan
medis
5. Psikoterapi dilakukan bisa individu atau
kelompok
6. Psikofarmakologi tidak dianjurkan kecuali ika
ada gangguan lain → hindari penggunaan obat
irasioal
F45.1 Gangguan
Somatoform tak
terinci
Kriteria Diagnosis PPDGJ
III
1. Keluhan fisik bersfat multipel, bervariasi, dan menetap, akan tetapi
gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak
terpenuhi.

2. Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum


jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-
keluhannya
F45.2 Gangguan
Hipokondrik

Seseorang yang berpreokupasi dengan


ketakutan atau keyakinan menderita penyakit
serius. Pasien memiliki interpretasi yang
tidak realistis atau akurat terhadap gejala
atau sensasi fisiknya
Epidemiologi
4-6%
Prevalensi hipokondriasis dari populasi pasien medik
umum, kemungkinan bisa capai 15%

Usia 20-30thn
Awitan tersering usia 20-30thn

3%
Terjadi pada mahasiswa kedokteran yang umumnya terjadi
pada 2 tahun pertama pendidikan
Etiologi
Psikodinamik

Dorongan agresivitas dan


Skema kognitif permusuhan yang
salah ditujukan kepada orang
lain dipindahkan ke dalam
keluhan-keluhan somatik
Salah interpretasi sensasi fisik

Model pembelajaran
sosial Varian Gangguan
mental
Gejala sebagai bentuk permintaan untuk
mendapatkan peran sakit sehinga bisa 80% hipokondriasis mengalami
menghindari kewajiban berat depresi dan cemas
Etiologi
1. Ketidakpuasan, penolakan, dan kehilangan di masa lalu →
mengekspresikan marah pada masa sekarang → berupa mencari
bantuan dan kepedulian orang lain → tapi kemudian mencampakkan
orang lain jika orang tersebut tidak efektif (seperti pindah
pindah dokter)

2. Rasa bersalah dan peduli berlebih pada diri sendiri →


menganggap rasa sakit sebagai bentuk penebusan dosa di masa
lalu (nyata atau imajinasi)
Gambaran Klinis
- Keyakinan Kuat :
1. Yakin bahwa dirinya menderita penyakit serius yang belum bisa
dideteksi sehinga sulit diyakinkan sebaliknya
2. Keyakinan bertahan walaupun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
negatif
3. Keyakinan tidak sampai bertaraf waham

- Sering disertai depresi, atau komorbid depresi dan cemas


- Gejala berlangsung <6 bulan, tapi bisa sesaat jika ada tekanan berat
(hilang jika tekanan hilang)
- Perjalanan penyakitnya episodik, tiap episode berlangsung berbulan-
bulan sampai tahun dan dipisahkan dengan periode tenang dengan lama
yang sama
Kriteria Diagnosis PPDGJ III
Diagnosis pasti, kedua hal harus ada:
1. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit
fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun
pemeriksaan berulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang
memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai
waham)
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan-keluhannya
Tatalaksana

1. Psikoterapi kelompok → memberikan


dukungan sosial sehingga menurnkan
kecemasan
2. Psikoterapi individual berorientasi tilikan
3. Terapi perilaku, kognitif, dan hipnosis
4. Pemeriksaan fisik terjadwal →
menenangkan pasien
5. Farmakoterapi diberikan jika ada
komorbiditas dengan gangguan lain
F45.3
Disfungsi
Otonomik
Somatoform
Kriteria Diagnosis PPDGJ
III
Diagnosis pasti memerlukan semua berikut:
1. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi,
berkeringat, tremor, muka panas/flusihng, yang menetap dan
mengganggu
2. Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu
(gejala tidak khas)
3. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai
kemungkinan adanya gangguan yang serius (sering begitu tidak
khas) dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh
hasil pemeriksaan-pemeriksaan berulang, maupun penjelasan-
penjelasan dari para dokter
4. Tidak terbukti adaya gangguan yang cukup berarti pada
struktur/fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud
F45.4 Gangguan
Nyeri
Somatoform
Menetap

Adanya nyeri yang merupakan keluhan utama


dan menjadi fokus perhatian klinis
Epidemiologi
● Di Amerika 7 Juta orang menderita dan mengalami hendaya akibat nyeri
pinggang bawah
● Didiagnosis >> pada wanita
● Puncak awitan usia 40-50 tahun → toleransi nyeri menurun karena faktor
usia
● Sering terjadi pada pekerja kasar
● Generasi pertama dari pasien gangguan nyeri beresiko mengalami gangguan
nyeri → genetik dan mencontoh perilaku
Etiologi
Psikodinamik Interpersonal
Nyeri yang sulit diobati akan menjadi
Pemindahan (displacement) konflik
sarana manipulasi dan memperoleh
intrapsikis secara simbolik melalui tubuh
keuntungan dalam hubungan
berupa nyeri
interpersonal

Perilaku Biologis
Defisiensi endorfin → inhibisi
Perilaku nyeri akan diperkuat jika
nyeri kurang → penurunan
dihargai dan akan dihambat jika
ambang nyeri pada saat ada
diabaikan atau diberi hukuman
stimulus
Gambaran Klinis
- Memiliki keluhan nyeri kronik seperti nyeri pinggang bawah, nyeri
kepala, dll
- Nyeri dapat terjadi setelah trauma, neuropatik, iatrogenik, atau
muskuloskeletal
- Harus ada faktor psikologis bermakna yang telibat
- Memiliki riwayat panjang pengobatan medis atau pembedahan
- Menyalahkan nyeri sebagai sumber kesengsaraannya, menyangkal
penyebab lain sebagai penyebab emosi disforiknya
- Jika pasien depresi keluhan bisa muncul: anergia, anhedonia,
penurunan libido, insomnia, dan iritabel
Perjalanan Penyakit

Nyeri muncul tiba-tiba dan derajat keparahan


meningkat dalam beberapa minggu atau bulan →
jika faktor psikologis mendominasi gangguan →
nyeri akan hilang bila penguat eksternal
diobati atau dikurangi .
Kriteria Diagnosis PPDGJ III
1. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa, dan menetap, yang
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik
maupun adanya gangguan fisik.
2. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional
atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan
alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut
3. Dampakya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik
personal maupun medis, untuk yang bersangkutan
Tatalaksana
1. Farmakoterapi:
- Analgetik tidak membantu pasien → hati-hati ketergantungan obat analgetik
- SSRI: fluexetin 20 mg/hari → meningkatkan serotonin → inhibisi nyeri

2. Psikoterapi
- Membangun aliansi terapeutik dengan pasien empati
- Jangan konfrontasi dengan pasien → Ingat nyerinya memang nyata meski
berasal dari intrapsikis
- Terapi kognitif → kembangkan sikap positif dan ubah pikiran negatif
F45.5 Gangguan
Somatoform
Lainnya
Kriteria Diagnosis PPDGJ
III
1. Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf
otonom, dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem
tertentu. Ini sangat berbeda dengan Ganguan Somatisasi (F45.1) yang
menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti-ganti
2. Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan
3. Contoh: Globus hysericus, tortikalis psikogenik, prurtus psikogenik,
dismenore psikogenik, teeth grinding, dll.
Gangguan
Konversi
Gangguan Konversi

Gangguan disosiatif memiliki gejala utama Epidemiologi:


kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi
normal (di bawah kendali kesadaran) antara: ● Beberapa gejala Konversi yang tidak terlalu
parah dapat terjadi pada ⅓ populasi umum
● Ingatan masa lalu ● Rasio wanita dibanding pria 2:1 hingga 10:1
● Kesadaran identitas dan pengindraan segera ● Pada anak-anak, anak perempuan lebih
● Kontrol terhadap gerakan tubuh sering dibanding anak laki-laki
● Pria dengan riwayat kecelakaan kerja atau
Gangguan dapat berlangsung dari jam ke jam militer lebih mungkin terkena
bahkan dari hari ke hari ● Gangguan ini sering terjadi pada
masyarakat sosioekonomik rendah
Etiologis
Faktor Teori Faktor
Psikodinamik Pembelajaran Biologis
● Disebabkan oleh represi ● Berdasarkan ● gangguan hipometabolisme
konflik-konflik intrapsikik yang pada hemisphere dominan dan
tak disadari conditioned hipermetabolisme pada
hemisphere nondominan
● Merupakan bentuk konversi learning theory. sehingga muncul gangguan
dari kecemasan dalam gejala ● Merupakan bentuk komunikasi antar hemisphere
fisik memunculkan gejala konversi
● Merupakan bentuk simbolik coping dalam ● Perangsangan area kortikal
atas konflik terhadap impuls situasi yang tidak secara berlebihan dapat
terlarang yang tidak disadari berujung ke miskomunikasi
disukai. korteks dengan batang otak
● Merupakan bentuk ekspresi
sehingga menghambat
bahwa mereka membutuhkan kesadaran dan sensasi tubuh.
perhatian dan penanganan ● Dapat ditemukan gangguan
khusus dan sebagai bentuk ringan dalam komunikasi, daya
kendali dan manipulasi ingat, kewaspadaan, afek dan
terhadap orang lain. atensi pada pasien gangguan
konversi.
Gambaran Klinis Gejala Motorik

Paling sering muncul adalah kondisi: paralisis, buta, dan mutisme. ● Terdiri dari gerak abnormal, gangguan gaya
berjalan, kelemahan, dan paralysis.
Sering berhubungan dengan masalah kepribadian: pasif-agresif,
● Kondisi dapat mengalami perburukan
dependen, antisosial, dan histrionik.
apabila diperhatikan
Sering disertai kondisi cemas dan depresi sehingga rentan ● Gangguan gaya berjalan dapat berupa
melakukan bunuh diri. astasia-abasia
● Ditemukan reflek pada batas normal dan
tidak ditemukan abnormalitas pada otot
kecuali sudah kronis
Gejala Sensorik ● Elektromiografi normal

● Gejala yang sering muncul adalah anastesi Gejala Bangkitan


dan parestesi
● Pada pasien yang memiliki kondisi epilepsi
● Dapat menyerang setiap organ sensorik
dapat disertai pseudo-seizure.
khusus dan menimbulkan ketulian,
● Reflek tercekik dan pupil tetap bertahan
kebutaan, dan tunnel vision.
● setelah pseudo-seizure
Dapat unilateral atau bilateral
● Tak terjadi peningkatan konsentrasi
● Evaluasi neurologis tidak ditemukan
prolaktin pasca-bangkitan.
kelainan.
Gambaran klinis lain:

Primary Gain Identifikasi

● Menjaga konflik internal di luar ● Memiliki gejala yang tidak disadari meniru
kesadarannya gejalanya dari seseorang yang bermakna bagi
● Gejala memiliki nilai simbolik yang dirinya.
mencerminkan konflik psikologi di bawah
sadar

Secondary Gain

● Pasien mendapat keuntungan nyata seperti


dibebaskan dari kewajiban dari kondisi yang
sulit
● Mendapat perhatian dan dukungan orang
lain dan dapat mengontrol orang lain.

La Belle indifference

● Sikap angkuh yang tidak sesuai dengan gejala


serius yang dialaminya.
● Dapat ditunjukan dengan sikap tabah
● Tidak selalu ditemukan.
Diagnosis
Untuk diagnosa pasti, harus ada:

● Gambaran klinisi yang ditentukan untuk setiap gangguan yang tercantum pada F 44
● Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut
● Bukti adanya penyebab psikologis (meskipun disangkal)

Amnesia Disosiasi [F44.0]


● Hilangnya daya ingat terhadap kejadian penting yang baru terjadi bukan disebabkan oleh
gangguan mental organik, lupa yang biasa dan kelelahan
● Diagnosis pasti memerlukan:
○ amnesia baik total maupun parsial mengenai kejadian yang stressful atau traumatik
yang baru terjadi
○ tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi atau kelelahan berlebihan
Amnesia Disosiasi [F44.0]
● Hilangnya daya ingat terhadap kejadian penting
Dissociative Amnesia 300.12 [F44.0]
yang baru terjadi bukan disebabkan oleh A. Ketidakmampuan mengingat informasi autobiografi penting, biasanya
gangguan mental orgayang stressful atau bersifat menekan atau traumatis, yang berbeda dengan lupa pada
traumatik yang bnik, lupa yang biasa dan umumnya
kelelahan B. Gejalanya menimbGangguan tidak dapat dijelaskan dengan gangguan
● Diagnosis pasti memerlukan: identitas disosiaan somatisasi, atau gangguan neurokognitif mayor
atau minor.
● amnesia baik total maupun parsial mengenai
kejadian aru terjadi Spesifikan apabila:tif, PTSD, gangguan stres akut, gangguulkan gangguan dan
○ tidak ada gangguan mental organik, hendayan yang nyata pada kehidupan sosial, okupasi, fungsi kehidupan.
intoksikasi atau kelelahan berlebihan C. Tidak disebabkan faktor penggunaan obat, neurologis, atau kondisi
medis lainnya

Fugue Disosiatif [F44.1] 300.13 (F 44.1) With dissociative fugue ; disertai perjalanan tertentu
berhubungan dengan amnesia identitas atau untuk informasi autobiografikal
Untuk diagnosis pasti harus ada:
penting lainnya
● ciri-ciri amnesia disosiatif
● Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal
yang umum dilakukan sehari-hari
● Kemampuan mengurus diri sendiri masih ada,
masih melakukan interaksi sosial sederhana
terhadap orang yang belum dikenalnya
Stupor Disosiatif [F44.2]
Untuk diagnosis pasti harus ada:

● Stupor ; sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan-gerakan volunter dan respon normal
terhadap rangsangan luar
● Tidak terdapat gangguan fisik ataupun gangguan jiwa lain
● Adanya problem atau kejadian-kejadian baru yang stressful
Depersonalization/Derealization Disorder 300.6 [F
48.1]
A. Keberadaan pengalaman yang persisten atau berulang dari
depersonalisasi, derealisasi, atau keduanya:
a. Depersonalisasi; Pengalaman tidak nyata, melepaskan diri,
atau menjadi pengamat luar sehubungan dengan pikiran,
Gangguan Trans dan Kesurupan [F 44.3] perasaan, sensasi, tubuh, atau tindakan seseorang
(misalnya,perubahan persepsi, rasa waktu yang terdistorsi,
● Kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri yang tidak nyata atau tidak ada, emosional dan /atau mati
diri dan kesadaran terhadap lingkungan. Dalam beberapa rasa secara fisik).
kejadian individu seakan-akan dikuasai oleh kepribadian b. Derealisasi; Pengalaman tidak nyata atau terputusnya diri
lain, kekuatan gaib, malaikat atau kekuatan gaib terhadap lingkungan sekitar (misal: individu atau benda
● Involunter (diluar kemampuan individu) dirasakan tidak nyata, seperti mimpi, berkabut, mati, atau
● Tidak ada penyebab organik, intoksikasi dan gangguan terdisorientasi secara visual)
jiwa tertentu B. Ketika sedang mengalami depersonalisasi atau derealisasi, reality
testing tetap berjalan.
C. Gejala menyebabkan gangguan dan hendanyan yang nyata secara
klinis baik di kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi kehidupan
lainnya.
D. Gangguan tidak disebabkan obat atau gangguan medis lainnya.
E. Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
mental lainnya.
Gangguan Motorik Disosiatif [F 44.4]
Ketidakmampuan menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak (tangan
atau kaki)

Konvulsi Disosiatif [F 44.5]


Mirip dengan kejang epileptik dalam hal gerakannya namun jarang ditemukan lidah tergigit,
luka serius karena jatuh dan mengompol serta tidak dijumpai kehilangan kesadaran. Akan
tetapi dapat terjadi stupor atau trans

Anestesi dan Kehilangan Sensorik Disosiatif [F 44.6]


● Gejala anestesi pada kulit mempunyai batas yang tegas
● Kehilangan penglihatan jarang bersifat total; gangguan tajam penglihatan, kekaburan dan
tunnel vision. Mobilitas dan kemampuan motorik masih baik
● Tuli disosiatif dan anosmia lebih jarang
Gangguan Disosiatif Lainnya [F 44.8]
.80 Sindrom Ganser ; Ciri khas: “approximate answers”, disertai beberapa gejala disosiatif
lainnya.

.81 Gangguan kepribadian multipel

.82 Gangguan disosiatif (konversi) sementara terjadi pada masa kanak dan remaja

.83 Gangguan disosiatif (konversi) lainnya YDT (termasuk: psychogenic confusion, twilight
state)

Gangguan Disosiasi (Konversi) YTT [F 44.9]


Penanganan
Psikoterapi

● Resolusi gangguan konversi biasanya spontan


● Psikoterapi suportif berorientasi tilikan dan terapi perilaku. Penolakan terhadap
psikoterapi karena tilikan yang buruk dapat diatasi dengan meyakinkan
psikoterapi dilakukan untuk menangani cemasnya.
● Hipnosis dapat dilakukan untuk mengurangi gejala.
● Pendekatan psikodinamika seperti psikoanalisis dan psikoterapi berorientasi
tilikan dapat membantu pasien menemukan masalah intrapsikis dan simbol dari
gejala gangguan konversi.
● Semakin lama pasien menghayati kondisi sakit ini semakin sulit untuk dipulihkan.
Body Dysmorphic Disorder[F 45.8]
Epidemiologi

Adalah preokupasi seseorang mengenai bagian tubuh dirinya ● Prevalensi sekitar 1,7-2,9% dari
yang dalam realitasnya adalah normal. populasi umum.
● Awitan mulai dari usia muda namun
Pasien sering merasa penampilannya buruk atau memiliki tersering adalah usia 15-30 tahun.
kecacatan padahal realitanya adalah normal bahkan nyaris ● Lebih sering terjadi pada wanita
baik. ● Pasien umumnya tidak datang ke
psikiater melainkan ke dermatologist
Pada akhirnya masalah ini menimbulkan penderitaan bagi atau bedah plastik.
dirinya dan menghambat fungsi penderita baik di bidang ● Keluhan biasanya terjadi dengan
sosial, interpersonal, dan pekerjaan. gangguan mental lainnya seperti
depresi, cemas, dan gangguan
psikotik.
Kelainan
Neurotransmitter Komorbid
Serotonin gangguan
depresi / cemas

Etiologis

Perbedaan konsep tentang


kecantikan atau keindahan
yang di percaya dalam
kehidupan penderita
Gambaran Klinis
● Pasien biasanya memiliki keluhan cacat pada bagian tubuh yang
umumnya pada daerah wajah seperti hidung.
● Bagian lain seperti rambut, buah dada, dan genitalia juga sering
menjadi perhatian.
● Pada laki laki biasanya terjadi hasrat untuk membesarkan ototnya
hingga mengganggu kehidupan sehari harinya.
● Terkadang dapat ditemukan waham rujukan pada penderita,
dimana penderita merasa orang orang disekitarnya
memperhatikan bentuk tubuhnya.
● Sering bercermin dan menutupi tubuh yang dianggapnya tidak
normal.
● Hingga akhirnya, semua gejala tersebut memaksa penderita
menarik dirinya dari kehidupan social dan dapat menyebabkan
gangguan depresif dan cemas.
Diagnosis Berdasarkan PPDGJ III
Gangguan Somatoform Lainnya
[F 45.8]
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
berdasarkan DSM-IV dan DSM-V :
Pedoman Diagnostik :
● Preokupasi dengan cacat di khayalkan. Bila ● Pada gangguan ini keluhan keluhannya tidak
terdapat anomaly fisik ringan, kepribadiannya melalui system saraf otonom, dan terbatas
sangat berlebihan.
secara spesifik pada bagian tubuh atau
● Preokupasinya mengakibatkan penderitaan dan
system tertentu. Ini sangat berbeda dengan
hendaya secara klinis bermakna di bidang
social, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. gangguan somatoform (F45.0) dan
● Preokupasinya bukan karena gangguan mental gangguan somatoform tak terinci (F45.1)
lainnya (misalnya ketidak puasan dengan yang menunjukan keluhan yang banyak dan
bentuk dab ukuran tubuh pada anoreksia berganti ganti.
nervosa) ● Tidak ada kaitan dengan kerusakan jaringan
tatalaksana

Psikoterapi

Psikoterapi individu, psikoterapi reedukatif, psikoterapi perilaku dan kebiasaan,


terapi kognitif

Farmakoterapi

obat obatan anti depresan golongan SSRI untuk meningkatkan kadar serotonin di
otak dilaporkan memberikan perbaikan gejala pasien hingga 50 persen. Clomipramine dan
fluoxetine
TERIMA
KASIH
REFERENSI
1. Elvira SD, Hadisukanto G (ed). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Indonesia; 2021
2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM 5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA
Atmajaya. 2013.
3. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of Psychiatry Edisi 11
4. Diagnostic and statistical manual of mental disorders Edisi 5

Anda mungkin juga menyukai