Anda di halaman 1dari 50

Gangguan Somatoform

Preceptor:
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)

Presented by:
Nabila Nuranjumi - 1918012128
Neema Putri Prameswari - 1918012114

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
2020
1
Gangguan
Somatoform
◉ Somatoform Bahasa Yunani “soma”  tubuh
◉ Merupakan kelompok besar dari gangguan-gangguan yang
tanda gejalanya adalah tubuh
◉ Individu mengeluhkan gejala gangguan fisik namun pada
dasarnya tidak ada gangguan fisiologis

2
Gangguan
Somatoform Gangguan
somatisasi
◉ Menurut PPDGJ III,
somatoform didefinisikan Gangguan
sebagai adanya keluhan gejala konversi,
fisik berulang dengan
permintaan pemeriksaan medis Terdiri dari: Hipokondriasis
berkali-kali dengan hasil
negatif Body
dysmorphic
disorder

Gangguan
nyeri
3
1 Gangguan Somatisasi

4
Gangguan Somatisasi

◉ Timbulnya gejala-gejala somatik yang banyak dan persisten selama


beberapa tahun namun tidak dapat dijelaskan dari pemeriksaan medis

◉ Keluhan meliputi gangguan gastrointestinal, seksual, saraf dan


bercampur keluhan nyeri

◉ Dihubungkan dengan distress psikososial dan perilaku mencari


pertolongan medis

5
Gangguan Somatisasi
◉ Manifestasi Klinis
- Mayoritas mengeluhkan tidak dapat
◉ Epidemiologi bekerja dan sudah berkonsultas dengan
- Wanita>pria dengan rasio 5:1 banyak dokter
- Pada wanita, prevalensinya 2% - Mual, muntah, sulit menelan, nafas
pendek, dismenore, kelemahan lokal,
- Biasanya gejala ditemukan pada kehilangan sensasi,
usia remaja, atau usia 20 tahun - Sering disertai dengan cemas, dan depresi
(sebelum 30 tahun) (estimasinya adalah 80%)
- Insidensi meningkat pada gangguan
kepribadian antisosial
6
Etiologi

• Terjadi 10-20% pada saudara perempuan pada keturunan pertama


Faktor genetik • Monozigot:dizigot=29:1

• Sejumlah penelitian pencitraan otak melaporkan adanya penurunan


Faktor biologis metabolisme lobus frontal non dominan. Namun mekanismenya belum
diketahui

• Bentuk komunikasi social untuk menghindari kewajiban,


Faktor psikososial mengekspresikan emosi, menyimbolkan perasaan
• Pembelajaran dari orang tua

Faktor sitokin • Regulasi abnormal sistem sitokin juga telah dihipotesiskan

7
Patofisiologi

Belum diketahui secara pasti

Diduga terdapat peningkatan noradrenergic endogen yang


menyebabkan gejala seperti takikardi, hiperrmotilitas GI, nyeri yang
berhubungan hiperaktivitas muskuler

Terdapat peran genetic yaitu Single Nucleotide Polymorphism (SNP)


pada gangguan somatisasi

8
Diagnosis
DSM-IV-TR

A. Riwayat banyak keluhan fisik sebelum usia 30 tahun dalam periode beberapa
tahun yang menyebabkan pencarian terapi atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lain

B. Masing-masing kriteria berikut harus dipenuhi dengan gejala terjadi kapanpun

• 4 gejala nyeri  tempat dan fungsi berbeda (kepala, abdomen, esktremitas, dada, dan lain-lain)
• 2 gejala gastrointestinal selain nyeri  mual, kembung, muntah, diare, intolerasi
• 1 gejala seksual selain nyeri  disfungsi ereksi/ejakulasi, haid tidak teratur, perdarahan
• 1 gejala pseudoneurologis gangguan keseibangan, paralisis, kelemahan lokal, afonia, retensi urin 9
Diagnosis

DSM-IV-TR

C. Baik (1) atau (2)


• Setelah penelusuran, setiap gejala kriteria B tidak dapat dijelaskan secara utuh
dengan keadaan medis umum yang merupakan efek suatu zat
• Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya social yang
dikibatkan melebihi perkiraan berdasarkan riwayat, temuan fisik dan laboratorium

D. Gejala-gejala tidak dibuat secara sengaja atau berpura-pura


10
Diagnosis

DSM V
a) Adanya banyak keluhan fisik yang bermacam-macam dan tidak dapat
dijelaskan atas dasar kelainan fisik, berlangsung sedikitnya 2 tahun

b) Tidak mau menerima nasihat dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang
menjelaskan keluhannya

c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga berkaitan


dengan keluhannya

11
Prognosis

- Terdapat hubungan antara ◉ Prognosis yang baik


eksaserbasi keluhan somatis dan berhubungan dengan:
stressor psikososial - Status ekonomi
- Respon terapi
- Pada umumnya prognosis buruk - Onset gejala
karena terjadi secara kronis dengan
- Tidak adanya komorbid
rekurensi keluhan dan disabilitas
gangguan psikiatri lain
persisten

12
Tatalaksana

•Memberikan dukungan pada pasien untuk melewati somatisasinya


•Membangun hubungan suportif terapeutik dokter-pasien
1 • Meyakinkan pasien untuk tidak melakukan doctor shopping

•Psikoterapi psikodinamik  dapat dilakukan secara grup (baik untuk dukungan dan interaksi
sosial), atau behavior therapy, cognitive therapy dan hipnosis
2

• Dilakukan pemeriksaan berkala untuk meyakinkan bahwa dokter mendukungnya secara serius
3

•Farmakoterapi hanya diberikan bila mengalami gangguan seperti cemas atau depresi atau komorbid
lain
4

13
2 Gangguan Konversi

14
Gangguan Konversi

Merupakan gangguan fungsi motorik dan sensorik yang inkompatibel dengan gangguan neurologis yang
diketahui

Dapat muncul akibat konflik psikologis

Memiliki motivasi (primary gain) seperti rasa aman dari konflik intrapsikis yang tidak dapat ditoleransi
dan mendapatkan secondary gain seperti perhatian, kepedulian dan afeksi

Gejala neurologis yang muncul tidak dapat dikontrol secara volunter


15
Gangguan Konversi

Epidemiologi
- Onset biasanya pada remaja atau dewasa Komorbiditas
awal (10-35 tahun)
-  Gangguan depresi
Lebih banyak terjadi pada kelompok
 Gangguan cemas
sosioekonomi dan pendidikan rendah  Gangguan somatisasi
- Populasi umum: 11 dari 100.00-300 dari  Skizofrenia (sangat jarang)
100.000  Gangguan kepribadian 
terutama tipe histrionic (5-21%)
- Wanita:pria = 2:1 – 10:1 dan passive dependent (9-40%)
- Wanita  gejala banyak di sebelah kanan
- Pria berkaitan dengan kecelakaan militer

16
Manifestasi Klinis
Motorik

Gerakan abnormal
Gait Sensorik
Kelemahan Anestesia

Lainnya
Paralisis/paresis Parestesia
Tremor Tuli Primary gain
Tics Buta Secondary gain
Jerks Tunnel La belle
Pseudoseizures indifference
vision
Identification

17
Etiologi

Faktor Kepribadian
• Adanya kepribadian histrionik
• Terdapat perilaku yang tidak peduli dengan penyakit berat yang dialami

Faktor Biologis
• Penelitian pada MRI fungsional menunjukkan perbedaan aktivasi otak antara pasien dengan
gangguan konversi dan kontrol
• Diduga ada defek pada fungsi otak, terutama pada hemisfer yang mengatur asosiasi verbal

Faktor Psikologis

• Diduga terdapat adanya hubungan kuat antara trauma masa kecil karena kekerasan seksual
atau fisik dengan gangguan konversi
18
Patofisiologi

Pada model neurobiologis  gangguan


konversi mengubah proses kortikal

Pada hipotesis lain aktivasi area frontal


dan subkortikal oleh stress  stimulus ke
ganglia basalis-thalamokortikal inhibitorik
 gangguan motoric dan sensorik

Spence et al  terjadi penurunan aktivitas


korteks prefrontal dorsolateral yang
berfungsi melakukan gerakan yang
dikehendaki

19
Diagnosis dan Prognosis

DSM-V
◉ Prognosis
a. Satu atau lebih gejala gangguan
fungsi sensorik atau motorik - Umumnya prognosis baik dengan
volunter
b. Temuan klinis membuktikan tidak perbaikan total baik secara spontan
adanya hubungan gejala yang atau dengan menghilangan faktor
dialami dengan kondisi neurologis
atau medis
presipitasi
c. Gejala tidak lebih baik dijelaskan - Prognosis baik berhubungan
dengan gangguan medis atau
mental lainnya dengan onset akut dan konflik
d. Gejala menyebabkan hendaya emosional
sosial, okupasional, dan area
penting lainnya
20
Tatalaksana

• Biasanya terjadi resolusi gejala spontan  difasilitasi terapi perilaku

• Psikoterapi difokuskan pada masalah stress dan coping, dapat


dilakukan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

• Hipnosis, anxiolitik dan latihan relaksasi dan terapi fisik efektif pada
beberapa kasus

• Pemberian farmakoterapi jika ada komorbiditas depresi, cemas, atau


gangguan perilaku yang berespon pada pemberian obat

21
3 Hipokondriasis

22
Hipokondriasis

Kepercayaan menetap akan adanya satu atau lebih penyakit serius yang
menimbulkan satu atau lebih gejala

Tidak ditemukan adanya bukti/penjelasan penyebab medis akan kondisi


tersebut

Terdapat penolakan untuk menerima nasihat dokter akan keadaannya

Preokupasi dapat menimbulkan hendaya sosial, interpersonal dan pekerjaan


23
Etiologi
Hipokondriasis

 Epidemiologi Teori Psikodinamik  agresivitas kepada


orang lain dipindahkan ke dalam keluhan
- Dapat muncul kapan saja, paling banyak somatik
pada suai 20-30 tahun
- Pria>wanita Teori pembelajaran sosial sebagai
permintaan mendapatkan peran sakit pada
- Sering disertai dengan gangguan lain orang yang bermasalah
seperti depresi
- 4-6% dari populasi pasien medis umum
Skema kognitif yang salah  salah
- Terjadi pada 3% mahasiswa kedokteran mengintepretasikan sensasi fisik
pada 2 tahun pertama pendidikan

24
Patofisiologi
Dari studi pencitraan neurologi  terdapat
peningkatan aktivitas sirkuit korteks prefrontal
dorsolateral, striatum dan thalamus sinistra dan
amigdala

Terjadi hipoaktivasi bagian yang terlibat dalam


fungsi eksekutif dan planning serta hiperaktivasi
bagian yang mencetuskan ketakutan antisipatif

Terdapat aktivasi struktur frontal temporal, dan


subkortikal dan perubahan pada sirkuit yang
melibatkan pemrosesan sensoris visceral

25
Diagnosis DSM V
Manifestasi Klinis
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus
ada:
Sering a) Keyakinan menetap sekurang-
memeriksakan kurangnya satu penyakit serius yang
Memiliki Penderita tidak diri ke dokter, Seringkali
melandasi keluhannya, meskipun
keyakinan kuat dapat dinasihati memiliki disertai gejala
pemeriksaan berulang tidak
bahwa dirinya depresi,atau
atau diyakini kepekaan menunjang, ataupun adanya
mengalami oleh dokter berlebih komorbid preokupasi menetap kemungkinan
penyakit serius dengan hasil terhadap dengan perubahan bentuk fisik (tidak sampai
yang belum pemeriksaan indikasi gangguan waham)
terdeteksi yang negatif penyakit, body depresi dan b) Tidak mau menerima nasihat atau
checking cemas penjelasan dokter bahwa tidak ada
behavior abnormalitas fisik dari keluhannya

26
Prognosis

Prognosis lebih buruk Prognosis baik berkaitan


Prognosis seringkali buruk pada kondisi kronik dengan status
pada individu yang daripada yang sosioekonomi tinggi, onset
mengalami disalibitas berhubungan dengan gejala mendadak, dan
ringan yang kronik gangguan cemas atau tidak adanya gangguan
depresi kepribadian

27
Tatalaksana

• Terapi psikiatri spesifik  untuk mengurangi stress psikososial dan edukasi mengenai peran
psikologis pada perkembangan gejala dan abagimana menanganinya

• Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah lini pertama terapi spesifik

• Psikoterapi kelompok bertujuan sebagai terapi suportif bukan kuratif

• Pemberian antidepresan, seperti SSRI direkomendasikan terutama pada pasien dengan


komorbid. Antidepresan adalah lini kedua pilihan terapi jika CBT gagal atau jika ada
komorbid/ gejala berat

28
4 Body Dysmorphic Disorder

29
4 Body Dysmorphic Disorder
Definisi
◉ Perasaan subyektif yang pervasif
◉ Bahwa beberapa aspek penampilannya buruk padahal
sebenarnya normal atau nyaris baik.
◉ Pasien berkeyakinan kuat atau takut jika dirinya tidak
menarik
◉ Sulit diredakan dengan penentraman atau pujian
◉ Paling sering melibatkan hidung, telinga, wajah, rambut,
atau fitur seksualitas

30
4 Body Dysmorphic Disorder
 Penelitian sangat minim
Epidemiologi  Pasien umumnya tidak menggunakan
psikiater tetapi dermatologis,
internis/bedah plastik
 Umumnya terjadi antara usia 15 dan
30 tahun, perempuan>pria.
 Biasanya terjadi bersama gangguan
mental lainnya
 2,4% dari populasi umum, 7-15%
menjalani operasi kosmetik

31
4 Body Dysmorphic Disorder
Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui

Gangguan ini banyak berkomorbiditas dengan depresi

Beberapa dilaporkan berespons baik terhadap obat-obat yang bekerja


pada serotonin

Sosiokultural

32
4 Body Dysmorphic Disorder
Patofisiologi

Pemahamannya masi terbatas

Faktor biologis : kelainan neuroanatomi

Faktor Psikologis : Sifat individu secara pribadi

Peranan : gender, culture, dan media masa

Menggunakan proses kognitif maladaptif yang terlalu


menekankan pentingnya daya tarik yang dirasakan
33
4 Body Dysmorphic Disorder
Gejala Klinis
📌 📌
◉ Keprihatinan umumnya ◉ Menghindari benda yang
adalah cacat/kekurangan dapat memantulkan seperti
pada wajah cermin
◉ Adanya waham rujukan ◉ Berusaha menyembunyikan
tentang orang-orang yang bagian tubuh yang dianggap
memperhatikan cacat mempunyai deformitas
tubuhnya dengan pakaian/riasan
◉ Sering bercermin

34
Diagnosis Body Dysmorphic Disorder
Menurut DSM IV-TR:

1. Preokupasi dengan persepsi kecacatan pada


penampilan. Jika ditemukan kelainan kecil pada
fisik pasien, maka pasien akan
memperhatikannya secara berlebihan
Preokupasi menyebabkan penderitaan 2.
klinis yang signifikan atau kegagalan
dalam sosial, pekerajaan, ataupun hal
penting lain
3.
Preokupasi sebaiknya tidak disamakan dengan
gangguan mental lainnya (misalnya ketidakpuasan
bentuk tubuh dan ukuran pada anorexia nervousa)
4 Body Dysmorphic Disorder
Prognosis

Orang yang
mengalami
Sehingga akan
Awitan dari body gangguan ini, Gangguan ini
mencari bantuan
dysmorphic kepeduliannya biasanya bersifat
medis atau operasi
disorder biasanya terhadap bagian kronik bila tidak
untuk
bertahap. tubuh tertentu akan diobati
mengatasinya.
semakin menjadi-
jadi

36
4 Body Dysmorphic Disorder
Tatalaksana

◉ Prosedur medik: pembedahan, dermatologis, kedokteran


gigi dan lainnya, biasanya tidak berhasil mengatasi
keluhannya.
◉ Obat-obatan yang bekerja pada serotonin : klomipramin
dan fluoksetin dapat mengurangi gejala yang dikeluhkan
pasien minimal 50%.

37
4 Body Dysmorphic Disorder
Tatalaksana

◉ Pemberian anti depresan trisiklik, penghambat


monoamin oksidase dan pimozide → bermanfaat pada
kasus-kasus individual.
◉ Jika disertai gangguan mental lain : berikan farmakoterapi
dan psikoterapi yang memadai
◉ Tidak diketahui sampai kapan pengobatan harus tetap
dilanjutkan

38
5 Gangguan Nyeri

39
5 Gangguan Nyeri
Definisi
◉ Preokupasi terhadap nyeri persisten, berat dan membuat
distress
◉ Tanpa temuan klinis yang memadai untuk menjelaskan
nyeri atau intensitasnya
◉ Gangguan ini berkaitan dengan penderitaan emosional dan
hendaya dalam fungsi kehidupan

40
5 Gangguan Nyeri
 Sering terjadi dalam praktik umum
Epidemiologi  Perempuan>laki-laki
 Terbanyak di usia 40-an dan 50an
(akibat toleransi terhadap rasa nyeri
menurun)
 7 juta orang di Amerika mengalami
hendaya akibat nyeri pinggang
bawah
 Sering terjadi pada pekerja-pekerja
kasar (akibat tingginya kejadian
trauma akibat pekerjaan)
41
5 Gangguan Nyeri
Etiologi
 Terdapat beberapa faktor :

Psikodinamik Perilaku Interpersonal Biologis

42
5 Gangguan Nyeri
Patofisiologi
◉ Korteks serebral dapat menghambat tersulutnya serabut
aferen nyeri.
◉ Serotonin mungkin merupakan neurotransmitter utama
dalam jaras penghambatan, dan
◉ Endofrin berperan dalam memodulasi susunan saraf pusat
untuk nyeri.

43
5 Gangguan Nyeri
Patofisologi
◉ Defisiensi endofrin berhubungan dengan peningkatan
stimulus sensorik yang datang.
◉ Beberapa pasien yang menderita gangguan nyeri dan tidak
gangguan mental lainnya → karena abnormalitas struktur
limbik dan sensorik atau kimiawi yang menjadi faktor
predispoisisi untuk mengalami nyeri.

44
5 Gangguan Nyeri
Gejala Klinis
◉ Bersifat heterogen : nyeri pinggang bawah, sakit kepala,
dan nyeri lainnya.
◉ Mungkin terjadi setelah trauma
◉ Jika memiliki riwayat panjang perawatan medis → sering
mengunjungi dokter, meminta banyak obat, bahkan
mendesak untuk dilakukan pembedahan.
◉ Dapat bercampur dengan gangguan akibat penggunaan zat

45
5 Gangguan Nyeri
Diagnosis
Menurut DSM-V :

1. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksan dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik.

2. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial
yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengarhui terjadinya gangguan
tersebut

3. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis
untuk yang bersangkutan.
46
5 Gangguan Nyeri
Prognosis

Bervariasi, namun biasanya menjadi kronik, menimbulkan


penderitaan dan ketidakberdayaan yang parah.

Jika faktor psikologis mendominasi gangguan nyeri, nyerinya akan


hilang bila penguat eksternal diobati atau dikurangi.
Pasien dengan prognosis yang buruk, dengan atau tanpa pengobatan,
mempunyai masalah yang menetap terutama menjadi pasif dan tak
berdaya.
Biasanya pasien terlibat dalam penyalahgunaan zat, dan memiliki
riwayat nyeri yang lama.
47
5 Gangguan Nyeri
Tatalaksana
◉ Farmakoterapi :
- Hati-hati pemberian analgetik, sedatif
dan anti cemas → tidak bermanfaat
Psikoterapi: cenderung menimbulkan
Membangun ketergantungan dan disalahgunakan.
Sertakan aliansi terapeutik - Antidepresan trisiklik, dan
rehabilitasi dengan pasien
empati - SSRI efektif (lebih efektif jika
diberi tambahan amfetamin yang
terpantau ketat)

48
Daftar Pustaka

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and statistical manual of mental disorders 4th ed.
Washington, DC.
Bjornsson AS, Didie ER, Phillips KA. Body Dysmorphic Disorder. Dialogues Clin Neurosci. 2010
[diakses pada 20 April 2016]; 12(2): 221–232. Tersedia dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl es/PMC3181960/
D’Souza RS, Hooten WM. 2019. Somatic Syndrome Disorders. StatPearls [internet]. Statpearls Publishing.
Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532253/
Elvira, Sylvia D, Hadisukanto, Gitayanti. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ke-3. Jakarta:Badan Penerbit
FKUI.
Haas CF. Champion A. Secor D. Motivating factors for seeking cosmetic surgery: a synthesis of the
literature. Plastic Surgical Nursing. 2008 Oct-Dec. 28(4):177.
Katharine A, Phillips B, William M, Christina F, Maria EP. Psychososial functioning and quality of life in
body dysmorphic disorder. Compr Psychiatry. 2005 ; 46(4): 254–260.

49
Daftar Pustaka

Koran LM, Abujaoude E, Large MD, Serpe RT. The prevalence of body dysmorphic disorder in the
United States adult population. CNS Spectr. 2008 Apr. 13(4):316-22.
Oyama O, Paltoo C, Greengold J. 2007. Somatoform Disorders. AAFP. 76(9):1334-8
Peeling JL, Muzio MR. 2020. Conversion Disorder. StatPearls [internet]. Statpearls Publishing. Available at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551567/#article-19957.s4
Puri BK, Treasaden IH. 2011. Textbook of Psychiatry. 3rd Edition. London: Churcill Livingstone
Elsevier.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. 2015. Kaplan&Sadock‘s Synopsis of Psychiatry: Behavior
Sciences/Clinical Osychiatry. 11th Ed. Wolters Kluwer.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. 2017. Kaplan&Sadock‘s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol I-II.
Wolters Kluwer
Veale D, Neziroglu F. Body Dysmorphic Disorder: A Treatment Manual. United Kingdom: Willey-
Blackwell; 2010.
Yeung A. 2002. Somatoform Disorders. West J Med. 176:253-56
50

Anda mungkin juga menyukai