Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

GANGGUAN SOMATOFORM
Dibuat Oleh :

Kevin Putro Kuwoyo 1015099


Ayundari Diandra Tahyra 1015168

Yenny Belinda Jioe 1015107

Fransisca Samantha Clarissa 1015138

Shannon Conversia Pdabo Matabei 1015104

Edwin Nirwana 1015147

Liem Claudia Immanuel Susanto 1015003

Nugraheni Maraelenisa Letelay 1015159

Cindy Carrissa Primaputri - 1015011

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG

2015
Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi awalnya dikenal dengan histeria. Gangguan somatisasi dibedakan
dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ
multipel. Gangguan bersifat kronis dan disertai dengan penderitaan psikologis yang
bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang
berlebihan.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita (5-20 kali) daripada laki-laki karena
kecenderungan awal tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki. Kejadian
tersering pada pasien dengan pendidikan rendah dan miskin. Kira-kira duapertiga pasien
dengan gangguan somatisasi memiliki gejala psikiatrik teridentifikasi. Separuh pasien
memiliki gangguan mental lainnya, seperti tanda-tanda penghindaran, paranoid, mengalahkan
diri sendiri, bipolar, dan penyalahgunaan zat.
Etiologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan somatisasi adalah faktor psikososial dan
faktor biologis. Rumusan psikososial melibatkan interpretsi gejala sebagai tipe komunikasi
sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban (mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai),
mengekspresikan emosi, atau untuk mensimbolisasi suatu perasaan atau keyakinan.
Pandangan perilaku pada gangguan somatisasi menekankan bahwa pengajaran parental dan
gangguan somatisasi berasal dari rumah yang tidak stabil dan telah mengalami penyiksaan
fisik. Faktor lainnya yang terlibat adalah faktor sosial, kultural, dan etnik. Beberapa
penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis. Pasien dengan gangguan perhatian dan
kognitif karakteristik dapat menyebabkan salah persepsi dan penilaian yang salah terhadap
masukan somatosensorik. Gangguan tersebut diantaranya distraktibilitas berlebihan,
ketidakmampuan untuk membiasakan terhadap stimulus yang berulang, pengelompokan
konstruksi kognitif atas dasar impresionistik, asosiasi parsial, dan sirkumstansial, dan tidak
adanya selektivitas. Komponen genetik menunjukan kecenderungan terjadi gangguan
somatisasi pada 10-20% sanak saudara wanita derajat pertama dari pasien dengan gangguan
somatisasi.

Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk gangguan somatisasi diantaranya :
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan menyebabkan terapi yang dicari atau gangguan bermakna
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut harus ditemukan dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan.
1. Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
empat atau fungsi yang berlainan (misalnya, kepala, perut, punggung, sendi,
anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama berhubungan seksual,
atau selama miksi).
2. Dua gejala gastrointestinal : sekurang-kurangnya dua gejala gastrointestinal selain
dari nyeri (misalnya, mual, kembung, muntah selain dari kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa makanan).
3. Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif
selain dari nyeri (misalnya, indiferensi seksual, disfungsi erektil, atau ejakulasi,
menstruasi yang tidak teratur, perdarahan menstruasi yang berlebihan, muntah
sepanjang kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau
kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi
urin, halusinasi, hilangnya sensasi sentuh atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,
ketulian, kejang, gejala disosiatif (amnesia) atau hilangnnya kesadaran selain
pingsan.
C. Salah satu (1) atau (2) :
(1) Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek
langsung dari suatu zat (misalnya, efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
(2) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkan adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau pura-pura)
Diagnosis Banding
Kondisi klinis nonpsikiatrik atau gangguan medis perlu yang disingkirkan adalah sklerosis
multipel, miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik, sindroma imunodefisiensi didapat
(AIDS), porfiria intermiten akut, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, dadn infeksi sistemik
kronis. Onset gejala somatik multipel pada seorang pasien yang berusia lebih darai 40 tahun
harus dianggap disebabkan oleh kondisi nonpsikiatrik sampai pemeriksaan medis yang luas
dilakukan.
Banyak gangguan mental yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding dipersulit oleh
pengamatan bahwa sekurangnya 50 persen pasien dengan gangguan somatisasi menderita
gangguan medis yang menyertai. Gangguan depresif berat, gangguan kecemasan umum, dan
skizofrenia dapat tampak dengan keluhan utama yang berpusat pada gejala somatik. Tetapi
semua gangguan seperti gejala depresi, kecemasan, atau psikosis akhirnya lebih menonjol
diatas keluhann somatik.
Gangguan somatoform lainnya, hipokondriasis, gangguan konversi dan gangguan nyeri
perlu dibedakan dari gangguan somatisasi.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Suatu gangguan yang kronis dan sering menyebabkan ketidakmampuan. Gejala ada
sebelum usia 30 tahun dan bertahan selama beberapa tahun. Perkembangan penyakit
berlansung selama 6 sampai 9 bulan dan dapat dipisahkan dari periode kurang simptomatik 9
sampai 12 bulan.

Jarang pasien dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari 1 tahun

tanpa mencari suatu perhatian medis, sering kali terdapat hubungan antara periode
peningkatan stres atau stres baru dan eksarserbasi gejala somatik.
Terapi
Paling baik di obati dokter tunggal, jika lebih dari 1 klinisi pasien memiliki kesempatan
mengeskpresikan keluhan somatisasi. Interval pemeriksaan biasanya 1 bulan, kunjungan
relatif singkat. Strategi luas yang baik bagi dokter primer adalah meningkatkan kesadaran
pasien adanya kemungkinan faktor psikologis dalam gejala pasien. Psikoterapi individual
atau kelompok menurunkan biaya perawatan sebesar 50 persen, sebagian besar unutk
perawatan rumah sakit. Dalam lingkungan psikoterapi, pasien di bantu mengatasi gejala
dengan mengekspresikan emosi yang mendasari. Monitoring pemberian medikamentosa

penting karena pasien dengan gejala somatisasi cenderung menggunakan obat secara
berlebihan dan tidak dapat dipercaya.

Gangguan Konversi
Epidemiologi
Insidensi tahunan 22 per 100.000 orang. 5 sampai 15 persen konsultasi psikiatrik di suatu
rumah sakit umum dan 25 sampat 30 persen rumah sakit veteran affair melibatkan pasien
dengan diagnosis gangguan konversi. Wanita : laki-laki = 2 banding 1, pada anak-anak 5:1
lebih tinggi pada perempuan. Laki-laki dengan gangguan konversi seringkali terlibat dalam
kecelakaan pekerjaan atau militer. Gejala onset di setiap usia.
Gangguan konversi paling sering :

Populasi pedesaan

Pendidikan rendah

Nilai inteligensia rendah

Anggota militer dengan situasi perang

Etiologi

Faktor Psikoanalitik
Gangguan konversi di sebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah sadar dan
konversi kecemasan ke dalam suatu gejala fisik. Gejala memungkinkan ekspresi
sebagian keinginan atau dorongan yang dilarang tetapi tersembunyi , sehingga pasien
tidak perlu secara sadar berhadapan dengan impuls yang tidak dapat mereka terima.

Faktor biologis
Hipometabolisme di hemisfer domina dan hipermetabolisme di hemisfer yang
nondominan dan telah melibatkan gangguan komunikasi hemiferik didalam penyebab
gangguan konversi. Gejala mungkin disebabkan oleh kesadaran kortikal yang
berlebihan yang mematikan loop umpan balik negatif antara korteks serebral dan
formasi retikularis batang otak. Peningkatan tingkat keluaran kortikal fugal,
sebaliknya menghambat kesadaran pasien akan sensasi tubuh, dimana beberapa pasien
gangguan konversi dapat menjelaskan defisit sensorik yang diamati.

Diagnosis
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis di pertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksarsebasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau di buat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau erpura-pura)
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai
perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fugsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain. Sebutkan tipe gejala atau defisit :
o Dengan gejala atau defisit motorik
o Dengan gejala atau defisit sensorik
o Dengan kejang atau konvulsi
o Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis

Gejala sensorik
Anestesia, parestesia atau hemianestesia yang distribusinya tidak konsisten dengan
yang ditemukan pada penyakit neurologis umumnya. Dapat mengenai indera tertentu
seperti tuli, buta, maupun tunnel vision. Dapat unilateral maupun bilateral, tetapi
memeriksaan neurologis menemukan jalur sensoris yang utuh

Gejala motorik

Tremor ritmikal yang jelas, gerakan koreiform, tik yang memburuk bila diberikan
perhatian padanya. Atasia-abasia, gaya berjalan ataksik dan sempoyongan disertai
gerakan tubuh menyentak, ireguler, kasar dan lengan yang menggelepar. Paralisis dan
paresis yang mengenai satu, dua atau keempat anggota gerak, walaupun distribusi otot
yang terlibat tidak sesuai dengan jalur neural

Gejala kejang
o Pseudoseizure menggigit lidah, inkontinensia urin dan cedera setelah jatuh
dapat terjadi ciri penyerta lain.
o Tujuan primer gejala memiliki nilai simbolik yang mewakili konflik
psikologis bawah sadar.
o Tujuan sekunder mendapat keuntungan akibat mereka sakit.
o La belle indifference sikap sombong yang tidak sesuai terhadap gejala
serius.
o Identifikasi secara tidak disadari membentuk gejalanya pada seorang yang
penting bagi mereka.

Diagnosis Banding

Gangguan neurologis dementia dan penyakit degeneratif lainnya, tumor otak,


penyakit ganglia basalis

Myasthenia gravis

Poliomiositis

Sklerosis multipel

Neuritis optik

Guillain Barre syndrome

Hipokondriasis

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Sebagian besar pasien, kemungkinan 90-100% mengalami pemulihan gejala pertamanya
dalam beberapa hari atau kurang dari satu bulan. 75% mungkin tdk mengalami episode
lanjutan.
Prognosis yang baik :

Onset yang tiba2

Stresor yg mudah dikenali

Penyesuaian premorbid yg baik

Tidak ada gangguan psikiar]trik atau medis komorbid

Tidak ada tuntutan yang terus menerus

Semakin lama terdapat gejala gangguan konversi, prognosis semakin buruk.

Terapi
Pemulihan biasanya terjadi secara spontan, kemungkinan dipermudah oleh terapi suportif
berorientasi tilikan atau terapi perilaku. Psikoterapi : stress management. Hipnosis, ansiolitik
dapat membantu

Hipokondriasis
Hipokondriasis hipokondrium = bawah rusuk seringnya keluhan abdomen.
Disebabkan oleh interpretasi pasien yang tidak realistik dan tdk akurat terhadap gejala atau
sensasi fisik yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit
yang serius walaupun tidak ditemukan penyebab medis.
Epidemiologi
Terdapat pada 4-6% populasi umum. Laki-laki = wanita. Usia paling sering 20-30 tahun.
Kulit hitam > kulit putih.
Etiologi
Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis DSMIV menyetakan bahwa gejala
mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup menyatakan
bahwa orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya; mereka
memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap kelinan fisik.
Sebagai contohnya, Apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal orang
hipokondria akan mengalami sebagai nyeri abdomen. Orang hipokondriakal mungkin
berpusat pada kondisi tubuh, salah menginterpretasikannya, dan menjadi tersinyal oleh hal
tersebut, karena skema kognitif yang keliru.
Teori kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model belajar
social. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit
oleh seseorang yang menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
Peranan sakit menawarkan satu jalan keluar, karena pasien yang sakit dibiarkan menghindari
kewajiban yang menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan yang tidak disukai dan
dimaafkan dari kewajiban yang biasa diharapkan.
Teori ketiga entang penyebab hipokondriasis adalah bahwa gangguan ini adalah bentuk
varian dari gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering di hipotesiskan dengan

hipokondriasis dalah gangguan depresif dan kecemasan. Diperkirakan 80% pasien dengan
hipokondriasis mungkin memiliki gangguan depresif atau gangguan kecemasan yang
ditemukan bersamaan. Pasien yang memenuhi kriteria diagnostic untuk hipokondriasis
mungkin merupakan subtype pensomatisasi (somatysing) dari gangguan lain tersebut. Bidang
keempat tentang hipookondriasis adalah bidang psikodinamika, yang menyatakan bahwa
harapan agresif dan permusushan terhadap orang lain dipindahkan ( melalui represi dan
pengalihan) terhadap keluhan fisik. Kemarahan hipokondrial berasal dari kekecewaan,
penolakan dan kehilangan di masa lalu tapi pasien mengekspresikan kemarahannya pada saat
ini dengan meminta pertolongan dan perhatian pada orang lain dan selanjutnya menolaknya
karena tidak efektif. Hipokondriasis juga dipandang sebagi pertahanan terhadap rasa bersalah,
rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah dan tanda perhatian
terhadap diri sendiri (self concern yang berlebihan). Penderitaan nyeri dan somatic yang
sebelumnya menjadi alat untuk menebus kesalahan dan membatalkan (undong) dan dapat
dialami sebagai hukuman yang diterimanya sebagai kesalahan di masa lalu baik nyata
maupun khayalan dan perasaan bahwa seseorang jahat dan memalukan.
Diagnosis
Kategori diagnosis DSM-IV untuk hipokondriasis mengharuskan bahwa pasien
terpreokupasi bahwa dia menderita penyakit yang berat dan kelainan palsu tersebut
didasarkan pada misinterpretasi tanda atau sensasi fisik. Kriteria mengharuskan bahwa
keyakinan tersebut berlangsung sekurangnya 6 bulan kendatipun tidak ditemukan patologis
pada medis dan neurologis. Kriteria diagnostic juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut
tidak dalam intensitas waham (lebih tepat diagnosis sebagai gangguan delusional) dan tidak
terbatas pada ketegangan tentang penampilan (lebih tepat disebut gangguan dismorfik tubuh).
Tetapi gejala hipokondriasis diharuskan memiliki intensitas yang menyebabkan penderitaan
emosional atau menyebabkan gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi pada
bidang penting hidupnya klinisi dapat menentukan adanya tilikan yang buruk jika pasien
tidak secara konsisten mengetahui bahwa permasalahan tentang penyakit adalah luas.
Gambaran klinis pasien hipokondriakal percaya bahwa mereka menderita penyakit yang
parah dan tidak dapat dideteksi dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya. Pasien
hipokondriakal dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit
tertentu, dengan berjalannya waktu, mereka mungkin mengubah keyakinannya tentang
penyakit tertentu. Keyakinan tersebut menetap walaupun hasil laboratorium adalah negative,

perjalanan ringan dari penyakit yang ringan dengan berjalannya waktu dan penentraman yang
tepat dari dokter tersebut tidak terpaku sehingga merupakan suatu waham.

Diagnosis
A. preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa dia menderita suatu
penyakkit serius berdasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.
B. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis tang tepat dan
penelantaran.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham ( seperti gangguan
delusional , tipe somatic ) dan tidak terbatas pada pada kekhawatiran yang terbatas
tentang penampilan (seperti gangguan dismorfik tubuh).
D. preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. lama gangguan sekurangnya 6 bulan
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif kompulsif, gangguan panic, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan , atau gangguan somatofrm lain. Sebutkan jika:
Dengan tilikan buruk : jika, untuk sebagian besar waktu selama episode terakhir,
orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius
adalah berlebihan dan tidak beralasan.
Walaupun DSM-IV mengatakan bahwa gejala harus ada selama sekurangnya 6 bulan,
keadaan hipokondriakal sementara (transient) dapat terjadi setelah stress berat, paling sering
kematian atau penyakit berat pada orang yang penting bagi pasien atau penyakit serius
(kemungkinan membahayakan hidup) yang telah disembuhkan tetapi meninggalkan pasien
hipokondriakal tersebut yang berlangsung kurang dari 6 bulan harus dimasukan ke gangguan
somatoform yang tidak ditentukan. Hipokondriakal sementara sebagai respon stress eksternal
biasanya sembuh jika stress dihilangkan, tetapi dapat kronis jika diperkuat oleh orang-orang
dalam system social pasien atau oleh professional kesehatan.
Diagnosis Banding

Hipokondriasis harus dibedakan dengan kondisi non psikiatrik, khususnya gangguan yang
tampak dengan gejala yang tidak mdah didiagnosis. Penyakit-penyakit itu adalah AIDS,
Endokrinopati, Miastenia gravis, sclerosis multiple, penyakit degenerative pada system saraf,
Lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastic yang tidak jelas.
Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada hipokondriasis
tentang ketakutan menderita suatu penyakit dan penekanan pada gangguan somatisasi tentang
banyak gejala.Perbedaan yang tidak jelas adalah pasien dengan hipokondriasis biasanya
mengeluh

tentang

sedikit

gejala

dibandingkan

dengan

pasien dengan

gangguan

somatisasi.Gangguan somatisasi biasanya memiliki onset kurang dari 30 tahun, sedangkan


pada hipokondriasis kurang spesifik.pasien dengan gangguan somatisasi lebih sering wanita.
Hipokondriasis juga harus dibedakan dengan gangguan somatoform yang lain. Gangguan
konversi biasanya akut dan sementara dan biasanya melibatkan satu gejala bukan suatu
penyakit tertentu. Adanya la belle indifference adalah ciri yang tidak dapat dipercaya yang
membedakan kedua kondisi tersebut. Gangguan nyeri adalah kronis, seperti hipokondriasis
tetapi gejalanya berbatas pada gangguan nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh
berharap dapat tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain memperhatikan bahwa mereka
tidak normal, sedangkan pasien hipokondriakal mencari perhatian untuk anggapan nyerinya.
Gejala Hipokondriakal dapat juga terjadi pada gangguan depresi dan gangguan kecemasan.
Jika pasien memenuhi kriteria diagnostic lengkap untuk hipokondriasis maupun gangguan
mental lainnya, seperti depresif berat atau gangguan kecemasan umum, pasien harus
mendapatkan kedua diagnosis tersebut, kecuali gejala hipokondriakal hanya terjadi selama
episode gangguan mental lainnya. Pasien dengan gangguan panic mungkin pada awalnya
mengeluh bahwa mereka menderita suatu penyakit ( sebagai contoh gangguan jantung), tetapi
pertanyaan yang cermat tentang riwayat medis tidak ditemukan gejala klasik serangan
panic.Keyakinan hipokondriakal terjadi pada skizophrenia dan gangguan psikotik lainnya
tetapi dapat dibedakan dari hipokondriasis dengan adanya gejala psikotik lain. Di samping itu
waham somatic pada skizofrenia cenderung aneh, kacau, dan diluar lingkungan kulturalnya.
Hipokondriasis dibedakan dengan gangguan buatan dengan gejala fisik dan berpura- pura di
mana pasien hipokondriakal sesungguhnya mengalami dan tidak mensimulasi gejala yang
mereka laporkan.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan penyakit biasanya episodik. Episode berlangsung beberapa bulan sampai tahun
dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya. Mungkin terdapat hubungan yang

jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriakal dan stressor psikososial. Walaupun hasil
penelitian besar yang dilakukan belum dilaporkan diperkirakan sepertiga sampai seperempat
dari pasien hipokondriakal membaik bermakna. Prognosis baik berhubungan dengan satatus
sosioekonomi tinggi, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian, dan
tidak adanya kondisi medis nonpsikiatrik yang menyertai.sebahian besar anak hipokondriakal
menjadi sembuh pada masa remaja akhir atau pada masa remaja awal.
Terapi
Pasien hipokondriasis biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa pasien
hipokondrial menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di lingkungan medis dan
dipusatkan untuk menurunan stres dan pendidikan tentang mengatasi penyakit kronis. Di
antara pasien-pasien tersebut psikoterapi kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian karena
cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan
kecemasan pasien. Psikoterapi individual berorientasi tilikan mungkin berguna, tetapi
biasanya tidak berhasil.
Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk menenangkan
pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan mereka dianggap serius.
Tetapi, prosedur diagnostik dan terapetik yang invasif harus dilakukan hanya jika bukti-bukti
objektif mengharuskannya. Jika mungkin, klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati
temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau kebetulan.
Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondrial hanya jika pasien memiliki suatu
kondisi dasar yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan dan gangguan
depresif berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat gangguan mental primer lainnya,
gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah reaksi
situasional yang sementara, klinisi harus membantu pasien untuk mengatasi stres tanpa
mendorong perilaku sakit meraka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan
masalah.

Gangguan Dismorfik
Gangguan dismorfik tubuh adalah suatu preokupasi dengan suatu cacat tubuh yang
dikhayalkan (sebagai contohnya tidak memiliki hidung) atau suatu penonjolan distorsi dari
cacat yang minimal atau kecil. Untuk dapatnya masalah tersebut dianggap sebagai suatu
gangguan mental, permasalahan harus menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien
atau disertai gangguan dalam hidup pribadi, soasial dan pekerjaan pasien.
Gangguan ini telah dikenali dan dinamakan dismorfobia lebih dari 100 tahun lalu.
Gangguan ini dikenali oleh Emily Kraepelin, yang menganggapnya suatu neurosis kompulsif,
dan oleh Perre Janet yang menyebutnya sebagai obsession de la hontu de corps (obsesi
dengan rasa malu terhadap tubuh). Dalam DSM III di tahun 1980, dismorfobia adalah suatu
contoh dari gangguan somatoform atipikal. Dalam DSM III-R dan DSM IV, keadaan ini
dikenal sebagai gangguan dismorfik tubuh, karena editor DSM berpendapat bahwa istilah
dismorfobia secara tidak akurat berarti adanya pola perilaku pengindaran fobik.
Epidemiologi
Gangguan dismorfik tubuh adalah keadaan yang belum dipelajari dengan baik, sebagian
karena pasien lebih sering pergi ke dokter ahli penyakit kulit, penyakit dalam, atau bedah
plastik dibandingkan ke ahli psikiatrik. Satu penelitian terhadap mahasiswa perguruan tinggi
menemukan bahwa lebih dari 50 persen mahasiswa memiliki sekurangnya beberapa
preokupasi dengan aspek tertentu dalam penampilannya dan pada kira-kira 25 persen
mahasiswa, permasalahan tersebut sekurangnya mempengaruhi cara bermakna pada perasaan
dan fungsi mereka. Walaupun 25 persen jelas merupakan suatu perkiraan yang berlebihan
(overestimate), gangguan dismorfik tubuh atau suatu varian subsindromal mungkin sering
ditemukan. Penelitian lain pada pasien yang datang ke klinik bedah plastik menemukan
bahwa hanya 2 persen pasien tersebut memenuhi kriteria diagnostik, jadi menyatakan bahwa
pasien dengan kriteria diagnostik lengkap mungkin jarang.

Data yang ada menyatakan bahwa usia yang paling sering untuk onset adalah antara 1520 tahun dan wanita agak lebih sering terkena dibanding laki-laki. Pasien yang terkena juga
kemungkinan tidak menikah. Gangguan dismorfik tubuh seringkali ditemukan bersama
gangguan mental lainnya. Satu penelitian menunjukkan lebih dari 90 persen pasien gangguan
dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat didalam hidupnya; kira-kira 70
persen pernah mengalami suatu gangguan kecemasan; dan kira-kira 30 persen pernah
menderita suatu gangguan psikotik.
Etiologi
Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Komorbiditas yang tinggi dengan
gangguan depresif, riwayat keluarga yang ada gangguan mood dan gangguan obsesifkompulsif yang lebih tinggi daripada yang diharapkan, dan responsivitas gangguan yang
dilaporkan terhadap obat spesifik serotonin menyatakan bahwa sekurang-kurangnya pada
beberapa pasien, patofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin dan mungkin
berhubungan dengan gangguan mental lainnya. Mungkin juga terdapat pengaruh kultural atau
soaial yang bermakna pada pasien gangguan dismorfik tubuh karena penekanan konsep
tentang kecantikan yang stereotipik yang mungkin ditekankan pada keluarga tertentu dan
dalam sebagian besar kultur. Didalam model psikodinamika, gangguan dismorfik tubuh
dipandang sebagai pengalihan konflik seksual atau emosional kedalam bagian tubuh yang
tidak berhubungan. Asosiasi tersebut terjadi melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi,
distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.
Diagnosis
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan dismorfik tubuh mengharuskan suatu
preokupasi dengan kecacatan dalam penampilan yang tidak nyata (dikhayalkan) atau
penekanan yang berlebihan (overemphasis) terhadap kecacatan ringan. Preokupasi
menyebabkan penderitaan emosional bermakna pada pasien atau jelas mengganggu
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam bidang yang penting.
Gambaran Klinis
Permasalahan yang paling sering melibatkan kerusakan tubuh, khususnya yang
berhubungan dengan bagian spesifik (sebagai contohnya, hidung). Kadang-kadang
permasalahan adalah samar-samar dan sukar untuk dipahami, seperti permasalahan yang
ekstrim tentang dagu yang aneh. Suatu penelitian menemukan bahwa pada umumnya,

pasien memiliki masalah tentang 4 bagian tubuh selama perjalanan gangguan. Bagian tubuh
yang mengalami permasalahan spesifik dapat berubah-ubah selama waktu pasien terkena
gangguan. Gejala penyerta yang sering adalah yang menyangkit diri sendiri (ideas of
reference) atau waham yang jelas menyengkut diri sendiri (frank delusion of reference),
(biasanya tentang adanya orang lain yang memperhatikan kerusakan tubuh, bercermin secara
berlebihan maupun menghindari permukaan yang memantulkan, dan berusaha untuk
menyembunyikan adanya kecacatan yang diperkirakan (dengan berias atau berpakaian).
Pengaruh pada kehidupan seseorang mungkin bermakna; hampir semua pasien yang terkena
menghindari pertemuan sosial dan pekerjaan. Sebanyak sepertiga pasien mungkin terusmenerus tinggal di rumah karena ketakutan mereka akan diketawakan karena deformitas
kecacatan mereka, dan sebanyak seperlima pasien yang terkena berusaha bunuh diri. Seperti
yang disebutkan sebelumnya diagnosis komorbid gangguan depresif dan gangguan
kecemasan adalah sering ditemukan, dan pasien mungkin memiliki sifat gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh (DSM-IV) :
A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali
tubuh, kekhawatiran orang tersebut berlebihan dengan nyata.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya
ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa).
Lokasi Defek yang Dibayangkan pada 30 Pasien dengan Gangguan Dismorfik Tubuh
Lokasi
Rambut
Hidung
Kulit
Mata
Kepala, Wajah
Seluruh bentuk tubuh, struktur tulang
Bibir
Dagu
Lambung, pinggang
Gigi
Tungkai, lutut
Payudara, otot pektoralis
Wajah buruk (umum)
Telinga
Pipi

N
19
15
15
8
6
6
5
5
5
4
4
3
3
2
2

%
63
50
50
27
20
20
17
17
17
13
13
10
10
7
7

Bokong
2
7
Penis
2
7
Lengan, pergelangan tangan
2
7
Leher
1
3
Dahi
1
3
Otot-otot wajah
1
3
Bahu
1
3
Panggul
1
3
Tabel dari: Body Dysmorphic Disorder: 30 cases of imagined ugliness. Am J Psychiatry
Diagnosis Banding
Gangguan dismorfik tubuh juga perlu dibedakan dari permasalahan normal tentang
penampilan seseorang. Ciri yang membedakan adalah bahwa pada gangguan dismorfik tubuh
orang mengalami penderitaan emosional dan gangguan fungsional yang bermakna akibat
permasalahan tersebut. Walaupun membuat pembedaan antara suatu gagasan yang
dipertahankan dengan kuat dan suatu waham adalah sulit, jika pada kenyataannya kecacatan
tubuh yang dirasakan memiliki intensitas waham, diagnosis yang tepat adalah gangguan
delusional, tipe somatik. Pertimbangan diagnostik lainnya adalah gangguan kepribadian
narsistik, gangguan depresif, gangguan obsesif kompulsif, dan skizofrenia. Pada gangguan
kepribadian narsistik, permasalahan tentang bagian tubuh hanya merupakan ciri kecil di
dalam kumpulan sifat kepribadian umumnya. Pada gangguan depresif, skizofrenia, dan
gangguan obsesif kompulsif, gejala lain dari gangguan gangguan tersebut biasanya
menunjukkan dirinya sendiri dengan segera, kendatipun gejala awal adalah permasalahan
yang berlebihan tentang suatu bagian tubuh.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset gangguan dismorfik tubuh biasanya bertahap. Orang yang terkena mungkin
mengalami peningkatan permasalahan tentang bagian tubuh tertentu sampai orang
mengetahui bahwa fungsinya terpengaruh oleh permasalahan. Pada saat itu orang mungkin
mencari bantuan medis atau bedah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkat
keprihatinan tentang masalah mungkin hilang dan timbul dengan berjalannya waktu,
walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika
dibiarkan tidak diobati.
Terapi
Semakin banyak data yang menyatakan bahwa obat spesifik Serotonin sebagai
contohnya, Clomipramine (Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac) adalah efektif dalam

menurunkan gejala pada sekurangnya 50 persen pasien. Pada tiap pasien dengan gangguan
mental penyerta, seperti gangguan depresif atau gangguan kecemasan, gangguan penyerta
harus diobat dengan farmakoterapi dan psikoterapi yang sesuai.

Gangguan Nyeri
Epidemiologi

Nyeri punggung bawah telah menimbulkan gangguan pada kira-kira 7 juta orang
Amerika dan berjumlah lebih dari 8 juta kunjungan ke ruang praktek dokter setiap tahunnya.
Gangguan nyeri didiagnosis 2x lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Usia puncak
onset adalah pada dekade ke-4 dan ke-5, kemungkinan karena toleransi terhadap nyeri adalah
menurun dengan bertambahnya usia. Gangguan nyeri paling mungkin pada orang dengan
pekerjaan buruh (blue-collar), kemungkinan karena peningkatan kemungkinan mengalami
cedera yang berhubungan dengan pekerjaan. Sanak saudara derajat pertama pasien dengan
gangguan nyeri memiliki peningkatan kemungkinan mengalami gangguan yang sama, jadi
menyatakan kemungkinan adanya penurunan genetika atau mekanisme perilaku dalam
transmisi gangguan. Gangguan depresif, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat
adalah juga sering ditemukan dalam keluarga pasien dengan gangguan nyeri dibandingkan
pada populasi umum.
Etiologi
Faktor psikodinamika : pasien yang mengalami sakit dan nyeri pada tubuhnya tanpa
penyebab fisik yang dapat diidentifikasi secara adekuat mungkin merupakan ekspresi
simbolik dari konflik intrapsikis melalui tubuh.
Faktor perilaku : perilaku sakit adalah didorong jika disenangi dan dihambat jika
diabaikan atau dihukum.
Faktor interpersonal : nyeri yang sukar disembuhkan telah dipandang sebagai cara untuk
memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam hubungan interpersonal sebagai
contohnya, untuk menjadi kesayangan anggota keluarga atau untuk menstabilkan perkawinan
yang rapuh.
Faktor biologis : korteks serebral dapat menghambat pemicuan serabut nyeri aferen.
Diagnosis
Kriteria diagnostik DSM-IV mengharuskan adanya keluhan nyeri yg bermakna scr klinis.
Keluhan nyeri harus dianggap scr bermakna dipengaruhi oleh faktor psikologis, dan gejala
hrs menyebabkan penderitaan emosional yg bermakna atau ggn fungsional (sosial/pekerjaan)
bagi pasien. DSM-IV mengharuskan ggn nyeri didefinisikan lebih jauh terutama
berhubungan dg faktor psikologis atau sbg suatu faktor psikologis dan suatu kondisi medis
umum. DSM-IV lebih lanjut menyebutkan bahwa ggn nyeri yg semata2 bhubungan dg
kondisi medis umum didiagnosis sbg kondisi Aksis III. DSM-IV juga memungkinkan klinisi

menyebutkan apakah ggn nyeri adalah akut/kronis, tgntung apakah gejala telah berlangsung
enam bulan / >.
Gambaran Klinis
Merupakan kumpulan pasien heterohen dg berbagai nyeri. Nyeri yg dialaami pasien
mungkin pasca traumatik, neuropatik, neurologis, iatrogenik, atau muskuloskeletal, tetapi
untuk memenuhi diagnosis ggn nyeri memiliki suatu faktor psikologis yg dianggap terlibat
scr bermakna dlm gjl nyeri dan permasalahannya. Memiliki riw.perawatan medis dna bedah
yg pjg, mengunjungi byk dokter dan meminta byk medikasi. Apabila berusaha meringankan
dg penggunaan alkohol dan zat lain gambaran klinis sulit ditemui. Dalam suatu
penelitian menghubungkan gejala nyeri dg kemungkinan dan keparahan gjl ggn somatisasi,
ggn depresif, dan ggn kecemasan. Ggn depresi berat 25-50% pasien dg ggn nyeri. Gjl ggn
distimik/ggn depresif 60-100%. Beberapa peneliti yakin nyeri kronis merupakan varian dr
ggn depresi, yg menyatakan bahwa hal ini merupakan bentuk depresi yg tersamar atau
tersomatisasi. Gjl depresif yg plg menonjol pd pasien dg ggn nyeri anergia, anhedonia,
libido <<, insomnia, dan lekas tersinggung; variasi diurnal, BB<<, retardasi psikomotor
jarang.
Diagnosis Banding
Nyeri fisik yg murni mungkin sulit dibedakan dari nyeri psikogenik yg murni, khususnya
krn tdk benar2 terpisah. Nyeri fisik berfluktuasi dlm intensitasnya dan sgt peka terhadap
pengaruh emosional, kognitif, perhatian, dan situasional. Nyeri yg tdk bervariasi dan tdk peka
pd faktor2 tsb psikogenik. Harus bs dbedakan dg ggn somatoform lainnya.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Nyeri dapat secara tiba2 meningkat keparahannya slm bebeerapa minggu/bln selanjutnya
Prognosis bervariasi walaupun ggn nyeri seringkali dapat bersifat kronis, menakutkan, dan
sgt menimbulkan ketidakberdayaan. Jika faktor psikologis menonjol nyeri mungkin
menghilang dg pengobatan atau menghilangkan pendorong eksternal. Pasien dg prognosis
bururk, dg atau tnp pengobatan, memiliki masalah karakterologi sebelumnya, khususnya
pasivitas yg menonjol; terlibat dlm kewajiban atau mendapatkan kompenssasi finansial;
menggunakan zat adiktif, memiliki riwayat nyeri yg lama.

Terapi

Pendekatan scr rehabilitasi

Edukasi ttg masalah psikologis berhubungan dgn ggn nyeri baik fisik maupun
psikogenik.

Analgetik biasanya tdk mempan utk beberapa psien.

Ketergantungan zat mslh besar pd pasien dg ggn nyeri yg mendapatkan analgesik


jangka pjg.

Antisedatif & antiansietas tdk bermanfaat

Antidepresan dapat dipakai

Terapi perilaku

Psikoterapi

Program pengendalian nyeri

GANGGUAN SOMATOFORM YANG TIDAK


DIDIFERENSIASI

Diagnosis DSM-IV tentang gangguan somatoform yang tidak didiferensiasi adalah tepat
bagi pasien yang datang dengan satu atau lebih keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh
suatu kondisi medis yang diketahui atau yang secara jelas melebihi keluhan yang diharapkan
dari suatu kondisi medis tetapi yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu
gangguan somatoform spesifik.
Gejala harus sekurang-kurangnya 6 bulan dan harus menyebabkan penderitaan emosional
parah bagi pasien atau menggangu fungsi sosial atau pekerjaan pasien. Pola yang dapat
ditemukan gejala yang melibatkan sistem saraf otonomik dan gejala yang melibatkan sensasi
kelelahan atau kelemahan. Sindroma neurastenia mungkin bertumpang tindih dengan
sindroma kepenatan kronis (Chronic fatigue syndrome) yang berdasarkan hipotesis
penelitian, keadaan ini melibatkan faktor psikiatrik, virologis dan imunologis.
A. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan

B. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
C. Salah satu (1)atau (2)
1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya
efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan
sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
D. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
E. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
F. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan
somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau
gangguan psikotik).
G. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
berpura-pura)

GANGGUAN SOMATOFORM YANG TIDAK DITENTUKAN


Kategori diagnostik DSM-VI gangguan somatoform yang tidak ditentukan (NOS, not
otherwise specified) adalah kategori sisa bagi pasien yang memiliki gejala mengarah

gangguan somatoform, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik spesifik untuk gangguan
somatoform lain :

Pasien memiliki gejala yang tidak ditemukan pada gangguan somatoform lain, atau
Pasien tidak memenuhi kriteria 6 bulan dari gangguan somatoform lain.

Contoh :
1. Pseudokiesis
Keyakinan palsu sedang hamil, disertai tanda objektif kehamilan, berupa pembesaran
perut (walaupun umbilikus tidak menonjol), penurunan aliran menstruasi, amenore,
sensasi subjektif gerakan janin, dan nyeri persalinan pada tanggal diperkirakan.
Perubahan endokrin mungkin ditemukan tetapi sindroma tidak dapat dijelaskan oleh
kondisi medis umum yang menyebabkan perubahan endokrin (misal, tumor yang
mensekresikan hormon).
2. Suatu gangguan menyebabkan gejala hipokondriakal nonpsikiatrik < 6 bulan
3. Suatu gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (misal,
kelelahan atau kelemahan tubuh) < 6 bulan, tidak karena gangguan mental lain.

Anda mungkin juga menyukai