NASKAH PSIKIATRI
Gangguan Somatisasi
BAGIAN PSIKIATRI
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
2.3 Etiopatogenesis.................................................................................. 4
3
3.7 Pemeriksaan Laboratorium ............................................................... 32
3.14 Prognosis......................................................................................... 35
BAB 4 DISKUSI
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Depresi
2.2 Epidemiologi
Prevelansi
2.3 Patofisiologi
1. Neuron pada orang depresi
Dalam
6
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
3.1.1 Identitas Pasien
Nama (inisial) : Ny. P
MR : 00.85.28.64
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Status perkawinan : Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Melayu Kerinci
Negeri Asal : Kerinci
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : D3 Keperawatan
Pekerjaan : Perawat
Alamat : Kecamatan Sungai Penuh, Kerinci
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada hari Kamis tanggal 28 November 2019 di
Poliklinik Jiwa RSUP Dr. M. Djamil Padang
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
Dan lain-lain
1
3.2.1 Sebab Utama
Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUP Dr.M. Djamil Padang pertama kali
karena pasien sering merasakan nyeri perut yang menjalar ke dada dan membuat
sesak sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter spesialis
Penyakit Dalam namun tidak ada perbaikan.
2
pasien juga sering malas-malasan, kurang nafsu makan, kurang minat mengerjakan
sesuatu, dan sering tidur-tiduran di rumah karena cuti bekerja.
Pasien menyangkal merasakan sering melihat bayangan dan mendengar
suara-suara. Pasien juga menyangkal ada permasalahan yang berat dengan suami,
dengan orang tua, maupun dengan mertua. Pasien juga menyangkal ada
permasalahan perekonomian. Pasien merasa pengobatannya dengan dokter
spesialis penyakit dalam belum optimal, karena pasien belum dicek darah lengkap,
belum di usg atau di endoskopi. Pasien juga bingung mengapa dokter spesialis
penyakit dalamnya merujuk pasien ke dokter spesialis penyakit jiwa.
3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiarti sebelumnya
Ayah Ibu
Pendidikan S1 SMA
3
Pekerjaan PNS Ibu Rumah Tangga
1 Baik Biasa
2 Baik Biasa
3 Baik Biasa
4
Skema Pedegree
AYAH IBU
Keterangan :
: Keluarga yang sudah meninggal
: Keluarga yang sudah meninggal
: Keluarga yang sakit
: Laki-laki
: Perempuan
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Ibu Baik Akrab
2. Ayah Baik Akrab
3. Suami Baik Akrab
5
g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota
keluarga
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga Kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan hubungan
ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas terhadap orang asing sesuai umum (-),
cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain.lain.
d) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya
kesadaran (-), dan lain-lain.
e) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
f) Masa sekolah
Kemampuan khusus - -
(bakat)
7
g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum
minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-),
perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-), sering sakit
kepala (-), dan lain-lain.
h) Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai perawat di salah satu puskesmas di sungai penuh kerinci
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Pasien sudah menikah
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen
(-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama (-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (+), dan lain-lain.
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (- ), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (-)
8
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma, peraturan
dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu memelihara suatu
hubungan agar berlangsung lama (-), iritabilitas (-), agresivitas
(-), impulsif (-),sering berbohong (-), sangat cenderung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
9
masuk akal untuk perlaku yang membuat pasien konfil dengan
masyarakat (-)
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
(-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik
dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas
sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak
(-)
10
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
11
3.2.10 Riwayat pelanggaran hukum: tidak pernah ditangkap ataupun terlibat
masalah hukum.
3.2.11 Persepsi dan Harapan Keluarga: keluarga pasien berharap pasien sembuh
dan dapat lebih bergaul dengan temannya.
3.2.12 Persepsi dan Harapan Pasien: pasien berharap dapat menghilangkan
cemasnya dan lebih terbuka terhadap orang lain.
12
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIt\T
Tahun 2017-2019
13
3.3. Status Internus
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 80x/menit
Nafas : Pernapasan abdominothoracal, simetris kiri dan kanan
Teratur, frekuensi 18x/menit
Suhu : 36,50 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 67 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Gizi baik
Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing
(-)
Kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1,S2 reguler, Murmur (-)
Abdomen : Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan Khusus : tidak ada
14
b) Akatisia : tidak ada
c) Bradikinesia : tidak ada
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
f) Rigiditas : tidak ada
Motorik :
a) Tonus : eutonus
b) Turgor : baik
c) Kekuatan : 555 555
555 555
d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
Refleks :
a) Refleks Fisiologis : ++/++
b) Refleks Patologis : -/-
3.5. Status Mental (pemeriksaan tanggal 9 Desember 2019)
3.5.1. Keadaan Umum
1. Kesadaran / sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran
berkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.
2. Penampilan:
Sikap tubuh: biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-),
kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai gender (+)
Cara berpakaian: rapi (+), biasa (+) , tak menentu (-), sesuai dengan situasi (-),
kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)
Kesehatan fisik: sehat (-), pucat (-), lemas (+), apatis (-), telapak tangan basah (-),
dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)
3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang
wajar (-), sebentar (-), cukup lama (+)
4. Sikap: kooperatif (+), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayang (-), selalu
15
menghindar (-), berhati-hati (+), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-), dan
lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-), rigiditas
katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-), negativisme (-),
katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-), otomatisme perintah
(-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-),
somnabulisme (-), akathisia (-), kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri
(-)
Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia (-),
bradikinesia (-), rigiditas otot (-),diskinesia (-),konvulsi (-), seizure (-), piomanisa
(-), vagabondage (-)
16
Mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive mood) (-
), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood meninggi
(elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi (hipotim) (+),
anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania(-),
melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension (ketegangan)
(-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa malu (-), rasa berdosa/
bersalah (-), kontrol impuls (-).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (+), variasi diurnal (-),
penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis (-), bulimia
(-).
3.5.4. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas (terganggu/tidak), gangguan pikiran
formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-), berpikir magis
(-), proses berpikir primer (-).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),
inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-),
jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-), derailment (-), flight of
ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia (-).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
Delusi/ waham
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan dengan mood
(-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham nihilistik (-), waham
kemiskinan (-), waham somatik (-), waham persekutorik (-), waham kebesaran (-),
waham referensi (-), though of withdrawal (-), though of broadcasting (-), though
17
of insertion (-), thought of control (-), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-),
waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-),
waham agama (-)
Idea of reference (-)
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-), kompulsi (-),
koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-), fobia (-), noesis (-), unio
mystica (-).
3.5.5. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-), Halusinasi
auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-), halusinasi gustatorik (-
), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan
dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-),
sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon (-
).
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
3.5.6. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
3.5.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik), orientasi
situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) baik (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance (-
), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan
memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/ baru
saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-), amnesia (-), konfabulasi
(-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik
18
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-), pseudodemensia
(-).
3.5.8. DI / DJ
Discriminative insight : derajat V
Discriminative Judgment : judgment tes tidak terganggu
3.10. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
19
Risperidon 1 mg, 2x0,5
Alprazolam 0,5 mg, 2x0,5
Maproptilne 50 mg 1x0.5 mg
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
Psikoterapi relaksasi
Latihan pernapasan 30 menit
Senam aerobic
Pasien harus yakin penyakitnya bisa disembuhkan
2. Kepada keluarga
Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien
Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
3.11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam
20
BAB 4
DISKUSI
21
- 4 gejala nyeri: riwayat nyeri pada minimal 4 tempat atau fungsional
(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, sewaktu
coitus atau miksi).
- 2 gejala-gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya 2 gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya nausea, meteorismus, vomitus diluar kehamilan, diare,
intoleransi beberapa jenis makanan).
- 1 gejala sexual: riwayat sedikitnya ada 1 gejala sexual atau …… reproduksi
selain nyeri (misalnya indiferen sexual, disfungsi ereksi atau ejakulasi, haid
irregular, hipermenorrhea, vomitus sepanjang masa kehamilan).
- 1 gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya 1 gejala atau deficit yang
mengarah pada suatu kondisi neurologis yang tidak hanya nyeri (gejala-gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisa atau kelemahan
lokal, sukar menelan atau terasa adanya massa di tenggorok, aphonia, retensi urinae,
halusinasi, kehilangan sensasi nyeri dan raba, visus ganda, kebutaan, tuli, kejang;
gejala-gejala disosiatif seperti amnesia; kehilangan kesadaran selain pingsan).
c. Adanya 1 atau 2:
- Setelah penelitian yang sesuai; gejala-gejala pada kriteria B tidak dapat
dijelaskan berdasarkan kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dari
zat (penyalahgunaan obat atau medikasi).
- Ketika ada kaitan dengan suatu kondisi medis umum, keluhan-keluhan fisik
atau hambatan sosial atau pekerjaan adalah berlebihan berdasarkan riwayat,
pemeriksaan fisik atau temuan-temuan laboratorium.
d. Gejala2 tidak (dimaksudkan) dibuat-buat atau disengaja (seperti pada
gangguan buatan atau malingering.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia PPDGJ-III dan DSM 5, dikatakan Gangguan Somatisasi (F45.0) jika
memenuhi pedoman diagnostik :
- Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
a. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atau dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun;
22
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya;
c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak perilakunya.
Pasien dengan gangguan somatisasi paling baik diobati jika mereka memiliki
seorang dokter tunggal sebagai perawat kesehatan umumnya. Klinisi primer harus
memeriksa pasien selama kunjungan terjadwal yang teratur, biasanya dengan
interval satu bulan.
Jika gangguan somatisasi telah didiagnosis, dokter yang mengobati pasien
harus mendengarkan keluhan somatik sebagai ekspresi emosional, bukannya
sebagai keluhan medis. Tetapi, pasien dengan gangguan somatisasi dapat juga
memiliki penyakit fisik, karena itu dokter harus mempertimbangkan gejala mana
yang perlu diperiksa dan sampai sejauh mana.
Strategi luas yang baik bagi dokter perawatan primer adalah meningkatkan
kesadaran pasien tentang kemungkinan bahwa faktor psikologis terlibat dalam
gejala penyakit. Psikoterapi dilakukan baik individual dan kelompok. Dalam
lingkungan psikoterapetik, pasien dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan strategi
alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka. Spesifik terapi dengan
cognitive-behavior approach adalah efektif dan sering digunakan dalam membantu
pasien untuk melihat gejala-gejala fisik yang dialaminya dan memahami keadaan
gangguan yang dihadapinya.
Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila gangguan somatisasi disertai
dengan gangguan penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan depresi yang
nyata, gangguan anxietas. Medikasi harus dimonitor karena pasien dengan
gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat secara berlebihan dan tidak
dapat dipercaya. Obat anti depresi biasanya efektif untuk gejala-gejala somatik
termasuk rasa sakit dan insomnia.
23
Terapi farmakologis pada pasien diberikan Risperidon 1 mg 2 x 0,5 mg,
alprazolam 0,5 mg 2x 0,5 dan maproptiline 50 mg 1 x 0,5 mg. Pada pasien ini
diberikan 1 antipsikotik atipikal , 1 anti ansietas dan 1 anti depresan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25