GANGGUAN SOMATOFORM
Pembimbing :
dr. Endah Ronawulan Sp. KJ
Penyusun :
Joseph Deni Lie - 406191049
Nadya Faradiba Erbhasan - 406191053
Judul :
Referat
Gangguan Somatoform
Penyusun :
Menyetujui,
Pembimbing
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Somatoform
1.1.1 Definisi
Somatoform berasal dari bahasa Yunani, soma, yang artinya tubuh. Gangguan
somatoform adalah suatu kelompok besar penyakit/gangguan yang komponen
utamanya adalah tanda dan gejala yang berkaitan dengan tubuh. Gangguan ini
meliputi interaksi antara tubuh dan pikiran dalam hal ini otak, yang
mekanismenya masih belum dapat dimengerti dengan baik, mengirim berbagai
macam sinyal yang mengenai kesadaran pasien, yang mengindikasikan adanya
masalah pada tubuhnya sendiri.1
Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang
dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan
penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di
dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan
oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.1
Menurut PPDGJ-III, ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-
keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan
medik, meskipun sudah terbukti berkali-kali hasilnya negatif dan juga sudah
dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar
keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas
kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan masalah atau konflik dalam
kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas
dan depresi.2
1.1.2 Epidemiologi
Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia, persentase kecenderungan
gangguan somatisasi cukup besar. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh
Setiawan dkk. terhadap karyawan perusahaan media cetak, didapatkan bahwa
kejadian gangguan somatisasi sebesar 56,89%. Berdasarkan Halgin &
Whitbourne, DSM-IV-TR mendapatkan bahwa gejala-gejala spesifik pada
gangguan ini beragam antar budaya.3 Orang-orang dengan latar belakang budaya
Timur lebih cenderung mengekspresikan rasa sakit psikologis dan tekanan yang
dialami melalui keluhan tubuh atau dalam bentuk penyakit daripada menggunakan
istilah psikologis.4
Prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi pada populasi umum
diperkirakan 4-6% bahkan bisa mencapai 15%. Tidak ada perbedaan presentase
yang signifikan kejadian pada laki-laki dan perempuan.1 Menurut sumber lainnya
dikatakan 0.2-2% pada perempuan dan 0,2% pada laki-laki. Jumlah perempuan
yang mengalami gangguan somatisasi 5-20 kali lebih banyak daripada laki-laki,
akan tetapi perkiraan tertinggi dapat disebabkan adanya tendensi dini tidak
mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki. Kendatipun demikian,
gangguan ini lazim ditemukan dengan rasio perbandingan antara perempuan
dengan laki-laki adalah 5:1. Dari persentase pasien yang datang ke tempat praktek
dokter umum dan dokter keluarga, 5-10% memenuhi kriteria diagnosis gangguan
somatisasi.2 Awitan gangguan ini biasanya pada usia 20-30 tahun dan biasanya
dimulai pada saat usia remaja.1,5 Kejadian ini juga sering terjadi pada mahasiswa
kedokteran dengan persentase sekitar 3% tetapi biasanya bersifat sementara.1
1.1.3 Etiologi
Menurut model biopsikososial ada beberapa faktor yang akan bersatu menjadi
“somatisasi”. Ini merupakan proses yang kompleks dimana genetik dan
kelemahan biologis (peningkatan sensivitas terhadap sakit, ketajaman
propioseptif), pengalaman traumatik pada awal kehidupan (kekerasan,
penganiayaan, kekurangan), dan faktor pembelajaran (perhatian yang didapat saat
sakit, kurangnya penguatan ekspresi distress nonsomatik). Semua itu mengarah
pada gaya karakterologis dengan fokus pada somatik dan kesulitan
mengekspresikan emosi (alexythymia). 6
Gejala Somatik didapatkan dari tingginya tingkat kesadaran atas sensasi
bagian tubuh tertentu, ditambah dengan kecenderungan untuk menafsirkan sensasi
ini sebagai indikasi penyakit medis. Etiologi dari kelainan gejala somatik secara
pasti masih belum jelas. Gejala ini dapat dihubungkan dengan adanya penurunan
metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer
non dominan.1 Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai
berikut:1,10
•
Faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetik (biasanya
pada gangguan somatisasi).
•
Faktor Psikososial
Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial yang hasilnya adalah menghindari kewajiban,
mengekspresikan emosi atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau
keyakinan.
Gambar 1. Model Biopsikososial pada Gangguan Somatoform
tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang
berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan
dengan kecemasan. Dapat terjadi juga munculnya gejala dalam bentuk yang lebih
tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten
dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan
manifestasi dimana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita
penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.1,3 Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari
perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil
membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik
dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.4 Dalam kasus-kasus
lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius,
namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan. Seringnya gejala-
gejala ini disertai dengan gejala depresi dan kecemasan.1
A. Satu atau lebih gejala somatik yang menyebabkan stress atau mengganggu
kehidupan sehari-hari
B. Pikiran, perasaan, perilaku yang berlebihan terkait gejala somatik atau
terkait kesehatannya yang ditandai dengan minimal gejala berikut:
1. Pemikiran yang menetap dan tidak proporsional tentang beratnya
satu gejala
2. Cemas level tinggi yang menetap terkait kesehatan atau gejala
yang dialami
3. Perhatian terkait kesehatan atau gejala yang dialami sampai
menyita waktu dan energi berlebihan
C. Meskipun gejala somatik yang dialami mungkin tidak secara terus-
menerus terjadi, dinyatakan bahwa gejala simtomatik adalah persisten
(lebih dari 6 bulan)
• Dikhususkan jika :
o Predominan nyeri : dikhususkan jika gejala somatik yang menonjol
yaitu melibatkan nyeri
o Persisten : dikarakteristikkan dengan gejala berat, terdapat kerusakan,
dan durasi lama ( lebih dari 6 bulan)
• Berdasarkan derajatnya :
o Ringan : jika hanya satu gejala pada kriteria B yang terpenuhi
o Sedang : jika dua atau lebih gejala di kriteria B terpenuhi
o Berat : jika dua atau lebih gejala di kriteria B terpenuhi dan terdapat
keluhan somatik multipel ( atau satu gejala somatik yang sangat parah)
! Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan
keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan
dampak dari prilakunya
! Tidak terbukti adanya gangguan yg cukup berarti para
struktur/fungsi dari sistem atau organ yg dimaksud.
Diagnosis lain harus dipikirkan pada pasien dengan suspek kelainan gejala
somatik karena gejala mungkin mengindikasikan kelainan penyakit mental lain:
depresi, gangguan panik, gangguan anxietas, dan kondisi medis nonpsikiatrik
(AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, penyakit generatif pada system saraf,
SLE, dan kelainan neoplastik.1
1.1.8 Komorbid
Pasien-pasien gejala somatik sering memiliki kecemasan dan gangguan depresi
yang terjadi bersamaan, serta penyakit medis yang menjadi komorbid. Pasien-
pasien ini juga mungkin di diagnosis suatu kondisi medis namun karena dia
merasa sangat menderita akibat penyakitnya tersebut dan menjadi kecemasan
yang berat sehingga muncul gejala somatik.1
1.1.9 Tatalaksana
Prinsip pengobatan umum untuk dokter perawatan primer meliputi penjadwalan
kunjungan berkala, interval pendek untuk menghindari kebutuhan gejala untuk
membuat janji, membangun aliansi terapeutik yang kolaboratif dengan pasien;
mengakui dan melegitimasi gejala setelah pasien dievaluasi untuk penyakit medis
dan psikiatri lainnya, membatasi pengujian diagnostik, meyakinkan pasien bahwa
penyakit medis serius telah disingkirkan, mendidik pasien tentang mengatasi
gejala fisik, menetapkan tujuan pengobatan perbaikan fungsional daripada
penyembuhan; dan merujuk pasien secara tepat ke subspesialisasi dan profesional
kesehatan mental. 10
Gambar 3. Pendekatan Dokter Perawatan Primer Terhadap SSD
Tujuan pengobatan
Amitriptyline (Amitriptyline)
Imipramine (Tofrani)
Golongan Tricyclic Compound
Clomipramine (Anafranil)
Tianeptine (stablon)
Maprotiline (Ludiomil)
Golongan Tetracyclic Compound
Mianserin (Tolvon)
Amoxapine (asendin)
Anti
Golongan Mono-Amine-Oxydase Moclobemide (Aurorix)
Depresi
Inhibitor (MAOI)- Reversible
Sertraline (Zoloft)
Paroxetine (Seroxat)
Golongan Selective Serotonin Re-
Fluvoxamine (Luvox)
Uptake Inhibitor (SSRI)
Fluoxetine (Prozac, Nopres)
Citalopram (Cipram)
Trazodone (Trazone)
Golongan atypical Antidepresants
Mirtazapine (Remeron)
1.1.10 Prognosis
Prognosis biasanya buruk karena perjalanan penyakit yang kronis dan
ketidakmampuan atau disabiltas yang menetap seumur hidup. 1,9 Prognosis baik
biasanya berhubungan dengan keadaan status sosioekonomi tinggi, respons
pengobatan terkait depresi dan cemas, onset mendadak terkait gejala, tidak adanya
gangguan personalitas, dan tidak adanya kondisi medis nonpsikiatri yang terkait. 1
Gejala-gejala pada dewasa dini cenderung lebih semu atau samar-samar akan
tetapi sering fluktuatif. Tetapi remisi spontan sangat jarang terjadi, tidak mungkin
pasien dapat bertahan selama lebih dari dua tahun tanpa perhatian medis.
Seringkali terdapat hubungan antara periode peningkatan stres atau stres
psikososial baru dengan eksaserbasi gejala somatik. Pada anak-anak biasanya
remisi terjadi saat remaja akhir atau dewasa awal.1,5
DAFTAR PUSTAKA