Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM AUDIT ENERGI

AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN

Disusun oleh :
1. Immanuel Puthut Suryaning Suminar (181734008)
2. Indah Mustika Hazaar (181734009)
3. Livia Nurfitri Agustina (181734010)
4. Mazhab Ibrahim (181734011)
5. Meidian Saputra (181734012)
6. Meuthia Indra Sukma (181734013)
7. M. Ichwan Nugraha (181734014)

Kelompok 2
3D-TKE

Dosen Pembimbing : Ir. Kholiq Hernawan, M.T.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KONSERVASI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
EXECUTIVE SUMMARY

Audit Kelistrikan merupakan evaluasi pemanfaatan energi guna mengidentifikasi


peluang pneghematan energi untuk meningkatkan efisiensi suatu perusahaan. Sederhananya,
Audit energi pada sistem kelistrikan ditujukan untuk mencapai penggunaan listrik yang lebih
hemat dan tepat guna. Audit sistem kelistrikan yang kami lakukan adalah pada sebuah PLTPB
(Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) unit 4 dan unit 5 pada PT.X meliputi Pompa dan CT
Fan. Data-data yang kami analisa meliputi tegangan, arus, dan faktor daya tiga fasa pada
masing-masing komponen untuk selanjutnya dicari nilai dari ketidaksetimbangan tegangan,
fluktuasi tegangan, ketidakseimbangan arus, dan faktor daya sesuai dengan standar-standar
yang sudah ditetapkan organisasi nasional maupun internasional terpercaya.
Berdasarkan keempat parameter tersebut, hasil analisa kami menunjukan bahwa hanya
terdapat satu permasalahan yang terjadi dalam proses suplai tegangan listrik menuju
bebannya, yaitu nilai faktor daya yang kurang dari nilai standarnya. Hal ini hanya ditemukan
pada beberapa komponen yang kami audit, yaitu pompa ACWP 402 A dan B, Pompa CWP
400 A, Pompa HWP 401, Pompa ACWP 502 A dan B. Jangkauan nilai faktor daya yang
dimiliki keenam komponen tersebut 0,81-0,82 dimana nilai tersebut adalah nilai paling rendah
ditemui pada salah satu ataupun ketiga fasanya. Faktor daya yang bernilai di bawah
standarnya ini dapat menyebabkan peningkatan penggunaan daya semu (kVA) total,
menurunkan daya yang dapat disuplai trafo, meningkatkan rugi-rugi kabel, dan meningkatkan
susut tegangan. Secara ekonomis, PLN akan memberikan denda sesuai dengan jumlah daya
reaktif yang melampaui batasnya apabila nilai dari faktor daya tidak diperbaiki.
Analisis yang kami lakukan untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan
melakukan penambahan kapasitor bank pada keenam komponen yang nilainya faktor dayanya
dibawah 0,85. Peningkatan faktor daya yang kami targetkan mencapai 0,89 menyesuaikan
dengan nilai faktor daya tertinggi yang mampu dicapai komponen-komponen lainnya. Hasil
keseluruhan total investasi yang dilakukan secara keseluruhan dengan menambahkan
kapasitor bank pada keenam komponen tersebut mencapai Rp394.287.833,34
Selanjutnya, analisa keekonomian yang kami lakukan dengan menghitung simple
paybcak dari pembelian investasi kapasitor bank tersebut. nilai simple payback yang paling
tinggi/lama adalah pada Pompa ACWP 502 A dengan nilai 3,05 bulan. Sedangkan, nilai
simple payback period yang paling rendah/singkat diperoleh pada Pompa HWP 401 dengan
nilai 0,34 bulan (kurang dari sebulan). Seluruh pompa yang diaudit menunjukkan nilai simple
payback yang rendah, yaitu dibawah 5 tahun. Hal ini menguntungkan, sebab usia penggunaan
dari kapasitor bank dapat mencapai 5 tahun sehingga tingkat pengembalian dari investasi yang
dilakukan dapat terjadi dalam waktu yang singkat dan rekomendasi dapat dilakukan.
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 - Grafik Pengguna Daya Terbesar………………………………………... 10
Gambar 2 - Bentuk Gelombang Ketidakseimbangan Tegangan Tiap Fasa…….14
Gambar 3 - Ketidakseimbangan Polifase……………………………………………..15
Gambar 4a - Vektor diagram arus dalam keadaan seimbang…………………...20
Gambar 4b - Vektor diagram arus dalam keadaan tidak seimbang……………….…...20

DAFTAR TABEL
Tabel 1 - Data Pengamatan …………………………………………………………. 9-10
Tabel 2 - Kualitas Faktor Daya Aktual terhadap Standar …………………………...11-12
Tabel 3 - Kualitas Fluktuasi Tegangan Aktual terhadap Standar ………………….. 12-13
Tabel 4 - Kualitas Ketidakseimbangan Arus Aktual terhadap Standar …………….. 13-14
Tabel 5 - Kualitas Ketidakseimbangan Tegangan Aktual terhadap Standar ……...... 16-17
Tabel 6 - Keekonomian Pemasangan Kapasitor Bank …………………………………..18
Tabel 7 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 402A ……………………………………...
Tabel 8 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 402B ……………………………………...
Tabel 9 - Analisis Ekonomi Pompa CWP 400A ……………………………………...
Tabel 10 - Analisis Ekonomi Pompa HWP 401 ……………………………………...
Tabel 11 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 502A ……………………………………...
Tabel 12 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 502B ……………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan energi listrik semakin hari semakin meningkat tetapi pasokan energi listrik
sangatlah terbatas. Terbatasnya sumber energi listrik disebabkan pembangkit sebagai
pemasok sumber energi masih tergantung pada pembangkit konvensional yang
menggunakan sumber energi dari bahan bakar minyak dan hasil fosil. Sumber energi
pembangkit konvensional berasal dari sumber energi yang tidak dapat diperbarui
sehingga jika digunakan terus-menerus akan habis dan dapat menyebabkan krisis
energi. penghematan energi listrik dapat dilakukan dengan mencari peluang
penghematan energi listrik dengan melakukan audit energi.
Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan identifikasi peluang
penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada suatu perusahaan.
Audit energi merupakan langkah awal untuk memulai manajemen energi yang baik.
Pelaksanaan audit energi akan memperoleh data yang konkrit mengenai kondisi
eksisting peralatan yang ada pada bangunan atau gedung, biaya operasional kebutuhan
energi, manajemen energi yang dipakai pada bangunan atau gedung. Hasil dari eksisting
dapat dianalisis dan diidentifikasi peluang untuk penghematan energi dan
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penghematan energi. peluang
penghematan energi diimplementasikan lewat simulasi untuk mengetahui sejauh mana
penghematan energi akan dicapai dan nilai uang yang dapat dihemat. Dari audit energi
ini adalah berupa rekomendasi-rekomendasi yang harus dilakukan untuk manajemen
energi yang baik agar dapat meningkatkan efisiensi dan akhirnya akan menekan biaya
operasional energi listrik.

I.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui profil penggunaan listrik


2. Untuk mengetahui jumlah daya listrik yang digunakan
3. Untuk mengidentifikasi kualitas daya listrik
4. Untuk mengidentifikasi peluang penghematan energi berdasarkan kualitas daya listrik
5. Untuk merekomendasikan konservasi energi pada sistem kelistrikan berdasarkan
pertimbangan teknologi dan ekonomi

I.3 OBJEK YANG DIAUDIT

Pada gedung Teknik Kimia Universitas Diponegoro, objek yang kami teliti adalah
lampu dan AC pada :
1. Pompa 402A
2. Pompa 402B
3. Pompa 400A
4. Pompa 400B
5. Pompa 401
6. Pompa LRVP A
7. Pompa LRVP B
8. NCG 401A
9. NCG 401B
10. CT FAN UNIT 4 A
11. FAN B
12. FAN C
13. FAN D
14. FAN E
15. FAN F

I.4 METODOLOGI PELAKSANAAN AUDIT


Untuk mendapatkan data-data sebagai analisa dan pembahasan maka metodologi yang
digunakan adalah :
1. Mengidentifikasi komponen pembangkit yang akan diaudit.
2. Mengidentifikasi kualitas jaringan kelistrikan komponen pembangkit.
3. Menentukan peluang penghematan
BAB II
DESKRIPSI OBJEK YANG DIAUDIT

II.1 UMUM

Objek yang kami audit adalah komponen-komponen dalam pembangkit listrik tenaga
panas bumi diantaranya Pompa dan CT Fan.
Pompa terdiri dari beberapa macam pompa juga, yaitu pompa ACWP (Auxilary
Cooling Water Pump), pompa CWP (Circulating Water Pump), pompa HWP (Hot Well
Pump), pompa LRVP (Liquid Ring Vacuum Pump), dan pompa NCG (Non-condansable
Gas). Sedangkan, CT Fan yang kami audit kelistrikannya terdiri dari unit 4 dan unit 5.

II.2 Sistem Kelistrikan


1. Audit Energi
Audit energi adalah teknik dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi
energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara penghematannya. Bila gedung
telah dibangun dan digunakan, tentunya perlu mengetahui sejauh mana efisiensi
penggunaan energi bangunan tersebut.
kegiatan audit energi merupakan pengecekan berkala untuk menjamin apakah
energi digunakan secara tepat, efisien dan rasional. Audit energi digunakan untuk
mengidentifikasi kebocoran atau pemborosan energi dapat dilacak dan ditelusuri yang
kemudian ditentukan langkah-langkah perbaikan (retrofiting).
lingkup kegiatan audit energi mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. melakukan identifikasi penggunaan energi khususnya yang berkaitan
dengan jenis energi, komponen penggunaan energi, sistem pemakaian
dan biaya energi.
2. observasi tingkat penggunaan energi sesuai dengan kondisi bangunan
dan jenis penggunaannya.
3. mengetahui dimana potensi terbesar untuk memperbaiki efisiensi
penggunaan energi yang dapat dilakukan.
4. bagaimana melakukan perbaikan efisiensi tersebut. Audit
didefinisikan sebagai proses mengevaluasi sebuah bangunan dalam
penggunaan serta, mengidentifikasi peluang untuk mengurangi
konsumsi energi.

1.1 Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung


Kegiatan audit energi dilakukan secara bertahap yang terdiri dari
audit energi awal dan audit energi rinci.
1. Audit energi awal
Kegiatan audit energi awal meliputi pengumpulan data
konsumsi energi gedung yang sudah tersedia dan tidak
memerlukan pengukuran. Audit energi awal pada prinsipnya
dilakukan berdasarkan data rekening pembayaran energi dan
pengamatan visual. Kegiatan yang dilakukan pada saat audit
energi awal adalah sebagai berikut :
● Dokumen bangunan merupakan gambar teknik
bangunan yang sesuai dengan pelaksanaan konstruksi
(as built drawing), terdiri dari :
a. tapak, denah dan potongan bangunan gedung
seluruh lantai.
b. Denah instalasi pencahayaan bangunan
seluruh lantai.
c. Diagram satu garis listrik, lengkap dengan
penjelasan penggunaan daya listriknya dan
besarnya penyambungan daya listrik PLN
serta besarnya daya listrik cadangan dari
Diesel (jika ada).
● Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan
gedung selama satu tahun terakhir.
● tingkat hunian bangunan (occupancy rate)
2. Audit Energi Rinci
Audit energi rinci dilakukan bila nilai IKE (Intensitas
Konsumsi Energi) lebih besar dari nilai target yang
ditentukan
a. Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi
awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih
dari target yang ditentukan
b. Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui
profil penggunaan energi pada bangunan gedung
sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan
energi apa saja yang pemakaian energinya cukup
besar
c. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi
adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah
masukan yang dapat mempengaruhi besarnya
kebutuhan energi bangunan gedung dari hasil
penelitian dan pengukuran energi
1.2 Efisiensi Penggunaan Beban Listrik
1.3 Karakteristik Jaringan Kelistrikan
1.4 Identifikasi Peluang Hemat Energi
Identifikasi peluang hemat energi dilakukan dengan
langkah-langkah berikut :
1. Hasil pengumpulan data, selanjutnya ditindak lanjuti dengan
perhitungan besarnya IKE, dan penyusunan profil
penggunaan energi bangunan gedung.
2. Apabila besarnya IKE hasil perhitungan ternyata sama atau
kurang dari IKE target, maka kegiatan audit energi rinci dapat
dihentikan atau diteruskan untuk memperoleh IKE yang lebih
rendah lagi.
3. Bila hasilnya lebih dari IKE target, berarti ada peluang untyk
melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna
memperoleh penghematan energi.
Analisis peluang hemat energi berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-6196-2000 :
a. Apabila peluang penghematan energi telah diidentifikasi,
selanjutnya perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang
hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi
perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar
untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang
direkomendasikan.
b. analisis peluang hemat energi dapat juga dilakukan dengan
penggunaan program komputer
BAB III
TINJAUAN ENERGI (ENERGY REVIEW)

III.1 IDENTIFIKASI PENGGUNAAN ENERGI TERBESAR (SIGNIFICANT)

Tegangan (V) Arus Daya


Komponen
Pembangkit S
R S T Avrg R S T Avrg FD P (kW) (kVA)
ACWP
402A 6205,67 6224,00 6226,17 6218,61 29,00 29,13 29,27 29,13 0,81 253,92 205,67
ACWP
402B - - 6295,67 - 26,02 25,56 25,71 25,76 0,82 230,07 188,66
Pompa CWP 1124,9
400A 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 127,0 129,0 130,8 128,93 0,81 1 911,18
CWP 1204,2 1035,6
400B 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 128,0 130,0 132,0 130,00 0,86 3 4
HWP 401 221,39 220,23 220,81 220,81 1663,3 1678,3 1605 1648,9 0,81 296,14 240,89
LRVP A 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 32,00 32,48 33,00 32,49 0,90 314,99 283,69
LRVP B 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 33,00 33,00 35,00 33,67 0,90 326,37 293,73

Pompa NCG
401A 6300,00 6300,00 6300,00 6300,00 32,00 33,00 33,00 32,67 0,90 320,43 288,39
NCG
401B 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 33,00 33,00 35,00 33,67 0,90 326,37 293,73
A 382,00 380,00 380,00 380,67 239,00 247,00 234,67 240,22 0,89 141,64 126,06
B 381,67 380,67 380,33 380,89 247,00 258,00 240,00 248,33 0,89 145,64 129,62

CT Fan C 382,00 380,33 380,00 380,78 240,33 249,00 230,00 239,78 0,89 140,58 125,11
Unit 4 D 382,00 380,33 379,67 380,67 238,33 247,00 235,33 240,22 0,89 140,80 125,31
E 381,67 380,67 380,33 380,89 236,67 245,00 232,00 237,89 0,89 139,51 124,17
F 381,67 380,33 380,33 380,78 247,67 257,00 243,33 249,33 0,89 146,18 130,10
ACWP
502A 6205,67 6224,00 6226,17 6218,61 30,00 30,00 30,53 30,18 0,81 262,95 212,99
ACWP
502B 6205,67 6224,00 6226,17 6218,61 30,00 30,00 31,24 30,41 0,81 265,03 214,67
CWP 1189,3 1022,8
500A 6236,36 6262,35 6288,11 6262,27 125,76 126,98 130,21 127,65 0,86 2 2
Pompa
CWP 1200,9 1032,8
500B 6235,78 6251,29 6269,96 6252,34 127,27 128,58 131,45 129,10 0,86 6 3
HWP 501 220,23 221,97 219,65 220,62 152,00 150,00 155,00 152,33 0,86 28,90 24,86
LRVP A 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 31,74 32,01 32,66 32,14 0,90 311,52 280,37
LRVP B 6212,40 6233,00 6233,20 6226,20 31,00 32,00 32,01 31,67 0,90 307,01 276,31
A 380,00 382,00 381,33 381,11 243,33 257,67 252,00 251,00 0,89 147,46 75,55
CT Fan
Unit 5 B 379,33 383,33 382,33 381,67 234,00 244,67 237,67 238,78 0,89 140,49 71,97
C 381,00 383,00 382,00 382,00 235,00 247,33 236,00 239,44 0,89 141,00 72,23
D 380,67 383,33 382,00 382,00 226,67 227,33 234,67 229,56 0,89 134,77 151,89
E 380,00 382,33 381,33 381,22 235,00 245,33 241,67 240,67 0,89 141,43 158,91
F 380,67 382,67 381,00 381,44 246,33 252,67 246,33 248,44 0,89 144,85 162,75
Tabel 1 - Data Pengamatan

Gambar 1 - Gambar Persentase Pengguna Daya Terbesar

Dari grafik daya setiap komponen pembangkit, terlihat bahwa komponen


pembangkit yang mengkonsumsi daya yang lebih besar diantara yang lainnya adalah
pompa CWP dengan besar konsumsi daya sebagai berikut :
CWP 400A → 1124.91 kW (11,6%)
CWP 400B → 1204.3 kW (12,5%)
CWP 500A → 1189.32 kW (12,3%)
CWP 500B → 1204.96 kW (12,4%)
BAB IV
IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI

IV.1 UMUM
Identifikasi peluang penghematan energi merupakan langkah yang dilakukan
untuk melakukan penghematan dan konservasi energi setelah sebelumnya melakukan
aktivitas pengukuran dan identifikasi efisiensi penggunaan energi pada pada
langkah-langkah sebelumnya. Khusus sistem kelistrikan, identifikasi yang akan
dilakukan kali ini adalah meliputi kualitas daya pada sistem kelistrikan dan kualitas
daya listrik yang akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan bab 4 ini sebagai berikut

IV.2 IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK PADA SISTEM KELISTRIKAN


IV.2.1 Power factor
Faktor daya merupakan pergeseran fasa antara tegangan dan arus, faktor daya
yang rendah dapat menimbulkan efek-efek merugikan, seperti memperbesar rugi-rugi
saluran, pemborosan kapasitas sistem (VA), mengurangi efisiensi sistem (W).
Berdasarkan standar yang digunakan PLN pada umumnya, nilai minimal dari faktor
daya yang digunakan pada sistem kelistrikan di Indonesia adalah 0,85.

Power Factor
Komponen Pembangkit
Aktual SNI Keterangan
ACWP 402A 0,81 Kurang Baik
ACWP 402B 0,82 Kurang Baik
Pompa CWP 400A 0,81 Kurang Baik
CWP 400B 0,86 Baik
HWP 401 0,81 Kurang Baik
LRVP A 0,90 Baik
LRVP B 0,90 Baik
Pompa
NCG 401A 0,90 Baik
NCG 401B 0,90 Baik
A 0,89 Baik
B 0,89 SNI PLN >0,85 Baik

CT Fan C 0,89 Baik


Unit 4 D 0,89 Baik
E 0,89 Baik
F 0,89 Baik

ACWP 502A 0,81 Kurang Baik


ACWP 502B 0,81 Kurang Baik
CWP 500A 0,86 Baik
Pompa
CWP 500B 0,86 Baik
HWP 501 0,86 Baik
LRVP A 0,90 Baik
LRVP B 0,90 Baik
A 0,89 Baik
B 0,89 Baik

CT Fan C 0,89 Baik


Unit 5 D 0,89 Baik
E 0,89 Baik
F 0,89 Baik
Tabel 2 - Kualitas Faktor Daya Aktual terhadap Standar

IV.2.2 Fluktuasi Tegangan


Fluktuasi tegangan adalah suatu perubahan tegangan yang sistematis
atau serangkaian perubahan tegangan secara acak, dimana magnitude dari
tegangan mempunyai nilai yang tidak semestinya (Roger C. Dugan, 1996).
Beban yang berubah sangat cepat dan terjadi terus-menerus, dan menghasilkan
arus beban yang besar dapat menyebabkan variasi tegangan yang sering
disebut sebagai flicker atau kedip tegangan.
Tegangan lebih pada sistem akan mengakibatkan arus listrik yang
mengalir menjadi besar, mempercepat kemunduran isolasi (deterioration of
insulation) sehingga menyebabkan kenaikan rugi-rugi daya dan operasi,
memperpendek umur kerja peralatan. Besarnya tegangan sangat
mempengaruhi operasi dari suatu peralatan, apabila tegangan disuplai ke
peralatan melebihi tegangan nominalnya akan terjadi beberapa kerugian
diantaranya adalah timbulnya arus yang melebihi nominalnya, selain akan
memperburuk operasi peralatan juga dapat memperpendek life time peralatan
tersebut. Fluktuasi tegangan menunjukkan kondisi beban yang baik. Batas
toleransi +- 10% dari SNI 57-2-1-2001.

Fluktuasi Tegangan
Komponen Pembangkit
R S T SNI 57-2-1 2001 Keterangan

ACWP 402A 6205,67 6224,00 6226,17 Baik


ACWP 402B - - 6295,67 Baik
5670V - 6930V
Pompa CWP 400A 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
CWP 400B 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
HWP 401 221,39 220,23 220,81 198 - 242 v Baik
LRVP A 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
LRVP B 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
Pompa 5670 - 6930 v
NCG 401A 6300,00 6300,00 6300,00 Baik
NCG 401B 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
A 382,00 380,00 380,00 Baik
B 381,67 380,67 380,33 Baik

CT Fan C 382,00 380,33 380,00 Baik


342V - 418V
Unit 4 D 382,00 380,33 379,67 Baik
E 381,67 380,67 380,33 Baik
F 381,67 380,33 380,33 Baik
ACWP 502A 6205,67 6224,00 6226,17 Baik
ACWP 502B 6205,67 6224,00 6226,17 Baik
5670V - 6930V
CWP 500A 6236,36 6262,35 6288,11 Baik
Pompa CWP 500B 6235,78 6251,29 6269,96 Baik
HWP 501 220,23 221,97 219,65 198 - 242 v Baik
LRVP A 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
5670V - 6930V
LRVP B 6212,40 6233,00 6233,20 Baik
A 380,00 382,00 381,33 Baik
B 379,33 383,33 382,33 Baik

CT Fan C 381,00 383,00 382,00 Baik


342V - 418V
Unit 5 D 380,67 383,33 382,00 Baik
E 380,00 382,33 381,33 Baik
F 380,67 382,67 381,00 Baik
Tabel 3 - Kualitas Fluktuasi Tegangan Aktual terhadap Standar

IV.2.3 Ketidak Seimbangan Arus


Ketidakseimbangan arus pada suatu sistem tenaga listrik selalu terjadi.
Akibatnya muncullah arus di netral trafo. Arus yang mengalir ini menyebabkan
terjadinya losses, diantaranya losses arus netral pada penghantar netral trafo
dan losses arus netral ke tanah. Standar SNI 04-0225-2000 untuk
ketidakseimbangan arus adalah < = 10%.

Ketidakseimbangan Arus
Komponen Pembangkit
Imax Iavg Iu (%) SNI Keterangan
ACWP 402A 29,27 29,13 0,46 Baik
ACWP 402B 26,02 25,76 0,99 Baik
Pompa CWP 400A 130,80 128,93 1,45 Baik
CWP 400B 132,00 130,00 1,54 Baik
HWP 401 1678,33 1648,89 1,79 Baik
< = 10%
LRVP A 33,00 32,49 1,56 Baik
LRVP B 35,00 33,67 3,96 Baik
Pompa
NCG 401A 33,00 32,67 1,02 Baik
NCG 401B 35,00 33,67 3,96 Baik
A 247,00 240,22 2,82 Baik
B 258,00 248,33 3,89 Baik

CT Fan C 249,00 239,78 3,85 Baik


Unit 4 D 247,00 240,22 2,82 Baik
E 245,00 237,89 2,99 Baik
F 257,00 249,33 3,07 Baik
ACWP 502A 30,53 30,18 1,16 Baik
ACWP 502B 31,24 30,41 2,71 Baik
CWP 500A 130,21 127,65 2,01 Baik
Pompa CWP 500B 131,45 129,10 1,82 Baik
HWP 501 155,00 152,33 1,75 Baik
LRVP A 32,66 32,14 1,62 Baik
LRVP B 32,01 31,67 1,07 < = 10% Baik
A 257,67 251,00 2,66 Baik
B 244,67 238,78 2,47 Baik

CT Fan C 247,33 239,44 3,29 Baik


Unit 5 D 234,67 229,56 2,23 Baik
E 245,33 240,67 1,94 Baik
F 252,67 248,44 1,70 Baik
Tabel 4 - Kualitas Ketidakseimbangan Arus Aktual terhadap Standar

IV.2.4. Ketidakseimbangan Tegangan

Ketidakseimbangan tegangan didefinisikan oleh IEEE sebagai rasio komponen


urutan negatif atau nol ke komponen urutan positif. Secara sederhana,
ketidakseimbangan tegangan adalah variasi tegangan dalam sistem tenaga di
mana ada perbedaan besaran tegangan atau sudut fasa di antara keduanya tidak
sama. Oleh karena itu, masalah tegangan tak seimbang ini hanya
mempengaruhi sistem polifase (misalnya tiga fase).

Gambar 2 - Bentuk Gelombang Ketidakseimbangan Tegangan Tiap Fasa


Dalam sistem tiga fasa, ketidakseimbangan tegangan terjadi ketika tegangan
fasa atau saluran berbeda dari kondisi keseimbangan nominal. Kondisi
keseimbangan normal adalah ketika tegangan tiga fasa identik besarnya dan
sudut fasa bergeser 120 derajat secara vektor. Ketidakseimbangan dapat
disebabkan karena perbedaan besaran tegangan atau sudut fasa atau keduanya.
Berikut adalah beberapa faktor yang jadi penyebab tegangan tidak seimbang:

● Tegangan sumber listrik (baik PLN atau pembangkitan sendiri) yang


memang tidak seimbang
● Impedansi yang tidak sama dari sistem distribusi tiga fasa
● Pembebanan tidak seimbang pada kapasitor koreksi faktor daya (seperti
sekering putus pada satu fase)
● Distribusi beban fase tunggal yang tidak merata
● Beban tidak seimbang meskipun dihubungkan dalam tiga fase
● Tapping transformator tidak tepat

Seperti jatuh atau drop tegangan, ketidakseimbangan tegangan bisa dikatakan


sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan. Yang menjadi masalah adalah bila
perbedaan besar dan sudut tegangan tersebut melebihi batas toleransi yang
ditetapkan standar yang berlaku.

Dampak dari ketidakseimbangan tegangan yang ekstensif pada sistem dan


peralatan tenaga sangat luas dan serius. Ketidakseimbangan yang parah dapat
menurunkan siklus hidup peralatan secara dramatis, sangat mempercepat siklus
penggantian peralatan, dan secara signifikan meningkatkan biaya
pengoperasian dan pemeliharaan sistem. Selanjutnya, untuk sistem kabel 3 fasa
4, ketidakseimbangan tegangan menyebabkan arus kabel netral yang lebih
besar dan menyebabkan kerusakan relay.

Gambar 3 - Persyaratan penurunan motor terhadap ketidakseimbangan tegangan


Efek utama dari ketidakseimbangan tegangan di antaranya:

● Kehilangan daya ekstra


● Safety deficiency
● Kerusakan motor
● Penurunan life-time peralatan
● Kerusakan relay
● Pengukuran menjadi tidak akurat
● Kegagalan transformator

Secara matematis, Ketidakseimbangan tegangan didefinisikan sebagai


penyimpanan atau deviasi maksimum dari nilai rata-rata tegangan sistem 3 fasa
tegangan, dibagi dengan nilai rata-rata tegangan 3 fasa atau arus tersebut, yang
dinyatakan dalam persentase.
Standar ANSI C84. 1-1995 dan EASA (hal. 6-11) 2000, kesetimbangan
tegangan adalah < = 3% dari fasa. Di bawah ini merupakan hasil perhitungan
yang kami lakukan untuk mengidentifikasi nilai ketidakseimbangan tegangan
yang terjadi pada komponen pompa dan fan yang terdaftar di tempat
pembangkitan :

Komponen Ketidakseimbangan Tegangan


Pembangkit Vaverage V min Aktual (%) SNI Keterangan
ACWP 402A 6218,61 6205,67 0,20816 Baik
ACWP 402B - 6295,67 - Data Kurang
Pompa CWP 400A 6226,20 6212,40 0,22164 Baik
CWP 400B 6226,20 6212,40 0,22164 Baik
HWP 401 220,81 220,23 0,26267 Baik
LRVP A 6226,20 6212,40 0,22164 Baik
LRVP B 6226,20 6212,40 0,22164 Baik
Pompa EASA, hal
NCG 401A 6300,00 6300,00 0,00000 6-11, 2000 Baik
< = 3%
NCG 401B 6226,20 6212,40 0,22164 Baik
A 380,67 380,00 0,17513 Baik
B 380,89 380,33 0,14586 Baik

CT Fan C 380,78 380,00 0,20426 Baik


Unit 4 D 380,67 379,67 0,26270 Baik
E 380,89 380,33 0,14586 Baik
F 380,78 380,33 0,11672 Baik
ACWP 502A 6218,61 6205,67 0,20816 Baik
ACWP 502B 6218,61 6205,67 0,20816 Baik
CWP 500A 6262,27 6236,36 0,41381 Baik
Pompa CWP 500B 6252,34 6235,78 0,26490 Baik
EASA, hal
HWP 501 220,62 219,65 0,43817 Baik
6-11, 2000
LRVP A 6226,20 6212,40 0,22164 < = 3% Baik
LRVP B 6226,20 6212,40 0,22164 Baik
A 381,11 380,00 0,29155 Baik
CT Fan
B 381,67 379,33 0,61135 Baik
Unit 5
C 382,00 381,00 0,26178 Baik
D 382,00 380,67 0,34904 Baik
E 381,22 380,00 0,32061 Baik
F 381,44 380,67 0,20390 Baik
Tabel 5 - Kualitas Ketidakseimbangan Tegangan Aktual terhadap Standar

Berdasarkan perhitungan yang telah kami lakukan, nilai


ketidakseimbangan tegangan dari masing-masing komponen, baik pompa
maupun fan, menunjukan nilai yang berada di bawah standarnya. Nilai
ketidakseimbangan tegangan tertinggi pada komponen CT Fan Unit 5 B
sebesar 0,61% dan terendah adalah komponen pompa NCG 401 A sebesar 0%.
Nilai tersebut menggambarkan bahwa ketidakseimbangan yang terjadi pada
komponen tidak memiliki pengaruh yang merusak terhadap pengoperasian
motor yang terdapat pada pembangkit.

IV.3 IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI BERDASARKAN


KUALITAS DAYA LISTRIK

IV.3.1 Power factor (Power factor/FD)


Nilai batas minimum power faktor dari PLN yaitu >= 0,85. Dari tabel hasil
perbandingan antara pengukuran dengan standar, didapat ketidaksesuaian nilai faktor
daya pada komponen pembangkit :

● Pompa ACWP 402A,


● Pompa ACWP 402B,
● Pompa CWP 400A,
● Pompa HWP 401,
● Pompa ACWP 502A,
● Pompa ACWP 502B

Faktor daya yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) akan kami
tambahkan pada masing-masing pompanya kapasitor bank. Perhitungan yang kami
lakukan untuk mendapatkan nilai kapasitor bank tersebut adalah :

Qc = Q1 - Q2
ket : Qc = Daya reaktif kapasitor bank yang diperlukan;
Q1 = Daya reaktif sebelum perbaikan;
Q2 = Daya reaktif sesudah perbaikan

Q1 = (S^1 - P^1)^0.5
ket : S1 = Daya semu sebelum perbaikan;
P1 = Daya aktif sebelum perbaikan

Q2 = (S^2 - P^2)^0.5
ket : S1 = Daya semu sesudah perbaikan;
P1 = Daya aktif sesudah perbaikan
Dimana hasilnya dapat dilihat di tabel dibawah ini :

Harga Capasitor Bank Biaya Total


Qc
Qc (Pemasangan +
perhitun
Utilitas P (kW) PF Awal PF Akhir market Biaya Biaya Pengiriman +
gan
(kVAR) (USD) (Rupiah) Pengoperasian)
(kVAR)
(15%)
Pompa
ACWP 402 Rp33.590.5
A 253,915 0,81 0,89 54,29 75 $2.319,23 92,45 Rp38.629.181,32
Pompa
ACWP 402 Rp33.590.5
B 230,07 0,82 0,89 60,83 75 $2.319,23 92,45 Rp38.629.181,32
Pompa CWP Rp75.314.0
400 A 1124,91 0,81 0,89 238,101 240 $5.179,42 36,10 Rp86.611.141,52
Pompa HWP Rp75.240.9
401 296,14 0,81 0,89 405,05 405 $5.195,52 34,46 Rp86.527.074,63
Pompa
ACWP 502 Rp91.532.2
A 1189,32 0,81 0,89 56,31 75 $6.321,93 37,60 Rp105.262.073,24
Pompa
ACWP 502 Rp33.590.5
B 265,03 0,81 0,89 56,76 75 $2.319,23 92,45 Rp38.629.181,32
Total Harga Improvement Rp394.287.833,34
Tabel 6 - Keekonomian Pemasangan Kapasitor Bank

IV.3.2 Fluktuasi Tegangan


Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, fluktuasi tegangan yang terjadi masih
berada pada batas minimum toleransi -10% dan batas maksimum toleransi +10%. Sehingga
masih dalam batas standar nominalnya.
Nilai tegangan yang berfluktuasi menyebabkan berkurangnya kualitas daya listrik,
terjadi flicker pada lampu, atau kerusakan pada utilitas lain yang sensitif terhadap perubahan
tegangan maupun arus, karena nilai tegangan yang berkaitan dengan nilai arus.
Namun, terdapat beberapa cara untuk mengatasi fluktuasi tegangan, serta mencegah
terjadinya kerugian akibat fluktuasi tegangan. Langkah yang paling utama perlu untuk
dilakukan adalah langkah pencegahan sebelum fluktuasi tegangan dapat mengakibatkan
kerugian yang lebih besar. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran secara berkala terhadap kualitas daya listrik menggunakan peralatan PQA (Power
Quality Analizer). Cara kerja Power Quality Analyzer ini dengan cara memonitor atau
merekam gelombang dan parameter kelistrikannya, yang dibandingkan dengan nilai referensi
yang diizinkan pada parameter tersebut. Selain itu juga, alat ini mampu untuk mendeteksi
kejadian yang menyebabkan menurunnya kualitas daya seperti yang sudah saya jelaskan
diatas. Selain itu, langkah pencegahan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan
memerhatikan penyusunan kabel-kabel yang digunakan dan menjaganya tetap rapi,
memastikan setiap koneksi/hubungan listrik terpasang dengan baik sehingga tidak terjadi
percikan/busur listrik.
Sedangkan, langkah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki fluktuasi tegangan
antara lain adalah dengan melakukan voltage improvement dengan cara melakukan
konfigurasi pada pengaturan transformator, atau memasang voltage regulator. Dua kategori
dasar pengaturan tegangan oleh voltage regulator adalah pengaturan garis (Line Regulation)
dan pengaturan beban (Load Regulation). Pengaturan garis adalah kemampuan pengatur
tegangan (voltage regulator) untuk tetap mempertahankan tegangan keluaran ketika tegangan
masukan berubah-ubah. Pengaturan beban kemampuan untuk tetap mempertahankan tegangan
keluaran ketika beban bervariasi. Sehingga dengan adanya voltage regulator, fluktuasi
tegangan dapat diredam.

IV.3.3 Ketidakseimbangan Tegangan


Ketidakseimbangan tegangan dapat menyebabkan siklus hidup peralatan menurun
secara drastis, mempercepat pergantian teknologi, dan meningkatkan biaya pengoperasian dan
perawatan suatu teknologi/sistem.
Ketidakseimbangan tegangan juga menjadi salah satu penyebab adanya
ketidakseimbangan arus yang sangat tinggi dengan besar nilai 6 sampai 10 kali lebih besar
dari nilai ketidakseimbangan tegangan. Distribusi ulang dan penyambungan kembali beban
satu fasa dapat mengurangi ketidakseimbangan tegangan yang disebabkan oleh distribusi
beban yang terlalu tidak merata antar fasa.
Berdasarkan pengamatan keseluruhan data aktual, nilai ketidakseimbangan tegangan
sesuai atau didalam rentan toleransi masing-masing komponen sesuai standar EASA hal. 6-11
tahun 2000, yaitu sebesar <= 3 % sehingga tidak perlu dilakukan reduksi.
Membuat ketidakseimbangan tegangan sama dengan nol adalah tidak mungkin
karena:
1. Keacakan koneksi dan pemutusan beban tunggal
2. Distribusi tidak merata dari beban fase tunggal pada tiga fase
3. Asimetri yang melekat pada sistem tegangan
Akan tetapi, terdapat teknik mitigasi tingkat sistem utilitas dan industri sebagai solusi dari
permasalahan ketidakseimbangan tegangan yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Teknik Mitigasi Tingkat Sistem Utilitas
1. Redistribusi beban fase tunggal
2. Memperbaiki tapping transformator menggunakan tap changer. Tap changer
merupakan alat yang berfungsi mendapatkan tegangan operasi sekunder yang
lebih baik dari tegangan jaringan primer yang berubah-ubah. Hal ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen sebagai beban listrik
supaya dapat diubah sesuai keinginan. Kesalahan dalam tapping dapat
mengakibatkan beban tidak seimbang.
3. Penggunaan regulator fase tunggal yang dijaga ketat agar tidak terjadi
ketidakseimbangan tegangan lanjutan
4. Sistem jaringan pasif dan sistem elektronik daya aktif seperti kompensator var
statis dan pengkondisi saluran juga telah disarankan untuk koreksi
ketidakseimbangan. Dibandingkan dengan sistem pasif, sistem aktif mampu
memperbaiki ketidakseimbangan secara dinamis.
b. Teknik Mitigasi Tingkat Industri (Beban)
1. Penyeimbang beban.
2. Penggunaan jaringan pasif dan kompensator var statis.
3. Peralatan yang sensitif terhadap ketidakseimbangan tegangan tidak boleh
disambungkan ke sistem yang memasok beban fase tunggal.
4. Pengaruh ketidakseimbangan tegangan pada penggerak kecepatan variabel ac
dapat dikurangi dengan mengukur reaktor sisi ac dan hubungan dc dengan
benar.

IV.3.4 Ketidakseimbangan Arus


Ketidakseimbangan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila salah satu atau semua
fasa pada transformator mengalami perbedaan. Perbedaan ini bisa dilihat dari besarnya vektor
arus/tegangan dan sudut dari masing-masing fasa tersebut.
Tiap-tiap fasa transformator dinyatakan dengan keadaan seimbang apabila memenuhi
syarat berikut:
a. Ketiga vektor arus dari masing-masing fasa (R, S, T) mempunyai nilai yang sama
besar
b. Perbedaan sudut dari ketiga vektor fasa adalah masing-masing berbeda 120 ̊
Sebaliknya, apabila salah satu atau kedua syarat diatas tidak terpenuhi, maka bisa
dikatakan bahwa trafo tersebut mengalami keadaan tidak seimbang. Dilihat dari vektornya,
ada beberapa hal yang terjadi apabila transformator mengalami keadaan tidak seimbang:
a. Vektor arus pada fasa R, S, dan T mempunyai nilai yang sama besar tetapi sudut antar
fasa satu dengan yang lain tidak membentuk 120 ̊
b. Sudut pada vektor antar fasa sebenarnya sudah membentuk 120 ̊ namun nilai vektor
pada fasa R, S, dan T terdapat perbedaan
c. Nilai vektor pada fasa R, S, dan T terdapat perbedaan sekaligus sudut pada vektor
antar fasa tidak membetuk 120 ̊

Gambar 4a. Vektor diagram arus dalam keadaan seimbang

Gambar 4b. Vektor diagram arus dalam keadaan tidak seimbang


Terlihat bahwa pada vektor diagram arus seimbang penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan
pada vektor diagram arus dalam keadaan arus tidak seimbang penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral
(IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor ketidakseimbanganya.
Semua data aktual dapat ditarik kesimpulan bahwa semua nilai ketidakseimbangan
arus sesuai atau didalam rentan toleransi masing-masing komponen sesuai SNI. Sehingga
tidak perlu dilakukan reduksi. Solusi jika terjadi keidakseimbangan arus salah satu cara untuk
memperbaikinya adalah dengan melakukan penyeimbangan beban pada setiap fasanya. Ini
termasuk pada solusi no-cost.
BAB V
ANALISIS KEEKONOMIAN
V. 1. Hasil rekomendasi
berdasarkan permasalahan yang kami temukan pada sistem kelistrikan pompa maupun
fan, kami mendapati hanya faktor daya saja yang memiliki permasalahan dimana beberapa
diantara komponen yang terpasang nilai faktor dayanya tidak sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (> 0,85). Hal ini dapat mengakibatkan vendor dikenai biaya denda sesuai dengan
ketetapan PLN berdasarkan besarnya penggunaan kVARh tiap bulan/ tiap tahunnya yang
melebihi batas penggunaannya. Oleh karena itu, penambahan kapasitor bank menjadi
alternatif yang baik untuk meningkatkan kualitas faktor daya suatu sistem kelistrikan sehingga
mencapai atau bahkan melebihi nilai standar SNI-nya.
PLTPB yang beroperasi selama 20 jam dalam sehari dan 30 hari dalam sebulannya ini
akan dihitung konsumsi daya reaktif baik sebelum dilakukan penambahan kapasitor bank
maupun sesudah ditambahkan kapasitor bank. Hal ini ditujukan untuk mengetahui besar dari
konsumsi daya reaktif yang berlebih akibat faktor daya rendah sehingga nilai penghematan
dapat dihitung. Perhitungan nilai penghematan diperoleh berdasarkan selisih daya reaktif
sebelum dan sesudah penambahan kapasitor bank dikalikan dengan tarif denda yang
ditetapkan PLN untuk pembangkit dengan penggunaan listrik lebih dari 200 kVA.
Berdasarkan nilai penghematan, simple payback dapat diperoleh dengan membagi nilai
investasi masing-masing pompa dengan nilai penghematannya.
Pada rekomendasi yang kami lakukan, terdapat 6 buah komponen yang faktor
dayanya dibawah nilai standarnya, yaitu pompa ACWP 402 A dan B, Pompa CWP 400 A,
Pompa HWP 401, Pompa ACWP 502 A dan B. Selanjutnya, analisa keekonomian tertera
sebagai berikut :

V.1.1. Pompa ACWP 402 A

Analisis Ekonomi Pompa ACWP 402 A


Lama waktu operasi 20 jam
Jumlah hari dalam sebulan 30 hari
Konsumsi Daya Reaktif (sebelum
110624,2042 kVArh/bulan
audit)
Arus pada kondisi FD target 26,48770464 A
Daya semu kondisi FD target 285,2977528 kVA
Daya Reaktif kondisi FD target 130,084513 kVARh
Konsumsi Daya Reaktif (sesudah
78050,70782 kVARh/bulan
audit)
Penghematan Daya Reaktif 32573,49639 kVArH
Denda PLN (>200 kVA) Rp1.033,20 /kVARh
penghematan perbulan Rp33.654.936,47
simple payback 1,15 bulan
Tabel 7 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 402A
V.1.2. Pompa ACWP 402 B

Analisis Ekonomi Pompa ACWP 402 B


Lama waktu operasi 20 jam
Jumlah hari dalam sebulan 30 hari
Konsumsi Daya Reaktif (sebelum
114.549,71 kVARh/bulan
audit)
Arus pada kondisi FD target 26,16 A
Daya semu kondisi FD target 285,30 kVA
Daya Reaktif kondisi FD target 130,084513 kVARh
Konsumsi Daya Reaktif (sesudah
78.050,71 kVARh/bulan
audit)
Penghematan Daya Reaktif 36.499,00 kVARh/bulan
Denda PLN (>200 kVA) Rp1.033,20 /kVARh
penghematan perbulan Rp37.710.770,51 Rupiah
simple payback 1,0244 bulan
Tabel 8 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 402B

V.1.3. Pompa CWP 400 A

Analisis Ekonomi Pompa CWP 400 A


Lama waktu operasi 20 jam
Jumlah hari dalam sebulan 30 hari
Konsumsi Daya Reaktif (sebelum
488651,4271 kVARh/bulan
audit)
Arus pada kondisi FD target 117,2048601 A
Daya semu kondisi FD target 1263,948315 kVA
Daya Reaktif kondisi FD target 576,3105366 kVARh
Konsumsi Daya Reaktif (sesudah
345786,322 kVARh/bulan
audit)
Penghematan Daya Reaktif 142865,1051 kVARh/bulan
Denda PLN (>200 kVA) Rp1.033,20 /kVARh
penghematan perbulan Rp147.608.226,58 Rupiah
simple payback 0,59 bulan
Tabel 9 - Analisis Ekonomi Pompa CWP 400A

V.1.4. Pompa HWP 401

Analisis Ekonomi Pompa HWP 401


Lama waktu operasi 20 jam
Jumlah hari dalam sebulan 30 hari

Konsumsi Daya Reaktif (sebelum


334058,4448 kVARh/bulan
audit)
Arus pada kondisi FD target 870,0267158 A
Daya semu kondisi FD target 332,7453184 kVA
Daya Reaktif kondisi FD target 151,7187299 kVARh
Konsumsi Daya Reaktif (sesudah
91031,23795 kVARh/bulan
audit)
Penghematan Daya Reaktif 243027,2068 kVARh/bulan
Denda PLN (>200 kVA) Rp1.033,20 /kVARh
penghematan perbulan Rp251.095.710,09 Rupiah
simple payback 0,34 bulan
Tabel 10 - Analisis Ekonomi Pompa HWP 401

V.1.5. Pompa ACWP 502 A

Analisis Ekonomi Pompa ACWP 502 A


Lama waktu operasi 20 jam
Jumlah hari dalam sebulan 30 hari
Konsumsi Daya Reaktif (sebelum
114.223,89 kVARh/bulan
audit)
Arus pada kondisi FD target 27,43 A
Daya semu kondisi FD target 295,45 kVA
Daya Reaktif kondisi FD target 134,71 kVARh
Konsumsi Daya Reaktif (sesudah
80.827,97 kVARh/bulan
audit)
Penghematan Daya Reaktif 33.395,92 kVARh/bulan
Denda PLN (>200 kVA) Rp1.033,20 /kVARh
penghematan perbulan Rp34.504.663,09 Rupiah
simple payback 3,0507 bulan
Tabel 11 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 502A

V.1.6. Pompa ACWP 502 B

Analisis Ekonomi Pompa ACWP 502 B


Lama waktu operasi 20 jam
Jumlah hari dalam sebulan 30 hari

Konsumsi Daya Reaktif (sebelum audit) 115524,5532 kVArh/bulan

Arus pada kondisi FD target 27,64719044 A


Daya semu kondisi FD target 327,5864886 kVA
Daya Reaktif kondisi FD target 135,7788964 kVARh

Konsumsi Daya Reaktif (sesudah audit) 81467,33787 kVARh/bulan

Penghematan Daya Reaktif 34057,21528 kVArH


Denda PLN (>200 kVA) Rp1.033,20 /kVARh
Rp35.187.914,
penghematan perbulan
8
simple payback 1,10 bulan
Tabel 12 - Analisis Ekonomi Pompa ACWP 502B

V.2. Kesimpulan
Berdasarkan analisa perhitungan yang kami lakukan untuk menentukan nilai keekonomian
dari pemasangan kapasitor bank pada masing-masing pompa yang bermasalah, nilai simple
payback yang paling tinggi adalah pada Pompa ACWP 502 A dengan nilai 3,05 bulan.
Sedangkan, nilai simple payback period yang paling rendah/singkat diperoleh pada Pompa
HWP 401 dengan nilai 0,34 bulan (kurang dari sebulan). Seluruh pompa yang diaudit
menunjukkan nilai simple payback yang rendah, yaitu dibawah 5 tahun. Hal ini
menguntungkan, sebab usia penggunaan dari kapasitor bank dapat mencapai 5 tahun sehingga
tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan dapat terjadi dalam waktu yang singkat
dan rekomendasi dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Endro, Herman. 2003. Teknik Penghematan Energi Pada Sistem Pencahayaan.
Jakarta : Bagian Proyek Pelaksanaan Efisiensi Energi DEPDIKNAS
2. Maulana, Agus. 2003,Teknik penghematan energi pada sistem AC, Bagian
Proyek Pelaksanaan Efisiensi Energi DEPDIKNAS.
3. Badan Standarisasi Nasional,2012,Prosedur Audit Energi Pada Bagunan
Gedung, Konservasi Energi Sistem Tata Udara Pada Bagunan Gedung Dan
Konservasi EnergiSistem Pencahayaan Bengunan Gedung (SNI 03-6196-2000,
SNI 03-6090-2000, SNI 03-6197-2000),Departemen ESDM No.13 Tahun
2012.
4. Hendriyanto, Eko Pramuji,“Audit Energi Listrik pada Gedung Islamic
Teaching Hospital,Rumah Sakit Islam Sultan Agung”,Skripsi, FT
USM,Semarang
5. Novian, 2014. Karakteristik Jaringan Kelistrikkan Bab 2. Semarang :UNIMUS
6. Ilmi, ulul,“Audit Energi Di PT.Nada Surya Tunggal”, Skripsi, FT USM, 2015
7. Katalog daftar harga Bohlam Led Philips Lamp 3 4 7 10 13 Watt
8. Katalog daftar harga Musicool Hydrocarbon Refrigerant,PT.Globalindo Niaga
Prima
9. Ngakil, ibnu, 2010,“Audit Kualitas Daya Listrik Khususnya Pada Industri
Paper”, Skripsi, Jakarta
10. Susanto, ”Perancangan Instalasi Listrik Gedung Polda Manokwari Papua
Barat”, Skripsi, FT UMS, 2016
11. SNI 04-0225-2000,”Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan
padabangunan gedung”, Jakarta :Badan Standarisasi Nasional No.75 Tahun
2002
12. Aturan Jaringan Sistem Tegangan Listrik Sumatera, Jakarta : Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No.37 Tahun 2008
13. IEEE Std 1459 IEEE Standard Definitions for the Measurement of Electric
Power Quantities Under Sinusoidal, Nonsinusoidal, Balanced, or Unbalanced
Conditions
14. IEEE Std 1159 IEEE Recommended Practice for Monitoring Electric Power
Quality
15. Effect of Unbalanced Voltage on End Use Equipment Performance, EPRI, June
2000
16. Syahputra, Roman, dkk. 2020. “Pengoperasian Transformator dengan
menggunakan Tap Changer Aplikasi Gardu Induk Denai”. Medan : Journal of
Electrical Technology, Vol. 5, No. 2
17. Sari, Gamma Ayu K. 2018. “Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban
Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Trafo Distribusi Studi Kasus Pada Pt.
Pln (Persero) Rayon Blora”. Solo : FT Elektro UMS
18. Alam, Abd. Ashal., Syahrial, Nandang Taryana. 2015. Pemodelan dan
Simulasi Automatic Voltage Regulator untuk Generator Sinkron 3 kVA
Berbasis Proportional Integral. Jurnal Reka Elkomika, Vol.3, No.2,Juli 2015,
hlm. 97-110, ISSN: 2337-439X.

Anda mungkin juga menyukai