Anda di halaman 1dari 34

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/352282522

SISTEM KONTROL TERDISTRIBUSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP


(PLTU)

Technical Report · June 2021

CITATIONS READS

0 231

1 author:

I Gede Suputra Widharma


Politeknik Negeri Bali
213 PUBLICATIONS   56 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Lifestyle View project

Computer System View project

All content following this page was uploaded by I Gede Suputra Widharma on 10 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SISTEM KONTROL TERDISTRIBUSI
PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
(PLTU)

Oleh:
I Gede Suputra Widharma

I Dewa Gede Dodi Pranata 008 Putu Adhitya Santika Dharma 001
I Pt Aptana Putra Raharja 010 I Komamg Ade Sila Wantara 003
I Kade Agus Suastika 012 I Wayan Dimas Ariawan 005

POLITEKNIK NEGERI BALI


2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga artikel yang berjudul “PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP”
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
ABSTARCT ....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 5
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 6
1.3 TUJUAN.................................................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 7
2.1 PENGERTIAN PLTU ............................................................................................................. 7
2.2 CARA KERJA PLTU .............................................................................................................. 7
2.3 KOMPONEN UTAMA PLTU ................................................................................................ 9
2.3.1 BOILER ................................................................................................................................ 9
2.3.2 TURBIN UAP .................................................................................................................... 10
2.2.3 KONDENSOR.................................................................................................................... 11
2.3.4 GENERATOR .................................................................................................................... 11
2.3.5 TRANSFORMATOR ......................................................................................................... 12
2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PLTU ....................................................................... 13
2.4.1 KELEBIHAN PLTU .......................................................................................................... 13
2.4.2 KEKURANGAN PLTU ..................................................................................................... 13
2.5 FUNGSI DCS PADA PLTU ................................................................................................. 13
BAB III DATA DAN MAINTENANCE ..................................................................................... 15
3.1 KOMUNIKASI DATA ......................................................................................................... 15
3.1.1 SISTEM KOMUNIKASI ................................................................................................... 15
3.1.2 ENGINEERING PC ........................................................................................................... 15
3.1.3 PERLENGKAPAN SISTEM KONFUGIRASI ................................................................. 15
3.2 DCS HONEYWELL ............................................................................................................. 16
3.3 PROCESS CONTROLLER .................................................................................................. 17
3.4 PROSES MANAGER I/O ..................................................................................................... 18
3.5 MAINTENANCE UNTUK DCS .......................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 26
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 26
REFERENSI ................................................................................................................................. 27

iii
ABSTRACT

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pembangkit listrik yang memanfaatkan energi
kinetik dari uap dan mengubahnya menjadi energi listrik. Di seluruh dunia, listrik
sebagian besar dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap. Angka persentasenya
mencapai 86% dari seluruh pembangkit listrik yang ada.Pembangkit listrik jenis lain yang
dapat menghasilkan energi yang cukup signifikan adalah pembangkit listrik tenaga air
dan turbin gas. Pembangkit listrik seperti tenaga panas bumi dan angin hingga saat ini
belum bisa menghasilkan kapasitas listrik yang memadai.

Kata Kunci: DCS, PLTU

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem kontrol atau sistem kendali atau sistem pengaturan merupakan suatu
system yang terdiri dari beberapa elemen sistem yang bertujuan untuk melakukan
pengaturan atau pengendalian suatu proses untuk mendapatkan suatu besaran yang
diinginkan. Sistem kontrol terdiri dari komponen-komponen fisik dan non fisik yang
disusun sedemikian hingga mampu berfungsi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Sistem pengaturan berkaitan dengan hubungan timbal balik antara komponen-
komponen yang membentuk suatu konfigurasi sistem yang memberikan suatu hasil
yang dikehendaki berupa respon.
Alasan mengapa industry atau pabrik menggunakan system control otomatis
karena untuk menjamin keselamatan kerja baik peralatan maupun bagi tenaga kerja,
menjaga dan meningkatkan kualitas produk sesuai dengan spesifikasi yang telah di
tentukan, menjaga dan memelihara kebersihan dan Kesehatan lingkungan, proses
yang terjadi berlangsung dengan Batasan-batasan operasinya, serta ekonomis.
1.1.1 Jenis Sistem Kontrol
Adapun jenis system control yang di gunakan di berbagai industry yaitu, system
control lup terbuka dan system control lup tertutup
- System Kontrol Lup Terbuka
Sistem kontrol lup terbuka merupakan salah satu jenis sistem kontrol yang banyak
digunakan untuk pengendalian parameter yang digunakan dalam peralatan rumah
tangga maupun industri. Sistem kontrol lup terbuka adalah sistem kontrol yang
keluarannya tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan, jadi keluarannya tidak
diukur atau diumpan balikan untuk dibandingkan dengan masukan. Sistem control
lup terbuka termasuk dalam sistem kontrol manual dimana proses pengaturannya
dilakukan secara manual oleh operator dengan mengamati keluaran secara visual,
kemudian dilakukan koreksi variable-variabel kontrolnya untuk mempertahankan
hasil keluarannya. Sistem kontrol itu sendiri bekerjanya secara open loop, artinya
sistem kontrol tidak dapat melakukan koreksi variable untuk mempertahankan
hasil keluarannya. Perubahan ini dilakukan secara manual oleh operator setelah
mengamati hasil keluarannya melalui alat ukur atau indikator.

5
Masukan kontroler Proses

Keluaran

Diagram system control lup terbuka

- System Kontrol lup tertutup


Sistem control lup tertutup merupakan sistem kontrol yang sinyal keluarannya
mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan. Kontrol lup tertutup
termasuk dalam sistem kontrol berumpan balik dimana sinyal kesalahan
penggerak merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal umpan-balik.

Blok Diagram Sistem Kontrol lup tertutup

Sistem kontrol lup tertutup bekerja secara otomatis dalam rangka mencapai
keluaran sesuai dengan set point. Terdapat tiga alasan utama, mengapa plant
proses atau bangunan memerlukan kontrol secara otomatis:

1. Keamanan (Safety)

Pada proses produksi yang mempunyai tingkat kerumitan atau


kompleksitas yang tinggi dibutuhkan cara otomatis guna menghasilkan
kualitas produk yang homogen. Selain itu pada plant/proses yang
berbahaya perlu dikendalikan secara otomatis untuk menjaga
keselamatan tenaga kerja dan peralatan dari kondisi gangguan yang dapat
membahayakan peralatan dan manusia. Sehingga dibutuhkan sistem
kontrol otomatis.
2. Stabilitas (Stability).

Pada industri yang memproduksi barang dan jasa dengan tingkat


ketelitian yang tinggi diperlukan Plant atau proses harus bekerja secara
mantap (steadily), dapat diprediksi (predictably) dan bekerja dengan
6
tingkat perulangan (repeatably) yang handal tanpa fluktuasi atau
kegagalan yang tidak terencana.
3. Ketelitian (Accuracy)

Untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar dibutuhkan sistem kontrol


otomatis yang mampu menjamin proses produksi dapat berjalan sesuai dengan
perencanan. Pengunaan sistem kontrol otomatis mampu mencegah kegagalan
proses sehingga meminimasi atau menghilangkan cacat produk sehingga secara
tidak langsung akan meningkatkan efekstivitas kerja dan efisiensi penggunaan
sumber daya.

1.2. DCS

Sistem Kendali Terdistribusi atau yang lebih dikenal dengan nama


Distributed Control System (DCS) mengacu pada sistem kontrol yang biasa
digunakan pada sistem manufaktur, proses atau sistem dinamis lainnya dimana
elemen kontroler tidak terpusat di lokasi tertentu melainkan terdistribusi
seluruhnya dimana setiap sub sistem dikontrol oleh satu atau lebih kontroler.
Keseluruhan sistem kontrol di masing-masing sub sistem dihubungkan dalam
jaringan untuk komunikasi dan monitoring. Istilah DCS sangat luas dan
digunakan untuk berbagai keperluan di industri untuk melakukan monitoring
dan pengendalian peralatan yang terdistribusi. Distributed Control System
(DCS) digunakan untuk pengendalian proses produksi yang mempunyai
karakteristik dimana proses produksi berlangsung secara kontinu (terus-
menerus) dan terdapat banyak proses yang tersebar secara geografis. Selain
proses kontinu, DCS juga banyak diaplikasikan pada kontrol proses jenis semi
kontinu atau batch. Contoh industri yang proses produksinya berlangsung secara
kontinu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu secara terus menerus adalah
industri penambangan minyak dan gas dan pembangkit tenaga listrik.
Sistem DCS dirancang dengan prosesor redundant untuk meningkatkan
kehandalan sistem. Untuk mempermudah dalam penggunaan, DCS sudah
menyertakan tampilan /grafis kepada user dan software untuk konfigurasi kontrol.
Hal ini akan memudahkan user dalam perancangan aplikasi. DCS dapat bekerja
untuk satu atau lebih workstation dan dapat dikonfigurasi di workstation atau dari PC
secara offline. Komunikasi lokal dapat dilakukan melewati jaringan melalui kabel
atau fiber optic.

7
Pengertian terdistribusi dalam DCS meliputi beberapa hal yang perlu untuk
didistribusikan diantaranya yaitu:
 Geografis
DCS sangat cocok diaplikasikan pada proses produksi yang memiliki karakteristik
dimana masing-masing field secara geografis terletak tersebar dengan jarak yang
cukup jauh. Dengan DCS, masing-masing field dapat dimonitor dan dikontrol secara
terintegrasi dalam suatu sistem kontrol sehingga akan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja sistem kontrol. Sumur minyak pada industri Minyak seperti PT
Pertamina, PT Cevron Indonesia, PT Total Indonesia, PT Petronas, PT Petro China,
PT Medco, dan perusahaan lainnya biasanya terletak di berbagai lokasi yang secara
geografis terpisah dengan jarak yang cukup jauh baik di Off Shore maupun On
Shore.
 Resiko kegagalan operasi
Pada industri yang mempunyai banyak proses produksi memerlukan strategi
pengendaliannya. Kegagalan satu proses diharapkan tidak menyebabkan sistem
produksi lainya juga ikut terganggu. DCS mampu menjawab permasalahan resiko
kegagalan operasi dalam sistem yang terdistribusi ke masing-masing field. Dengan
DCS, suatu sub sistem yang mengalami kegagalan dapat diisolir dengan cara
mengaktifkan sistem proteksi (savety systems) agar tidak menimbulkan bahaya bagi
sistem yang lebih besar.
 Fungsional
Secara fungsional, masing-masing field dalam DCS dapat bekerja secara sendiri-
sendiri tetapi terkoordinasi dengan baik. Kontrol room mampu memonitor masing-
masing field dari jarak jauh dan sekaligus mampu memberikan perintah kepada
masing-masing field untuk mendapatkan performansi yang diinginkan.
Perkembangan sistem kontrol terdistribusi diawali oleh sistem kontrol yang
dikendalikan oleh komputer. Aplikasi awal komputer dalam bidang kontrol proses
dimulai pada sistem kontrol supervisi dan monitoring pada stasiun pembangkit
sistem tenaga listrik sekitar tahun 1958 di Amerika Serikat. Evolusi selanjutnya
adalah penggunaan komputer pada loop kontrol (dikenal dengan nama DDC- Direct
Digital Control) yang pertama kali diinstall di perusahaan petrokimia, inggris sekitar
tahun 1962. Pada sistem DDC tersebut, ada 224 variabel proses yang diukur dan 129
valve yang dikontrol secara langsung oleh komputer.
Sistem kontrol terdistribusi dipelopori dengan munculnya aplikasi sistem kontrol
dengan memanfaatkan mini komputer yang diaplikasikan untuk proses kontrol pada

8
awal tahun 60-an. Sistem kontrol ini memusatkan semua pengontrolan dari field.
DCS pertama kali dikenalkan pada tahun 1975 oleh Perusahaan Amerika yaitu
Honeywell dengan nama produk TDC 2000. DCS ini pada dasarnya merupakan
pengembangan dari sistem kontrol DDC (Direct Digital Control).

Gambar arah perkembangan DCS

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PLTU


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi panas dari steam untuk memutar turbin sehingga dapat
digunakan untuk membangkitkan energi listrik melalui generator. Steam yang
dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air yang berada pada boiler akibat
mendapatkan energi panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Secara garis besar
sistem pembangkit listrik tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan utama
diantaranya: boiler, turbin, generator, dan kondensor. Boiler adalah bejana tertutup
dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air
panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas
ke suatu proses. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam, dan sistem
bahan bakar.
Air adalah media yang dipakai pada proses bertemperatur tinggi ataupun untuk
perubahan parsial menjadi energi mekanis didalam sebuah turbin. Dengan turunnya
unjuk kerja boiler akan memberi dampak terhadap penurunan efisiensi, peningkatan
effisiensi salah satunya dapat dilakukan dengan cara melakukan penghematan energi
pada boiler furnace yaitu dengan mengoptimalkan bagian bagian daripada sistem
diantaranya adalah penurunan temperatur gas buang dengan memanfaatkan
ekonomizer, penambahan perangkat super heater untuk meningkatkan entalpi steam
dan mengurangi kebocoran kalor melalui dinding furnace menggunakan isolasi termal
yang tepat.
Sistem Kendali Terdistribusi atau yang lebih dikenal dengan nama Distributed
Control Sistem (DCS) mengacu pada sistem kontrol yang biasa digunakan pada
sistem manufaktur, proses atau sistem dinamis lainnya dimana elemen kontroler tidak
terpusat di lokasi tertentu melainkan terdistribusi seluruhnya dimana setiap sub sistem
dikontrol oleh satu atau lebih kontroler. Keseluruhan sistem kontrol di masingmasing
sub sistem dihubungkan dalam jaringan untuk komunikasi dan monitoring. Istilah
DCS sangat luas dan digunakan untuk berbagai keperluan di industri untuk
melakukan monitoring dan pengendalian peralatan yang terdistribusi. Distributed
Control System (DCS) digunakan untuk pengendalian proses produksi yang
mempunyai karakteristik dimana proses produksi berlangsung secara kontinu (terus-
menerus) dan terdapat banyak proses yang tersebar secara geografis. Selain proses

10
kontinu, DCS juga banyak diaplikasikan pada kontrol proses jenis semi kontinu atau
batch. Contoh industri yang proses produksinya berlangsung secara kontinu 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu secara terus menerus adalah industri penambangan
minyak dan gas dan pembangkit tenaga listrik. Sistem DCS dirancang dengan
prosesor redundant untuk meningkatkan kehandalan sistem. Untuk mempermudah
dalam penggunaan, DCS sudah menyertakan tampilan /grafis kepada user dan
software untuk konfigurasi kontrol. Hal ini akan memudahkan user dalam
perancangan aplikasi. DCS dapat bekerja untuk satu atau lebih workstation dan dapat
dikonfigurasi di workstation atau dari PC secara offline. Komunikasi lokal dapat
dilakukan melewati jaringan melalui kabel atau fiber optic.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan
energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang seporos dengan turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap
menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar
serta MFO untuk start up awal.

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:


 Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam
bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
 Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
 Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut air diisikan ke boiler, hingga
mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah panas. Di dalam boiler air ini
dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga
berubah menjadi uap. Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur
tertentu diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik
berupa putaran. Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar
menghasilkan energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam
kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal
output generator. Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensoruntuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat.

11
Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi
boiler.
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Mengingat banyaknya PLTU yang digunakan sebagai penyedia pasokan listrik di
seluruh dunia, tentunya terdapat berbagai kelebihan. Berikut adalah kelebihan dari
PLTU:
 Biaya awal rendah
Dibandingkan dengan yang lain, biaya awal yang dikeluarkan untuk
pembangunan PLTU relatif lebih rendah karena konstruksi yang diperlukan tidak
terlalu banyak.
 Hemat lahan
Luas lahan yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain,
contohnya, PLTA.
 Harga sumber daya alam murah
Batubara digunakan sebagai bahan bakar lebih murah dibandingkan bahan bakar
bensin dan solar. Jadi biaya pembangkitan listrik ini lebih ekonomis.
 Perawatan mudah
Biaya perawatan yang mudah dikarenakan cara kerjanya yang relatif lebih
sederhana.
 Pemilihan lokasi fleksibel
PLTU dapat dibangun di area manapun dimana sumber air dan fasilitas
transportasi mudah didapat.
Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Selain banyaknya kelebihan yang ditawarkan, PLTU sendiri juga memiliki
beberapa kekurangan. Berikut rincian dari kekurangannya:
 Biaya Operasional Tinggi
Walau biaya awal dan bahan bakar murah, tapi untuk pengoperasiannya sendiri
relatif tinggi.
 Penyebab Pemanasan Global
Karena pelepasan gas yang dibakar dari batu bara sebagai bahan bakar, hal ini
berkontribusi pada pemanasan global secara lebih luas.
 Dampak merugikan bagi organisme hidup akuatik
Air panas yang dibuang ke sungai atau kolam menimbulkan efek merugikan bagi
organisme hidup dan mengganggu ekologi.

12
Demikian pembahasan tentang pengertian, sistem kerja, kelebihan dan
kekurangan dari pembangkit listrik tenaga uap. PLTU sendiri masih menjadi salah
satu pemasok utama listrik ke berbagai daerah dikarenakan biaya awalnya yang
lebih hemat. Akan tetapi, penggunaan batubara sebagai bahan bakarnya, membuat
PLTU ini kurang ramah lingkungan.

2.1 Sistem Kerja PLTU


Meskipun PLTU hanya melibatkan konversi panas pembakaran batu bara
menjadi energi listrik, namun pada kenyataannya, prinsip PLTU tidak sesederhana
itu. Berikut ini cara kerja PLTU:
1. Instalasi Penanganan Batubara dan Abu
Batubara diangkut ke melalui jalan darat dan disimpan di instalasi penyimpanan
batubara. Setelah itu, batubara dikirim ke pabrik penanganan batubara untuk
dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil, sehingga mempercepat
pembakaran.
2. Generator Uap
Instalasi pembangkit uap terdiri dari boiler untuk produksi uap dan peralatan
tambahan lainnya untuk pemanfaatan gas buang.
 Boiler
Panas pembakaran batubara di boiler digunakan untuk mengubah air menjadi uap
pada suhu dan tekanan tinggi.
 Superheater
Uap yang dihasilkan boiler dilewatkan melalui superheater untuk dikeringkan dan
dipanaskan. Uap super panas kemudian dilanjutkan ke ke turbin uap.
 Economiser
Ekonomiser pada dasarnya adalah pemanas air umpan sebelum disuplai ke boiler.
 Preheater udara
Pemanas awal udara ini meningkatkan suhu udara yang digunakan untuk
pembakaran batubara. Kegunaan utama pemanasan awal udara adalah
meningkatkan efisiensi termal dan meningkatkan kapasitas uap per meter persegi
permukaan boiler.
3. Turbin Uap
Uap kering dan super panas dari superheater diarahkan ke turbin uap dan bilah
turbin mulai berputar dengan kecepatan tinggi. Lalu, energi potensial uap yang
tersimpan diubah menjadi energi mekanik.
13
4. Alternator
Turbin uap disambungkan dengan alternator. Alternator mengubah energi
mekanik turbin menjadi energi listrik. Sisa, uap yang bertekanan rendah kemudian
masuk ke dalam kondensor dan diubah menjadi air.
5. Air Umpan
Air kondensat atau air yang sudah melalui proses kondensasi di kondensor
digunakan sebagai air umpan masuk ke boiler oleh pompa untuk mengulangi
siklus.

2.2 Cara kerja PLTU

Gambar 2.1 cara kerja pada PLTU

Keterangan gambar :

1. Cooling tower 19. Pemanas


2. Cooling water pump 20. Forced draught fan
3. Transimission line 3 phase 21. Preheater
4. Transformer 3-phase 22. Combustion air intake
5. Generator Listrik 3-phase 23. Economizer
6. Low pressure turbine 24. Air preheater
7. Boiler feed pump 25. Precipitator
8. Condenser 26. Induced air fan
9. Intermediate pressure turbine 27. Cerobong
10. Steam governor valve
11. High pressure turbine
12. Deaerator
13. Feed heater
14. Conveyor batubara
15. Penampung batubara
16. Pemecah batubara
17. Tabung Boiler
18. Penampung abu batubara
14
Cara kerja PLTU batubara secara singkat adalah sebagai berikut:

1. Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor (14)


kemudian dihancurkan dengan the pulverized fuel mill (16) sehingga menjadi
tepung batubara.
2. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas (24) oleh forced
draught fan (20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batu
bara).
3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan
kedalam Boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.
4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding Boiler, air tersebut
akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler (17)
untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.
5. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater (19) untuk melipatgandakan suhu dan
tekanan uap hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar yang
meyebabkan pipa ikut berpijar merah.
6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang menjadi sumber tenaga
turbin tekanan tinggi (11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3 tingkatan.
7. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting steam
governor valve (10) secara manual maupun otomatis.
8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari Turbin tekanan tinggi (11) akan sangat
berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler re-heater (21) untuk
meningkatkan suhu dan tekanannya kembali.
9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin
tingkat kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya langsung
digunakan untuk menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan rendah (6).
10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih,
sehingga perlu di alirkan ke condensor (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.
11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk
dimasak ulang. Awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber
dari high pressure set, kemudian ke economiser (23) sebelum di kembalikan ke
tabung boiler (17).

6
12. Sedangkan Air pendingin dari condensor di semprotkan kedalam cooling tower (1)
dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower. Kemudian air
yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin ulang.
13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase (5),
Generator ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah (20-25 kV).
14. Dengan menggunakan transformer 3 phase (4), tegangan dinaikkan menjadi
tegangan tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke sistem transmisi 3
phase.
15. Sedangkan gas buang dari boiler di isap oleh kipas pengisap (26) agar melewati
electrostatic precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan kemudian gas yg sudah
disaring akan dibuang melalui cerobong (27)

2.3 Komponen Utama PLTU


2.3.1 Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk menguapkan air pengisi dari fasa cair menjadi uap
basah dan kemudian uap basah akan diuapkan lagi menjadi uap panas lanjut. Di dalam
boiler ada beberapa alat yang berfungsi untuk mengolah air, yaitu economizer, steam
drum, superheater, dan juga reheater. Model boiler di PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-
Awar adalah HG1175/17.5-HM4, dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Spesifikasi Boiler

Items Unit Max. load


Evaporator t/h 1175
Working pressure of drum Mpa 18.9
Outlet pressure of superheater Mpa 17.5 17.5
Outlet temperature of superheater °𝐶 °541
Outlet pressure of reheater Mpa 3.724
Inlet temperature of reheat steam °𝐶 336.9
Outlet temperature of reheat steam °𝐶 541
Flow volume of reheat steam t/h 971.05
Feed water pressure Mpa 19.293
Feed water temperature °𝐶 287.3

2.3.2 Turbin Uap

7
Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap menjadi
energi kinetik dan selanjutnya diubah menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros
turbin. Poros turbin, lansung atau dengan bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan dengan
mekanisme yang akan digerakkan. Tergantung pada jenis mekanisme yang digunakan,
turbin uap dapat digunakan pada berbagai bidang seperti pada bidang industri, untuk
pembangkit tenaga listrik dan untuk transportasi. Pada proses perubahan energi potensial
menjadi energi mekanisnya yaitu dalam bentuk putaran poros dilakukan dengan berbagai
cara. Pada dasarnya turbin uap terdiri dari dua bagian utama, yaitu stator dan rotor yang
merupakan komponen utama pada turbin kemudian di tambah komponen lainnya yang
meliputi pendukungnya seperti bantalan, kopling dan sistem bantu lainnya agar kerja turbin
dapat lebih baik. Sebuah turbin uap memanfaatkan energi kinetik dari fluida kerjanya yang
bertambah akibat penambahan energi termal. Umumnya PLTU menggunakan turbin uap
tipe multistage, yakni turbin uap yang terdiri atas lebih dari 1 stage turbin (Turbin High
Pressure, Intermediate Pressure, dan Low Pressure). Uap air superheater yang dihasilkan
oleh boiler masuk ke turbin High Pressure (HP), dan keluar pada sisi exhaust menuju ke
boiler lagi untuk proses reheater. Uap air yang dipanaskan kembali ini dimasukkan
kembali ke turbin uap sisi Intermediate Pressure (IP), dan uap yang keluar dari turbin IP
akan langsung masuk ke Turbin Low Pressure (LP). Selanjutnya uap air yang keluar dari
turbin LP masuk ke dalam kondenser untuk mengalami proses kondensasi.

Gambar 2.2 Turbin

2.3.3 Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkondensasikan uap dari LP
turbine dengan media pendingin air laut yang dipompakan melalui CWP. Prinsip kerjanya
adalah uap dari LP turbine mengalir di luar pipa – pipa condenser melewati air laut yang
mengalir di dalam pipa – pipa kondensor.

8
Gambar 2.3 Kondensor

2.3.4 Generator
Generator atau yang sering disebut dengan alternator merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk mengubah energi mekanik yang berasal dari putaran shaft turbin, menjadi energi
listrik dengan perantara induksi medan magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya
pergerakan relatif antara medan magnet dengan kumparan generator. Pergerakan relatif ini
menghasilkan medan putar pada belitan medan di rotor kemudian menginduksi belitan
jangkar dari generator yang terdapat pada stator. Ada dua istilah yang biasa
menggambarkan belitan pada generator yaitu belitan medan (field windings) dan belitan
jangkar (armature windings). Secara umum, istilah belitan medan digunakan pada belitan
yang menghasilkan medan magnet dalam mesin, sedangkan istilah belitan jangkar
digunakan pada belitan tempat terinduksinya tegangan. Pada generator , belitan medan
terletak pada rotor sedangkan belitan jangkar terdapat pada stator. Rotor generator yang
terdiri dari belitan medan memperoleh energi eksitasi dari arus searah (direct current, DC)
melalui satu set slip ring dan brush (external excitation), atau dari diodebridge yang
dipasang pada bagian rotor (self-excited). Alternator ini disebut generator karena
kecepatan putar medan magnet sama dengan kecepatan putar rotor generator sehingga
dihasilkan frekuensi listrik yang dihasilkan dengan putaran mekanis dari generator.
Generator ini dapat berupa generator AC satu fasa atau generator AC tiga fasa tergantung
dari kebutuhan. Generator dengan kapasitas yang relatif besar sering dijumpai pada
pusatpusat pembangkit tenaga listrik misalnya pada PLTU, PLTA, PLTG, PLTD, dan lain-
lain. Selain generator dengan kapasits besar, tentunya juga terdapat generator dengan
kapasitas yang relatif kecil, misalnya pada generator set.

9
Gambar 2.4 Generator
Kutub magnet yang biasa digunakan pada rotor generator ada 2 jenis bentuk sebagai
berikut.
1. Kutub sepatu atau menonjol (salient) Kutub menonjol terdiri dari inti kutub, badan kutub
dan sepatu kutub. Kumparan medan dililitkan pada badan kutub. Pada sepatu kutub juga
dipasang kumparan peredam (damper winding). Kumparan kutub dari tembaga, badan
kutub dan sepatu kutub dari besi lunak.
2. Kutub silindris (non salient). Kutub ini terdiri dari alur-alur dan gigi yang yang dipasang
untuk menempatkan kumparan medan.

2.3.5 Transformator
Transformator adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan
tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Dalam
sistem PLTU terdapat 3 macam transformator, yaitu :
1. UAT (Unit Auxiliary Transformer) UAT (Unit Auxiliary Transformer) adalah trafo
utama untuk pemakaian sendiri yang dipasang paralel dengan trafo generator, berfungsi u
tuk menurunkan tegangan pembangkitan 20 KV menjadi 6,3 KV. Pada sistem keadaan
normal seluruh kebutuhan tenaga listrik untuk peralatan listrik maupun penerangan
disupali oleh trafo ini.
2. SST (Standby Startup Transformer) PLTU Tanjung Awar – Awar mempunyai satu set
trafo cadangan SST bila generator mengalami gangguan atau overhaul sehingga trafo
utama tidak berfungsi maka daya listrik untuk start up pembangkit unit disuplai dari bus
150 KV melalui trafo cadangan ini. Jadi trafo ini menurunkan tegangan dari 150 KV
menjadi 6,3 KV.

10
3. Trafo Generator (Generator Transformer) Trafo generator atau generator transformer
berfungsi menaikkan tegangan pembangkitan 20 KV menjadi 150 KV yang berhubungan
langsung dengan saluran transmisi.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan PLTU


2.4.1 Berikut adalah kelebihan dari PLTU:
1. Biaya awal rendah
Dibandingkan dengan yang lain, biaya awal yang dikeluarkan untuk pembangunan PLTU
relatif lebih rendah karena konstruksi yang diperlukan tidak terlalu banyak.
2. Hemat lahan
Luas lahan yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain, contohnya,
PLTA.
3. Harga sumber daya alam murah
Batubara digunakan sebagai bahan bakar lebih murah dibandingkan bahan bakar bensin
dan solar. Jadi biaya pembangkitan listrik ini lebih ekonomis.
4. Perawatan mudah Biaya perawatan yang mudah dikarenakan cara kerjanya yang relatif
lebih sederhana.
5. Pemilihan lokasi fleksibel
PLTU dapat dibangun di area manapun dimana sumber air dan fasilitas transportasi mudah
didapat. Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Selain banyaknya kelebihan yang
ditawarkan, PLTU sendiri juga memiliki beberapa kekurangan.

2.4.2 Berikut adalah kekurangannya PLTU:


1. Biaya Operasional Tinggi
Walau biaya awal dan bahan bakar murah, tapi untuk pengoperasiannya sendiri relatif
tinggi.
2. Penyebab Pemanasan Global
Karena pelepasan gas yang dibakar dari batu bara sebagai bahan bakar, hal ini
berkontribusi pada pemanasan global secara lebih luas.
3. Dampak merugikan bagi organisme hidup akuatik
Air panas yang dibuang ke sungai atau kolam menimbulkan efek merugikan bagi
organisme hidup dan mengganggu ekologi.

11
2.5 Fungsi DCS pada PLTU
Sistem kendali terdistribusi banyak diaplikasikan pada suatu proses industri yang
mempunyai karakteristik berupa proses yang kontinu atau batch. Pada proses kontinu,
besaran atau parameter kontrol bersifat data yang secara terus menerus mengalami
perubahan seiring dengan perubahan parameter kontrolnya. Contoh dari proses kontinu di
industri adalah pada industri pembangkit listrik tenaga uap yang akan kita bahas mengenai
fungsi dan komponen DCS yang diterapkan di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Mengenali sistem distribusi control sistem pada power plant, misalnya untuk PLTU. DCS
(distributed control system) adalah sebuah sistem yang terintegrasi menggunakan
kontroler, protokol komunikasi, dan komputer yang dapat memudahkan user untuk
mengontrol peralatan-peralatan yang menggunakan sinyal analog maupun digital dari
control room. jadi, ketika ingin mengontrol sebuah valve, tidak hanya kontrol on-off, tetapi
juga berapa besar bukaannya semisal dari 0 – 100 persen bisa dilakukan dengan mudah.
DCS system, pada power plant, hanya dibagi tiga bagian yaitu bagian boiler, turbin, dan
auxiliary sistem (fuel and water).

12
BAB III
KOMUNIKASI DATA DAN MAINTENANCE

1.1 Komunikasi Data

1.1.1 Sistem Komunikasi

Sarana pertukaran data antara operator station, control station dan proses.
Sarana komunikasi ini juga bisa dapat digunakan untuk menghubungkan DCS dengan
sistem lain seperti PLC (Programmable Logic Control), SCADA system (Supervisory
Control and Acquisition Data), Asset Management
3.1.2 Engineering PC /Engineering Work Station (EWS).
PC ini digunakan untuk melakukan modifikasi dari sistem yang sudah ada, juga untuk
melakukan kegiatan maintenance dari sistem DCS Centum VP. Bentuk fisiknya sama
seperti HIS, yang membedakan dengan HIS adalah software didalamnya. EWS
dilengkapi dengan BUILDER sebagai window untuk modifikasi. Selama pekerjaan
engineering tidak dilakukan, EWS dapat berfungsi sebagai HIS dan EWS juga dapat
melakukan emulasi/ tes fungsi secara virtual

Gambar 3.1 Bentuk EWS

13
1.1.3 Perlengkapan SISTEM KONFIGURASI – BUS

Communication Gateway Unit (CGW)


Alat ini berfungsi untuk menghubungkan Kabel Vnet dengan kabel Ethernet
untuk keperluan supervisory computer ataupun untuk dihubungkan ke jaringan
intranet. Dengan CGW, kita juga dapat menghubungkan dua sistem CENTUM
VP yang jaraknya berjauhan dengan menggunakan jaringan telepon
V Net
Vnet adalah kabel komunikasi kontrol yang menghubungkan antara FCS, HIS,
BCV dan CGW. Standar dari Vnet adalah dual redundant. Vnet/IP sebuah kabel
berbasis IP yang real-time untuk proses otomasi dan sudah menggunakan
sistem komunikasi 1-Gbps.
Ethernet
Vnet/IP sama seperti fungsi komunikasi Ethernet dan digunakan sebagai
landasan kabel komunikasi di masa mendatang yang fungsinya sama seperti
teknologi Vnet.
Fieldbus
Foundation fieldbus adalah sebuah komunikasi berbasis digital yang diterapkan
pada field instruments dan nantinya field bus akan menggantikan sistem
konvensional antarmuka analog 4-20 mA.
Enginering PC (ENG USER)
Fungsi engginering PC adalah untuk manajemen dan pemeliharaan sistem.
Operator PC (OFF USER)
Fungsi operator PC adalah sebagai pencatat data variable pada saat real time
ataupun data sebelumnya dan juga sebagai fungsi operasional harian sekaligus
kontrol seperti: process alarm, indikator level, dll.
3.2 DCS Honeywell
Unit Utilitas Batu Bara (UUBB) adalah unit yang secara khusus
memproduksi listrik untuk pabrik dua dan low steam pressure ke pabrik tiga.
Dalam menjalankan produksi Unit Utilitas Batu Bara (UUBB) memakai DCS
(Distributed Conrol System) produksi Honeywell sebagai pengontrol proses utama
yang menjalankan seluruh alat produksi. Plant Control System ini dirancang untuk
mengoperasikan boiler, steam turbine generator dan beberapa package system lain
sebagai penunjang.

14
DCS Honeywell juga akan menyediakan sebuah sistem yang berfungsi untuk
proses akuisisi data dan informasi penting mengenai sistem dan menyimpannya
dengan baik. Hal ini berguna bagi operator untuk mengakses dan mengolah data
lama ataupun yang sekarang untuk keperluan pabrik.
Selain itu DCS Honeywell juga mempunyai beberapa redundancy equipment.
Redundancy equipment yang disediakan DCS di antaranya adalah Process
Controller (PCS), Data highway Network, Power Supply Module, dan Engineering
Station.
Berikut ini adalah arsitekur DCS yang diimplementasikan di Unit Utilitas Batu
Bara Pt. Perokimia Gresik :

Gambar 3.2 Arsitektur DCS


3.3 Process Controller
Process Controller (PCS) merupakan process controller utama yang
merupakan hybrid system. Process Controller mempunyai tugas utama untuk
melakukan control pada keseluruhan loops yang ada di power plant.
Process Controller mempunyai redundant identical processor. Proses
swicthover dari Process Controller yang sedang online ke Process

15
Controller yang kedua atau Process Controller yang menjadi back up terjadi
secara langsung dan cepat tanpa adanya delay. Jika terjadi proses switcover
konfigurasi Process Controller yang menjadi back up akan secara otomatis
memiliki konfigurasi sistem sebelumnya, karena sudah disimpan pada non
volatile memory.
3.4 Process Manager I/O
Process Manager I/O atau PMI/O merupakan sebuah modul dimana modul
tersebut berperan menerima data input yang berasal dari sensor yang berada di
lapangan dan dikirimkan ke Control Processor Module. Selain itu juga
menerima output yang dikirim oleh Control Processor Module yang nantinya
akan digunakan untuk kendali sistem yang berada di lapangan. PMI/O terdiri
dari beberapa bagian yaitu :

High and Low Level Analog Input Points


Dalam hal ini input analog mengubah sinyal analog PV (Process Variable)
yang diterima dari sensor yang berasal di lapangan untuk unit engineering
dan digunakan oleh data yang lain dalam perancangan kontrol. Untuk
mencapai fungsi ini, analog input melakukan fungsi sebagai berikut :
o Analog to Digital Conversion
o PV Characterization
o Range Checking and PV Filtering
o Pendeteksian Alarm

16
Gambar 3.3. Sistem High and Low Level Analog Input

High-level point berada di High Level Analog Input (HLAI dan HLAIHART) IOP.
Salah satu jenis titik low level point terletak di Low Level Analog Input (LLAI) IOP.
Jenis ini umumnya digunakan untuk titik kontrol. Jenis lainnya terletak di salah satu
Low Level Multiplexer (LLMUX) atau Remote Hardened Multiplexer (RHMUX) IOP.
Jenis ini umumnya digunakan untuk akuisisi data. Sinyal PV yang diterima dari
lapangan ditandai berdasarkan masukan untuk parameter SENSRTYP, PVCHAR,
PVTEMP, INPTDIR, dan TCRNGOPT seperti yang ditunjukkan pada gambar. Input
sinyal PV yang pertama dikonversi ke raw Pvsignal (PVRAW) berupa persen, rasio,
milivolt, microvolt, atau miliohm tergantung pada masukan yang dibuat untuk
parameter SENSRTYP.

17
Smart Transmitter Interface Point

Smart Transmitter Interface ini dapat support beberapa jenis Smart Transmitter berikut
ST3000 Smart Pressure Transmitter: Untuk mengukur dan pengukuran tekanan absolut.
STT3000 Smart Temperature Transmitter Untuk suhu, milivolt dan pengukuran ohm.
MagneW 3000 Smart Magnetic Flow Transmitter Untuk pengukuran arus.

Gambar 3.4 Sistem Smart Transmitter

18
Analog Output Point

Titik output analog berfungsi mengubah output value (OP) ke sinyal 4-20 mA untuk
keluaran operasi elemen kontrol seperti actuator dan valve di lapangan. Nilai parameter
OP dapat dikendalikan dari function block yang berada di kontrol modul.

Gamabr 3.5 Sistem Analog Output Point

Digital Input Point


Titik input digital adalah titik-masukan yang dapat dikonfigurasi sebagai masukan
status. Sebuah diagram fungsional dari Digital Input Point ditunjukkan pada gambar
berikut.

19
Gambar 3.6 Sistem Digital Input Point

Digital Output Point


Titik output digital menyediakan output digital ke lapangan berdasarkan asal-usul
input dan parameter yang telah dikonfigurasi. Sebuah diagram fungsional dari titik keluaran
digital ditunjukkan pada gambar berikut. Titik output digital tidak memiliki mode.

20
Gambar 3.7 Sistem Digital Output Poin

3.5 Maintenance Untuk DCS


Agar sistem pengendalian DCS bisa berjalan dengan baik dan dapat digunakan pada
waktu yang cukup lama diperlukan sistem maintenance (pemeliharaa) yang harus
dilakukan baik itu oleh teknisi ataupun operator. Maintenance yang harus dilakukan
antara lain :
1. Back Up data
Pemeliharaan untuk DCS dengan Back up data adalah untuk mendapatkan data-data
original atau data yang telah dimodifikasi.
Data back up ini diperlukan apabila mesin mati atau data di DCS hilang maka
data tersebut bisa digunakan untuk mengembalikan control DCS yang ada ke kondisi
awal sesuai dengan data back up yang dimiliki. Dengan adanya data back up
teknisi atau operator tidak harus melakukan setting ulang control (tunning) sehingga
proses bisa tetap jalan.
2. Maintenance junction box
Pemeliharan junction Box perlu dilakukan agar signal yang diterima atau dikirim
dari DCS ke lapangan untuk proses pengendalian bisa tetap baik dan normal.
Apabila junction box kotor maka akan mengakibatkan koneksi yang ada di panel
tersebut akan terganggu hal ini bisa mengakibatkan perubahan signal yang dikirim
atau diterima oleh DCS, serta dengan pemeliharaan pada junction box yang baik
akan segera diketahui sambungan-sambungan yang rusak yang akan menghambat
proses pengendalian dari DCS.

21
3. Maintenance operator station
Pemelihaan yang dilakukan untuk operator station yang dilakukan teknisi untuk
menjaga performa dari Operator Station adalah
o Membesihkan operator station
o Melakukan Back up data Operator station
o Melakukan Restore data untuk Operator station
o Melakukan pengechekan jalur komunikasi
o Memperbaiki display OS yang sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada
dilapangan
4. Restrore data
Restore data adalah suatu cara untuk memasukan kembali data- data hasil back up
yang telah dilakukan oleh teknisi atau operator dengan prosesur yang telah
dijelaskan sebelumnnya.
Fungsi restore data ini agar data bisa kembali ke setinggan sebelumnya atau ada
masalah pada data di DCS sehingga terjadi “Hang” sehingga data bisa diselamatkan
dan digunakan kembali setelah reset DCS dilakukan.
5. Maintenance System komunikasi antar DCS dan Operator station Untuk
pemeliharaan sistem komunikasi diperlukan agar antara operator station
dan kontroler atau DCS bisa bekerja dengan baik yaitu dengan cara :
o Check Signal standar yang dipancarkan
o Test Loop feed back TCP/IP
o Check conection unit dengan melihat bit data yang ditransfer di connection
unit
6. Reset
Reset dilakukan apabila terjadi hang pada DCS pada saat pengendalian atau hang
yang terjadi pada operator station

22
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari ulasan dan pembahasan antara DCS denga Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) pada laporan ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pada PLTU peran DCS sangat penting diantaranya adanya sebuah sistem yang
terintegrasi menggunakan kontroler, protokol komunikasi, dan komputer yang dapat
memudahkan user untuk mengontrol peralatan-peralatan yang menggunakan sinyal analog
maupun digital dari control room. jadi, ketika ingin mengontrol sebuah valve, tidak hanya
kontrol on-off, tetapi juga berapa besar bukaannya semisal dari 0 – 100 persen bisa dilakukan
dengan mudah. DCS system, pada power plant, hanya dibagi tiga bagian yaitu bagian boiler,
turbin, dan auxiliary sistem (fuel and water).

Saran

Pentingnya DCS pada industry pembangkit listrik termasuk PLTU, sehingga perlu
pemberian bekal keterampilan DCS dan SCADA bagi para staf PLTU.

23
REFERENSI
[1] http://repository.unissula.ac.id/16255/7/BAB%20I.pdf

[2] http://bicaratentangpembangkit.blogspot.com/2018/01/prinsip-kerja-dan-komponen-
utama-pltu.html?m=1

[3] https://www.listrikindonesia.com/sistem_distribusi_pada_power_plant_3033.html

https://muhal.files.wordpress.com/2013/09/modul-dcs-bab-2-pengantar-dcs.pdf

https://muhal.files.wordpress.com/2013/09/modul-dcs-bab-1-dasar-sistem-kontrol.pdf

https://www.mdpi.com/1996-1073/7/6/3900/htm

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256208/pendidikan/Modul+Kuliah+DCS++Pemelih
araan+Sistem+DCS.pdf/

https://indone5ia.wordpress.com/2011/05/21/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-tenaga angin-
dan-perkembangannya-di-dunia/

https://dokumen.tech/document/modul-dcs-bab-6-komunikasi-data.html The Engineers Post.


Diesel Power Plant: Layout, Working, Construction, Components, Advantages & More.
https://www.theengineerspost.com/diesel-power-plant/ (diakses pada 20 Mei 2021)

Electricalvoice. 2017. Distributed Control System (DCS) in Power Plant.


https://electricalvoice.com/distributed-control-system-dcs-power-plant/ (diakses pada 20 Mei
2021)

Suputra Widharma, IG, IN Sunaya, IM Sajayasa, IGN Sangka. Perancangan PLTS Sebagai
Sumber Energi Pemanas Kolam Pendederan Ikan Nila. Jurnal Ilmiah Vastuwidya 3 (2), 38-44

24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai