Anda di halaman 1dari 54

PENGATURAN KESTABILAN FREKUENSI PADA JARINGAN SISTEM

TENAGA LISTRIK

DISUSUN OLEH:

1. Muhammad Resky Saputra D411 15 004


2. Muhammad Thaufiq Hidayat D411 15 009
3. Diana Christy Sumule D411 15 010
4. Abdi Ihlas D411 15 013
5. Alvian Usman D411 15 015
6. Hagustinasari D411 15 018
7. Muhammad Akbar D411 15 021
8. Andi Agustiawan Hastang D411 15 022
9. Muhammad Fajar D411 15 312
10. Annisa Nurfadhillah D411 15 511
11. Deddy Hernawan D411 15 516
12. Andi Mannapaki Natsir D411 15 521

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum wr.wb

Puji Syukur kita penajatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimphkan
taufik, rahmat dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.

Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat atas dasar tugas mata kuliah
“Operasi Sistem Tenaga Listrik”. Makalah ini merupakan bahasan tentang maslah-
masalah yang berkaitan dengan kestabilan frekuensi. Makalah ini meliputi
gambaran umum tentang sistem ketenagalistrikan secara umum, pentingnya
menjeaga stabilitas sistem tenaga listrik termasuk fekuensinya, bagaiaman cara
menjaga sistem yang menggunakan perlatan seperti governor dan sistem LFC
maupun AGC serta prinsip-prinsip dari penggunaan komponen tersebut.

Dalam sistem pengaturan daya beban belakangan ini sangat bergantung


pada keandalan instrument sistem kontrol. Mengingat seringnya terjadi osilasi yang
mengakibatkan frekuensi yang berubah-ubah yang merupakan efek domino dari
perubahn beban. Dengan adanya Governor, membuat sistem lebih mudah
disesuakan dengan kebutuhan beban yang dapat diatur secara otomatis. Dengan
Governor, kita dapat mengatur daya keluaran generator sebagai imbas atas
pengaturan frekuensi sistem.

Materi makalah ini bereferensi dari materi kuliah dan buku-buku berkaitan
dengan sistem kendali tenaga listrik. Selain itu, beberapa materi kami ambil dari
artikel di internet yang bersumber dari IEEE dan artikel terpercaya lainnya.

Kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan di dalam makalah ini.


Kami juga mengharapakan adanya kritikan konstruktif yang dapat menjadi bahan
acuan kami dalam bercermin guna menghasilkan tulisan yang lebih baik
keddepannya.

ii
Wassalamualaikum wr.wb.

Makassar, 6 Maret 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... v
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2 ISI................................................................................................................ 3
2.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................... 3
2.1.1 Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant) ........................................... 3
2.1.2 Transmisi Tenaga Listrik .................................................................. 4
2.1.3 Sistem Distribusi ............................................................................... 4
2.1.4 Operasi Sistem Tenaga Listrik .......................................................... 4
2.2 Pentingnya Menjaga Kestabilan Frekuensi .............................................. 5
2.3 Cara Menjaga Kestabilan Frekuensi ....................................................... 17
2.4.1 Pengaturan Daya Aktif .................................................................... 18
2.4.2 Load shedding (pelepasan beban) ................................................... 18
2.4.3 Pengalihan daya pada saluran ......................................................... 20
2.4 Load Frequncy Control (LFC) dan Governor ........................................ 21
2.4.1 Load Frequency Control (LFC) ...................................................... 27
2.4.2 Governor ......................................................................................... 41
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 48
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 48
3.2 Saran ............................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh rangkain sistem tenaga listrik ................................................... 3


Gambar 2. Contoh pengaturan stabilitas pada generator ........................................ 7
Gambar 3. Gambaran Umum Stabilitas Sistem ...................................................... 8
Gambar 4. Standar Frekuensi untuk Steam Turbin Generator (IEEE Std C37.106-
2003)................................................................................................... 11

v
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu sistem tenaga listrik yang besar pada umumnya memiliki beberapa
pusat pembangkit yang terdiri dari banyak generator (multimesin). Generator
berfungsi untuk mensalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen.
Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen haruslah
dijaga keandalan sistemnya. Sistem yang andal berhubungan dengan kemampuan
sistem menjaga tetap dalam keadaan stabil dan terjaga kontinuitas penyaluran
tenaga listriknya dari berbagai macam gangguan.

Kestabilan sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari


sistem untuk menjaga kondisi operasi yang seimbang dan kemampuan sistem
tersebut untuk kembali ke kondisi operasi normal ketika terjadi gangguan.
Sedangkan ketidakstabilan sistem dapat terjadi dalam berbagai bentuk, tergantung
dari konfigurasi sistem dan model operasinya. Sistem akan masuk pada kondisi
ketidakstabilan tegangan ketika terjadi gangguan, peningkatan beban atau pada saat
terjadi perubahan kondisi sistem yang disebabkan oleh drop tegangan yang tidak
terkontrol.

Gangguan yang mempengaruhi kestabilan dalam sistem tenaga listrik


dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu gangguan kecil dan gangguan besar.
Gangguan kecil berupa perubahan beban yang berlangsung terus menerus yang
dapat menyebabkan isntabilitas suatu sistem tenaga listrk. Gangguan besar seperti
lepasnya generator, terjadinya hubung singkat.

Kestabilan pada sistem tenaga listrik merupakan masalah yang sangat


penting dalam penyediaan daya kepada konsumen. Masalah kestabilan yang sering
terjadi disini adalah masalah beban lebih, berkurangnya pasokan daya reaktif yang
pada akhirnya akan menempatkan sistem pada kondisi voltage collapse dan akan
terjadi kemungkinan terburuk yaitu terjadinya blackout.

1
Stabilitas frekuensi terkait dengan kemampuan sebuah sistem tenaga listrik
untuk mempertahankan frekuensi tunak dengan kisaran nominal mengikuti
beberapa gangguan sistem yang menghasilkan ketidakseimbangan yang signifikan
antara pembangkitan dan beban. Hal ini bergantung pada kemampuan untuk
mengembalikan keseimbangan antara sistem beban dan pembangkitan dengan
meminimalisasi pelepasan beban. Dengan demikian muncul pertanyaan bahwa
mengapa frekuensi sangat penting untuk dijaga kestbilannya dan bagaiamana cara
mewujudkannya?

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas masalah-masalah berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik?


2. Mengapa kestabilan frekuensi sangat penting untuk dijaga?
3. Bagaimana cara menjaga kestabilan frekuensi?
4. Apa yang dimaksud dengan Load Frequency Control (LFC) dan Governor?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui kajian umum seputar sistem tenaga listrik.


2. Mengetahui pentingnya menjaga ketabilan frekuensi suatu sistem tenaga listrik.
3. Mengetahui prinsip-prinsip dalam menjaga kestabilan frekuensi dalam suatu
sistem tenaga listrik.
4. Mengetahui definisi dan fungsi masing-masing dari Load Frequency Control
(LFC) dan Governor.

2
BAB 2 ISI

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Pada umumnya, sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu pembangkit tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik, dan distribusi tenaga
listrik. Ketiga bagian ini tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu sistem
yang kompleks yang bekerja untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke
pusat-pusat beban. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Contoh rangkain sistem tenaga listrik

Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik akan disalurkan


melalui saluran transmisi kemudian melalui saluran distribusi akan sampai ke
konsumen.

2.1.1 Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)


Pusat pembangkit listrik merupakan tempat pertama kali energy listrik
dibangkitkan atau dihasilkan. Di sini terdapat turbin penggerak awal dan juga
generator yang mengubah tenaga turbin menjadi energy listrik. Terdapat beberapa
jenis pusat pembangkit listrik yang biasanya dibagi kedalam dua bagian besar yaitu
pembangkit hidro (PLTA) dan pembangkit thermal (PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD,
PLTP).

3
2.1.2 Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkitan listrik hingga saluran distribusi listrik sehingga nantinya
sampai pada konsumen/pengguna listrik.

2.1.3 Sistem Distribusi


Sistem distribusi ini merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan/konsumen dan berfungsi dalam hal pembagian atau
penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat. Sub sistem ini terdiri dari : pusat
pengatur / gardu induk, gardu hubung, saluran tegangan menengah/jaringan primer
(6 kV dan 20 kV) yang berupa saluran udara atau kabel bawah tanah, saluran
tegangan rendah/jaringan sekunder (380 V dan 220 V), gardu distribusi tegangan
yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan baik tegangan menengah ataupun
tegangan rendah dan trafo.

2.1.4 Operasi Sistem Tenaga Listrik


Pembangkit-pembangkit listrik memiliki lokasi yang saling berjauhan satu
sama lain dan terhubung satu sama lain melalui sistem transmisi yang luas. Ini dapat
disebut sebagai sistem interkoneksi. Adanya sistem interkoneksi tersebut
menyebabkan:

1. Keandalan sistem yang semakin tinggi.


2. Efisiensi pembangkitan tenaga listrik dalam sistem meningkat.
3. Mempermudah penjadwalan pembangkit.

Sebuah sistem tenaga listrik merupakan sebuah unit usaha dimana selain
faktor teknis, juga harus diperhatikan faktor ekonomisnya. Kondisi kesetimbangan
antara pendapatan dan pengeluaran harus dijaga agar didapat keuntungan yang
layak. Penjualan listrik dalam bentuk pemakaian energi (kWh) oleh konsumen
harganya diatur dalam sistem tarif tertentu (di Indonesia menggunakan Keppres).
Pengeluaran dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik meliputi:

 Belanja pegawai
 Belanja barang dan jasa

4
 Pemeliharaan dan penyusutan
 Penelitian/pengembangan
 Pajak
 Bahan baku energi (BBM, Batubara, Nuklir, Air, dsb)
 Losses, dan lain-lain.

Secara umum hal-hal tersebut terbagi dalam empat komponen yang disebut
komponen biaya pembangkit, yaitu:
1. Komponen A berupa depresiasi dan interest (penyusutan). Merupakan biaya
tetap.
2. Komponen B berupa biaya pegawai dan pemeliharaan. Merupakan biaya tetap.
3. Komponen C berupa biaya bahan bakar. Merupakan biaya yang dapat berubah-
ubah.
4. Komponen D berupa pelumas dan biaya lainnya. Merupakan biaya yang dapat
berubah-ubah.
Bagian terbesar dari pembiayaan adalah komponen C atau biaya bahan
bakar yang mencakup hampir 80% dari total pembiayaan. Pembiayaan terbesar
yang terletak di pembangkit-pembangkit tersebut juga terkait erat dengan
penggunaan listrik oleh konsumen. Oleh karena itu diperlukan sebuah cara dalam
mengoptimasi sistem listrik agar berjalan dengan efisien. Tujuan utama dari operasi
sistem tenaga listrik iniadalah untuk memenuhi kebutuhan beban listrik secara
efisien (beban terpenuhi dengan biaya yang minimum), dengan mempertimbangkan
sasaran operasi tenaga listrik (sistem harus dapat memenuhi standar dalam
keamanan lingkungan, memiliki keandalan yang baik, dan dapat melayani
permintaan secara continuedari waktu ke waktu).

2.2 Pentingnya Menjaga Kestabilan Frekuensi


Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat,
seperti Reability, Quallity dan Stability.

Reliability adalah kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau


energy secara terus menerus.

5
Quality adalah kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan
besaran-besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.

Stability adalah kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara


normal setelah mengalami suatu gangguan.

Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus
dipenuhi yaitu sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus
dengan standar besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang
berlaku dan harus segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.

Untuk jaringan yang sangat komplek dimana beberapa pembangkit saling


terkoneksi satu sama lain maka keluaran daya elektris berupa besaran seperti
tegangan dan frekuensi haruslah diperhatikan agar tidak ada pembangkit yang
kelebihan beban dan pembangkit yang lain bebannya kecil.

Sistem tenaga listrik mempunyai variasi beban yang sangat dinamis dimana
setiap detik akan berubah-ubah, dengan adanya perubahan ini pasokan daya listrik
tetap dan harus disupply dengan besaran daya yang sesuai, bila pada saat tertentu
terjadi lonjakan atau penurunan beban yang tidak terduga maka perubahan ini sudah
dapat dikatagorikan ke dalam gangguan pada sistem tenaga listrik yakni kondisi
tidak seimbang antara pasokan listrik dan permintaan energi listrik akibat adanya
gangguan baik pada pembangkit ataupun pada sistem transmisi sehingga
mengakibatkan kerja dari pembangkit yang lain menjadi lebih berat. Untuk itu
diperlukan satu penelaahan kestabilan agar pembangkit yang terganggu tidak
terlepas dari sistem.

Kestabilan sistem tenaga listrik adalah suatu kemampuan sistem tenaga


listrik dengan operasi awal tertentu mendapatkan kembali dan mempertahankan
kesetimbangan kondisi operrasi dalam sistem setelah mengalami gangguan Batas
kestabilan sistem adalah daya-daya maksimum yang mengalir melalui suatu titik
dalam sistem untuk dipertahankan ketika keseluruhan sistem tanpa menyebabkan
hilangnya kestabilan. Gangguan pada sistem tenaga listrik dibagi menjadi dua, yaitu
gangguan kecil dan gangguan besar. Gangguan kecil dalam bentuk perubahan

6
beban yang terjadi secara kontiyu dan sistem menyesuaikan dengan perubahan
kondisi. Selain itu pada gangguan besar, sistem harus dapat bertahan dari dalam
maupun dari luar sistem, termasuk hubung singkat pada saluran teransmisi atau
lepasnya perasi dari suatu pembangkit. Dalam ketidakstabilan yang terjadi pada
suatu sistem tenaga listrik dapat terjadi dalam bentuk-bentuk tertentu yang
bergantung bentuk gangguan yang terjadi.tenga listrik dapat diklasifikasikan
berdasarkan diantaranya sifat alami dari ketidakstabilan yang dihasilkan terkait
parameter sistem utama, dimana ketidakstabilan dapat diamati. Sifat alami lainnya
adalah ukuran gangguan menunjukkan pada metode perhitungan dalam menang
ketidakstabilan yang sesuai. Selain dua sifat alami diatas terdapat juga sifat alami
yaitu proses dan rentang waktu yang harus diambil untuk menjadi pertimbangan
dalam menentukan kestabilan.

Faktor-faktor utama dalam masalah kestabilan adalah:

PM = Prime Mover
G = Generator sinkron
X = Reaktansi saluran
SL = Sumbu beban

Gambar 2. Contoh pengaturan stabilitas pada generator

Berdasarkan paper IEEE Transactions On Power Systems dengan judul


Definition and Classification of Power System Stability, kestabilan sistem tenaga
listrik dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Kestabilan sudut rotor

7
2. Kestabilan tegangan
3. Kestabilan frekuensi

Gambar 3. Gambaran Umum Stabilitas Sistem

Kestabilan frekuensi merupakan kemampuan sistem tenaga untuk


mempertahankan kestabilan frekuensi ketika terjadi gangguan sistem yang besar
akibat ketidakseimbangan antara suplai daya dan beban. Biasanya gangguan ini
berupa perubahan pembangkit atau beban yang signifikan. Titik keseimbangan
antara suplai daya sistem dan beban harus dipertahankan untuk menjaga sistem dari
generator outage.

Klasifikasi kestabilan frekuensi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu jangka


panjang dan jangka pendek. Kestabilan frekuensi jangka panjang disebabkan oleh
kontrol governor tidak bekerja ketika terdapat gangguan. Rentang waktu fenomena
jangka panjang yaitu puluhan detik hingga beberapa menit. Kestabilan frekuensi
jangka pendek adalah terjadinya perubahan beban yang besar sehingga generator
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan daya pada sistem.

8
Stabilitas frekuensi mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk
mempertahankan frekuensi tetap setelah gangguan sistem yang parah sehingga
terjadi ketidakseimbangan yang signifikan antara pembangkit dan beban. Hal ini
tergantung pada kemampuan untuk memelihara/mengembalikan keseimbangan
antara sistem dan beban, dengan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi dalam bentuk ayunan frekuensi yang ada
yang menyebabkan tersendatnya unit dan / atau beban pembangkit.

Gangguan sistem yang parah pada umumnya menghasilkan frekuensi, arus


daya, tegangan, dan variabel sistem yang besar, sehingga menimbulkan tindakan
proses, kontrol, dan perlindungan yang tidak dimodelkan dalam stabilitas transien
konvensional atau studi stabilitas tegangan. Proses ini mungkin sangat lambat,
seperti dinamika boiler, atau hanya dipicu oleh kondisi sistem yang ekstrim, seperti
generator tegangan volt / Hertz. Dalam sistem daya interkoneksi yang besar, situasi
seperti ini paling sering dikaitkan dengan kondisi setelah pemisahan sistem ke
pulau-pulau. Stabilitas dalam kasus ini adalah pertanyaan apakah masing-masing
pulau akan mencapai keadaan keseimbangan operasi atau titik yang sama dengan
muatan. Wilayah ditentukan oleh keseluruhan respon pulau yang dibuktikan dengan
frekuensi rata-rata, bukan gerak relatif mesin. Umumnya, masalah stabilitas
frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam respon peralatan, koordinasi
peralatan kontrol dan perlindungan yang buruk, atau cadangan pembangkit yang
tidak mencukupi. Dalam sistem yang terisolir, kemampuan untuk melakukan suatu
gangguan dapat menyebabkan kerugian beban atau generasi yang relatif signifikan.

Selama frekuensi, waktu karakteristik proses dan arus yang dapat diaktivasi
dari sesuai dengan respon perangkat seperti penumpukan beban bawah tanah dan
kontrol generator dan perlindungan, sampai beberapa menit, sesuai dengan respons
perangkat seperti sistem pasokan energi penggerak utama dan tegangan beban
regulator. Oleh karena itu, seperti yang di identifikasi pada Gambar 1, stabilitas
frekuensi dapat menjadi fenomena jangka pendek atau fenomena jangka panjang.
Contoh ketidakstabilan frekuensi jangka pendek adalah pembentukan pulau yang
mengalami pemborosan dengan pengurangan muatan kurang memadai sehingga

9
frekuensi meluruh dengan cepat menyebabkan pemadaman di pulau dalam
beberapa detik. Di sisi lain, situasi yang lebih kompleks dimana ketidakstabilan
frekuensi disebabkan oleh kontrol kecepatan lebih turbin uap atau perlindungan /
kontrol boiler / reaktor dan merupakan fenomena jangka panjang dengan rentang
waktu yang dibutuhkan mulai dari puluhan detik sampai beberapa menit.

Selama frekuensi, besaran tegangan bisa berubah secara signifikan,


terutama untuk kondisi islanding dengan penumpukan beban kurang deras yang
menurunkan sistem. Perubahan besaran voltase, yang mungkin lebih tinggi dalam
persentase dari perubahan frekuensi, mempengaruhi ketidakseimbangan beban-
beban. Tegangan tinggi dapat menyebabkan generator yang tidak diinginkan
tersandung oleh redaman eksitasi yang tidak dirancang atau dikoordinasikan
dengan baik atau volt / relay Hertz. Dalam sistem kelebihan beban, tegangan rendah
dapat menyebabkan pengoperasian relay impedansi yang tidak di inginkan.

Standart yang digunakan untuk menetukan operasi frekuensi yang diizinkan


pada steam turbin generator adalah IEEE Std.106-2003. IEEE Std.106-2003
menggunakan frekuensi 60 Hz. Namun dalam penelitian tugas akhir kali ini
menggunakan frekuensi 50 Hz. Oleh karena itu perlu mengubah satuan dalam
bentuk % agar dapat digunakan untuk frekuensi 50 Hz. Batas frekuensi maksimal
ketika terjadi gangguan transien 61.7 Hz. Untuk sistem dengan frekuensi 50 Hz,
maka (61.7/60) x 100% = 103%. Frekuensi diharapkan tidak sampai menyentuh
103% saat steady state. Operasi frekuensi yang di izinkan dapat dilihat pada
gambar.

10
Gambar 4. Standar Frekuensi untuk Steam Turbin Generator (IEEE Std C37.106-2003).

Pada gambar terdapat 3 daerah operasi untuk steam turbin generator, yakni:

1. Restricted time operating frequency limits merupakan daerah frekuensi yang


masih diijinkan namun hanya bersifat sementara (tergantung besar frekuensi
dan waktu). Semakin besar turun frekeuensinya maka semakin pendek waktu
yang diijinkan frekuensi pada kondisi tersebut.
2. Prohibited operation merupakan daerah frekuensi terlarang, sehingga
frekuensi tidak dijinkan mencapai daerah tersebut.
3. Continuous operation merupakan daerah frekuensi normal.

Banyak negara mengalami gangguan frekuensi utama dalam situasi yang


berbeda di masa lalu. Banyak negara mengalami gangguan frekuensi utama dalam
situasi yang berbeda di masa lalu. Dari tahun 1970an sampai 2000, banyak sistem
utama yang pernah mengalami sistem yang serius gangguan frekuensi (misal:

11
situasi bersepatu pulau dan pemadaman) yang menyebabkan untuk memeriksa
alasan sistem masalah ketidakstabilan frekuensi. Berikut ini adalah Kasus yang
dipilih dari gangguan ini.

Pada tahun 1972, mengangkut jaringan listrik untuk Ontario Timur di


Kanada menyebabkan penurunan frekuensi sistem yang parah antara (58,7 Hz-
62,6Hz), karena kegagalan komunikasi. Pada tahun 1977, islanding jaringan listrik
untuk New York City di USA menyebabkan jatuhnya frekuensi sistem menjadi 47,5
Hz karena kapasitas internal untuk pembangkit tenaga jauh lebih rendah daripada
beban kota.

Di 1981, situasi Islanding memisahkan Selatan Barat dan Selatan Pantai


Inggris. Sistem kelistrikan mengalami 47,3 Hz karena dalam penyelesaian
kesalahan sementara yang tepat jalur transmisi.

Pada tahun 1985, enam jalur transmisi tegangan tinggi di Prancis pergi
keluar dari layanan karena cascading kesalahan dan kurangnya daya pembangkit
berdampak pada sistem tenaga Eropa. Sistem frekuensi turun menjadi 49,6 Hz.

Pada tahun 1994, dua dari empat jalur transmisi 380 kv keluar layanan
antara Selatan dan Utara pusat di Italia. Listrik Sistem mengalami penurunan berat
pada frekuensi sistem akibat cascading saluran transmisi padam,menyebabkan
pemadaman listrik di Selatan.

Pada tahun 1994, sistem kelistrikan di Pulau Perth, Australia, mengalami


penurunan frekuensi sistem yang parah pada tingkat tertentu dari 3,5Hz / detik.
Penurunan tersebut menurun lebih lanjut karena pemangkasan cascading jalur
transmisi, menyebabkan pemadaman sistem.

Pada tahun 1996, Sebuah Bus differential protection menyebabkan


cascading saluran transmisi padam di Brasil Sistem listrik mengalami penurunan
berat pada frekuensi sistem antara (55,25Hz-58,0 Hz).

12
Di 1996, sebagai hasil dari pemutus sirkuit tegangan tinggi yang terjebak
dan koordinasi perlindungan yang salah, Malaysia mengalami penurunan pada
frekuensi sistem sampai 49,1 Hz. Acara ini berujung pada cascading Kesalahan,
sehingga kehilangan 2.432 MW dari pembangkit listrik dan pemadaman listrik.

Pada tanggal 28 Oktober 2003, Italia, outage dua transmisi 380 kV Jalur
menuju perjalanan dari tiga jalur transmisi 220 kv, dan memisahkan Italia dari
Eropa Utara. Karena kekurangan generasi dan pada koordinasi proteksi peralatan,
sistemFrekuensi turun menjadi 47,0 Hz dan kemudian padam.

Pada tanggal 4 November 2006, sistem tenaga Eropa mengalami


pemadaman listrik akibat pemadaman listrik dari saluran transmisi dan kurangnya
pembangkit tenaga listrik, membelah sistem Eropa menjadi tiga pulau dengan
frekuensi yang berbeda dan karenanya pemadaman.

Syarat dasar untuk stabilitas sistem tenaga listrik adalah untuk memastikan
sistem frekuensi dan tingkat tegangan dekat dari batas mapan mereka. Frekuensi
sistem untuk tenaga listrik Sistem biasanya tidak dalam keadaan seimbang karena
permintaan muatan perubahan terus menerus. Untuk sistem tenaga listrik, Daya
yang dihasilkan harus dalam keadaan seimbang dengan kekuatan dikonsumsi Jika
tidak, defisiensi daya akan terjadi. Bila permintaan muatan melebihi pembangkit
tenaga, sistem frekuensi menurun, dan itu akan meningkat saat energi pembangkit
lebih dari besar permintaan beban.

Sistem tenaga Frekuensi berbanding lurus dengan kecepatan rotasi unit


generator sesuai dengan relasi yang ada di Persamaan (1),

13
Dimana f adalah frekuensi sistem, p adalah jumlah tiang untuk generator
dan n adalah kecepatan rotasi mesin sinkron. Praktis, mengatur kecepatan generator
bisa mengendalikan frekuensi sistem tenaga. Generator biasanya dilengkapi dengan
gubernur untuk memantau dan merasakan kecepatan terus-menerus. Untuk sistem
tenaga listrik terisolasi yang memiliki unit generator tunggal, saat beban meningkat,
permintaan energi tambahan pada awalnya disediakan oleh inersia generator listrik.
Akibatnya, kecepatan generator akan menurun, dan oleh karena itu frekuensi sistem
menurun.

Fungsi governor adalah membuka gerbang turbin untuk meningkatkan


kecepatan turbin. Kenaikan kecepatan turbin akan meningkatkan frekuensi sistem.
Frekuensi sistem dalam kasus ini pulih dalam rentang yang dapat diterima. Untuk
sistem tenaga interkoneksi, kontrol frekuensi digunakan dengan mekanisme
pengendali untuk memulihkan frekuensi sistem selama kondisi kontinjensi. Gambar
4 mengilustrasikan berbagai tindakan pengendalian yang diperlukan untuk
memulihkan frekuensi sistem untuk mencegah pemadaman sistem daya.

Dapat dilihat dari Gbr.4 bahwa jika terjadi penyimpangan daya, kontrol
utama akan merespon untuk membangun kembali keseimbangan antara pembangkit
tenaga dan permintaan beban. Titik setel biasanya 50 Hz untuk tindakan kontrol ini.

14
Pengontrol utama untuk semua generator lain dalam sistem tenaga akan merespons
dalam beberapa detik (periode dari 0 sampai 10 detik). Sebenarnya, penyimpangan
dari titik setel ini terjadi. Pengontrol mengubah daya output untuk unit generator
sampai keseimbangan antara daya dan permintaan output mencapai.

Tindakan kontrol sekunder biasanya diaktifkan (jangka waktu 15 menit)


untuk mengembalikan deviasi frekuensi dan sistem daya ke nilai normalnya.
Kebalikan sekunder harus tersedia untuk mengatasi gangguan atau padam yang
dapat mempengaruhi produksi, transmisi dan konsumsi. Kontrol sekunder
beroperasi sampai beberapa menit dan oleh karena itu tepat waktu terkait dengan
kontrol primer. Pada akhirnya, kontrol tersier akan merespons setelah 15 menit
untuk mengembalikan sisa penyimpangan frekuensi dan daya yang tersisa untuk
memberikan pengembalian kendali sekunder yang cukup pada waktu yang tepat.
Perubahan manual atau otomatis diperlukan di tempat kerja unit generator atau
muatan peserta. Daya tersambung otomatis atau manual ini di bawah kendali tersier
dikenal sebagai reverse kontrol tersier.

Jika frekuensi rata-rata sistem menyimpang dari nilai frekuensi nominal 50


Hz di zona sinkron, maka dapat menyebabkan perbedaan antara waktu universal
dan waktu sinkron. Offset ini berfungsi sebagai indikator kinerja untuk
keseimbangan kekuatan kontrol primer, sekunder dan tersier dan tidak boleh
melebihi 30 detik. Gbr.5 mengilustrasikan waktu berbagai aksi (kontroler) yang
sebagian dari kontrol primer, sekunder dan tersier.

15
Kriteria frekuensi sistem daya distandarisasi untuk memastikan operasi
yang memuaskan dengan mempertahankan frekuensi dan voltase sistem dalam
batas yang dapat diterima. Menetapkan frekuensi penyimpangan frekuensi yang
dapat diterima sangat sulit. Frekuensi sistem deviasi dari nominal 50 atau 60 Hz
dapat menyebabkan kerusakan peralatan.

Kegagalan peralatan pembangkit dapat meningkatkan deviasi frekuensi


sistem dan menyebabkan malfungsi. Hal ini dapat dengan cepat menyebabkan
kehancuran sistem kekuasaan total, dengan kerugian finansial utama bagi sektor
industri dan masyarakat. standarisasi sangat penting; Frekuensi sistem harus
dikelola kedua demi kedua, jauh lebih cepat daripada mekanisme pasar apapun yang
bisa disampaikan. Pengontrol sistem dibebankan oleh kode dengan manajemen
pusat frekuensi sistem untuk menentukan standar. Ini harus diatur agar peralatan
tidak rusak dan tidak akan rusak.

Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para
pelanggan dengan frekuensi yang praktis konstan. Penyimpangan frekuensi dari
nilai nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif

16
mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban
sistem yang berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang waktu.
Sehubungan dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya aktif yang dihasilkan
dalam sistem pembangkitan harus disesuaikan dengan beban daya aktif.
Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak
generator.

Menurut hukum Newton ada hubungan antara kopel mekanis penggerak


generator dengan perputaran generator

secara mekanis dengan melihat persaman (1) dan (2) maka :

Dari persamaan di atas terlihat bahwa besarnya frekeunsi tergantung dari


besarnya selisih antara kopel generator dengan kopel yg membebani generator,
sehingga untuk mengatur frekeunsi dalam sistem tenaga listrik dapat diatur dari dua
sisi yaitu sisi generator maupun sisi beban.

2.3 Cara Menjaga Kestabilan Frekuensi

Cara pengaturan frekuensi teridiri dari:

17
1. Pengaturan daya aktif ( sisi generator)
2. Load shedding (sisi beban)
3. Pengalihan daya pada saluran

2.4.1 Pengaturan Daya Aktif


Frekuensi pada sistem tenaga listrik dapat diatur dengan melakukan
pengaturan daya aktif yang dihasilkan generator. Pengaturan daya aktif ini erat
kaitannya dengan kenaikan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk menaikkan
daya aktif. Pada PLTU adalah berapa laju batu bara yang ditambah untuk dibakar
sedangkan pada PLTA adalah berapa besar debit air yang dinaikkan untuk
menggerakkan turbin sehingga menghasilkan kenaikan daya aktif. Pengaturan
bahan bakar ini dilakukan dengan menggunakan governor. Sehingga pada
pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan kerja governor pada sistem
pembangkit thermal maupun air.

2.4.2 Load shedding (pelepasan beban)


Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak
dapat melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (trip),
maka untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan pelepasan
beban. Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat
dideteksi melalui frekuensi sistem yang menurun dengan cepat.

Pada sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan karena lepasnya (trip)
unit generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang mengalir ke
beban, sehingga menyebabkan generator-generator yang lain dipaksa bekerja. Jika
hal ini berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada
batang kopel generator karena dipaksa bekerja. Untuk itu diperlukan relay under
frequency yang berfungsi untuk mendeteksi penurunan frekeunsi sistem secara tiba-
tiba akibat adanya unit pembangkit besar yang lepas dari sistem. Salah satu cara
untuk menaikkan frekeunsi tersebut adalah dengan melepas beban.

18
Gambar 1 grafik perubahan frekuensi sebagai fungsi waktu dengan adanya
pelepasan beban

Turunnya frekeunsi dapat menurut garis 1 , garis 2, atau garis 3. Makin besar
unit pembangkit yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin cepat
frekeunsi menurun. Kecepatan menurunnya frekuensi juga bergantung pada besar
kecilnya inersia sistem. Semakin besar inersia sistem, makin kokoh sistemnya,
makin lambat turunnya frekuensi.

Dalam grafik 1 dimisalkan bahwa frekuensi menurun menurut garis 2.


Setelah mencapai titik B dilakukan pelepasan beban tingkat pertama oleh under
frequency control relay (UFR) yang bekerja setelah mendeteksi frekuensi sebesar
Fb dengan adanya pelepasan beban tingkat pertama maka penurunan frekuensi
berkurang kecepatannya. Sampai di titik C UFR mendeteksi frekeunsi sebesar Fc
dan akan melakukan pelepasan beban tingkat kedua dst sampai frekeunsi sistem
kembali normal ke frekeunsi Fo.

19
Gambar 2 Grafk turunnya frekuensi sebagai akibat gangguan unit pembangkit

Gambar 3 Grafik naiknya frekuensi setelah adanya pelepasan beban

2.4.3 Pengalihan daya pada saluran


Cara lain untuk mengatur frekuensi sistem yaitu dengan mengatur
pengiriman daya aktif pada daerah yang memiliki kerapatan beban yang tinggi.
Penulis masih belum memahami dengan benar cara terakhir ini dalam mengatur
frekuensi dalam sistem tenaga listrik.

20
2.4 Load Frequncy Control (LFC) dan Governor
Pengoperasian system tenaga yang memuaskan, frekuensi seharusnya tetap
konstan. Konstansi kecepatan daya dorong penggerak mula sangat penting untuk
kinerja yang memuaskan dalam menghasilkan daya aktif, kinerja dari semua tenaga
penggerak mula bergantung pada bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga
termal dan air untuk systempembangkit tenaga hidro. Dalam sebuah jaringan,
penurunan yang berarti dari frekuensi dapat berakibat pada arus magnetik yang
tinggi pada motor induksi dan transformator.

Konsep dasar dari pengendalian kecepatan operasi dari unit pembangkit


secara terpisah yang mensuplai beban dapat ditunjukan pada gambar 1.

Valve/gate Tm Generator
Strem or Turbine Pm Pe
water G
Te
∆Y
Load PL

Governor Speed

Tm = Torque Mekanik Te = Torque Elektrik

Pm = Daya mekanik Pe = Daya Listrik PL = Daya beban

Gambar 2.1 Generator yang menghasilkan beban yang terpisah

Ketika ada perubahan beban, perubahan pada keluaran torka listrik Te dari
generator tersebut, menyebabkan ketidak seimbangan antara torka mekanik Tm
dan torka listrik Te yang pada gilirannya berakibat pada varasi kecepatan seperti
yang ditentukan oleh persamaan gerak. Perubahan ini ditunjukan pada gambar 2
fungsi transfer berikut merepresentasikan hubungan diantara kecepatan rotor
sebagai fungsi dari torque mekanik dan listrik.

21
S : Operator Laplace
Ta Tm : Torque mekanik (pu)
1
Tm ∑ ∆ωr Te : Torque Listrik (pu)
2𝐻𝑠 Ta : Torque Akselerasi (pu)
H : Inertia Konstan (MW/MVA)
Ar : Deviasi kecepatan Rotor
Te

Gambar 2.2 Fungsi Transfer yang terkait dengan kecepatan dan Torque

Untuk studi frekuensi beban, ini dijelaskan hubungannya dalam istilah


daya mekanik dan daya listrik, dari pembangkit. Hubungan diantara daya P dan
Torka T diberikan oleh persamaan berikut ini

P = ω, T (.1)

Dengan mempertimbangkan deviasi yang kecil ( ditandai dengan prefix ∆


) dari nilai awal (ditandai dengan symbol 0), dapat dituliskan

P = P0 + ∆P

T =T0 + ∆T

ωr = ω0 + ∆ωr (2)

Dari persamaan .1

P0 + ∆P = (ω0 + ∆ωr) (T0 + ∆T) (3)

Hubungan diantara data dan frekuensi serta torka, dapat ditulishan seperti
persamaan 3

∆P = ω0 + ∆T + T0 ∆ωr (3)

22
Maka

(4)

Bila pada keadaan steady-state, torque mekanik dan elektrik adalah sama,
Tm0 = Te0. Dengan kecepatan yang diekpresikan pada pu, ω0 = 1. Dari sini

∆Pm - ∆Pe = ∆Tm -∆Te (5)

Gambar 3 sekarang dapat diekpresikan dalam istilah ∆Pm dan ∆Pe sebagai
berikut:

∆Pm ∑ ∆ωr dalam pu1


𝑀𝑠

∆Pe M = 2H

Gambar 2.3 Fungsi Transfer yang berkaitan dengan kecepatan dan tenaga

Dalam ukuran variasi kecepatan dengan subjek yang menjadi focus kita,
daya mekanik turbin merupakan fungsi dari posisi valve atau gate dan frekuensi.

Responsi Beban pada Deviasi Frekuensi

Secara umum, beban system tenaga merupakan komposisi dari variasi alat
listrik. Untuk beban resistif, seperti pencahayaan dan beban pemanas, daya listrik
adalah independen dari frekuensi. Dalam kasus beban motor, seperti kipas angin
dan pompa. Tenaga listrik berubah dengan frekuensi yang terkait dengan perubahan
pada kecepatan motor. Seluruh karateristik yang bergantung pada beban
kompisisinya dapat ditiliskan sebagai berikut

∆Pe = ∆PL + D∆ωr (6)

Dimana

23
∆PL = perubahan sensitive non frekuensi

D∆ωe = perubahan beban sensitive frekuensi

D = Konstan Damping Beban

Konstan damping diekpresikan sebagai perubahan persen pada beban untuk


satu persen perubahan pada frekwensi. Nilai khusus dari D adalah 1 sampai 2
persen. Nilai A dari D berarti bahwa 1% perubahan pada frekwensi akan
menyebabkan 2% perubahan pada beban.

Diagram blok sistem termasuk efek damping beban ditunjukan pada gambar
4.

Gambar 2.4 Diagram blok sistem termasuk efek damping beban

Ini mungkin dikurangi dalam bentuk yang ditunjukan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Diagram blok sistem penyederhanaan

Jika tidak ada pengatur kecepatan, respon system pada perubahan beban
ditentukan melalui konstan inersia dan konstan damping. Deviasi kecepatan
keadaan steady-state merupakan perubahan pada beban yang dikonpensasikan

24
dengan tepat melalui variasi pada beban yang terkait dengan sensitivitas frekwensi.
Ini diilustrasikan pada contoh berikut.

Contoh 1

Sistem kecil terdiri dari 4 unit yang menghasilkan 500 MVA yang identik
yang mengisi total beban dari 1.020 MW. Konstan inertia H dari tiap unit adalah
5.0 pada bassis 500 MVA. Beban berbeda melalui 1.5% untuk 1 % perubahan
pada frekwensi. Ketika ada penurunan yang tiba-tiba pada beban dengan 20 MW,

(a) Menentukan diagram bloks system dengan konstan H dan D diekpresikan


pada basis 2.000 MVA

(b) Temukan deviasi frekwensi, asumsikan bahwa tidak ada aksi yang
mengatur kecepatan.

Pemecahan

(a) Untuk 4 unit pada basis 2.000 MVA, H = 5.0 x (500.2000)x 4 = 5.0. dari
sini M = 2H = 10.0s

Bila D untuk beban sisa ( 1020-20 = 1000 MW) pada basis 2.000 MVA

(b) Dengan ∆Pe = 0 ( tidak ada pengaturan kecepatan), diagram blok system
dengan parameter yang diekpesikan pada pu pada 2.000 MVA adalah

Ini mungkin diekpresikan dalam bentuk yang standar dalam istilah konstan
perolehan dan konstan waktu

25
Dimana

Perubahan beban adalah

Untuk pengurangan langkah pada beban melalui 0,01 pu, transformasi


Laplace dari perubahan pada beban adalah

Dari sini, diagram blok

Mengambil transformasi sebaliknya

Deviasi kecepataan pu sebagai fungsi waktu yang ditunjukan pada angka


berikut:

26
Konstan waktu T adalah 13.33s dan deviasi kecepatan kondisi siap adalah

2.4.1 Load Frequency Control (LFC)


Perubahan frekuensi membutuhkan pengaturan. Fungsi utama dari AGC
(Automatic Generation Control) adalah mengatur frekuensi agar brada pada kisaran
yang diinginkan dan untuk mengatur paertukaran daya antar-area melalui
pengaturan daya output dari generator. Fungsi ini sering dinamakan pengatur
frekuensi sistem atau beban atau lebih dikenal sebagai LFC (Load Frequency
Control). Fungsi kedua adalah untuk mengatur pembagian beban saat terjadi
perubahan beban yang diperlukan, terutama kepada pembangkit-pembangkit yang
beroperasi dengan biaya pembangkitan murah.

Pada analisis control frekuensi beban ( LFCs), kami tertarik pada kinerja
kolektif dari semua generator dalam system. Iskilasi antar mesin dan kinerja
sistem transmisi olehnya tidak dipertimbangkan. Kami mengasumsikan respon
yang koheren dari semua generator pada perubahan beban system dan
merepresentasikan melalui generator yang equivalent. Generator equivalen
memiliki konstan inersia Meq sama pada jumlah konstan inersia dari semua unit
penghasil dan didorong melalui output mekanik dari turbin individual
sebagaimana diilustrasikan pada gambar 16. sama dengan, efek dari beban sistem
dipotong kedalam konstan damping yang tunggal D. kecepatan generator

27
equivalen merepresentasikan frekwensi system, dan pada per unit dua adalah
sama. Olehnya kami akan menggunakan kecepatan rotor dan frekwensi yang dapat
diganti dalam pembahasan kami dari control frekwensi beban.

Gambar 2.16 Equivalensi Sistem untuk analisis LFC

Komposisi frekwensi/daya dari system tenaga olehnya bergantung pada


efek gabungan dari penurunan semua pengatur kecepatan generator. Itu juga
bergantung pada karateristik frekwensi dari semua beban pada system. Untuk
sistem dengan generator dan konstan damping beban komposisi D, deviasi
frekwensi steady-state mengikuti perubahan beban ∆PL diberikan dengan

(7)

dimana

(18)

olehnya, karatertistik respon komposisi frekwensi dari system adalah

28
(9)

Komposisi karateristik respon frekwensi B biasanya diekpresikan dalam


MW/Hz. Ini kadang-kadang dirujuk sebagai stiffness dari system. Karateristik
pengatur komposisidari system adalah sama 1/β

Efek dari pengaturan penurunan kecepatan dan sensitivitas frekwensi beban


dari perubahan frekwensi diilustrasikan pada gambar 17 yang mempertimbangkan
efek komposisi dari semua unit pengatur dan beban pada system tersebut.
Peningkatan beban system melalui ∆PL (pada frekwensi nominal) berakibat pada
total peningkatan generasi dari ∆PG terkait dengan aksi governor dan total reduksi
beban sistem.

Gambar 2.17 Pengatur Komposisi dan karateristik

Contoh 2

Sistem tenaga memiliki total beban 1,260 MW pada 60 Hz. Beban tersebut
berbeda 1.5% untuk setiap perubahan 1% pada frekwensi (D =1.5). temukan
deviasi keadaan siap ketika beban 60 MW yang tiba-tiba disebabkan.

(a) Tidak ada control kecepatan

(b) System tersebut memiliki 240 MW cadangan spinning yang tersebar


diantara 500 MW dari kapasitas generasi dengan 5% regulasi yang
berdasarkan pada kapasitas ini. Semua generator beroperasi dengan katup

29
lebar yang terbuka. Asumsikan bahwa efek dari band yang mematikan
governor adalah hanya 80%$ governor yang memberikan respon pada
reduksi beban system.

(c) Efek kehilangan Transmisi

Pemecahan

Total beban yang masih ada adalah 1260-60 = 1200 MW. Konstan damping
dari beban yang ada adalah

Dengan tidak adanya control kecepatan, peningkatan frekwensi keadaan


mantap (Steady-state) adalah

−∆𝑃𝐿 −(−60) 𝑀𝑊
∆𝑓 = =
𝐷 30 𝑀𝑊/𝐻𝑧

= 2,0 Hz

(a) Bila ada pengurangan pada beban system dan peningkatan pada frekwensi,
semua unit yang menghasilkan respon ( tidak hanya pada cadangan
spinning). Bagaimanapunm terkait pada efek band kematian, hanya 80%
dari total generasi memberikan kontribusi pada regulasi kecepatan.

Total kapasitas generasi spinning adalah sama pada

Beban + cadangan = 1260 + 240 = 1500 MW

Generasi yang memberikan kontribusi pada regulasi adalah

0,8 x 1500 = 1200 MW

Regulasi 5% berarti bahwa perubahan 5 % pada frekwensi menyebabkan


perubahan 100% pada daya generator, olehnya,

30
Komposisi karateristik respon frekwensi sistem

Peningkatan keadaan mantap (steady-state) pada frekwensi adalah

Sebagaimana dibahas pada turbin uap mungkin dalam bentuk tipe bukan
pemanas ulang maupun tipe pemanas ulang. Gambar 2.18 menunjukan diagram
blok termasuk representasi pengatur kecepatan, turbin, massa rotasi dan beban,
ketepatan untuk analisis frekwensi beban. Representasi turbin didasarkan pada
fungsi transfer yang sederhana dikembangkan pada dengan mengasumsikan
tekanan boiler yang konstan.

Gambar 2.18 Diagram Blok dari generating unit with a reheat steam turbine

31
Diagram blok gambar 2.18 dapat digunakan pada unit dengan turbin
bukan pemanas ulang. Bagaimanapun, pada kasus TRH =0 dan fungsi transfer
turbin terlihat pada gambar 2.19

Gambar 2.19. Fungsi transfer turbin bukan pemanas ulang

Nilai khusus :

TCH = 0.3s

Pada bagian ini kami menunjukan bahwa governor pada unit hydraulic
memerlukan konspensasi transient droop untuk kinerja control kecepatan yang
stabil. Karena perubahan pada posisi gate pada kaki dari penstock menghasilkan
perubahan turbin jangka pendek yang bertentangan pada pengatur turbin hydro
yang didesain untuk memiliki droop transient yang besar, dengan waktu stel yang
panjang. Ini memastikan regulasi frekwensi yang stabil pada kondisi operasi yang
terpisah. Konsekwensinya, respon unit hydrolik pada perubahan kecepatan atau
berubah pada rancangan pengubah kecepatan relative lambat.

Diagram blok unit penghasil dengan turbin hydraulic ditunjukan pada


gambar 20. Governor termasuk transient droop. Fungsi transfer untuk turbin dan
pengatur kecepatan digunakan pada diagram blok dikembangkan yang dibicarahan
sebelumnya. Untuk deviasi frekwensi yang cepat, governor memperlihatkan
regulasi yang tinggi atau perolehan yang rendah) ; untuk perubahan yang lembat
dan pada keadaan yang siap memiliki regulasi yang lebih rendah.

32
Gambar 2.20 Diagram Blok dari unit hydrolik

Keadaan respon unit penghasil dengan turbin uap bukan pemanas ulang
dan pemanas ulang dan turbin hydrolik ketika diarahkan pada perubahan langkah
pada beban (∆PL), diilustrasikan pada gambar 2.21. Respon ini telah dihitung
dengan menggunakan model linear dan parameter khusus yang ditunjukan pada
gambar 2.18 dan 2.19. Tekanan boiler konstan telah diasumsikan untuk turbin
uap. Bergantung pada tipe boiler dan control dan pada ukuran pengubah beban,
respon dari turbin uap mungkin secara signifikan lebihlambat daripada yang
ditunjukan. Sebaliknya, unit hydrolik kepala rendah memiliki respon yang lebih
cepat secara signifikan daripada salah satu yang dipertimbangkan disini.

Hasil yang dipresentasikan disini mendemonstrasikan bahwa sekalipun


deviasi kecepatan keadaan steady adalah sama untuk semua tiga unit yang
dipertimbangkan, ada perbedaan yang signifikan pada respon transien. Karateristik
respon unit kenyataannya sangat berbeda.

((a). Posisi turbin


Valve/gate

33
(b). Daya

Mekanik

(c). Kecepatan

Deviasi

34
Gambar 2.21 Respon unit penghasil hydrolik dan uap pada peningkatan
langkal keci pada permintaan beban; nilai yang ditunjukan dalam perunit
perubahan langkah. Bergantung pada banyak factor. Ini temasuk selain dari tipe
pabrik, control tanaman dan model operasi ( seperti tindak lanjut boiler dan
turbin), dan titik operasi (seperti titik katup, batas beban).

Dengan aksi control kecepatan, perubahan pada beban system akan


berkaibat pada deviasi frekwensi keadaan siap, bergantung pada karateristik
droop governor dan sensitivitas frekwensi dari beban. Semua unit yang
menghasilkan pada pengaturan kecepatan akan memberikan kontribusi pada
seluruh perubahan pada generasi, tidak terkait dengan lokasi dari perubahan beban.
Restorasi frekwensi system pada nilai nominal memerlukan aksi control tambahan
yang menyesuaikan titik referensi beban (melalui motor pengubah-kecepatan).
Olehnya cara dasar dalam mengontrol tenaga pernah dari unit penghasil yang
dipilih. Ketika beban sistem berubah secara menerus berubah, ini diperlukan
untuk mengubah output dari tenaga, itu diperlukan sebagai control frekuensi.

Sasaran utama dari kontrol pengahisl otomatis (AGC) adalah untuk


mengatuir frekwensi dari nilai nomimatl lebih khusus dan untuk
mempertahankan kemampuan tumbal balik diantara daerah control pada nilai yang
dijadwalkan dengan menyesuaikan output dari generator yang dipilih. Fungsi
benar-benar diarahkan pada control frekwqensi beban (LFC). Sasaran kedua
adalah memberikan kontribusi pada perubahan yang diperlukan pada generasi
diantara unit untuk meminimalkan biaya operasi. AGC pada system tenaga yang
terpisah.

Sistem tenaga yang terpisah, pemeliharaan tenaga yang dapat ditukar ulang
bukan merupakan isu. Olenya, fungsi AGC adalah untuk memulihkan frekwensi
dari nilai nominal khusus. Ini dibarengi dengan menambah reset atau control
integral yang bergerak pada rancangan referensi beban dari pengatur unit pada
AGC sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.22. kasi control integral memastikan
kesalahan frekwens zero pada keadaan yang siap.

35
Aksi control generasi suplementer adalah lebih lambat daripada aksi
control kecepatan utama. Ketika ini memiliki efek setelah control ekcepatan utama
( yang berfungsi pada semua unit dalam regulasi) telah menstabilkan frekwensi
system. Olehnya AGC menyesuaikan rancangan referensi beban daru unit yang
dipilih dan darisini tenaga output, untuk menolak efek dari karateristik regulasi
frekwensi dari system tenaga. Dalam melakukan hal itu, ini memulihkan penghasil
dari smeua unit lainnya yang bukan pada AGC pada nilai yang dijadwalkan.

Untuk membentuk basis control suplemen dari system tenaga interkoneksi,


mari kita pertama melihat pada kinerja dengan control kecepatan utama.

Pertimbangkan system interkoneksi yang ditunjukan pada gambar 2.23 (a).


ini terdiri dari dua daerah yang dihubungkan melalui garis ikatan dari resistensi
Xtie. Untuk studi frekwensi beban, tiap daerah mungkin direpresentasikan melalui
unit penghasil equivalen yang mempelrihatkan seluruh kinerja. Model komposisi
seperti itu dapat dterima bila kami tidak memberikan perhatian pada oksilasi
intermesin dalam tiap daerah.

Gambar 2.22 Penambahan control integral pada unit penghasil yang


dipilih untuk AGC

36
Gambar 2.23 (b) menunjukan equivalens dari system tersebut dengan tiap
daerah yang direpresentasikan melalui sumber voltase disamping reactant yang
equivalen ketika dipandang dari bus yang terikat. Tenaga mengalir pada jalur tali
dari daerah 1 sampai daerah 2 adalah

Linearilisasi tentang titik operasi awal yang direpresentasikan oleh δ1 = δ10


dan δ2 = δ20, kami memiliki

dimana Δδ12 = T Δδ1 - Δδ2 merupakan kooefesien torque yang sinkron


yang diberikan melalui

(a) System dua daerah

(b) Equivalen listrik

37
(c) Diagram blok

Pabrik equivalen yang Pabrik equivalen yang


merepresentasikan merepresentasikan
daerah 1 daerah 2

Gambar 2.23. System dua daerah dengan control kecepatan utama

Representasi diagram blok dari system ditunjukan pada gambar 2.23 (c)
dengan tiap daerah direpresentasikan oleh inertia equivalen M, konstan damping
beban D, turbin, dan system pengaturan dengan droop R kecepatan yang efektif.
Garis tali direpresentasikan dengan koofesien syncronis T, A positif ΔP12
merepresentasikan peningkatan pada transfer tenaga dari daerah 1 sampai daerah
2. Efeknya adalah equivalen pada peningkatan beban daerah 1 dan tanda-tanda
positif untuk daerah 2.

Deviasi frekwensi keadaan yang siap (f-f0) adalah sama untuk dua daerah.
Untuk total perubahan beban dari ΔPL

38
(11)

Pertimbangkan nilai keadaan yang siap diikuti dengan peningkatan pada


beban daerah 1 dengan ΔPL. untuk daerah 1, kami memiliki

(12)

Dan untuk daerah 2,

(.13)

Perubahan pada daya mekanik bergantung pada regulasi, dari sini,

(14)

(15)

Subtitusi persamaan 14 pada persamaan 12 dan persamaan 15 pada


persamaan 13

(16)

Dan

(17)

Persamaan pemecahan 16 dan 17, kami memperoleh

(18)

39
Dan

(19)

Dimana β1 dan β2 merupakan karateristik respon frekwensi komposisi dari


daerah 1 dan 2 secara berturut-turut. Hubungan diatas diuraikan dalam gambar 24

Gambar 2.24 Efek perubahan pada beban daerah 1

Peningkatan pada beban daerah 1 dengan hasil ΔPL1 pada frekwensi


pengurangan pada kedua daerah tersebut dan liran jalur ikatan dari ΔP 12. ΔP1
negatif merupakan penunjuk dari aliran dari daerah 2 pada daerah 1. Deviasi aliran
jalur ikatan mencerminkan kontribusi dari karateristik regulasi (1/R+D) dari satu
daerah dengan daerah lainnya.

Sama dengan perubahan pada daerah beban 2 dengan ΔP12, kami memiliki

(20)

40
(21)

hubungan diatas membentuk basis control frekwensi beban dari system


interkoneksi.

2.4.2 Governor
Turbine governor atau yang lebih dikenal dengan governor adalah istilah
yang umum dipakai dalam dunia electromechanical energy conversion. Istilah ini
dipakai dalam Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan lain sebagainya.
Definisi yang lazim dari governor adalah suatu peralatan yang berfungsi
mengontrol kecepatan (speed) dan daya keluaran (power) berdasarkan karakteristik
power-frequency. Untuk memahami istilah ini dengan lebih mendalam, kita harus
masuk terlebih dahulu kepada sistem pembangkita tenaga listrik.

Sistem pembangkitan tenaga listrik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Pembangkit listrik konvensional


Pembangkit listrik tipe ini mengkonversi suatu energi primer menjadi energi
listrik, namun melalui perantara energi lain. Misal: PLTU batubara mengubah
energi yang terkandung dalam batubara (energi kimia) menjadi energi listrik
melalui perantara thermal (memanaskan air menjadi uap). Dengan demikian,
pembangkit tipe ini biasanya menggunakan turbin-generator-set untuk proses
pembangkitan listrik.

2. Pembangkit listrik non-konvensional


Pembangkit tipe ini akan membangkitkan listrik dari energi primer langsung
menjadi listrik. Contoh pembangkit tipe ini adalah sel surya (photovoltaic cell) yang
mengubah energi panas matahari langsung menjadi energi listrik (tanpa perantara
energi lain).

41
Untuk memahami istilah governor, maka kita akan fokus ke dalam
pembangkit tipe konvensional, yang diagramnya disajikan dalam Gambar 1. Energi
listrik yang dibangkitkan oleh generator sinkron (synchronous generator) berasal
dari energi yang dihasilkan oleh putaran poros turbin. Energi untuk memutar turbin
tersebut berasal dari fluida yang digunakan. Misalkan, PLTU menggunakan fluida
uap air, PLTA menggunakan fluida air, dan PLTG menggunakan fluida gas. Untuk
mengontrol jumlah energi yang dihasilkan generator, maka jumlah fluida yang
memasuki turbin haruslah dikontrol. Banyak sedikitnya fluida yang masuk,
tergantung pada bukaan katup (valve), dimana valve ini dikontrol oleh governor.
Untuk menentukan besarnya bukaan valve, maka governor akan mendapat sinyal
masukan berupa daya setting (Preff), daya aktual keluaran generator (P), frekuensi
(f), atau putaran turbin (𝜔).

42
Gambar 2.1 Diagram Sederhana Sistem Pembangkitan

Governor digunakan sebagai ‘interface’ antara turbin penggerak dan


generator. Pengaturan putaran turbin sejak turbin mulai bergerak sampai steady
state dilakukan oleh governor, jadi bukan diambil alih oleh governor. Fungsi utama
pengaturan putaran ini adalah untuk menjaga kestabilan sistem secara keseluruhan
terhadap adanya variasi beban atau gangguan pada sistem.

Frekuensi beban berhubungan dengan daya beban, sedangkan daya beban


lebih mudah dihubungkan dengan daya elektrrik dan mekanik daripada dengan
variable torka. Hal ini bertujuan untuk mempermudah hubungan antarvariabel.
Hubungan daya 𝑃 dan torka 𝑇𝑎 diberikan oleh:

𝑃 = 𝜔𝑇𝑎

Beban pada system tenaga listrik merupakan gabungan dari peralatan fisik
yang dipasang pada system. Untuk beban resistif (beban lampu dan pemanas), daya
listrik terbebas dari variable frekuensi. Dalam kasus beban motor (pompan dan fan),
daya listrik sangat bergantung pada frekuensi. Secara keseluruhan variable
frekuensi pada sebuah beban gabungan dinyatakan sebagau berikut:

∆𝑃𝑒 = ∆𝑃𝐿 + 𝐷∆𝜔

dengan: ∆𝑃𝐿 = Perubahan daya beban tidak sensitive


𝐷∆𝜔 = Perubahan beban daya sensitive
𝐷 = Konstanta redaman beban (Robandi, Modern Power System
Control, 2009).

Sebuah kontroler atau sering disebut governor, berfungsi sebgai pengatur


katup turbin untuk mengembalikkan frekuensi pada harga nominal atau pada harga
yang dijadwalkan. Pada gambar berikut menunjukkan skema dari system
pengaturan kecepatan dengan umpan balik penguatan integral 1/s dan penguatan
proporsional K. Kecepatan rotor yang terukur 𝜔 dijumlah dengan kecepatan awal
𝜔0 . Sinyal error (sama dengan deviasi kecepatan) dikuatkan dan diintegrasikan
untuk menghasilkan sebuah aksi sinyal pengaturan posisi ∆𝑌 yang menggerakkan

43
katup pada turbin uap atau turbin hidrolik. Karena aksi penalaan ulang dari
pengontrol integral ini, ∆𝑌 akan mencapai kondisi mantap yang baru pada saat
error kecepatan ∆𝜔 sama dengan nol (Robandi, Modern Power System Control,
2009).

Gambar 2.2 Sistem kontroler (governor) turbin

Respons terhadap waktu dari suatu unit pembangkit dengan sebuah


governor ketika terjadi peningkatan beban ditunjukkan pada gambar 2.3.
Peningkatan Pe menyebabkan frekuensi menjadi berkurang pada nilai rata-rata yang
ditentukan oleh inersia motor. Karena penurunan kecepatan, maka daya mekanik
turbin mulai naik. Hal ini menyebabkan pengurangan kecepatan dan kemudian
peningkatan kecepatan terjadi ketika daya beban, sehingga kecepatan akan kembali
ke nilai awal dan daya turbin meningkat pada suatu nilai yang sebanding dengan
beban tambahan.

Sebuah setting governor akan bekerja dengan baik jika diterapkan pada
sebuah generator yang menyuplai suatu beban yang terisolasi atau hanya satu
generator dalam sebuah system multi-generator yang diperlukan untuk merespon
perubahan beban. Setting sebuah governor tidak berlaku jika terdapat dua atau lebih
unit yang dihubungkan pada system yang sama, karena pada kondisi ini setiap
generator harus mempunyai setting kecepatan yang sama. Jika setting governor
memiliki harga yang berbeda-beda maka governr akan saling berbenturan, Karen
setiap ffrekuensi system dikontrol dengan setting masing-masing. Untuk bagian
beban yang stabil antara dua atau lebih unit yang beroperasi secara parallel,
governor dilengkapi denga suatu karakteristik sehingga kecepatanya akan turun
ketika beban ditingkatkan.

44
Gambar 2.3 Performansi pembangkitan dan Generator
Terdapat dua mode atau jenis pengoperasian Governor yakni:

3.1 Isochronous Governor


Isochronous governor dapat diartikan sebagai governor kecepatan tetap.
Governor tipe ini akan mengatur bukaan valve agar frekuensi keluaran generator
kembali pada nilai awal atau nilai settingnya. Jika terjadi kenaikan beban listrik,
maka frekuensi keluaran generator akan turun. Besarnya penurunan ini akan
direspon oleh governor dengan cara memerintahkan valve untuk membuka lebih
lebar agar jumlah uap yang masuk ke turbin bertambah. Berikut adalah contoh
respon dari isochronous governor:

45
Gambar 2.4 Respon Isochronous Governor

Governor tipe ini bekerja baik pada:


 Sistem terisolasi generator tunggal / (islanded/isolated-single generator).
 Sistem multigenerator dengan 1 generator sebagai pengontrol frekuensi
(Harmawan, 2017).

3.2 Governor dengan karakteristic Speed-droop (Speed-droop


characteristic governor)
Isochronous governor tidak dapat digunakan pada sistem interkoneksi
karena setiap generator akan berusaha untuk mengontrol frekuensi sistem (fight
each other). Maka, governor dengan karakteristik speed-droop harus digunakan.
Jika terjadi kenaikan/penurunan frekuensi pada sistem, maka generator yang
memiliki governor tipe Speed-droop akan mengurangi/menambah bukaan valve
sesuai dengan daya maksimum generator dan setting governornya. Setting governor
untuk keperluan ini disebut dengan speed-droop atau regulation characteristic.
Lebih umum lagi, istilah tersebut disebut dengan Droop saja (Harmawan, 2017).

46
Gambar 2.5 Respon Speed-droop characteristic governor

47
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:

1. sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu pembangkit tenaga
listrik, penyaluran tenaga listrik, dan distribusi tenaga listrik. Ketiga bagian ini
tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu sistem yang kompleks yang
bekerja untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban.
2. Penagturan frekuensi dapat dilakukan dengan system control dengan cara
mengatur besarnya daya aktif, load shedding dan pengalihan daya pada saluran.
3. LFC merupakan suatu komponen yang berfungsi mengatur frekuensi agar brada
pada kisaran yang diinginkan dan untuk mengatur paertukaran daya antar-area
melalui pengaturan daya output dari generator. Sedangkan Governor berfungsi
untuk mengatur bukaan tutup katup pada steam dan hidro turbin dengan
koordinasi dari LFC.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam pengaturan frekuensi sistem tenaga listrik, memperhatikan
jumlah beban dalam suatu area tertentu yang dianggap dapat menyebabkan
terjadinya perubahan frekuensi signifikan. Tentunya dilakukan pemeriksaan dan
pengawasan secara lebih teliti terhadap seluruh komponen jaringan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Harmawan. (2017, Oktober 14). Governor. Retrieved from Electrical Zone:


http://electrical-zone.blogspot.co.id/2013/03/governor.html

Isahafidz. (2018, Maret 6). Kestabilan Transient (1). Retrieved from hutut92:
https://huthut92.wordpress.com/2016/06/12/kestabilan-transient/

Kundur, P. (1993). Power System Stability and Control. California, USA: McGraw-
Hill, Inc.

ReserchGate. (2018, Maret 6). Definition and Classification of Power System


Stability IEEE/CIGRE Joint Task Force on Stability Terms and Definitions.
Retrieved from ReseachGate:
https://www.researchgate.net/publication/3267102_Definition_and_Classif
ication_of_Power_System_Stability_IEEECIGRE_Joint_Task_Force_on_
Stability_Terms_and_Definitions

Robandi, I. (2009). Modern Power System Control. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Robandi, I. (2009). Modern Power System Control. Yogyakarta: Penerbit Andi.

49

Anda mungkin juga menyukai