TENAGA LISTRIK
DISUSUN OLEH:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum wr.wb
Puji Syukur kita penajatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimphkan
taufik, rahmat dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat atas dasar tugas mata kuliah
“Operasi Sistem Tenaga Listrik”. Makalah ini merupakan bahasan tentang maslah-
masalah yang berkaitan dengan kestabilan frekuensi. Makalah ini meliputi
gambaran umum tentang sistem ketenagalistrikan secara umum, pentingnya
menjeaga stabilitas sistem tenaga listrik termasuk fekuensinya, bagaiaman cara
menjaga sistem yang menggunakan perlatan seperti governor dan sistem LFC
maupun AGC serta prinsip-prinsip dari penggunaan komponen tersebut.
Materi makalah ini bereferensi dari materi kuliah dan buku-buku berkaitan
dengan sistem kendali tenaga listrik. Selain itu, beberapa materi kami ambil dari
artikel di internet yang bersumber dari IEEE dan artikel terpercaya lainnya.
ii
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1 PENDAHULUAN
Suatu sistem tenaga listrik yang besar pada umumnya memiliki beberapa
pusat pembangkit yang terdiri dari banyak generator (multimesin). Generator
berfungsi untuk mensalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen.
Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen haruslah
dijaga keandalan sistemnya. Sistem yang andal berhubungan dengan kemampuan
sistem menjaga tetap dalam keadaan stabil dan terjaga kontinuitas penyaluran
tenaga listriknya dari berbagai macam gangguan.
1
Stabilitas frekuensi terkait dengan kemampuan sebuah sistem tenaga listrik
untuk mempertahankan frekuensi tunak dengan kisaran nominal mengikuti
beberapa gangguan sistem yang menghasilkan ketidakseimbangan yang signifikan
antara pembangkitan dan beban. Hal ini bergantung pada kemampuan untuk
mengembalikan keseimbangan antara sistem beban dan pembangkitan dengan
meminimalisasi pelepasan beban. Dengan demikian muncul pertanyaan bahwa
mengapa frekuensi sangat penting untuk dijaga kestbilannya dan bagaiamana cara
mewujudkannya?
1.3 Tujuan
2
BAB 2 ISI
Pada umumnya, sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu pembangkit tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik, dan distribusi tenaga
listrik. Ketiga bagian ini tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu sistem
yang kompleks yang bekerja untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke
pusat-pusat beban. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
3
2.1.2 Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkitan listrik hingga saluran distribusi listrik sehingga nantinya
sampai pada konsumen/pengguna listrik.
Sebuah sistem tenaga listrik merupakan sebuah unit usaha dimana selain
faktor teknis, juga harus diperhatikan faktor ekonomisnya. Kondisi kesetimbangan
antara pendapatan dan pengeluaran harus dijaga agar didapat keuntungan yang
layak. Penjualan listrik dalam bentuk pemakaian energi (kWh) oleh konsumen
harganya diatur dalam sistem tarif tertentu (di Indonesia menggunakan Keppres).
Pengeluaran dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik meliputi:
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
4
Pemeliharaan dan penyusutan
Penelitian/pengembangan
Pajak
Bahan baku energi (BBM, Batubara, Nuklir, Air, dsb)
Losses, dan lain-lain.
Secara umum hal-hal tersebut terbagi dalam empat komponen yang disebut
komponen biaya pembangkit, yaitu:
1. Komponen A berupa depresiasi dan interest (penyusutan). Merupakan biaya
tetap.
2. Komponen B berupa biaya pegawai dan pemeliharaan. Merupakan biaya tetap.
3. Komponen C berupa biaya bahan bakar. Merupakan biaya yang dapat berubah-
ubah.
4. Komponen D berupa pelumas dan biaya lainnya. Merupakan biaya yang dapat
berubah-ubah.
Bagian terbesar dari pembiayaan adalah komponen C atau biaya bahan
bakar yang mencakup hampir 80% dari total pembiayaan. Pembiayaan terbesar
yang terletak di pembangkit-pembangkit tersebut juga terkait erat dengan
penggunaan listrik oleh konsumen. Oleh karena itu diperlukan sebuah cara dalam
mengoptimasi sistem listrik agar berjalan dengan efisien. Tujuan utama dari operasi
sistem tenaga listrik iniadalah untuk memenuhi kebutuhan beban listrik secara
efisien (beban terpenuhi dengan biaya yang minimum), dengan mempertimbangkan
sasaran operasi tenaga listrik (sistem harus dapat memenuhi standar dalam
keamanan lingkungan, memiliki keandalan yang baik, dan dapat melayani
permintaan secara continuedari waktu ke waktu).
5
Quality adalah kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan
besaran-besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus
dipenuhi yaitu sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus
dengan standar besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang
berlaku dan harus segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.
Sistem tenaga listrik mempunyai variasi beban yang sangat dinamis dimana
setiap detik akan berubah-ubah, dengan adanya perubahan ini pasokan daya listrik
tetap dan harus disupply dengan besaran daya yang sesuai, bila pada saat tertentu
terjadi lonjakan atau penurunan beban yang tidak terduga maka perubahan ini sudah
dapat dikatagorikan ke dalam gangguan pada sistem tenaga listrik yakni kondisi
tidak seimbang antara pasokan listrik dan permintaan energi listrik akibat adanya
gangguan baik pada pembangkit ataupun pada sistem transmisi sehingga
mengakibatkan kerja dari pembangkit yang lain menjadi lebih berat. Untuk itu
diperlukan satu penelaahan kestabilan agar pembangkit yang terganggu tidak
terlepas dari sistem.
6
beban yang terjadi secara kontiyu dan sistem menyesuaikan dengan perubahan
kondisi. Selain itu pada gangguan besar, sistem harus dapat bertahan dari dalam
maupun dari luar sistem, termasuk hubung singkat pada saluran teransmisi atau
lepasnya perasi dari suatu pembangkit. Dalam ketidakstabilan yang terjadi pada
suatu sistem tenaga listrik dapat terjadi dalam bentuk-bentuk tertentu yang
bergantung bentuk gangguan yang terjadi.tenga listrik dapat diklasifikasikan
berdasarkan diantaranya sifat alami dari ketidakstabilan yang dihasilkan terkait
parameter sistem utama, dimana ketidakstabilan dapat diamati. Sifat alami lainnya
adalah ukuran gangguan menunjukkan pada metode perhitungan dalam menang
ketidakstabilan yang sesuai. Selain dua sifat alami diatas terdapat juga sifat alami
yaitu proses dan rentang waktu yang harus diambil untuk menjadi pertimbangan
dalam menentukan kestabilan.
PM = Prime Mover
G = Generator sinkron
X = Reaktansi saluran
SL = Sumbu beban
7
2. Kestabilan tegangan
3. Kestabilan frekuensi
8
Stabilitas frekuensi mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk
mempertahankan frekuensi tetap setelah gangguan sistem yang parah sehingga
terjadi ketidakseimbangan yang signifikan antara pembangkit dan beban. Hal ini
tergantung pada kemampuan untuk memelihara/mengembalikan keseimbangan
antara sistem dan beban, dengan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi dalam bentuk ayunan frekuensi yang ada
yang menyebabkan tersendatnya unit dan / atau beban pembangkit.
Selama frekuensi, waktu karakteristik proses dan arus yang dapat diaktivasi
dari sesuai dengan respon perangkat seperti penumpukan beban bawah tanah dan
kontrol generator dan perlindungan, sampai beberapa menit, sesuai dengan respons
perangkat seperti sistem pasokan energi penggerak utama dan tegangan beban
regulator. Oleh karena itu, seperti yang di identifikasi pada Gambar 1, stabilitas
frekuensi dapat menjadi fenomena jangka pendek atau fenomena jangka panjang.
Contoh ketidakstabilan frekuensi jangka pendek adalah pembentukan pulau yang
mengalami pemborosan dengan pengurangan muatan kurang memadai sehingga
9
frekuensi meluruh dengan cepat menyebabkan pemadaman di pulau dalam
beberapa detik. Di sisi lain, situasi yang lebih kompleks dimana ketidakstabilan
frekuensi disebabkan oleh kontrol kecepatan lebih turbin uap atau perlindungan /
kontrol boiler / reaktor dan merupakan fenomena jangka panjang dengan rentang
waktu yang dibutuhkan mulai dari puluhan detik sampai beberapa menit.
10
Gambar 4. Standar Frekuensi untuk Steam Turbin Generator (IEEE Std C37.106-2003).
Pada gambar terdapat 3 daerah operasi untuk steam turbin generator, yakni:
11
situasi bersepatu pulau dan pemadaman) yang menyebabkan untuk memeriksa
alasan sistem masalah ketidakstabilan frekuensi. Berikut ini adalah Kasus yang
dipilih dari gangguan ini.
Pada tahun 1985, enam jalur transmisi tegangan tinggi di Prancis pergi
keluar dari layanan karena cascading kesalahan dan kurangnya daya pembangkit
berdampak pada sistem tenaga Eropa. Sistem frekuensi turun menjadi 49,6 Hz.
Pada tahun 1994, dua dari empat jalur transmisi 380 kv keluar layanan
antara Selatan dan Utara pusat di Italia. Listrik Sistem mengalami penurunan berat
pada frekuensi sistem akibat cascading saluran transmisi padam,menyebabkan
pemadaman listrik di Selatan.
12
Di 1996, sebagai hasil dari pemutus sirkuit tegangan tinggi yang terjebak
dan koordinasi perlindungan yang salah, Malaysia mengalami penurunan pada
frekuensi sistem sampai 49,1 Hz. Acara ini berujung pada cascading Kesalahan,
sehingga kehilangan 2.432 MW dari pembangkit listrik dan pemadaman listrik.
Pada tanggal 28 Oktober 2003, Italia, outage dua transmisi 380 kV Jalur
menuju perjalanan dari tiga jalur transmisi 220 kv, dan memisahkan Italia dari
Eropa Utara. Karena kekurangan generasi dan pada koordinasi proteksi peralatan,
sistemFrekuensi turun menjadi 47,0 Hz dan kemudian padam.
Syarat dasar untuk stabilitas sistem tenaga listrik adalah untuk memastikan
sistem frekuensi dan tingkat tegangan dekat dari batas mapan mereka. Frekuensi
sistem untuk tenaga listrik Sistem biasanya tidak dalam keadaan seimbang karena
permintaan muatan perubahan terus menerus. Untuk sistem tenaga listrik, Daya
yang dihasilkan harus dalam keadaan seimbang dengan kekuatan dikonsumsi Jika
tidak, defisiensi daya akan terjadi. Bila permintaan muatan melebihi pembangkit
tenaga, sistem frekuensi menurun, dan itu akan meningkat saat energi pembangkit
lebih dari besar permintaan beban.
13
Dimana f adalah frekuensi sistem, p adalah jumlah tiang untuk generator
dan n adalah kecepatan rotasi mesin sinkron. Praktis, mengatur kecepatan generator
bisa mengendalikan frekuensi sistem tenaga. Generator biasanya dilengkapi dengan
gubernur untuk memantau dan merasakan kecepatan terus-menerus. Untuk sistem
tenaga listrik terisolasi yang memiliki unit generator tunggal, saat beban meningkat,
permintaan energi tambahan pada awalnya disediakan oleh inersia generator listrik.
Akibatnya, kecepatan generator akan menurun, dan oleh karena itu frekuensi sistem
menurun.
Dapat dilihat dari Gbr.4 bahwa jika terjadi penyimpangan daya, kontrol
utama akan merespon untuk membangun kembali keseimbangan antara pembangkit
tenaga dan permintaan beban. Titik setel biasanya 50 Hz untuk tindakan kontrol ini.
14
Pengontrol utama untuk semua generator lain dalam sistem tenaga akan merespons
dalam beberapa detik (periode dari 0 sampai 10 detik). Sebenarnya, penyimpangan
dari titik setel ini terjadi. Pengontrol mengubah daya output untuk unit generator
sampai keseimbangan antara daya dan permintaan output mencapai.
15
Kriteria frekuensi sistem daya distandarisasi untuk memastikan operasi
yang memuaskan dengan mempertahankan frekuensi dan voltase sistem dalam
batas yang dapat diterima. Menetapkan frekuensi penyimpangan frekuensi yang
dapat diterima sangat sulit. Frekuensi sistem deviasi dari nominal 50 atau 60 Hz
dapat menyebabkan kerusakan peralatan.
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para
pelanggan dengan frekuensi yang praktis konstan. Penyimpangan frekuensi dari
nilai nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif
16
mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban
sistem yang berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang waktu.
Sehubungan dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya aktif yang dihasilkan
dalam sistem pembangkitan harus disesuaikan dengan beban daya aktif.
Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak
generator.
17
1. Pengaturan daya aktif ( sisi generator)
2. Load shedding (sisi beban)
3. Pengalihan daya pada saluran
Pada sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan karena lepasnya (trip)
unit generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang mengalir ke
beban, sehingga menyebabkan generator-generator yang lain dipaksa bekerja. Jika
hal ini berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada
batang kopel generator karena dipaksa bekerja. Untuk itu diperlukan relay under
frequency yang berfungsi untuk mendeteksi penurunan frekeunsi sistem secara tiba-
tiba akibat adanya unit pembangkit besar yang lepas dari sistem. Salah satu cara
untuk menaikkan frekeunsi tersebut adalah dengan melepas beban.
18
Gambar 1 grafik perubahan frekuensi sebagai fungsi waktu dengan adanya
pelepasan beban
Turunnya frekeunsi dapat menurut garis 1 , garis 2, atau garis 3. Makin besar
unit pembangkit yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin cepat
frekeunsi menurun. Kecepatan menurunnya frekuensi juga bergantung pada besar
kecilnya inersia sistem. Semakin besar inersia sistem, makin kokoh sistemnya,
makin lambat turunnya frekuensi.
19
Gambar 2 Grafk turunnya frekuensi sebagai akibat gangguan unit pembangkit
20
2.4 Load Frequncy Control (LFC) dan Governor
Pengoperasian system tenaga yang memuaskan, frekuensi seharusnya tetap
konstan. Konstansi kecepatan daya dorong penggerak mula sangat penting untuk
kinerja yang memuaskan dalam menghasilkan daya aktif, kinerja dari semua tenaga
penggerak mula bergantung pada bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga
termal dan air untuk systempembangkit tenaga hidro. Dalam sebuah jaringan,
penurunan yang berarti dari frekuensi dapat berakibat pada arus magnetik yang
tinggi pada motor induksi dan transformator.
Valve/gate Tm Generator
Strem or Turbine Pm Pe
water G
Te
∆Y
Load PL
Governor Speed
Ketika ada perubahan beban, perubahan pada keluaran torka listrik Te dari
generator tersebut, menyebabkan ketidak seimbangan antara torka mekanik Tm
dan torka listrik Te yang pada gilirannya berakibat pada varasi kecepatan seperti
yang ditentukan oleh persamaan gerak. Perubahan ini ditunjukan pada gambar 2
fungsi transfer berikut merepresentasikan hubungan diantara kecepatan rotor
sebagai fungsi dari torque mekanik dan listrik.
21
S : Operator Laplace
Ta Tm : Torque mekanik (pu)
1
Tm ∑ ∆ωr Te : Torque Listrik (pu)
2𝐻𝑠 Ta : Torque Akselerasi (pu)
H : Inertia Konstan (MW/MVA)
Ar : Deviasi kecepatan Rotor
Te
Gambar 2.2 Fungsi Transfer yang terkait dengan kecepatan dan Torque
P = ω, T (.1)
P = P0 + ∆P
T =T0 + ∆T
ωr = ω0 + ∆ωr (2)
Dari persamaan .1
Hubungan diantara data dan frekuensi serta torka, dapat ditulishan seperti
persamaan 3
∆P = ω0 + ∆T + T0 ∆ωr (3)
22
Maka
(4)
Bila pada keadaan steady-state, torque mekanik dan elektrik adalah sama,
Tm0 = Te0. Dengan kecepatan yang diekpresikan pada pu, ω0 = 1. Dari sini
Gambar 3 sekarang dapat diekpresikan dalam istilah ∆Pm dan ∆Pe sebagai
berikut:
∆Pe M = 2H
Gambar 2.3 Fungsi Transfer yang berkaitan dengan kecepatan dan tenaga
Dalam ukuran variasi kecepatan dengan subjek yang menjadi focus kita,
daya mekanik turbin merupakan fungsi dari posisi valve atau gate dan frekuensi.
Secara umum, beban system tenaga merupakan komposisi dari variasi alat
listrik. Untuk beban resistif, seperti pencahayaan dan beban pemanas, daya listrik
adalah independen dari frekuensi. Dalam kasus beban motor, seperti kipas angin
dan pompa. Tenaga listrik berubah dengan frekuensi yang terkait dengan perubahan
pada kecepatan motor. Seluruh karateristik yang bergantung pada beban
kompisisinya dapat ditiliskan sebagai berikut
Dimana
23
∆PL = perubahan sensitive non frekuensi
Diagram blok sistem termasuk efek damping beban ditunjukan pada gambar
4.
Ini mungkin dikurangi dalam bentuk yang ditunjukan pada gambar 2.5.
Jika tidak ada pengatur kecepatan, respon system pada perubahan beban
ditentukan melalui konstan inersia dan konstan damping. Deviasi kecepatan
keadaan steady-state merupakan perubahan pada beban yang dikonpensasikan
24
dengan tepat melalui variasi pada beban yang terkait dengan sensitivitas frekwensi.
Ini diilustrasikan pada contoh berikut.
Contoh 1
Sistem kecil terdiri dari 4 unit yang menghasilkan 500 MVA yang identik
yang mengisi total beban dari 1.020 MW. Konstan inertia H dari tiap unit adalah
5.0 pada bassis 500 MVA. Beban berbeda melalui 1.5% untuk 1 % perubahan
pada frekwensi. Ketika ada penurunan yang tiba-tiba pada beban dengan 20 MW,
(b) Temukan deviasi frekwensi, asumsikan bahwa tidak ada aksi yang
mengatur kecepatan.
Pemecahan
(a) Untuk 4 unit pada basis 2.000 MVA, H = 5.0 x (500.2000)x 4 = 5.0. dari
sini M = 2H = 10.0s
Bila D untuk beban sisa ( 1020-20 = 1000 MW) pada basis 2.000 MVA
(b) Dengan ∆Pe = 0 ( tidak ada pengaturan kecepatan), diagram blok system
dengan parameter yang diekpesikan pada pu pada 2.000 MVA adalah
Ini mungkin diekpresikan dalam bentuk yang standar dalam istilah konstan
perolehan dan konstan waktu
25
Dimana
26
Konstan waktu T adalah 13.33s dan deviasi kecepatan kondisi siap adalah
Pada analisis control frekuensi beban ( LFCs), kami tertarik pada kinerja
kolektif dari semua generator dalam system. Iskilasi antar mesin dan kinerja
sistem transmisi olehnya tidak dipertimbangkan. Kami mengasumsikan respon
yang koheren dari semua generator pada perubahan beban system dan
merepresentasikan melalui generator yang equivalent. Generator equivalen
memiliki konstan inersia Meq sama pada jumlah konstan inersia dari semua unit
penghasil dan didorong melalui output mekanik dari turbin individual
sebagaimana diilustrasikan pada gambar 16. sama dengan, efek dari beban sistem
dipotong kedalam konstan damping yang tunggal D. kecepatan generator
27
equivalen merepresentasikan frekwensi system, dan pada per unit dua adalah
sama. Olehnya kami akan menggunakan kecepatan rotor dan frekwensi yang dapat
diganti dalam pembahasan kami dari control frekwensi beban.
(7)
dimana
(18)
28
(9)
Contoh 2
Sistem tenaga memiliki total beban 1,260 MW pada 60 Hz. Beban tersebut
berbeda 1.5% untuk setiap perubahan 1% pada frekwensi (D =1.5). temukan
deviasi keadaan siap ketika beban 60 MW yang tiba-tiba disebabkan.
29
lebar yang terbuka. Asumsikan bahwa efek dari band yang mematikan
governor adalah hanya 80%$ governor yang memberikan respon pada
reduksi beban system.
Pemecahan
Total beban yang masih ada adalah 1260-60 = 1200 MW. Konstan damping
dari beban yang ada adalah
−∆𝑃𝐿 −(−60) 𝑀𝑊
∆𝑓 = =
𝐷 30 𝑀𝑊/𝐻𝑧
= 2,0 Hz
(a) Bila ada pengurangan pada beban system dan peningkatan pada frekwensi,
semua unit yang menghasilkan respon ( tidak hanya pada cadangan
spinning). Bagaimanapunm terkait pada efek band kematian, hanya 80%
dari total generasi memberikan kontribusi pada regulasi kecepatan.
30
Komposisi karateristik respon frekwensi sistem
Sebagaimana dibahas pada turbin uap mungkin dalam bentuk tipe bukan
pemanas ulang maupun tipe pemanas ulang. Gambar 2.18 menunjukan diagram
blok termasuk representasi pengatur kecepatan, turbin, massa rotasi dan beban,
ketepatan untuk analisis frekwensi beban. Representasi turbin didasarkan pada
fungsi transfer yang sederhana dikembangkan pada dengan mengasumsikan
tekanan boiler yang konstan.
Gambar 2.18 Diagram Blok dari generating unit with a reheat steam turbine
31
Diagram blok gambar 2.18 dapat digunakan pada unit dengan turbin
bukan pemanas ulang. Bagaimanapun, pada kasus TRH =0 dan fungsi transfer
turbin terlihat pada gambar 2.19
Nilai khusus :
TCH = 0.3s
Pada bagian ini kami menunjukan bahwa governor pada unit hydraulic
memerlukan konspensasi transient droop untuk kinerja control kecepatan yang
stabil. Karena perubahan pada posisi gate pada kaki dari penstock menghasilkan
perubahan turbin jangka pendek yang bertentangan pada pengatur turbin hydro
yang didesain untuk memiliki droop transient yang besar, dengan waktu stel yang
panjang. Ini memastikan regulasi frekwensi yang stabil pada kondisi operasi yang
terpisah. Konsekwensinya, respon unit hydrolik pada perubahan kecepatan atau
berubah pada rancangan pengubah kecepatan relative lambat.
32
Gambar 2.20 Diagram Blok dari unit hydrolik
Keadaan respon unit penghasil dengan turbin uap bukan pemanas ulang
dan pemanas ulang dan turbin hydrolik ketika diarahkan pada perubahan langkah
pada beban (∆PL), diilustrasikan pada gambar 2.21. Respon ini telah dihitung
dengan menggunakan model linear dan parameter khusus yang ditunjukan pada
gambar 2.18 dan 2.19. Tekanan boiler konstan telah diasumsikan untuk turbin
uap. Bergantung pada tipe boiler dan control dan pada ukuran pengubah beban,
respon dari turbin uap mungkin secara signifikan lebihlambat daripada yang
ditunjukan. Sebaliknya, unit hydrolik kepala rendah memiliki respon yang lebih
cepat secara signifikan daripada salah satu yang dipertimbangkan disini.
33
(b). Daya
Mekanik
(c). Kecepatan
Deviasi
34
Gambar 2.21 Respon unit penghasil hydrolik dan uap pada peningkatan
langkal keci pada permintaan beban; nilai yang ditunjukan dalam perunit
perubahan langkah. Bergantung pada banyak factor. Ini temasuk selain dari tipe
pabrik, control tanaman dan model operasi ( seperti tindak lanjut boiler dan
turbin), dan titik operasi (seperti titik katup, batas beban).
Sistem tenaga yang terpisah, pemeliharaan tenaga yang dapat ditukar ulang
bukan merupakan isu. Olenya, fungsi AGC adalah untuk memulihkan frekwensi
dari nilai nominal khusus. Ini dibarengi dengan menambah reset atau control
integral yang bergerak pada rancangan referensi beban dari pengatur unit pada
AGC sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.22. kasi control integral memastikan
kesalahan frekwens zero pada keadaan yang siap.
35
Aksi control generasi suplementer adalah lebih lambat daripada aksi
control kecepatan utama. Ketika ini memiliki efek setelah control ekcepatan utama
( yang berfungsi pada semua unit dalam regulasi) telah menstabilkan frekwensi
system. Olehnya AGC menyesuaikan rancangan referensi beban daru unit yang
dipilih dan darisini tenaga output, untuk menolak efek dari karateristik regulasi
frekwensi dari system tenaga. Dalam melakukan hal itu, ini memulihkan penghasil
dari smeua unit lainnya yang bukan pada AGC pada nilai yang dijadwalkan.
36
Gambar 2.23 (b) menunjukan equivalens dari system tersebut dengan tiap
daerah yang direpresentasikan melalui sumber voltase disamping reactant yang
equivalen ketika dipandang dari bus yang terikat. Tenaga mengalir pada jalur tali
dari daerah 1 sampai daerah 2 adalah
37
(c) Diagram blok
Representasi diagram blok dari system ditunjukan pada gambar 2.23 (c)
dengan tiap daerah direpresentasikan oleh inertia equivalen M, konstan damping
beban D, turbin, dan system pengaturan dengan droop R kecepatan yang efektif.
Garis tali direpresentasikan dengan koofesien syncronis T, A positif ΔP12
merepresentasikan peningkatan pada transfer tenaga dari daerah 1 sampai daerah
2. Efeknya adalah equivalen pada peningkatan beban daerah 1 dan tanda-tanda
positif untuk daerah 2.
Deviasi frekwensi keadaan yang siap (f-f0) adalah sama untuk dua daerah.
Untuk total perubahan beban dari ΔPL
38
(11)
(12)
(.13)
(14)
(15)
(16)
Dan
(17)
(18)
39
Dan
(19)
Sama dengan perubahan pada daerah beban 2 dengan ΔP12, kami memiliki
(20)
40
(21)
2.4.2 Governor
Turbine governor atau yang lebih dikenal dengan governor adalah istilah
yang umum dipakai dalam dunia electromechanical energy conversion. Istilah ini
dipakai dalam Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan lain sebagainya.
Definisi yang lazim dari governor adalah suatu peralatan yang berfungsi
mengontrol kecepatan (speed) dan daya keluaran (power) berdasarkan karakteristik
power-frequency. Untuk memahami istilah ini dengan lebih mendalam, kita harus
masuk terlebih dahulu kepada sistem pembangkita tenaga listrik.
41
Untuk memahami istilah governor, maka kita akan fokus ke dalam
pembangkit tipe konvensional, yang diagramnya disajikan dalam Gambar 1. Energi
listrik yang dibangkitkan oleh generator sinkron (synchronous generator) berasal
dari energi yang dihasilkan oleh putaran poros turbin. Energi untuk memutar turbin
tersebut berasal dari fluida yang digunakan. Misalkan, PLTU menggunakan fluida
uap air, PLTA menggunakan fluida air, dan PLTG menggunakan fluida gas. Untuk
mengontrol jumlah energi yang dihasilkan generator, maka jumlah fluida yang
memasuki turbin haruslah dikontrol. Banyak sedikitnya fluida yang masuk,
tergantung pada bukaan katup (valve), dimana valve ini dikontrol oleh governor.
Untuk menentukan besarnya bukaan valve, maka governor akan mendapat sinyal
masukan berupa daya setting (Preff), daya aktual keluaran generator (P), frekuensi
(f), atau putaran turbin (𝜔).
42
Gambar 2.1 Diagram Sederhana Sistem Pembangkitan
𝑃 = 𝜔𝑇𝑎
Beban pada system tenaga listrik merupakan gabungan dari peralatan fisik
yang dipasang pada system. Untuk beban resistif (beban lampu dan pemanas), daya
listrik terbebas dari variable frekuensi. Dalam kasus beban motor (pompan dan fan),
daya listrik sangat bergantung pada frekuensi. Secara keseluruhan variable
frekuensi pada sebuah beban gabungan dinyatakan sebagau berikut:
43
katup pada turbin uap atau turbin hidrolik. Karena aksi penalaan ulang dari
pengontrol integral ini, ∆𝑌 akan mencapai kondisi mantap yang baru pada saat
error kecepatan ∆𝜔 sama dengan nol (Robandi, Modern Power System Control,
2009).
Sebuah setting governor akan bekerja dengan baik jika diterapkan pada
sebuah generator yang menyuplai suatu beban yang terisolasi atau hanya satu
generator dalam sebuah system multi-generator yang diperlukan untuk merespon
perubahan beban. Setting sebuah governor tidak berlaku jika terdapat dua atau lebih
unit yang dihubungkan pada system yang sama, karena pada kondisi ini setiap
generator harus mempunyai setting kecepatan yang sama. Jika setting governor
memiliki harga yang berbeda-beda maka governr akan saling berbenturan, Karen
setiap ffrekuensi system dikontrol dengan setting masing-masing. Untuk bagian
beban yang stabil antara dua atau lebih unit yang beroperasi secara parallel,
governor dilengkapi denga suatu karakteristik sehingga kecepatanya akan turun
ketika beban ditingkatkan.
44
Gambar 2.3 Performansi pembangkitan dan Generator
Terdapat dua mode atau jenis pengoperasian Governor yakni:
45
Gambar 2.4 Respon Isochronous Governor
46
Gambar 2.5 Respon Speed-droop characteristic governor
47
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:
1. sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu pembangkit tenaga
listrik, penyaluran tenaga listrik, dan distribusi tenaga listrik. Ketiga bagian ini
tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu sistem yang kompleks yang
bekerja untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban.
2. Penagturan frekuensi dapat dilakukan dengan system control dengan cara
mengatur besarnya daya aktif, load shedding dan pengalihan daya pada saluran.
3. LFC merupakan suatu komponen yang berfungsi mengatur frekuensi agar brada
pada kisaran yang diinginkan dan untuk mengatur paertukaran daya antar-area
melalui pengaturan daya output dari generator. Sedangkan Governor berfungsi
untuk mengatur bukaan tutup katup pada steam dan hidro turbin dengan
koordinasi dari LFC.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam pengaturan frekuensi sistem tenaga listrik, memperhatikan
jumlah beban dalam suatu area tertentu yang dianggap dapat menyebabkan
terjadinya perubahan frekuensi signifikan. Tentunya dilakukan pemeriksaan dan
pengawasan secara lebih teliti terhadap seluruh komponen jaringan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Isahafidz. (2018, Maret 6). Kestabilan Transient (1). Retrieved from hutut92:
https://huthut92.wordpress.com/2016/06/12/kestabilan-transient/
Kundur, P. (1993). Power System Stability and Control. California, USA: McGraw-
Hill, Inc.
49