MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Pada Matakuliah Analisis Sistem Tenaga Listrik
oleh:
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah ﷻ,
berkat rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Analisisa perbaikan tegangan sistem tenaga listrik menggunakan
SVC”. Solawat beriringan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad ﷺ. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada Mata Kuliah
Analisis Sistem Tenaga Listrik di Jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Banyak sekali pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, baik secara
moril maupun materiel. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah ﷻ, berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan
kesehatan pada penulis hingga pembuatan makalah ini selesai.
2. Orang tua, yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, dan perhatian moril maupun
materil.
3. Zulfatri Aini S.T, M.T, selaku Dosen pengampu pada mata kuliah Analisis Sistem Tenaga
Listrik.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan serta
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik maupun saran dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga laporan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
3
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem transmisi tenaga listrik merupakan bagian penting dalam penyaluran tenaga
listrik dari pembangkit sampai ke saluran distribusi. Oleh sebab itu keandalan sebuah sistem
transmisi sangat perlu ditingkatkan. Salah satu permasalahan pada sistem transmisi adalah
stabilitas tegangan. Masalah stabilitas tegangan ini akan berdampak pada kualitas daya pada
sistem tenaga listrik.
Stabilitas tegangan pada saluran transmisi dapat dikendalikan dengan berbagai cara
antara lain adalah pemasangan reactor, Phase Shifting Transformer (PST), dan peralatan
Flexible AC Transmission Systems (FACTS). Ketiga peralatan tersebut bekerja dengan cara
menginjeksikan ataupun menyerap daya reaktif dari sistem. Pemasangan reactor pada saluran
transmisi merupakan solusi yang sudah lama diterapkan, hal ini dikarenakan reactor merupakan
solusi yang paling ekonomis. Solusi lain yang juga sudah lama diaplikasikan adalah
pemasangan PST yang biasa dipasang di saluran transmisi yang bekerja dengan cara mengatur
tegangan di sisi penerima dan pengirim [1]. Pemanfaatan reactor dan PST memiliki kelemahan
yaitu sistem kendali yang masih manual yang tidak cukup cepat dalam merespon perubahan
yang terjadi sehingga akan menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan untuk sistem
yang dinamis. Solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan dari reactor dan
PST yaitu dengan pemasangan peralatan FACTS.
Peralatan FACTS merupakan peralatan yang terdiri dari komponen elektronika daya
dan komponen statis yang berfungsi untuk mengendalikan parameter pada sistem transmisi AC
untuk meningkatkan kualitas daya pada sistem tenaga listrik. Perkembangan penelitian dan
teknologi telah menghasilkan berbagai macam peralatan FACTS yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi permasalahan pada sistem transmisi AC. Berbagai macam peralatan FACTS
dan kompensator konvensional [1]
4
Adapun contoh peralatan FACTS yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok
thyristor valve dan voltage source converter. Pada penelitian ini berjudul “Analisisa perbaikan
tegangan sistem tenaga listrik menggunakan SVC”, pada penelitian ini dilakukan analisa
perbaikan tegangan dengan menggunakan salah satu peralatan Flexible AC Transmission
Systems (FACTS), yaitu Static Var Compensators (SVC). Penelitian ini di lakukan pada sistem
transmisi tenaga listrik pada Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru, untuk mengetahui kondisi
sistem transmisi disana dan di pasang 2 kondisi disana yaitu dengan memakai SVC dan tidak
menggunakan SVC, simulasi tersebut menggunakan software ETAP 12.6 untuk mengetahui
kondisi disana.
1.3 Tujuan
a Memahami apa yang dimaksud sistem transmisi tenaga listrik
b Memahami apa yang di maksud dengan SVC
c Memahami bagaimana pengaruh pemasangan svc terhadap sistem transmisi tenaga
listrik dengan menggunakan software etap.
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian Terkait
Pada penelitian berikutnya yang berjudul “Penempatan SVC (Static Var Compensators)
Pada Jaringan Distribusi dengan Etap 7.5.0”. Pada penelitian ini dilakukan analisis penempatan
SVC (Static Var Compensator) untuk mengurangi rugi-rugi daya pada jaringan distribusi 20 kV
Rayon Bangkinang Wilayah Salo. Penelitian yang dilakukan menggunakan Etap 7.5.0 yang
berbasis Grafik User Intervace (GUI) yang memudahkan untuk menganalisis aliran daya listrik
dan memiliki komponen yang mirip dengan sebenarnya. Adapun metode yang digunakan untuk
studi aliran daya adalah Metode Newton Raphson. Dari hasil simulasi penempatan SVC (Static
Var Compensator) pada bus yang mengalami penurunan tegangan didapatkan 3 buah SVC
(Static Var Compensator) dengan rating yang baik untuk meningkatkan tegangan pada sistem
yaitu pada bus 217 dengan rating 19.35 Mvar, pada bus 283 dengan rating 0.49 Mvar dan pada
bus 303 dengan rating 0.28 Mvar[2]
Pada penelitian berikutnya yang berjudul “Optimasi Rating SVC dan TCSC Untuk
Mengurangi Rugi-rugi Daya Pada Sistem 500 kV Jamali Menggunakan Metode Particle Swarm
Optimization (PSO)”. Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk menerapkan peralatan
FACTS dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan sistem tenaga listrik antara lain
tentang optimasi penempatan peralatan FACTS dengan metode Breeder Algoritma Genetika
pada sistem transmisi untuk mengurangi rugi-rugi daya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
nilai parameter PSO yang tepat dalam penyelesaian optimasi rating SVC-TCSC pada Sistem
Tenaga Listrik 500 kV JAMALI adalah ukuran swarm lebih dari 50, learning rates dengan
kombinasi angka C1 dan C2 sama besar yaitu 2. Nilai parameter fungsi tujuan adalah rating
SVC sebesar -200 Mvar dan rating TCSC sebesar 0.2 pu. Dengan metode particle swarm
optimization, nilai rating optimal SVC adalah pada bus 13 dengan rating -200 Mvar dan bus 20
dengan rating -200 Mvar, sedangkan nilai ratingTCSC adalah pada saluran 17 dengan rating
0,0976 pu dan pada saluran 27 dengan rating 0,0620 pu sehingga diperoleh kenaikan tegangan
tiap bus, dengan tegangan minimal setelah dipasang SVC-TCSC adalah 0,9500 pu yang mana
telah sesuai dengan standar acuan SPLN 1 tahun 1995. Penempatan SVC pada lokasi bus dan
TCSC pada lokasi saluran dapat menurunkan rugi daya total sistem dari 136,545 MW menjadi
128,6324 MW dan rugi daya reaktif dari 1.223,011 MVAR menjadi 979.2013 MVAR [3]
6
Pada penelitian ini berjudul “Analisisa perbaikan tegangan sistem tenaga listrik
menggunakan SVC”, pada penelitian ini dilakukan analisa perbaikan tegangan dengan
menggunakan salah satu peralatan Flexible AC Transmission Systems (FACTS), yaitu Static
Var Compensators (SVC). Penelitian ini di lakukan pada sistem transmisi tenaga listrik pada
Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru, untuk mengetahui kondisi sistem transmisi disana dan di
pasang 2 kondisi disana yaitu dengan memakai SVC dan tidak menggunakan SVC, simulasi
tersebut menggunakan software ETAP 12.6 untuk mengetahui kondisi disana.
Pada gambar diatas adalah sistem tenaga listrik yang bewarna biru adalah
sistem transmisi. Listrik ditransmisikan pada tegangan tinggi (115 kV ke atas) untuk
7
mengurangi hilangnya listrik pada saat dihantarkan dalam jarak yang jauh. Listrik
biasanya ditransmisikan melalui saluran listrik udara, karena transmisi listrik
melalui bawah tanah membutuhkan biaya pemasangan yang lebih besar dan banyak
batasan dalam operasionalnya, walaupun biaya perawatannya lebih rendah. Transmisi
listrik bawah tanah biasanya digunakan di kawasan urban dan di kawasan dengan
lingkungan yang sensitif. Kurangnya fasilitas penyimpanan tenaga listrik dalam sistem
transmisi menyebabkan tenaga listrik harus dibangkitkan pada jumlah yang sama
dengan jumlah kebutuhan pada saat itu. Sebuah sistem kendali yang canggih pun
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pembangkitan listrik menyamai jumlah listrik
yang dibutuhkan pengguna. Jika jumlah kebutuhan pengguna lebih besar dari jumlah
listrik yang dapat dibangkitkan, maka ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan
pembangkit dan peralatan transmisi untuk melepaskan diri dari sistem kelistrikan secara
otomatis, guna mencegah kerusakan. Pada kasus terburuk, lepasnya pembangkit dan
peralatan transmisi dari sistem ini dapat menyebabkan serangkaian pemadaman
listrik pada wilayah yang cukup luas. Contoh dari hal ini adalah Mati listrik Jawa Bali
2005 dan Mati listrik Jawa 2019. Untuk mencegah hal ini, jaringan transmisi listrik
biasanya terinterkoneksi ke jaringan transmisi lain di dekatnya, atau bahkan ke jaringan
transmisi di negara lain, dengan menyediakan redundansi ganda, rute alternatif untuk
menghantarkan listrik apabila terjadi pemadaman secara tiba-tiba. Perusahaan pengelola
transmisi biasanya akan menentukan kapasitas handal maksimum dari tiap jalur
transmisi (biasanya kurang dari kapasitas maksimum aktual) untuk memastikan adanya
kapasitas cadangan yang dapat dipakai apabila terjadi kegagalan di jalur transmisi lain.
8
Pada umumnya karakteristik saluran menengah ini tidak berbeda jauh dengan
karakteristik pada saluran pendek. Efek kapasitansi pada saluran jenis ini harus
diperhitungkan.
3. Saluran Panjang ( lebih dari 240 km)
Untuk menganalisis saluran panjang diperlikan suatu ketelitian yang lebih
baik. Harus diperhatikan bahwa parameter rangkaian sebenarnya tidak terpusat menjadi
satu, melainkan tersebar secara merata di seluruh panjang saluran.
9
2.2.3 Daya listrik
Daya listrik yaitu jumlah energi yang dihasilkan pada sebuah rangkaian. Sumber
energi seperti tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik, sedangkan beban yang
terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Sistem tenaga listrik dibagi menjadi
3 daya listrik yang saling berhubungan dan di pengaruhi oleh faktor kerja (cos 𝝷) yaitu :
1. Daya Aktif (P)
Daya aktif adalah daya utama yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya.Daya
aktif dapat di tunjukan dengan adanya aliran energi listrik dari pembangkit ke jaringan beban.
Daya aktif digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi lain seperti cahaya, gerak
maupun bunyi.Daya aktif merupakan daya yang mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada
aliran balik ke arah pembangkit.Daya aktif merupakan daya yang di serap oleh daya
resistif.Satuan daya aktif sendiri ialah W (watt)
2. Daya Semu (S)
Daya semu adalah suatu energi yang melewati saluran transmisi atau distribusi.Daya
semu dihasilkan oleh perkalian antara tegangan efektif (RMS). Tegangan RMS (root, mean,
square) adalah nilai dari tegangan listrik AC (alternating current) yang sama hasilnya dengan
daya listrik DC (direct current) pada suatu beban resistif yang sama.Ketika beban listrik yang
di gunakan bersifat resistif maka nilai daya semu (S) sama dengan nilainya dengan daya aktif
(P). Ketika beban memiliki sifat induktif atau kapasitif, maka nilai dari daya nyata akan
menjadi cos𝜃 dari daya total [3].
3. Daya reaktif (Q)
Daya reaktif adalah daya imajiner yang dapat di tunjukkan dengan adanya geseran
grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC (alternating current)yang diakibatkan oleh beban
reaktif. Daya reaktif merupakan daya yang diserap oleh beban-beban induktif, namun daya
tersebut dihasilkan oleh beban kapsitif. Satuan untuk daya reaktif adalah VAR (volt ampere
reaktif). Fungsi dari daya reaktif yaitu untuk membangkitkan medan magnet pada kumparan
primer yang berakibatkan medan magnet menginduksikan kumparan sekunder.
Proses penyaluran tenaga listrik dalam saluran transmisi dan distribusi terdapat daya
listrik yang hilang, hilangnya daya listrik disebut dengan rugi-rugi atau losses. Dalam kata lain,
rugi-rugi daya adalah selisih antara daya kirim dan daya terima atau disebut Susut Daya Pada
Jaringan. Kemudian untuk Faktor daya yang biasanya di lambangkan dengan cos 𝜃
didefinisikan sebagai perbandingan antara daya aktif dan daya semu. Daya reaktif yang tinggi
10
akan mengakibatkan meningkatnya sudut dan dari hasil tersebut faktor daya menjadi lebih
rendah. Faktor daya di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Faktor daya unity : posisi arus listrik yang mengalir satu fasa dengan tegangan.
b. Faktor daya leading : posisi dimana fasa drop tegangan pada beban mendahului
tegangan sumbernya.
c. Faktor daya lagging : posisi fasa arus listrik tertinggal dengan tegangan sumbernya.
Dimana :
11
Jika tegangan sistem rendah maka SVC akan menginjeksikan daya reaktif (kapasitif) dan
sebaliknya jika tegangan sistem tinggi maka SVC akan menyerap daya reaktif (induktif).
Berikut ini beberapa keuntungan penggunaan SVC antara lain; menjaga stabilitas tegangan
sistem, mengurangi rugi-rugi transmisi, dan meningkatkan kapasitas transmisi penyaluran
daya listrik.
Penggunaan SVC terutama ditujukan untuk memberikan respon yang cepat terhadap
perubahan beban sehingga dapat meningkatkan faktor daya dan menjaga kestabilan tegangan di
sisi sumber kapanpun dibutuhkan. Oleh sebab itu lokasi pemasangan SVC sangat penting
diperhatikan agar dapat bekerja secara efektif. Idealnya SVC dipasang di titik tengah saluran
transmisi, seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Dimana:
ISVC = arus SVC
BSVC = suseptansi SVC
VSVC = tegangan SVC
12
2.5 ETAP 12.6.0
ETAP merupakan (electric transient and analysis program) merupakan suatu aplikasi
yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan offline
maupun dalam keadaan online, yang dapat digunakan untuk menghitung aliran daya pada
sistem tenaga listrik. Dengan menggunakan aplikasi ini dapat dihitung dan menganalisa sistem
tenaga listrik secara lebih luas.
Dalam penggunaan aplikasi ini mampu mengelola secara offline untuk
mensimulasikan tenaga listrik dan dalam keadaan online untuk pengelolaan data dan kendali
sistem secara real time. Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur
yang digunakan untuk analisa pembangkit listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi
tenaga listrik. Analisa tenaga listrik di dalam ETAP dapat dilakukan antara lain:
1. Analisa aliran daya
2. Analisa hubung singkat
3. Arc Flash Analysis
4. Analisa kestabilan transien.
2.6 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang diambil yaitu di PT.PLN (Persero) Gardu Induk Teluk
Lembu. Dalam pengolahan data dilakukan beberapa tahap yaitu pengambilan data, membuat
diagram segaris, memasukkan parameter kelistrikan kedalam tampilan perangkat editor ETAP
12.6, lalu disimulasikan dengan 2 konsis yaitu dengan memakai SVC dan tanpa menggunakan
SVC.
Pada penelitian ini penulis juga membuat saluran transmisi sederhana dengan
mengkondisikan adanya rugi rugi daya pada sistem transmisi tersebut, lalu dikondisikan juga
dengan 2 kondisi yaitu dengan menggunakan SVC dan Tanpa SVC.
13
2.7 Single Line Diagram Sistem Transmisi Pada Gardu Induk Garuda Sakti
Pekanbaru
Pada simulasi Etap 12.6 ini menggunakan data dan single line diagram dari
duplicate dari Nofrialdi Rafli tahun 2017. Tentang Studi Pelepasan Beban Menggukanan
Under Frekuensi Relay pada Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru.
2.7.1 Single line diagram tanpa SVC pada gardu induk garuda sakti
Terlihat pada rangkaian diatas bahwa pada bus pertama kualitas daya masih 94.15
%. Kemudian pada bus kedua dan seterusnya kualitas daya menurun namun tidak
signifikan, karena panjang saluran yang tidak terlalu panjang. Maka dapat kita lihat pada
saluran transmisi pada gardu induk garuda sakti berjalan dengan sangat baik, karena diatas
90 %.
14
2.7.2 Single line diagram menggunakan SVC pada gardu garuda sakti
Pada single line diagram menggunakan SVC pada gardu induk garuda sakti
menunjukan tidak ada perubahan kualitas daya, karena penggunaan SVC seharusnya pada
bus yang mengalami gangguan kualitas daya kurang dari 90 %, sedangkan saluran
transmisi pada gardu induk garuda sakti memiliki kualitas daya diatas 90 %.
15
2.8 Single Line Diagram Sistem Transmisi Sederhana
Pada bagian ini dilakukan Simulasi untuk melihat pengaruh pemasangan SVC
pada sebuah rangkaian Single Line Diagram yang kami rancang sendiri. Simulasi
dilakukan dua tahap, yang pertama dilakukan simulasi untuk melihat aliran daya dan profil
tegangan sistem sebelum pemasangan SVC, dan yang kedua simulasi setelah pemasangan
SVC. Berikut adalah rangkaiannya.
16
2.8.1 Profil Tegangan sebelum menggunakan ETAP
Terlihat pada rangkaian diatas bahwa pada bus pertama kualitas daya masih 100%.
Kemudian pada bus kedua dan seterusnya kualitas daya terus menurun seiring dengan
panjang nya rangkaian dan bertambahnya beban. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya
nilai impedansi pada tiap bus sehingga kualitas daya terus menurun.
17
2.8.2 Profil Tegangan setelah dihubungkan dengan SVC
Terlihat pada gambar rangkaian diatas bahwa SVC dapat menambah kualitas daya dari
pada masing masing bus.
18
2.8.3 Setting SVC
Nilai Setting daya reaktif pada rangkaian SVC adalah sebagai berikut
Terlihat pada tabel perbandingan tersebut bahwa pemasangan SVC juga berpengaruh pada
kualitas daya di masing – masing bus.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa pemasangan SVC pada
sistem saluran transmisi di gardu induk garuda sakti, tidak menambah persentasi
kualitas daya disana karena kualitas daya disana sebelum pemasangan SVC sudah
menunjukan kualitas daya yang baik.
2. Berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa pemasangan SVC pada
sistem transmisi yang kami buat rangkaian sendiri dapat meningkatkan tegangan
sistem pada Bus 1,2,3,4 dengan besar presentase tegangan 100%, 99.56%,
91.27%, 89.28% menjadi 100%, 99.74%, 91.68%, 90.92%. SVC di letakkan pada
Bus yang memeiliki tegangan sistem terendah, Pada simulasi SVC di letakkan
pada Bus 4 karena memiliki teganagn sistem terendah. Namun SVC tidak hanya
meningkatkan tegangan pada Bus 4 saja tetapi juga berpengaruh meningkatkan
tegangan pada Bus lainnya. Sehingga terbukti bahwa SVC berpengaruh dalam
memperbaiki profil tegangan pada saluran transmisi.
3. Penggunaan SVC Idealnya dipasang di titik tengah saluran transmisi.
4. Penggunaan SVC sebaiknya digunakan pada bus yang mengalami penurunan
kualitas daya yang sangat besar, yang disebabkan oleh rugi-rugi daya karena
panjang saluran yang sangat panjang.
3.2 SARAN
1. Perlunya kajian mengenai lokasi penempatan SVC agar bekerja lebih maksimal
2. Perlunya penyetingan daya reaktif pada SVC yang disesuaikan dengan impedansi
pada rangkaian agar SVC dapat bekerja
20
DAFTAR PUSTAKA
[1] S. Yana, Z. Pane, and S. L. Panggabean, “Pengaruh Pemasangan Static Var
Compensator pada Sistem Transmisi Tenaga Listrik (Studi Kasus: Sistem Transmisi
Tenaga Listrik 150 Kv Sumbagut),” J. Nas. Tek. Elektro, vol. 5, no. 1, p. 80, 2016.
[2] P. Jaringan and D. Dengan, “Penempatan Svc ( Static Var Compensator ),” vol. 12,
no. 1, pp. 1–8, 2014.
[3] F. Prasetiawati and S. Handoko, “OPTIMASI RATING SVC DAN TCSC UNTUK
MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA PADA SISTEM 500 kV JAMALI
MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO),”
vol. 16, no. 4, pp. 182–188, 2014.
21