Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PARAMETER DAN VARIABEL SALURAN TARANSMISI


(dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Transmisi dan Distribusi)

Dibuat oleh:
Moh.Indra Kusuma (NIM: 20150120131)
M.Fazlurrahman (NIM: 20150120132)
Arief Rahman Hidayat (NIM: 20150120135)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
-Nya, sehingga makalah saluran transmisi dan distribusi ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Ramadhoni Syahputra sebagai Dosen
mata kuliah Transmisi dan Distribusi, dan seluruh teman - teman Jurusan Teknik Elektro
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi materi
maupun bahasanya, untuk itu kami megharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
pada makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 11 Mei 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2


BAB I.......................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................ 5
A. Pengertian Parameter dan Variabel Saluran Transmisi .................................................. 5
B. Macam-macam Parameter dan Variabel Saluran Transmisi .......................................... 5
1. Resistansi .................................................................................................................... 5
2. Induktansi ................................................................................................................... 6
3. Kapasitansi .................................................................................................................. 9
4. Konduktansi .............................................................................................................. 12
BAB III ..................................................................................................................................... 13
A. Pengaruh Parameter dan Variabel Saluran Transmisi .................................................. 13
1. Saluran Transmisi Jarak Pendek ............................................................................... 13
2. Saluran Transmisi Jarak Menengah .......................................................................... 14
3. Saluran Tranmsis Jarak Jauh .................................................................................... 15
BAB V ...................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari tempat-tempat dimana
tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang dibangkitkan disalurkan melaui
penghantar-penghantar dari pusat pembangkit tenaga listrik ke pusat-pusat beban, baik
langsung maupun melalui saluran penghubung, yaitu GI.
Saluran transimi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : saluran udara (overhead
line) dan saluran bawah tanah (underground). Sistem saluran udara menyalurkan tenaga
listrik melalui penghantar-penghantar yang digantung pada tiang-tiang transmisi dengan
perantaraan isolator-isolator, sedangkan sistem saluran bawah tanah meyalurkan tenaga
listrik melalui kabel-kabel bawah tanah. Saluran tranmisi juga mempunyai parameter yang
mempengaruhi sistem kerja saluran itu sendiri.
Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal. Berdasarkan
dokumen IEC (International Electrotechnical Commission) 60038, tegangan transmisi dapat
dikelompokkan menjadi : tegangan menengah (1kV- 35kV), tegangan tinggi (35kV – 230
kV) dan tegangan ekstra tinggi (230kV – 800kV) dan tegangan ultra tinggi (di atas 800kV).
Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu sistem arus bolak-balik (A.C./alternating current) dan sistem arus searah
(D.C./direct current). Di dalam sistem A.C. penaikan dan penurunan tegangan mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan transforma- tor. Pada sistem ini terdapat A.C. satu
fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu
fasa karena daya yang disalurkan lebih besar, nilai sesaatnya konstan dan medan magnet
putarnya mudah diabaikan. Berhubungan dengan keuntungan-keuntugannya, sistem A.C.
paling banyak digunakan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus seaorah
mulai dikembangkan karena, isolasinya lebih sederhana, daya-guna yang tinggi serta tidak
ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Penyaluran tenaga
listrik dengan sistem D.C. baru dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih dari 640
km atau saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengetian dari parameter dan variabel saluran transmisi?
2. Sebutkan macam-macam parameter dan variabel saluran transmisi?
3. Bagimana pengaruh parameter dan variable saluran transmisi terhadap saluran itu
sendiri??

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari parameter dan variable saluran transmisi.
2. Untuk menjelaskan macam-macam parameter dan variable saluran transmisi.
3. Untuk menejelaskan pengaruh parameter dan variable saluran transmisi terhadap saluran
itu sendiri.

D. Manfaat
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertia dari parameter dan variable saluran transmisi.
2. Dapat mengetahui macam-macam parameter dan variable saluran transmisi.
3. Dapt mengetahui pengaruh parameter dan variable saluran transmis terhadap saluran itu
sendiri

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Parameter dan Variabel Saluran Transmisi


Parameter dan variable saluran transmisi adalah alat ukur atau patokan yang
mempengaruhi sistem kerja saluran transmisi dan memiliki nilai yang bervariasi atau
berbeda-beda. Saluran transmisi listrik mempunyai empat parameter yang mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga listrik, yaitu
resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi. Parameter-parameter ini merupakan
salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan saluran transmisi. Impedansi seri
dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang terbagi rata disepanjang saluran. Sedangkan
konduktansi dan kapasitansi yang terdapat diantara penghantar-penghantar dari suatu saluran
fasa-tunggal atau di antara sebuah penghantar dan netral dari suatu saluran tiga-fasa
membentuk admitansi paralel. Dalam perhitungan, rangkaian saluran ekivalen yang dibentuk
dari parameter-parameter dijadikan satu meskipun resistansi, induktansi dan kapasitansi
tersebut terbagi merata di sepanjang saluran.
B. Macam-macam Parameter dan Variabel Saluran Transmisi
1. Resistansi
Resistansi efektif ( R ) dari suatu penghantar adalah kemampuan suatu kabel saluran
transmisi untuk menghambat aliran arus listrik, resistansi ini merupakan penyebab
terpenting dari rugi daya pada sluran transmisi.

P
R  2
()

I
dimana P = rugi daya pada penghantar (Watt)
I = arus yang mengalir (Ampere)
Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat distribusi arus
yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi arus yang merata di seluruh
penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus searah, sedangkan tidak pada arus
bolak-balik (ac).

5
Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus makin tidak
merata (nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga mengakibatkan tidak meratanya
kerapatan arus (current density), disebut juga efek kulit (skin effect).
Untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar ada kemungkinan terjadi kerapatan
arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik-tengah penampang penghantar. Fluks
bolak-balik mengimbaskan tegangan yang lebih tinggi pada serat-serat di bagian dalam
daripada di sekitar permukaan penghantar, karena fluks yang meliputi serat dekat
permukaan penghantar lebih sedikit daripada fluks yang meliputi serat di bagian dalam
penghantar. Berdasarkan hukum Lenz, tegangan yang diimbaskan akan melawan
perubahan arus yang menyebabkannya, dan meningkatnya tegangan imbas pada serat-
serat di bagiann dalam menyebabkan meningkatnya kerapatan arus pada serat-serat yang
lebih dekat ke permukaan penghantar dan karena itu resistansi efektifnya meningkat.
Sehingga dapat dikatakan pada arus bolak-balik arus cenderung mengalir melalui
permukaan penghantar.
Perhitungan resistansi total suatu saluran transmisi ditentukan oleh jenis penghantar
pabrikan, biasanya pabrikan akan memberikan tabel karakteristik listrik dari penghantar
yang dibuatnya, termasuk diantaranya nilai resistansi ac penghantar dalam satuan Ω/km
(Standar Internasional) atau Ω/mi (American Standart).
Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh suhu, ditunjukkan oleh persamaan berikut.

R2 R1[1 (T2 T1)]

Dimana R1 dan R2 adalah resistansi pada suhu T1 dan T2 dan α adalah koefisiensi suhu
dari yang nilainya terantung dari bahan konduktornya.
2. Induktansi
Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang diimbaskan
oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus. Persamaan awal yang dapat
menjelaskan induktansi adalah menghubungkan tegangan imbas dengan kecepatan
perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian.

Dimana : e = tegangan imbas (volt)


π = banyaknya fluks gandeng rangkaian (weber-turns)

6
Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber dari fluks dan
jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya.
Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang ditimbulkannya akan
turut berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di mana medan magnet ditimbulkan
mempunyai permeabilitas yang konstan, banyaknya fluks gandeng berbanding lurus
dengan arus, dan karena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan
arus

Dimana L = konstanta kesebandingan

= induktansi (H)

di
= kecepatan perubahan arus (A/s)
dt

Dari Persamaan diatas maka didapat persamaan umum induktansi saluran dalam
satuan Henry, yaitu

Dengan i adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam satuan

ampere (A).

Induktansi timbal-balik antara dua rangkaian didefenisikan sebagai fluks


gandeng pada rangkaian pertama yang disebabkan oleh arus pada rangkaian kedua per
ampere arus yang mengalir di rangkaian kedua. Jika arus I2 menghasilkan fluks
gandeng dengan rangkaian 1 sebanyak 12 , maka induktansi timbalnya.

7
12
(H )
M 12 
I2

Dimana: Ѱ1 = fluks gandeng yang dihasilkan I2 terhadap rangkaian 1 (Wbt)


I 1 = arus yang mengalir pada rangkaian kedua.

Pada saluran tiga fasa induktansi rata-rata satu penghantar pada suatu saluran
ditentukan dengan persamaan

dengan dan Ds adalah GMR penghantar tunggal dan adalah GMR


penghantar berkas. Nilai b akan berubah sesuai dengan jumlah lilitan dalam suatu berkas.

Untuk suatu berkas dua-lilitan

Dsb c 4 (r d )2  r d

Untuk suatu berkas tiga-lilitan

Untuk suatu berkas empat-lilitan

Persamaan di atas merupakan persamaan untuk saluran yang telah ditransposisikan,


yaitu suatu metode pengembalian keseimbangan ketiga fasa dengan mempertukarkan
posisi-posisi penghantar pada selang jarak yang teratur di sepanjang saluran sedemikian
rupa sehingga setiap penghantar akan menduduki posisi semula penghantar yang lain pada
suatu jarak yang sama.

8
Posisi 1 a c b

D12

D31 b a c
Posisi 2

D23

c b a

Gambar 1.1

Persamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan jarak
pemisah tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa-fasanya adalah kecil saja
sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi.

3. Kapasitansi
Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar,
baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah. Kapasitansi
menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi pada pelat kapasitor
bila terjadi beda potensial di antaranya. Untuk menentukan nilai kapasitansi antara
penghantar-penghantar ditentukan dengan persamaan

Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan tengah
yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan kapasitansi ke
tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial
antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan kawat
adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar

9
Dimana : Cab = kapasitansi antara penghantar a-b (F/m)

Can = kapasitansi antara penghantar-tanah (F/m)

k = permeabilitan bahan dielektrik

D = jarak antara penghantar (m)

r = jari-jari antara penghantar (m)

Persamaan juga dapat digunakan untuk menentukakan kapasitansi saluran tiga-fasa


dengan jarak pemisah yang sama. Jika penghantar pada saluran tiga-fasa tidak terpisah
dengan jarak yang sama, kapasitansi masing-masing fasa ke netral tidak sama. Namun
untuk susunan penghantar yang biasa, ketidaksimetrisan saluran yang tidak
ditrasnposisikan adalah sangat kecil, sehingga perhitungan kapasitansi dapat dilakukakan
seakan-akan semua saluran itu ditransposisikan. Untuk saluran tiga fasa yang
ditransposisikan, nilai kapasitansi fasa ke netral ditentukan dengan persamaan.

2k (F / m) untuk penghantar tunggal,


Cn  Deq )
ln(
r

2k
Cn  (F / m) untuk penghantar berkas.
Deq
ln( b )
Ds c

Dengan Deq adalah GMR penghantar, r adalah jari-jari penghantar dan Dbc
Dengan
adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dbc akan berubah sesuai dengan jumlah lilitan
dalam suatu berkas.

10
Untuk suatu berkas dua-lilitan

Dsb c 4 (r d )2  r d



Untuk suatu
Untuksuatu berkas tiga-lilitan
suatuberkas
berkas tiga-lilitan
Untuk tiga-lilitan

Dsb c 9 (r d d )3 3 rd 2

Untuk
suatu suatu
berkasberkas empat-lilitan
empat-lilitan

Dsb c 16 (r d d d 2 )42

Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah perlu menggunakan metode


muatan bayangan. Pada metode ini bumi dapat diumpamakan dengan suatu penghantar
khayal yang bermuatan di bawah permukaan bumi pada jarak yang sama dengan
penghantar asli di atas bumi. Penghantar semacam itu mempunyai muatan yang sama
tetapi berlawanan tanda dengan penghantar aslinya dan disebut penghantar bayangan.
Jika ditempatkan satu penghantar bayangan untuk setiap penghantar atas-tiang, fluks
antara penghantar asli dengan bayangannya adalah tegak lurus pada bidang yang
menggantikan bumi, dan bidang itu adalah suatu permukaan ekipotensial. Fluks di atas
bidang Persamaan
itu adalah untuk
sama menentukan
seperti bilakapasitansi
bumi ada saluran
tanpa adanya
kabel kepenghantar
tanah adalahbayangan.
Persamaan untuk menentukan kapasitansi saluran kabel ke tanah adalah
: 

2k
Cn 
ln( Deq ) ln( 3 H12' H 23' H 31' )
b
Ds c 3 H1 H 2 H 3

Dimana
Dimana Cn = kapasitansi saluran kabel ke tanah (F/m)
H12' = jarak antara penghantar 1 dengan penghantar bayangan 2 (m)
H 23' = jarak antara penghantar 2 dengan penghantar bayangan 3 (m)
H 31' = jarak antara penghantar 3 dengan penghantar bayangan 1 (m)
H1 = jarak antara penghantar 1 dengan permukaan bumi (m)
H2 = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi (m)
H3 = jarak antara penghantar 3 dengan permukaan bumi (m

11
4. Konduktansi
Konduktansi, G, didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan muatan dan dalam standar SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai
konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu mengkonduksikan
arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahan itu susah
mengalirkan muatan. Secara matematis, konduktansi merupakan kebalikan dari
resistansi.
G = 1/R [siemens, S]
Dimana R adalah resistansi, dalam ohm (Ω).
Konduktansi antar penghantar-penghantar dan tanah menyebabkan terjadinya arus
bocor pada isolator-isolator dari udara yang melalui isolasi dan kabel. Karena kebocoran
pada isolator saluran udara sangat kecil dan dapat diabaikan , dengan demikian
konduktansi antar penghantar pada saluran udara sangat kecil dan dapat diabaikan .
Alasan lain untuk mengabaikan konduktansi ialah karena tidak ad acara yang baik untuk
memperhitungkannya karena nilai konduktansi ini cukup berubah ubah.

12
BAB III
ANALISIS

A. Pengaruh Parameter dan Variabel Saluran Transmisi


1. Saluran Transmisi Jarak Pendek
Oleh karena pengaruh kapasitansi dan konduktansi bocor dapat diabaikan pada
saluran transmisi pendek (kurang dari 80 km), maka saluran tersebut dapat dianggap
sebagai rangkaian impedansi yang terdiri dari tahanan dan induktansi. Dengan demikian
maka impedansi Z dan admitansinya Y dinyatakan oleh:

Bila kondisi pada ujung penerima diketahui, maka hubungan antara tegangan dan arus
dinyatakan oleh persamaan berikut.

13
Dengan regulasi tegangan

Sebaliknya bila kondisi pada titik pengirim diketahui maka

2. Saluran Transmisi Jarak Menengah


Saluran transmisi jarak-menengah dapat dianggap sebagai rangkaian T atau
rangkaian π. Dengan IS merupakan arus yang mengalir pada ujung pengirim, untuk
rangkaian T persamaannya adalah :

14
Dan rangkain π persamaannya adalah:

3. Saluran Transmisi Jarak Jauh


Untuk saluran transmisi jarak jauh, konstantanya didistribusikan sehingga
persamaannya menjadi:

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, parameter dan variable transmisi merupakan alat ukur atau patokan yang
mempengaruhi sistem kerja saluran transmisi dan memiliki nilai yang bervariasi. Parameter
dan variabel saluran transmisi dibagi menjadi 4 macam, yaitu resistansi, induktansi,
kapasitansi dan konduktansi. Dimana masing-masing parameter tersebut pengaruhnya saling
behubungan.
 Resistansi saluran transmisi merupakan kemampuan suatu kabel saluran transmisi
untuk menghambat alira alur listrik, resisntasi ini adalaha penyebab terpenting dari
rugi daya pada sluran transmisi.
 Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang
diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus.
 Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara
penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah.
 Konduktansi (G), didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan muatan dan dalam standar SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai
konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu
mengkonduksikan arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah
menunjukkan bahan itu susah mengalirkan muatan.

16

Anda mungkin juga menyukai