Dibuat oleh:
Moh.Indra Kusuma (NIM: 20150120131)
M.Fazlurrahman (NIM: 20150120132)
Arief Rahman Hidayat (NIM: 20150120135)
Syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
-Nya, sehingga makalah saluran transmisi dan distribusi ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Ramadhoni Syahputra sebagai Dosen
mata kuliah Transmisi dan Distribusi, dan seluruh teman - teman Jurusan Teknik Elektro
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi materi
maupun bahasanya, untuk itu kami megharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
pada makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari tempat-tempat dimana
tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang dibangkitkan disalurkan melaui
penghantar-penghantar dari pusat pembangkit tenaga listrik ke pusat-pusat beban, baik
langsung maupun melalui saluran penghubung, yaitu GI.
Saluran transimi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : saluran udara (overhead
line) dan saluran bawah tanah (underground). Sistem saluran udara menyalurkan tenaga
listrik melalui penghantar-penghantar yang digantung pada tiang-tiang transmisi dengan
perantaraan isolator-isolator, sedangkan sistem saluran bawah tanah meyalurkan tenaga
listrik melalui kabel-kabel bawah tanah. Saluran tranmisi juga mempunyai parameter yang
mempengaruhi sistem kerja saluran itu sendiri.
Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal. Berdasarkan
dokumen IEC (International Electrotechnical Commission) 60038, tegangan transmisi dapat
dikelompokkan menjadi : tegangan menengah (1kV- 35kV), tegangan tinggi (35kV – 230
kV) dan tegangan ekstra tinggi (230kV – 800kV) dan tegangan ultra tinggi (di atas 800kV).
Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu sistem arus bolak-balik (A.C./alternating current) dan sistem arus searah
(D.C./direct current). Di dalam sistem A.C. penaikan dan penurunan tegangan mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan transforma- tor. Pada sistem ini terdapat A.C. satu
fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu
fasa karena daya yang disalurkan lebih besar, nilai sesaatnya konstan dan medan magnet
putarnya mudah diabaikan. Berhubungan dengan keuntungan-keuntugannya, sistem A.C.
paling banyak digunakan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus seaorah
mulai dikembangkan karena, isolasinya lebih sederhana, daya-guna yang tinggi serta tidak
ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Penyaluran tenaga
listrik dengan sistem D.C. baru dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih dari 640
km atau saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengetian dari parameter dan variabel saluran transmisi?
2. Sebutkan macam-macam parameter dan variabel saluran transmisi?
3. Bagimana pengaruh parameter dan variable saluran transmisi terhadap saluran itu
sendiri??
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari parameter dan variable saluran transmisi.
2. Untuk menjelaskan macam-macam parameter dan variable saluran transmisi.
3. Untuk menejelaskan pengaruh parameter dan variable saluran transmisi terhadap saluran
itu sendiri.
D. Manfaat
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertia dari parameter dan variable saluran transmisi.
2. Dapat mengetahui macam-macam parameter dan variable saluran transmisi.
3. Dapt mengetahui pengaruh parameter dan variable saluran transmis terhadap saluran itu
sendiri
4
BAB II
LANDASAN TEORI
P
R 2
()
I
dimana P = rugi daya pada penghantar (Watt)
I = arus yang mengalir (Ampere)
Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat distribusi arus
yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi arus yang merata di seluruh
penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus searah, sedangkan tidak pada arus
bolak-balik (ac).
5
Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus makin tidak
merata (nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga mengakibatkan tidak meratanya
kerapatan arus (current density), disebut juga efek kulit (skin effect).
Untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar ada kemungkinan terjadi kerapatan
arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik-tengah penampang penghantar. Fluks
bolak-balik mengimbaskan tegangan yang lebih tinggi pada serat-serat di bagian dalam
daripada di sekitar permukaan penghantar, karena fluks yang meliputi serat dekat
permukaan penghantar lebih sedikit daripada fluks yang meliputi serat di bagian dalam
penghantar. Berdasarkan hukum Lenz, tegangan yang diimbaskan akan melawan
perubahan arus yang menyebabkannya, dan meningkatnya tegangan imbas pada serat-
serat di bagiann dalam menyebabkan meningkatnya kerapatan arus pada serat-serat yang
lebih dekat ke permukaan penghantar dan karena itu resistansi efektifnya meningkat.
Sehingga dapat dikatakan pada arus bolak-balik arus cenderung mengalir melalui
permukaan penghantar.
Perhitungan resistansi total suatu saluran transmisi ditentukan oleh jenis penghantar
pabrikan, biasanya pabrikan akan memberikan tabel karakteristik listrik dari penghantar
yang dibuatnya, termasuk diantaranya nilai resistansi ac penghantar dalam satuan Ω/km
(Standar Internasional) atau Ω/mi (American Standart).
Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh suhu, ditunjukkan oleh persamaan berikut.
Dimana R1 dan R2 adalah resistansi pada suhu T1 dan T2 dan α adalah koefisiensi suhu
dari yang nilainya terantung dari bahan konduktornya.
2. Induktansi
Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang diimbaskan
oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus. Persamaan awal yang dapat
menjelaskan induktansi adalah menghubungkan tegangan imbas dengan kecepatan
perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian.
6
Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber dari fluks dan
jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya.
Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang ditimbulkannya akan
turut berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di mana medan magnet ditimbulkan
mempunyai permeabilitas yang konstan, banyaknya fluks gandeng berbanding lurus
dengan arus, dan karena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan
arus
= induktansi (H)
di
= kecepatan perubahan arus (A/s)
dt
Dari Persamaan diatas maka didapat persamaan umum induktansi saluran dalam
satuan Henry, yaitu
Dengan i adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam satuan
ampere (A).
7
12
(H )
M 12
I2
Pada saluran tiga fasa induktansi rata-rata satu penghantar pada suatu saluran
ditentukan dengan persamaan
8
Posisi 1 a c b
D12
D31 b a c
Posisi 2
D23
c b a
Gambar 1.1
Persamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan jarak
pemisah tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa-fasanya adalah kecil saja
sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi.
3. Kapasitansi
Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar,
baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah. Kapasitansi
menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi pada pelat kapasitor
bila terjadi beda potensial di antaranya. Untuk menentukan nilai kapasitansi antara
penghantar-penghantar ditentukan dengan persamaan
Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan tengah
yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan kapasitansi ke
tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial
antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan kawat
adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar
9
Dimana : Cab = kapasitansi antara penghantar a-b (F/m)
2k
Cn (F / m) untuk penghantar berkas.
Deq
ln( b )
Ds c
Dengan Deq adalah GMR penghantar, r adalah jari-jari penghantar dan Dbc
Dengan
adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dbc akan berubah sesuai dengan jumlah lilitan
dalam suatu berkas.
10
Untuk suatu berkas dua-lilitan
Untuk
suatu suatu
berkasberkas empat-lilitan
empat-lilitan
Dimana
Dimana Cn = kapasitansi saluran kabel ke tanah (F/m)
H12' = jarak antara penghantar 1 dengan penghantar bayangan 2 (m)
H 23' = jarak antara penghantar 2 dengan penghantar bayangan 3 (m)
H 31' = jarak antara penghantar 3 dengan penghantar bayangan 1 (m)
H1 = jarak antara penghantar 1 dengan permukaan bumi (m)
H2 = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi (m)
H3 = jarak antara penghantar 3 dengan permukaan bumi (m
11
4. Konduktansi
Konduktansi, G, didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan muatan dan dalam standar SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai
konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu mengkonduksikan
arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahan itu susah
mengalirkan muatan. Secara matematis, konduktansi merupakan kebalikan dari
resistansi.
G = 1/R [siemens, S]
Dimana R adalah resistansi, dalam ohm (Ω).
Konduktansi antar penghantar-penghantar dan tanah menyebabkan terjadinya arus
bocor pada isolator-isolator dari udara yang melalui isolasi dan kabel. Karena kebocoran
pada isolator saluran udara sangat kecil dan dapat diabaikan , dengan demikian
konduktansi antar penghantar pada saluran udara sangat kecil dan dapat diabaikan .
Alasan lain untuk mengabaikan konduktansi ialah karena tidak ad acara yang baik untuk
memperhitungkannya karena nilai konduktansi ini cukup berubah ubah.
12
BAB III
ANALISIS
Bila kondisi pada ujung penerima diketahui, maka hubungan antara tegangan dan arus
dinyatakan oleh persamaan berikut.
13
Dengan regulasi tegangan
14
Dan rangkain π persamaannya adalah:
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, parameter dan variable transmisi merupakan alat ukur atau patokan yang
mempengaruhi sistem kerja saluran transmisi dan memiliki nilai yang bervariasi. Parameter
dan variabel saluran transmisi dibagi menjadi 4 macam, yaitu resistansi, induktansi,
kapasitansi dan konduktansi. Dimana masing-masing parameter tersebut pengaruhnya saling
behubungan.
Resistansi saluran transmisi merupakan kemampuan suatu kabel saluran transmisi
untuk menghambat alira alur listrik, resisntasi ini adalaha penyebab terpenting dari
rugi daya pada sluran transmisi.
Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang
diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus.
Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara
penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah.
Konduktansi (G), didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan muatan dan dalam standar SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai
konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu
mengkonduksikan arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah
menunjukkan bahan itu susah mengalirkan muatan.
16