Oleh :
MUFADHAL MUSYARI
11655101271
PENDAHULUAN
Konsumsi listrik setiap negara selalu meningkat di setiap tahunya. Hal ini
disebabkan karena energi listrik merupakan energi yang sangat penting dalam
pembangunan suatu negara[1]. Negara indonesia juga mengalaminya, semakin
meningkat pertumbuhan perekonomian penduduk berbanding lurus dengan peningkatan
konsumsi listrik. Pemerintah indonesia telah berupaya meningkatkan sistem
pembangkitan energi listrik. PT PLN (persero) sebagai perusahaan negara yang
mengelola dalam pendistribusian listrik di indonesia sejak tahun 2011 terus
membangun infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia. Hal ini dilakukan baik dari
penambahan pembangunan berbagai jenis pembangkit, transmisi, dan gardu induk.
Pada Gambar 1 menunjukan data rencana pembangunan pembangkit oleh PT PLN
(persero) per tanggal 27 september 2017 menunjukan kebutuhan listrik yang terus
meningkat dari tahun 2017 sampai 2026. [2]
15
Pabrik Semen
10 Industri Logam
Pabrik Pupuk
5
Industri Tekstil
0 Industri Kertas
2010 2016 2020
Gambar 2. Data statistik perkiraan penggunaan bahan bakar batubara pada 2010-2020
Jika ditinjau kembali, angka penggunaan batu bara untuk pembangkit dalam bidang
industri cukup tinggi. Untuk itu diperlukannya solusi akan hal ini. Salah satu yang dapat
diupayakan adalah penggunaan energi terbarukan pada bidang industri. Seperti halnya yang
diterapkan pada PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) indonesia. Dalam pembangkitan
energi listrik, PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) sudah tidak lagi menggunakan batu
bara sebagai bahan bakar, melainkan menggunakan cangkang dan tandan kosong. Hanya
saja nilai efisiensi yang dihasilkan tentu tidak setinggi penggunaan batubara sebagai bahan
bakar. Untuk itu diperlukan sebuah kajian khusus dalam upaya mengembangkan
pemanfaatan energi terbarukan. Salah satunya dengan melakukan perancangan ulang siklus
uap pembangkitnya.
PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) seperti yang kita ketahui merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam industri pengolahan sawit dan
karet. Dalam pengoperasiannya, PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) tidak lagi
bergantung penuh pada batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Melainkan
memanfaatkan limbah padat maupun cair. Seperti halnya yang dioperasikan pada PT.
Perkebunan Nusantara V (Persero) Sei Garo.
Di PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) Sei Garo, limbah padat sawit berupa
cangkang dan biji di olah kembali pada stasiun kernel untuk kemudian dijadikan sebagai
bahan bakar. Hasil dari pembakaran dapat menghasilkan uap jenuh bertekanan hingga
280°C yang mampu memutar turbin berkapasitas hingga 800 kJ/s.
Hanya saja, dalam penelitian yang dilakukan penulis sebelumnya, terdapat angka
efisiensi insentropik yang rendah yaitu 23% dan kerugian energi yang cukup tinggi hingga
≥500 kJ/s selama proses berlangsung[5]. Sehingga untuk mengurangi angka kerugian
tersebut penulis mengangkat penelitian berjudul “DESAIN ULANG SIKLUS UAP
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DALAM UPAYA MENINGKATKAN
EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V SEI
GARO”
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah efisiensi penggunaan pembangkit
listrik dalam upaya menejemen dan konservasi energi di PT. Perkebunan Nusantara V
(Persero) Sei Garo.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan pada penelitian ini adalah bagaimana perancangan siklus uap
pembangkit yang lebih efektif dan memiliki efisiensi tinggi?
[1] Zakaria, M, and Effendy, M. Teknik Mesin Konversi Energi, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Surabaya , Surabaya2018, “ Analisa Energi dan Eksergi Turbin Uap pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Unit 2 Tanjung Awar - Awar”.
[2] Data kebutuhan listrik didapat dari PT PLN 27 September 2017
[5] Musyary, M. Teknik Elektro Uin Suska Riau, Pekanbaru 2019, Laporan Kerja
Praktek, “Analisa Perhitungan Rugi Energi pada Turbin Uap di PT.Perkebunan
Nusantara V Sei Garo”.