EL
TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
LAPORAN
OLEH
No. BP : 1501032006
KELAS : III A
2. YEFRIADI, ST.,MT
BP : 1501032006
Menyetujui ,
Penulis menyadari kekurangan yang ada untuk itu penulis dengan senang
hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan
kemajuan laporan ini dimasa datang.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Laporan Bengkel Sistem Distribusi Dan
Trafo Tenaga ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya.
ANDRE OKTAVIAN
DAFTAR ISTILAH
I s ti l a h K e t e r a n g a n
Kemampuan HantarArus
Current Carrying Capacity
KHA Kemampuan penghantar dialiri aruslistrik secara terus menerus
pada kondisi yang dipersyaratkan tanpa menambah karakeristik
penghantartersebut.
Kabel Tray Bagian konduktif yang bukan merupakan bagian dari instalasi tidak
bertegangan, bisa bertegangan jika terjadi kegagalan
Bagian Konduktif
Ekstra
Sarang Laba – laba
Bentuk Konfigurasi saluran udara Tegangan Menengah
Kluster
Bentuk dua tiang berjajar
Portal
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Halaman
Halaman Pengesahan……………………………………………………………i
Kata Penghantar…………………………………………………………………ii
Daftar Istilah………………………………………………………………...…..iii
Daftar gambar……………………………………………………………………v
Daftar Isi………………………………………………………………………….x
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Tujuan…………………………………………………………………….1
1.2 Keselamatan Kerja………………………………………………………..2
1.3 Landasan Teori……………………………………………………………5
a. Jaringan distribusi Tegangan Menengah……………………………..5
b. Trafo Step Up…………………………………………..…………...12
c. Tiang Penyangga…………………………………………………….16
d. Penghantar…………………………………………………………...28
BAB II Job Sheet
2.1 Job sheet 1 : Instalasi Gardu Beton Step Up………………………..…..31
2.1.1 Tujuan Instruksional………………………………………………..31
2.1.2 Tinjauan Kepustakaan……………………………………………...31
2.1.3 Standar Kompetensi………………………………………………..34
2.1.4 Gambar Kerja/ Praktek…………………………………………….36
2.1.5 Material yang digunakan…………………………………………..38
2.1.6 Peralatan kerja……………………………………………………..38
2.1.7 Diskripsi Kerja……………………………………………………..39
2.1.8 Instruksi Manual Praktek…………………………………………..43
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktik K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi,
dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu
kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika
kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan
kerja.
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan
alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan
mengenai kelistrikan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk
melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya
tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.
Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari,
oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya
listrik.Undang undang no. 1 tahun 1970 adalah undang undang keselamatan kerja,
yang di dalamnya telah diatur pasal-pasal tentang keselamatan kerja untuk
pekerja-pekerja listrik.
Latar belakang keselamatan kerja listrik tidak lepas dari tingkat kehidupan
masyarakat baik pendidikan, sosial ekonominya dan kebiasaan akan merupakan
faktor-faktor yang banyak kaitannya dengan keselamatan kerja. Kecepatan
perkembangan perlistrikan dengan luasnya jangkauan dan besarnya daya
pembangkit melampaui kesiapan masyarakat yang masih terbatas pengetahuannya
tentang seluk beluk kelistrikan.
Kebakaran Listrik
Kejut Listrik
a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo
distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV.Jaringan listrik 70 kV atau
150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b.Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang)
dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)
Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan
tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan
pembagian phase area.
Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk
Close loop.
Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
Jaringan distribusi spindle
Saluran Radial Interkoneksi
Akibat gangguan
Akibat gangguan yang terjadi pada sistem antara lain :
a. Beban lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan
kelebihan beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan
sistem menjadi tidak normal, jika dibiarkan berlangsung dapat membahayakan
peralatan sistem.
b. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat
temporer maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada
hubung singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun
hubung singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi
karena flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan tiang, antara
penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.
c. Tegangan lebih
Tegangan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau
penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena kehilangan
beban.Selain itu tegangan lebih juga terjadi akibat tegangan lebih transient surja
petir dan surja hubung / switching.
d. Hilangnya sumber tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit
pembangkit, gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan CB bekerja dan
jaringan terputus dari pembangkit.
B. Trafo Step-Up
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama yaitu pusat
pembangkit listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi.Suatu sistem distribusi
yang menghubungkan semua beban terjadi pada stasiun pembantu atau substation,
dimana dilaksanakan transformasi tegangan.Pada umumnya pusat pembangkit
tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik.Untuk mentransmisikan
tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan penggunaan tegangan tinggi
150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV. Setelah saluran transmisi mendekati
pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu daerah industri atau
suatu kota, tegangan melalui gardu induk diturunkan menjadi tegangan menengah
20 kV.
Tegangan menengah dari gardu induk ini melalui saluran distribusi primer
untuk disalurkan ke gardu-gardu distribusi atau pemakai tegangan menengah.Dari
saluran distribusi primer, tegangan menengah diturunkan menjadi tegangan
rendah 400/230 V melalui gardu distribusi.Tegangan rendah dari gardu distribusi
disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke komsumen tegangan rendah.
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
Secara umum, trafo terdiri atas beberapa bagian, yaitu: bagian utama trafo,
bagian supporting, dan juga peralatan proteksi. Penjelasan mengenai beberapa
bagian trafo dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Berdasarkan bahannya
Jenis tiang jaringan distribusi yang digunakan untuk jaringan distribusi tenaga
listrik ada beberapa macam yaitu:
Kelemahan tiang kayu ini adalah tergantung pada persediaan kayu yang
ada, perlu pengawetant erlebih dahulu, umur lebih pendek : 10 – 12 tahun bila tak
diawetkan dan 20 – 30 tahun bila diawetkan, tidak dapat menyangga beban secara
aman jika terjadi satu atau dua kawat terputus.
Sebelum digunakan tiang kayu ini diawetkan terlebih dahulu agar tahan lama.
Penggunaan tiang kayu yang tidak diawetkan dianggap tidak ekonomis, karena
kayu akan cepat lapok oleh sebangsa/ sejenis cendawan (jamur) yang menempel
pada kayu tersebut. Dimana cendawan lebih senang hidup menempel pada kayu
apabila dalam keadaan lembab. Dengan diadakan pengawetan umur tiang kayu
akan berkisar antara 25 – 30 tahun lebih, apalagi bila digunakan jenis kayu ulin,
kayu jatim dan kayu rasamala akan sangat memuaskan sesuai dengan pengalaman
selama ini. Terutama kayu ulin memiliki kekerasan dan kekuatan yang baik
apabila diawetkan. Sedangkan jenis kayu lain apabila tidak diawetkan akan
mempunya umuer hanya 10 – 12 tahun .
Melihat konstruksinya yang lebih kokoh, lurus dan bentuknya leboh indah
dibandingkan dengan tiang kayu, tuang baha ini banyak dipakai.Walaupun ongkos
pengangkutan dan pemelihataan tiang baja ini lebih mahal, tetapi bila
dibandingkan dengan tiang kayu maka tiang baja ini lebih banyak dipilih untuk
penyangga kawat penghantar jaringan distribusi, terutama untuk jaringan
distribusi tegangan tinggi.Hal ini disebabkan beban penompang pada jaringan
distribusi tegangan tinggi lebih besar bila dibandingkan beban penompang pada
jaringan distribusi tegangan rendah.
Tiang baha bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan listrik
SUTM dan SUTR. Disamping penggunaan janis lainnya seperti : tiang kayu, tiang
beton berulang, dan tiang konstruksi bajaTiang baja bulat ukuran 12m dan 14m
digunakan untuk keperluan-keperluan khusus. Seperti untuk tiang penopang
jaringan 20 kV yang melintasi jaringan 6 kV yang berada di bawah 20 kV
tersebut.
Tiang baja bulat ukuran 11m sering dipakai untuk penopang jaringan
SUTM.Tiang baja bulat ukuran 9 m digunakan untuk penopang jaringan
SUTR.Baja bulat ukuran 8 m digunakan untuk tiang penyangga kawar pada
penguat tiang jenis. Baja bula ukuran 3m dipakai pada penyambungan tiang 9m
ada untuk jaringan SUTR, dimana akan dipasangkan jaringan diatas jaringan
SUTR tersebut.
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari
pada tiang baja bulat.Tiang ini banyak digunakan untuk mendistribusikan tenaga
listrik di daerah pedesaan dan daerah terpencil atau tempat-tempat yang sulit
dicapai. Karena tiang beton berulang dapat dibuat ditempat tiang tersebut akan
didirikan. Tiamng beton bertulang juga dipilih jika dikehendaki adanya sisi
dekoratif. Untuk pembuatan beton bertulang digunakan campuran beton 1 : 1.5 : 3
dengan kerikil yang seragam berukuran diameter 15 mm.
Tiang beton bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan
perawatan yang sederhana, tetapi tiang ini berukuran besar dan cukup
berat.Kelemahannya tiang ini cenderung hancur jika ditabrak kendaraan.
a. Konstruksi TM-1.
a. Konstruksi TM-2.
Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D.
Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama dengan TM-2, bedanya TM-2D
digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), dan menggunakan double treck
schoor yang diletakkan dibawah masing-masing traves.
c. Konstruksi TM-3.
d. Konstruksi TM-4.
Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan
tiang yang dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar,
dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-
4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-4, bedanya TM-4D
mempunyai double sirkuit dengan double treck schoor.
e. Konstruksi TM-5.
f. Konstruksi TM-6.
g. Konstruksi TM-7.
h. Konstruksi TM-8.
i. Konstruksi TM-9.
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga
lurus.Satu traves.Type isolator tumpu.Tidak pakai treck skoor.TM-9 biasanya
lebih banyak digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan.
j. Konstruksi TM-10.
k. Konstruksi TM-11.
l. Konstruksi TM-12.
m. Konstruksi TM-13.
o. Konstruksi TM-15.
p. Konstruksi TM-16.
q. Konstruksi TM-16A.
q. Konstruksi TM-17.
s. Konstruksi TM-19.
JOB SHEET
Bus bar
Circuit Breaker
Load Break Switch (LBS)
Disconnecting Switch (DS) atau Switch (S)
Earthing Switch (ES)
Current transformer/CT (Trafo Arus)
Potential Transformer/PT (Trafo Tegangan)
Peralatan Ukur (Voltmeter, amperemeter, dsb)
Rele proteksi
Interlocking (control)
c. Bagian Metering
Pada bagian metering terdapat :
d. Bagian Outgoing
Pada bagian outgoing terdapat :
e. Trafo Step-Up
Trafo step up adalah sebuah alat yang terdiri dari beberapa rangkaian. Dalam
sebuah trafo step up memiliki beberapa item seperti inti (core) belitan primer dan
belitan sekunder.termasuk juga didalmnya berisi cairan yang berguna untuk
mendiinginkan suhu serta mencegah terjadinya short circuit yang disebabkan karena
penguapan sehingga menciptakan cairan yang menjadi konduktor.belitan pada trafo
juga berbeda beda. tergantung kebutuhan dilapangan. Trafo step up memiliki belitan
lebih kecil dan tipis pada sisi sekundernya.
Hubungan antara kumparan transformator dengan jaringan luar melalui sebuah
bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.Bushing sekaligus
berfungsi sebagai penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan tangki
transformator.Pada bushing dilengkapi fasilitas untuk pengujian kondisi bushing yang
sering disebut center tap.
a. Ohm Saklar
Sub Kompetensi Tindakan
1. Mampu menentukan a. Memeriksa hubungan terminal ohm saklar dan
dan memasang Ohm Memasangkannya pada dinding sebagai suplai
Saklar masukan.
b. Menghubungkan Ohm saklar dengan Trafo
step-up pada sisi 220/380 Volt
b. Transformator Penaik Tegangan
Sub Kompetensi Tindakan
1. Mampu memasang a. Memeriksa hubungan terminal trafo dan
konstruksi trafo tenaga kelengkapan anak kontaknya dan
2. Mampu menentukan sistem Memasangkannya pada ruang yang
jam-transformator telah disediakan.
berdasarkan hubungan b. Memeriksa kabel sisi tegangan 20 kV
kumparan trafo tenaga. yang akan digunakan untuk
3. Mampu memasang Terminal menghubungkan trafo dengan
(Skondcable) pada kabel TM switchgear.
yang akan dipasangkan. c. Memasang skond kabel (membersihkan
4. Mampu menginstalasinya ujung kabel) sebelum kabel
berdasarkan hubungan trafo dihubuingkan dengan Trafo step-up.
yang ada di “name plate”nya d. Menghubungkan Trafo tenaga pada sisi
tegangan 20 kV dengan rangkaian panel
switchgear (InComming Switchgear).
c. Switchgear
Sub Kompetensi Tindakan
1. Mampun menjelaskan bagian-bagian a. Melepaskan pintu panel
dan komponen Switchgear switchgear dan plat penutupnya
2. Mampu melepaskan komponen- dengan operasional swithgear
komponen yang ada pada panel dan standby.
memasangkannya pada posisinya b. Menandakan dengan menggambar
berdasarkan gambar yang ada. tata-letak komponen yang ada
pada switchgear [Incomming,
Metering dan Outgoingnya].
c. Melepaskan bagian-bagian
komponen switchgear sesuai
urutan melepaskannya.
d. Mempelajari struktur komponen
switchgear dan mencatat
spesifikasi dan hubunganya secara
kelistrikan.
d. Pembumian
Sub Kompetensi Tindakan
1. Mampu menentukan Nilai a. Mengukur tahanan jenis tanah pada
tahanan Pengetanahan pada daerah/tanah yang akan digunakan.
bodi trafo dan switchgear b. Menentukan material pengetanahan
sesuai aturan berlaku ( < 4 dan spesifikasinya yang akan
Ohm). ditanam/dipasang.
2. Mampu memasang tahanan c. Memasang dan menghubungkannya
pengetanahan yang akan pada Trafo Step-up dan panel
digunakan switchgear pada bagian bodi/rangkaian
3. Mampu mengukur nilai grounding atau ardenya.
tahanan pengetanahan yang d. Mengukur hasil pemasangan dengan
telah dipasang menggunakan “Earth Resistance”
c. Bushing Trafo
e. Skun kabel
f. Grounding
3. Transformator Step-Up
4. Bushing 20 kV
5. Bushing 220/380 V
1. Ohm saklar berfungsi sebagai pemutus dan penghubung sistem dari tegangan 220 V
ke trafo step up 20 kV
2. Switchgear berfungsi menghubungkan dan memutuskan sisi sumber tenaga listrik
dengan sisi bebanatau sumber tenaga listrik dengan peralatan listrik yang lain
3. Transformer Step-Up berfungsi untuk menaikkan tegangan 220 V menjadi 20 kV
4. Bushing 20 kV terbuat dari keramik berfungsi untuk penyekat antara konduktor sisi
sekunder yaitu 20 kV dengan tangki trafo
5. Bushing 220 V berfungsi untuk penyekat antara konduktor sisi sekunder yaitu 220 V
dengan tangki trafo
6. Kabel TM 20 kV, NYFGbY 3x35 mm2 merupakan kabel bawah tanah berfungsi
sebagai penghantar untuk jaringan tegangan menengah.
b. Trafo Step-Up
Keterangan :
2. Terminal sisi 20 kV
4. Bushing 20 kV
6. Transformator Step-Up
8. Terminal Grounding
10. Bushing 220/380 V
12. Kabel TM 20 kV, NYFGbY
3x35 mm2
c. Incoming
Keterangan :
2. Body
4. Busbar 3 phasa
6. Disconnecting Switch (DS)
8. Current transformer (CT)
10. Kabel TM 20 kV, NYFGbY 3x35
mm2
12. kWh Meter
1. Earth switch merupakan saklar tanah yang berfungsi sebagai pembuang sisa
muatan induksi switchgear.
2. Disconnecting switch merupakan peralatan pemisah yang befungsi untuk memisah
suatu bagian sistem kondisi tidak bertegangan.
3. CT (Current Transformer) merupakan rangkaian proteksi yang berfungsi untuk
memonitor besaran arus untuk dikirim sebagai masukan.
4. Body adalah box yang terbuat dari besi yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
komponen didalamnya untuk meminimalisir gangguan dari luar.
5. Busbar 3 phasa merupakan saluran phasa yang menghubungkan incoming,
metering, dan outgoing .
6. Isolator pemisah berfungsi memisahkan penghantar dibagian bawah switchgear
sekaligus untuk mengurangi/menghambat gelombang elektromagnetik.
d. Metering
Keterangan :
1. Load Break Switch (LBS) berfungsi saklar pemisah (PMS) peralatan yang
pengoperasiannya secara manual.
2. Fuse berfungsi sebagai pengaman pada metering
3. Potential Transformer (Trafo Tegangan/PT) berfungsi untuk menurunkan tegangan
20 kV menjadi 100 V yang digunakan untuk pengukuran
4. Earthing Switch ( ES ) berfungsi saklar yang dioperasikan untuk membuang arus sisa
pada switchgear
e. Outgoing
Keterangan :
2. PMT
4. Current Transformer (CT)
6. ES (Earth Switch)
8. Kabel TM 20 kV, NYFGbY 3x35
mm2
10. Relay
1. Load Break Switch (LBS) berfungsi saklar pemisah (PMS) peralatan yang
pengoperasiannya secara manual.
2. PMT merupakan suatu alat yang berfungsi mengamankan peralatan listrik/
sistem, baik dalam kondisi gangguan / dalam keadaan tanpa gangguan
3. CT merupakan trafo arus yang berfungsi untuk memonitor besaran – besaran
arus oleh alat ukur untuk dikirim sebagai masukan ke relay pada proteksi
f. Scond Kabel
Keterangan :
2. Tang Press Kabel 16 mm2 -- 300
mm2
4. Scond kabel
6. Jenting scond
8. Mal tang press
1. Grounding pada trafo yaitu menghubungkan trafo dengan tanah yang berfungsi
menyalurkan arus lebih pada trafo.
2. Grounding CT berfungsi menyalurkan arus lebih pada CT.
3. Grounding CT berfungsi menyalurkan arus lebih pada CT.
4. Grounding kabel NYFGbY yang meruapakan masukan switchgear yang dihubungkan
dengan body switchgear.
H.4.1. INCOMMING
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” incomming.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-
put kabel masukan.
4. Menentukan rangkaian dasar dan single-line diagram dan bagian-bagian
peralatan yang digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
METERING
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” metering.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-
put kabel masukan
4. Menentukan diagram dasar dan single-line diagram dan bagian-bagian
peralatan yang digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
OUTGOING
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” outgoing.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-
put kabel masukan.
4. Menentukan single-line diagram dan bagian-bagian peralatan yang
digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
INCOMMING
1. Peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” incomming dan mencatat/
mendata name-plate masing-masing peralatan.
2. Menentukan Dimensi peralatan dan Diagram Simbol yang digunakan.
3. Menggambar sistem hubungan masing-masing peralatan dan
penandaannya.
4. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
5. Menentukan/mengukur jarak antar Fasa pada sis Input dan Out-put.
Apakah sudah memenuhi jarak yang ditentukan atau belum.
6. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
7. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem Grounding.
8. Memastikan hubungan sistem pengetanahan peralatan.
9. Mengukur Nilai tahanan pengetanahannya.
METERING
1. Peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” metering dan mencatat/
mendata name-plate masing-masing peralatan.
2. Menentukan Dimensi peralatan dan Diagram Simbol yang digunakan.
3. Menggambar sistem hubungan masing-masing peralatan dan
penandaannya.
4. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
5. Menentukan/mengukur jarak antar Fasa pada sis Input dan Out-put.
Apakah sudah memenuhi jarak yang ditentukan atau belum.
6. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
7. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem Grounding.
8. Memastikan hubungan sistem pengetanahan peralatan.
OUTGOING
1. Peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” outgoing dan mencatat/
mendata name-plate masing-masing peralatan.
2. Menentukan Dimensi peralatan dan Diagram Simbol yang digunakan.
3. Menggambar sistem hubungan masing-masing peralatan dan
penandaannya.
4. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
5. Menentukan/mengukur jarak antar Fasa pada sis Input dan Out-put.
Apakah sudah memenuhi jarak yang ditentukan atau belum.
6. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
7. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem Grounding.
8. Memastikan hubungan sistem pengetanahan peralatan.
d. KOMMISSIONING
H.6.2. INCOMMING
1. Sebelum panel Incomming dioperasikan, pastikan semua peralatan sudah
terhubung (connecting) secara baik dan benar antar bagian-bagiannya.
2. Menguji Keselamatan Kelistrikannya terhadap bahaya operasional dan
bahaya terhadap operatornya.
3. Mengoperasikan “cell” incomming dengan sesuai urutan
pengoperasiannya.
METERING
1. Sebelum panel metering dioperasikan, pastikan semua peralatan sudah
terhubung (connecting) secara baik dan benar antar bagian-bagiannya.
2. Menguji Keselamatan Kelistrikannya terhadap bahaya operasional dan
bahaya terhadap operatornya.
3. Mengoperasikan “cell”metering dengan sesuai urutan pengoperasiannya.
OUTGOING
1. Sebelum panel outgoing dioperasikan, pastikan semua peralatan sudah
terhubung (connecting) secara baik dan benar antar bagian-bagiannya.
2. Menguji Keselamatan Kelistrikannya terhadap bahaya operasional dan
bahaya terhadap operatornya.
3. Mengoperasikan “cell” outgoing dengan sesuai urutan pengoperasiannya.
Job Sheet 2 : Instalasi Jaringan Tegangan Menengah
Langkah-6 :Pengerasan
a. Definisi
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pemanfaat /pelanggan listrik. Fungsi Tiang Listrik
Tiang listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik yang
menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan
lapangan.
b. Tiang
Untuk konstruksi jaringan SUTR yang berdiri sendiri dipakai tiang beton atau
tiang besi dengan panjang 9 meter. Tiang beton yang dipakai dari berbagai jenis
yang memiliki kekuatan beban kerja (working load) 200daN, 350daN dan
500daN (dengan angka faktor keamanan tiang=2 ) Pada titik yang memerlukan
pembumian dipakai tiang beton yang dilengkapi dengan terminal pembumian.
Pada dasarnya pemilihan kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan kepada
empat
hal, yaitu :
1. Posisi fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah, tiang sudut)
2. Ukuran penghantar
3. Jarak andongan (Sag)
4. Tiupan angin
c. Penghantar
Jenis penghantar yang dipergunakan adalah kabel pilin udara (NFA2Y)
alumunium twisted cable dengan inti alumunium sebagai inti penghantar Fasa dan
almelec/ alumunium alloy sebagai netral. Penghantar Netral (N) dengan ukuran
3x35+N, 3x50+N, 3x70+N berfungsi sebagai pemikul beban mekanis kabel atau
messenger.
Untuk kepentingan jaminan pelaksanaan handling transportasi, panjang
penghantar tiap haspel kurang lebih 1000 m.
4. Pole Bracket
Terdapat dua jenis komponen pole bracket :
1. Tension bracket , dipergunakan pada tiang ujung dan tiang sudut,
Breaking capacity 1000 daN terbuat dari Alumunium Alloy
2. Suspension bracket dipergunakan pada tiang sudut dengan sudut
lintasansampai dengan 300 Breaking capacity 700 daN terbuat dari
alumunium Alloy.
Ikatan pole bracket pada tiang memakai stainless teel strip atau baut galvanized
M30 pada posisi tidak melebihi 15 cm dari ujung tiang.
2. Konstruksi TR-2.
Konstruksi TR-2 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan
sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung
untuk tiang belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.
4. Konstruksi TR-4.
Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai
tiang penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada
suspension small angle assambly.
7. Konstruksi TR-7.
Konstruksi TR-7 merupakan konstruksi penyambungan SKUTR dengan
existing dengan menggunakan fixed dead-end assambly
Gambar 2.16 Tiang TR-7
8. Konstruksi TR-8.
Merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang awal atau tiang
akhir dengan menggunakan ajustable.
9. Konstruksi TR-9.
Konstruksi TR-9 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada trafo tiang,
dengan menggunakan fixed dead-end clamp untuk mengikat kabel
Gambar 2.18 Tiang TR-9
a. Persiapan Awal
1. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan
digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
3. Memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS Tegangan.
4. Sebelum praktikan mengoperasikan/melakukan Pekerjaan
Pemasanganperalatan/jaringan, terlebih dahulu memeriksakannya pada
instruktur yang bersangkutan sampai ada instruksi didalam
pengoperasiannya.
Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka
pekerjaa/Praktekbelum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan
Praktek Harus diketahui/Disetujui Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan
kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa
seizin Instruktur,
c. Fungsi Transformator
berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20kV) menjadi
tegangan rendah (380/200) Volt atau sebaliknya.
AlatUkur
•AVOMeter
•Megger1.0Volt,5.000Volt,10.000Volt
•Earth Tester
•Tang Amper dengan range 1.000 Amper
•Infrares
•Drivelt/Phasa Detector dll.
Peralatan
•Shcakel Stick 20kV 13meter
•Kunci Shock (satuset)
•Kunci Ring (satuset)
•Kunci Inggris
•Tang Kombinasi
•Tang Kupas/Potong
•Obeng Minus
•Obeng Plus
•Gergaji Besi
•Palu
•Corong Minyak
•Slang Plastik
•Pompa Minyak (plastik)
•Kain Lap Majun
•Kertas Gosok
•Dies Compression
•Cable Cutter 600–900mm
•Tangga Fiber Glass 7m
•Stainless Steel Belt/Stopping Tool
•Botol Kosong Bersih+ Tutup
•Kuas
•Kikir dll.
Perlengkapan K3
•Sabuk Pengaman
•Helm
•P3K
•Sarung Tangan Katun
•Sepatu Kerja dan lain-lain
a. Persiapan Awal
1 Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan
sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2 Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
3 Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
4 Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta
penjelasan dari instruktur yang bersangkutan.
Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka
pekerjaa/Praktek belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek
Harus diketahui/Disetujui Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau
kesalahan Operasi. Apabila terjadi Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur,
maka kelompok/group harus memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.
Panel APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai /
pelanggan listrik (untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan
komersial, gedung pemerintah dan instansi), maka perlu dilakukan pengukuran
dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha
ketenagalistrikan (PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik.
Pada sambungan tenaga listrik tegangan rendah, letak penempatan APP dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.22 Diagram satu garis sambungan tenaga listrik tegangan menengah
Keterangan:
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR : Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Papan Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan
Berikut ini adalah contoh gambar alat ukur Kwh dan KVARh.
Perlengkapan K3
•Sabuk Pengaman
•Helm
•P3K
•Sarung Tangan Katun
•Sepatu Kerja dan lain-lain
a. persiapan awal
• Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan
digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
• Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya
• Memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS Tegangan
• Sebelum mengoperasikan/melakukan Pekerjaan Pemasangan
peralatan/jaringan, terlebih dahulu memeriksakannya pada instruktur yang
bersangkutan sampai ada instruksi didalam pengoperasiannya.
b. Memasang dan Penginstalasian panel APP
• Melakukan / memastikan Saklar dalam kondisi stanby.
• Menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada panel
APP
• Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-
put kabel masukan.
• Menentukan Simbol diagram dan diagram pengawatanya.
• menentukan urutan fasa dan warna kabel.
• Menentukan jenis kabel yang digunakan
• pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
• memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
• Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
d. Kommissioning
Sebelum peralatan dan instalasinya dioperasikan, harus dilakukan test/
pengujian baik pengujian mekanis maupun pengujian elektrik.
b. Switchgear
Switchgear merupakan peralatan penghubung dan pemutus peralatan dari satu
sistem ke sistem berikutnya, maupun ke panel-panel distribusi. Switchgear
[cubicle 20 kV] terdiri atas Incomming, Metering dan Out-going.
Incomming
Metering
Outgoing
c. Trafo Step-Down
b. Switchgear
Sub Kompetensi Tindakan
1. Mampun menjelaskan a. Melepaskan pintu panel switchgear dan
bagian-bagian dan komponen plat penutupnya dengan operasional
Switchgear swithgear standby.
b. Menandakan dengan menggambar tata-
2. Mampu melepaskan letak komponen yang ada pada
komponen-komponen yang switchgear [Incomming, Metering dan
ada pada panel dan Outgoingnya].
memasangkannya pada c. Melepaskan bagian-bagian komponen
posisinya berdasarkan switchgear sesuai urutan melepaskannya.
gambar yang ada. d. Mempelajari struktur komponen
switchgear dan mencatat spesifikasi dan
hubunganya secara kelistrikan.
c. Pembumian
Sub Kompetensi Tindakan
1. Mampu menentukan Nilai a. Mengukur tahanan jenis tanah pada
tahanan Pengetanahan pada daerah/tanah yang akan digunakan.
bodi trafo dan switchgear b. Menentukan material pengetanahan dan
sesuai aturan berlaku ( < 4 spesifikasinya yang akan
Ohm). ditanam/dipasang.
2. Mampu memasang tahanan c. Memasang dan menghubungkannya
pengetanahan yang akan pada Trafo Step-up dan panel
digunakan switchgear pada bagian bodi/rangkaian
3. Mampu mengukur nilai grounding atau ardenya.
tahanan pengetanahan yang d. Mengukur hasil pemasangan dengan
telah dipasang menggunakan “Earth Resistance”
Keterangan :
2. Incoming
4. Metering
6. Outgoing
8. Trafo Step-Down
10. KabelNYFNGbY
12. Bushing Trafo
14. Kabel NYA
16. Switchgear
Outgoing
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” outgoing.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-kabel
masukan
4. Menentukan single-line diagram dan bagian-bagian peralatan yang
digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
b. Trafo Step-Down
1. Melakukan / memastikan Transformator dalam kondisi standby (Tidak
Bertegangan)
2. Menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada Trafo.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put
kabel masukan.
4. Menentukan Simbol diagram dan diagram pengawatanya.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menggambarkan Konstruksitrafo yang akan dipasang.
7. Menentukan jenis kabel yang digunakan dan menghitung KHA kabel yang
akan digunakan.
8. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
9. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
10. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
H.2.1. INCOMMING
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” incomming.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan
out-put kabel masukan.
4. Menentukan rangkaian dasar dan single-line diagram dan bagian-
bagian peralatan yang digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan
fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel
pada terminalnya sesuai urutan fasa.
H.2.2. METERING
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” metering.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan
out-put kabel masukan
4. Menentukan diagram dasar dan single-line diagram dan bagian-bagian
peralatan yang digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan
fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel
pada terminalnya sesuai urutan fasa.
H.2.3. OUTGOING
1. Melakukan / memastikan panel dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” outgoing.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan
out-put kabel masukan.
4. Menentukan single-line diagram dan bagian-bagian peralatan yang
digunakan.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan
fasa.
8. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel
pada terminalnya sesuai urutan fasa.
Fungsi dari low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) adalah sebagai
panel penerima daya/power dari transformer (trafo) dan mendistribusikan power
tersebut lebih lanjut ke panel Low voltage sub distribution (LVSDP).
Menggunakan Air Circuit Breaker atau moulded case Circuit Breakers, panel sub
distribusi akan mendistribusikan power tersebut ke peralatan electrical.
Keterangan
2.7.4.2 Panel 6. Input dari Trafo Step-Down
2.7.4.3 Lampu Indikator 7. MCB 3 Phasa
2.7.4.4 Push Button 8. Kontaktor
2.7.4.5 Terminal 9. Papan Pertinax
2.7.4.6 Kabel NYA
b. LVSDP
Keterangan
2.7.4.7 Panel 5. Lampu indikator
2.7.4.8 Output ke beban 6. MCB 3 Phasa
2.7.4.9 Input dari LVMDP 7. Fuse
2.7.4.10 Push button 8. Kontaktor
b. Instalasi LVMDP
c. Instalasi LVSDP
1. Melakukan / memastikan Saklar dalam kondisi standby.
2. Menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada panel LVSDP
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put
kabel masukan..
4. Menentukan Simbol diagram dan diagram pengawatanya.
5. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan jenis kabel yang digunakan dan menghitung KHA kabel yang akan
digunakan.
7. Pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. Menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada
terminalnya sesuai urutan fasa.
2.8 Job Sheet 8 : Instalasi Grounding
2.8.1 Tujuan Instruksional
1. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada system pembumian sesuai
gambar tata-letak yang diberikan.
2. Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang
diberikan.
3. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk system
pembumian (sesuai instruktion manual).
4. Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal
tersebut layak dioperasikan.
Fungsi Grounding :
GroundingListrik rumah
GroundingListrikkantor
GroundingListrik gedung
GroundingListrik pabrik
Groundinginstalasi listrikrumah
Dalam sebuah instalasi jaringan listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan
(digroundingkan) atau sering juga disebut dibumikan. Empat bagian dari instalasi
listrik ini adalah :
1. Pada semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik)
dan dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial
dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial
tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi
manusia yang menyentuhnya.
3. Pada Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir
ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena
letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang
transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat
disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
4. Pada titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini
diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang
menyangkut gangguan hubung tanah.
Grounding / Pembumian yang baik dan benar harus bisa mempunyai nilai
tahanan lebih kecil dari 5 Ohm untuk melindungi bangunan dan dibawah 1 Ohm
untuk melindungi data. Tidak semua areal bisa mendapat nilai grounding yang
baik dan benar, hal ini sangat bergantung oleh berbagai macam aspek seperti :
1. Jumlah Kadar Air : bila air tanah dangkal / penghujan maka nilai tahanan
sebaran mudah didapatkan.
4. Isi Tekstur tanah : untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan
sulit untuk mendapatkan tahanan yang baik karena untuk jenis tanah ini air
dan mineral akan mudah hanyut
Single Grounding :
Yaitu instalasi grounding dengan hanya penancapan satu buah stick arus
pelepas ke tanah dengan kedalaman tertentu ( sebaiknya 18 Meter)
Paralel Grounding :
Bila sistem single masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 1
Ohm ) maka perlu ditambahkan jumlah stick arus pelepas dengan minimal jarak
antar stick 5 mtr dan di sambung dengan kedaman masing-masing tetap 18 Meter,
hal ini dilakukan berulang sampai menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 1
Ohm
Maximal Grounding :
Bila pada daerah yang memiliki ciri
1. kering/air tanah dalam
2. kandungan logam sedikit
3. Basa (berkapur)
4. Pasir dan Porous.
biasanya agak sulit untuk mendapat nilai grounding diabwah 1Ohm, dan bila
penggunaan 2 cara diatas gagal maka bisa digunakan cara penggantian tanah baru
untuk daerah titik grounding tersebut.
Sub Kompetensi
1. Mampu menentukan Nilai tahanan Pengetanahan sesuai aturan
berlaku ( < 4 Ohm).
2. Mampu memasang tahanan pengetanahan yang akan digunakan
3. Mampu mengukur nilai tahanan pengetanahan yang telah dipasang
Tindakan
1. Mengukur tahanan jenis tanah pada daerah/tanah yang akan digunakan.
2. Menentukan material pengetanahan dan spesifikasinya yang akan
ditanam/dipasang.
3. Memasang dan menghubungkannya pada Trafo Step-up dan panel
switchgear pada bagian bodi/rangkaian grounding atau ardenya.
4. Mengukur hasil pemasangan dengan menggunakan Earth Resistance
2. Palu
LEMBARAN PENGAMATAN
4
3
KETERANGAN:
6
2
3 5
KETERANGAN :
1. Bushing Hv
2. Bushing Lv
3. Brandmarking Plate
4. Ground Trafo
5. Tank
6. Lifting Lug
BAGIAN DALAM TRAFO STEP-UP
2
3
KETERANGAN:
1. Bagian utama
Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan
oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi
tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
ditimbulkan oleh “Eddy Current”.
Kumparan trafo
Bushing
Indikator
2. Peralatan Proteksi
Rele Bucholz
Thermocontrol
Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau
katup berpegas, berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan tekan
gas atau desakan oli yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan
tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki trafo. Rele ini
berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz atau rele thermocouple, yakni
mengamankan terhadap gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja
oleh kenaikan tekanan gas atau desakan oli.
Minyak trafo
b. Cubicle 20 KV(Switchger)
Hasil Identifikasi
1. Bagian Incoming
2. Bagian Matering
CT
PT CT
ES
DS
isolator
SKTM
Peralatan yang akan diberikan terdiri dari bilik modular memenuhi kriteria
sebagai berikut:
- Desain terbuka,
- Mudah untuk menginstal,
- Aman dan mudah dioperasikan,
- Desain yang kompak,
- Pemeliharaan rendah.
Standar
Switchgear harus sesuai dengan isu-isu terbaru dari rekomendasi IEC berikut:
- Kompartemen switchgear,
- LV kompartemen,
- Kompartemen koneksi,
Switchboards
Para switchboards harus terdiri dari terpisah pabrik dibangun bilik
perumahan switchgear (switch-pemisah dan beralih kandang harus dipasang
horizontal di bilik dan pemutus sirkuit harus disconnectable dan dipasang secara
vertikal). Oleh karena itu, bilik membentuk switchboard distribusi compartmented
yang dapat diperpanjang jika diperlukan.
Spesifikasi pekerjaan sipil harus unik untuk semua bilik yang membentuk
switchboard MV. Lebar bilik harus kelipatan 750 mm dan 1000mm. Secara
khusus, pekerjaan sipil untuk bilik pemutus sirkuit harus identik dengan pekerjaan
sipil untuk bilik switch.
Pabrikan harus menyediakan instalasi gambar untuk melayani sebagai panduan
untuk pekerjaan sipil.
Sesuai dengan standar yang berlaku, switchboards harus dirancang untuk
mencegah akses ke semua bagian aktif ketika beroperasi serta selama pekerjaan
pemeliharaan.
Pembumian bagian logam
Pembumian bar dari masing-masing bilik yang membentuk switchboard
harus saling dihubungkan dengan satu set busbar, yang akan dihubungkan luar
switchboard dan memperpanjang lebih dari lebar penuh. Penampang dari busbar
akan ditentukan sehingga dapat menahan dinilai arus hubung singkat dari
switchgear sesuai dengan IEC 62 271-200 rekomendasi. Pembumian bar harus
didesain untuk koneksi ke pembumian bar utama gardu tanpa membongkar salah
satu bar.
Switches
The switch harus menggunakan gas tekanan SF6 rendah untuk gangguan
saat ini dan akan tidak memerlukan perawatan. Saklar kandang harus dipasang
horizontal dalam bilik. Penunjuk posisi harus ditempatkan langsung pada poros
kontak-operasi. Saklar kandang harus dibuat dari resin epoxy cor. The switch
harus dari tinggi operasi jenis frekuensi sesuai dengan ayat 3,104 dari IEC 60265-
1 rekomendasi. Mereka harus memiliki tiga posisi (tertutup, terbuka dan
dibumikan) dan harus sepenuhnya dirakit dan diuji sebelum meninggalkan pabrik.
Tekanan relatif gas SF6 di dalam kandang tidak melebihi 1,5 bar (1500 hPa). Unit
kandang tiang harus dari "sistem tekanan disegel" Jenis seperti yang didefinisikan
oleh IEC 62 271-200 bab 3.118.2 rekomendasi yaitu dengan masa kerja minimal
30 tahun. Tidak ada isi ulang gas wajib selama periode ini. Beralih unit tiang yang
membutuhkan pemeliharaan atau pengisian ulang gas tidak akan diterima. Daya
tahan mekanik mekanisme saklar operasi harus memastikan setidaknya
1000 operasi.
Sirkuit pemutus
Para pemutus sirkuit harus dipasang secara vertikal dan harus
disconnectable. Mereka akan menggunakan gas SF6 sebagai media interupsi saat
ini. Mereka harus mensyaratkan satunya perawatan minimal dan wajib
memberikan tingkat tinggi dari daya tahan listrik. Posisi pemutus sirkuit akan
terlihat jelas. Selain itu, para pemutus sirkuit harus mekanis saling bertautan
dengan pemisah sirkuit listrik.
Unit tiang harus dibuat dari resin epoksi cor dan harus sepenuhnya dirakit
dan diuji sebelum meninggalkan pabrik. Tekanan relatif gas SF6 tidak akan
melebihi 2 bar (2000hPa). Unit tiang harus dari "sistem tekanan disegel" Jenis
seperti yang didefinisikan oleh IEC 62271-100, dengan masa kerja minimal 30
tahun.
Tidak ada isi ulang gas wajib selama periode ini. Circuit unit tiang breaker
yang membutuhkan perawatan, inspeksi atau pengisian ulang gas tidak akan
diterima. Daya tahan mekanik dan listrik harus menjamin setidaknya 10.000
operasi.Pemutus sirkuit harus ditutupi dengan laporan pengujian yang dikeluarkan
oleh organisasi yang diakui berafiliasi dengan organisasi internasional.
Busbar
Kompartemen busbar harus ditempatkan di bagian atas bilik. Ini harus
mencakup tiga paralel bar-mount tanpa fase memisahkan berarti. Koneksi harus
dibuat untuk bantalan atas switch atau pemisah kandang. Akses ke busbar hanya
akan mungkin setelah menghapus akses panel tunggal membawa peringatan
simbol bahaya sengatan listrik. Tidak ada sistem akses busbar lainnya akan
diterima.
Koneksi
The HV bantalan sambungan kabel harus dirancang untuk menerima
pengakhiran disederhanakan untuk kabel jenis-kering atau menerima kabel kertas
terisolasi diresapi dengan bahan non-pengeringan. Akses ke kompartemen
koneksi hanya akan mungkin setelah penutupan saklar pembumian. Tidak ada
mode akses lainnya akan diterima.
Mekanisme Operasi
Mekanisme operasi harus menyediakan di depan semua sarana yang
diperlukan untuk mengoperasikan switch, pemisah dan pemutus sirkuit.
Kotak itu harus dapat diakses dengan kabel dan busbar hidup, tanpa
mengisolasi seluruh switchboard, dan harus dirancang untuk memudahkan
instalasi gembok, kunci kunci, kontak bantu, rilis dan aksesoris LV biasa.
Sampul depan mekanisme operasi harus cocok untuk penerapan semua simbol,
meniru diagram, nameplates dan padlocking perlengkapan yang dibutuhkan oleh
fungsi diimplementasikan. Semua saklar dan pembumian operasi saklar harus
dilakukan dengan tuas anti-refleks dan harus bebas dari tindakan operator setelah
pengisian air mekanisme operasi.
Pemutus
Kotak Mekanisme operasi meliputi: mekanik indikator "terbuka / tertutup"
posisi, "Dibebankan / habis" indikator mekanisme operasi mata, musim semi
pengisian tuas membentuk bagian integral dari mekanisme operasi; pemutus
sirkuit tidak memuaskan kondisi ini tidak akan diterima, cara lokal untuk
membuka dan menutup pemutus sirkuit, cara lokal untuk secara manual
pemakaian air. Harus dimungkinkan untuk menambahkan, di situs, mekanisme
motor untuk pengisian listrik dari mekanisme operasi serta aksesoris yang
diperlukan. Kotak 5.10 LVKotak LV harus dimasukkan dalam volume
keseluruhan bilik. Ini harus dirancang untuk rumah berbagai elemen LV
diperlukan untuk pengoperasian mekanisme bermotor dan peralatan bantu ..
Transformer Tegangan
Tegangan transformator harus dibuat dari resin epoksi cor dan harus diberi
label secara individual. Tergantung pada kebutuhan, mereka harus dari fase fase-
ke-fase atau-to-earth jenis. Mereka harus dilindungi oleh MV sekering atau
pemutus sirkuit pada sirkuit listrik. Pabrikan harus berada dalam posisi untuk
memberikan laporan jenis-uji sertifikasi oleh laboratorium disetujui berafiliasi
dengan organisasi internasional. Transformator tegangan tidak memenuhi kriteria
ini tidak akan diterima.
LV pembantu
Peralatan bantu harus memenuhi bagian 5.4 dari IEC 60298 dan bagian 5.4
IEC 62 271-200 rekomendasi. Kabel LV harus kelas 2 jenis dengan tingkat 2000
V isolasi. Mereka harus ditandai pada setiap akhir untuk verifikasi mudah selama
pemeliharaan atau bekerja servis. Kabel penampang tidak kurang dari 2,5 sqmm
untuk sirkuit membawa arus tinggi, atau 1 sqmm untuk sirkuit lainnya.
Selain itu, untuk switch dan pemutus sirkuit, yang dinilai keputusan dan
kapasitas melanggar harus dibuktikan dengan laporan pengujian.
Untuk switch pembumian, kapasitas keputusan, waktu singkat menahan arus dan
nilai puncak yang sesuai harus dibuktikan dengan laporan pengujian. Tes rutin
yang dilakukan oleh produsen harus dibuktikan dengan laporan pengujian
ditandatangani oleh departemen pengawasan mutu pabrik.
Kualitas
Jika diminta oleh klien, pemasok harus memberikan bukti penerapan prosedur
mutu sesuai dengan standar. Ini berarti:
Penggunaan manual mutu disetujui dan ditandatangani oleh perwakilan
manajemen.
Pembaruan rutin dari panduan ini sehingga mencerminkan prosedur
pengendalian mutu yang berlaku terbaru.
ISO 9002; 9001 dan juga ISO 14001.
3.1.2 Pembahasan
a. Trafo Step-Up
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika
Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan
arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah.
Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti
besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan
timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual
inductance).
Ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada
kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang
dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan
sekunder akan berubah polaritasnya.Transformator step up yaitu transformator
yang mengubah tegangan bolak-balik rendah menjadi tinggi, transformator ini
mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah
lilitan primer (Ns > Np).
b. Switchgear
Switchgear dalam pengertian secara umum adalah peralatan yang
berfungsi sebagai penghubung dan pemutus antara dua sisi dengan tujuan tertentu.
Pada system tenaga listrik makna dan fungsi switchgear adalah:
Menghubungkan dan memutuskan sisi sumber tenaga listrik dengan sisi
beban.
Menghubungkan dan memutuskan sumber tenaga listrik dengan peralatan
listrik yang lain.
Menghubungkan jaringan listrik utama dengan jaringan listrik cabang.
Dan lain-lain.
Pada sistem tenaga listrik secara luas pengertian switchgear adalah
komponen-komponen hubung/pemutus dan pendukung-pendukungnya dalam satu
kesatuan (unit) terintegrasi, sehingga dapat difungsikan sebagai penghubung,
pemutus, dan pelindung terhadap dua sisi rangkaian tersebut.
Komponen-komponen dalam switchgear tersebut adalah:
Kompartemen bus bar (bus bar compartment)
Kompartemen penghubung dan pemutus (switchgear compartment)
Kompartemen kabel/ kabel control (cable compartment)
Kompartmen lain pendukung operasional (PT, CT, relay proteksi).
a. Kompartemen PMT
b. Kompartemen Busbar
b. Kompartemen Busbar
b. Saran
Sebelum melakukan praktek terlebih dahulu menggunakan perlengkapan
praktek yang sesuai standar. Selain itu peralatan yang digunakan juga harus sesuai
standart agar tidak menimbulkan bahaya dalam praktek. Prosedur praktek harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan disamping itu praktikan
berharap agar komponen –komponen yang terdapat di gardu Step-Up untuk lebih
dilengkapi dan diperbaiki, seperti pada kubikel 20 KV yang sedang dalam Kondisi
tidak layak untuk dioperasikan.
3.2 Job Sheet 2 : Instalasi Jaringan Tegangan Menengah
Pusat listrik harus ada lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi
menangkal gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat
pembangkit listrik. Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan
penutupan pemutus tenaga atau circuit breaker (switching).Pada sistem Tegangan
Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang
disebabkan oleh switching lebih besar dari pada surja petir.
Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya
harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan
setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator.
Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan gelombang berjalan menuju ke
transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karena
transformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang
pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti
transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya
tegangangelombang surja yang datang.Untuk mencegah terjadinya hal ini,
lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan
transformator.Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan
operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi
pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada
tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi
arrester.
Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan
transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan
terjadi pada arrester dan tidak pada transformator.Transformator merupakan
bagian instalasi pusat listrik yang paling mahal dan rawan terhadap sambaran
petir, selain itu jika sampai terjadi kerusakan transformator, maka daya dari pusat
listrik tidak dapat sepenuhnya disalurkan dan biayanya mahal serta waktu untuk
perbaikan relatif lama.
Salah satu perkembangan dari lightning arrester adalah penggunaan oksida
seng Zn02 sebagai bahan yang menjadi katup atau valve arrester.Dalam
menentukan rating arus arrester, sebaiknya dipelajari statistik petir
setempat.Misalnya apabila statistik menunjukkan distribusi probabilitas petir yang
terbesar adalah petir 15 kilo Ampere (kA), maka rating arrester diambil 15 kilo
Ampere.
Arrester ini bisa dipasang pada bangunan gedung atau di dekat alat yang
perlu dilindungi misalnya pada komputer.Alat yang dilindungi perlu tidak saja
dilindungi terhadap sambaran petir secara langsung, tetapi juga terhadap sambaran
tidak langsung yang menimbulkan induksi.
Gambar 3.18 Lightning Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di Luar
Gedung
- FCO
terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, seperti
yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara,
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat
memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri
adalah elemen inti dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur
tertentu. Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan
meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.
Cut out biasanya digunakan pada jaringan distribusi 20 kV untuk proteksi trafo
distribusi dari arus lebih akibat hubung singkat,dan juga diletakkan pada
percabangan untuk proteksi jaringan.
- Isolator Tarik
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur
dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun.
Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening
untuk bahan gelas.
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika
penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut
maksimal 2 ° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi
( leher ) isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang
tegak-lurus dii atas travers.
Berfungsi untuk menyekat kawat penahan tiang antara kawat bagian atas
dan kawat bagian bawah. Selain harus mempunyai tahanan isolasi yang tinggi,
isolator ini harus mampu menahan tarikan kawat sebagai penahan tiang dari
kemiringan. Kawat diikatkan keisolator menggunakan preformed spiral grip, yaitu
bahan jadi yang pemasangannya dengan cara mengaitkan ke lubang isolator dan
pada kawat tinggal membelitkannya.
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan
pada system distribusi antara lain :
1. Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara pasir
silikat, dolomit, dan phospat. Komposisi dari bahan-bahan tersebut dan cara
pengolahannya dapat menentukan sifat dari siolator gelas ini. Isolator gelas
memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban udara, sehingga lebih
mudah debu melekat dipermukaan isolator tersebut. Makin tinggi tegangan
sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current)
lewat isolator tersebut,yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh karena itu
isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi
sekunder. Kelemahan isolator gelas ini adalah memiliki kualitas tegangan
tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah dengan cepat sesuai dengan
perubahan temperatur. Oleh sebab itu bila terjadi kenaikan dan penurunan
suhu secara tiba-tiba, maka isolator gelas ini akan mudah retak pada
permukaannya. Berarti isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh
perubahan suhu disekeli-lingnya. Tetapi bila isolator gelas ini mengandung
campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun. Selain dari pada itu,
isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan isolator
porselin.
Keuntungannya :
a. Terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat, dolomit, dan
phospat. Komposisi bahan tersebut dan cara pengolahannya dapat
menentukan sifat dari isolator gelas ini.
b. Lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi
sekunder.
c. Isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan isolator
porselin.
Kelemahannya :
a. Memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban udara,
sehingga lebih mudah debu melekat dipermukaan isolator tersebut.
b. Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa
kebocoran arus listrik (leakage current) lewat isolator tersebut, yang
berarti mengurangi fungsi isolasinya.
c. Memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan kekuatannya
berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan temperatur.
d. Saat terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka
isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya. Berarti isolator
gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu
disekelilingnya. Tetapi bila isolator gelas ini mengandung campuran dari
bahan lain, maka suhunya akan turun.
2. Isolator Porselin
Isolator porselin dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld
spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator
tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator
menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu
isolator porselin ini dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di udara
terbuka. Isolator porselin memiliki sifat tidak menghantar (nonconducting)listrik
yang tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar. Ia dapat menahan beban
yang menekan serta tahan akan perubahan-perubahan suhu.
Akan tetapi isolator porselin ini tidak tahan akan ke-kuatan yang menumbuk atau
memukul.Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar, karena pada
saat pembuatannya terjadipenyusutan bahan. Walaupun ada yang berukuran
lebih besar namun tidak seluruhnya dari bahan porselin, akan tetapi dibuat
rongga di dalamnya, yang kemudian akan di isi dengan bahan besi atau
baja tempaan sehingga kekuatan isolator porselin bertambah. Cara yang
demikian ini akan menghemat bahan yang digunakan. Karena kualitas isolator
porselin ini lebih tinggi dan tegangan tembusnya (voltage gradient) lebih besar
maka banyak disukai pemakaiannya untuk jaringan distribusi primer. Walaupun
harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi persyaratan yang diinginkan.
Kadang-kadang kita jumpai juga isolator porselin ini pada jaringan distribusi
sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
Keuntungannya :
a. Terbuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan
veld spaat.
b. Bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator
tersebut tidak berpori-pori.Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator
menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air.
c. Dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di udara
terbuka.
d. Memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang
tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar.
e. Dapat menahan beban yang menekan serta tahan akan perubahan-
perubahan suhu.
f. Memiliki kualitas yang lebih tinggi dan tegangan tembusnya
(voltage gradient) lebih besar, sehingga banyak disukai pemakaiannya
untuk jaringan distribusi primer. Kadang-kadang kita jumpai isolator
porselin ini pada jaringan distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih
kecil.
Kelemahannya :
a. Tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul.
b. Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar, karena
pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan. Walaupun ada yang
berukuran lebih besar namun tidak seluruhnya dari bahan porselin,
akan tetapi dibuat rongga di dalamnya, yang kemudian akan di isi
dengan bahan besi atau baja tempaan sehingga kekuatan isolator
porselin bertambah. Cara yang demikian ini akan menghemat bahan yang
digunakan.
c. Harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi persyaratan yang
diinginkan.
c. Sistem Pentanahan
2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja
hubung (surge current)
Fungsi Pentanahan
a. Kesimpulan
b. Saran
Lembaran Pengamatan
Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang ada maksimum 50
KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA
(200 kVA). Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam, yaitu trafo 1×3 fasa
dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-39 memperlihatkan sebuah gardu distribusi tiang tipe
portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan panel distribusi tegangan
rendah yang terletak di bagian bawah tiang (tengah).
3.3.2 Pembahasan
3.3.3 Kesimpulan
Kesimpulan
Saran
Dalam praktik tentang instalasi jaringan TR praktikan sedikit memberikan
saran bahwa: Dalam melakukan pemasangan instalasi jaringan tegangan rendah
harus memperhatikan lokasi pemasangan. Lokasi dari pemasangan ini akan
menentukan tipe konstruksi yang akan digunakan dalam pemasangan konstruksi
tiang jaringan tegangan rendah, disamping itu mengenai peralatan yang digunakan
dilapangan praktikan temukan masih dalam kondisi kurang lengkap, dimana
peralatan seperti kunci pas masih sangat minim sekali dan berbagai peralatan
konstruksi jaringan lainnya seperti Klem untuk konstruksi TR dan Lain
Sebagainya masih sangat minim, praktikan berharap untuk dilengkapi agar
terciptanya kelancaran pada praktek.
3.4 Job Sheet 4 : Instalasi Trafo Tiang
Tegangan pengenal : 24 kV
Frekuensi pengenal : 50 Hz-
Ketahanan isolasi terhadap tegangan : 125kV
impuls kering standar (puncak)
Inpulse DC test selama 1 menit : 50 kV-
Tegangan impuls, kering (puncak) : 145 kV
Inpulse DC voltage selama 1 menit : 50 kV
Ketahanan terhadap arus hubung singkat (1 detik) : 12.5kV
Arus maksimum gangguan ke bumi selama 1 detik : 1 kA
Tegangan uji terhadap sirkuit bantu : 2 kV
Tegangan surja hubung dan Pemutus Tenaga : 125 kV
hampa udara harus cocok untuk transformator terendam minyak (tanpa
penangkap petir)dengan tingkat isolasi dasar (BIL)
Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus
dipenuhi pada sisi Tegangan Rendah (TR), adalah :
Tegangan pengenal : 230/400 V
Frekuensi pengenal : 50 Hz
Tingkat isolasi dasar (puncak) : 6 kV
Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik,
PHB 250/500/630 A : 0.5 kA
PHB 800 A : 0.5 kA
PHB 1200 A : 0.5 kA
KHA busbar : 250/400/630
800/1200 A
Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA/400 V
Tegangan ketahanan frekuensi daya selama 1 menit : 2,5 Kv
Lembaran Pengamatan
Seluruh peralatan disanggah oleh dua tiang atau lebih, Luas tanah yang
dibutuhkan ± 2 x 3 m2, Kapasitas transformator maksimum 250, 315, 400
kVA.
3.4.2 Pembahasan
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi
tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo daya
penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya
tegangan tersebut disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga trafo
tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka
pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif, dengan kriteria
pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani oleh tenaga
yang terampil dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut
berjalan dengan efektif.
Gardu Tiang Trafo(GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo dipasang
pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo
dan sistemnya, GTT dilengkapi dengan unit-unit pengaman yang ditempatkan
pada Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) Trafo daya step down
berfungsi untuk menurunkan dari tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah
380/200 V(referensi tegangan trafo 400/231 V).
Komponen-komponen utama GTT:
Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang ada maksimum 50
KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA
(200 kVA). Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam, yaitu trafo 1×3 fasa
dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-39 memperlihatkan sebuah gardu distribusi tiang tipe
portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan panel distribusi tegangan
rendah yang terletak di bagian bawah tiang (tengah).
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai
konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas
platform. Umumnya memakai tiang beton ukuran 2×500 daN.
Kesimpulan
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai
konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter
diatas platform. Umumnya memakai tiang beton ukuran 2×500 daN.
Saran
Pada rangkaian listrik dengan tegangan rendah, letak APP dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 3.31 diagram garis tunggal rangkaian tenaga listrik tegangan menengah.
Keterangan :
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan Tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Panel Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan
Lembaran Pengamatan
Pada panel APP terdapat 6 buah fuse, saklar ON, OFF, kabel R, S, T, N,
dan PE, alat ukur. Fasa R yaitu menggunakan kabel jenis NYA 25-35 mm
dengan scound kable warna merah, sedangkan S kuning, dan T biru.
Adapun alat ukur/instrumen yang digunakan adalah alat pengukur: Kwh,
KVARh, KVA maksimum, arus listrik dan tegangan listrik
Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100 A digunakan MCB dan
di atas 100 A digunakan MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa
disetel.
3.5.3 Pembahasan
Gambar 3.35 Diagram satu garis sambungan tenaga listrik tegangan menengah
Keterangan:
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR : Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Papan Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan
SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD/TR
merupakan penghantar di bawah atau di atas tanah. Seperti telah dijelaskan di
muka bahwa pengukuran yang dimaksud adalah untuk menentukan besarnya
pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat ukur/instrumen yang digunakan
adalah alat pengukur: Kwh, KVARh, KVA maksimum, arus listrik dan tegangan
listrik.
Sistem pengukurannya ada dua macam, yaitu:
Pengukuran sekunder tiga fasa atau disebut juga pengukuran tak langsung
(menggunakan trafo arus) digunakan pada pelanggan dengan daya 53 kVA
sampai dengan 197 kVA.
Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100 A digunakan MCB dan
di atas 100 A digunakan MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa
disetel.
Kesimpulan
Lembaran Pengamatan
Arus total yang muncul saat memberikan tegangan dc steady state terdiri dari:
Charging current karena sifat kapasitansi dari isolasi yang diukur. Arus ini
turun dari nilai maksimum ke nol sangat cepat.
ion current karena molecular charge shifting pada isolasi. Arus transien ini
menghilang sampai nol lebih lambat.
Keterangan :
R = tahanan isolasi (MΩ)
C = koefisien, nilainya 1,5 untuk oil filled transformer pada suhu 20°C, 30,0
untuk untanked oil-impregnated transformers
E = Rating tegangan (V) antar fasa pada koneksi delta, fasa netral pada koneksi
star
Fungsi Pentanahan
Tipe Pentanahan
Kesimpulan
Saran
Spesifikasi Panel LVMDP
Phase : 3 Phase
Frekwensi : 50 Hertz
Lembaran Pengamatan
Dalam materi tentang instalasi panel LVMP praktikan dapat mengamati bahwa :
3.7.2 Pembahasan
Posisikan selector pada posisi manual untuk kedua pilihan input ( disini
ada Genset dan PLN).
Pada pilihan tentunya power yang sudah tersiapkan yaitu PLN ataupun
Genset, karena pada kontrol panel membutuhkan power untuk bekerja.
Secara automatic sistem motorized akan bekerja.
Jika auto hanya pada sub PLN maka khusus untuk memasukkan power
dari PLN bekerja secara otomatis tanpa power cadangan dari Genset;
Jika auto hanya pada sub Genset maka khusus untuk memasukkan power
dari Genset dalam hal ini berhubungan dengan panel PKG.
Jika auto pada kedua dua nya maka Power utama adalah dari PLN,
Jika power PLN OFF maka secara otomatis sistem ATS akan memberikan
perintah ke Panel PKG ( Panel Kontrol Genset) untuk memulai starting
Genset,
Jika power sudah siap akan secara otomatis masuk menggantikan power
PLN.
Material dasar Membuat Panel distribusi Tegangan Rendah yang sering kita temui
antara lain :
ACB (Air Circuit breaker ), ACB digunakan untuk pemutus sirkit power
listrik utama yang berasal dari sumber listrik, Arus operasionalnya (In)
bisa mencapai 100-6300 Ampere dan kapasitas pemutusannya (breaking
cacity) mencapai 50-150KA.
Ampere meter, digunakan untuk mengukur arus pemakaian listrik tiap fase
nya
Volt meter, digunakan untuk mengukur tegangan sirkit baik tegangan satu
fase dan tiga fase.
Kesimpulan
Saran.
Kawat Grounding
Lighting arester
Lembaran Pengamatan
3.8.2 Pembahasan
4. Temperatur Tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap
perubahan temperatur permukaan.Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan
temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata
tidak ada pengaruhnya.
ELEKTRODA PENTANAHAN
Elektroda batang yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama
kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini
banyak digunakan pada gardu induk.Secara teknis, elektroda jenis ini mudah
pemasangannya dan tidak memerlukan lahan yang luas.Elektroda batang biasanya
ditanam dengan kedalaman yang cukup dalam.
3. Elektroda Plat
Elektroda plat merupakan elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau
berlubang) atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam cukup
dalam. Elektroda ini digunakan apabila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil
dan yang sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis
tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan
seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada
lokasi elektroda ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan
dimasukkan mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah
liat atau cokas.
2. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang
mana akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat nimia
yang biasa di pakai adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium
sulfat, dan coper sulfat.
3. Dengan Bentonite.Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu
dengan mencampur bubuk bentonite, garam dapur dan air maka
campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah
yang rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut
disekeliling elektroda maka tahanan pentanahandapat diperkecil 1/10 –
1/15 kali.Komposisi campuran bentonite menurut
perbandingan :Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2
2. Elektroda Indikator
a. Pengertian Elektroda indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang
potensial elektrodanya bergantung terhadap konsentrasi (aktivitas)
analit yang diukur(vogel:).
b. Jenis-jenis elektroda indicator
i. Elektroda indikator logam
Elektroda jenis pertama
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi
Mn+ dalam Mn+|M reaksi setengah redoks. Elektroda jenis pertama merupakan
elektroda logam murni yang memepertukarkan kationnya langsung dengan
logamnya.Elektroda jenis pertama tidak banyak digunakan karena sangat tidak
selektif dan merespon kation lainnya yang mudah tereduksi. Kelemahan dari
elektroda ini tidak terlalu selektif, kadang bereaksi dengan katon lain yg lebih
mudah tereduksi, elektroda logam dangat mudah teroksidasi
Elektroda jenis ke-2
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi X
dalam MXn|M reaksi setengah redoks. Logam tidak hanya merespon kationnya
tetapi juga merespon anion yang membentuk endapan sedikit larut dan kompleks
stabil dengan kationnya. Elektroda jenis ini memiliki ion-ion yang tidak bertukar
elektron langsung dengan elektrodanya. Sebagai gantinya, anion akan mengatur
konsentrasi kation yang bertukar elektron dengan elektroda.
Elektroda redoks
Elektroda inert yang dapat ¬menjadi sumber elektron bagi reaksi setengah redoks.
ii. Elektroda membrane
Potensial membrane
Suatu perubahan potensial pada sebuah membran konduktif dimana sisi
yang berlawanan kontak (berhubungan) dengan larutan yang memiliki komposisi
berbeda.
Elektroda selektif ion
Sebuah elektroda dimana potensial membrannya merupakan fungsi
konsentasi dari satu ion tertentu.
Elektroda kaca
Sebuah elektroda selektif ion berdasarkan membran kaca yang potensial
terbentuk dari reaksi pertukaran ion pada permukaan membran.
Elektroda membran Kristal
Sebuah elektroda selektif ion yang didasarkan pada kelarutan yang kecil
dari bahan kristal anorganik. Tidak hanya kaca saja yang selektif terhadap kation,
tetapi beberapa zat padat lainnya juga selektif terhadap kation. Sebagai contoh
kristal tunggal lantanum florida yang bertindak sebagai membran digunakan
untuk menetapkan ion fluorida.Kristal itu dikontaminasi dengan suatu unsur tanah
langka, europium(II), untuk meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda ini
mampu merespon ion fluorida smpai konsentrasi 10-5 M.
b. Saran
Setelah melakukan praktikum tentang Sistem Grounding pada jaringan
distribusi, praktikan sedikit memberikan saran agar perlengkapan maupun
material praktek kerja di bengkel distribusi untuk lebih dilengkapi lagi, sebab
yang praktikan lihat saat ini perlengkapan keja dan material yang akan digunakan
pada praktek sistem distribusi masih sangat minim.
BAB IV
INSPEKSI DAN KOMISIONING
JARINGAN
4.1 PENGERTIAN
Inspeksi Rutin.
- Inspeksi rutin.
- Inspeksi rutin sistematis.
Inspeksi rutin .
Adapun hasil yang diharapkan dari pekerjaan inspeksi rutin ini adalah
dapat ditemukannya kelainan – kelainan yang di-kawatirkan dapat menyebabkan
terjadinya gangguan se-belum periode inspeksi rutin berikutnya diselenggarakan.
Inspeksi sistematis.
Pekerjaandalamkegiatanpemeriksaanrutinsistematisakanlebihluasjangkaua
nyadanakanlebihteliti, bisasampaibongkar – pasangjaringan.
Inspeksi Korektif.
Inspeksi Darurat.
Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna dan keandalan
tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan inspeksi adalah untuk
mendukung program pemeliharaan periodik dengan Jadwal tertentu.
- Inspeksi triwulanan.
- Inspeksi Semesteran.
- Inspeksi Tahunan.
- Inspeksi 3 (tiga) tahunan.
Inspeksi triwulanan.
Inspeksi triwulanan atau tiga bulanan adalah suatu kegiatan dilapangan
yang dilaksanakan dalam waktu tiga bulan sekali dengan maksud untuk
mengadakan pemeriksaan kondisi sistem.
Dengan harapan langkah – langkah yang harus dilaksanakan untuk
perbaikan peralatan sistem yang terganggu dapat ditentukan lebih awal, sehingga
kemungkinan terjadinya gangguan pada sistem tersebut dapat ditekan sekecil
mungkin atau ditiadakan.
Inspeksi Semesteran
Inspeksi Tahunan
Pekerjaan ini sifatnya untuk menunjang operasi secara langsung atau dapat
mengurangi adanya gangguan operasi sistem.
- Pemeriksaan (GD, JTM, JTR, SR, fuse link, HRC fuse, dll).
- Pengetesan / percobaan ( Proteksi, PS, lampu penerangan, peralatan bantu
dll).
Contoh :
Periode Total
Gardu anggaran
(BH)
(BH)
A1 O 1
A2 O 1
B1 O 1
B2 O 1
B3 X 1
C1 X 1
C2 X 1
D1 X 1
Jumlahbiaya&atau A1 A2 B1 B2 R+S+
Jasa (Rp)
+=R +=S +=T +=U T+U
B3 C1 C2 D1
PERIODE TOTAL
Tahun
TRW I TRW II TRW III TRW IV Anggaran
Feeder (KMs)
(KMs)
A (35) X - O - 35
B (10) O - O - 10
C (15) O - O - 15
D (25) O - X - 25
K (30) - X - O 30
L (20) - O - O 20
M (10) - O - O 10
N (30) O - X 30
JUMLAH
VOL. FISIK
(BH) 85 90 0 0 175
R U
O :Pemeriksaanrutin .
X : Pemeriksaan sistematis.
Contohnya :
Tabel IV.4.c
A1a 500
A1b 700
A1c 500
A1d 400
A1k 600
A1l 600
A1m 400
A1n 500
Tabel IV.4.d
Total th
Periode
TRW TRW TRW Anggaran
SR(Bh) TRW III
I II IV (GH)
SR1 O - - - 1
SR2 O - - - 1
SR3 - O - - 1
SR4 - O - - 1
SR5 - - O - 1
SR6 - - O - 1
SR7 - - - O 1
SR8 - - - O 1
Jumlah
Vol.fisik 2 2 2 2 8
(BH)
Jumlah
SR1 + SR3 + SR5 + SR7 +
Biaya R+S+
SR2 = SR4 = SR6 = SR8 =
Mat dan T+U
R S T U
/ jasa
4.5 KOMISIONING
Kondisi suatu peralatan listrik yang akan didipakai dapat diketahui layak
atau tidaknya dipakai melalui Pemeriksaan dan Pengujian, dari sinilah dapat
diketahui mutu sebenarnya peralatan yang akan dioperasikan. Mutu dapat dilihat
dari sifat tampak (visual check) dan pengujian untuk mengetahui unjuk
kerjanya .Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa akibat mutu peralatan yang akan
di operasikan mutunya rendah, maka akan menyebabkan terganggunya mutu
pelayanan.
Contoh : Konektor jaringan terjadi loncatan api ( karena mutu material dan
cara pemasangan kurang baik ) maka akan berakibat tegangan tdk normal di
konsumen / pelanggan .
2. Pemeriksaan Pemasangan :
Adalah untuk menilai keadaan isolasi dari prlengkapan atau bagian dari
instalasi yang dirakit atau mengalami pengerjaan dilapangan harus mengalami
pengujian tegangan tinggi , pengujian ini untuk menilai Tahanan isolasi peralatan
tenaga listrik kondisinya baik / tidak baik .
= 28.75 0 Volt AC
= 28,75 KV AC
Earth Tester
I1
M
I1 I2
I2
ER ~S
A Q
P Q’
T
EX
X Y Z
I1
Rangkaian earth tester
HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN DALAM
PENGOPERASIAN PHB-TR DAN SKUTR / SUTR BARU
2. Pengawatan
Bodi PHB –
PentanahanNetral Arrester BodiTrafo
TR
(x10 Ω) (x10 Ω) (x10 Ω)
(x10 Ω)
1,8 = 18 Ω 1,1 = 11 Ω 2,0 = 20 Ω 1,2 = 12 Ω
2. Pengukuran Tegangan
- Pengukuran tegangan dilakukan secara parallel dengan sumber
daya listrik (power source)
3. Tabel hasil Pengukuran Tegangan
- Hasil pengukuran Tegangan pada Saklar Utama
4. Pengukuran Arus
- Pengukuran Arus dilakukan secara seri dengan sumber daya
listrik (power source)
5. Tabel hasil Pengukuran Tegangan
Jurusan HasilpengukuranArus
Phasa R Phasa S Phasa T Netral
(A) (A) (A) (A)
Induk 0 0 0 0
Jurusan I 0 0 0 0