Anda di halaman 1dari 69

TUGAS

CRITICAL BOOK REVIEW


Analisis Sistem Tenaga

Nama / Nim :
Wahyu Harianja / 5183530011
Jeremia Marvel Purba/5183530002
Robbi Sihombing/5181230009
Zefanya K Gurning/5182230002
Andre K Sitohang/5183530015
Dosen Pengampu :
Abdul Hakim Butar-Butar

Mata Kuliah :
Analisis Sistem Tenaga

Program Studi : Teknik Elektro (S-1)


Semester/TA : 5 / 2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa,
yang karena bimbingan-Nyalah maka penyusun bisa menyelesaikan sebuah karya
tulis berupa Critical Book Report pada mata kuliah Analisis Sistem Tenaga.

Tugas ini dibuat dalam rangka mereview, menganalisi buku yang dipilih dan
juga sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah “Analisis Sistem Tenaga”

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan


yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah mendukung
penyusunan critical book riview ini. Selanjutnya kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada Tuhan
yang Maha Esa dan dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya.

Medan, Desember 2020


A. KETERANGAN BUKU

(BUKU 1)
Judul : Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Tahun Terbit : Th. 2012 (Edisi 1)
Pengarang : Bonar Pandjaitan
Penerbit : CV Andi Offset Yogyakarta
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-979-29-3293-5
Tebal Buku : 525 halaman

(BUKU 2)
Judul : Rele Proteksi – Prinsip dan Aplikasi
Tahun Terbit : Th. 2008
Pengarang : Hendra Marta Yudha
Penerbit : FT Universitas Sriwijaya
Kota Terbit : Sriwijaya
Tebal Buku : 235 halaman
B. ISI BUKU

(Buku Instalasi Tegangan Menengah

BAB 8
Spesifikasi Teknis Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik
A. Tujuan
1. Guru/ peserta Diklat/pelatihan dapat menjelaskan peralatan-peralatan utama proteksi
sistem tenaga listrik.
2. Guru/ peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan peralatan–peralatan penunjang pada
proteksi sistem tenaga listrik.
3. Guru/ peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan bentuk dan spesifikasi dari peralatan
utama dan peralatan penunjang dari proteksi sistem tenaga lsitrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari menganalisis spesifikasi
teknis peralatan proteksi sistem tenaga listrik adalah Spesifiksi peralatan proteksi sistem
tenaga listrik dapat dianalisis dengan benar.

C. Uraian Materi
Peralatan Utama Sistem Proteksi
Sistem Proteksi pada jaringan distribusi didukung oleh beberapa peralatan utama.peralatan
utama ini lah yang berfungsi langsung mengatasi gangguan dan mengisolasi bagian jaringan
yang terganggu dari bagian lain yang masih dapat beroperasi dengan baik. Diagram peralatan
proteksi secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Diagram Peralatan Proteksi

Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa peralatan utama sistem proteksi ini terdiri atas:
a. Instrumen pengukuran
Instrumen pengukuran adalah peralatan proteksi yang berfungsi melakukan
pembacaan besaran arus dan tegangan dan meneruskan informasi ini ke relai
proteksi. Jika besaran arus dan jaringan pada jaringan melewati setelan yang telah
dipasang pada relai dimana menandakan terjadinya gangguan, maka relai atau circuit
breaker akan segera memutus dan mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan
tersebut. Instrument pengukuran ini dapat berupa trafo arus (current transformer/CT)
dan trafo tegangan (voltage trasformer/VT).
1) Trafo Arus (CT)
Trafo arus merupakan trafo yang dipergunakan untuk mentrasformasikan arus
atau menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada
tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan pengamanan. Kumparan
primernya dihubungkan secara seri dengan beban yang akan diukur atau
dikendalikan. Beban inilah yang menentukan besarnya arus yang mengalir ke
trafo tersebut. Kumparan sekundernya dibebani impedansi konstan dengan syarat
tertentu. Fluks inti dan arus yang mengalir pada rangkaian sekunder akan
tergantung pada arus primer. Trafo ini juga disebut dengan trafo seri.
Trafo arus terdiri atas dua tipe:
a) Tipe wound primary
b) Tipe bar primary
Perbedaan kedua jenis tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Tipe Rangkaian Trafo Arus CT


Klasifikasi CT (Berdasarkan IEC 44-1:
Class 0,2 S and 0,2 digunakan untuk pengukuran dengan presisi tinggi
Class 0,5 and 0,5 S digunakan untuk pengukuran normal
Class 1,0 and 3 digunakan untuk pengukuran instrument dan statistik
Class 5P and 10P digunakan pada relai proteksi, contoh spesifikasi penulisan
5P20 ( 20 menyatakan faktor limit akurasi terhadap arus rating).
Class TPX, TPY and TPZ digunakan untuk kondisi trasient dimana TPY and
TPZ dilengkapi dengan celah udara dan inti yang benar.
Pada Gambar 2.3 berikut menggambarkan trafo arus dan beberapa bagian
utamanya.
Gambar 2.3 Trafo arus

2) Travo Tegangan (VT)


Trafo tegangan dalam sistem tiga fasa mengukur tegangan antara dua
konduktor atau tegangan antara satu konduktor dengan tanah. Menurut standar,
trafo tegangan mensuplai tegangan 100V, atau juga 100V ¿ √ 3 pada sisi sekunder
dalam kondisi operasi teraan (rating operation). Rasio tranformator teraan
K N =U ¿ /U 2 N diberikan dalam bentuk fraksi (misalnya 200.000 V / 100 V),
seperti pada trafo arus. Trafo tegangan didesain untuk pemakaian pada beban
resistansi tinggi karena itu tidak pernah dihubung singkat pada sisi sekundernya.
Tidak seperti pada trafo arus, sisi sekunder trafo tengangan dapat diproteksi
dengan fuse.
Gambar 2.4 Kontruksi Trafo Tegangan Magnetik

Gambar 2.5 Kontruksi Trafo Tegangan Kapasitif

Trafo tegangan terdiri dari dua tipe yaitu magnetik dan kapasitor yang masing
masingnya punya karaktristik yang berbeda. Bagian-bagian kontruksi trafo
tegangan magnetik ditunjukkan pada Gambar 2.4 dan kontruksi trafo tegangan
kapasitif ditunjukkan Gambar 2.5.
Magnetik PT dibedakan dari trafo daya dalam pendinginan dan ukuran
konduktor, outputnya ditetapkan dengan ketepatan peralatan yang lebih baik dari
pada dengan limit pengoprasian temperature, sejak isolasi peralatan disamakan
untuk power trafo harga magnetik PT untuk Circuit 100 KV menjadi dilarang,
sekarang dalam prakteknya untuk menurunkan V L, tegangan kapasitansi dibagi
sebelum digunakan untuk trafo tegangan. Rating tegangan bagan primer PT bisa
demikian setelah diturunkan 100V L. Kapasitor PT biasanya dipilih untuk stasiun
indoor untuk menghindari bahaya api. Gambar 2.6 menunjukkan rangkaian
magnetik dan kapasitor PT:

Gambar 2.6 Rangkaian Magnetik dan Kapasitor PT

b. Peralatan pemutus rangkaian


Peralatan pemutus rangkaian adalah peralatan proteksi yang berfungsi
mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan. Relai proteksi, circuit breaker dan
fuse termasuk dalam kategori ini.
1) Relai
Relai adalah alat yang memproteksi sistem tenaga listrik dengan cara
mendeteksi gangguan yang terjadi pada saluran, jika terjadi gangguan maka relai
akan memberikan suplay daya kepada rangkaian proteksi untuk memutuskan arus
yang menyebabkan gangguan tersebut. Gambar dan bentuk rangkaian pada relai
ditunjukkan pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.
Gambar .2.7 Relai Magnetik

Gambar 2.8 Kontruksi Relai Elektromekanik pada Posisi NO (Normally Open)


Klasifikasi relai
Berdasarkan besaran input :
a) Arus [ I ] : Relai Arus lebih [ OCR ], Relai Arus kurang [ UCR ]
b) Tegangan [ V ] : Relai Tegangan lebih [ OVR ], Relai Tegangan kurang
[ UVR ]
c) Frekuensi [ F ] : Relai Frekuensi lebih [ OFR ], relai Frekuensi kurang
[ UFR ]
d) Daya [ P;Q ] : Relai daya Max / Min, relai arah/ directional, Relai daya baik.
e) Impedansi [ Z ] : Relai jarak [ Distance ]
f) Beda Arus : Relai diferensial
Berdasarkan karaktristik waktu kerja :
a) Seketika [ Relai Instant/ moment/ High speed ]
b) Penunda waktu [ time delay ] Definite time delai , inverse time delai
c) Kombinasi instant dengan tundaan waktu
Berdasarkan jenis kontak :
a) Relai dengan kontak dalam keadaan normal terbuka (normallly open contact)
b) Relai dengan kontak dalam keadaan normal tertutup (normally close contact)
Berdasarkan fungsi :
a) Relai Proteksi
b) Relai monitor
c) Relai programming : Reclosing Relai, Synchro check relai
d) Relai pengaturan ( regulating relai )
e) Relai bantu : sealing unit, lock out relai, closing relai dan tripping relai.
Berdasarkan prinsip kerja:
a) Tipe Elektromekanis
- Tarikan magnit ; tipe plunger, tipe hinged armature, tipe tuas seimbang
- Induksi : tipe saded pole, tipe KWH, tipe mangkok (cup)
b) Tipe termis
c) Tipe Gas ; Relai buccholz
d) Tipe tekan ; Pressure relai
e) Tipe statik (Elektronik)

2) Circuit Breaker (CB)


Circuit breaker merupakan perangkat pengaman arus lebih yang bekerja
membuka dan menutup rangkaian secara non-otomatis dan memutus rangkaian
secara otomatis ketika arus yang mengalir dirangkaian melebihi rating arus yang
telah ditentukan tanpa menimbulkan kerusakan pada peralatan ( CB dan
rangkaian ) pada saat terjadi gangguan. Contoh Circuit Breaker (CB) dan
kontruksinya ditunjukkan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10.

Gambar 2.9 Circuit Breaker (CB)


Gambar 2.10 Kontruksi Circuit Breaker

Klasifikasi Circuit Breaker


Berdasarkan Pemakaian
a) LVCB ( Low Voltage Circuit Breaker, ˂ 600 V )
b) MVCB ( Medium Voltage Circuit Breaker 600 V – 1000V )
c) HVCB ( High Voltage Circuit Breaker, ˃ 1000 V )
Berdasarkan Kontruksi :
a) MCCB ( Molded Case circuit Breaker )
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses
operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat
untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai
pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis
tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur
sesuai dengan yang diinginkan.
Gambar 2.11 MCCB ( Mold Case Circuit Breaker)
Keterangan
1. Bahan BMC untuk bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan untuk pemasangan ST dan VT
4. Penggerak lepas sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
b) ICCB ( Insulated case Circuit Breaker )
Berdasarkan Medium :
a) ACB ( Air Circuit Breaker) Medium pemutus udara
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan
rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching
maupun gangguan.
Gambar 2.12 ACB ( Air Circuit Breaker)
b) OCB ( Oil Circuit Breaker ) Medium pemutus minyak
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak
sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila
terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api akan
berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh gelembung-
gelembung uap minyak dan gas. Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat
thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik
sekali digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

Gambar 2.13 OCB (Oil Circuit Breaker)

c) SF6CB ( Sulfur Circuit Breaker) Medium pemutus gas ( SF6)


SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai
sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai
sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip
pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas
ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating
tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.

Gambar 2.14 SF6CB ( Sulfur Circuit breaker )

d) VCB (Vacum Circuit Breaker ) Medium pemutus hampa udara


Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open) sehingga
dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat gangguan atau
sengaja dilepas. Salah satu tipe dari circuit breaker adalah recloser. Recloser
hampa udara dibuat untuk memutus- kan dan menyambung kembali arus
bolak-balik pada rangkaian secara otomatis. Pada saat melakukan pengesetan
besaran waktu sebelumnya atau pada saat recloser dalam keadaan terputus
yang kesekian kalinya, maka recloser akan terkunci (lock out) sehingga
recloser harus dikembalikan pada posisi semula secara manual.
Gambar 2.15 VCB (Vacum Circuit Breaker)
3) Fuse (Pelebur)
Fuse adalah alat yang memprooteksi sistem tenaga listrik dengan cara
mendeteksi gangguan yang terjadi pada saluran berdasarkan seting nilai tertentu.
Jika terjadi gangguan yang melewati batas setting yang telah ditentukan maka
fuse akan secara langsung memutuskan arus yang menyebabkan gangguan
tersebut dengan mekanisme meleburnya elemen fuse yang menghubungkan
sistem tersebut.
Klasifikasi Fuse
Berdasarkan kontruksinya:
Klasifikasi fuse menurut kontruksi fisiknya diperlihatkan pada gambar berikut :
Gambar 2.16 Klasifikasi Fuse Menurut Kontruksi Fisik

Berdasarkan rating ( kapasitas pemutusan )


Berdasrkan ratingnya, standart EEI-NEMA mengelompokkan fuse kedalam 3
tipe yaitu:
a) Tpe E : merupakan fuse dengan rating tegangan 2,4 kV – 161 KV , biasanya
digunakan sebagai pengaman pada trafo maupun pengaman back up CB.
b) Tipe K :merupakn fuse dengan kecepatan lebur tinggi dengan rating arus 6 A
– 200 A, biasanya digunakan pada percabangan sistem distribusi.
c) Tipe T merupakan fuse dengan kecepatan lebur rendah dengan rating
dibawah 6 A, digunakan pada percabangan yang mensuplai motor yang
membutuhkan waktu tunda untuk arus seting.
Masing masing perusahhan produsen fuse memiliki tingkat rating tersendiri yang
mengacu kepada ketiga fuse diatas, sehingga untuk keperluan proteksi
dibutuhkan katalog khusus yang memuat informasi rating, rasio koordinasi dan
jenis fuse yang sesuai untuk aplikasi proteksi tertentu.

Peralatan Penunjang Sistem Proteksi


Peralatan penunjang merupakan komponen tambahan yang tidak terkait langsung dengan
pemutusan (perlindungan ) terhadap sistem yang diproteksi. Namun demikian, peralatan
penunjang ini berperan untuk menjamin bahwa peralatan proteksi terpasang dapat beroperasi
dengan baik dalam kondisi gangguan dalam bentuk apapun. Peralatan penunjang pada sistem
proteksi dapat berupa : suplay DC, saluran telekomunikasi dan arister.
a. Suplay DC
Suplai DC merupakan peralatan penunjang yang memberikan suplay daya ke sistem relai
yang pada umumnya memerlukan input daya DC. Penggunaan sisitem suplay daya DC ini
bertujuan untuk menjaga kontinuitas perlindungan dari peralatan proteksi terhadap sistem
meskipun suplay utama terputus. Suplay DC ini biasanya berupa batrai yang terhubung
keperangkat relai melalui rangkian suplai daya. Jenis batrai yang digunakan ada 2 tipe:
1) Lead acid type
Tipe ini berupa batrai elemen basah, dimana zat elektrolit batrainya merupakan cairan.
Batrai ini memerlukan perawatan lebih intensif.
2) Nickel cadmium type.
Berupa batrai elemen kering, dimana zat elektrolitnya berupa pasta kering sehingga
tidak dibutuhkan perawatan intensif.
b. Saluran Telekomunikasi
Saluran telekomunikasi merupakan peralatan penunjang yang menyediakan fasilitas
telekomunikasi pada sistem proteksi. Saluran ini dapat dipergunakan untuk monitoring
keadaan sistem dan dapat dikembangkan untuk pengendalian jarak jauh. Komponen
utamanya terdiri atas:
1) RTU ( Remote Terminal Unit )
2) Interfacing Card
3) Modem
4) CPU
5) Perangkat lunak sistem
Berbagai sistem telah dikembangkan untuk pemanfaatan saluran telekomunikasi untuk
keperluan monitoring dan pengendalian jarak jauh, salah satunya yang umum digunakan
pada sistem distribusi PLN adalah SCADA ( Supervisory Control and Data Acquisition).
c. Arester
Arister petir disingkat arester, atau sering juga disebut penangkap petir adalah alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap sambaran petir. Ia berlaku sebagai
jalan pintas sekitar isolasi. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat
atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas
itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran arus daya sistem 50 Hz.
Klasifikasi arester
1) Arester dengan celah udara ( Gapped Type surge Arrester)
Merupakan tipe konvensional dimana arester memiliki celah untuk mencegah
terbentukanya busur api pada saat operasi normal, terdiri atas beberapa tipe : tipe
expulsion, tipe spark gap dan tipe katup
2) Arester tanpa celah (Gappless Type surge arrester)
Merupakan tipe yang banyak digunakan sampai sekarang, dikembangkan dari material
semikonduktor seperti ZnO yang berfungsi sebagai pengganti celah.

BUKU 2

BAB 8
ALAT PENGAMAN JARINGAN
DISTRIBUSI

A. Pendahuluan
Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi melindungi atau
mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi tegangan lebih
(over voltage) atau arus lebih (over current) yang mengalir pada sistem tersebut, dan
mengalirkannya ke tanah (ground). Dengan demikian alat pengaman harus dapat menahan
tegangan sistem agar kontinuitas pelayanan ke pusat beban (load center) tidak terganggu
hingga waktu yang tidak terbatas. Dan harus dapat melalukan atau mengalirkan arus lebih
dengan tidak merusak alat pengaman dan peralatan jaringan yang lain. Oleh karena itu
fungsi alat pengaman adalah :
1. melindungi sistem terhadap kondisi beban lebih (over load) dan hubung singkat (chort
circuit).
2. melindungi sistem terhadap gangguan fisik dari luar terutama untuk saluran udara
(overhead line). Misalnya karena sambaran petir, sambaran induksi awan bermuatan
listrik dan sebagainya.
3. mengisolir bagian sistem yang terkena gangguan.
4. melindungi public/personal terhadap adanya jaringan tegangan tinggi, terutama pada
tempat-tempat yang padat penduduknya atau tempattempat dimana jaringan listrik
melintasi jalan lalu lintas umum.

Kegunaan sistem pengaman tenaga listrik, antara lain untuk :


a. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya
gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
b. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya
gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
c. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar pada sistem
yang lebih luas.
d. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada
konsumen.
e. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga listrik.
f. Menjaga kestabilan sistem tenaga
g. Menghindari hilangnya keuntungan perusahaan

Untuk meningkatkan keandalan jaringan distribusi tenaga listrik, cara terbaik adalah dengan
jalan merencanakan sistem isolasi yang cukup tahan terhadap tegangan lebih dan
mengkoordinasikan alat-alat pengaman yang mempunyai keandalan tinggi terhadap bahaya
elektris. Koordinasi pengaman ini dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah yang diambil
untuk menghindarkan gangguan pada sistem penyaluran tenaga listrik dengan jalan
membatasi gangguan-gangguan karena tegangan lebih atau arus lebih, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan pada peralatan jaringan. Dalam upaya menanggulangi terhadap
bahaya tegangan lebih atau arus lebih, maka persyaratan yang diperlukan bagi alat
pengaman yang baik adalah :
1. Dapat melepaskan tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat (short
circuit) terhadap sistem.
2. Dapat memutuskan arus lebih atau arus susulan dalam waktu yang cepat.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang tinggi, dalam arti nilai
perlindungan antara tegangan lebih maksimum yang diperbolehkan pada saat pelepasan
dengan tegangan maksimum sistem yang dapat dipertahankan sesudah terjadi pelepasan.
4. Mempunyai kepekaan (sensitivity) yang tinggi pada saat operasi.
5. Harus dapat bekerja dalam waktu singkat.
Oleh karena itu kontinuitas penyaluran tenaga listrik banyak tergantung pada kualitas sistem
jaringan distribusi itu sendiri, Makin komplek konfigurasi jaringan distribusi (seperti bentuk
network atau mesh) makin banyak peralatan yang digunakan.

B. Jenis Gangguan Pada Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang paling dekat dengan
pelanggan/ konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan dis-tribusi pada umumnya
lebih panjang dibandingkan dengan jaringan transmisi dan jumlah gangguannya (sekian kali
per 100 km pertahun) juga paling tinggi dibandingkan jumlah gangguan pada saluransaluran
transmisi. Jaringan distribusi seperti diketahui terdiri dari jaringan distribusi tegangan
menengah (JTM) dan jaringan distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan distribusi
tegangan menengah mempunyai tegangan antara 3 kV sampai 20 kV. Pada saat ini PLN
hanya mengembangkan jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. Jaringan distribusi
tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara tegangan menengah dan kabel
tanah. Pada saat ini gangguan pada saluran udara tegangan menengah ada yang mencapai
angka 100 kali per 100 km per tahun. Sebagian besar gangguan pada saluran udara tegangan
menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan oleh sentuhan pohon, apalagi saluran
udara tegangan menengah banyak berada di dalam kota yang memiliki bangunan-bangunan
tinggi dan pohon-pohon yang lebih tinggi dari tiang saluran udara tegangan menengah. Hal
ini menyebabkan saluran udara tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak
terlindung terhadap sambaran petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya
untuk daerah di luar kota selain gangguan sentuhan pohon juga sering terjadi gangguan
karena petir. Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini sifatnya temporer
(sementara), oleh karena itu penggunaan penutup balik otomatis (recloser) akan mengurangi
waktu pemutusan penyediaan daya (supply interupting time). Perlindungan sistem distribusi
meliputi :
1. Gangguan hubung singkat
a. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase
ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
b. Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo, generator,
(tembusnya isolasi).
c. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover dengan pohon,
tertiup angin.

2. Gangguan beban lebih


Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi
kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila
dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.

3. Gangguan tegangan lebih


Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran
distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat
dikelompokkan atas dua hal, yaitu : a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR atau pengatur tap
pada trafo distribusi.
b. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.
Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan berdampak
sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat. Sehingga istilah
gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan hubung singkat dan
peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini.

C. Alat Pengaman Jaringan Distribusi


1. Alat Pengaman Celah
a. Alat Pengaman Celah Batang (rod gap)
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling sederhana, yang terdiri
dari dua batang logam dengan penampang tertentu. Batang logam bagian atas diletakkan di
puncak isolator jenis pos (post type insulator) dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan
distribusi, sedangkan batang logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar isolator jenis pos
yang langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah kedua batang logam tersebut
disesuaikan dengan tegangan percikan untuk suatu bentuk gelombang tegangan tertentu. Pada
tabel di bawah ini memperlihatkan panjang celah yang diizinkan pada suatu tegangan sisitem.
Tabel 12
Tegangan Sistem dan Panjang Celah

Tegangan sistem 12 33 66 132 275 400


(kV)
Panjang celah 0,03 0,23 0,35 0,66 1,25 1,70
(m) 2

Gambar 91
Bentuk Pengaman Celah Batang (Rod Gap)

Gambar 92
Rangkaian Pengaman Celah Batang (Rod Gap)

Keuntungan alat pengaman celah batang ini selain bentuknya sederhana, juga mudah dibuat dan
kuat konstruksinya. Sedangkan kelemahan dari celah batang ini, bila terjadi percikan bunga api
akibat tegangan lebih maka bunga api yang ditimbulkan pada celah akan tetap ada walaupun
tegangan lebih sudah tidak ada lagi. Untuk memadamkan percikan bunga api yang ditimbulkan,
dapat dilakukan dengan memutus jaringan tersebut dengan menggunakan saklar pemutus udara
(air break switch). Saat gelombang pendek, tegangan gagalnya akan naik lebih tinggi dari pada
isolasi yang akan dilindunginya, sehingga diperlukan celah yang sempit untuk gelombang yang
curam. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 86 di atas.

b. Alat Pengaman Tanduk Api (arcing horn)


Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini diletakkan
dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator batang panjang (long rod
insulator). Tanduk api dipasang pada ujung kawat penghantar dan ujung isolator yang
berhubungan langsung dengan ground (tanah) yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur
api tidak akan mengenai isolator saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas dan bawah
diatur sekitar 75-85 % dari panjang isolator keseluruhan. Tegangan loncatan api untuk isolator
gandengan dengan tanduk api ditentukan oleh jarak tanduk tersebut. Untuk jelasnya lihat gambar
di bawah ini.

Gambar 93
Pengaman Tanduk Api (Arcing Horn)

c. Alat Pengaman Celah Sekring (fuse rod gap)


Alat pengaman celah sekring ini merupakan gabungan antara celah batang (rod gap)
dengan sekring yang dihubungkan secara seri. Penggabungan ini digunakan untuk
menginterupsikan arus susulan (power follow current) yang diakibatkan oleh percikan api. Oleh
sebab itu celah sekring mempunyai karakteristik yang sama dengan celah batang, dan alat ini
dapat menghindarkan adanya pemutusan jaringan sebagai akibat percikan, serta memerlukan
penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai. Kecuali itu agar supaya penggunaannya
efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara waktu leleh sekring dengan waktu kerja rele
pengaman.
d. Alat Pengaman Celah Kontrol (control gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur sedemikian rupa,
sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau dari segi lengkung volt-waktunya yang
mempunyai karakteristik lebih baik dari celah batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama
atau tanpa sekring; meskipun alat ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau
sekunder, dan dianggap sekelas dengan celah batang.

e. Alat Pengaman Celah Tanduk (horn gap)


Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-masing diletakkan diatas
isolator. Celah yang dibuat oleh kedua batang besi itu, satu batang dihubungkan langsung dengan
kawat penghantar jaringan sedangkan yang lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang
langsung terhubung ke ground (tanah). Celah tanduk ini biasanya bekerja pada saat terjadi
tegangan loncatan api pada celahnya. Ketika tegangan surja mencapai 150 – 200 % dari tegangan
nominal jaringan, maka akan terjadi pelepasan langsung pada celah dan langsung diteruskan ke
ground melalui resistor. Fungsi dari celah tanduk ini untuk pemutus busur api yang terjadi pada
saat tegangan lebih. Busur api cenderung naik akibat panas yang terlalu tinggi, juga disebabkan
peristiwa arus loop sebesar mungkin pada sisi lain membuat tembus rangkaian magnit
maksimum. Hanya celah tanduk sebagai arrester jauh dari memuaskan yang seringkali busur api
yang tak perlu. Pengaman ini tidak cukup karena dapat dibandingkan dari nilai pelepasan yang
rendah resistor. Dan ini tidak selalu menahan secara dinamis busur api yang mengikuti pelepasan
peralihan (transient discharge). Akibatnya salah satu pada keadaan tetap tanduk ground atau
dibinasakan oleh celah. Oleh sebab itu celah tanduk arrester sekarang hampir tidak diapakai lagi
sebagai alat pengaman petir.

2. Alat Pengaman Tabung Pelindung (protector tube)


Alat pengaman tabung pelindung ini terdiri dari : (1) tanduk api (arcing horn) yang
dipasang di bawah kawat penghantar, yang terhubung dengan tabung fiber. (2) Tabung
fiber yang terdiri dari elektroda atas yang berhubungan dengan tanduk api dan elektroda
bawah yang berhubungan langsung dengan tanah (ground). Apabila tegangan petir
mengalir ke kawat penghantar, maka akan terjadi percikan api antara kawat penghantar
dengan tanduk api. Percikan api akan mengalir dari elektroda atas ke elektroda bawah.
Karena panas tabung fiber akan menguap disekitar dindingnya, sehingga gas yang
ditimbulkan akan menyembur ke percikan apai dan memadamkannya. Alat pengaman
tabung pelindung ini digunakan pada saluran transmisi untuk melindungi isolator dan
mengurangi besarnya tegangan surja yang mengalir pada kawat penghantar. Selain itu
digunakan juga pada gardu induk untuk melindungi peralatan disconnect switches, ril
bus, dan sebagainya.

Gambar 94
Pengaman Tabung Pelindung (Protector Tube)

3. Alat Pengaman Lightning Arrester


Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan
peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran petir
(flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan. Lightning
arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan lebih abnormal
untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak peralatan jaringan
seperti tansformator dan isolator. Oleh karena itu lightning arrester merupakan alat yang
peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus disesuaikan dengan tegangan
sistem.
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan system
tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi
melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih
yang datang dan mengalirkannya ketanah.
Disebabkan oleh fungsinya, Arrester harus dapat menahan tegangan system 50 Hz untuk
waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami
kerusakan. Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk
jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan
lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih
external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan lebih
internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi
isolasi suatu system tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja
melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai
peralatan dalam gardu induk.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut :
a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya (discharge
voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan, harus cukup
rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan percikan disebut
juga tegangan gagal sela (gap breakdown voltage) sedangkan tegangan pelepasan
disebut juga tegangan sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan
(voltage drop)
Jatuh tegangan pada arrester = I x R
Dimana
I = arus arrester maksimum (A)
R = tahanan arrester (Ohm)
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus seperti
semula. Batas dari tegangan system di mana arus susulan ini masih mungkin,
disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.

Gambar 95
Arus melalui Arrester
Gambar 96
Tegangan dan Arus Pelepasan Pada Arrester

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak
timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku
sebagai isolasi tetapi bila timbul surja arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi
melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah arus hilang, arrester harus dengan
cepat kembali menjadi isolator.
Pada dasar arrester terdiri dari dua bagian yaitu : Sela api (spark gap) dan tahanan kran
(valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari tegangan
percikan ditentukan oleh tegangan system maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan
yang dilindungi. Untuk penggunaan yang lebih khusus arrester mempunyai satu
bahagian lagi yang disebut dengan Tahanan katup dan system pengaturan atau
pembagian tegangan (grading system).
Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan dengan tidak
memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang
memungkinkan terjadinya percikan pada waktu tegangan mencapai keadaan bahaya.
Dalam hal ini, tegangan system bolak – balik akan tetap mempertahankan busur api
sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan sebuah
tahanan, maka kemungkinan api dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai
harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk
meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa maksud melindungi
isolasi pun gagal. Oleh sebab itu disrankan memakai tahanan kran (valve resistor), yang
mempunyai sifat khusus, yaitu tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya
besar. Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama tegangan lebih
mencapai harga puncak. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan drastis
pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya besar.
Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi sehingga
arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya dimatikan
oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama sehingga
alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini didapatkan nama
tahanan kran.
Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang cukup besar (200–300 A)
dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, baik amplitude maupun
lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadaman dapat dilakukan sebelum
tegangan system mencapai harga nol.
Tegangan dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester adalah tegangan
maksimum sistem, dimana lightning arrester ini harus mempu-nyai tegangan dasar
maksimum tak melebihi tegangan dasar maksimum dari sis-tem, yang disebut dengan
tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100 %.

a. Lightning Arrester Jenis Oksida Film


Dalam tabung porselin dari alat pengaman lightning arrester tipe oksida film ini memiliki 2
ruang, yaitu : (1) ruang celah (gap chamber) dan (2) ruang butiran oksida timah hitam. Ruang
celah terbuat dari porselin annulus yang berbentuk silinder, yang berisi sebuah pegas, lempengan
cakram dan celah elektroda. Lempengan cakram terdiri dari dua lempeng yang disatukan
(crimped), yang masing memiliki dimeter sebesar 19 cm dan tebal 1,59 cm. Permukaan
lempengan cakram dilapisi dengan film yang diisolasi dengan vernis. Kekuatan tembus untuk
setiap lempeng cakram tersebut terjadi pada tegangan 300 V. Jumlah unit lempeng cakram
ditentukan oleh tegangan jaringan dan kondisi petir agar dapat menahan tegangan maksimum
sistem. Pada ruang celah ini ditempatkan juga sebuah pegas pada bagian atas dan celah elektroda
(gap electrode) pada bagian bawah. Sedangkan ruang butiran oksida timah hitam (lead peroxida)
berisi dengan butiran-butiran oksida timah hitam. Dimana panjang ruangan kira-kira 5,1 cm (2
inchi) per kV dari tegangan dasar. Satu tabung dapat digunakan untuk tegangan diatas 25 kV
ketika titik netral diketanahkan dengan induktansi coil. Butiran-butiran oksida timah hitam
mempunyai diameter 2,38 mm dengan kulit berlubang tipis dari litharge.
Ketika tegangan pelepasan (discharge voltage) mengalir ke ruang celah melalui pegas, maka
tegangan pelepasan akan menembus film yang berlapis vernis diatas lempeng cakram. Apabila
tegangan melebihi dari batas kekuatan lempeng cakram per unit, loncatan busur api akan
diteruskan ke celah elektroda. Dan mengalir langsung ke ruang butiran oksida timah hitam.
Panas yang berkembang akibat busur api menyebabkan oksida timah hitam berubah menjadi
merah. Sehingga busur api akan padam dan energi yang tersisa akan mengalir ke ground.

b. Lightning Arrester Jenis Thyrite


Elemen kran (valve) untuk arrester jenis thyrite ini terbuat dari bahan lempengan keramik yang
berkualitas baik, yang bertindak sebahai penghantar tegangan tinggi surja dan memperli-hatkan
tahanan tinggi untuk tenaga jaringan (line energy). Pada arrester ”thyriet magne-valve”
memperlihatkan arus petir lewat langsung celah by-pass seri ke celah utama, dan oleh elemen
thyrite ke ground. Jika energi jaringan berusaha mengikuti energi petir, maka energi jaringan
dibuat untuk mengalirkan langsung ke lilitan seri, dan menciptakan medan magnit cukup kuat
untuk memadamkan busur api dari pelepasan arus petir. Pemadaman ini bereaksi dengan cepat
dan mengambil kedudukan kurang lebih setengah gelombang energi jaringan.

Gambar 97
Pengaman Arrester Jenis Thyrite

Thyrite adalah bahan campuran padat tak organik dari keramik alam, yang mempunyai resistansi
lebih cepat untuk mengurangi.
c. Lightning Arrester Jenis Katup (Valve)
Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari sebuah celah api (spark gap) yang
dihubungkan secara seri dengan sebuah tahanan non linier atau tahanan katup (valve resistor).
Dimana ujung dari celah api dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari tahanan
katup dihubungkan ke ground (tanah). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Saat terjadi tegangan lebih maka pada celah api akan terjadi percikan yang akan menyebabkan
timbulnya bunga api (arc). Api percikan ini akan timbul terus menerus walaupun tegangan
lebihnya sudah tidak ada. Untuk menghentikan percikan bunga api pada celah api tersebut, maka
resistor non linier akan memadamkan percikan bunga api tersebut. Nilai tahanan non linier ini
akan turun saat tegangan lebih menjadi besar. Tegangan lebih akan mengakibatkan penurunan
secara drastis nilai tahanan katup, sehingga tegangan jatuh-nya dibatasi walaupun arusnya besar.

Gambar 98
Rangkaian dan Karekteristik Pengaman Arrester Jenis Katup (Valve)

Gambar 99
Pengaman Arrester Jenis Katup (Valve)

Arrester jenis katup ini terdiri dari sela pecik terbagi atau sela seri yang terhubung dengan
elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier.
Tegangan frekwensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri
tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut menjadi pengahantar. Sela
seri itu tidak dapat memutus arus susulan. Dalam hal ini dibantu oleh arrester tak linier yang
mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus susulan
dari frekwensi dasar terlihat pada karakteristik volt amper.

Arrester jenis katup ini dibagi dalam empat jenis yaitu :

1). Arrester katup jenis gardu


Arrester katup jenis gardu ini adalah jenis yang paling effisien dan juga paling
mahal. Perkataan “gardu“ di sini berhubungan dengan pemakaiannya secara
umum pada gardu induk besar. Umumnya dipakai untuk melindungi alat – alat
yang mahal pada rangkaian – rangkaian mulai dari 2400 volt sampai 287 kV
dan tinggi.

2). Arrester katup jenis saluran


Arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu . kata “saluran”
disini bukanlah berarti untuk saluran transmisi. Seperti arrester jenis gardu,
arrester jenis saluran ini dipakai untuk melindungi transformator dan pemutus
daya serta dipakai pada system tegangan 15 kV sampai 69 kV.
Gambar 100

Pengaman Arrester Katup (Valve) Jenis Saluran

3). Arrester katup jenis gardu untuk mesin–mesin


Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin– mesin berputar.
Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.

4). Arrester katup jenis distribusi untuk mesin–mesin


Arrester jenis distribusi ini khusus melindungi mesin– mesin berputar seperti di
atas dan juga melindungi transformator dengan pendingin udara tanpa minyak.
Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750
volt.

d. Lightning Arrester Jenis Expulsion


Lightning arrester jenis expulsion ini mempunyai dua celah api, yang satu berada diluar dan satu
lagi berada dalam. Ketika terjadi tegangan lebih pada jaringan maka pada elektroda batang
sebagai celah api 1 akan terjadi loncatan busur api (flshover). Loncatan busur api ini akan turun
ke dalam tabung fiber (fiber tube) diantara elektroda atas dan bawah yang merupakan celah api
2. Tem-peratur pelepasan dari busur api akan menimbulkan tekanan dalam tabung fiber,
sehingga tabung fiber akan meng-hasilkan uap gas. Makin tinggi tempe-ratur busur api makin
banyak uap gas yang dihasilkan. Uap gas yang dihasilkan oleh tabung fiber akan bercampur
dengan busur api, sehingga akan mem-binasakan busur api dan mengusir uap gas yang tak
berpenghantar ke luar tabung gas (vent). Dengan demikian daya busur api akan cenderung
mengikuti pelepasan peralihan (transient discharge) ke ground tanpa ada kekuatan selama
gelombang tegangan lebih terakhir.

Gambar 101
Pengaman Arrester Jenis Expulsion

Pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik yang
berada di udara atau disebut juga sela seri. Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada
jepitan arrester kedua sela percik, yang diluar dan yang berada didalam tabung serat, tembus
seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi arrester menjadi
konduktor dengan impedansi rendah dan melalukan surja arus dan arus daya system bersama –
sama. Panas yang timbul karena mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan tabung serat,
sehingga gas yang timbul akan menyembur pada api.
Arus susulan dalam arrester jenis ini dapat mencapai harga yang tinggi sekali tetapi lamanya
tidak lebih dari 1 (satu) atau 2 (dua) gelombang, dan biasannya kurang dari setengah gelombang.
Jadi tidak menimbulkan gangguan. Arrester jenis ekspulasi ini mempunyai karakteristik volt –
waktu yang lebih baik dari sela batang dan dapat memutuskan arus susulan.
Tetapi tegangan percik impulsnya lebih tinggi dari arrester jenis katup. Tambahan lagi
kemampuan untuk memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari
system pada titik di mana arrester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan arrester
jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator daya, kecuali untuk system
distribusi. Arrester jenis ini banyak juga digunakan pada saluran transmisi untuk membatasi
besar surja yang memasuki gardu induk. Dalam penggunaan yang terakhir ini arrester jenis ini
sering disebut sebagai tabung pelindung.

e. Karakteristik Arrester.
Oleh karena arrester dipakai untuk melindungi peralatan system tenaga listrik maka perlu
diketahui karakteristiknya sehingga arrester dapat digunakan dengan baik dalam pemakaiannya.
Arrester mempunyai tiga karakteristik dasar yang penting dalam pemakaiannya yaitu :
1. Tegangan rated 50 c/s yang tidak boleh dilampaui
2. Mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage limiting) bila
dilalui oleh berbagai macam arus petir.
Sebagaimana diketahui bahwa arrester adalah suatu peralatan tegangan yang menpunyai
tegangan ratingnya. Maka jelaslah bahwa arrester tidak boleh dikenakan tegangan yang melebihi
rating ini, baik pada keadaan normal maupun dalam keadaan abnormal. Oleh karena itu
menjalankan fungsingnya ia menanggung tegangan system normal dan tegangan lebih transiens
50 c/s. Karakteristik pembatasan tegangan impuls dari arrester adalah harga yang dapat ditahan
oleh terminal ketika melalukan arus – arus tertentu dan harga ini berubah dengan singkat baik
sebelum arus mengalir maupun mulai bekerja. Batas termis ialah kemampuan untuk mengalirkan
arus surja dalam waktu yang lama atau terjadi berulang – ulang tanpa menaikan suhunya.
Meskipun kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai 65000 – 100.000
ampere, tetapi kemampuannya untuk melalukan surja hubung terutama bila saluran menjadi
panjang dan berisi tenaga besar masih rendah.
Maka agar supaya tekanan stress pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin, suatu system
perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke
tanah ( saturated ground fault)
2. Dapat memutuskan arus susulan.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah, artinya
tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.
3. Alat Pengaman Arus Lebih
a. Fuse Cut Out
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan terhadap arus beban
lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena
hubung singkat (short circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh
lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di
Gardu Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang sama
dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat
jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse
cut out sebanyak tiga buah.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Sebab
fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan
dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut.
Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah
dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh
temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah
kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahanbahan
tersebut. Mengingat kawat perak memiliki konduktivitas 60,6 mho/cm lebih tinggi dari kawat
tembaga, dan memiliki temperatur
960° C, maka pada jaringan distribusi banyak digunakan. Kawat perak ini dipasangkan di dalam
tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan
kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya.
Jenis fuse cut out ini utnuk jaringan distribusi dugunakan dengan saklar pemisah. Pada ujung
atas dihubungkan dengan kontak-kontak yang berupa pisau yang dapat dilepaskan. Sedangkan
pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di
bawah ini.
Gambar 102
Pengaman Fuse Cut Out

Kalau arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di dalam tabung
porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan. Pada waktu kawat putus
terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin.
Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan
akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan
diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang
melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka
tabung porselin akan terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini
yang berfungsi sebagai saklar pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari
gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang melalui fuse cut
out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih pendek. Oleh karena itu
pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan lebih
besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang
diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi,
dan pengaman pada cabangcabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.

D. Penempatan Alat Pengaman Pada Jaringan


Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan system
tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi
melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang
datang dan mengalirkannya ketanah.

Gambar 103
Penempatan Pengaman Fuse Cut Out dan Arester Pada Jaringan

Disebabkan oleh fungsinya, Arrester harus dapat menahan tegangan system 50 Hz untuk
waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami
kerusakan. Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan
yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih
yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih
external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan lebih internal
seperti surja hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu
system tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan
listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.
1. Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Penyangga Jaringan
Gambar 104
Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Penyangga Jaringan

2. Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Opstijg Cable

Gambar 105

Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Opstijg Cable


3. Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Akhir Jaringan

Gambar 106

Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Akhir Jaringan

4. Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Trafo Double Pole

Gambar 107
Penempatan Pengaman Fuse Cut Out dan Arester Pada Tiang Trafo Double Pole
5. Penempatan Pengaman Arrester Pada Tiang Trafo Single Pole

Gambar 108
Penempatan Pengaman Fuse Cut Out dan Arester Pada Tiang Trafo Single Pole

BUKU PLN 1

4.4 SISTEM PEMBUMIAN


Terdapat perbedaan sistem pembumian pada transformator utama di Gardu
Induk / sumber pembangkit, namun tidak ada perbedaan sistem pembumian
pada
Transformator Distribusi dan Jaringan Tegangan Rendah.

4.4.1 Pembumian Transformator Daya Gardu Induk pada Sisi


Tegangan Menengah Lilitan sekunder/sisi Tegangan Menengah
transformator daya pada Gardu Induk dihubungkan secara bintang (Y).
Titik netral lilitan dibumikan melalui :
a. Pembumian dengan tahanan 12 Ohm untuk sistem SKTM. Untuk kawasan
industri yang peka terhadap kedip, nilai Rn dapat lebih besar dari pada 12
Ohm untuk memperkecil kedalaman kedip tegangan.

b. Pembumian dengan tahanan 40 Ohm untuk sistem SUTM, atau campuran


antara

SKTM dan SUTM.


c. Pembumian dengan tahanan 500 Ohm untuk sistem SUTM.

d. Pembumian langsung /solid grounded

e. Tanpa pembumian/ sistem mengambang

Karakteristik sistem pembumian tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 4.1
Sistem yang menggunakan pembumian dengan nilai tahanan mendekati nol
(solid ground) menyebabkan arus gangguan tanah sangat besar. Kabel tanah
yang memakai pita tembaga (copper shield) hanya mampu menahan arus
gangguan 1000 Ampere selama satu detik sehingga tidak dapat dipergunakan.

Sistem SUTM tanpa pembumian pada transformatornya hanya di pakai pada sistem
kelistrikan listrik desa yang kecil.

Nilai tahanan pembumian transformator pada Gardu Induk membatasi arus


hubung singkat ke tanah menjadi 1000 A untuk R =12 Ohm, 300 A untuk R =
40 Ohm dan 25 A untuk R = 500 Ohm. Kriterianya adalah kapasitas
penyulang atau pusat listrik dibatasi sebesar 10 MVA, sehingga arus perfasa
sebesar 300 A. Besar arus gangguan tanah dibatasi 300 A pada SUTM atau
campuran SUTM dan SKTM; sebesar 1000 A pada SKTM; dan sebesar 25 A
pada tahanan pentanahan 500 Ohm. Pertimbangan memilih sistem
pembumian tersebut merupakan pertimbangan manajemen perancangan
dengan memperhatikan aspek :
a. Aman terhadap manusia

b. Cepatnya pemeliharaan gangguan/selektifitas penyulang yang mengalami


gangguan.

c. Kerusakan akibat hubungan pendek

d. Pengaruh terhadap sistem telekomunikasi

e. Pertimbangan teknis kepadatan beban.

Faktor a, c, d menghendaki arus gangguan rendah, sedangkan faktor b menghendaki


arus gangguan besar. Untuk faktor e, bila kepadatan beban tinggi maka sebaiknya
digunakan
SKTM dengan tahanan pembumian minimal 12 Ohm.
4.4.2 Pembumian Transformator Distribusi pada Sisi Tegangan Rendah.
Bagian – bagian tranformator sisi Tegangan Rendah yang perlu
dibumikan adalah titik netral lilitan sekunder, bagian konduktif
terbuka, badan trafo dan bagian konduktif ekstra instalasi gardu.
Pembumian dilakukan secara langsung (solid grounded) dengan nilai
tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm.

4.4.3 Pembumian Lightning Arrester.


Lightning Arrester (LA) pada sisi Tegangan Menengah Gardu
Distribusi pasangan luar mempunyai elektroda pembumian tersendiri.
Ikatan penyama potensial dilakukan dengan menghubungkan
pembumian LA, pembumian titik netral transformator, pembumian
Bagian Konduktif Terbuka/Ekstra. Konstruksi ikatan penyamaan
potensial dilakukan dibawah tanah.
Pada transformator jenis CSP fasa‐1, penghantar pembumian LA disatukan
dengan badan transformator.
4.5.2 Proteksi Jaringan
Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh
gangguan pada penyaluran tenaga listrik serta memberikan
perlindungan yang maksimal bagi operator, lingkungan dan peralatan
dalam hal terjadinya gangguan yang menetap
(permanen).
Sistem proteksi pada SUTM memakai :
A. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa‐fasa untuk kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.

B. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis


SSO (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama, sementara
SSO dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan di Gardu Induk
dilengkapi dengan auto reclosing relay.

C. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan akibat


surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir, kabel Tee–
Off (TO) pada jaringan dan gardu transformator serta pada isolator tumpu.

D. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap‐tiap
4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi 10
Ohm.

E. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran petir
langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah padat
petir yang terbuka.

F. Penggunaan Fused Cut–Out (FCO) pada jaringan pencabangan.


G. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn)

Pemasangan Pemutus Balik Otomatis (PBO), Saklar Seksi Otomatis (SSO),


Pengaman Lebur dan Pemutus Tenaga (PMT) pada SUTM di pengaruhi oleh
nilai tahanan pembumian sisi 20 kV transformator tenaga di Gardu Induk.

Tabel 4.1 Karakteristik Sistem Pembumian


Tahanan pembumian Sisi 20 kV‐hulu Gardu Pada jaringan SUTM‐
Induk hilir
1. Nilai tahanan 500 Pemutus tenaga yang di • Saklar seksi otomatis ‐
tinggi Ohm lengkapi: SSO pada tiap ‐ tiap

• relai arus lebih fasa‐ zona perlindungan yang

fasa di pilih. Jenis SSO yang


di pakai adalah dengan
• relai gangguan tanah
pengindera tegangan
terarah
dan penyetelan waktu.
• recclosing relay untuk
Koordinasi Operasi
pengaman gangguan
antar SSO dilakukan
sesaat.
dengan koordinasi
waktu.

• Pengaman lebur pada


rendah 40
Nilai tahanan titik percabangan
Ohm. jaringan di lengkapi
dengan SSO dan
pengaman transformator
distribusi.
2.

• Saklar seksi otomatis ‐


Pemutus tenaga pada Gardu
SSO pada jaringan dari
Induk di lengkapi :
jenis pengindera arus
• relai arus lebih fasa‐ gangguan. Koordinasi
fasa antar SSO dilakukan

• relai gangguan tanah dengan koordinasi


waktu..
• reclosing relay untuk
gangguan sesaat • Pengaman lebur – PL.
Sebagai pengaman pada
percabangan jaringan
untuk gangguan fasa‐
fasa dengan elemen
lebur yang tahan surja
(tergantung
ukuran/KHA
Konduktor) dan sebagai
pengaman transformator
distribusi.
3. Pembumian langsung Pemutus tenaga pada Gardu • Pemutus balik otomatis

Induk di lengkapi : ‐ PBO dipasang pada


jaringan utama. Jarak
• relai arus lebih fasa‐
antar PBO di sesuaikan
fasa
dengan kemampuan
• relai gangguan tanah
penginderaan PBO,
• reclosing relay untuk
biasanya tidak kurang
gangguan sesaat • dari 20 km.

Saklar seksi otomatis –


SSO pada saluran
utama atau
pencabangan digunakan

untuk pembagian zona
yang lebih kecil. SSO
Jaringan tanpa
yang dipergunakan
pembumian
adalah dari jenis
(Pembangkit listrik •
pengindera arus
pedesaan)
gangguan dan di pasang
sesudah PBO

Pengaman lebur
digunakan sebagai
pengaman percabangan
jaringan.

4.
Pada jaringan 20 kV
OVR (over voltage relay)
mengambang dengan
besar kapasitas
pembangkit tertentu
sebaiknya di pasang
pengaman hubung
tanah dan antar fasa.

Catatan : Istilah PBO sesuai standar PLN adalah recloser yang terpasang di
jaringan; sedangkan di gardu induk/pusat listrik lebih tepat dipakai istilah rele
penutup balik (reclosing relay). Hal ini agar tidak membingungkan.

Monogram sistem proteksi dapat dilihat pada gambar berikut :

A: SUTM Penyulang –A
B: SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi‐Z (NGR) sisi 20 kV transformator
3 = Pemutus tenaga

‐ Rele gangguan tanah

4 = Pembumian bagian konduktif


terbuka
5 = Penghantar tanah (shield wire) :
optional
6 = Pengaman jaringan utama
‐ Saklar Seksi Otomatis
(SSO) 7 = Saklar tiang
)
k switch )
8 = Pengaman Gardu tipe Tiang

9 = Gardu Distribusi Tipe Beton


10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
‐ 5 kA pada tiang tengah
‐ 10 kA pada tiang
ujung 12 = Kabel TM
bawah tanah
Gambar 4.12 Diagram Proteksi SUTM dengan nilai Z = 40
Ohm.

A: SUTM Penyulang –A
B: SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi‐Z (NGR) sisi 20 kV transformator

3 = Pemutus tenaga

‐ Rele gangguan tanah

4 = Pembumian bagian konduktif terbuka


5 = Penghantar tanah (shield wire) : optional
6 = Pengaman jaringan utama
‐ Saklar Seksi Otomatis (SSO) 7 = Saklar tiang
)
k switch )
8 = Fused Cut‐ Out (FCO)
9 = Pengaman Jaringan
Pencabangan
‐ Saklar seksi otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
‐ 5 kA pada tiang tengah
‐ 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas
interloop penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah
14 = Gardu Distribusi Tipe Beton

Gambar 4.13 Diagram Proteksi SUTM dengan nilai Z = 500


Ohm.
A: SUTM Penyulang –A
B: SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi‐Z = 0 Ohm sisi 20 kV
transformator
3 = Pemutus tenaga
‐ Rele arus lebih

4 = Pembumian bagian konduktif


terbuka
5 = Penghantar tanah (sheild wire)
6 = Pengaman jaringan utama
‐ Pemutus Balik Otomatis – PBO
7 = Saklar tiang
)
k switch )
8 = Pengaman Jaringan Sekunder

9 = Pengaman Jaringan Percabangan


‐ Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
‐ 5 kA pada tiang tengah
‐ 10 kA pada tiang ujung
12 = Kabel TM bawah tanah
13 = Gardu Distribusi Tipe Beton

Gambar 4.14 Diagram Proteksi SUTM dengan Solid Ground


(Pembumian Langsung).

A : Penyulang SUTM
1 = Transformator Step‐Up 380 V/20kV
2 = Pembumian bagian konduktif terbuka
3 = Saklar tiang
1 ‐ Pemisah ( pole top
switch )
5
4 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
5 = Lightning arrester
A
2
8

6 = Fused Cut‐Off (FCO)


7 3 = Gardu Distribusi
8 = Penghantar Tanah (Shield Wire)
2

S
5 6

2
4 2

Gambar 4.15 Diagram Proteksi SUTM dengan Sistem Mengambang (tanpa


pembumian) pada PLTD Kecil.

4.6.2 Proteksi Jaringan


Proteksi jaringan kabel tanah hanya dilindungi dari 2 penyebab gangguan,
gangguan fasa‐fasa dan gangguan fasa‐tanah.
Relai terpasang pada kubikel 20 kV di Gardu Induk, relai tipe arus
lebih, fase‐fase dan arus lebih hubung tanah dengan karakteristik sesuai
kebutuhan (IDMT atau Inverse Relay). Jenis kabel yang dipakai adalah
multicore atau single core belted cable dengan copper screen. Cooper
screen pada terminal Gardu Induk dan atau Gardu Distribusi dapat
dibumikan atau tidak, sesuai dengan konsep proteksinya dengan
kemampuan dialiri arus listrik 1000 Ampere selama 1 detik.
Sambungan kabel dengan saluran udara Tegangan Menengah dipasang
Lightning
Arrester untuk melindungi kabel akibat surja petir dengan nilai arus pengenal
10 KA

pada tiang pertama dan ujung serta 5 KA pada tiang tengah. Tambahan
pemakaian fused cut out dapat dipertimbangkan sesuai kebutuhan.
Untuk sambungan sistem spot load ditambahkan rele diferensial atau directional pada Gardu
Hubung sisi pelanggan Spotload.

5.3 KONSTRUKSI PEMBUMIAN

Konstruksi pembumian SUTM dilaksanakan pada :


- Pembumian lightning arrester

- Bagian konduktif terbuka :

ƒ Palang (cross‐arm) pada tiap‐tiap 3 gawang

ƒ Pole Top Switch /Air Break Switch (PTS/ABS)

ƒ Kapasitor

ƒ Pemutus Balik Otomatis (PBO)


Apabila saluran udara SUTM underbuilt dengan saluran tegangan rendah, pembumian
palang (cross‐arm) dilaksanakan pada tiap‐tiap 2 gawang dan di jadikan satu dengan
pembumian Netral JTR.
Penghantar pembumian memakai penghantar BC 50 mm2 dan elektroda pembumian jenis
batang dengan panjang 3 meter. Penghantar pembumian yang tidak menjadi satu dengan
tiang beton, harus dilindungi dengan pipa galvanis ukuran ¾ Inchi sepanjang 3 meter dari
permukaan tanah. Ikatan pembumian dilakukan 20 cm dibawah tanah dengan ikatan klem
yang memenuhi syarat. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm.

5.4 Konstruksi Fused Cut Out (FCO)

Pada jaringan yang memungkinkan memakai FCO sebagai pengaman jaringan dipasang pada
tiap‐tiap fasa aktif (bukan penghantar netral)

5.9 KONSTRUKSI PROTEKSI PETIR

Pada beberapa konstruksi saluran udara terdapat pemasangan penangkal petir pada tiang dan
gardu pasangan luar. Demikian pula pemasangan lightning arrester pada tiap‐tiap isolator tumpu
SUTM. Pengkajian ulang diperlukan atas kebutuhan pemakaian penangkal petir dan lightning
arrester jenis tersebut. Khususnya yang berhubungan dengan tingkat IKL dan kepadatan petir
suatu daerah. Sudut perlindungan elektroda penangkap petir adalah sebesar 30°.

BAB 10
PEMBUMIAN PADA KONSTRUKSI
JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

10.1 KONSEP DASAR PEMBUMIAN


Tujuan pembumian pada suatu sistem tenaga listrik secara umum adalah :
1. Memberikan perlindungan terhadap bahaya listrik bagi pemanfaat listrik dan
lingkungannya

2. Mendapatkan keandalan penyaluran pada sistem baik dari segi kualitas, keandalan
ataupun kontinuitas penyaluran tenaga listrik

3. Membatasi kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terhubung tanah dan nilai tegangan
kerja minimal.

Pada jaringan distribusi tenaga listrik terdapat sejumlah titik pembumian baik pada sisi
tegangan menengah maupun pada sisi Tegangan Rendah yaitu:
1. Pembumian pada konstruksi jaringan distribusi

a. Pembumian titik netral transformator Gardu Induk

b. Pembumian titik netral transformator sisi Tegangan Rendah (sekunder) pada

Gardu Distribusi
c. Pembumian penghantar netral sisi tegangan menengah dan Tegangan

Rendah
d. Pembumian penghantar tanah (shield wire) sisi Tegangan Rendah

e. Pembumian pelindung lapisan tembaga, baja pada kabel bawah tanah

2. Pembumian alat proteksi dan alat ukur

a. Pembumian Lightning Arrester

b. Pembumian CT/PT

3. Pembumian Bagian Konduktif Terbuka dan Ekstra (BKT dan BKE)

a. Pembumian badan (panel) PHB‐TM, PHB‐TR, Kabel Tray/Rak Kabel

b. Pembumian Palang (cross arm/travers)


c. Pembumian bagian logam yang bukan merupakan bagian dari instalasi misalnya
pintu gardu, pagar besi

10.2 PEMBUMIAN TITIK NETRAL SISI SEKUNDER TRANSFORMATOR


TENAGA PADA GARDU INDUK ATAU PEMBANGKIT

Lilitan Transformator tenaga pada Gardu Induk atau Pembangkit pada sisi sekunder (20
kV) mempunyai bentuk hubung bintang. Titik bintang tersebut dibumikan dengan cara :
1. Melalui tahanan :

a. Tahanan rendah 12 Ohm, 40 Ohm

b. Tahanan sangat rendah (pembumian langsung / solid grounded)

c. Tahanan tinggi 500 Ohm

2. Tidak dibumikan (pembumian mengambang), misalnya pada jaringan tegangan


menengah di PLTD kecil

Nilai pembumian ini antara lain memberikan variasi jenis konstruksi jaringan, sistem
proteksinya dan jangkauan pelayanan jaring distribusinya.

10.2.1 Pembumian dengan nilai tahanan rendah 12 Ohm dan 40 Ohm


Pembumian dengan nilai tahanan rendah ini dipakai di Gardu Induk pada sistem :
1. Tahanan 12 Ohm untuk transformator yang melayani saluran kabel tanah.

Nilai arus hubung tanah maksimum sebesar 1000 Ampere.


2. Tahanan 40 Ohm untuk transformator yang melayani khususnya Saluran Udara
Tegangan Menengah. Nilai arus hubung tanah maksimum pada sistem tegangan 20
kV sebesar 300 Ampere.
Nilai arus hubung tanah yang besar memudahkan kerja relai proteksi dan memungkinkan
memakai relai dengan harga relatif murah. Nilai arus hubung tanah yang kecil tidak cukup besar
untuk memutuskan fuse cut out jika terjadi hubung singkat ke tanah pada bagian yang dilindungi.
Pembumian dengan nilai tahanan 12 Ohm dipakai khususnya pada transformator tenaga yang
memasok tenaga listrik untuk jaringan kabel tanah di daerah PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang dan kota Bandung. Lapisan tembaga
(Copper Shield) kabel dapat menahan arus 1.000 ampere tersebut selama 1 detik. Pembumian
dengan nilai tahanan 40 Ohm dipakai pada transformator untuk jaringan distribusi Saluran Udara
di Jawa Barat, Jakarta Raya dan Luar Jawa. Apabila jaringan Tegangan Menengah (Saluran
Udara) putus dan mengenai Jaringan Tegangan Rendah, besarnya tegangan naik di Jaringan
Tegangan Rendah sebesar 1.500 Volt.

10.2.2 Pembumian dengan nilai tahanan sangat rendah (solid grounded)


Pada sistem ini nilai pembumian sisi 20 kV transformator Gardu Induk dihubungkan langsung ke
bumi. Sistem ini memberikan keuntungan pada jaringan distribusi yaitu :
1. Arus gangguan sangat besar, sehingga memudahkan koordinasi relay. Fuse cut‐out
(FCO) digunakan sebagai pengaman jaringan fasa‐tanah dapat bekerja efektif.

2. Jangkauan jaringan distribusi luas.

3. Dengan sistem multigrounded common netral pada jaringan TM, memungkinkan


sistem fasa‐1 pada jaringan TM untuk melistriki daerahdaerah terpencil dengan biaya
investasi murah.

Sistem pembumian ini dipakai pada daerah di PT. PLN Persero Distribusi Jawa Tengah dan
Jogjakarta. Oleh karena memakai sistem multi grounded common netral, konstruksi jaringan
dalam beberapa segi sedikit berbeda dengan sistem konstruksi di daerah lain khususnya pada
Saluran Udara Tegangan Menengah, spesifikasi transformator serta sistem Saluran Udara
Tegangan Rendah (SUTR). Arus gangguan tanah yang terjadi sangat besar, sesuai dengan
kecilnya impedansi gangguan. Semua tiang dan bagian konduktif terbuka pada jaringan
dihubungkan dengan penghantar netral bersama yang pada tiap‐tiap tiang dihubung tanahkan.
Besarnya nilai pembumian sebesar‐besarnya 5 Ohm.
10.2.3 Pembumian dengan nilai tahanan tinggi
Pada sistem ini nilai tahanan pembumian (NGR) sisi 20 kV transformator tenaga di
Gardu Induk atau pembangkit sebesar 500 Ohm.

Dengan nilai pembumian yang tinggi ini maka arus gangguan ke tanah relatif kecil,
yaitu sebesar 25 Ampere. Nilai arus sebesar ini akan memberikan tegangan sebesar
125 Volt jika terjadi saluran udara TM putus dan terkena
Jaringan TR sehingga keamanan umum lebih terjamin.
Sistem pembumian pada titik‐titik di jaringan sama dengan sistem pembumian di PLN
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

10.2.4 Pembumian Mengambang


Pembumian Mengambang saat ini di PLN hanya ada pada sistem kelistrikan pedesaan
dengan pembangkit kecil sebagai sumber pembangkit listrik, dan tidak ada pembumian
pada sisi transformator 20 kV, namun ada pembumian pada lightning arrester (LA) sisi
sekunder transformator dan bagian konduktif terbuka jaringan.
Pembumian pada Jaringan Tegangan Rendahnya memakai sistem TN‐C, namun hanya
ada pada 1(satu) tiang sebelum tiang akhir penyulang utama atau penghantar paling
besar.

10.3 PEMBUMIAN TITIK NETRAL TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

• Titik netral transformator sisi Tegangan Rendah dibumikan dengan penghantar


tembaga yang berukuran sama dengan penghantar netral kabel transformator ke PHB‐
TR. Apabila terjadi hubung tanah satu fasa, tidak menaikkan tegangan fasa yang lain
terhadap.

• Nilai tahanan elektroda pembumian tidak melebihi 1 Ohm


Pembumian titik netral pada Gardu Distribusi Beton dapat dilakukan melalui 2 cara:
a. Penghantar titik netral transformator dibumikan di luar instalasi pembumian gardu
yaitu pada tiang pertama saluran udara Tegangan Rendah atau pada PHB pertama
Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah pada penghantar netralnya. Massa trafo dan
kubikel PHB di bumikan tersendiri.

b. Penghantar titik netral transformator di bumikan pada perlengkapan hubung bagi


Tegangan Rendahnya. Pembumian memakai penghantar tembaga dengan penampang
sekurang‐kurangnya 50 mm 2 dan di hubungkan ikatan pembumian bersama bagian
konduktif terbuka (massa trafo, kubikel dll )

10.4 PEMBUMIAN PADA JARING DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH

1. Pembumian proteksi pada jaringan Tegangan Rendah memakai pola TN‐C. penghantar
netral jaringan dibumikan setiap 5 tiang (+/‐ 200 meter) dengan titik pembumian
pertama pada tiang kedua dari tiang awal dan 1 (satu) tiang sebelum tiang akhir.

2. Besar nilai pembumian satu elektroda maksimal 10 Ohm. Tahanan total pada gardu dan
JTR maksimal 5 Ohm

3. Pada sistem multi grounded common netral, penghantar netral sistem Tegangan

Rendah juga menjadi penghantar netral sistem Tegangan Menengahnya. Ketentuan pada standar
konstruksi di PLN Distribusi Jawa Tengah pada setiap tiang, penghantar tersebut dihubungkan
dengan terminal pembumian tiang, namun hubungan dengan elektroda pembumian dilakukan
pada tiap 5(lima) tiang.

10.5 PEMBUMIAN PADA GARDU DISTRIBUSI


Bagian‐bagian yang dibumikan pada gardu distribusi adalah :
1. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE)
misalnya pintu gardu, panel kubikel.

2. Terminal netral sisi Tegangan Rendah transformator distribusi

3. Lapisan pelindung elektris kabel tegangan menengah pada kubikel

4. Lightning Arrester pada Gardu Portal

Tidak boleh membumikan bagian‐bagian tersebut sendiri‐sendiri, kecuali pembumian


lightning arrester. Penghantar pembumian bagian‐bagian tersebut dihubungkan pada suatu
ikatan ekipotensial, selanjutnya ikatan ekipotensial tersebut dibumikan, sehingga gradien
kenaikan tegangan terhadap bumi akibat gangguan ke tanah pada semua bagian instalasi
sama besarnya. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm (1,7 Ohm pada buku
standar konstruksi DJBB).

10.6 PEMBUMIAN PENGHANTAR TANAH (SHIELD WIRE/EARTH WIRE)

Secara umum penghantar tanah atau earth wire/shield wire tidak dipergunakan.
Penghantar ini dipasang diatas jaringan SUTM pada daerah padat petir yang terbuka dan
dihubungkan langsung dengan tiang dan dibumikan. Penggunaan penghantar tanah ini
hendaknya di kaji secara baik antara lain tingkat Ik yang ada.l Pemasangan pada daerah‐
daerah yang terdapat bangunan/pohon yang lebih tinggi dari tinggi dari jaringan dinilai
kurang efektif.

10.7 PEMBUMIAN LIGHTNING ARRESTER

Lightning Arrester (LA) dibumikan dengan elektroda tersendiri. Pada gardu distribusi tipe
portal, elektroda pembumian titik netral transformator terpisah dengan elektroda
pembumian Lightning Arrester.
Untuk mendapatkan gradien tegangan yang sama terhadap bumi, penghantar pembumian
lightning arrester dengan titik netral sisi Tegangan Rendah transformator distribusi dihubungkan
secara mekanis (di bonding) di bawah tanah. Pada pada gardu portal dan gardu cantol,
penghantar pembumian lightning arrester disatukan dengan badan transformator dan selanjutnya
dibumikan.

BUKU PLN 4

II.1.3 PHB sisi Tegangan Menengah (PHB-TM)


Berikut ini adalah Komponen Utama PHB-TM yang sudah terpasang/terangkai secara lengkap
yang lazim disebut dengan Kubikel-TM, yaitu :

II.1.3.1 Pemisah – Disconnecting Switch (DS)


Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya
dapat dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.

II.1.3.2 Pemutus beban – Load Break Switch (LBS)


Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban
dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau
keluar gardu distribusi.
Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara interlock
dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit
(RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.

II.1.3.3 Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)


Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam keadaan
normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah
dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current Relay) dan dapat difungsikan
sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM tersebut diatas sudah terakit
dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering disebut Kubikel Pembatas Beban
Pelanggan.
II.1.3.4 LBS - TP (Transformer Protection)
Transformator distribusi dengan daya ≤ 630 kVA pada sisi primer dilindungi pembatas arus
dengan pengaman lebur jenis HRC (High Rupturing Capacity).
Peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi dengan LBS
yang dipasang sebelum pengaman lebur.

Untuk gardu kompak, komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah
terangkai sebagai satu kesatuan, dan disebut Ring Main Unit
(RMU).
Gambar 2.3 Kubikel Ring Main Unit (RMU)

II.1.4 PHB sisi Tegangan Rendah (PHB-TR)


PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali yang saling
berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan mekanis pada
bagian-bagian penyangganya.
Secara umum PHB TR sesuai SPLN 118-3-1–1996,untuk pasangan dalam adalah jenis
terbuka. Rak TR pasangan dalam untuk gardu distribusi beton. PHB jenis terbuka adalah suatu
rakitan PHB yang terdiri dari susunan penyangga peralatan proteksi dan peralatan Hubung
Bagi dengan seluruh bagian-bagian yang bertegangan, terpasang tanpa isolasi. Jumlah jurusan
per transformator atau gardu distribusi sebanyak-banyaknya 8 jurusan, disesuaikan dengan
besar daya transformator dan Kemampuan Hantar Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang
digunakan. Pada PHB-TR harus dicantumkan diagram satu garis, arus pengenal gawai
proteksi dan kendali serta nama jurusan JTR.
Sebagai peralatan sakelar utama saluran masuk PHB-TR, dipasangkan Pemutus Beban
(LBS) atau NFB (No Fused Breaker).
Pengaman arus lebih (Over Current) jurusan disisi Tegangan Rendah pada PHB-TR
dibedakan atas :

II.1.4.1 No Fused Breaker (NFB)


No Fused Breaker adalah breaker/pemutus dengan sensor arus, apabila ada arus yang
melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas breaker, maka sistem magnetik dan
bimetalic pada peralatan tersebut akan bekerja dan memerintahkan breaker melepas
beban.

II.1.4.2 Pengaman Lebur (Sekering)


Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya untuk membuka
rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut
melebihi suatu nilai tertentu dalam jangka waktu yang cukup (SPLN 64:1985:1).
Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk setiap saat menjaga
atau mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang tersambung
dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya (SPLN 64:1985:24). Berdasarkan
konstruksinya Pengaman Lebur untuk Tegangan Rendah dapat digolongkan
menjadi :

II.1.4.2.1 Pelebur Tabung Semi Terbuka


Pelebur ini mempunyai harga nominal sampai 1000 Ampere. Penggunaannya
sebagai pengaman pada saluran induk Jaringan
Tegangan Rendah, saluran induk Instalasi Penerangan maupun Instalasi
Tenaga. Apabila elemen lebur dari pelebur ini putus dapat dengan mudah
diganti.

I.1.4.2.2 Pelebur Tabung Tertutup (tipe NH atau NT)


Jenis pengaman lebur ini paling banyak digunakan. Pemilihan besar rating
pengaman pelebur sesuai dengan kapasitas transformator dan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis PHB-TR

No. Uraian Spesifikasi


1. Arus pengenal saklar pemisah Sekurang-kurangnya 115 % IN transformator
distribusi
2. KHA rel PHB Sekurang-kurangnya 125 % arus pengenal
saklar pemisah
3. Arus pengenal pengaman Tidak melebihi KHA penghantar sirkit keluar
lebur
Fungsi dari kapasitas Transformator dan
4. Short breaking current (Rms)
tegangan impendasinya
5. Short making current (peak) Tidak melebihi 2,5 x short breaking current
6. Impulse voltage 20 kV
Indeks proteksi – IP Disesuaikan dengan kebutuhan, namun
(International sekurangkurangnya IP-45
7.
Protection) untuk PHB
pasangan luar
IN = I nominal sisi sekunder transformator
Buku 4 : Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik

II.1.6 Peralatan Switching dan Pengaman sisi Tegangan Menengah


II.1.6.1. Fused Cut Out (FCO)
Pengaman lebur untuk gardu distribusi pasangan luar dipasang
pada Fused Cut Out (FCO) dalam bentuk Fuse Link. Terdapat 3 jenis
karakteristik Fuse Link, tipe-K (cepat), tipe–T (lambat) dan tipe–H
yang tahan terhadap arus surja.
Data aplikasi pengaman lebur dan kapasitas transformatornya dapat
dilihat pada tabel. Apabila tidak terdapat petunjuk yang lengkap, nilai arus pengenal pengaman
lebur sisi primer tidak
Gambar 2.5 Fused Cut Out (FCO)
melebihi 2,5 kali arus nominal primer tranformator.
Jika sadapan Lighning Arrester (LA) sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse Link tipe–H. jika
sebelum Fused Cut Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K.
Sesuai Publikasi IEC 282-2 (1970)/NEMA) di sisi primer berupa pelebur jenis pembatas
arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T
(lambat) dan tipe-K (cepat) menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974) – NEMA untuk
pengaman berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi dengan
pengamanan sisi sekunder.

II.1.6.2 Lightning Arester (LA)


Untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya pada pasangan luar dari tegangan
lebih akibat surja petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan pada
SUTM, Pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO

Fused cut out

Gambar 2.6 Lighting Arrester (LA)

Nilai arus pengenal LA : 5 KA – 10 KA – 15 KA

Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk perlindungan Transformator
yang dipasang pada tengah-tengah jaringan memakai LA 5 KA, dan di ujung jaringan dipasang
LA – 10 KA.
PENUTUP
1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu tentunya setiap buku memiliki kelemahan dan
kelebihannya masing-masing sehingga pembaca harus menyesuaikan buku mana yang nyaman
dan menurutnya pas untuk dibaca sebagai sumber ilmu pengetahuannya.

2 Saran
Saya menyadari bahwa dalam CBR yang saya susun ini masih banyak yang kurang atau
dikatakan masih jauh dari sempurna oleh karena itu, saya berharap para pembaca memberikan
saran atau masukannya untuk penyempurnaannya.

Anda mungkin juga menyukai