Anda di halaman 1dari 11

1.Mengapa isolator tidak terbuat dari bahan logam ?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

2.Sebutkan berkas yang dibutukan dalam perencanaan instalasi listrik pada suatu gedung / bangunan,

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

3.Apa yang dimaksud dengan, SLP, SMP, SLTR, APP, PHB, IP dalam Instalasi Listrik

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

4.Mengapa isolator retak dapat menimbulkan gangguan ( Trip PMT ) ?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

5.Tuliskan rumus untuk perhitungan daya listrik yang Saudara ketahui !


…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

{Sumber Bacaan NO 2}

Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL ini dan harus pula diperhatikan ketentuan
yang terkait dalam dokumen berikut:

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Beserta Peraturan


Pelaksanaannya.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Propinsi
sebagai Daerah Otonomi.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan

Tenaga Listrik.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik;

Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi


Ketenagalistrikan.

Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi,


Sertifikasi dan Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi.
Rancangan instalasi listrik harus berdasarkan persyaratan dasar dan memperhitungkan serta
memenuhi proteksi untuk keselamatan sesuai aturan yang telah ditentukan.

Sebelum merancang suatu instalasi listrik harus dilakukan penilaian (assessment) dan survai lokasi
seperti yang dijelaskan dalam IEC 364-3.

>>>Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami oleh para
teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.

Rancangan instalasi listrik terdiri dari :

a) Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat instalasi
tersebut akan dipasang dan rancangan penyambungannya dengan sumber tenaga listrik.

b) Gambar instalasi yang meliputi:

Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik beserta sarana
kendalinya (pelayanannya), seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar, motor listrik, PHB dan lain-lain.

Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti hubungan lampu dengan
sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan gawai pengatur kecepatannya, yang merupakan
bagian dari sirkit akhir atau cabang sirkit akhir.

Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b) dan PHB yang bersangkutan,
ataupun pemberian tanda dan keterangan yang jelas mengenai hubungan tersebut.

Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik.

c) Diagram garis tunggal, yang meliputi :


Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran pengenal komponennya;

Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembagiannya;

Sistem pembumian dengan mengacu kepada 3.18;

Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.

d) Gambar rinci yang meliputi :

Perkiraan ukuran fisik PHB;

Cara pemasangan perlengkapan listrik;

Cara pemasangan kabel;

Cara kerja instalasi kendali.

e) Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain :

Susut tegangan;

Perbaikan faktor daya;

Beban terpasang dan kebutuhan maksimum;

Arus hubung pendek dan daya hubung pendek;

Tingkat penerangan.

f) Tabel bahan instalasi, yang meliputi :

Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan;

Jumlah dan jenis perlengkapan bantu;

Jumlah dan jenis PHB;


Jumlah dan jenis luminer lampu.

g) Uraian teknis, yang meliputi :

Ketentuan tentang sistem proteksi dengan mengacu kepada 3.17;

Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya;

Cara pengujian;

Jadwal waktu pelaksanaan.

h) Perkiraan biaya

{Sumber Bacaan NO 3}

yang dimaksud dengan, SLP, SMP, SLTR, APP, PHB, IP dalam Instalasi Listrik

Alat Pengukur dan Pembatas (APP)

PLN (Perusahaan Listrik Negara) adalah perusahaan yang mengelola ketenagalistrikan di Indonesia.

Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai atau pun pelanggan listrik.

dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur dan pembatas (APP) daya listrik. APP

merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab dari PLN. PLN bertugas membuat rekening

listrik serta mengeluarkan alat pengukur dan pembatas yang memiliki rekening yang legal dan

standar, oleh sebab itu di toko alat listrik atau pun toko bahan bangunan tidak ada yang menjual alat

pengukur dan pembatas.

pada rangkaian listrik dengan tegangan rendah, letak APP dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Keterangan :

GD : Gardu Distribusi

TR : Jaringan Tegangan Rendah

SLP : Sambungan Luar Pelayanan

SMP : Sambungan Masuk Pelayanan

APP : Alat Pengukur dan Pembatas

PHB : Panel Hubung Bagi

IP : Instalasi Pelanggan

SLTR :Sambungan Listrik Tegangan Rendah

SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD/TR merupakan penghantar

dibawah atau di atas tanah. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah untuk menentukan besarnya

pemakaian daya dan energi listrik. Berikut ini beberapa contoh alat pengukur dan pembatas untuk

menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik, pada rangkaian instalasi listrik yang sering

dijumpai adalah kWh, KVaRh, KVA maksimum. Sistem pengukuran dibagi menjadi dua macam

yaitu :

Pengukuran Primer (Pengukuran secara langsung). Pengukuran Primer terjadi dari pengukuran primer

1 fasa untuk pelanggan dengan daya diatas 6600VA pada tegangan 220V / 380V dan pengukuran

primer tiga fasa untuk pelanggan dengan daya diatas 6600V sampai dengan 33000 VA pada tegangan

220 V / 380 V.
Pengukuran Sekunder Tiga Fasa (Pengukuran tidak langsung). pengukuran sekunder memelrlukan

trafo arus biasanya digunakan untuk pelanggan dengan daya 53KVA sampai dengan 197KVa .

Yang dimaksud dengan pembatas adalah pembatasan untuk menentukan batas pemakaian daya dan

daya tersambung. Alat pembatas yang digunakan adalah :

Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100A digunakan MCB dan diatas 100A digunakana

MCCB, peleburan tegangan rendah, NfB yang biasa diatur.

Pada sistem tegangan menegah biasanya menggunakan pelabur tegangan menengah atau biasanya

disebut dengan relay.

{Sumber Bacaan NO 5}
5.Tuliskan rumus untuk perhitungan daya listrik yang Saudara ketahui !

Pengertian Daya Listrik dan Rumus untuk Menghitungnya – Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris

disebut dengan Electrical Power adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah

sirkuit/rangkaian. Sumber Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan

beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya

listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita mengambil

contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan
mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi

panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah besarnya usaha

dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik

yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti

dibawah ini :

P=E/t

Dimana :

P = Daya Listrik

E = Energi dengan satuan Joule

t = waktu dengan satuan detik


Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P” yang merupakan

singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya Listrik adalah Watt yang disingkat

dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :

1 miliWatt = 0,001 Watt

1 kiloWatt = 1.000 Watt

1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

Rumus Daya Listrik

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah Rangkaian Listrik adalah

sebagai berikut :

P=VxI

Atau
P = I2R

P = V2/R

Dimana :

P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)

V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)

I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)

R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

Contoh-contoh Kasus Perhitungan Daya Listrik

Contoh Kasus I :

Sebuah Televisi LCD memerlukan Tegangan 220V dan Arus Listrik sebesar 1,2A untuk

mengaktifkannya. Berapakah Daya Listrik yang dikonsumsinya ?

Penyelesaiannya
Diketahui :

V = 220V

I = 1,2A

P=?

Jawaban :

P=VxI

P = 220V x 1,2A

P = 264 Watt

Jadi Televisi LCD tersebut akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 264 Watt.

Anda mungkin juga menyukai