Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM ELEKTRONIKA

DASAR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA


INDUSTRI D-3 METROLOGI DAN
INSTRUMENTASI

KARAKTERISTIK TRANSISTOR DAN COMMON EMITTER

NAMA : ELYANA SIMARMATA


NIM : 212411007
KELOMPOK : I (SATU)
GELOMBANG :A
ASISTEN : M. ARI SANDI PERANGIN-ANGIN

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR


DEPARTEMEN D-3 METROLOGI DAN
INSTRUMENTASI FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konfigurasi common emitter lebih banyak digunakan dari pada common base dan
common collector, karena common emitter arus, tegangan, dan penguatan
daya.Pengetahuan tentang karakterisktik umum elektronika dari transistor common
emitter adalah sangat penting. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau
Information and Communication Technology (ICT) telah merambah semua sisi kehidupan
manusia pada dewasa ini tak terkecuali pada bidang pendidikan. Hal itu dilakukan
sematamata untuk semakin mempermudah dan mendukung aktivitas belajar mengajar
dengan berbagai macam teknologi dan aplikasi yang dikembangkan. Sebagaimana
dikemukakan dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas), bahwa tujuan akhir dari penyelenggaraan pendidikan pada
esensinya adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Dengan meningkatnya sumber daya manusia akan semakin mempermudah dalam


persaingan di era pasar bebas yang membutuhkan SDM yang terampil. Salah satu bidang
yang dianggap dapat menjadi investasi jangka panjang adalah pendidikan, yang berarti
bahwa melalui pendidikan diharapkan sumber daya manusia dapat terbentuk kualitasnya
dengan cara mengembangkan segala potensinya yang ada pada dirinya sehingga mampu
menjadi manusia yang produktif dengan ketampilan kerja yang dimiliki dan dapat
menghasilkan nilai ekonomi serta dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu yang harus dimiliki suatu bangsa
apabila ingin menjadi bangsa yang maju, dan pendidikan diharapkan mampu 2
menjembatani hal tersebut tentunya dengan harus memiliki visi dan misi yang jelas dan
nyata. Hasil pengamatan yang didapatkan penulis dijadikan referensi untuk membuat Unit
Modul Praktikum Transistor sebagai Penguat sebagai alat praktik yang dirancang dengan
konsep modular sehingga siswa dapat praktik secara kelompok maupun mandiri dengan
lembar kerja. Unit Modul Praktikum ini dirancang dengan berbagai rangkaian yaitu
Transistor sebagai Penguat Common base, Transistor sebagai Penguat Common collector,
dan Transistor sebagai Penguat Common emitter.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip kerja transistor pada penguat
2. Untuk mengetahui penguatan transistor
3. Untuk mengetahui karakteristik penguat common emitter
4. Untuk mengetahui prinsip kerja penguat common emitter
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

BAB II

DASAR TEORI

Di sini kita mempertimbangkan perangkat dengan tiga (atau lebih) terminal, yang
disebut transistor. Transistor sering beroperasi dalam mode berikut : arus yang terbentuk di
antara dua terminal diatur oleh arus atau tegangan pada terminal ketiga. Salah satu jenis
transistor yang umum adalah transistor junction, yang terdiri dari tiga lapisan semikonduktor
yang didoping. Ketiga bagian tersebt disebut emitte, basis dan kolektor. Pita konduksi dan
valensi ditampilkan, dan hanya pembawa mayoritas yang ditunjukkan. Sambungan emitor-basis
dan bassis-kolektor berperilaku seperti sambungan pn biasa. Dalam operasi normaal, seperti
yang diilustrasikan , sambungan emitor-bsis dibias maju dan sambungan kolektor basis dibias
mundur, yang memberikan pita energi. Elektron mengalir dari emitter tipe-n. yang didoping
berat ke basis. Karena basis sangat sempit, sebagian besar elektron ini mencapai kolektor, tapi
nenerapa bergabung menjadi lubang di daerah tipe-p. Untuk mengisi lubang di basis, elektron
dan pita valensi di basis harus meninggalkan transistor melalui sirkuit eksternal sebagai arus
basis. Perubahan kecil pada arus basis dapat mengakibatkan perubahan beasar pada arus
kolektor. Dalam konfigurasi ini, transistor berfungsi sebagai penguat arus, dan penguatan arus.
Jenis transistor kedua disebut transistor efek medan (FET). Elektron mengalir melalui daerah
tipe-n dari sumber ke saluran ketika ada perbedaan potensial eksternal V, antara saluran dan
sumber. Daerah tipe-p banyak di doping dan lapisan penipisan yang terbentuk pada dua
sambungan pn menentukanlebar saluran tipe-n. Tegangan eksternal V, diterapkan pada daerah
tipe-p mengubah lebar daerah penipisan dan akibatnya mengubah lebar saluran tipe-n. Ini pada
gilirannya mengubah arus yang melalui perangkat, karena kemampuan arus untuk mengalir di
Sepanjang saluran-n tergantung pada labar saluran. Perubahan kecil pada tegangan gerbang
mengubah lebar saluran dan menyebabkan perubahan besar pada arus yang melalui saluran n,
sehingga perangkat dapat beroperasi sebagai penguat. Jenis FET yang umum digunakan secara
luas dalam sirkuit digital adalah FET logam oksida semikonduktor (MOSFET), yang dibuat
dengan mendepositkan dan mensketsa lapisan berturut-turut dalam substrat tipe-p.
Bahkan isolator terbaik pun sesekali melepaskan elektron bebas untuk berfungsi sebagai
pembawa arus. Namun, untuk sebagian besar tujuan praktis kita dapat menganggap isolator
sebagai bahan yang tidak memungkinkan arus mengalir melaluinya
Bahan isolator yang umum digunakan pada peralatan listrik adalah kertas, kayu, plastik, karet,
kaca, dan mika. Perhatikan bahwa isolator umum bukanlah elemen murni. Mereka adalah
bahan di mana dua atau lebih elemen bergabung bersama untuk membentuk substansi baru.
(Halliday,1916)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

Bahan isolator yang umum digunakan pada peralatan listrik adalah kertas, kayu, plastik, karet,
kaca, dan mika. Perhatikan bahwa isolator umum bukanlah elemen murni. Mereka adalah bahan
di mana dua atau lebih elemen bergabung bersama untuk membentuk substansi baru.
Parameter yang diukur dalam pengujian sensor tegangan adalah tegangan yang dihasilkan oleh
sel surya. Dalam hal ini, tujuan pengujian adalah untuk mengetahui ketelitian pengukuran
sensor tegangan dengan cara membandingkan nilai tegangan perhitungan dengan tegangan
pengukuran. Dari hasil pengujian ini didapatkan error antara tegangan teori dan tegangan
praktek adalah sebesar 0.02%.Berdasarkan error rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa
sensor tegangan telah sesuai dengan perancangan dan dapat digunakan sebagai alat ukur
tegangan sel surya. Paramater yang diuji dalam pengujian rangkaian pembangkit sinyal
ICL8038 adalah tegangan dan arus keluaran sinyal sinus pada pin 2, sinyal segitiga pada pin 3
dan sinyal kotak pada pin 9 ICL8038. Parameter lain yang diuji adalah frekuensi sinyal
keluaran dan bentuk sinyal yang dihasilkan. Sesuai dengan karakteristik yang terdapat pada
datasheet ICL8038 tegangan sumber yang diberikan ke dalam rangkaian ini adalah antara 10-
22V. Secara keseluruhan hasil pengujian rangkaian pembangkit sinyal dengan ICL8038 dapat
diamati melalui osiloskop. Frekuensi sinyal yang dihasilkan rangkaian ini adalah antara 50,20
hingga 52.30Hz Pada pengujian sinyal sinus diperoleh karakteristik tegangan dan arus yang
mendekati linier, nilai tegangan antara 0.86-1.59V dan nilai arus antara 0,21-0,70mA. Melalui
osiloskop dapat diketahui bahwa sinyal sinus yang dihasilkan ICL8038 memiliki duty cycle
50% dan frekuensi sinyal sebesar 50,20Hz. menunjukkan bentuk sinyal sinusoida keluaran
ICL8038 pada osiloskop. Dengan rangkaian yang sama pengujian tegangan dan arus sinyal
segitiga menghasilkan nilai tegangan sebesar 1.05-1.94V dan arus sebesar 0.25- 0,70mA.
Hubungan antara VIN dengan VOUT dan VIN dengan IOUT. besar 50% dengan frekuensi
sinyal sebesar 50,20 Hz. Frekuensi sinyal segitiga memiliki nilai yang sama dengan sinyal
sinus, hal ini disebabkan karena sinyal sinus pada IC merupakan hasil konversi dari sinyal
segitiga. Sedangkan untuk pengujian tegangan dan arus sinyal kotak diperoleh nilai tegangan
antara 5.36-9.24V dan arus 3.4-5.7mA yang mendekati linier dan duty cycle 50%, data berupa
grafik tegangan dan arus.Paramater yang diuji dalam pengujian rangkaian driver tegangan
adalah tegangan dan arus keluaran sinyal sinus, sinyal segitiga dan sinyal kotak.
Parameter lain yang diuji adalah frekuensi sinyal keluaran dan bentuk sinyal yang dihasilkan.
Driver tegangan sinyal sinus dapat menghasilkan VOUT = 15,6V dan arus keluaran driver
tegangan sebesar 0,33mA. Driver tegangan sinyal segitiga menghasilkan VOUT = 15,4V dan
arus keluaran sebesar 0,38mA. Driver tegangan kotak menghasilkan VOUT = 11,1V dan arus
keluaran sebesar 4,9mA. Pada pengujian ini frekuensi sinyal tidak mengalami perubahan.
Pengujian rangkaian driver arus menggunakan penguat Darilington menghasilkan keluaran
ISC sinyal sinus, sinyal segitiga dan sinyal kotak adalah sebesar 0,35A. Dua transistor NPN
tipe TIP 3055 yang disusun secara seri memberikan penguatan hingga 1062 kali . Konfigurasi
common collector dengan kaki collector kedua transistor yang hubung singkat dengan VCC
dan nilai Rangkaian Driver Power Supply Multimeter Osiloskop 6 Ib yang kecil pada satuan
mA menghasilkan arus yang mendekati nilai arus sumber sehingga arus yang mengalir konstan.
Pengukuran tegangan keluaran pada kaki emitter dengan tegangan masukan pada basis adalah
keluaran driver tegangan tidak mengalami pelemahan yang berarti, tetapi arus yang dihasilkan
memiliki kapasitas lebih besar. Tabel 2 menunjukkan data tegangan keluaran driver arus. uaran
rangkain driver arus dihubungkan ke masukan transformator step up 2 ampere di titik 15V dan
keluaran pada transformator diambil dari titik 220V menghasilkan tegangan keluaran AC.
Tegangan keluaran sinyal dari transformator tidak dapat mencapai tegangan 220V karena
dipengaruhi oleh efisensi transformator dalam perancangan yang tidak ideal. (sharma.1994)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

searah karena motor arus bolak-balik tidak membutuhkan sikat atau borstel sebagai
penghubung aliran listrik ke bagian yang bergerak atau rotornya. Sikat ini merupakan masalah
besar bagi motor karena bunga api listrik yang ditimbulkanya akibat gesekan maupun hubung
singkat antar cabang lilitan rotornya ketika rotor berputar. Dampaknya, pada periode tertentu,
sikat arang harus diganti. Sementara itu, perawatan pada motor arus bolak-balik hanyalah
pada masalah pelumasan saja. Dengan pertimbangan inilah para ahli berpikir untuk
merancang sumber listrik yang dapat diatur frekuensinya untuk mengatur kecepatan motor
bolak-balik. Motor arus bolak- balik yang digunakan sebagai penggerak, umumnya tiga fasa
karena medan putarnya otomatis tidak perlu diciptakan di motornya, melainkan dari sumber
listriknya sehingga pada daya yang motor yang sama, ukuran fisik motor arus bolak-balik tiga
fasa menjadi lebih kecil daripada motor arus bolak-balik-balik satu fasa. Karena kecepatan
motor arus bolak-balik bergantung pada jumlah kutub dan frekuensi, jadi secara praktis jika
kutubnya tetap, yang diatur adalah frekuensinya. Jika frekuensi motor turun, putaran motor
juga akan turun, demikian juga sebaliknya. Masalahnya, untuk mempertahankan kekuatan
putar (torsi motor), tidak hanya frekuensi yang diatur tetap juga tegangannya, sehingga
muncul teori pengaturan motor tiga fasa yakni: VOLT/HERTZ dijaga konstan untuk
menghasilkan torsi konstan. Pada frekuensi yang rendah, rugi tegangan pada resistansi stator
perlu dikompensasi. Pengaturan kecepatan motor tiga fasa pada tegangan masukan 45 volt per
fasa melalui perbandingan volt/hertz sudah dibuat modulnya oleh Chandra Murti Agustina
(2013), Nanda Christy (2013) dan Nurrohman (2014), sayangnya ketiganya masih
menggunakan dua potensio pengatur terpisah, masing-masing untuk mengatur nilai tegangan
dan nilai frekuensinya, sehingga tidak praktis karena harus memutar kedua potensio secara
bersamaan agar perbandingan volt/herzt tetap konstan. Disisi lain dengan adanya
perkembangan teknologi pengaturan kecepatan putaran motor dapat dilakukan secara otomatis
dengan bantuan suatu sistem mikrokontroler. Penggunaan mikrokontroler dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan-kemudahan dalam penggunaannya. Dengan menggunakan
mikrokontroler pengendalian kecepatan dapat dilakukan hanya dengan cara menekan tombol
yang ada pada sistem tersebut. Melalui penelitian ini, pengaturan kedua variable tersebut
dilakukan secara otomatis tanpa gerakan mekanik, dan sifatnya berjangkah dengan bantuan
mikrokontroler untuk mengatur besar tegangan dan frekuensi motor. Dalam penelitian ini
pengaturan kecepatan motor dibatasi pada empat kecepatan motor yaitu dalam keadaan
berhenti, berputar lambat, berputar dengan kecepatan sedang dan berputar dengan kecepatan
tinggi.Pemecahan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membuat
pengatur tegangan dan frekuensisecara serentak dengan cara menekan tombol mekanik.
Adapun diagram blok kerja alat yang akan dibuat dalam penelitian ini t dijelaskan secara
singkat prinsip kerja dari sistem pengaturan kecepatan putaran motor arus bolak-balik tiga
fasa berbasis mikrokotroler ATMega 8535 ini, sehingga mengakibatkan terkendalinya
putaran motor arus bolak-balik fasa tersebut. Pengaruh Jenis Transistor yang digunakan
tergantung pemakaian yang akan kita pilih pada suatu alat tersebut, jika dari jenistransistor
Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu transistor
Bipolar dan Transistor Efek Di sini kita mempertimbangkan perangkat dengan tiga (atau
lebih) terminal, yang disebut transistor. Transistor sering beroperasi dalam mode berikut :
arus yang terbentuk di antara dua terminal diatur oleh arus atau tegangan pada terminal
ketiga. Salah satu jenis transistor yang umum adalah transistor junction, yang terdiri dari tiga
lapisan semikonduktor nya. (Kumar, 2008)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

dapat diturunkan dengan membuka resistorRp dan korslet resistor Rc. Kolektor umum untuk
inputdan sirkuit keluarann yang di miliki transistor tersebut pada bagian ini yaitu
Transistor bipolar yang memiliki 3 terminal kaki ini terdapat 3 jenis rangkaian
konfigurasi dasar yang digunakan. Ketiga jenis Konfigurasi dasar tersebut
diantaranya adalah Common Base (Basis Bersama), Common Collector (Kolektor
Bersama) dan Common Emitter (Emitor Bersama). Nama “Common” atau
“bersama” ini menunjukan kaki terminal yang dipakai bersama untuk INPUT
(masukan) atau OUTPUT (keluaran). Setiap konfigurasi memiliki respon yang
berbeda-beda terhadap sinyal Input dalam rangkaiannya. Berikut ini adalah ketiga
konfigurasi Transistor yang dimaksud. Seperti namanya, yang dimaksud dengan
Konfigurasi Common Base (CB) atau Basis Bersama adalah konfigurasi yang kaki
Basis-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk input maupun output. Pada
Konfigurasi Common Base, sinyal input dimasukan ke Emitor dan sinyal outputnya
diambil dari Kolektor, sedangkan kaki Basis-nya di-ground-kan. Oleh karena itu,
Common Base juga sering disebut dengan istilah “Grounded Base” (Budianto,1994).
Penjelasan tetang Konfigurasi Common Base ini adalah dapat menghasilkan
Penguatan Tegangan antara sinyal input dan sinyal output namun tidak menghasilkan
penguatan pada arus Konfigurasi Common Collector (CC) atau Kolektor Bersama
memiliki sifat dan fungsi yang berlawan dengan Common Base (Basis Bersama).
Sedangkan pada Common Base menghasilkan penguatan Tegangan tanpa
memperkuat Arus, maka Common Collector ini memiliki fungsi yang dapat
menghasilkan Penguatan Arus namun tidak menghasilkan penguatan Tegangan.
Pada Konfigurasi Common Collector, Input diumpankan keBasis.

Transistor sedangkan Outputnya diperoleh dari Emitor Transistor sedangkan


Kolektornya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk input maupun output.
Konfigurasi Kolektor bersama (Common Collector) ini sering disebut juga dengan
Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal Output pada Emitor
hampir sama dengan tegangan Input Basis. Konfigurasi Common Emitter (CE) atau
Emitor Bersama merupakan Konfigurasi Transistor yang paling sering digunakan,
terutama pada penguat yang membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus secara
bersamaan. Hal ini dikarenakan Konfigurasi Transistor dengan Common Emitter ini
menghasilkan penguatan Tegangan dan Arus antara sinyal Input dan sinyal Output.
Common Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor di-
groundkan dan dipergunakan bersama untuk input dan output Pada Konfigurasi.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

groundkan dan dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada Konfigurasi
Common Emitter ini, sinyal input dimasukan ke Basis dan sinyal output-nya
diperoleh dari kaki Kolektor. (Sedha,2014)

Dalam merancang dan membuat alat detektor proximity ditunjang dengan teori-teori
yang menjadi landasan yang berkaitan dengan alat tersebut seperti Transisitor
Sebagai Amplifier, JFET (Junction Field effect transistor), Low Pass Filter (LPF) ,
Op Amp (Operational Amplifier) dan Multivibrator (astable dan monostable )
Transistor Sebagai Amplifier Transistor merupakan komponen yang dapat
menguatkan arus. Dengan kemampuan ini, transistor dapat dimanfaatkan dalam dua
moda, yaitu moda nonlinier dan moda linier. Moda nonlinier contohnya adalah
pemanfaatan transistor sebagai saklar elektronik, sedangkan moda linier adalah
transistor sebagai penguat (amplifier). Dalam penerapannya sebagai amplifier,
terdapat beberapa jenis konfigurasi amplifier. Kelas dari amplifier ini dibedakan
berdasarkan letak titik beban dari kerja transistor. Titik beban ini berada dalam garis
beban seperti yang terlihat dalam dengan menganggap rangkaian transistornya
adalah dalam konfigurasi common emitter.Transistor efek medan berbeda dari
transistor persambungan dwikutub(bipolar junction transistor) dalam karakteristik-
karakteristik penting sebagaiberikut
 Operasinya bergantung pada aliran pembawa mayoritas (majority carriers) saja. Karena
itu transistor FET adalah alat kutub tunggal atau unipolar (satu jenispembawa)
 Lebih mudah dibuat dan mengambil ruang lebih kecil dalam bentuk rangkaianterpadu
 Menunjukan hambatan masukan yang tinggi, secara khas berharga dalam ukuran
Megaohm.
 Mempunyai derau lebih rendah dari transistordwikutub
Tidak menunjukan adanya tegangan selisih perimbangan atau offset (offset) pada arus
kuras (drain) nol dan oleh karena itu berguna sebagai pencacah atau coper sinyal (signal
Chopper) yang sangatba Percobaan BJT DC analisis bertujuan untuk mengetahui
karakteristik transistor BJT berdasarkan arus Ic, Ib, dan tegangan antara emitor-colector
dan tegangan antara basis-emitor VBE serta untuk mengetahui nilai konstanta penguatan
arus (hfe) pada transistor BJT. Percobaan ini dilakukan berdasarkan prinsip dari transistor
BJT, dimana setelah rangkaian dirangkai seperti pada gambar 2, maka dilakukan
percobaan dengan variasi tegangan input untuk mencari nilai dapi tegangan dan hambatan
daripada base, common, dan emitter. Dengan demikian maka nilai konstanta penguat arus
α dan β dapat diketahui nilainya. Pada umumnya, karakteristik dari transistor akan Ib, Ic,
serta Ie akan dapat diketahui dalam perhitungan sehingga mempengaruhi besar
kemampuannya dalam memperkuat arus serta tegangan. suatu material.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

searah karena motor arus bolak-balik tidak membutuhkan sikat atau borstel sebagai
penghubung aliran listrik ke bagian yang bergerak atau rotornya. Sikat ini merupakan masalah
besar bagi motor karena bunga api listrik yang ditimbulkanya akibat gesekan maupun hubung
singkat antar cabang lilitan rotornya ketika rotor berputar. Dampaknya, pada periode tertentu,
sikat arang harus diganti. Sementara itu, perawatan pada motor arus bolak-balik hanyalah
pada masalah pelumasan saja. Dengan pertimbangan inilah para ahli berpikir untuk
merancang sumber listrik yang dapat diatur frekuensinya untuk mengatur kecepatan motor
bolak-balik. Motor arus bolak- balik yang digunakan sebagai penggerak, umumnya tiga fasa
karena medan putarnya otomatis tidak perlu diciptakan di motornya, melainkan dari sumber
listriknya sehingga pada daya yang motor yang sama, ukuran fisik motor arus bolak-balik tiga
fasa menjadi lebih kecil daripada motor arus bolak-balik-balik satu fasa. Karena kecepatan
motor arus bolak-balik bergantung pada jumlah kutub dan frekuensi, jadi secara praktis jika
kutubnya tetap, yang diatur adalah frekuensinya. Jika frekuensi motor turun, putaran motor
juga akan turun, demikian juga sebaliknya. Masalahnya, untuk mempertahankan kekuatan
putar (torsi motor), tidak hanya frekuensi yang diatur tetap juga tegangannya, sehingga
muncul teori pengaturan motor tiga fasa yakni: VOLT/HERTZ dijaga konstan untuk
menghasilkan torsi konstan. Pada frekuensi yang rendah, rugi tegangan pada resistansi stator
perlu dikompensasi. Pengaturan kecepatan motor tiga fasa pada tegangan masukan 45 volt per
fasa melalui perbandingan volt/hertz sudah dibuat modulnya oleh Chandra Murti Agustina
(2013), Nanda Christy (2013) dan Nurrohman (2014), sayangnya ketiganya masih
menggunakan dua potensio pengatur terpisah, masing-masing untuk mengatur nilai tegangan
dan nilai frekuensinya, sehingga tidak praktis karena harus memutar kedua potensio secara
bersamaan agar perbandingan volt/herzt tetap konstan. Disisi lain dengan adanya
perkembangan teknologi pengaturan kecepatan putaran motor dapat dilakukan secara otomatis
dengan bantuan suatu sistem mikrokontroler. Penggunaan mikrokontroler dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan-kemudahan dalam penggunaannya. Dengan menggunakan
mikrokontroler pengendalian kecepatan dapat dilakukan hanya dengan cara menekan tombol
yang ada pada sistem tersebut. Melalui penelitian ini, pengaturan kedua variable tersebut
dilakukan secara otomatis tanpa gerakan mekanik, dan sifatnya berjangkah dengan bantuan
mikrokontroler untuk mengatur besar tegangan dan frekuensi motor. Dalam penelitian ini
pengaturan kecepatan motor dibatasi pada empat kecepatan motor yaitu dalam keadaan
berhenti, berputar lambat, berputar dengan kecepatan sedang dan berputar dengan kecepatan
tinggi.Pemecahan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membuat
pengatur tegangan dan frekuensi secara serentak dengan cara menekan tombol mekanik.
Adapun diagram blok kerja alat yang akan dibuat dalam penelitian ini t dijelaskan secara
singkat prinsip kerja dari sistem pengaturan kecepatan putaran motor arus bolak-balik tiga
fasa berbasis mikrokotroler ATMega 8535 ini, sehingga mengakibatkan terkendalinya
putaran motor arus bolak-balik fasa tersebut. Pengaruh Jenis Transistor yang digunakan
tergantung pemakaian yang akan kita pilih pada suatu alat tersebut, jika dari jenis
transistor Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu
Transistor Bipolar dan Transistor Efek
Di sini kita mempertimbangkan perangkat dengan tiga (atau lebih) terminal, yang disebut transistor.
Transistor sering beroperasi dalam mode berikut : arus yang terbentuk di antara dua terminal diatur oleh
arus atau tegangan pada terminal ketiga. Salah satu jenis transistor yang umum adalah transistor junction,
yang terdiri dari tiga lapisan semikonduktor nya.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

Dibandingkan dengan penguat dioda solid state, penguat transistor memiliki fleksibilitas yang
lebih besar dalam hal merancang jaringan yang cocok, mewujudkan sirkuit stabilitas tinggi, dan
tahapan penguat bertingkat secara seri untuk gain tinggi. Kemajuan luar biasa yang dibuat
dalam amplifier monolitik dikaitkan dengan transistor tiga terminal, terutama pada substrat
GaAs, amplifier Monolitik dibuat pada wafer dalam batch, dan ratusan atau ribuan dapat
diproduksi pada saat yang bersamaan. Misalnya, lebih dari 15.000 amplifier. masing-masing
memiliki ukuran chip 1 mm², dapat diperoleh pada satu wafer GaAs berdiameter 6 inci. Jadi
amplifier monolitik memiliki keuntungan besar dalam hal biaya produksi per unit. Secara
umum, penguat monolitik akan memiliki keunggulan dalam hal ukuran dan berat dibandingkan
teknik terintegrasi hibrida. Perlu disebutkan bahwa berat dari resistor chip individu atau diskrit
atau kapasitor chip atau induktor biasanya lebih dari keseluruhan chip penguat monolitik.
Banyak aplikasi volume tinggi saat ini yang menggunakan amplifier ada di gadget genggam.
Teknologi MIC hybrid dan monolitik digunakan dan dianggap dapat diandalkan. Namun, proses
MMIC yang berkualitas baik dapat lebih andal karena jumlah bagian yang jauh lebih rendah dan
ikatan kawat yang jauh lebih sedikit. Selama dua dekade terakhir kemajuan luar biasa telah
dibuat dalam gelombang mikro dan transistor gelombang milimeter. Kebisingan rendah dan
kinerja daya serta tegangan operasi telah. meningkat secara signifikan. Di antara perangkat
dengan kebisingan rendah, PHEMT adalah yang paling populer karena angka kebisingannya
yang rendah dan karakteristik gain yang tinggi. Perangkat lain untuk aplikasi sinyal kecil adalah
MESFETS, MOSFET, dan SiGe HBTS. Saat ini, seorang desainer memiliki beberapa jenis
transistor daya yang tersedia sebagai perangkat diskrit (dalam bentuk chip atau paket) atau
sebagai bagian dari layanan pengecoran untuk merancang MMIC penguat daya. Beberapa
perangkat solid state sedang digunakan untuk mengembangkan rangkaian penguat daya (PA)
termasuk BJT, transistor semikonduktor oksida logam (LDMOS) yang menyebar secara lateral,
MESFET, atau hanya FETS, baik HEMTS berbasis GaAs dan indium phosphide (InP), HBT
berbasis GaAs dan silikon FET berbasis karbida (SiC), dan HEMT galium nitrida (GaN). Setiap
teknologi perangkat memiliki kelebihannya sendiri, dan pilihan teknologi yang optimal untuk
aplikasi tertentu tidak hanya bergantung pada masalah teknis tetapi juga pada masalah ekonomi
seperti biaya, persyaratan catu daya, waktu untuk mengembangkan produk. ). Bahan isolator
yang umum digunakan pada peralatan listrik adalah kertas, kayu, plastik, karet, kaca, dan mika.
Perhatikan bahwa isolator umum bukanlah elemen murni. Mereka adalah bahan di mana dua
atau lebih elemen bergabung bersama untuk membentuk substansi baru. Dalam proses
bergabung bersama, unsur-unsur berbagi elektron valensi mereka. Pembagian elektron valensi
ini disebut ikatan kovalen. Dibutuhkan banyak energi tambahan untuk memutuskan elektron
bebas dari ikatan kovalen.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan Dan Komponen


1. Protoboard
Fungsi : sebagai media untuk memvariasikan komponen
2. Baterai
Fungsi : sebagai sumber tegangan
3. Multimeter Digital
Fungsi : untuk mengukur besar kuat arus yang dihasilkan
4. Jumper
Fungsi : untuk menghubungkan komponen yang satu dengan komponen lainnya
5. Resistor ( 1Ω, 10 kΩ )
Fungsi : Sebagai penghambat arus listrik
6. Transistor NPN
Fungsi : sebagai penguat sinyal, baik arus AC maupun DC
7. Potensiometer ( 1Ω, 100
kΩ ) Fungsi : sebagai
hambatan variable

3.2 ProsedurPengukuran
1. Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Dirangkai rangkaian seperti gambar berikut menggunakan jumper pada
Analog Design Unit.
3. Putar potensiometer sepenuhnya.
4. Dihubungkan Analog Design unit ke sumber tegangan PLN
5. Diatur tegangan inputan (voltage) pada Analog Design Unit yaitu sebesar 15 Volt.
6. Dihidupkan multimeter sebagai voltmeter yang dikalibrasi teriebih dahulu.
7. Diukur tegangan pada kaki basis menggunakan multimeter dan diatur tegangan
inputan pada basis sebesar 0,1 Volt dengan memutar potensiometer 100kΩ
8. Diukur tegangan pada kaki kolektor menggunakan multimeter
9. Dicatat hasilnya
10. Dilakukan hal yang sama dari prosedur no 7-9 dengan mengganti inputan
tegangan pada basis sebesar: 0.2V, 0.3V, 0.4V, 0.5V, 0.6V, 0.7V, 0.8V, 0.9V,
1.OV,
11. Dibereskan komponen dan peralatan yang digunakan
12. merupakan komponen dan peralatan yang digunakan.

3.3 GambarPercobaan

POS
R4

R1 R2

15V DC Vce
NPN
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan

lb=10
Vce (Volt) 1 2
Ic(mA) 942 1555

Medan, 03 Mei 2023


Asisten Pratikan

( M. Ari Sandi Perangin-Angin ) (Edenia Sinulingga)


LABORATORIUM ELEKTRONIKA

4.2 Analisa Data

1. Pengaruh Besar Potensiometer


Pengaruh besar potensiometer Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah
elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua
ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah
Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada
jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur
Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi
sebuah Potensiometer Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya
terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan
Karbon (Carbon).

2. Kenapa Bisa Terjadi Penguatan


Penguatan dapat terjadi karena pada penguatan menguatkan daya sinyal
masukan. Salah satu syarat yang dituntut pada penguat adalah bahwa
sinyal keluaran harus tepat benar bentuknya seperti sinyal masukan hanya
saja amplitudonya lebih tinggi. Walau bentuk sinyal keluaran tidak sama
dengan sinyal masukan, walaupun beda bentuk ini hanya kecil saja, maka
dikatakan penguat sinyal keluaran yaitu sebuah emitor bersama (Comon
emiter), kolektor bersama (Common Colector), basic bersama (Common
base). Masing masing pola diatas mempunyai Kharakteristik yang berbeda.

3. Gambar Percobaan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Aplikasi oprasi dari penguat common emiter yaitu :
 Penguatan oprasi cammon emitor di gunkan dalam penguat tegangan frekuensi
yang rendah
 Penguat ini biasanya di gunkan di rangkaian RF
 Secara umum,penguat di gunkan dalam penguat kebiasaan yang sangat rendah
 Digunakan pada kondisi aktif sebgai penguat amplifer gelombang baik itu
gelombang radio maupun audio
 Penguat emitor yang umumnya memiliki imledasi input yang rendah dan di
gunkan sebagai penguat inverting

2. karakteristik
penguat cammon emiter yaitu :
 Gain teganagan penguat cammon emitor adalah sedang
 Gain daya tinggi di pengguat cammon emitor
 Ada hubungan fasa 180 derajat dalam input dan output
 Dalam penguat cammon emitor,resistor input dan output berukuran sedang

5.2. Saran
1. Sebaiknya, laboratorium memasang alat pendingin ruangan agar praktikan

nyaman didalam laboratorium.


2. Sebaiknya, asisten laboratorium lebih baik untuk mengajar praktikan.
3.Sebaiknya, praktikan selanjutnya lebih aktif lagi saat melakukan percobaan.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, David. et. al. 19916. Physics. Fourth Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc.
Pages : 704-705

Kumar, Balbir., Shall B.Jain. 2008. Electronic Devices and Circuit.

Pages: 193-194
Sedha.2014.A textbook of electronic circuit.phublisded by : university electinical

Circuit tecnology columbia

Peges : 230-232

Sharma.1994.Objek physiscs for all engineering & medical entrance.phublishd by : krishna

Prakhansa media p ltd

Pages : 1339

Medan,02 Mei 2023


Asisten Praktikan,

( M. Ari Sandi Perangin-Angin) ( Edenia Sinulingga)


LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
LABORATORIUM ELEKTRONIKA

Anda mungkin juga menyukai