Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK

RESUME
Disusun berdasarkan perkuliahan Analisis Sistem Tenaga Listrik pada saat masa
studi

Handi Agus H.
0908810

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................. 1

ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK ........................................................ 2-70

I. PENDAHULUAN…………………………………………………… 2-7
II. ANALISIS RANGKAIAN AC 3 PHASA……...…………………. 8-15
III. SISTEM PER UNIT………………………………………...……. 15-17
IV. DIAGRAM IMPEDANSI DAN REAKTANSI…………………. 17-25
V. KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN……... 25-42
VI. ANALISIS GANGGUAN TIDAK SEIMBANG………………... 43-63
VII. PENYELESAIAN DAN PENGATURAN ALIRAN BEBAN….. 63-68
VIII. KOMPUTASI NUMERIK ALIRAN DAYA……………………. 68-70

REFERENSI ……………………………………………………………………… 71
2

ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK

I. PENDAHULUAN

Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, diantaranya pusat
pembangkitan, saluran transmisi dan sistem distribusi. Saluran transmisi merupakan
rantai penghubung antara pusat pembangkit dan sistem distribusi melalui hubungan-
hubungan antar sistem dapat pula menuju ke sistem-sistem tenaga yang lain. Suatu
sistem distribusi menghubungkan semua beban yang terpisah satu dengan yang lain
kepada saluran transmisi. Hal ini terjadi pada stasiun pembantu dimana juga
dilaksanakan transformasi tegangan dan fungsi-fungsi pemutusan dan penghubungan
beban.
System jaringan listrik yang terpasang di Indonesia merupakan jaringan listrik
tiga fasa yang disalurkan oleh produsen listrik ke konsumen. Secara umum system
tenaga listrik terbagi ke dalam beberapa bagian yakni pembangkitan, penyaluran
(transmisi) dan beban. Berikut skema suatu system tenaga listrik tiga fasa.

Gambar 1.1 Skema system tenaga listrik


A. Produksi Tenaga
Produksi tenaga listrik di Indonesia sebagian besar dipenuhi dari
pembangkitan listrik melalui PLTA. Untuk daerah-daerah yang memiliki aliran
sungai maupun danau-danau baik buatan maupun alami dengan aliran air yang cukup
deras, hal ini tentunya bukan merupakan masalah. Akan tetapi, untuk daerah-daerah
3

dengan aliran sungai yang relatif lambat, PLTA tidak dapat diaplikasikan dan harus
dipikirkan cara lain dalam pembangkitan energi listrik ini. Salah satunya adalah
dengan pengaplikasian PLTU maupun PLTD. Kedua sistem pembangkitan terakhir
merupakan cara alternatif dikarenakan biaya yang diperlukan untuk pembangkitan
lumayan mahal, baik untuk pembangunan pembangkit maupun untuk biaya
operasionalnya. Selain itu, kedua cara pembangkitan terakhir memiliki efek negatif
diantaranya banyak menghasilkan polusi dan membutuhkan bahan bakar yang
nantinya akan menambah biaya produksi. Oleh karena itulah, Kedua cara terakhir
hanya digunakan jika dalam interkoneksi antar pembangkit mengalami defisit energi
listrik, maupun untuk mensupplay energi dalam lingkup wilayah yang relatif kecil.
B. Transmisi Dan Distribusi
Tegangan pada generator besar biasanya berkisar antara 13,8 kV dan 24 kV.
Tetapi, generator besar yang modern dibuat dengan tegangan yang bervariasi antara
18 kV dan 24 kV. Tidak ada suatu standart yang umum diterima untuk tegangan
generator. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi,
yaitu antara 115 dan 765 kV. Tegangan tinggi standart adalah 115, 138, dan 230 kV.
Tegangan exstra tinggi adalah 345, 500, dan 765 kV. Keuntungan transmisi dengan
tegangan yang lebih tinggi akan lebih jelas jika kita melihat pada kemampuan
transmisi suatu saluran transmisi. Kemampuan ini biasanya dinyatakan dalam
megavolt ampere (MVA). Kemampuan transmisi dari saluran yang sama panjangnya
berubah-ubah kira-kira sebanding dengan kuadrat tegangannya. Tetapi kemampuan
transmisi dari suatu saluran dengan tegangan tertentu tidak dapat ditetapkan dengan
pasti, karena kemampuan ini masih tergantung lagi pada batasan-batasan termal dari
penghantar, jatuh tegangan yang diperbolehkan, keterandalan, dan persyaratan
kestabilan sistem, yaitu penjagaan bahwa mesin-mesin pada sistem tersebut tetap
berjalan serempak satu terhadap lain. Kebanyakan faktor-faktor ini masih tergantung
pula pada panjangnya saluran.
Penurunan tegangan dari tingkat tegangan transmisi pertama-tama terjadi
pada stasiun pembantu bertenaga besar, dimana tegangan diturunkan ke daerah
4

antara 34,5 kV dan 138 kV, sesuai dengan tegangan saluran transmisinya. Penurunan
tegangan berikutnya terjadi pada stasiun-stasiun distribusi, dimana tegangan
diturunkan lagi menjadi 4 sampai 34,5 kV dan biasanya tegangan pada saluran yang
keluar dari stasiun pembantu tersebut berkisar antara 11 dan 15 kV (distribusi
primer). Sebagian besar beban untuk industri dicatu dari sistem primer, yang juga
mencatu transformator distribusi. Transformator-transformator ini menyediakan
tegangan sekunder pada rangkaian tiga kawat berfasa tunggal untuk pemakaian
rumah tangga. Di sini, tegangannya adalah 240 V antara dua kawat, dan 120 V di
antara masing-masing kawat tersebut dan kawat ketiga ditanahkan.
C. Studi Beban
Studi beban adalah penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya, dan
faktor daya atau daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik dalam suatu jaringan
listrik pada keadaan pengoperasian normal, baik yang sedang berjalan maupun yang
diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Studi beban sangat penting dalam
perencanaan pengembangan suatu sistem untuk masa yang akan datang, karena
pengoperasian yang baik dari sistem tersebut banyak tergantung pada diketahuinya
efek interkoneksi dengan sistem tenaga yang lain, beban yang baru, stasiun
pembangkit baru, serta saluran transmisi baru sebelum semuanya dipasang.
D. Operasi Ekonomis Sistem Tenaga
Banyak orang yang mengira bahwa dalam industri tenaga listrik tidak ada
persaingan. Perkiraan ini timbul karena setiap perusahaan listrik beroperasi di sebuah
daerah geografis yang tidak dilayani oleh perusahaan lain. Tetapi persaingan
sebenarnya tetap ada, yaitu dalam hal menarik industri-industri baru ke suatu daerah.
Tarif listrik yang murah adalah faktor yang penting dalam pemilihan lokasi suatu
industri. Memang peranan tarif listrik akan berkurang pada saat dimana harga-harga
naik dengan cepat dan tarif tenaga listrik tidak menentu, dibanding dengan
peranannya pada saat kondisi ekonomi stabil. Tetapi adanya peraturan pemerintah
tentang tarif listrik akan tetap mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk
5

beroperasi seekonomis mungkin, dan mendapatkan keuntungan yang memadai agar


mampu mengatasi biaya produksi yang terus meningkat.
Yang dimaksud dengan operasi ekonomis adalah proses pembagian atau
penjatahan beban total pada suatu sistem kepada masing-masing pusat
pembangkitannya, sedemikian rupa sehingga seluruh pusat pembangkit pada suatu
sistem terkontrol secara terus-menerus, sehingga pembangkitan tenaga dapat
dilakukan dengan cara yang paling ekonomis.
E. Perhitungan Gangguan
Setiap kasalahan dalam suatu rangkaian yang menyebabkan terganggunya
aliran arus yang normal disebut gangguan. Sebagian besar dari gangguan-gangguan
yang terjadi pada saluran transmisi bertegangan 115 kV atau lebih disebabkan oleh
petir, yang mengakibatkan terjadinya flshover pada isolator. Tegangan tinggi yang
berada diantara penghantar dan menara atau tiang penyangga yang diketanahkan
menyebabkan terjadinya ionisasi. Ini memberikan jalan bagi muatan listrik yang
diinduksi oleh petir untuk mengalir ke tanah. Dengan terbentuknya jalur ionisasi ini,
impedansi ke tanah menjadi rendah. Ini memungkinkan mengalirnya arus fasa dari
penghantar ke tanah dan melalui tanah menuju netralnya trafo atau generator yang
diketanahkan, sehingga terjadilah rangkaian yang tertutup.
Gangguan langsung dari fasa ke fasa tanpa melalui tanah jarang terjadi.
Dengan membuka pemutus rangkaian dan dengan demikian mengisolasi bagian
saluran yang terganggu dari keseluruhan sistem, aliran arus dari jalur ionisasi akan
terputus dan ini memungkinkan terjadinya de-ionisasi. Setelah proses de-ionisasi
dibiarkan berjalan kira-kira selama 20 siklus, pemutus rangkaian biasanya dapat
ditutup kembali tanpa menimbulkan percikan ulang. Dari pengalaman pengoperasian
saluran transmisi diketahui bahwa “ultra high speed reclosing breaker” dapat
menutup kembali dengan baik setelah terjadinya gangguan. Pada kasus dimana
penutupan kembali tidak berhasil dengan baik, ternyata bahwa sebagian besar dari
kegagalan ini disebabkan oleh saluran yang terhubung ke tanah, rangkaian isolator
6

yang pecah akibat suatu beban, kerusakan pada menara, dan karena tidak
berfungsinya arrester.
Angka-angka pengalaman menunjukkan bahwa kira-kira 70% dan 80% dari
gangguan saluran transmisi adalah gangguan tunggal dari saluran ke tanah, yang
terjadi karena flashover dari satu saluran saja ke menara dan ke tanah. Gangguan
yang paling jarang terjadi adalah gangguan yang melibatkan sekaligus tiga fasa dan
disebut gangguan tiga fasa. Gangguan jenis lain pada saluran transmisi adalah
ganguan antara satu saluran dengan saluran yang lainnya tanpa melibatkan ground,
dan gangguan antara dua saluran dan ground. Kecuali gangguan tiga fasa, semua
gangguan tersebut di atas bersifat tidak simetris dan menyebabkan ketidak
seimbangan di antara fasa-fasa.
Arus yang mengalir di berbagai bagian dari suatu sistem tenaga segera setelah
terjadinya suatu gangguan berbeda dengan arus yang mengalir beberapa siklus
kemudian yaitu sesaat sebelum pemutus rangkaian bereaksi dan memutuskan
hubungan saluran pada kedua belah titik gangguan. Kedua arus yang tersebut diatas,
berbeda dengan arus yang mengalir pada kondisi steady state, yaitu jika gangguan
tidak di isolasi dari keseluruhan sistem dengan beroperasinya pemutus rangkaian.
Pemilihan yang tepat dari pemutus rangkaian yang akan dipakai bergantung pada dua
hal, yaitu besarnya arus segera setelah terjadinya gangguan dan besarnya arus yang
harus diputus. Perhitungan gangguan terdiri dari penentuan besarnya arus yang
mengalir di berbagai lokasi pada suatu sistem untuk bermacam-macam jenis
gangguan. Data yang diperoleh dari perhitungan ini digunakan untuk menentukan
setting relay yang mengatur pemutus rangkaian.
F. Perlindungan Sistem
Gangguan dapat menimbulkan kerusakan besar pada sistem tenaga. Banyak
studi, pengembangan alat, dan desain sistem perlindungan yang telah dibuat,
sehingga pencegahan kerusakan pada saluran transmisi dan peralatan lain serta cara-
cara pamutusan arus pada saat ada gangguan selalu mengalami perbaikan. Dalam
perlindungan sistem, biasa dibahas, masalah bagaimana arrester melindungi
7

peralatan-peralatan seperti trafo, rel sentral dan stasiun pembantu terhadap tegangan
yang sangat tinggi yang disebabkan oleh petir, dan oleh switching pada saluran EHV
dan UHV.
G. Studi Kestabilan
Studi kestabilan terbagi dalam studi untuk keadaan steady state dan kondisi
peralihan. Selalu ada batas tertentu bagi besarnya daya yang dapat dihasilkan oleh
sebuah generator AC, dan dari besarnya beban yang dapat dipikul oleh motor
serempak. Jika masukan mekanis terhadap suatu generator atau beban mekanis pada
suatu motor melebihi batas tersebut diatas, akan terjadilah ketidakstabilan. Batas
inilah yang dimaksud batas kestabilan. Suatu batas daya akan dicapai juga dengan
perubahan yang terjadi dengan berangsur-angsur. Gangguan pada suatu sistem yang
disebabkan oleh beban-beban yang dihubungkan seketika, atau oleh terjadinya
gangguan lain, atau oleh hilangnya penguatan didalam medan sebuah generator, dan
oleh switching, dapat menyebabkan hilangnya keadaan serempak, meskipun
perubahan yang dihasilkan oleh gangguan tersebut tidak melebihi batas kestabilan,
yaitu yang dicapai dengan perubahan yang berangsur-angsur. Batas kestabilan
peralihan ialah batas daya dimana titik ketidakstabilan dicapai dengan perubahan
kondisi sistem mendadak, sedangkan batas kestabilan steady state ialah yang dicapai
dengan perubahan yang berangsur-angsur.

Dalam penyaluran system tenaga listrik pada saat ini, ada beberapa
permasalahan:
a. Konsep aliran beban
b. Hubung singkat
c. Keandalan dan stabilitas
d. Interkoneksi
e. Kontrol tegangan
f. Pengaman dan system proteksi
g. Load dispatching
8

II. ANALISIS RANGKAIAN AC 3 PHASA


A. Rangkaian AC

Arus bolak-balik/ Alternating Current (AC) adalah arus yang berubah tanda
(polaritas) pada selang waktu tertentu. Arus bolak-balik dapat berupa sinyal periodic
maupun sinyal tidak periodic, sinyal periodic adalah sinyal yang bersifat berulang
untuk selang waktu tertentu yang sama (perioda) yang biasanya dinyatakan dalam
fungsi sinusoidal. Arus bolak-balik dihasilkan oleh generator yang menghasilkan
tegangan bolak-balik. Tegangan dan arus bolak-balik dapat dinyatakan dalam
bentuk:

Maka daya sesaat adalah: p= van ian =Vm Im cos ώt cos (ώt – θ)
Sudut θ dalam persamaan diatas adalah positif untuk arus yang tertinggal
(lagging) terhadap tegangan dan negative untuk arus yang mendahului (leading)
tegangan. Suatu nilai yang positif menunjukkan kecepatan berubahnya energy yang
diserap oleh bagian system di antara titik-titik a dan n. Sudah tentu daya sesaat
adalah positif jika van dan ian kedua-duanya positif dan akan menjadi negative jika van
dan ian berlawanan tandanya.
9

Fasa (beda fasa) menunjukkan perbedaan dalam satu periode, yang


dinyatakan sebagai: ϕ =

Secara umum sinyal listrik merupakan gabungan dari sinyal DC dan sinyal
AC, yaitu v(t) = VDC + VAC(t)
Andaikan sinyal tegangan yang dikehendaki adalah sinyal tegangan DC
(misalnya sumber tegangan DC), akibatnya komponen AC dari sinyal gabungan itu
tidak dikehendaki dan sinyal AC ini dikenal dengan tegangan ripple. Sebaliknya jika
yang dikehendaki adalah sinyal AC dan ternyata masih ada sinyal DC-nya maka
sinyal DC ini dikenal dengan tegangan offset.

B. Daya Kompleks
Daya Rata – Rata (P)
Daya ini sebenarnya adalah daya yang dipakai oleh komponen pasif resistor
yang merupakan daya yang terpakai atau terserap. Kalau kita perhatikan supply dari
PLN ke rumah-rumah maka daya yang tercatat pada alat kWH meter adalah daya
rata-rata atau sering disebut juga sebagai daya nyata yang akan dibayarkan oleh
pelanggan.
Simbol : P
Satuan : Watt (W)
Secara matematis daya rata-rata atau daya nyata merupakan perkalian antara
tegangan efektif, arus efektif, dan koefisien faktor dayanya.
P = V eff I eff cosθ
Daya Reaktif ( Q )
Daya ini adalah daya yang muncul diakibatkan oleh komponen pasif diluar
resistor yang merupakan daya rugi-rugi atau daya yang tidak diinginkan. Daya ini
seminimal mungkin dihindari kalaupun bisa diperkecil, walaupun tidak akan hilang
sama sekali dengan cara memperkecil faktor dayanya.
Simbol : Q
Satuan : Volt Ampere Reaktif (VAR)
10

Secara matematis daya reaktif merupakan perkalian antara tegangan efektif,


arus efektif, dan nilai sin θ.
Q = V eff I eff sinθ

Daya Tampak ( S )
Daya yang sebenarnya disupply oleh PLN, merupakan resultan daya antara
daya rata-rata dan daya reaktif.
Simbol : S
Satuan : Volt Ampere (VA)
Secara matematis daya tampak merupakan perkalian antara tegangan dan arus
efektifnya:
S = V eff I eff
Daya kompleks
Merupakan gabungan antara daya rata-rata dan daya reaktifnya.
S = P + jQ = V eff I eff cosθ + j V eff I eff sinθ = V eff I eff
C. Segitiga Daya
Untuk komponen L :

P = V eff I eff cosθ


S = V eff I eff
Q = V eff I eff sinθ
11

I lagging terhadap V dimana nilai arus tertinggal sebesar phasa θ dibandingkan


dengan nilai tegangan.

Untuk komponen C:

P = V eff I eff cosθ


S = V eff I eff
Q = V eff I eff sinθ
12

I leading terhadap V dimana nilai arus mendahului sebesar phasa θ dibandingkan


dengan nilai tegangan.

Rumus umum:

P = V eff I eff cos θ = IeffR2 R =

S = V eff I eff = IeffZ2 Z =

Q = V eff I eff sinθ = IeffX2 X =

Pf = cos θ = =

D. Sumber Tegangan Tiga Fasa Seimbang


Rangkaian listrik 3 fasa merupakan rangkaian listrik yang memiliki tiga buah
keluaran simetris dan memiliki perbedaan sudut untuk setiap fasanya sebesar 1200.
Berikut gambar dari gelombang 3 fasa:

Gambar . Gelombang tiga fasa


Dari gambar diatas terlihat bahwa setiap fasa memiliki perbedaan sudut dan
didapatkan hubungan tegangan untuk masing-masing fasa sebesar berikut:
Va = Vm ∟00
Vb = Vm ∟-1200
Vc = Vm ∟-2400
13

Berikut diagram fasor dari tegangan 3 fasa:

Gambar . Diagram fasor tegangan


Arus yang mengalir pada setiap beban dinyatakan sebagai:
I = V/R
yang ketiganya dapat dituliskan

IA = = Im∟-θ

IB = = Im∟(-1200 – θ)

IB = = Im∟(-2400 – θ)

Pada rangkaian 3 fasa terdapat dua jenis hubungan yakni hubung bintang dan
hubung delta. Rangkaian 3 fasa hubung delta menggunakan 3 kawat yakni kawat 3
fasa sedangkan pada rangkaian 3 fasa hubung bintang menggunakan 4 kawat, 3
kawat untuk fasa dan 1 kawat untuk netral. Arus netral pada rangkaian hubung
bintang merupakan titik hubung antar ketiga fasanya. Arus netral (IN) merupakan
penjumlahan arus ketiga fasanya karean jalur netral tersebut dilalui oleh ketiga fasa
yang ada, menurut persamaan berikut:
IN = IA + IB + IC
=0
Persamaan diatas memungkinkan jika beban yang diaplikasikan dalam suatu
tegangan tiga fasa seimbang, maka arus netralnya sama dengan nol karena simetris
dan saling meniadakan. Arus netral muncul akibat pembebanan yang tidak seimbang.
14

Gambar . Rangkaian hubung bintang-bintang (Y-Y)

E. Daya Pada Rangakaian 3 Fasa Seimbang


Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang
diserap oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase.
Pada 14ystem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase,
karena daya pada tiap-tiap fasenya sama.

Gambar . Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.


Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya
perfasa adalah
Pfase = Vfase.Ifase.cos θ
sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase, dan
dapat dituliskan dengan,
PT = 3.Vf.If.cos θ
15

Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73V fase
maka tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama dengan
arus fase, IL = If, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian hubung bintang (Y) adalah:
PT = 3.VL/1,73.IL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ
Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan
tegangan fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga arus
perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ
Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa
besarnya daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya
pada tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi
beban yang seimbang.

III. SISTEM PER UNIT


A. Sistem Per Unit
Sistem per unit merupakan system penskalaan atau normalisasi guna
mempermudah kalkulasi.
nilai sesungguhnya
Nilai per - unit 
nilai basis
Nilai basis selalu memiliki satuan sama dengan nilai sesungguhnya sehingga
nilai per-unit tidak berdimensi. Di samping itu nilai basis merupakan bilangan nyata
sedangkan nilai sesungguhnya bisa bilangan kompleks. Kita ambil contoh daya
kompleks:

Jika V  V dan I  I S  VI *

Maka S  VI(   )  S (   )

S
Kita ambil nilai basis sembarang Sbase maka S pu  (   )
Sbase
Basis tegangan dan basis arus harus memenuhi relasi
16

S base  Vbase I base

Salah satu, Vbase atau Ibase , dapat ditentukan sembarang namun tidak ke-dua-
dua-nya. Dengan cara itu maka
V I
V pu  I pu 
Vbase I base

Vbase Z R  jX R X
Basis impedansi Z base  Z pu    j
I base Z base Z base Z base Z base

B. Mengubah Dasar Kuantitas Per-Unit


Kadang-kadang impedansi per-unit untuk suatu komponen dari suatu 16ystem
dinyatakan menurut dasar yang berbeda dengan dasar yang dipilih untuk bagian dan
16ystem di mana komponen tersebut berada. Karena semua impedansi dalam bagian
mana pun dari suatu 16ystem harus dinyatakan dengan dasar impedansi yang sama,
maka dalam perhitungannya kita perlu mempunyai cara untuk dapat mengubah
impedansi per-unit dan suatu dasar ke dasar yang lain. Dengan mensubstitusikan
impedansi dasar yang diberikan dalam Persamaan (2.20) atau (2.27) ke dalam
Persamaan (2.24) kita peroleh impedansi per-unit dari suatu elemen rangkaian:

Rumus di atas memperlihatkan bahwa impedansi per-unit berbanding lurus


dengan kilovoltamper dasar dan berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan dasar.
Karena itu, untuk mengubah dari impedansi per-unit menurut suatu dasar yang
diberikan menjadi impedansi per-unit menurut suatu dasar yang baru, dapat dipakai
persamaan berikut:
17

Persamaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan transfer nilai-ohm suatu
impedansi dari satu sisi ke sisi yang lain pada sebuah transformator. Persamaan ini
sangat berguna untuk mengubah suatu impedansi per-unit yang diberikan menurut
suatu dasar tententu ke suatu dasar yang baru. Tetapi, selain dengan menggunakan
persarnaan 2.30, perubahan dasar dapat juga diperoleh dengan mengubah nilai per-
unit menurut suatu dasar menjadi nilai-ohm dan membaginya dengan impedansi
dasar yang baru.
Contoh
X” adalah reaktansi sebuah generator yang diketahui sama dengan 0,25 per
unit didasarkan atas rating yang tertera pada pelat-nama generator tersebut, yaitu 18
kV, 500 MVA. Dasar untuk perhitungannya adalah 20 kV, 100 MVA. Hitungan X”
dengan dasar yang baru.
JAWABAN: Dan Persamaan (2.30) kita dapat

X” = 0,25 ( )2 x = 0,0405 Pu 
atau dengan mengubah nilai yang diketahui ke dalam ohm dan membaginya dengan
impedansi dasar yang baru,

X” = 0,0405 = 0,0405 Pu

Tahanan dan reaktansi suatu mesin dalam persentase atau per-unit biasanya
diberikan oleh pabriknya. Untuk ini yang diambil sebagai dasar adalah lovoltampere
rating dan kilovolt rating mesin tersebut.

IV. DIAGRAM IMPEDANSI DAN REAKTANSI

Suatu system tenaga listrik 3 phasa seimbang selalu diselesaikan sebagai


suatu rangkaian fasa tunggal yang terdiri dari salah satu fasa dari ketiga fasanya
dengan sebuah jalur kembali, yaitu netral. Kemudian diagram semacam ini dibuat
lebih sederhana dengan mengabaikan jalur kembali atau netralnya dan dengan
18

penunjukkan bagian-bagian komponen dengan lambing standar sebagai pengganti


rangkaian ekivalennya.
Parameter-parameter rangkaian tidak ditunjukkan, dan suatu saluran transmisi
disajikan dengan sepotong garis di antara kedua ujungnya. Diagram semacam ini
disebut dengan diagram segaris (single line diagram).

Gambar 4.1 Contoh diagram segaris dari suatu system daya


Pada contoh diagram segaris dari suatu system daya seperti yang ditunjukkan
pada gambar diatas, dimana:
Generator no 1 (G1) : 20.000 kVA; 6,6 kV; X” = 0,655 Ohm
Generator no 2 (G2) : 10.000 kVA; 6,6 kV; X” = 1,31 Ohm

Generator no 1 (G1) : 30.000 kVA; 3,8 kV; X = 1,1452 Ohm
T1 dan T2 : 3 buah trafo 1 fasa yang dihubungkan 3 fasa; 10.000 kVA;
(3,81/38,1) kV; X = 14,52 Ohm berpedoman pada sisi tegangan
tinggi
Reaktansi saluran transmisi = 17,4 Ohm
Beban A = 15.000 kW; 6,6 kV; factor daya = 0,9 lagging
Beban B = 30.000 kW; 3,81 kV; factor daya 0,9 lagging
Diagram segaris (single line diagram) ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Dua generator ditanahkan melalui reactor, kedua generator ini dihubungkan
ke sebuah rel (bus) dan melalui sebuah transformator peningkat tegangan terhubung
19

ke suatu saluran trasnmisi. Pada ujung saluran transmisi yang lain terdapat generator
ketiga yang ditanahkan melalui sebuah reactor, dihubungkan ke sebuah rel (bus)
melalui sebuah transformator daya. Masing-masing rel dibebani dengan sebuah
beban. Pada diagram segaris tersebut, juga tertera data-data beban, data-data
generator dan transformator, serta reaktansi-reaktansi pada komponen-komponen
rangkaian.
Dalam menghitung arus gangguan, resistansi pada umumnya diabaiakan
sehingga tidak tercantum pada diagram segaris di atas, sedangkan dalam melakukan
studi aliran beban, resistansi harus diperhitungkan sehingga harus dicantumkan
dalam diagram segarisnya. Reaktansi-reaktansi yang ada pada diagram segaris di atas
dikenal sebagai reaktansi subperalihan (subtransient reactance).
Studi-studi dalam mesin arus bolak-balik membuktikan bahwa arus yang
mengalir segera setelah timbulnya suatu gangguan tergantung kepada nilai reaktansi
dalam generator dan motor yang berbeda dengan nilai yang digunakan dalam
rangkaian setara (equivalent) generator dalam keadaan tetap (steady state). Perlu
diketahui bahwa reaktansi dalam rangkaian setara suatu mesin berputar adlaah dalam
hubungan seri dengan suatu GGL (emf) yang dibangkitkan.
Untuk mengetahui sifat atau keadaan suatu system tenaga listrik pada
keadaan berbeban ataupun pada saat timbulnya gangguan maka diagram segaris
harus dirubah dahulu menjadi diagram impedansi yang menunjukkan rangkaian
setara dari setiap komponen dilihat dari sisi transformator.
20

Gambar 4.2 diagram Impedansi dari diagram segaris yang ditunjukkan pada gambar
4.1
Pada gambar diagram impedansi di atas, yang mana saluran transmisi
digambarkan dengan nominal PI (π) dengan resistansi dan reaktansi induktif total
dari saluran transmisi ditempatkan secara seri, sedang kapasitansi total ke netral
dibagi dua dan ditempatkan secara parallel. Resistansi, , reaktansi bocor dan bagian
magnetisasi dari masing-masing transformator T1 dan T2 digambarkan dengan
tahanan dan induktansinya secara parallel. Setiap generator digambarkan dengan emf
(E) seri dengan tahanan dalam masing-masing generator.
Bila yang akan kita lakukan adalah studi aliran beban, maka A dan beban B
(beban lagging) digambarkan dengan tahanan yang dihubungkan seri dengan
reaktansi induktif. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa dalam diagram impedansi ini,
tidak mengikut sertakan impedansi (baik tahanan maupun induktansi) yang
digunakan untuk menghubungkan netral generator dengan tanah, karena pada
keadaan seimbang tidak ada arus yang mengalir dan netral generator dan netral
system ada pada potensial yang sama.
Kemudian arus magnetisasi transformator juga sangat kecil sekali
dibandingkan dengan beban penuh, maka impedansi magentisasi ini dapat diabaikan
dalam rangkaian ekivalen transformator. Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam
perhitungan arus gangguan resistansi selalu diabaikan, walaupun dengan
mengabaikan resistansi ini tentu akan membuat error (sedikit kurang tepat), tetapi hal
ini masih akan cukup memuaskan mengingat reaktansi dari system tenaga sangat
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tahanannya.
Kemudian karena impedansi adalah merupakan penjumlahan vector antara
resistansi dengan reaktansi, sehingga impedansi ini adalah hamper sama dnegan
reaktansi. Beban selain mesin listrik berputar hanya mempunyai sedikit pengaruh
pada arus gangguan dan beban ini selalu diabaikan, akan tetapi beban yang berupa
motor sinkron harus dimasukan dalam perhitungan atau diagram mengingat emf
yang dibangkitkan akan menyumbang arus hubung singkat.
21

Kalau yang dihitung adalah arus ganguan yang timbul segera setelah
terjadinya gangguan, maka pada diagram impedansi motor-motor induksi
dicantumkan dengan emf yang dihubungkan seri dengan reaktansi induktifnya.
Tetapi bila yang akan dihitung atau dianalisa adalah arus ganguan beberapa putaran
(cycle) sesudah gangguan terjadi, motor-motor induksi diabaikan karena arus yang
disumbangkan oleh motor induksi akan hilang (menuju harga nol) dengan sangat
cepat sesudah motor induksi ini terhubung singkat.
Jadi bila dijadikan penyederhanaan dalam menghitung arus gangguan dengan
mengabaikan semua beban statis, semua resistansi, arus magnetisasi dari masing-
masing transformator, kapasitansi saluran transmisi, maka diagram impedansi akan
berubah menjadi diagram reaktansi seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.3. Diagram reaktansi yang diperoleh dari gambar 1.2


Pada gambar diatas, bisa diperoleh:
a. Beban diabaikan karean beban statis, dimana beban tersebut tidak mensuplai
arus pada saat terjadi hubung singkat
b. Kapasitansi diabaikan karean ada ganguan
c. Tahanan (resistansi) diabaikan karena harganya sangat kecil
Setelah membahas cara merubah diagram segaris menjadi diagram impedansi
dan kemudian disederhanakan lagi menjadi diagram reaktansi, selanjutnya
bagaimana cara untuk mengisi angka-angka yang mewakili besarnya parameter yang
ada pada diagram reaktansi. Telah diketahui pada transformator bahwa dengan
mengabaikan arus magnetisasi, maka rangkaian sekunder transformator dapat
22

dipindahkan ke rangkaian primer dengan mengalikan impedansi itu dengan pangkat


dua perbandingan lilitan kumparan primer terhadap lilitan pada kumparan sekunder.
Dalam hal ini reaktansi teganagn rendah transformator dapat dipindahkan ke sisi
tegangan tinggi dengan perbandingan kuadrat dari perbandingan belitannya.
a. Impedansi yang terlihat dalam diagram segaris seperti ditunjukkan pada
gambar 1 adalah dipandang dari sisi tegangan tinggi, sehingga reaktansi
saluran transmisi langsung dapat dituliskan pada diagram reaktansinya karena
sepanjang saluran transmisi tegangannya adalah sama dengan tegangan
transformatornya
b. Kemudian seperti diketahui pada data-data sebelumnya bahwa impedansi
transformator sudah dilihat dari sisi tegangan tinggi, sehingga angka-angka
untuk reaktansi transformator dapat dituliskan langsung pada parameter
rangkaian reaktansinya
c. Pada diagram segaris seperti pada gambar 1, masing-masing fasa generator
(G1) mempunyai reaktansi substransisent sebesar 0,655 Ω, reaktansi ini
tersambung pada sisi tegangan rendah transformator yang tegangan fasa ke
fasanya (line to line) sebesar 6,6 kV, yang berarti tegangan fasa netralnya
adalah sebesar: kV = 3,81 kV

Kemudian dari teori transformator juga diketahui bahwa reaktansi ini bila
dilihat dari sisi tegangan tinggi (yang sementara dianggap sebagai patokan) maka
cukup dikalikan dengan kuadrat dari perbandingan belitannya.

Gambar 4.a. Skema rangkaian tiga fasa gambar 4.1 yang menunjukkan generator 1
dengan trafo T1
23

Jadi bila dilihat dari sisi tegangan tinggi transformatornya, besarnya reaktansi
G1 adalah:
XG1 =( )2 x 0,655 = 65,5 Ω

Untuk reaktansi generator G2 dicari dengan cara yang sama, maka diperoleh:
XG2 =( )2 x 1,31 = 131 Ω

Tetapi pada generator G3 ada sedikit perbedaan mengingat seperti terlihat


dalam diagram segaris pada gambar 4.1, dimana sisi tegangan rendah
transformatornya dalam hubungan delta.

Gambar 4.4.b. skema rangkaian tiga fasa gambar 4.1 yang menunjukkan generator
G3 dengan trafo T2
Pada gambar diatas terlihat hubungan yang sebenarnya, dimana belitan
generator G3 yang terhubung Y disambungkan dengan belitan teganga rendah
transformator T3 yang terhubung delta. Transformator dengan hubungan Y-Δ ini
dapat dirubah menjadi rangkaian setar (equivalent) 3 buah transformator 1 fasa yang
dibungkan Y-Y seperti gambar dibawah:
24

Gambar 4.4. c. bagian rangkaian tiga fasa pada gambar 4.1 yang mnunjukkan
generator G3 dengan setara trafo T2
Dalam rangkaian setar 3 buah transformator 1 fasa yang dihubungkan Y-Y
sperti telihat pada gambar diatas, dimana perbandingan belitan tiap fasanya:
38,1 : atau kV

Sehingga dengan berpedoman pada gambar 4.4.c., bila reaktansi generator G3


dilihat dari tegangan tinggi adalah sebesar:
XG3 =( )2 x 01452 = 43,56 Ω

Jadi parameter-parameter untuk diagram reaktansi dari diagram segaris pada


gambar 4.1.

Maka diagram reaktansi pada gambar 4.3 bila dicantumkan harga-harga


reaktansinya menjadi:
25

Gambar 4.5 Diagram reaktansi dengan harga-harga reaktansi untuk diagram segaris
pada gambar 4.1

V. KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN

Gangguan tak simetris pada 25ystem transmisi, yang dapat terjadi karena
hubungan singkat, impedansi antar saluran, impedansi dari satu atau dua saluran ke
tanah, atau penghantar yang terbuka, dipelajari dengan metoda komponen simetris ini.
A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya
Karya Fortescue membuktikan bahwa suatu 25ystem tak seimbang yang
terdiri dari n fasor yang berhubungan (related) dapat diuraikan menjadi n buah
system dengan fasor seimbang yang dinamakan komponen-komponen simetris
(symmetrical components) dari fasor aslinya. N buah fasor pada setiap himpunan
komponennya adalah sama pan-jang, dan sudut di antara fasor yang bersebelahan
dalam himpunan itu sama besarnya. Meskipun metoda ini berlaku untuk setiap
system fasa-majemuk tak seimbang, kita akan membatasi pembahasan kita pada
system tiga-fasa saja. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem
tiga-fasa dapat di- uraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan
seimbang komponen itu adalah:
26

1. Komponen urutan-positif (positive sequence components) yang terdiri dari


tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa
sebesar 120°, dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.
2. Komponen urutan-negatif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120°, dan mempunyai
urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.
3. Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
dengan penggeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
Telah menjadi kebiasaan umum, ketika memecahkan permasalahan dengan
menggunakan komponen simetris bahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai
a, b, dan c dengan cara yang demikian sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam
sistem adalah abc. Jadi, urutan fasa komponen urutan positif dari fasor tak seimbang
itu adalah abc, sedangkan urutan fasa dari komponen urutan negatif adalah acb. Jika
fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan Va,
Vb, dan Vc. Ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan dengan subskrip
tambahan 1 untuk komponen urutan-positif, 2 untuk, komponen urutan-negatif, dan 0
untuk komponen urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb dan Vc adalah Va1,
Vb1, dan Vc1. Demikian pula, komponen urutan 26ystem26l adalah Va2, Vb2, dan Vc2,
sedangkan komponen urutan nol adalah Va0, Vb0, dan Vc0.
Gambar 1. Menunjukkan tiga himpunan komponen simetris semacam itu.
Fasor arus akan dinyatakan dengan subskrip seperti untuk tegangan tersebut.Karena
setiap fasor tak seimbang, yang asli adalah jumlah komponen, fasor asli yang
dinyatakan dalam suku-suku komponennya adalah:

Va = Va1 + Va2 + Va0

Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0

Va = Va1 + Vc2 + Vc0


27

Sintesis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ketiga himpunan komponen
simetris dalam Gambar 11.1. diperlihatkan pada Gambar 11.2.

Gambar 1. Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris dari
tiga fasor tak-seimbang

Gambar 2. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen pada Gambar 1. Untuk


mendapatkan tiga fasor tak seimbang.
28

Bermacam-macam keuntungan dari analisis 28ystem daya dengan metoda


komponen simetris akan berangsur-angsur menjadi jelas bila kita menerapkan metoda
ini untuk menelaah gangguan tak simetris pada 28ystem yang lepas dari gangguan
tersebut adalah simetris. Cukup untuk kita sebutkan di sini bahwa metoda itu terdiri
dari mendapatkan komponen simetris arus pada gangguan. Kemudian nilai arus dan
tegangan pada berbagai titik dalam sistem dapat diperoleh. Metoda yang cukup
sederhana ini dapat memberikan ramalan yang seksama tentang perilaku 28ystem itu
B. Operator-Operator
Karena adanya pergeseran fasa pada komponen simetris tegangan dan arus
dalam 28ystem tiga-fasa, akan sangat memudahkan bila kita mempunyai metoda
penulisan cepat untuk menunjukkan perputaran fasor dengan 120°. Hasil-kali dua
buah bilangan kompleks adalah hasil-kali besarannya dan jumlah sudut fasanya. Jika
bilangan kompleks yang menyatakan fasor dikalikan dengan bilangan kompleks yang
besarnya satu dan sudutnya θ, bilangan kompleks yang dihasilkan adalah fasor yang
sama besar dengan fasor aslinya tetapi fasanya tergeser dengan sudut θ. Bilangan
kompleks dengan besar satu dan sudut θ merupakan operator yang memutar fasor
yang dikenakannya melalui sudut θ.
Kita sudah kenal dengan operator j, yang menyebabkan perputaran sebesar
90°, dan operator -1, yang menyebabkan perputaran sebesar 180°. Penggunaan
operator j sebanyak dua kali berturut-turut akan menyebabkan perputaran melalui
90° + 90°, yang membawa kita pada kesimpulan bahwa j x j menyebabkan
perputaran sebesar 180°, 28ystem28l28a itu kita ingat kembali bahwa j2 adalah sama
dengan -1. Pangkat-pangkat yang lain dari operator j dapat diperoleh dengan analisis
yang serupa.
Huruf a biasanya digunakan untuk menunjukkan operator yang menyebabkan
perputaran sebesar 120° dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam.Operator semacam ini adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan
sudutnya 120° dan didefinisikan sebagai :
29

Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu
akan diputar dengan sudut sebesar 240°. Untuk pengenaan tiga kali berturut-turut
fasor akan diputar dengan 360°. Jadi,

Gambar 3. Diagram fasor berbagai pangkat dari operator a


C. Simetris Fasor Tak Simetris
Telah kita lihat pada Gambar 2. Sintesis tiga fasor tak simetris dari tiga
himpunan fasor simetris. Sintesis itu telah dilakukan sesuai dengan Persamaan (11.1)
sampai dengan (11.3). Sekarang marilah kita periksa persamaan tersebut untuk
menentukan bagaimana menguraikan ketiga fasor tak simetris itu menjadi komponen
simetrisnya. Mula-mula, kita perhatikan bahwa banyaknya kuantitas yang diketahui
dapat dikurangi dengan menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai
hasil-kali fungsi operator a dan komponen Va. Dengan berpedoman pada Gambar
11.1,hubungan berikut dapat diperiksa kebenarannya:
30

Dengan mengulangi Persamaan (11.1) dan memasukkan Persamaan (11.4) ke dalam


Persamaan (11.2) dan (11.3) dihasilkan:

atau dalam bentuk matriks:

Untuk memudahkan kita misalkan:

Maka, seperti dapat dibuktikan dengan mudah


31

dan dengan mengalikan kedua sisi Persamaan (11.8) dengan A-1 diperoleh:

yang menunjukkan pada kita bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris menjadi
komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga kita dapat
menulis masing-masing persamaan itu dalam bentuk yang biasa. Dari Persamaan
(11.11), kita peroleh:

Jika diperlukan, komponen Vb0, Vb1, Vb2, Vc0, Vc1, dan Vc2, dapat diperoleh persamaan
(11. 4).
Persamaan (11.12) menunjukkan bahwa tidak 31ystem31l komponen urutan-
nol jika jumlah fasor tak seimbang itu sama dengan nol. Karena jumlah fasor
tegangan antar saluran pada 31ystem tiga-fasa selalu nol, maka komponen urutan-nol
tidak pernahterdapat dalam tegangan saluran itu, tanpa memandang besarnya
ketidakseimbangannya.
Jumlah ketiga fasor tegangan saluran ke netral tidak selalu harus sama dengan
nol, dan tegangan ke netral dapat mengandung komponen urutan-nol. Persamaan
yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan fasor yang
berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai ganti tegangan.
Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun secara grafis.
Karena beberapa persamaan yang terdahulu sangat mendasar, marilah kita tuliskan
ringkasannya untuk arus-arus:
32

Dalam 32ystem tiga-fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam
jalur kembali lewat netral. Jadi,

Dengan membandingkan Persamaan (11.18) dan (11. 21) kita peroleh:

Jika tidak ada jalur yang melalui netral dari 32ystem tiga-fasa, In, adalah nol,
dan arus saluran tidak mengandung komponen urutan-nol. Suatu beban dengan
hubungan-Δ tidak menyediakan jalur ke netral, 32ystem32l32a itu arus saluran yang
mengalir ke beban yang dihubungkan- Δ tidak dapat mengandung komponen urutan-
nol.
D. Daya dengan Komponen Simetris sebagai Sukunya
Jika komponen simetris arus dan tegangan diketahui, maka daya yang terpakai
pada rangkaian tiga-fasa dapat langsung dihitung dari komponen tersebut. Peragaan
pernyataan ini mempakan contoh yang baik dari manipulasi matriks komponen
simetris. Daya kompleks total yang mengalir ke dalam rangkaian tiga-fasa melalui
tiga saluran a, b, dan c adalah:
S = P + jQ = Va Ia* + Vb Ib* + Vc Ic*
di mana Va, Vb, dan Vc adalah tegangan ke netral pada terminal dan Ia, Ib, serta Ic
adalah arus yang mengalir ke dalam rangkaian pada ketiga saluran tersebut. Di sini,
sambungan netral boleh ada atau diabaikan. Dalam notasi matriks:
33

Di mana pasangan (conjugate) matriks diartikan terdiri dari beberapa unsure


yang merupakan pasangan unsure yang bersesuaian pada matriks aslinya.
E. Impedansi Seri Tak Simetris
Kita tidak dapat mengabaikan pentingnya 33ystem yang dalam keadaan
normal adalah seimbang dan menjadi tak seimbang hanya karena timbulnya gangguan
tak simetris.Akan tetapi, marilah kita lihat persamaan rangkaian tiga-fasa bila
impedansi serinyam tidak sama. Kita akan sampai pada suatu kesimpulan periling
dalam analisis dengan komponen simetris. Gambar 11.12 menunjukkan bagian yang
tak simetris dari suatu 33ystem dengan tiga impedansi seri yang tidak sama, yaitu Za,
Zb, dan Zc. Jika kita misalkan bahwa tidak ada induktansi bersama (tidak ada
gandengan) antara ketiga impedansi tersebut, jatuh tegangan pada bagian 33ystem
yang diperlihatkan itu diberikan oleh persamaan matriks.

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa komponen simetris dari arus tak
seimbang yang mengalir pada beban Y seimbang atau pada impedansi seri seimbang
akan menghasilkan tegangan jatuh dengan urutan yang sama, asalkan tidak terdapat
gandengan di antara fasa-fasa itu. Tetapi jika impedansinya tidak sama, Persamaan
menunjukkan bahwa jatuh tegangan pada salah satu urutan akan tergantung pada arus
pada ketiga urutannya. Jika ada gandengan di antara ketiga impedansi tadi, misalnya
induktansi bersama, matriks bujursangkar pada Persamaan akan mengandung
33ystem di luar diagonal dan Persamaan akan mempunyai suku-suku tambahan.
34

Meskipun arus dalam setiap penghantar saluran transmisi tiga-fasa mengimbas


tegangan dalam fasa lainnya, namun prosedur reaktansi yang dihitung akan
F. Impedansi Urutan dan Jaringan Urutan
Dalam setiap bagian rangkaian, jatuh tegangan yang disebabkan oleh arus
dengan urutan tertentu tergantung pada impedansi bagian rangkaian itu terhadap arus
dengan urutan tersebut. Impedansi setiap bagian suatu jaringan yang seimbang
terhadap arus salah satu urutan dapat berbeda dengan impedansi terhadap arus dari
urutan yang lain. Impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir arus urutan-positif
disebut impedansi terhadap arus urutan-positif. Demikian pula, bila hanya ada arus
urutan-negatif, impedansinya dinamakan impedansi terhadap arus urutan-negatif.
Jika hanya ada arus urutan nol, impedansinya dinamakan impedansi terhadap arus
urutan-nol. Sebutan impedansi rangkaian terhadap arus dari urutan yang berbeda, ini
biasanya disingkat menjadi istilah yang sebenarnya kurang jelas artinya, yaitu
impedansi urutan-positif, impedansi urutan-negatif dan impedansi urutan-nol.
Analisis gangguan tak simetris pada 34ystem yang simetris terdiri dari
penentuan komponen simetris dari arus tak seimbang yang mengalir. Karena arus
komponen dari salah satu urutan fasa menimbulkan tegangan jatuh dengan urutan
yang sama dan tidak tergantung pada arus dari urutan yang lain, dalam suatu
34ystem yang seimbang arus dari salah satu urutan dapat dianggap mengalir dalam
jaringan bebas yang terdiri hanya dari impedansi terhadap arus dari urutan itu saja.
Rangkaianekivalen fasa tunggal yang hanya terdiri dari impedansi terhadap arus
salah satu urutan saja dinamakan jaringan urutan untuk urutan tertentu jaringan.
Jaringan urutan ini meliputi setiap emf yang dibangkitkan pada urutan yang sama.
Jaringan urutan yang mengalirkan arus Ia1, Ia2, dan Ia0 diantarhubungkan untuk
melukiskan berbagai keadaan gangguan tak seimbang. Oleh karena itu, untuk
menghitung pengaruh gangguan dengan metode komponen simetris, adalah penting
sekali untuk menentukan impedansi urutannya dan menggabungkannya untuk
membentuk jaringan urutan masing-masing.
35

G. Impedansi Urutan pada Unsur Rangkaian


Impedansi urutan-positif dan –negatif dari rangkaian yang linier, simetris, dan
statis adalah identik karena impedansi rangkaian semacam itu tidak tergantung pada
urutan fasanya asal tegangan yang dikenakan seimbang. Impedansi saluran transmisi
terhadap arus urutan-nol berbeda dengan impedansinya terhadap arus urutan-positif
dan urutan-negatifnya.
Impedansi mesin berputar terhadap arus dari ketiga urutan tersebut, pada
umum-nya berbeda untuk masing-masing urutan. Mmf yang ditimbulkan oleh arus
jangkar urutan-negatif berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran
rotor di mana terdapat gulungan medan dc-nya. Tidak seperti fluks yang
dibangkitkan oleh arus urutan-positif yang berada dalam keadaan berhenti
(stationary) terhadap rotor, fluks yang dibangkitkan oleh arus urutan-negatif
bergerak dengan cepat menyapu permukaan rotor.
Arus yang diimbas pada gulungan medan dan peredam oleh fluks jangkar
yang berputar mencegah fluks menembus rotornya. Keadaan ini sama dengan fluks
yang berubah dengan cepat segera setelah terjadinya hubungan-singkat pada terminal
mesin. Jalur fluks sama dengan yang kita jumpai dalam perhitungan untuk reaktansi
sub peralihan. Jadi, dalam suatu mesin dengan rotor berbentuk silinder, reaktansi sub
peralihan dan reaktansi urutan negatif adalah sama.
Jika arus yang mengalir pada gulungan jangkar mesin tiga-fasa hanyalah arus
urutan-nol, maka arus dan mmf pada salah satu fasanya mencapai maksimum pada
waktu yang sama seperti arus dan mmf pada setiap fasa yang lain. Gulungan tersebut
tersebar di sekeliling jangkar sedemikian rupa sehingga titik mmf maksimum yang
dibangkitkan oleh salah satu fasa dipisahkan 120 derajat listrik dalam ruang dari titik
mmf maksimum setiap fasa yang lain. Jika mmf yang ditimbulkan oleh arus masing-
masing fasa mempunyai distribusi dalam ruang yang berbentuk sinusoida sempurna,
grafik mmf di sekeliling jangkar akan memberikan tiga buah lengkungan berbentuk
sinusoida yang jumlahnya di setiap titik akan sama dengan nol. Tidak akan ada fluks
36

yang ditimbulkan pada celah-udara, dan satu-satunya reaktansi dari setiap gulungan
fasa adalah yang disebabkan oleh kebocoran dan lilitan ujung. Dalam mesin yang
sesungguhnya, distribusi gulungan tidak menghasilkan mmf yang berbentuk
sinusoida murni. Fluks yang dihasilkan dari jumlah mmf. Ini memang sangat
kecil,tetapi cukup membuat reaktansi uruatan-nol agak lebih tinggi daripada dalam
keadaan idealnya di mana tidak ada fluks celah-udara yang disebabkan oleh arus
urutan nol.
Dalam menurunkan persamaan induktansi dan kapasitansi saluran transmisi
yang ditransposisikan, kita telah memisalkan arus tiga-fasa yang seimbang tetapi kita
tidak menetapkan urutan fasanya. Oleh karena itu, persamaan yang dihasilkan Bila
hanya arus urutan-nol yang mengalir dalam saluran transmisi, arus pada setiap fasa
adalah identik. Arus itu kembali melalui tanah, melalui kawat tanah di atas tiang,
atau melalui kedua-duanya. Karena arus urutan-nol pada setiap penghantar fasa
identik (bukan hanya sama besarnya dan tergeser dalam fasa sejauh 120° dan arus
fasa yang lain), medan magnet yang ditimbulkan oleh arus urutan-nol akan berbeda
sekali dengan medan magnet yang ditimbulkan arus urutan-positif atau urutan-
negatif. Beda dalam medan magnet ini mengakibatkan bahwa reaktansi induktif
urutan-nol saluran transmisi di atas tiang menjadi 2 sampai 3 kali lebih besar dari
reaktansi urutan-positif. Perbandingan ini mengarah ke bagian yang lebih tinggi dari
daerah yang telah ditetapkan untuk saluran rangkaian-ganda dan saluran tanpa kawat
tanah.
Sebuah transformator dalam rangkaian tiga-fasa dapat terdiri dari tiga unit
transformator fasa-tunggal, atau dapat juga berupa transformator tiga-fasa langsung.
Meskipun impedansi seri urutan-nol dari unit tiga-fasa itu dapat sedikit berbeda
darinilai urutan-positif dan negatifnya, sudah menjadi kebiasaan untuk menganggap
bahwa impedansi seri untuk semua urutan adalah sama, tanpa memandang jenis
transformator tersebut. Untuk transformator 1000 kVA atau yang lebih besar,reaktansi
dan impedansinya hampir sama. Untuk menyederhanakan perhitungan, kita akan
37

mengabaikan saja admitansi shunt, yang memperhitungkan adanya arus penguatan


(exciting current). Impedansi urutan-nol dari beban seimbang yang terhubung-Y dan
–Δ akan sama dengan impedansi urutan-positif dan urutan-negatifnya.
H. JARINGAN URUTAN-POSITIF DAN NEGATIF
Tujuan kita mendapatkan nilai impedansi urutan 37ystem daya ialah untuk
memungkin-kan kita menyusun jaringan urutan bagi keseluruhan 37ystem itu.
Jaringan urutan ter-tentu menunjukkan semua jalur aliran arus dari urutan itu dalam
system. Dalam Bab 6 telah kita bahas penyusunan beberapa jaringan urutan-positif
yang agak kompleks. Peralihan dari jaringan urutan-positif ke jaringan urutan-negatif
sangat sederhana. Generator dan motof serempak tiga-fasa hanya mempunyai
tegangan internal urutan-positif, karena mesin tersebut dirancang untuk
membangkitkan tegangan yang seimbang. Karena impedansi urutan-positif dan
system37l sama dalam 37ystem sime-tris statis, tentu saja pengubahan jaringan
urutan-positif menjadi jaringan urutan-negatif dapat dicapai hanya dengan
mengubah, bila perlu, impedansi yang mewakili mesin berputar itu saja dengan
mengabaikan emf-nya. Pengabaian emf ini didasarkan pada anggapan bahwa
tegangan yang dibangkitkan adalah seimbang dan bahwa tidak ada tegangan urutan-
negatif yang diimbas dari sumber luar.
Karena semua titik netral dari 37ystem tiga-fasa simetris berada pada
potensial yang sama bila di dalamnya mengalir arus tiga-fasa seimbang, maka semua
titik netral hams terletak pada potensial yang sama baik untuk arus urutan-positif
maupun untuk arus urutan-negatif. Oleh karena itu, titik netral 37ystem tiga-fasa
simetris adalah potensial pedoman yang logis untuk menetapkan jatuh-tegangan
urutan-positif dan –netaif, dan merupakan rel pedoman bagi jaringan urutanpositif
dan –negatif. Impedansi yang ter-hubung di antara titik netral mesin dan tanah bukan
merupakan bagian jaringan urutan-positif atau pun jaringan urutan 37ystem37l,
karena baik arus urutan-positif maupun urutan-negatif tidak dapat mengalir dalam
impedansi yang dihubungkan seperti itu.
38

Jaringan urutan-negatif, seperti juga halnya dengan jaringan urutan-positif


dalam Bab 6, dapat mengandung rangkaian ekivalen lengkap dari bagian 38ystem
atau dapat juga disederhanakan dengan mengabaikan resistansi seri dan admintansi
shunt. Contoh 11.3 Gambarlah jaringan urutan-negatif untuk 38ystem yang telah
dilukiskan dalam Contoh 6.10. Misalkan bahwa reaktansi urutan-negatif dari masing-
masing mesin sama dengan reaktansi sub-peralihannya. Abaikanlah resistansi.

Jawaban : Karena semua reaktansi urutan-negatif 38ystem tersebut sama dengan


reaktansi urutan-positifnya, jaringan urutan-negatifnya identik dengan jaringan
urutan positif dari Gambar 6.30 kecuali bahwa emf-emf telah dihilangkan dari
jaringan urutan 38ystem38l tersebut. Jaringan yang diminta dilukiskan dalam
Gambar diatas.

I. JARINGAN URUTAN-NOL
Bagi arus urutan-nol, 38ystem tiga-fasa bekerja seperti fasa-tunggal, karena
arus urutan-nol selalu sama dalam besar dan fasanya di setiap titik pada semua fasa
system tersebut. Oleh karena itu, arus urutan-nol hanya akan mengalir jika terdapat
jalur kembali yang membentuk rangkaian lengkap. Pedoman untuk tegangan urutan-
nol ialah potensial tanah pada titik dalam 38ystem itu dimana setiap tegangan
tertentu ditetapkan. Karena arus urutan-nol dapat mengalir dalam tanah, tanah tidak
selalu hams berpotensial sama pada semua titik dan rel pedoman pada jaringan
urutan-nol tidak merupakan suatu tanah dengan potensial yang seragam. Impedansi
tanah dan kawat tanah harus di-masukkan ke dalam impedansi urutan-nol dari
39

saluran transmisi, dan rangkaian kembali jaringan urutan-nol ialah penghantar


dengan impedansi nol, yang merupakan rel pedoman untuk 39ystem itu. Karena
impedansi tanah dimasukkan ke dalam impedansi urutan-nol, maka tegangan yang
diukur terhadap rel pedoman jaringan urutan nol itu akan memberikan tegangan ke
tanah yang benar.
Dalam suatu rangkaian yang terhubung-Y, di mana tidak ada hubungan dari
netral ke tanah atau ke titik netral lain dalam rangkaian itu, jumlah arus yang
mengalir ke dalam netral pada ketiga fasanya adalah nol. Karena arus jumlahnya nol
tidak mempunyai komponen urutan-nol, impedansi terhadap anis urutan-nol di luar
titik netral adalah tak terhingga; kenyataan ini ditunjukkan oleh rangkaian terbuka
dalam jaringan urutan-nol di antara netral rangkaian yang terhubung-Y tersebut dan
rel pedoman, seperti terlihat dalam Gambar 11.16a.
Jika netral suatu rangkaian yang terhubung-Y ditanahkan melalui impedansi
nol, maka hubungan impedansi-nol disisipkan untuk menghubungkan titik netral
pada rel pedoman jaringan urutan-nol, seperti ditunjukkan dalam Gambar 11.16b.
Jika impedansi Zn disisipkan di antara netral dan tanah rangkaian yang
terhubung-Y, maka impedansi sebesar 3Zn harus ditempatkan di antara netral dan rel
pedoman
40

jaringan urutan-nolnya, seperti ditunjukkan dalam Gambar 11.16c. Seperti telah


dijelaskan dalam Bagian 11.8, jatuh tegangan urutan-nol yang disebabkan oleh Iao
yang mengalir melalui 3Zn dalam jaringan urutan-nol sama seperti dalam system
yang sesungguhnya di mana 3Iao mengalir melalui Zn. Impedansi yang terdiri dari
resistor atau 40ystem40 biasanya dihubungkan di antara netral generator dan tanah
untuk membatasi arus urutan-nol pada saat gangguan terjadi. Impedansi resistor atau
system40 pembatas-arus semacam itu dilukiskan dalam jaringan urutan-nol dengan
cara seperti yang telah diuraikan.
41

Karena tidak dilengkapi dengan jalur kembali, tentu saja, rangkaian dalam
hubungan-Δ akan memberikan impedansi yang tak terhingga terhadap arus saluran
urutan-nol. Jaringan urutan-nolnya terbuka pada rangkaian yang terhubung- Δ
tersebut. Arus urutan-nol dapat berputar di dalam rangkaian Δ, karena Δ merupakan
rangkaian seri tertutup bagi arus berfasa-tunggal yang berputar. Nama arus seperti itu
hams di-bangkitkan dalam Δ dengan pengimbasan (induction) dari sumber luar atau
oleh tegangan yang dibangkitkan dalam urutannol. Rangkaian Δ dan jaringan urutan-
nolnya diperlihatkan dalam Gambar 11.17. Bahkan ada tegangan urutan-nol yang
dibangkitkan pada fasa Δ, tidak terdapat tegangan urutan-nol di antara terminal Δ
tersebut, karena kenaikan tegangan dalam setiap fasa generator itu diimbangi oleh
jatuh tegangan pada impedansi urutan-nol dari masing-masing fasa.
Rangkaian ekivalen urutan-nol untuk transformator tiga-fasa sepantasnya kita
berikan perhatian khusus. Berbagai kombinasi yang mungkin dari gulungan primer
dan sekunder yang terhubung dalam Y atau � sudah tentu mengubah pula jaringan
urutan-nolnya. Teori transformator memungkinkan kita untuk membuat rangkaian
ekivalen jaringan urutan-nol. Kita ingat bahwa tidak ada arus yang mengalir di dalam
kumparan primer suatu transformator kecuali jika ada arus yang mengalir pada kum-
paran sekundernya, bila arus magnetisasi yang relative kecil itu kita abaikan. Kita
juga mengetahui bahwa arus primer ditentukan oleh arus sekunder dan perbandingan
lilitan gulungnya, dengan kembali mengabaikan arus magnetisasinya. Prinsip inilah
yang akan kita pakai sebagai pegangan dalam menganalisis masing-masing keadaan.
Selanjutnya, kita akan membaha‟s lima kemungkinan hubungan
transformator dua-gulungan. Hubungan ini terlihat dalam Gambar 11.18. Panah
dalam diagram hubungan menunjukkan jalur yang mungkin dialiri oleh arus urutan-
nol. Tidak adanya panah berarti bahwa hubungan transformator adalah sedemikian
sehingga arus urutan-nol tidak dapat mengalir. Rangkaian ekivalen yang mendekati
untuk urutan-nol, di mana resistansi dan jalur arus magnetisasi diabaikan, terlihat
pada Gambar 11.18 untuk masing-masing hubungan. Huruf P dan Q memberikan
titik yang bersesuaian pada diagram hubungan dan rangkaian ekivalen.
42

Rangkaian ekivalen urutan-nol yang secara terpisah telah ditentukan untuk


berbagai bagian 42ystem, dengan mudah dapat digabungkan untuk membentuk
jaringan urutan-nol yang lengkap. Gambar 11.19 dan 11.20 menunjukkan diagram
segaris untuk dua 42ystem daya yang kecil dan jaringan urutan-nolnya yang sesuai
telah disederhanakan. Dengan mengabaikan resistansi dan administrasi shuntnya.

VI. ANALISIS GANGGUAN TIDAK SEIMBANG

Hampir semua gangguan yang terjadi pada 42ystem daya adalah gangguan
tidak simetris, yang mungkin terdiri dari hubungan-singkat tidak simetris, gangguan
tidak simetris melalui impedansi, atau penghantar yang terbuka. Gangguan tidak
simetris terjadi sebagai gangguan tunggal saluran-ke tanah, gangguan antar-saluran,
atau gangguan ganda saluran-ke tanah. Jalur arus gangguan dari saluran ke saluran
atau dari saluran ke tanah dapat mengandung atau tidak mengandung impedansi.
43

Satu atau dua penghantar yang terbuka mengakibatkan gangguan tidak simetris, baik
melalui pemutusan satu atau dua penghantar atau melalui bekerjanya sekering dan
peralatan lain yang tidak akan membuka sekaligus ketiga fasanya.
Karena setiap gangguan tidak simetris menyebabkan mengalirnya arus tidak
seimbang dalam 43ystem, metoda komponen simetris berguna.sekali dalam analisis
untuk mengalirkan arus dan tegangan di semua bagian 43ystem setelah terjadinya
gangguan. Pertama-tama, akan kita bahas gangguan pada terminal generator yang
tidak dibebani. Kemudian kita akan mempelajari gangguan pada 43ystem daya
dengan menerapkan teorema Thevenin, yang memungkinkan kita untuk
mendapatkan arus pada gangguan dengan menggantikan keseluruhan 43ystem
dengan generator tunggal dan impedansi serinya. Akhirnya, akan kita selidiki matriks
impedansi rel seperti yang diterapkan pada analisis gangguan tidak simetris. Tanpa
memandang jenis gangguan yang terjadi pada terminal generator, kita dapat
menggunakan Persamaan (11.41) sampai dengan (11.43), yang diturunkan dalam
Bagian 11.8. Dalam bentuk matriks persamaan ini menjadi Untuk setiap jenis
gangguan, kita akan menggunakan Persamaan (12.1) bersama dengan persamaan
yang melukiskan pada gangguan tersebut, untuk menurunkan Ia1 dengan Ea, Z1, Z2,
dan Z0 sebagai suku-sukunya.
A. Gangguan Tunggal dari Saluran ke Tanah pada Generator yang Tidak
Dibebani
Diagram rangkaian untuk gangguan tunggal dari saluran ke tanah pada
generator terhubung-Y yang tidak dibebani dengan netralnya ditanahkan melalui
reaktansi diperlihatkan dalam Gambar 12.1, di mana fasa a adalah tempat terjadinya
gangguan. Persamaan yang akan dikembangkan untuk jenis gangguan ini akan
berlaku hanya bila gangguannya adalah pada fasa a, tetapi hal ini tidak perlu
menimbulkan kesulitan karena fasa tersebut telah dinamakan dengan sembarang saja
dan setiap fasa dapat disebut sebagai fasa a. Keadaan pada gangguan dinyatakan
dengan persamaan berikut:
44

Dengan Ib = 0 dan Ic = 0 komponen simetris arus diberikan oleh

Sehingga Ia0, Ia1, Ia2 masing-masing sama dengan Ia/3 dan

Dengan menggantikan Ia2 dan Ia0 dengan Ia1 pada persamaan (12.1), kita
dapatkan

Dengan mengerjakan perkalian dan pengurangan matriks yang disebutkan itu,


dihasilkan suatu kesamaan matriks berkolom dua. Dengan mengalikan terlebih
dahulu kedua matriks kolom dengan matriks baris [1 1 1] diperoleh

Karena Va = Vao + Val + Va2 = 0, kita selesaikan Persamaan (12.4) untuk dan kita
peroleh

Persamaan (12.2) dan (12.5) adalah persamaan khusus untuk gangguan


tunggal dari saluran- ke tanah. Persamaan tersebut digunakan dengan Persamaan
(12.1) serta hubungan komponen-simetris untuk menentukan semua tegangan dan
arus pada gangguan. Jika ketiga jaringan urutan generator itu dihubungkan seri
seperti ditunjukkan dalam Gambar 12.2, kita akan menemukan bahwa arus dan
45

tegangan yang dihasilkannya memenuhi persamaan di atas, karena ketiga impedansi


urutan itu akan terhubung seri dengan tegangan Ea. Dengan jaringan urutan yang
dihubungkan sedemikian rupa maka tegangan pada masing-masing jaringan urutan
adalah komponen simetris Va dengan urutan tersebut. Hubungan jaringan urutan
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 12.2 menunjukkan cara yang mudah untuk
mengingat beberapa persamaan guna menyelesaikan gangguan tunggal dari saluran
ke tanah, karena semua persamaan yang diperlukan dapat ditentukan dari hubungan
jaringan urutan tersebut.

Gambai 6.1. Diagram rangkaian untuk gangguan tunggal dari-saluran-ke tanah pada
fasa a pada terminal generator yang tidak dibebani yang netralnya ditanahkan
melalui reaktansi.
46

Gambar 6.2. Hubungan jaringan urutan generator yang tidak dibebani untuk
gangguan tunggal dari-saluran-ke tanah pada fasa a yang ditempatkan di terminal
generator.
Jika netral generator tidak ditanahkan, jaringan urutan-nol merupakan
rangkaian terbuka, dan Z0 adalah tak terhingga. Karena Persamaan (12.5)
menunjukkan bahwa Ia1, adalah nol bila Z0 tak terhingga, Ia2 dan Ia0 harus nol juga.
Jadi, tidak ada arus yang mengalir dalam saluran a karena Ia merupakan jumlah
komponennya, yang kesemuanya adalah nol. Hasil yang sama dapat juga dilihat
tanpa menggunakan komponen-komponen simetris karena pemeriksaan rangkaian
menunjukkan bahwa tidak terdapat jalur untuk aliran arus pada gangguan jika tidak
ada hubungan tanah pada netral generator.
Contoh 6.1. Sebuah generator berkutub-menjulang (salient-pole generator)
tanpa peredam mempunyai rating 20 MVA, 13,8 kV dan reaktansi sub-peralihan
poros langsung sebesar 0,25 per satuan. Reaktansi urutan-negatif dan urutan-nol
adalah 0,35 dan 0,10 per satuan. Netral generator itu ditanahkan dengan kuat.
Tentukanlah arus sub-peralihan dalam generator dan tegangan antar-saluran untuk
keadaan sub peralihan bila gangguan tunggal dari-saluran-ke tanah terjadi pada
47

terminal generator pada saat generator bekerja tanpa beban pada tegangan nominal.
Abaikanlah resistensi.

JAWABAN:

Dengan dasar 20 MVA, 13,8 kV, Ea = 1 ,0 per satuan karena tegangan-internal


adalah sama dengan tegangan terminal pada keadaan tanpa beban. Jadi, dalam per
satuan kita peroleh.

Arus sub-peralihan pada saluran a adalah

Komponen-komponen simetris tegangan antara titik a dan tanah adalah

Tegangan-tegangan dari-saluran-ke tanah adalah


48

Tegangan-tegangan antar-saluran adalah

Karena tegangan-ke netral Ea yang dibangkitkan telah diambil sebagai 1,0 per
satuan, tegangan antar-saluran di atas dinyatakan dalam per satuan dengan tegangan
dasar ke netral. Bila dinyatakan dalam volt, maka tegangan saluran sesudah
terjadinya gangguan adalah

Sebelum gangguan terjadi, tegangan saluran adalah seimbang dan sama


dengan 13,8 kV. Untuk perbandingan dengan tegangan saluran setelah gangguan
maupun sebelum gangguan, dengan Van = Ea sebagai pedoman, diberikan oleh

diagram fasor tegangan sebelum dan sesudah gangguan ini dapat Anda lihat dalam
Gambar 6.3.
49

Gambai 6.3. Diagram phasor tegangan saluran dari Contoh 6.1 sebelum dan sesudah
terjadinya gangguan.
B. Gangguan Antar-Saluran pada Generator yang Tidak Dibebani
Diagram rangkaian untuk gangguan antar-saluran pada generator terhubung-
Y yang tidak dibebani ditunjukkan dalam Gambar 6.4 dengan gangguan pada fasa b
dan c. Keadaan pada gangguan tersebut dinyatakan oleh persamaan berikut:

Dengan Vb = Vc komponen-komponen simetris tegangan diberikan oleh

dari mana kita peroleh

Va1 = Va2 (12.6)


Karena Ib = -Ic dan Ia = 0, komponen simetris arus diberikan oleh

49ystem49l49a itu
50

Gambar 6.4. Diagram rangkaian untuk niatu gangguan antai-saluran antara fasa b dan
c pada terminal generator yang tidak dibebani dengan netral yang ditanahkan melalui
50ystem50.
Dengan suatu sambungan dari netral generator ke tanah, Z0 adalah terbatas
(finite), sehingga

Va0 = 0 (12.9)
karena Ia0 adalah nol menurut Persamaan (12.7). Dengan penggantian menurut
Persamaan (12.6) sampai (12.9), Persamaan (12.1) menjadi

Dengan menyelesaikan operasi matriks yang ditunjukkan itu dan


mengakalikan persamaan matriks yang dihasilkan dengan matriks baris [1 1 – 1] kita
peroleh
51

dan penyelesaian untuk Ia1 menghasilkan

Persamaan (12.6) hingga (12.8) dan (12.12) merupakan persamaan khusus


untuk gangguan antar-saluran. Persamaan tersebut digunakan bersama dengan
Persamaan (12.1) dan hubungan komponen-simetris guna menentukan semua
tegangan dan arus pada gangguan. Persamaan khusus tersebut menunjukkan
bagaimana jaringan urutan disambungkan untuk melukiskan gangguannya. Karena Z0
tidak terdapat dalam persamaan itu, maka jaringan urutan-nol tidak digunakan.
Jaringan urutan-positif dan 51ystem51l harus terhubung 51ystem51l karena Va1 = Va2.
Hubungan 51ystem51l jaringan urutan positif dan 51ystem51l tanpa jaringan urutan-
nol akan membuat Ia1 = -Ia2, seperti telah ditetapkan oleh Persamaan (12.8).
Sambungan jaringan urutan untuk gangguan antar saluran ditunjukkan dalam
Gambar 6.5. Bila disambungkan dengan cara ini, arus dan tegangan dalam jaringan
urutan akan memenuhi semua persamaan yang diturunkan untuk gangguan antar
saluran.
Karena tidak ada tanah pada gangguan tersebut, hanya ada satu tanah dalam
rangkaian itu (yaitu pada netral generator) dan tidak ada arus yang dapat mengalir ke
tanah. Dalam penurunan hubungan gangguan antar-saluran kita telah mendapatkan
bahwa Ia0 = 0. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa tidak ada arus tanah yang
dapat mengalir, karena arus tanah In sama dengan 3Ia0. Ada atau tidak adanya suatu
netral yang ditanahkan pada generator tidak mempengaruhi arus gangguan. Jika
netral generator tidak ditanahkan, Z0 adalah tak terhingga dan Va0 tak tentu
(indeterminate), tetapi tegangan antar-saluran dapat diperoleh karena tegangan itu
tidak mengandung komponen urutan-nol.
C. Gangguan Ganda Dari-Saluran-Ke Tanah pada Generator Tanpa Beban
52

Diagram rangkaian untuk gangguan ganda dari-saluran-ke tanah pada


generator tanpa beban yang terhubung-Y dan mempunyai netral yang ditanahkan
ditunjukkan dalam

Gambar 6.6. Rangkaian untuk gangguan ganda dari-saluran-ke tanah pada fasa b dan
c dalam terminal generator tanpa beban yang netralnya ditanahkan melalui
52ystem52.
Gambar 6.6. Fasa yang mengalami gangguan adalah b dan c. Keadaan pada
gangguan itu dinyatakan dengan persamaan berikut:
Vb = 0 Vc = 0 Ia = 0
Dengan Vb = 0 dan Vc = 0, komponen-komponen simetris tegangan diberikan
oleh

Oleh karena itu, Va0, Val, dan Va2 sama dengan Va/3, dan
Va1 = Va2 = Va0 (12.13)
Dengan menggantikan Val, Va2, dan Va0 dalam Persamaan (12.1) dengan Ea –
Ia1, Z1, dan mengalikan kedua sisinya dengan Z -1, di mana
53

Diperoleh

Dengan mengalikan kedua sisi Persamaan (12.14) dengan matriks baris [1 1


1] dan dengan mengingat kembali bahwa Ia1 + Ia2 + Ia0 = Ia = 0, kita mempunyai

dan dengan menggabungkan suku-sukunya kita peroleh


54

Gambar 6.7. Hubungan jaringan urutan generator tanpa beban untuk


gangguan ganda dari-saluran-ke tanah pada fasa-fasa b dan c pada terminal generator
itu. Dan

Persamaan (12.13) dan (12.17) adalah persamaan khusus untuk gangguan


ganda darisaluran- ke tanah. Persamaan tersebut digunakan bersama dengan
Persamaan (12.1) dan hubungan komponen-simetris untuk menentukan semua
tegangan dan arus pada gangguan. Persamaan (12.13) menunjukkan bahwa jaringan
urutan harus dihubungkan system54l, seperti terlihat dalam Gambar 6.7, karena
tegangan urutan-positif, -negatif, dan –nol adalah sama pada gangguan. Pemeriksaan
Gambar 12.7 akan menunjukkan bahwa semua keadaan yang telah diturunkan untuk
gangguan ganda dari-saluran-ke tanah telah dipenuhi oleh rangkaian dalam gambar
ini. Diagram sambungan jaringan ini menunjukkan bahwa arus urutan-potitif Ia1
ditentukan oleh tegangan Ea yang dikenakan pada Z1 yang terhubung seri dengan
gabungan 54ystem54l Z2 dan Z0. Hubungan yang sama diberikan oleh Persamaan
(12.17).
Dengan tidak adanya sambungan tanah pada generator, tentu saja tidak ada
arus yang dapat mengalir ke tanah pada gangguan tersebut. Dalam hal ini, Z0 akan
menjadi tak terhingga dan Ia0 menjadi nol. Jika hanya arus yang ditinjau, hasil yang
diperoleh akan sama seperti pada gangguan antar-saluran. Persamaan (12.17) untuk
gangguan ganda dari-saluran-ke tanah akan sangat mendekati Persamaan (12.12)
untuk gangguan antar saluran bila Z0 mendekati tak terhingga, seperti dapat dilihat
dengan membagi pembilang dan penyebut suku kedua pada penyebut Persamaan
(12.17) dengan Z0 dan menetapkan Z0 sebagai tak terhingga besarnya.
D. Gangguan-Gangguan Tak Simetris pada Sistem Daya
Dalam penurunan persamaan untuk komponen simetris arus dan tegangan
dalam satu jaringan umum ketika terjadi gangguan, kita akan menetapkan bahwa Ia ,
55

Ib , dan Ic adalah arus yang mengalir ke luar dari 55ystem seimbang yang asli pada
gangguan, berturut-turut dari fasa a, b, dan c. Kita dapat membayangkan arus Ia, Ib,
dan Ic dengan berpedoman pada Gambar 12.8, yang menunjukkan ketiga saluran
system tiga-fasa pada bagian jaringan di mana gangguan itu terjadi. Aliran arus dari
setiap saluran menuju gangguan ditunjukkan oleh panah yang digambarkan pada
diagram di samping batang hipotesis yang dihubungkan ke masing-masing saluran
pada tempat terjadinya gangguan. Sambungan yang sesuai dari batang tersebut
melukiskan berbagai jenis gangguan. Misalnya, dengan menghubungkan batang b
dan c, dihasilkan gangguan antar-saluran melalui impedansi nol. Jadi, arus pada
batang a adalah nol, dan Ib sama dengan Ic.

Gambar 6.8. Tiga penghantar untuk 55ystem tiga-fasa. Batang yang mengaliikan arus
Ia, Ib, dan Ic dapat saling dihubungkan untuk melukiskan bermacam-macam jenis
gangguan.
Tegangan dari-saluran-ke tanah pada gangguan itu dinamakan Va, Vb, dan Vc.
Sebelum terjadinya gangguan, tegangan dari-saluran-ke netral fasa a pada gangguan
dinamakan Vf , yang merupakan tegangan urutan-positif karena 55ystem itu dianggap
seimbang. Diagram segaris dari 55ystem daya yang mengandung tiga buah mesin
serempak ditunjukkan dalam Gambar 6.9. Sistem seperti ini telah dikenal sehingga
persamaan yang diturunkan dari system tersebut dapat diterapkan pada setiap system
seimbang
56

Gambai 6.9. Diagram segaris suatu 56ystem tiga-fasa, ketiga jala-jala uiutannya, dan
ekivalen Thevenin dari setiap jala-jala untuk suatu gangguan pada P.

betapa pun rumitnya. Gambar 6.9 juga menunjukkan jaringan urutan 56ystem. Titik
yang dianggap tempat terjadinya gangguan ditandai dengan P pada diagram segaris
dan pada jaringan urutan itu. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa arus beban
yang mengalir dalam jaringan urutan-positif adalah sama, dan tegangan ke tanah di
luar mesin juga sama, tanpa memandang apakah mesin itu dilukiskan sebagai
tegangan internal subperalihan dan reaktansi sub-peralihannya, sebagai tegangan-
57

internal peralihan dan reaktansi-peralihannya, atau sebagai tegangan tanpa beban dan
reaktansi-serempaknya.
Karena dalam menggambar jaringan urutan telah dimisalkan adanya keadaan
linier, jaringan tadi dapat diganti dengan ekivalen Theveninnya di antara kedua
terminal yang terdiri dari rel pedoman dan titik tempat terjadinya gangguan. Dalam
Gambar 6.9. rangkaian ekivalen Thevenin setiap jaringan diperlihatkan di dekat
diagram jaringan bersesuaian. Tegangan internal generator tunggal. Pada rangkaian
ekivalen untuk jaringan urutan-positif adalah Vf , yaitu tegangan pragangguan ke
netral pada titik terjadinya gangguan. Impedansi Zt dari rangkaian ekivalen ialah
impedansi yang dapat diukur di antara titik P dan rel pedoman pada jaringan urutan-
positif dengan semua emf dalam keadaan terhubung-singkat. Nilai Zv tidak
tergantung pada reaktansi yang digunakan dalam jaringan itu. Kita ingat misalnya,
bahwa reaktansi sub-peralihan generator dan 1.5 kali reaktansi sub-peralihan motor
serempak atau reaktansi peralihan motor adalah nilai yang digunakan untuk
menghitung arus simetris yang akan diputuskan.
Karena tidak ada arus urutan-negatif atau –nol yang mengalir sebelum
terjadinya gangguan, tegangan pragangguan antara titik P dan rel pedoman pada
jaringan urutan negative dan urutan-nol adalah nol. Oleh karena itu, tidak terdapat
emf dalam rangkaian ekivalen jaringan urutan-negatif dan urutan-nol. Impedansi Z2
dan Z0 diukur antara titik P dan rel pedoman pada jaringan yang bersangkutan dan
tergantung pada lokasi gangguan.
Karena Ia adalah arus yang mengalir dari 57ystem menuju gangguan,
komponen Ia1, Ia2, dan Ia0-nya mengalir keluar dari jaringan urutannya yang
bersangkutan dan. Keluar dari rangkaian ekivalen jaringan tersebut pada P, seperti
terlihat dalam Gambar 6.9. Ekivalen Thevenin dari jaringan urutan-positif, dan
persamaan matriks untuk komponen simetris tegangan pada gangguan harus sama
seperti Persamaan (12.1), dengan pengecualian bahwa Vf menggantikan Ea jadi,
58

Sudah tentu, kita harus menghitung impedansi urutan dengan semestinya


sesuai dengan teorema Thevenin dan menyadari bahwa arus itu adalah komponen
urutan pada batang hipotetis seperti yang telah kita tunjukkan.
E. Gangguan Tunggal dari-Saluran Tanah pada Sistem Daya
Untuk gangguan tunggal dari-saluran-ke tanah, batang hipotetis pada ketiga
saluran dihubungkan seperti terlihat dalam Gambar 6.10. Hubungan berikut terdapat
pada titik gangguan tersebut:

Gambai 6.10. Diagram sambungan batang-batang hipotetis untuk suatu gangguan


dari-saluran-ke tanah.
Ketiga persamaan ini sama seperti yang dipakai untuk gangguan dari-saluran-
ke tanah pada generator tunggal. Persamaan ini bersama dengan Persamaan (12.18)
dan hubungan komponen simetris harus mempunyai penyelesaian yang sama seperti
yang telah didapatkan untuk persamaan yang serupa dalam Bagian 12.1, kecuali
bahwa Vf menggantikan Ea. Jadi, untuk gangguan dari-saluran-ke tanah kita peroleh,
59

Persamaan (12.9) dan (12.20) menunjukkan bahwa ketiga jaringan urutan


harus dihubungkan seri melalui titik gangguan agar dapat meniru gangguan tunggal
darisaluran-ke tanah.
F. Gangguan Antar Saluran pada Sistem Daya

Gambar 6.11. Diagram sambungan batang-ba-tang hipotetis untuk suatu gangguan


antar-saluran.
Untuk gangguan antar-saluran, batang hipotetis pada ketiga saluran dalam
gangguan tersambung ditunjukkan dalam Gambar 6.11. Pada gangguan tersebut
terdapat hubungan berikut:

Persamaan di atas bentuknya identik dengan persamaan yang dipakai untuk


gangguan antar-saluran pada generator terisolir. Bila kita menyelesaikan dengan cara
Bagian 12.2, dengan Persamaan (12.18) menggantikan Persamaan (12.1),
menghasilkan
60

Persamaan (12.21) dan (12.22) menunjukkan bahwa jaringan urutan-positif


dan – system60l hams dihubungkan secara 60ystem60l pada titik gangguan agar
dapat menirukan gangguan antar-saluran.

Gambar 6.12. Diagram sambungan batang-batang hipotetis untuk suatu gangguan


ganda dari-saluran-ke tanah.
G. Gangguan Ganda dari-Saluran-ke Tanah pada Suatu Sistem Daya
Untuk suatu gangguan ganda dari-saluran-ke tanah, batang disambungkan
seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.12. Terdapat hubungan berikut pada gangguan:

Dengan membandingkan dengan penurunan yang dibuat pada Bagian 12.3,


didapat
61

Persamaan (12.23) dan (12.24) menunjukkan bahwa ketiga jaringan urutan


harus dihubungkan secara system61l pada titik gangguan untuk dapat mensimulasi
gangguan ganda dari-saluran ke-tanah.
H. Interpretasi Jaringan Urutan yang Saling Dihubungkan
Dalam bagian sebelumnya, kita telah melihat bahwa jaringan urutan system
daya dapat saling dihubungkan sedemikian sehingga dengan menyelesaikan jaringan
yang diperoleh, dihasilkan komponen simetris arus dan tegangan pada gangguan.
Pada Gambar 6.13, diperlihatkan berbagai sambungan jaringan urutan guna
menirukan (sumulate) bermacam-macam jenis gangguan termasuk gangguan tiga-
fasa simetris Jaringan urutan ditunjukkan secara skema oleh segiempat yang
mencakup garis tebal yang melukiskan rel pedoman jaringan tersebut dan satu titik
yang ditandai oleh P yang merupakan titik pada jaringan di mana gangguan terjadi.
Jaringan urutan-positif mengandung emf yang merupakan tegangan internal-
mesinnya.
Jika emf pada jaringan urutan-positif seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
6.14a diganti dengan hubungan singkat, maka impedansi antara titik gangguan P dan
rel pedoman adalah impedansi urutan-positif Z1 pada persamaan yang dikembangkan
untuk gangguan dalam 61ystem daya dan merupakan impedansi sen dari rangkaian
ekivalen Thevenin di antara P dan rel pedoman. Jika tegangan Vf dihubungkan seri
dengan jaringan urutan-positif yang telah dirubah ini, rangkaian yang dihasilkan
seperti terlihat dalam Gambar 6.14, adalah ekivalen Thevenin dari jaringan urutan-
positif yang asli. Rangkaian yang ditunjukkan dalam Gambar 6.14 hanyalah ekivalen
dalam pengaruhnya pada setiap sambungan luar (external) yang dibuat di antara P
dan rel pedoman dari jaringan aslinya. Dengan mudah dapat kita lihat bahwa tidak
ada arus yang mengalir pada cabang rangkaian ekivalen jika tidak ada hubungan luar,
62

tetapi arus akan mengalir dalam cabang jaringan urutan positif aslinya asalkan ada
perbedaan dalam fasa atau besarnya kedua emf pada jaringan itu. Dalam Gambar
6.14a, arus yang mengalir pada cabang pada saat tidak adanya hubungan luar adalah
arus beban pragangguan.

Bila jaringan urutan yang lain saling dihubungkan dengan jaringan urutan-
positif dari Gambar 6.14a atau ekivalennya yang diperlihatkan dalam Gambar 6.14b,
arus yang mengalir ke luar dari jaringan atau ekivalennya adalah Ial dan tegangan
antara P dan rel pedoman adalah Va1. Dengan hubungan luar semacam ini, arus pada
setiap cabang jaringan urutan-positif asli adalah arus urutan-positif pada fasa a dari
cabang itu pada saat terjadinya gangguan dengan asumsi bahwa komponen
pragangguan arus telah dimasukkan. Sebaliknya, arus pada setiap cabang ekivalen
Thevenin dari Gambar 6.14b adalah hanya bagian dari arus urutan-positif yang
sebenarnya diperoleh dengan membagi la1 gangguan di antara cabang tadi sesuai
dengan impedansi di dalamnya belum termasuk komponen pragangguan.
Metode lain untuk mempelajari gangguan tidak simetris ini adalah dengan
menggunakan matriks impedansi rel. Metoda ini akan kita bahas setelah kita
menyelesaikan contoh berikut agar kita lebih kenal dengan jaringan urutan tersebut.
63

Gambar 6.14. Jaringan urutan-positif dan ekivalen Thevenin-nya.

VII. PENYELESAIAN DAN PENGATURAN ALIRAN BEBAN


A. Data Untuk Studi Aliran Beban
Kondisi kerja harus selalu ditentukan untuk setiap studi. Kecuali pada salah
satu rel, daya nyata bersih (net) yang memasuki jaringan pada setiap rel harus
ditentukan. Daya yang diserap oleh suatu beban adalah masukan daya negatif ke
dalam sistem. Masukan daya lainnya adalah dari generator dan daya positif atau
negatif yang masuk melalui interkoneksi. Biasanya yang dilakukan adalah
menentukan daya reaktif pada rel beban dan besarnya tegangan pada rel generator,
meskipun kadang-kadang daya reaktif ditentukan untuk generator. Dalam program
komputer digital disediakan kemungkinan pada perhitungan untuk menganggap
bahwa tegangan pada rel dipertahankan konstan hanya selama pembangkitan daya
reaktif berada pada batas-batas yang telah ditentukan.
Rel satu yang mana aliran daya nyatanya tidak ditentukan disebut rel berayun
(swing bus), dan biasanya berupa suatu rel di mana dihubungkan sebuah generator.
Sudah jelas bahwa aliran daya bersih ke dalam sistem tidak dapat ditetapkan
sebelumnya pada setiap rel karena kehilangan aliran daya di dalam sistem tidak
diketahui sebelum studi itu selesai. Generator pada rel berayun mencatu selisih
antara daya nyata tertentu ke dalam sistem pada rel yang lain dengan keluaran
(output) sistem total ditambah kehilangan aliran daya. Baik besarnya tegangan
64

maupun sudut tegangan ditentukan pada rel berayun. Daya nyata dan reaktif pada rel
ini ditentukan oleh komputer sebagai bagian penyelesaiannya.
B. Metoda gauss-seidel
Dalam mendapatkan suatu penyelesaian yang resmi untuk aliran bebas dalam
suatu system daya timbul kerumitan yang disebabkan oleh perbedaan jenis data yang
ditentukan bagi bermacam-macam jenis rel. Meskipun perumusan persamaan yang
cukup tidak begitu sulit, bentuk penyelesaiannya yang tertutup adalah tidak praktis.
Penyelesaian digital untuk masalah aliran beban yang akan kita bahas pada saat ini,
akan mengikuti suatu proses ulangan (iterative process) dengan menetapkan nilai-
nilai perkiraan untuk tegangan rel yang tidak diketahui dan menghitung suatu nilai
baru untuk setiap tegangan rel dari nilai-nilai perkiraan pada rel-rel yang lain, daya
nyata yang ditentukan, dan daya reaktif yang ditentukan atau besarnya tegangan. Jadi
diperoleh suatu himpunan baru nilai tegangan untuk setiap rel dan terus digunakan
untuk menghitung satu lagi himpunan tegangan. rel. Setiap perhitungan suatu
himpunan baru tegangan itu dinamakan iterasi (iteration). Proses iterasi ini diulang
terus hingga perubahan yang terjadi pada setiap rel kurang dari suatu nilai minimum
yang telah ditentukan. Pertama-tama akan kita pelajari penyelesaian yang didasarkan
pada pernyataan tegangan suatu rel sebagai fungsi daya nyata dan daya reaktif yang
disampaikan ke suatu rel dari generator atau yang dicatu pada beban yang
dihubungkan pada rel itu. Tegangan yang diperkirakan atau yang telah dihitung
sebelumnya pada rel-rel yang lain, dan admitansi sendiri dan bersama dari
simpulnya. Penurunan persamaan dasarnya dimulai dengan suatu rumusan simpul
dari persamaan jaringan. Kita akan menurunkan persamaan untuk suatu
sistem,empat-rel. dan persamaan umumnya akan kita tuliskan kemudian. Dengan rel
berayun ditetapkan sebagai nomor 1, perhitungan dimulai dengan rel 2. Jika P2 dan
Q2 adalah daya nyata dan reaktif yang direncanakan untuk memasuki sistem pada rel
2,

V2 I2* = P2 + JQ2 (7.1)


65

dengan I2 dinyatakan sebagai:

I2 = (7.2)

dan dengan admitansi sendiri dan bersama simpul sebagai sukunya, serta generator
dan beban diabaikan karena arus yang masuk ke dalam setiap simpul telah
dinyatakan seperti pada Persamaan (7.2), maka

= Y21 V1 + Y22 V2 + Y23 V3 + Y24 V4 (7.3)

Dengan menyelesaikan untuk V2 didapat

V2 = [ - Y21 V1 + Y23 V3 + Y24 V4] (7.4)

Persamaan diatas memberikan nilai yang telah dikoreksi untuk V2


berdasarkan P2 dan Q2 yang telah direncanakan bila nilai yang semula diperkirakan
dimasukkan sebagai ganti pernyataan tegangan pada ruas kanan persamaan itu. Nilai
yang dihitung untuk V2 tidak akan sesuai dengan nilai perkiraan untuk V*2. Dengan
memasukkan nilaitasrif (conjugate) dari nilai V2 yang telah dihitung sebagai ganti
V*2 dalam Persamaan (7.4) untuk menghitung suatu nilai yang lain dari V2,
persesuaian akan tercapai dengan tingkat ketepatan yang baik setelah beberapa
iterasi, dan akan merupakan nilai V2 yang benar dengan tegangan yang diperkirakan
tanpa memandang daya pada rel-rel yang lain. Tetapi nilai ini bukan merupakan
penyelesaian untuk V2 bagi keadaan aliran beban yang telah ditetapkan, karena
tegangan di mana perhitungan V2 ini didasarkan adalah nilai tegangan perkiraan pada
rel-rel yang lain, sedangkan tegangan yang sesungguhnya belum diketahui.
Dianjurkan untuk membuat dua buah perhitungan V2 berturut-turut (yang kedua
adalah sama seperti yang pertama kecuali untuk pembetulan pada V*2) untuk setiap
rel sebelum meneruskan dengan rel berikutnya.
66

Setelah tegangan yang dibetulkan diperoleh pada setiap rel, nilai ini dipakai
lagi untuk menghitung tegangan yang dibetulkan pada rel berikutnya. Proses ini
diulangi untuk setiap rel berturut-turut untuk seluruh jaringan (kecuali pada rel
berayun) untuk menyelesaikan iterasi pertama. Kemudian keseluruhan proses ini
dilakukan lagi berulang ulang sehingga besarnya pembetulan tegangan pada setiap
rel kurang dari suatu indeks ketepatan yang sebelumnya telah ditetapkan.

Proses pemecahan persamaan aljabar linier semacam ini dikenal sebagai


metoda iterasi Gauss - Seidel. Jika himpunan yang sama dari nilai tegangan
digunakan untuk suatu iterasi lengkap (bukannya dengan langsung memasukkan
setiap nilai baru yang diperoleh untuk menghitung tegangan pada rel berikutnya),
maka proses itu disebut metoda iterasi Gauss. Konvergensi pada suatu penyelesaian
yang salah mungkin terjadi jika tegangan aslinya sangat jauh berbeda dengan nilai
yang benar. Konvergensi yang salah ini biasanya dapat dihindarkan jika nilai aslinya
mempunyai besar yang pantas dan fasanya tidak berbeda terlalu jauh. Setiap
penyelesaian yang tidak diinginkan biasanya dapat diketahui dengan mudah melalui
pemeriksaan hasilnya karena tegangan sistem biasanya tidak mempunyai daerah fasa
yang lebih lebar dari 45° dan selisih antara dua rel yang berdekatan kurang dari 100
dan malahan sering kali sangat kecil. Untuk keseluruhan N buah rel, tegangan yang
dihitung pada setiap rel k di mana Pk dan Qk diberikan adalah

Vk = [ - ∑ Ykn Vn] (7.5)

di mana n≠ k. Nilai tegangan pada ruas kanan persamaan itu adalah nilai hitungan
terbaru untuk rel-rel yang bersesuaian (atau tegangan perkiraan jika belum dilakukan
iterasi pada rel tersebut).

Pengalaman dengan metoda Gauss-Seidel dalam penyelesaian, soal aliran


daya telah menunjukkan bahwa diperlukan iterasi dalam jumlah yang agak banyak
67

sebelum pembetulan tegangan berada di dalam indeks ketepatan yang dapat diterima,
jika tegangan yang dibetulkan pada suatu rel hanya menggantikan nilai terbaik
terakhir sementara perhitungan berjalan dari rel ke rel. Jumlah iterasi yang
diperlukan dapat banyak dikurangi jika pembetulan tegangan pada setiap rel
dikalikan dulu dengan beberapa konstanta yang meningkatkan besarnya pembetulan
untuk membawa tegangan lebih tepat pada nilai yang didekatinya. Pengali-pengali
(multipliers) yang memberikan konevergensi lebih baik ini dinamakan factor
percepatan. Selisih antara tegangan yang baru saja dihitung dengan tegangan
terdahulu terbaik pada rel dikalikan dengan factor percepatan yang sesuai untuk
mendapatkan pembetulan yang lebih baik untuk ditambahkan pada nilai yang
terdahulu. Factor percepatan untuk unsure nyata pembetulan dapat berbeda dengan
factor untuk unsure khayal. Untuk setiap system terdapat nilai optimum untuk factor
percepatan dan pemilihan factor yang salah dapat mengakibatkan konvergensi yang
kurang cepat atau tidak mungkin sama sekali. Suatu pilihan yang biasanya baik untuk
unsure nyata dan khayal ialah nilai factor percepatan sebesar 1,6. Studi-studi dapat
dibuat untuk menentukan pilihan yang terbaik untuk suatu system tertentu.

Pada suatu rel di mana diberikan besarnya tegangan dan bukannya daya
reaktif, unsure nyata dan khayal tegangan untuk setiap iterasi didapatkan dengan
pertama-tama menghitung suatu nilai daya reaktif. Dari persamaan (7.5)

Pk – JQk = ( Ykk Vk = ∑ Ykn Vn )Vk* (7.6)

Dimana n ≠ k. Jika kita buat n sama dengan k

Pk – JQk = Vk* ∑ Ykn Vn (7.7)

Qk = - Im { Vk* ∑ Ykn Vn} (7.8)

Dimana Im berarti „bagian khayal” (imaginary part of)


68

Daya reaktif Qk dihitung dengan persamaan (7.8) untuk nilai tegangan


sebelumnya pada rel-rel, dan nilai Qk ini dimasukkan ke dalam persamaan (7.5)
untuk mendapatkan suatu Vk baru. Unsure Vk baru itu kemudian dikalikan dengan
perbandingan dari persamaan (7.5). Hasilnya adalah tegangan kompleks yang telah
dibetulkan dari besar yang ditentukan.

VIII. STUDI ALIRAN DAYA

Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi
yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan
tertentu ketika sistem bekerja saat tunak (steady state) yang terdapat pada berbagai
titik dalam suatu jaringan listrik pada keadaan operasi normal.. Studi aliran daya juga
memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi, losses, dan tegangan di
setiap lokasi untuk evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga. Oleh sebab itu studi aliran
daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta pengembangan sistem di masa yang
akan datang. Karena operasi sistem tenaga listrik yang memuaskan adalah
bergantung kepada pengenalan serta pengetahuan dari akibat adanya penambahan
beban, unit pembangkit, dan saluran transmisi baru, sebelum semuanya dapat
direalisasikan.

Studi aliran daya ini sangat penting dalam perencanaan pengembangan suatu
sistem untuk masa yang akan datang, karena pengoperasian yang baik dari sistem
69

tersebut banyak tergantung pada diketahuinya efek interkoneksi dengan sistem


tenaga yang lain, beban yang baru, stasiun pembangkit baru, serta saluran transmisi
baru, sebelum semuanya itu dipasang.
Studi aliran daya juga sangat berguna dalam merencanakan perluasan sistem
tenaga listrik dan dalam menentukan operasi terbaik suatu sistem yang telah ada.
Tuntutan penanganan sistem tenaga listrik yang andal dan pertumbuhan pembebanan
jaringan yang semakin meningkat, diperlukan suatu sambungan antar jaringan sistem
transmisi tenaga listrik yang terpasang atau terinterkoneksi.
Analisis aliran daya sistem jaringan tenaga listrik secara matematis
merupakan persamaan non-linier, sehingga diperlukan teknik iterasi untuk
memperoleh penyelesaian dari sistem tersebut.
Untuk menganalisis aliran daya sistem jaringan tenaga listrik diperlukan
suatu metode yang tepat, akurat, dan dapat memberikan penyelesaian sampai tingkat
ketelitian yang telah ditentukan. Beberapa metode untuk menyelesaikan masalah
aliran daya, diantaranya adalah metode Gauss-Seidel, Newton-Raphson, dan Fast
Decoupled.
Tiap-tiap metode diuraikan dan diselesaikan dengan bantuan program
aplikasi komputer. Mengapa sampai harus menggunakan program aplikasi komputer
untuk menyelesaikan masalah aliran daya ini? jawabannya karena metode
perhitungan manual akan memakan waktu penyelesaian yang sangat lama, bahkan
hanya untuk 3 bus saja bisa selesai satu minggu (7 x 24 jam) atau lebih!
Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran dan tegangan sistem pada
terminal atau bus tertentu. Representasi fase tunggal selalu dilakukan karena sistem
dianggap seimbang. Di dalam studi aliran daya, bus-bus dibagi dalam 3 tipe, yaitu:

1. Slack bus atau swing bus atau reference bus atau bus penadah atau bus
referensi, yaitu bus yang berfungsi menanggung kekurangan daya
pembangkitan setelah solusi aliran daya diperoleh. Bus ini juga biasanya
70

disebut sebagai bus ke-1. Parameter yang diketahui adalah nilai tegangan dan
sudut fase tegangan sebagai referensi.
2. Voltage controlled bus atau bus generator atau bus pembangkitan , yaitu bus
dengan parameter injeksi daya aktif dan besar tegangan bus diketahui,
sedangkan peubah atau variabel yang dicari adalah daya reaktif yang
dibangkitkan dan sudut fase tegangan.
3. Load bus atau bus beban, yaitu bus dengan parameter injeksi daya aktif dan
daya reaktif bus diketahui, sedangkan variabel yang dicari adalah nilai
tegangan bus dan sudut fase.

Tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu: (i) daya aktif atau daya nyata, P; (ii)
daya reaktif, Q; (iii) nilai skalar tegangan, |V|; dan (iv) sudut fase tegangan, δ.
Aliran daya sistem 3 bus pada gambar diatas, dapat kita analisa seperti:

1. Terdapat dua tipe bus, yaitu slack bus (pada bus 1), dan load bus (pada bus 2
dan 3)
2. Parameter tegangan slack bus atau |V1| sebesar 1,05 PU dan sudut fasenya
atau δ1 = 0°, variabel yang dicari yaitu daya aktif slack bus (P1) dan daya
reaktifnya (Q1)
3. Parameter daya aktif load bus pada bus 2 (P2) sebesar 256,6 MW dan daya
reaktifnya (Q2) sebesar 110,2 MVAR, variabel yang dicari yaitu tegangan
pada bus 2 atau |V2| dan sudut fasenya (δ2)
4. Parameter daya aktif load bus pada bus 3 (P3) sebesar 138,6 MW dan daya
reaktifnya (Q3) sebesar 45,2 MVAR, variabel yang dicari yaitu tegangan
pada bus 3 atau |V3| dan sudut fasenya (δ3)
71

REFERENSI
D. William dan Stevenson,Jr. (1983). Analisis Sistem Tenaga Listrik. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

tke_221_handout_rangkaian_tiga_fase

Modul Mata Kuliah Analisis Sistem Tenaga Listrik. Bagian Delapan Analisis
Gangguan Tak Seimbang. Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
2008/2009

Modul Mata Kuliah Analisis Sistem Tenaga Listrik. Bagian Lima Komponen
Simetris Dan Impedansi Urutan. Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
2008/2009

Kusuma Wijaya, Sastra. (-). Diktat Elektronika I bab II Rangkaian AC. Fisika
FMIPA UI

Arus Bolak Balik

Bahan-Ajar-AST-I

Analisa Sistem Tenaga Listrik/Modul 3/Kuantitas Perunit

Ramdhani, ST. Mohamad. (2005). Rangkaian Listrik (Revisi). Bandung: Laboratoria


Sistem Elektronika Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

http://bisrilhafiz.blogspot.com/2010/10/analisa-sistem-tenaga-listrik.html

http://miftahelectric.blogspot.com/2009/11/analisis-sistem-tenaga-listrik.html

BAB 1 PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai