Anda di halaman 1dari 148

BAB 1

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

1.1. Pendahuluan

PLTA adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan


kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Aliran air dimanfaatkan dan diubah
menjadi energi listrik melalui putaran turbin yang terkopel dengan generator. Banyak
jenis turbin yang digunakan untuk mengkonversi energy potensial menjadi energy
mekanik dalam bentuk putaran. Pemilihan turbin tergantung dari ketinggian dan debit
alir sebagai sumber energy yang tersedia. Jenis-jenis turbin dan konversi daya pada
pembangkit PLTA dapat dijelaskan dalam bab ini.

1.2. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar pembangkit


listrik tenaga air.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Komponen pembangkit PLTA pembangkit listrik
tenaga air.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan konstruksi, dan Prinsip kerja PLTA.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan type turbin dan pengelompokan turbin air.
5. Mahasiswa dapat memilih jenis turbin yang sesuai dengan sumber energi
yang tersedia.
6. Mahasiswa dapat menghitung daya dari pembangkit listrik tenaga air sampai
pada daya listrik yang didapat dari konversi.

1.3. Kontruksi PLTA

Kontruksi pembangkit PLTA dapat dibagi dalam beberapa komponen seperti


terlihat pada Gambar 1.1. yang terdiri dari :

1
Gambar 1.1. Instalasi pembangkit PLTA

1.3.1. Bendungan

Pembuatan bendungan dilakukan untuk menghimpun jumlah air sebagai sumber


energy untuk dikonversikan dalam bentuk energy mekanik pada sebuah turbin. Pada
umumnya instalasi PLTA merupakan pembangkit listrik tenaga air yang memiliki
ketinggian (energy potensial). Konstruksi bangunan intake untuk mengambil air
langsung dapat berupa bendungan (weir) yang melintang sepanjang lebar sungai untuk
mendapatkan ketinggian air. Lokasi intake harus dipilih secara cermat untuk
menghindarkan masalah di kemudian hari.

1.3.2. Saluran Pembawa (Head Race)

Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan air dari intake sampai ke bak
penenang. Perencanaan saluran penghantar berdasarkan pada kriteria:

 Nilai ekonomis yang tinggi

 Efisiensi

 Aman terhadap tinjauan teknis.

 Mudah pengerjaannya.

2
 Mudah pemeliharaannya.

 Struktur bangunan yang memadai.

 Kehilangan tinggi tekan (head losses) yang kecil.

1.3.3. Pipa Pesat (Penstock)

Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk mengalirkan air
dari bak penenang (forebay tank). Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan
material, diameter penstock, tebal dan jenis sambungan (coordination point). Pemilihan
material berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, aksesibility, berat, sistem
penyambungan dan biaya. Diameter pipa pesat dipilih dengan pertimbangan kapasitas
pembangkit, keamanan, kemudahan proses pembuatan, ketersediaan material dan
tingkat rugi-rugi (fiction losses) seminimal mungkin. Ketebalan penstock dipilih untuk
menahan tekanan hidrolik dan surge pressure yang dapat terjadi.

1.3.4. Pintu Saluran Pembuangan

Pintu saluran pembuangan ini berfungsi untuk membuang air apabila terjadi
kelebihan volume air pada saluran pembawa menuju bak penenang.

1.3.5. Kolam Penenang (Forebay Tank)

Kolam penenang berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring kembali air


agar kotoran tidak masuk dan merusak turbin. Selain itu kolam penenang ini juga
berfungsi untuk menenangkan aliran air yang akan masuk ke dalam pipa pesat.

1.3.6. Pintu Pengatur

Pintu pengatur berfungsi untuk mengatur volume air yang akan masuk dari
kolam penenang ke pipa pesat.

1.3.7. Rumah Pembangkit (Power House)

Pada rumah pembangkit ini terdapat turbin, generator dan perlatan pengendali
lainnya. Bangunan ini menyerupai rumah dan diberi atap untuk melindungi peralatan
dari hujan dan gangguan-gangguan lainnya.

1.3.8. Saluran Buang (Tail Race)

Saluran buang berfungsi mengalirkan air keluar setelah memutar turbin.

3
1.3.9. Turbin Air

Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
pembangkit tenaga listrik. Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi
mekanis. Energi mekanis diubah oleh generator listrik menjadi energy listrik.

1.4. Prinsip kerja PLTA

Pada sumber energy air dilakukan penyaringan sampah untuk menyaring kotoran
yang mengambang diatas air, kolam pengendap untuk mengendapkan kotoran, saluran
pembuangan untuk membuang kelebihan air yang mengalir melalui saluran akibat banjir
melalui pintu saluran pembuangan. Sebuah kolam penenang (forebay tank) yang
berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring kembali air agar kotoran tidak masuk
dan merusak turbin. Selain itu kolam penenang ini berfungsi juga untuk menenangkan
aliran air. yang akan masuk ke dalam pipa pesat. Pipa pesat (penstock) ini akan
mengalirkan air ke rumah pembangkit (power house) yang terdapat turbin dan generator
di dalamnya. Besar volume air yang masuk ke pipa pesat diatur melalui pintu pengatur.
Turbin pada proses pembangkitan listrik ini berputar karena adanya pengaruh energi
potensial air yang mengalir dari pipa pesat dan mengenai sudu-sudu turbin. Berputarnya
turbin kemudian akan mengakibatkan generator juga berputar sehingga generator dapat
menghasilkan listrik sebagai keluarannya.

1.5. Klasifikasi Turbin Air

Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan


sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya timbullah
perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh air (head) dan
debit air yang tersedia. Turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek
penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha
mendapatkan effisiensi turbin yang maksimum. Pada uraian berikut akan dijelaskan
pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria.

1.5.1. Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner Turbin

Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi
tiga tipe yaitu:

4
1. Turbin Aliran Tangensial

Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau
tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, contohnya
Turbin Pelton dan Turbin Cross-Flow.

2. Turbin Aliran Aksial

Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner,
contohnya Turbin Kaplan atau Propeller.

3. Turbin Aliran Aksial - Radial

Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara
aksial sejajar dengan poros, contohnya Turbin Francis.

1.5.2. Berdasarkan Model Perubahan Momentum Fluida Kerja

Turbin air yang bekerja berdasarkan momentum antara air dan sudu-sudu turbin,
dimana turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu:

1. Turbin Impuls.

Pada turbin impuls, seluruh energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi
menjadi energi kinetis sebelum air masuk/ menyentuh sudu-sudu runner oleh
alat pengubah yang disebut nozel, contohnya Turbin Pelton dan Turbin Cross-
Flow.

2. Turbin Reaksi.

Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi
kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian
putaran runner disebabkan oleh perubahan momentum air, contohnya Turbin
Francis, Turbin Kaplan dan Turbin Propeller.

1.5.3. Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)

Kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat
dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi air jatuh 1 meter atau dengan rumus
dapat ditulis ( Lal, Jagdish, 1975 ) :

5
n . √P
Ns= … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(1.1)
H eff 5 / 4

Dimana :

Ns = kecepatan spesifik turbin


n = Kecepatan putaran turbin (rpm)
Heff = tinggi jatuh effektif (m)
P = daya turbin effektif (HP)

Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik seperti terlihat pada Tabel 1.1, yang
menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional ( Lal,
Jagdish, 1975 ).

Tabel 1.1 Kecepatan Spesifik Turbin Konvensional

No Jenis Turbin Kecepatan Spesifik

1 Pelton dan kincir air 10 - 35

2 Prancis 60 - 300

3 Cross flow 70 - 80

4 Kaplan dan propeller 300 - 1000

1.5.4. Berdasarkan Head dan Debit.

Pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi ketinggian (head) dan debit
alir yang ada yaitu :

1. Head yang rendah dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka kondisi
seperti ini digunakan jenis Turbin Kaplan atau propeller.

2. Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka
kondisi seperti ini gunakanlah jenis Turbin Francis dan Cross-Flow.

3. Head yang tinggi di atas 200 meter dan debit sedang, maka kondisi seperti ini
gunakanlah jenis Turbin Pelton.

6
1.5.5. Berdasarkan kalasifikasi daya

Berdasarkan daya yang dapat dihasilkan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
dibedakan atas :

1. Large-hydro : lebih dari 100 MW


2. Medium-hydro: antara 15 – 100 MW
3. Small-hydro : antara 1 – 15 MW
4. Mini-hydro : Daya diatas 100 kW - 1 MW
5. Micro-hydro: antara 5kW – 100 kW
6. Pico-hydro : daya yang dikeluarkan 5kW

Keunggulan dan kelemahan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dijelaskan
yaitu:

Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga air (PLTA) yaitu:


1. Sumber energy tidak di beli.
2. Bahan-bahan pembuatannya mudah ditemukan di pasaran.
3. Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil.
4. Pembangunannya dapat dipadukan dengan pembangunan jaringan irigasi.
5. Perkembangan teknologinya relatif masih sedikit, sehingga cocok
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
6. Tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan dapat digunakan cukup
lama.

Kelemahan Pembangkit Listrik Tenaga air (PLTA) yaitu:

1. Pembangunan PLTA relative mahal.


2. Jauh dari pusat beban

1.6. Turbin Air

Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
pembangkit tenaga listrik. Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi
mekanis. Energi mekanis diubah oleh generator listrik menjadi energi listrik.

7
Berdasarkan prinsip kerja turbin air dalam mengubah energi potensial air menjadi
energi mekanis dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin
reaksi.

1.6.1. Turbin Impuls

Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozle. Air keluar nozle
yang mempunyai kecepatan tinggi membentur sudu turbin. Setelah membentur sudu
arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan momentum (impulse),
akibatnya sudu turbin akan berputar dan memutar poros. Golongan turbin jenis impuls
yaitu:

A. Turbin Pelton

Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang
disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nozle. Turbin Pelton adalah salah
satu dari jenis turbin air yang leratif efisien yaitu 0,8 s/d 0,85%. Turbin Pelton adalah
turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi. Bentuk sudu turbin terdiri dari dua
bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai
tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa
membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping
sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Turbin Pelton untuk
pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 meter tetapi untuk skala
mikro head 20 meter sudah mencukupi. Gambar 1.2 dan 1.3 merupakan bentuk dari
turbin pelton.

Gambar 1.2. Kontruksi Turbin Pelton

8
Gambar 1.3. Sudu-sudu turbin Pelton

B. Turbin Turgo

Turbin turgo dapat beroperasi pada head 30 m s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozle
membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin
pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator sehingga
menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan. Pada Gambar 1.4
menunjukkan bentuk turbin turgo.

Gambar 1.4 Turbin turgo

9
C. Turbin Crossflow

Turbin cross-flow merupakan jenis turbin yang dikembangkan oleh Anthony


Michell (Australia), Donat Banki (Hongaria) dan Fritz Ossberger (Jerman). Michell
memperoleh hak paten atas desainnya pada 1903. Turbin jenis ini pertama-tama
diproduksi oleh perusahaan Weymouth. Turbin ini juga sering disebut sebagai turbin
Ossberger, yang memperoleh hak paten pertama pada 1922. Perusahaan Ossberger
tersebut sampai sekarang masih bertahan dan merupakan produsen turbin crossflow
yang terkemuka di dunia. Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/s
hingga 10 m3/s dan head antara 1 m s/d 200 m. Turbin crossflow menggunakan nozle
persegi panjang yang lebarnya sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin
dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air
mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding
saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu
yang dipasang pada sepasang piringan paralel. Gambar 1.5 merupakan bentuk turbin
crossflow.

Gambar 1.5. Bentuk turbin crossflow

D. Cara Mengoperasikan Turbin Cross-Flow

Cara mengoperasikan Turbin Cross-Flow, pertama kali buka pintu utama di


sekitar bendungan agar air dapat mengalir melalui kanal ke bak penenang. Setelah
permukaan air di kolam penampung naik setinggi 1,5 meter di atas mulut pipa pesat

10
hingga sebagian air ada yang terbuang melimpah melalui saluran limpah, maka pada
saat itu pula pintu di mulut pipa pesat dibuka hingga pipa pesat penuh terisi namun pada
saat itu air tak dapat masuk turbin sebab katup di bawah di dalam posisi menutup penuh.
Selanjutnya sekarang kegiatan pengoperasian berlangsung di rumah pembangkit.
Bukalah katup secara berkala dengan perantaraan regulator tangan sampai air dapat
keluar dari nozel dan akhirnya memutarkan runner. Setelah runner berputar normal,
lepaskan pasak penghubung katup – regulator, proses pengaturan katup ini selanjutnya
dilakukan oleh governor mekanis. Selama pengoperasian awal ini, generator jangan
dahulu dihubungkan dengan beban, namun setelah governor bekerja secara normal baru
generator dihubungkan dengan beban. Untuk selanjutnya, penyesuaian pemakaian
beban dengan pembukaan katup bekerja secara otomatis yang dilakukan oleh governor.

E. Regulator Kecepatan Manual

Komponen-komponen regulator antara lain: (1) roda tangan, (2) poros berulir,
(3) bantalan berulir, (4) engsel, (5) bantalan pengantar dan (6) tuas perantara, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat gambar 1.5.

Gambar 1.5. Pengaturan guide vane secara manual

11
F. Governor.

Untuk mengatur jumlah debit air yang masuk ke runner seimbang dengan
jumlah pemakaian beban lisrik, maka digunakan sebuah alat yang disebut governor.
Governor yang digunakan untuk turbin ini adalah governor mekanis seperti Gambar 1.6.

Gambar 1.6. Pengaturan guide vane dengan governor

Komponen-komponen governor tersebut antara lain,

1. Puli pada poros runner dan puli pada poros perantara

2. Belt transmisi, ketiga elemen ini merupakan komponen sistim transmisi daya
dan putaran dari poros runner ke poros governor.

3. Roda gigi payung pada poros perantara.

4. Roda gigi payung poros governor, berfungsi meneruskan transmisi daya dan
putaran dari poros perantara.

5. Poros governor, berfungsi sebagai rel tempat naik turunnya bantalan jalan, pada
poros ini pula bantalan diam bertumpu.

6. Bantalan jalan, berfungsi sebagai pengait dan pembawa tuas-tuas yang


berhubungan dengan katup.

12
7. Tuas-tuas, berfungsi sebagai penghubung gerak langkah bantalan jalan ke posisi
katup.

8. Lengan-lengan governor, berfungsi sebagai penerus gerak langkah bantalan


jalan dan sebagai penentu posisi bandul.

9. Bandul, berfungsi untuk menstabilkan putaran dan untuk mendapat jarak


langkah yang diinginkan, hal ini sangat berhubungan dengan gaya sentripugal
yang terjadi.

10. Pegas, berfungsi memberikan gaya reaksi terhadap bantalan jalan sehingga
timbul keseimbangan aksi – reaksi yang menjadikan sistim beroperasi secara
otomatis mekanis.

11. Bantalan diam, berfungsi untuk menumpu ujung poros governor pada posisi
yang tetap sehingga governor dapat bekerja stabil.

Pemilihan governor mekanis dengan pertimbangan dapat dibuat di bengkel- bengkel


umum dengan biaya yang relatif terjangkau dibanding dengan governor elektrik.
Disamping itu, governor mekanis sangat cocok dipasang pada sistim PLTMH yang
sederhana. Sedangkan kepekaan dan kesensitifan kerja governor ini dapat diandalkan
dan bisa bersaing dengan jenis governor lain.

1.6.2. Turbin Reaksi

Turbin reaksi bekerja pada perbedaan tekanan yang memberikan gaya pada sudu
sehingga runner dapat berputar. Terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu
runner di karenakan runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada
dalam rumah turbin. Golongan turbin reaksi yaitu:

1. Turbin Francis

Turbin Francis dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan
air bertekanan rendah di bagian keluar turbin. Turbin Francis menggunakan sudu
pengarah untuk mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin
Francis dapat berupa sudu pengarah tetap atau sudu pengarah yang dapat diatur

13
sudutnya. Penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat
untuk berbagai kondisi aliran air. Kontruksi turbin francis seperti Gambar 1.7 berikut:

Gambar 1.7. Bentuk Turbin Francis

2. Turbin Kaplan

Turbin Kaplan merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini tersusun dari
propeller seperti baling-baling pada perahu. Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga
hingga enam sudu. Kontruksi turbin francis seperti Gambar 1.8 berikut:

14
Gambar 1.8. Bentuk Turbin Kaplan

1.7. Pemilihan Turbin

Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi tertentu memerlukan perhitungan


yang lebih mendalam. Daerah kerja operasi turbin menurut Keller dikelompokkan
menjadi :

• Low head power plant


• Medium head power plant
• High head power plant

Operasi jenis turbin berdasarkan ketinggian air seperti Table 1.2. berikut:

Tabel 1.2. Daerah operasi jenis turbin

Jenis turbin Ketinggian air Head (m)


kaplan 2 - 20
Francis 10 - 350
Pelton 50 - 1000
Crossflow 6 - 100
Turgo 50 - 250

1.8. Kriteria Pemilihan Jenis Turbin

15
Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan
dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap
awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan
parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu :

A. Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan dimanfaatkan
untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis
turbin, sebagai contoh: turbin pelton efektif untuk operasi pada head tinggi,
sementara turbin propeller sangat efektif beroperasi pada head rendah.
B. Faktor kemampuan daya yang dihasilkan (power) yang diinginkan berkaitan
dengan head dan debit yang tersedia.
C. Factor kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai
contoh untuk sistem transmisi direct couple antara generator dengan turbin pada
head rendah, sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang
diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow berputar sangat lambat (low
speed) yang akan menyebabkan sistem tidak beroperasi.

Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis
turbin akan menjadi lebih mudah. Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka
dimensi dasar turbin dapat diestimasi (diperkirakan). Pada Gambar 1.9 menunjukkan
diagram aplikasai berbagai jenis turbin.

1.9. Perhitungan Daya Pembangkit PLTA

Besar daya yang dapat dihasilkan dari konversikan energy potensial dan kinetic
air menjadi energy mekanik dapat dihitung dengan formula :

P = 9.81 × Q × H × ηturbin (KW) …………………………… (1.2)

Dimana : P = daya Turbin (kW)

Q = Debit air (m3/s)

H = Efektif head (m)

16
Gambar 1.9. Diagram aplikasai berbagai jenis turbin

Nilai Efisiensi setiap turbin berbeda seperti terlihat pada table 1.3. berikut:

Tabel 1.3. Efisiensi jenis turbin

Jenis turbin Efisiensi turbin (ɳ)


kaplan 0,8 - 0,9
Francis 0,8 - 0,9
Pelton 0,8 - 0,85
Crossflow 0,7 - 0,8

Contoh 1.

17
Suatu airterjun dengan ketinggian 10 m mengalirkan air dengan debit alir 20 m 3/dt.
Tentukan daya yang dapat dibangkitkan oleh air terjun tersebut jika ρair = 1000Kg/m3.

Penyelesaian :

Daya yang dibangkitkan oleh air terjun,

P = Q . ρ. g . h

P = 20m3/dt . 1000kg/m3. 10m/dt2 . 10m

P = 2 . 106 Kg/m2.dt3 = 2 MW

Contoh 2.

Air mengalir dalam pipa pesat yang mempunyai diameter 85 cm (0,85 m) dengan
kecepatan 25 m/dt. Tentukan debit alir air dalam pipa

Penyelesaian :

Q=AxV

Q = ¼ π D2. V

Q = ¼ π 0,852 m2 . 25 m/dt = 14,2 m3/dt

Contoh 3.

Jelaskan 3 faktor utama dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air
bagi pembangkitan tenaga listrik.

Jawaban:

1. Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju
2. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi
daerah tersebut.
3. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat – pusat bebab atau
jaringan transmisi.

18
Contoh 4.

Permintaan daya listrik dipusat beban antara 60 MW – 110 MW dalam 1 hari. Daya rata
– rata adalah 60 MW. Ada beberapa pilihan untuk menghasilkan energy, mana yang
lebih baik menurut Anda jika diperlukan yaitu:

a. Memasang satu unit daya dasar (PLTA) 60 MW dan satu unit gen-set
pembangkit puncak 50 MW.
b. Memasang satu unit pembangkit daya dasar (PLTA) 80 MW dan satu unit
pompa akan menyimpan cadangan air. 30 MW dari masing –masing option di
atas cara mana yang terbaik untuk mengatasi kapasitas urutan (respective
Capasity) dari daya dasar dan puncak.

Jawaban

Kelebihan cara 1: pembangkit daya dasar 60 MW, daya puncak 50 MW. Lebih paraktis
karena beban dasar, diambil paling minimum, tidak memerlukan pompa untuk
menaikkan air.

Kelebihan cara 2 : Pembangkit daya dasar 80 MW, daya puncak 30 MW. Pembangkit
daya dasar lebih besar, berarti lebih efisien. Daya puncak lebih kecil berarti lebih
murah. Ada kelebihan energy 20 MW, pada saat ini generator dijadikan motor untuk
memompa air ke penyimpanan. Pada saat mencapai beban puncak menerima dan
menyimpan energy yang diberikan oleh PLTA.

Tugas Latihan

1. Pada musim kemarau debit alir hanya mencapai 36 liter per detik, dengan ketinggian
air 50 m, digunakan jenis turbin crossflow. Tentukan daya dapat dibangkitkan.

19
2. Sebuah sumber energy dengan daya generator sebesar 48 KVA, cos pi = 0,8,
efisiensi generator 0,9, ketinggian air 50 m. Tentukan sebuah pembangkit yang
mampu memutar generator tersebut.

3. Bagaimana pengaturan putaran turbin PLTA yang dapat dilakukan.

4. Factor apa saja yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin yang digunakan.

Rangkuman

1. PLTA adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan kinetik
dari air untuk menghasilkan energi listrik.

2. Komponen pembangkit PLTA, Bendungan, Saluran Pembawa (Head Race), Pipa


Pesat (Penstock), Pintu Saluran Pembuangan, Kolam Penenang (Forebay Tank),
Pintu Pengatur, Rumah Pembangkit (Power House), Saluran Buang (Tail Race),
Turbin Air, generator.

3. Prinsip kerja PLTA yaitu: Pada awalnya sumber air masuk ke sebuah kolam
penenang (forebay tank) yang berfungsi untuk menenangkan aliran air,
mengendapkan dan menyaring kembali air agar kotoran tidak masuk dan merusak
turbin. Selanjutnya pipa pesat (penstock) ini akan mengalirkan air ke rumah
pembangkit (power house) yang terdapat turbin dan generator di dalamnya. Besar
volume air yang masuk ke pipa pesat diatur melalui pintu pengatur. Turbin pada
proses pembangkitan listrik ini berputar karena adanya pengaruh energi potensial
air yang mengalir dari pipa pesat dan mengenai sudu-sudu turbin. Berputarnya
turbin kemudian akan mengakibatkan generator juga berputar sehingga generator
dapat menghasilkan listrik sebagai keluarannya.

4. Turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu, turbin impuls dan turbin reaksi.

20
a. Pada turbin impuls, seluruh energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi
menjadi energi kinetis saat air masuk/ menyentuh sudu-sudu runner oleh alat
pengubah yang disebut nozel, contohnya Turbin Pelton dan Turbin Cross-Flow.
b. Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi
kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian
putaran runner disebabkan oleh perubahan momentum air, contohnya Turbin
Francis, Turbin Kaplan dan Turbin Propeller.
5. Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan:
a. Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head)
b. Debit alir (Q)
c. Faktor kemampuan daya yang dihasilkan (power)
d. Factor kecepatan (putaran) turbin
6. Besar daya yang dapat dihasilkan dari konversikan energy potensial dan kinetic air
menjadi energy mekanik dapat dihitung dengan formula : P = 9.81 × Q × H ×
ηturbin (KW)

BAB 2

21
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

2.1. Pendahuluan
Pusat pembangkit listrik tenaga uap merupakan konversi energi dengan skala
besar. Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar berupa (batubara, minyak, atau
gas alam) untuk membangkitkan uap (steam) pada boiler. Uap tersebut kemudian
dipakai untuk memutar turbin yang dikopel langsung dengan generator sinkron. Uap
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi dari boiler berubah menjadi uap bertekanan
dan bertemperatur rendah setelah melewati turbin uap. Selanjutnya uap ini masuk ke
kondensor, panas uap tersebut diserap oleh kondensor sehingga uap tersebut berubah
menjadi air. Air tersebut kemudian dipompakan kembali menuju boiler.

2.2. Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa dapat menjelaskan konstruksi, bagian bagian boiler
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konstruksi, bagian bagian turbin uap.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja kondensor.
4. Mahasiswa dapat menghitung Daya keluaran turbin serta daya yang
dibutuhkan oleh pompa secara termodinamik.
5. Mahasiswa dapat menghitung Energi panas yang dibutuhkan oleh boiler serta
yang dibuang melalui kondensor.
6. Mahasiswa dapat menghitung Efisiensi termal.
7. Mahasiswa dapat menghitung Debit minimum air pendingin untuk kondensor.

2.3. Siklus Rankine PLTU

Siklus Rankine menjadi konsep dasar perhitungan sebuah pembangkit listrik


tenaga uap. Siklus tertutup termodinamika ini tersusun atas empat komponen dasar
yakni turbin uap, kondensor, pompa, dan boiler. Siklus berawal dengan dipanaskannya
air di dalam boiler sehingga menjadi uap air kering. Selanjutnya uap air superheated ini
masuk ke turbin sehingga energi panas di dalam uap air terkonversi menjadi energi
gerak. Uap air jenuh yang keluar dari turbin akan melewati kondensor untuk mengalami

22
proses kondensasi sehingga kembali berwujud cair. Dari kondensor, air dialirkan
sekaligus ditingkatkan tekanannya oleh sebuah pompa (Feed water pump) menuju
boiler. Siklus sederhana ini berputar seterusnya sehingga energi panas yang didapatkan
dari pembakaran bahan bakar di dalam furnace boiler pada akhirnya terkonversi
menjadi energi gerak poros turbin uap.
h1(P1, T1), m steam
1

Q boiler Turbin W Turbin


Adiabatic
n

Boiler
h2(P2,T2,X2)
Feed water pump 2
h4 (P4, T4)
4
m water
condenser T =10oC
3 h3 (P3, T3) Q Condenser
W Pump

Gambar 1.1 komponen PLTU

Gambar 2.2. Siklus Rankine diagram P-h


Secara singkat, beberapa komponen Siklus Rankine akan mengalami
perpindahan energi panas serta ada pula yang mengalami perubahan energi gerak. Di
dalam boiler akan terjadi proses masuknya energi panas dari luar pembakaran bahan

23
bakar ke dalam sistem (siklus air - uap - air). Sedangkan di dalam kondensor akan
terjadi proses pembuangan kalor laten dari uap air jenuh ke media pendingin. Pada
turbin uap, karena terjadi konversi energi panas menjadi gerak, maka di komponen ini
keluar produk berupa energi mekanis. Terakhir adalah pada komponen pompa, terjadi
proses transfer energi gerak dari pompa menjadi tekanan.
Dari penjabaran sederhana ini, serta dengan ketentuan bahwa siklus ini adalah
Siklus Rankine ideal tanpa adanya kerugian sama sekali, maka dapat kita buat dua buah
rumusan sederhana berikut:
Energi Masuk = Energi Keluar (Hukum Kekekalan Energi)
QBoiler  + WPompa = WTurbin + QKondensor …………………….…………(2.1)
Persamaan (2.1) hanya berfungsi sebagai alat untuk memahami proses Siklus Rankine
saja. Efisiensi termal Siklus Rankine merupakan perbandingan antara energi output
siklus (energi gerak turbin) dikurangi energi siklus yang digunakan oleh sistem (energi
gerak pompa), dengan energi panas yang masuk ke sistem (energi panas boiler).
Efisiensi termal yaitu:
W turbin −W pompa
ηtermal = ×100 % …………….….……… (2.2)
QBoiler
Kita akan berbicara lebih jauh dengan persamaan (2.2), yakni rumusan perhitungan
efisiensi termal Siklus Rankine.
Energi panas yang dibuang oleh kondensor berbentuk panas laten. Panas laten
adalah panas yang dibutuhkan untuk mengubah fase air dari cair menjadi uap air. Pada
tekanan atmosfer, panas laten dibutuhkan untuk merubah air menjadi uap pada
temperatur konstan 100°C. Temperatur laten akan semakin tinggi seiring semakin
tingginya tekanan kerja boiler. Kalor laten inilah yang harus dibuang pada Siklus
Rankine melalui kondensor. Pembuangan kalor laten tersebut akan merubah fase uap
kembali ke cair. Dikarenakan panas buangan kondensor tersebut tidak secara langsung
berdampak pada unjuk kerja mesin Rankine, maka kalor laten kondensor tidak
masuk ke perhitungan efisiensi siklus. Sederhananya, parameter sebuah mesin Rankine
dapat dikatakan efisien adalah ketika turbin uap dapat menghasilkan energi gerak
sebesar-besarnya dengan konsumsi energi panas boiler dan energi gerak pompa
seminimal mungkin.

24
Contoh : Sebuah sistem PLTU sederhana ideal seperti Gambar 2.3.
P1=10 MPa T1 =500oC
m steam = 8 Kg/s 1

Q boiler Turbin W Turbin


Adiabatic
n

Boiler
P2=20 KPa
Feed water pump 2 X2=0,9
P4=10 MPa T4=40oC
4
m water
condenser T =10oC
P3=20 KPa T3=40oC Q Condenser
3
W Pump

Gambar 2.3 Siklus kerja mesin Rankine


Gambarkan Diagram tekanan- entalpi (P-h) dan jelaskan.
Penyelesaian
Sistem siklus kerja mesin Rankine digambarkan ke dalam sebuah diagram tekanan-
entalpi (P-h) seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Diagram tekanan-entalpi (P-h)


Penjelasan Diagram tekanan-entalpi (P-h)

25
Karakteristik 1 - 2 adalah kerja turbin dalam mengahasilkan energy mekanik pada suhu
560oC ke suhu 360oC pada tekanan 10 MPa menjadi 20 KPa.
Karakteristik 2 - 3 adalah kerja condenser dalam mengubah fasa uap kebentuk air pada
suhu 40o C pada tekanan 20 KPa.
Karakteristik 3 - 4 adalah kerja feed water pump untuk memompakan air sebagai air
umpan boiler dari condenser, LP heater, dearator ke economizer
melalui HP heater.
Karakteristik 4 - 1 adalah kerja boiler menaikan suhu dan tekanan melalui steam drum
ke super heater, sebagai main steam ke turbin.

2.4. Kontruksi Pembangkit PLTU


Dalam menghasilkan listrik, suatu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
membutuhkan suatu sinergi antara beberapa komponennya. Komponen-komponen
utama PLTU dapat dilihat pada Gambar 2.5 dibawah ini.

Super heater

Steam drum

Economizer

Water Treatment

Gambar 2.5. Sistem Pembangkit PLTU

26
2.5. Prinsip Kerja PLTU

Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan menggunakan siklus air-uap-air yang
merupakan suatu sistem tertutup seperti Gambar 2.6.

Feed water Boiler


Boiler

water treatment penyedia Make up water

condenser Turbin

Gambar 2.6. Sirkulasi air-uap-air

Air dari kondensor (hasil proses pengondensasian di condenser) ditambah air


dari make up water (air yang telah dimurnikan di water treatment) dipompa oleh
condensate pump ke pemanas tekanan rendah (LP heater). Pada LP heater air dipanasi
kemudian dimasukkan ke deaerator untuk menghilangkan gas udara (oksigen),
kemudian air ini dipompa lagi oleh boiler feedwater pump ke pemanas tekanan tinggi
(HP heater) dan masuk ke economizer pada boiler. Air pada economizer selanjutnya
dialirkan ke pipa down comer untuk dipanaskan pada wall tube boiler. Pada wall tubes,
air dipanasi berbentuk uap air. Hasil uap air pada economizer ini dikumpulkan pada
steam drum, kemudian uap dari steam drum dipanaskan lebih lanjut pada super heater
menjadi uap kering. Uap dari super heater sudah berubah menjadi uap kering yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi dan selanjutnya uap ini digunakan untuk
menggerakkan sudu-sudu turbin tekanan tinggi (HP turbin). Sudu-sudu turbin
menggerakkan poros turbin.

Hasil dari putaran poros turbin kemudian memutar poros generator yang
dihubungkan dengan coupling. Tenaga listrik dihasilkan oleh generator dengan medan
magnet rotor (Field excitation) yang berputar bersama poros turbin. Tegangan induksi
yang dihasilkan oleh kumparan stator generator selanjutnya dinaikkan tegangannya
menjadi 150kV untuk kemudian disalurkan dan di distribusikan lebih lanjut ke
pelanggan.

27
Uap bekas yang keluar dari turbin tekanan tinggi selanjutnya dipanaskan
kembali (re-heater) dan masuk ke turbin tekanan sedang (IP Turbin). Uap bekas yang
keluar dari turbin tekanan sedang (IP Turbin) masuk kembali ke turbin tekanan rendah
(LP Turbin). Uap bekas yang keluar dari turbin tekanan rendah selanjutnya
dikondensasikan pada condenser. Air yang terbentuk dari proses kondensor dan
bersamaan dengan tambahan air dari make up water. Air tersebut dipompa oleh
condensate pump masuk ke pemanas tekanan rendah (LP heater). Air keluar dari LP
heater selanjutnya dimasukkan ke deaerator untuk dihilangkan kembali gas udara
(Oksigen), selanjutnya dipompa kembali oleh boiler feed water pump ke tank pemanas
tekanan tinggi (HP heater), dan akhirnya menuju ke economizer pada boiler untuk
dipanaskan menjadi uap lagi. Demikian proses kerja ini dilakukan berulang ulang.

2.6. Komponen PLTU


Komponen System pembangkit Listrik Tenaga Uap bahan bakar batu bara terdiri dari:
Komponen Utama PLTU Komponen lain-lain
1. PC Boiler 5. Proses batu bara
 Economizer  Stacker reclimer
 Steam drum  Coal crusher
 Super heater  Coal bunker
 Reheater 6. Pulverizer
2. Turbin Uap  Presure Air fan
 Governor  Force draft fan
3. Condenser  Tepung coal
 CW pump 7. Electro static Precipitator
 Make up water pump 8. Chimney
 Make up Water treatment  ID fan
4. Feed water boiler 9. Oli tank
 Condensate pump  Oli pump
 LP heater 10. Generator syncrone
 Deaerator 11. Transformator High voltage
 BF pump 12. Switch year
 HP Heater

2.7. PC Boiler
Boiler merupakan peralatan utama untuk menghasilkan uap. Proses pembuatan
uap sama persis seperti memanaskan air di dapur. Proses konversi energi yang terjadi

28
yaitu panas pembakaran bahan bakar menjadi uap yang mempunyai tekanan dan
temperatur tertentu. Konversi energi kinetik terjadi bila tekanan uap tersebut
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dalam bentuk putaran. Boiler terdiri dari
panas yang dihasilkan dari pembakaran batu bara bersama udara dan air yang dialirkan
dalam tubing. Proses pemanasan air dalam tubing oleh pebakaran batubara dan udara
menghasilkan uap bertemperatur dan bertekanan tinggi.

Gambar 2.7. Sistem PC Boiler

2.8. Komponen-komponen boiler

A. Ruang Bakar (furnace) adalah bagian dari boiler yang berfungsi untuk membakar
residu, batubara dan udara. Pembakaran residu ini disertai dengan aliran udara
panas yang dihembuskan oleh Force draft fan. Panas pembakaran bahan bakar batu
bara yang keluar dari ruang bakar dipakai untuk memanaskan udara air preheater
dan selanjutnya disalurkan ke cerobong pembuangan melalui ID Fan.
B. High Speed Diesel Oil Pump (HSD oil pump) berfungsi untuk memompa solar dari
residual oil service tank ke house boiler high speed diesel tank, selanjutnya ke
emergency generator high speed diesel tank dan igniter. Konsumsi bahan bakar
minyak dan serbuk batu bara sangat besar selama proses start up dan stabilisasi
boiler dengan metode pembakaran konvensional. Teknologi terbaru dimana
pengiritan pemakaian bahan bakar minyak saat di lakukan start awal boiler. Micro
oil burner ialah alat pembakaran yang menginjeksikan campuran bahan bakar,
udara, dan bubuk batu bara. Tujuannya mengoptimalkan pemakaian bahan bakar
minyak pada saat start up awal. Mengoptimasikan bahan bakar yang diinjeksikan
pada ruang bakar dengan diikutinya serbuk batu bara dari pulverizer yang dibawa
oleh aliran primer udara kedalam ruang bakar.

29
Gambar 2.8. Ruang Bakar
C. Burner adalah tempat terjadinya suatu proses pembakaran, dimana bahan bakar
batu bara selalu dijadikan serbuk sehingga memudahkan untuk berbaur dengan
udara primer yang dihembuskan oleh Presure Air fan. Bahan bakar minyak
disuplay oleh main oil gun yang digunakan untuk pemanasan awal pada tungku.
Ketika radiasi panas dari api dan dinding boiler dapat memberikan energy panas
yang cukup pada batu bara, maka batu bara dibawa oleh aliran udara primer dan
dibakar dengan udara skunder, setelah tercapai stabilitas pembakaran maka kondisi
tersebut dipertahankan, pada saat melakukan pembakaran dengan batu bara kualitas
rendah atau pengurangan kapasitas boiler maka diperlukan energy panas tambahan
seperti bahan bakar minyak ke dalam sistem untuk mendukung proses pembakaran
yang stabil. Oleh karena itu tidak sedikit bahan bakar cair berupa solar yang
dikonsumsi dalam proses tersebut. Penyalaan burner tergantung dari beban yang
dipikul oleh unit. Burner managemen sistem adalah penyaluran konfigurasi
penyalaan burner pada waktu start up atau shut down dan pada waktu load change.
Jumlah burner yang menyala atau mati tergantung dari beban generator yang
sebanding dengan kapasitas dari burner yang menyala, juga didalam konfigurasinya
diatur supaya pemanasan dalam ruang bakar dapat merata dan efisien. Penyalaan
burner yang tidak berimbang dengan beban generator akan mengakibatkan tidak
stabilnya tekanan dan temperatur uap.
D. Proses serbuk batu bara, sebelum masuk pada ruang bakar terlebih dahulu
dijelaskan proses batu bara yang akan dijadikan bahan bakarnya.

- Batu bara yang dikumpulkan di Stacker reclimer melalui conveyor di angkut ke


Coal crusher.

30
- Coal crusher adalah tempat batu bara di hancurkan menjadi partikel kecil, batu
bara yang telah halus kirim kembali ke Coal bunker.
- Coal bunker suatu tempat pengumpulan batu bara yang sudah berbentuk partikel
kecil. ) yang siap untuk dibakar.
- Pulverizer adalah tempat penggilingan halus partikel kecil batu bara menjadi
tepung. Pengabutan udara panas dengan partikel batu bara yang halus untuk siap
dihembuskan di ruang bakar sebagai sumber panas utama boiler.
- Electro static Precipitator adalah tempat pemisahan asap pembakaran dengan
partikel batu bara. Pada dinding Electro static Precipitator terdapat magnet untuk
manarik partikel-partikel debu batu bara dan menempel pada dinding. Kemudian
debu batu bara setelah pembakaran yang menempel pada dinding dilakukan
pemukulan dengan martil agar debu tersebut jatuh ke bawah tempat
pembuangan. Tujuan Electro static Precipitator untuk mengambil partikel debu
hasil pembakaran agar jangan dibuang ke udara, sehingga tidak mencemari
udara.
- Chimney adalah cerobong tempat mengalirkan asap hasil pembakaran untuk
dibuang ke udara dengan hembusan yang dilakukan oleh ID fan.

E. Pipa tubing (water tubes) merupakan pipa tubing air yang berada dalam ruang
bakar yang berfungi sebagai tempat penguapan air, dinding ini berupa pipa-pipa
yang berisi air yang berjajar vertical.

Gambar 2.9. Cubing economizer, superheter, dan re-heater


F. Steam drum adalah suatu alat pada boiler yang berfungsi sebagai tempat
penampungan uap hasil dari proses penguapan dari economizer. Steam drum berupa
campuran air dan uap dengan temperatur cukup tinggi. Campuran feed water dan
uap akan terpisah dalam steam drum, sehingga air pada campuran akan jatuh dan
masuk ke dalam saluran primary dan secondary drum.

31
G. Super heater digunakan untuk memanaskan lebih lanjut uap dari steam drum
sehingga menjadi uap kering. Sumber panas superheater diambil dari panas buang
hasil pembakaran diruang pembakaran (furnace), super heater dibagi menjadi 3
tahapan yaitu :
- Primary superheater
- Secondary superheater
- Final superheater

Gambar 2.10. Cubing super heater


Primary super heater menerima uap dengan temperature yang relative rendah dari
steam drum untuk dipanaskan dengan gas buang yang dialiri searah dengan arah
aliran uap tersebut. Kemudian uap keluar melalui primary superheat outlet melalui
pipa transfer yang dilengkapi dengan pipa spray type attemperator untuk mengatur
suhu uap menuju secondary superheater. Disini uap akan dipanasi lebih lanjut
seperti di primary superheater, selanjutnya masuk ke final superheater dimana uap
akan dipanasi. Uap dari final superheater outlet heater masuk ke final superheater,
dan keluar melalui final superheater autlet heater untuk meninggalkan boiler
menuju ke high pressure turbin.
H. Reheater digunakan untuk menaikan kembali enthalpy uap setelah dieskspansikan
di high pressure turbin dengan jalan dipanaskan ulang. Pada pemanasan ulang itu
temperatur akan naik, sedangkan tekanannya tetap sehingga enthalpy uap akan naik
kembali. Temperatur pemanas ulang reheater akhir adalah 565 derajat selsius.
I. Economizer berfungsi Pembentukan uap dengan memanfaatkan panas buang ke
cerobong melalui cubing economizer. Panas buang adalah gas panas yang keluar
dari ruang bakar (furnace) dan masih mengandung banyak kalor. Panas yang
diserap ini diperlukan untuk meningkatkan efesiensi agar tidak terjadi perbedaan

32
suhu yang terlalu besar didalam boiler yang dapat mengakibatkan keretakan pada
dinding boiler. Economizer seperti itu disebut pendingin cerobong (stack cooler)
dan berfungsi sebagai pemanas air umpan tekanan rendah.

Gambar 2.11 Cubing economizer


J. Air preheater atau yang disebut sebagai pemanas udara awal berfungsi untuk
memanaskan udara pembakaran. Forced draft fan (FD fan) menghembuskan udara
yang akan dilewatkan melalui stem coil air heater. Pemanas ini mempunyai tipe
aliran yang berlawanan dimana gas asap buang dari boiler yang masih panas dan
udara dari kipas tekan paksa (Forced draft fan) yang dilewati untuk diambil
panasnya.
K. Steam coil air heater terletak antara preheater dengan forced draft fan dimana alat
ini berfungsi sebagai penguat panas udara awal sebelum udara masuk ke air
preheater dan menjaga temperatur gas dapat tetap konstan sesuai dengan standar
temperatur yang telah ditetapkan.
L. Soot blower berfungsi menyemprotkan uap ke dalam ruang bakar sehingga
membersihkan heat recovery area. Antara lain economizer, superheater, dan
lainnya saat unit beroperasi.
M. Cerobong (stack) berfungsi untuk menyalurkan gas buang hasil pembakaran
diruang bakar untuk dilepaskan ke atmosfer.

2.9. Perhitungan Transfer Energi Panas Boiler


Boiler menjadi komponen Siklus Rankine, dimana komponen ini bertugas
mentransfer energi panas dari pembakaran bahan bakar ke air bertekanan sehingga
keluar boiler air tersebut berubah fase menjadi uap air kering (super heated).

33
h1 (P1,T1), m steam

Q boiler

Boiler

4
h4 (P4, T4)

Gambar 2.12 Aliran energi panas spesifik Boiler


Energi panas spesifik yang dibutuhkan oleh boiler yaitu:
q - w =  Δh + ΔEk + ΔEp ……………..………………………
(2.3)
-w = ΔEk + ΔEp = 0
q = Δh
qboiler  = h1 - h4 ………………………….…………………… (2.4)
Maka energi kalor boiler adalah:
Qboiler = ṁ . qboiler …………………………………………….. (2.5)

Contoh : Air masuk ke boiler memiliki tekanan 10 MPa dengan temperature 40°C,
kemudian dipanaskan hingga menjadi Uap kering mencapai temperatur
500°C dengan tekanan konstan, Massa steam 8 Kg/s.

Gambar 2.13 sirkulasi energi panas spesifik boiler

34
Tentukan energi panas spesifik yang dibutuhkan oleh boiler.
Penyelesaian
 Tekanan 10 MPa dengan temperature 40°C dari tabel Saturated Water –
Temperature didapat nilai entalpi air h4 = 167,53 kJ/kg
 Uap kering keluaran boiler temperatur 500°C Tabel Superheated Water didapat
nilai entalpi uap h1= 3375,1 kJ/kg
h1(uap 10 MPa, 500oC) = 3375,1 kJ/kg
h4 (air 10 MPa, 40oC) = 167,53 kJ/kg
m1 uap = 8 Kg/s.
Qboiler  = ṁ . qboiler
Qboiler  = ṁ . (h1-h4)
Energi panas spesifik yang dibutuhkan oleh boiler yaitu:
Qboiler  = 8 Kg/s. (3375,1 kJ/kg -167,53 kJ/kg)
Qboiler  = 25,7 MW

2.10. Turbin Uap

Turbin adalah mesin penggerak, energi fluida dipergunakan langsung untuk


memutar roda turbin. Jadi, berbeda dengan yang terjadi pada mesin torak, pada turbin
tidak terdapat mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar dinamakan
rotor atau roda turbin, sedangkan bagian yang diam disebut stator atau rumah turbin,
roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang
dikoplingkan dengan generator. Siklus ideal suatu turbin uap yang sederhana digunakan
siklus Rankine. Pada kenyataannya siklus sistem turbin uap yang menyimpang dari
siklus ideal (Rankine), antara lain karena adanya beberapa faktor dibawah ini.

1. Kerugian dalam ketel uap juga terjadi kerugian tekanan. Dengan demikian air
masuk ke dalam ketel harus bertekanan lebih tinggi dari pada tekanan uap yang
harus dihasilkan, sehingga diperlukan kerja pompa yang lebih besar pula.
2. Kerugian energi di dalam turbin terutama terjadi karena adanya gesekan antara
fluida kerja dan bagian dari turbin sedangkan kerugian kalor atmosfer tidak
begitu besar jika dibandingkan dengan kerugian gesekan.

35
3. Kerugian didalam pompa
4. Kerugian didalam kondensor, dalam hal ini relatif kecil. Salah satu diantaranya
adalah proses pendinginan dibawah temperatur jenuh dari air kondensat yang
keluar dari condenser.
Turbin uap menghasilkan putaran karena aliran uap yang tetap masuk ke nozzle
dan ditekankan dengan tekanan rendah. Uap tersebut masuk ke steam jet, disini
kecepatan uap dinaikan, sebagian dari energi kinetik dari uap tersebut dikirim ke sudu-
sudu turbin yang mengakibatkan terdorongnya sudu-sudu turbin untuk berputar. Besar
dan kecilnya beban sangat berpengaruh sekali terhadap uap yang akan dihasilkan, bila
beban cukup tinggi, maka jumlah uap yang dibutuhkan juga besar dan sebaliknya.
Pengaturan jumlah uap yang masuk kedalam turbin ini dilakukan oleh control valve.
Turbin uap pada PLTU menjadi 3 tingkatan yaitu:

oTurbin tekanan tinggi (high pressure turbine)


oTurbin tekanan menengah (intermediate pressure turbine)
oTurbin tekanan rendah (low pressure turbine)

Gambar 2.14 Turbin Uap

36
2.11. Prinsip Kerja Turbin Uap

Uap kering dari final superheater yang mempunyai temperatur dan tekanan yang
tinggi yang dialirkan ke turbin tekanan tinggi. Didalam turbin ini terdapat sudu-sudu
gerak yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga dapat mengeskspansikan uap.
Energi uap yang diterima oleh sudu-sudu turbin digunakan untuk menggerakan poros
turbin. Disini terjadi perubahan energi, maka temperatur uap akan turun dan perlu
diadakan pemanasan ulang dalam re-heater. Dari re-heater uap masuk ke intermediate
pressure turbin dan low pressure turbine, Sehingga dari gerakan sudu-sudu ini akan
memperkuat gerakan poros turbin. Poros turbin dihubungkan dengan poros generator
menggunakan kopling tetap (fixed coupling). Dari generator terjadi perubahan energi,
dari energi mekanis menjadi energi listrik.

Hal yang utama selama start dan pembebanan adalah pemanasan yang perlahan-
lahan dan merata pada bagian-bagian kritis dari logam turbin seperti TSV, stage nozzle
bowl passage pada rotor turbin tekanan tinggi dan rotor turbin tekanan menengah.
Untuk menghasilkan laju pemanasan yang merata ini untuk membatasi tegangan, maka
start turbin terbagi menjadi 4 tingkatan-tingkatan utama berdasarkan suhu metal dan
suhu uap yaitu:

oCold start yaitu start turbin dari shutdown dimana temperature inner casing
dibawah 180 oC.
oWarm start yaitu start turbin dari shutdown selama 1 bulan lebih kurang 55 jam
dan temperature inner casingnya antara 180oC sampai dengan 350oC.
oHot start yaitu start turbin dari shutdown selama semalam dengan temperatur
tekanan tinggi inner casingnya antara 350 oC sampai 500 oC.

2.12. Bagian utama turbin

o Rotor turbin
Rotor turbin terdiri dari rotor untuk tekanan tinggi, menengah dan rendah, tiap-tiap
rotor ditahan oleh 2 bantalan journal (bantalan luncur). Bantalan no 1 dan 2
berfungsi untuk mendukung rotor tekanan tinggi. Bantalan no 3 dan 4 berada pada

37
bagian tekanan tinggi dan terbuat dari baja panduan chrom mobliden dan vanadium
yang tahan terhadap temperatur yang tinggi dan tekanan. Rotor untuk tekanan
rendah terbuat dari baja paduan nikel chrom mobliden dan vanadium yang
mempunyai tahanan besar terhadap gesekan pada temperatur rendah. Tiap-tiap rotor
ditempah dari baja paduan pejal dan difabrikasi untuk bentuk poros, cakra, bantalan,
piringan, penahan, dan kopling plens.

Gambar 2.15 Bantalan poros Turbin


o Sudu-sudu turbin
Sudu-sudu turbin mempunyai efesiensi sudu yang tinggi, ketepatannya tinggi dan
terpercaya. Sudu mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan tingkatannya.
Sudu terbuat dari paduan baja chrom yang mempunyai sifat ketahanan terhadap
tegangan dan kelelahan yang sangat baik dan tahan terhadap kikisan uap dan korosi.
Sudu-sudu bagian akhir mesin dengan tipe cioretial pada pangkalnya yang masuk ke
dalam roda (cakra) dan dikunci dengan pen. Logam setelite dipatrikan pada
punggung sudu untuk mencegah erosi karena benturan (tumbukan) dengan butiran
air karena uap basah.

Gambar 2.16 Sudu-sudu turbin

38
Dalam pengoperasiannya, turbin uap dibantu oleh komponen-komponen sebagai
berikut:
 Turning Gear digunakan untuk memutar proses turbin.
Tujuannya untuk mencegah deflesi (lentingan) dari poros karena dari uap pada
waktu unit beroperasi dan juga karena sudu-sudu turbin.

Gambar 2.17 Turning Gear


 Pipa crossover berfungsi sebagai penyalur uap dari
keluaran turbin tekanan menengah ke turbin tekanan rendah yang dipasang pada
casing turbin dengan pipa crossover, maka pada sambungan pipa diberikan
bellows ekspansi yang lentur.
 Pengaman putaran lebih dari turbin yang digunakan jika
governor kurang sensitif cara kerjanya. Karena apabila governor kurang sensitif,
maka putaran turbin akan dapat lebih cepat dan yang diharapkan. Hal ini sangat
membahayakan, sehingga diperlukan adanya pengaman berupa nock yang
dipasang pada poros. Dan nock ini akan menjulur keluar dan menyentuh tuas
yang dipasang sekeliling poros tersebut dan relay akan menghentikan turbin.

Gambar 2.18 Pengaman putaran lebih


 Main Stop Valve terletak didepan turbin path aliran
masuk uap utama, yaitu antara boiler dengan katup kontrol uap. Fungsi utama
main stop valve adalah untuk menutup dengan cepat aliran uap ke turbin bila

39
dalam keadaan bahaya, seperti kegagalan path katup control uap atau path waktu
kehilangan beban.

Gambar 2.19 Main Stop Valve


 Pengaman Vacum rendah merupakan pengaman vacum
kondensor yang juga disebut Automatic Vacum Trip yang merupakan interlock
dengan turbin, karena tidak akan dimasuki uap jika tekanan uap keluar turbin
pada kondensor naik dan batas-batas yang telah diijinkan.
 Throttle valve bekerja secara hidrolik, bila terjadi
gangguan sehingga unit harus dimatikan, katup akan menutup saluran uap untuk
masuk turbin dengan menggunakan tekanan hidrolik operating mechanism.
 Pengaman tekanan minyak sebagai pelumas juga sebagai
media pendingin sebab itu minyak perlu dikontrol secara cermat, sehingga
apabila terjadi pengurangan aliran maka sistem pengaturan secara interlock akan
memerintahkan turbin untuk berhenti.
 Governor adalah peralatan untuk mengontrol putaran
turbin dan membatasi putarannya pada batas tertentu, pada setiap saat terjadinya
perubahan beban yang menyebabkan perubahan putaran turbin.
Governor digunakan untuk mengatur putaran turbin secara mekanik, dimana
pengaturan dipusatkan pada gerakkan buka tutup valve aliran steam yang
menggerakkan turbin secara otomatis. Contoh yang sederhana adalah governer
model fly ball yang bekerja secara langsung menggerakan valve steam pada
turbin. Apabila kecepatan turbin naik menjadi lebih tinggi dari setting, maka
putaran pada poros fly ball juga akan bertambah, sehingga kedua bola akan
bergerak naik lebih tinggi. Gerakan ini akan menarik tuas ke atas dan
menggerakkan valve kearah bawah untuk menutup atau memperkecil jalannya
sistem yang masuk ke turbin. Dengan demikian steam yang masuk ke turbin

40
akan berkurang dan kecepatan putaran turbin akan turun kembali. Dan
sebaliknya apabila putaran turbin turun menjadi lebih rendah dari setting, maka
pengaturan akan terjadi kebalikan dari moment seperti di atas ( bila putaran
turbin naik ).

Gambar 2.20 Governer model fly ball


Untuk turbin yang berukuran besar, tidak mungkin menggunakan governor type
ply ball, untuk itu diperlukan governor yg menggunakan penguat hydrolig yg
berfungsi untuk menggerakkan torak dari pilot valve ke atas akan mengalirkan
oli keatas torak dari servo motor, sehingga torak tersebut akan terdorong ke
bawah dengan gaya yang cukup besar, sehingga dapat dapat menutup gerakkan
pilot valve ke bawah dan sebaliknya.
Pada governor sistem hydroulis, pengaturan kecepatan turbin di dasarkan atas
kondisi perubahan oil pada governor speed control. Setiap perubahan speed yang
disebabkan oleh adanya perubahan beban, akan merubah posisi fly weight yang
bertumpu pada pilot valve plunger, jadi perubahan posisi valve plunger akan
mengatur aliran oil dari case governor steam valve dengan perantaraan sebuah
linkage yang di sambungkan antara ujung shaft power cylinder dan stem
governor steam valve, dari hubungan inilah terjadi keseimbangan antara putaran
turbin dengan posisi bukaan governor steam valve. Dalam hal ini, governor juga

41
mempunyai setting yang sudah ditentukan sesuai dengan kecepatan putaran yang
diinginkan.

Gambar 2.21 Governor

Bagian bagian utama gorvernor

a. Pompa oli gorvenor


b. Centrifugal flyweight head pilot valve
c. Power cylinder
d. Compensating system
e. Speed setting

Gambar 2.22. Aliran oli gevernor

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam governor

1. Pompa oli, ruang penyimpanan oli yang mempunyai tekanan konstan, serta relief
valve sebagai pengaman apabila oli kelebihan tekanan. Tekanan oli hydraulic
berkisar antar 90-125 PSI

42
2. Centrifugal flyweight head pilot valve berfungsi mengontrol aliran oil dari dan
ke power cylinder, dengan demikian gerakkan dari flyweight harus dijamin
lancer dengan gerakan yang halus.
3. Power cylinder berfungsi sebagai pengatur bukaan governor steam valve (servo
motor), harus dapat bergerak bebas, lancar dan seal-seal nya harus rapat (oli
tidak boleh bocor).
4. Compensating system (compensating land), diatur sebaik baiknya agar dapat
mendukung sistem control governor, dengan demikian semua line yang
berhubungan dengan tekanan oli tidak boleh kotor, agar tidak terjadi hambatan
dan penyumbatan.
5. Speed setting agar diset sesuai dengan setting speed yang diinginkan dan tidak
mendekati harga OST ( Over Speed Trip), dari turbin, juga setting untuk tekanan
lube oil agar diset sesuai dengan batas minimal lube oil turbin (sistem pengaman
ini terletak pada “shut down device “ top PG-PL governor).

2.13. Perhitungan Turbin Uap


Sebuah turbin uap yang mampu menkonversikan energi panas dari uap
air dengan spesifikasi tekanan P1, temperatur T1, serta debit sebesar m. Uap yang
keluar dari turbin akan memiliki tekanan P2 dengan kualitas uap X. Selama uap air
melewati sudu-sudu turbin, tidak akan terjadi kerugian panas yang keluar maupun
masuk sistem (adiabatik), serta fluida tidak mengalami perubahan energi kinetik
maupun potensial.
h1 (P1, T1) m steam

Turbin W Turbin
Adiabatic
n

h2 (P2, T2, X2)


2

Gambar 2.23 Konversi Mesin turbin

43
Dengan menggunakan tabel properti uap air atau menggunakan tabel standard di buku-
buku lain yang kesemuanya bisa di pastikan sama persis.
Pertama menentukan berapa nilai kalor (entalpi) dari uap air inlet turbin dari
tabel Superheated Vapor Properties - (9 MPa - 40 MPa). Selanjutnya tarik garis lurus
dari kolom temperatur di sisi paling kiri tabel, hingga bertemu dengan entalpi pada
tekanan P1. Dengan cara ini akan kita dapatkan nilai entalpi (h1). Pengertian
sederhananya adalah, uap air kering bertemperatur T1 dengan tekanan P1. Energi panas
inilah yang ingin dikonversikan menjadi sebesar-besarnya energi kinetik poros turbin.
Selanjutnya menentukan nilai entalpi uap outlet turbin. Kita akan menggunakan
tabel Saturation Properties - Pressure Table (1 kPa - 1 MPa). Selanjutnya tarik garis
lurus dari kolom tekanan P2 ke arah kanan sehingga kita dapatkan nilai entalpi fluida
(hf), serta nilai entalpi campuran fluida-gas (hfg).
Untuk memudahkan Anda memahami apakah itu hf, hfg, dan hg, maka mari kita
telaah perlahan-lahan. hf, hfg, dan hg ditandai pada diagram tekanan-entalpi dengan
sebuah garis lengkung berbentuk kubah. Garis lengkungan sebelah kiri menjadi batas
antara fase air dengan fase campuran air-uap air. Sedangkan untuk garis lengkungan
kanan menjadi batas antara campuran air -uap air dengan uap kering. Nilai entalpi
campuran air-uap air (hfg) adalah nilai entalpi uap air dihitung dari titik entalpi air (h f).
Maka jika dijabarkan ke dalam sebuah rumus sederhana akan berbentuk seperti berikut:
hg = hf + hfg ……………………………………….. (2.6)
Uap air saturasi memiliki nilai X=0,9. Maksudnya adalah terdapat 90% uap air pada
100% campuran air-uap air (uap air basah). Maka dari itu untuk mendapatkan nilai
entalpi uap air outlet turbin (titik 2 pada diagram p-h) memerlukan rumusan khusus
menentukan nilai entalpi uap keluar dari turbin sebagai berikut:
h2 = hf + (X.hfg) ………………..…………………… (2.7)
Hukum Pertama Termodinamika berbunyi perubahan energi dalam sebuah sistem
tertutup, sama dengan jumlah energi panas masuk ke dalam sistem, dikurangi dengan
kerja yang diberikan sistem ke lingkungan sekitarnya. Pengertian ini tergambar ke
dalam sebuah persamaan dasar berikut:
q - w = Δh + ΔEk  + ΔEp  ………..…………………….(2.8)

44
dimana:
q = Energi panas yang masuk ke dalam sistem
w = Kerja spesifik keluar sistem
Δh = Perubahan entalpi
ΔEk = Perubahan energi kinetik
ΔEp = Perubahan energi potensial
Dengan menggunakan persamaan 2.8, maka kita dapat menghitung berapa besar
daya yang dihasilkan oleh turbin uap. Oleh karena sistem turbin uap kita asumsikan
tidak terjadi perubahan energi panas, energi kinetik, serta energi potensial fluida, maka
untuk komponen Q, ΔEk, serta ΔEp dapat dihilangkan.
q  - w = Δh + ΔEk + ΔEp
- w = h2 - h1
w = h1 - h2…………………………………………… (2.9)
Selanjutnya kita dapat menghitung daya turbin dengan mengalikan daya spesifik dengan
debit uap air masuk turbin.
Wturbin = ṁ . wturbin ………………………..………… (2.10)
Contoh : Sebuah turbin uap yang mampu menkonversikan energi panas dari uap
air dengan spesifikasi tekanan 10 MPa, temperatur 500°C, serta debit sebesar 8 kg/s.
Uap yang keluar dari turbin akan memiliki tekanan 20 kPa dengan kualitas uap X = 0,9.

Gambar 2.24 konversi panas turbin menjadi energy mekanik


Tentukan besar daya yang dihasilkan oleh turbin uap
Penyelesaian :
h1 (P1 = 10 MPa, T1 = 500°C) = 3375,1 kJ/kg
hf (P2=20kPa, T2 = 40oC) = 251,4 kJ/kg
hfg (P2=20kPa, T2 = 40oC) = 2357,5 kJ/kg
h2 = hf + X.hfg

45
h2 = 251,4 kJ/kg + 0,9 x 2357,5 kJ/kg = 2373 kJ/kg
wturbin = h1 - h2
wturbin = 3375,1 kJ/kg - 2373 kJ/kg = 1002 kJ/kg

Besar daya yang dihasilkan oleh turbin uap


Wturbin = ṁ . wturbin

Wturbin = 8 kg/s . 1002 kJ/kg = 8,016 MW

2.14. Condenser

Condenser merupakan salah satu komponen utama PLTU yang berfungsi untuk
mengkondensasikan uap keluaran turbin menjadi air dengan pendinginan air laut. Agar
proses kondensasi tersebut lebih efisien, maka tekanan di condensor harus rendah
(divakumkan). Kevakuman pada condenser didapat dengan jalan menghisap ruang
condenser dengan steam jet air ejector. Air hasil kondensasi disebut air kondensat
(condensate water). Air kondensat masih mengandung sedikit O2. air ditampung di
hotwell dan dialirkan kembali ke siklusnya. Udara dan gas-gas yang terkondensasi
dikeluarkan oleh steam jet air ejector. Hal ini dilakukan sebab ada kemungkinan ada
udara yang terbawa.

Steam From Turbin

Kondesate out

From Water treatment

46
Gambar 2.25 kondenser

Bagian-bagian utama condenser adalah sebagai berikut:

 Shell dapat diartikan sebagai penutup exhaust turbin yang menuju hotwell.
 Connecting section dipakai untuk memegang bagian antara exhoust
turbin dan bagian atas shell yang diletakkan diatas pondasi turbin agar tahan
terhadap keadaan vacuum. Bagian dalamnya ditunjang dengan pipa-pipa penguat
yang disambungkan path turbin. Pada bagian atas dan sambungan disediakan
sambungan pemanas air pengisi tekanan rendah.
 Upper shell berfungsi menyanggah bagian bawah shell dan section
sambungan pemanas air pengisi tekanan rendah.
 Tube plate yang merupakan material yang terbuat dari bahan baku Naval Bruss
yang mempunyai keandalan tinggi dan tahan terhadap korosi. Tupe plate dibor
untuk menempatkan tube-tube kondensor path setiap ujungnya. Letak tube-tube
konsdensor didalam tube plate, disediakan untuk mamaksimalkan permukaan
kondensasi, meminimumkan kerugikanan path sisi uap.
 Support plate adalah beberapa lembar plate penyanggah yang berada diantara
tube plate. Plat-plat penyangga digunakan untuk menyanggah tube-tube dan
untuk mencegah ikut bergetarnya tube karena getaran turbin. Plat-plat
penyanggah juga dipakai untuk berbagai penguatan terhadap tekanan luar dan
seal condenser.
 Water Box terdiri dari 2 bagian yang terpisah, bagian belakang dan bagian muka
memungkinkan untuk dioperasikan secara bebas. Air pendingin terdiri dari dua
aliran masuk ke inlet nozzle dan keluar dari outlet nozzle melalui tube-tube dan

47
kotak air terikat path bagian belakang dan pada masing-masing kotak air dipasang
main hole untuk inspeksi. Untuk penggunaan air laut sebagai pendingin, dipakai
karet neoprene sebagai pelapis permukaan dalam water box.
 Back Washing Valve adalah katup yang terbuat dari karet yang
berbentuk kupu-kupu dan berada pada bagian yang rata dan kotak air bagian
belakang. Back Wash adalah perlakuan untuk membersihkan tube condenser dengan
membalik arah aliran air laut sehingga diharapkan kotoran-kotoran yang tersangkut
pada inlet kondensor dapat terbawa air laut keluar dari tube kondensor.

2.15. Perhitungan Condenser


Uap air jenuh keluar dari turbin (titik 2) akan langsung menuju kondensor untuk
dikondensasikan sehingga uap air berubah fase seluruhnya menjadi air. Tekanan uap air
masuk ke kondensor diasumsikan sama dengan air keluaran kondensor. Temperatur
outlet kondensor diminta agar bisa sebesar 40°C. Untuk kebutuhan desain material
kondensor, maka nantinya diharapkan hanya ada perubahan temperatur air pendingin
sebesar 10°C saja. Dengan data-data tersebut, kita diminta menghitung kebutuhan debit
air pendingin.
h2=hf+X.hfg

P2=20 KPa
2 X2=0,9
h3= hf pd 40oC m water
condenser T =10oC
P3=20 KPa T3=40oC Q Condenser
3

Gambar 2.26 kondenser


Sebelum bisa menghitung kapasitas kondensor, maka kita harus tahu nilai dari entalpi di
titik 3 (h3). Karena pada titik 3 fluida berwujud air, maka kita menggunakan tabel A-4
Saturated water – Temperature. Kita tinggal mencari nilai entalpi (hf) air pada
temperatur 40°C, sehingga kita dapatkan nilai h3. Dengan diketahuinya nilai entalpi ini
maka kita sudah bisa menghitung jumlah energi yang dibuang oleh kondensor
menggunakan persamaan 2.11.
q - w = Δh + ΔEk + ΔEp

48
qkondensor = h3 - h2 ……………………………………………(2.11)
Nilai negatif (-) pada hasil perhitungan di atas berarti fluida membuang panas keluar
sistem. Selanjutnya kita dapat menghitung kinerja kondensor menggunakan rumus yang
serupa dengan (2.12).
Qkondensor  = ṁuap . qkondensor ……………….………………… (2.12)
Jika kita mengabaikan semua kerugian perpindahan panas pada kondensor maka:
Qkondensor = - Qwater ………………………………………. (2.13)
Untuk menghitung debit air pendingin pada kondensor, sekaligus nanti untuk
menghitung daya pompa, maka kita harus hitung nilai perubahan entalpi dengan asumsi
fluida bersifat inkompresibel (tidak-mampu-mampat) dengan menggunakan rumus
dasar:
h = u + Pv ………………………………………… (2.14)
Setelah dideferensiasi akan menjadi:
dh = du + Pdv + vdP ……………………………………. (2.15)
Nilai dv pada fluida inkompresibel sama dengan nol, dan untuk nilai du adalah sama
dengan CwaterdT. Maka:
dh = CwaterdT + vdP ……………………………………… (2.16)
Setelah diintegralkan maka:
Δh = CwaterΔT + vΔP ……………………………………… (2.17)
Selanjutnya kita gunakan rumusan di atas untuk disubstitusikan ke persamaan 05,
sehingga kita dapatkan:
qwater - w = Cwater . ΔT + vΔP + ΔEk + ΔEp ……………………..  (2.18)
Dengan mengingat tidak ada kerja fluida yang terjadi pada kondensor, tidak ada
perubahan energi potensial dan kinetik pada fluida, juga tidak ada perubahan tekanan
fluida, maka:
qwater -  w = Cwater . ΔT + vΔP  + ΔEk + ΔEp
qwater = Cwater  . ΔT
maka
Qwater =  ṁwater . qwater
Qwater = ṁwater . Cwater . ΔT ………………………………… (2.19)

49
Dengan Cwater adalah kapasitas kalor spesifik air yang jika kita cari pada tabel A-3. Maka
debit air pendingin ṁwater yang dibutuhkan oleh kondensor adalah sebanyak:
Qwater
mwater = ………………………………………(2.20)
C water × ΔT

Contoh : Sebuah kondensor dengan temperatur outlet kondensor sebesar 40°C. terjadi
perubahan temperatur air pendingin masuk dan keluar kondensor sebesar 10°C saja,

Gambar 2.27 Sistem kondensor


Hitung kebutuhan debit air pendingin kondensor.
Penyelesaian :
Nilai entalpi (hf) air pada temperatur 40°C, sehingga didapat nilai h3 yakni 167.53 kJ/kg.
h2 = hf  + (X.hfg)
h2 = 251,4 kJ/kg + (0,9 . 2357,5 kJ/kg)
h2 = 2373,15 kJ/kg
q - w = Δh + ΔEk + ΔEp
qkondensor = h3 - h2
qkondensor = 167,53 kJ/kg - 2373,15 kJ/kg = - 2205,62 kJ/kg
Qkondensor = ṁ . qkondensor
Qkondensor = 8 kg/s . (-2205,62 kJ/kg)
Qkondensor = -17,645 MW
Jika kita mengabaikan semua kerugian perpindahan panas pada kondensor maka:
Qkondensor = - Qwater = - 17,645 MW = - 17645 Kw

50
Dengan Cwater adalah kapasitas kalor spesifik air pada tabel A-3 bernilai 4,18 kJ/kg.K.
Qwater = ṁ . 4,18 kJ/kg.K . 10K
Qwater = ṁ . 41,8 kJ/Kg
Maka debit air pendingin mwater yang dibutuhkan oleh kondensor adalah sebanyak:
17645 kW
m water = =422,13 kg /s
41,8 kJ /Kg

2.16. Feed water Boiler


Feed water boiler adalah air yang sudah siap diumpankan ke boiler. Proses
untuk menjadi feed water boiler sangat panjang yang dimulai dari water condesate
proses kondensor yang ditambah dengan make up water dari water treatment. Air
tersebut dipompakan oleh condensate water pump menuju tangki Low pressure heater
(LP Heater). Selanjutnya Air mengalir dari LP Heater menuju deaerator untuk
dihilangkan oksigen O2. Air dari deaerator dipompakan ke economizer pada boiler
melalui HP heater oleh feed water boiler Pump (FB Pump). FB Pump memompakan air
dengan tekanan dan temperature yang sudah ditentukan ke economizer pada boiler.

2.17. Bagian-bagian Proses Feed water boiler


A. Water condensate
Water condensate adalah air yang terjadi dari pengembunan uap yang keluar dari
turbin melalui sebuah kondensor. Proses kondensasi sudah dijelaskan sebelumnya.
Air hasil kondensasi tentunya akan berkurang, sehingga harus ditambahkan oleh air
dari make up water tank. Untuk menjadi make up water melalui proses yang
panjang yang dilakukan oleh water treatment. Proses air di water treatment akan
dibahas tersendiri pada sub bab berikutnya.
B. LP Heater
Low pressuer heater berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler yang lewat
didalamnya. Sumber panas LP heater dari panas air kondensate pada saat melintasi
system air kondensate, air mengalami pemanasan pada berbagai komponen antara
lain di gleand steam kopndensor dan di beberapa pemanas awal air pengisi tekanan
rendah (low pressure heater). Tujuan LP Heater untuk meningkatkan efisiensi
siklus serta menghemat pemakaian bahan bakar. Bila air kondensate tidak

51
dipanaskan, berarti membutuhkan banyak bahan bakar untuk menaikan temperature
air di dalam boiler. Selain itu, air kondensate juga mengalami proses pemurnian
untuk mengurangi pencemar-pencemar padat dan cair yang terkandung dalam air
kondensate.
C. Deaerator
Berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler dan untuk menghilangkan udara
yang terkandung didalam air. Daerator merupakan komponen paling hilir dari
sistem air kondesat. Merupakan pemanas tipe kotak langsung (direct contact
heater). Memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk memanaskan air kondensat dan
sekaligus menghilangkan gas – gas (non condensable gas) dari air kondensat.
Media pemanas yang digunakan adalah juga uap ekstraksi. Didalam deaerator
terjadi kontak langsung antara air kondesat dengan uap pemanas. Akibat
pencampuran ini, maka temperatur air kondensat akan naik hingga hampir
mencapai titik didihnya. Semakin dekat temperature air kondensat dengan titik
didihnya. Semakin muda pula proses pemisahan air dengan oksigen dan gas-gas
lainnya yang terlarut dalam air kondensat. Ada beberapa tipe deaerator tetapi yang
banyak dipakai adalah tipe “Spray & Tray“. Pada deaerator tipe ini, air kondensat
yang masuk dikabutkan melalui jajaran pengabut (spray) untuk memperluas bidang
kontak antara air dengan pemanas serta menjamin pemerataan distribusi air
kondensat di dalam pemanas. Air kondensat yang mengabut ini kemudian turun
kejajaran kisi-kisi (Tray). Dari bagian bawah tray uap pemanas dari saluran
ekstraksi dihembuskan mengarah keatas dan bercampur dengan kabut air kondensat
yang menetes pada kisi-kisi.
Akibatnya terjadi pertukaran panas antara uap dengan air sekaligus terjadi pula
proses deaerasi. Oksigen dan gas-gas lain akan mengalir keatas dan keluar dari
deaenator menuju atmosfir melalaui saluran venting. Proses deaerasi secara
mekanis seperti ini ternyata tidak menjamin bahwa air kondensat akan bebas 100 %
dari oksigen.
Guna membantu tugas deaerator untuk menghilangkan oksigen. Maka cara kimia
pun dilaksanakan juga yaitu dengan menginjeksikan hydrazine kedalam air
kondensat pada suatu titik sebelum air kondensat masuk deaerator. Penginjeksian

52
ini dilakukan oleh pompa khusus injeksi bahan kimia. Air kondensat yang sudah
bebas oksigen dan gas-gasan lain ini kemudian turun dan ditampung pada tangki
penampung (storage tank) yang berada dibagian bawah deaerator dan siap untuk
dialirkan ke pompa air pengisi ketel.
Beberapa peralatan proteksi juga dipasang pada deaerator. Salah satunya adalah
katup pengaman tekanan lebih (Relief Valve). Bila tekanan didalam deaerator
terlalu tinggi hingga mencapai harga tertentu, maka katup pengaman akan terbuka
sehingga deaerator akan terhubung ke atmosfir. Dalam keadaan ini, uap akan
mengalir ke atmosfir dan deaerator menjadi aman.
Pada beberapa deaerator bahkan juga dilengkapi dengan vacuum breaker untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya vacuum. Perangkatnya berupa saluran
yang ditutup dengan diapragma. Bila tekanan turun hingga lebih rendah dari
tekanan atmosfir,maka diapragma akan pecah dengan udara atmosfir akan masuk
guna mencegah vacuum yang lebih tinggi didalam deaerator.
D. HP Heater
Berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler (feed water boiler) yang dilewatkan
kedalamnya. Air pengisi boiler menjadi panas pada temperature tertentu mencapai
suhu terendah 40oC yang berasal dari ekstrasi uap panas keluaran turbin. Air
pengisi boiler dipompakan dengan tekanan tinggi mencapai 10 MPa oleh feed
water pump. Menjadi perhitungan sendiri feed water pump yang digunakan sebagai
air pengisi boiler.

2.18. Perhitungan Pompa feed water


Pada Siklus Rankine, pompa bertugas untuk menaikkan tekanan fluida (air)
sebelum masuk ke boiler. Semakin tinggi tekanan air akan semakin tinggi pula energi
panas yang bisa diserap oleh tiap satuan massa fluida.
Feed water pump
P4=10 MPa T4=40oC
4

P3=20 KPa T3=40oC


3
W Pump
Gambar 2.28. feed water pump

53
Air inlet pompa feed water pump memiliki tekanan P3 dan temperatur T3. Keluar
pompa, air akan bertekanan P4 dengan temperatur konstan T4 (adiabatik). Dengan
spesifikasi tersebut, serta dengan menggunakan tabel A-5 Saturated Water -
Temperature, pada temperatur T4 kita akan mendapatkan nilai volume spesifik air (v).
Selanjutnya karena kita mengasumsikan tidak terjadi perubahan energi kinetik dan
potensial fluida pada pompa, maka persamaan (2.21) dapat kita gunakan untuk
menghitung daya pompa:
Dari rumus dasar dari persamaan 2.7 yaitu:
q - w =  Cwater . ΔT + vΔP + ΔEk +  ΔEp
- wpompa = v . (P2 - P1) ………………………………………(2.21)
Maka daya pompa yang kita butuhkan adalah sebesar:
Wpompa = ṁ . wpompa ………………..……………………….(2.22)

Contoh : Sebuah feed water pump memompakan air dari deaerator yang memiliki
tekanan 20 kPa dan temperatur 40°C. Keluar pompa feed water, air akan bertekanan 10
MPa dengan temperatur konstan 40°C (adiabatik). Pada temperatur 40°C kita akan
mendapatkan nilai volume spesifik air (v) yakni sebesar 0,001008 m3/kg, dengan debit
alir 8 kg/s.

Gambar 2.29. feed water pump


Tentukan daya yang dibutuhkan feed water pump
Penyelesaian
Rumus dasar dari persamaan 2.7 yaitu:
q - w =  Cwater . ΔT + vΔP + ΔEk +  ΔEp
- wpompa = v . (P2 - P1)
- wpompa = 0,001008 m3/kg . (10000 - 20)kPa
wpompa  = -10,05984 kJ/kg

54
Maka daya pompa yang kita butuhkan adalah sebesar:
Wpompa  = ṁ . wpompa
Wpompa  = 8 kg/s . -10,05984 kJ/kg
Wpompa  = - 80,48 kW
Hasil perhitungan di atas bahwa pompa membutuhkan sejumlah daya yang sangat kecil
jika dibandingkan dengan komponen yang lain, yakni hanya sekitar 1% dari daya yang
dihasilkan oleh turbin uap.

2.19. Water Treatment

Air umpan boiler digunakan air bebas mineral yang akan diperoleh dengan cara
ion exchange (pertukaran ion). Jadi untuk keperluan ini diperlukan satu unit tambahan
water treatment berupa unit water softening dengan pertukaran ion. Ion yang
dipertukarkan adalah Mg2+, Ca2+ , Na2+ , HCO-3 , SO4- , CI- sebagai ion penyebab
timbulnya kerak (scale) di sisi bagian dalam dinding waste heat boiler. Sebagai resin
penukar kation dapat digunakan asam kuat dan resin penukar anion dapat digunakan
basa kuat. Air umpan boiler tidak boleh mengandung zat yang dapat menyebabkan
korosi, kerak, dan foaming. Korosi dapat terjadi karena air mengandung larutan asam
dan gas-gas yang terlarut.

Bahan baku air diambil dari badan air sungai. Air sungai dialirkan dari daerah
terbuka ke water intake system yang terdiri dari screen dan pompa. Air yang tersaring
oleh screen masuk ke suction pompa dan dialirkan melalui pipa masuk ke unit
pengolahan air. Air masuk ke dalam tangki sedimentasi untuk mengendapkan dan
memisahkan lumpur yang mungkin terbawa, yang dapat menyebabkan gangguan
fouling di dalam proses penyediaan air bebas mineral. Partikel yang besar dihilangkan
dengan penyaringan, tetapi koloidal yang ada dilepas melalui proses klarifikasi dalam
penetralan dan penggumpalan (coagulation) dan sebelum dikeluarkan dilakukan injeksi
larutan alum, kaustik, dan klorin. Jumlah aliran bahan kimia yang masuk dikontrol
secara otomatis sebanding dengan jumlah air yang masuk. Jumlah injeksi bahan kimia
tergantung dari mutu air sungai dan keadaan operasi di lapangan. Semua air alam

55
mengandung bermacam-macam jenis dan jumlah pengotor. Kotoran ini dapat
digolongkan sebagai :

a. Padatan yang terlarut Zat-zat padat yang terlarut terdiri dari bermacam-macam
komposisi mineralmineral seperti kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium
sulfat, magnesium sulfat, silika, sodium klorida, sodium sulfat dan sejumlah kecil
besi, mangan, florida, aluminium, dan lain-lain.
b. Gas-gas yang terlarut Gas-gas yang terlarut biasanya adalah komponen dari udara
walaupun biasanya jarang, seperti hidrogen sulfida, metana, oksigen dan CO2.
c. Zat yang tersuspensi Dapat berupa kekeruhan (turbidity) yang terjadi dari bahan
organik, mikro organik, tanah liat dan endapan lumpur, warna yang disebabkan oleh
pembusukan tumbuh-tumbuhan, dan lapisan endapan mineral seperti minyak.

Material ini berupa kotoran dan kerak air, mempunyai konduktifitas dan sama sekali
menghalangi perpindahan panas. Pada permukaan generator uap bertemperatur tinggi,
pengurangan aliran panas meningkatkan suhu logam dan bisa menyebabkan kegagalan
bila tumpukan benda padat dan material terlarut pada air.

Ketidakmurnian dari feed water akan menyebabkan:

 Pembentukan kerak air


 Korosi
 Carryover
 Keropos
Karena itu, air harus melalui proses clarifieri yaitu teknologi pengolahan air (water
treatment) untuk feed water, cooling water, dan service water pada pembangkit daya
diperlukan.

56
Gambar 2.30. water treatment

Persyaratan umum untuk air sebagai air untuk umpan boiler adalah :

a. Kandungan silika = 0,01 ppm maksimum


b. Konduktivitas = 1 (s/cm )
c. O2 terlarut kurang dari 10 ppm
d. pH : 8,8 – 9,2

Untuk menghilangkan gas-gas terlarut seperti oksigen diperlukan unit


deaerator dengan cara stripping dengan menggunakan steam tekanan rendah dan
diinjeksikan hydrazine ke dalamnya sebagai pengikat gas.

Reaksi yang terjadi: N2H4 + O2 2H2O + N2

Air dapat dianalisa dengan menggunakan tiga cara, yakni :

oIonic
Ion ditunjukan seperti Ca, Mg, Na, HCO SO CI, dan sebagainya.

oKombinasi (combination)
Senyawa seperti CaCO3, CaSO4, MGCO3, dan sebagainya

oKekerasan (hardnees)
Didasarkan pada standar tes sabun yang menyatakan total kekerasan sebagai
CaCO3, kekerasan kalsium sebagai CaCO3, dan sebagainya untuk semua isi.

Bentuk ion adalah yang termudah untuk menjelaskan dan mungkin berubah
menjadi bentuk kombinasi dengan rumus empiris. Bentuk ionic memberikan informasi
dasar yang diperlukan untuk memberikan perhitungan pengolahan. Analisis kekerasan,
meskipun tidak tepat seperti analisi ionic, tetapi dapat dilakukan dengan cepat dan
memberikan bukti yang berguna untuk penanganan yang menunjukan perubahan
kondisi air.

Proses pengelolaan air baku sebagai berikut:

1. Clarifier

57
Raw water dialirkan ke clarifier dengan aliran normal (desingn flow 700 ton per
hari, dengan tekanan 3 Kg/cm2 melalui pipa 14 “). Sebelum memasuki clarifier
raw water di injeksi dengan alum, caustic, dan chorine serta coagulant aid
memalui inlet clarifier. Bahan-bahan kimia ini untuk menangani bermacam mcam
komponen kimia baik organic dan non organic, misalnya CaCO3, K2 CO3, Mg Cl2,
NaCl, Lumpur. Penginjeksian masing-masing bahan kimia tersebut adalah:
a. Alum Al2 ( SO4 )3+6H2O berfungsi sebagai pembentuk flock dari Suspense halus
yang terdapat dalam raw water, reaksinya :
Al2 (SO4)3 + 6H2O ----- 2Al ( OH )3 + 3H2SO4
Dari reaksi itu menyebabkan suasana asam dalam air.
b. Caustic Soda (NaOH), berfungsi untuk menetralkan air sehingga pH nya
berkisar antara 6,8 sampai dengan 7,8 reaksinya :
3H2SO4 + 6NaOH -----3Na2SO4 + 6H2O
c. Chlorine Cl berfunsi untuk mematikan mikro organisme yang ada di dalam air
dan mencegah timbulnya lumut yang dapat menganggu proses.
d. Coagulant Aid berfungsi untuk memperbesar flock yang sudah terbentuk ,
sehingga lebih mudah dan cepat diendapkan.

Pada clarifier terdapat agitator yang berfungsi untuk mengaduk raw water yang masuk
ke clarifier mengakibatkan flock yang terbentuk akan mengendap dan terpisah dari air
bersih. Air yang bersih akan mengalir ke sewer (selokan yang melingkar) dan menuju
ke grafity sandfilter. Sedangkan lumpur (flock) di blowdown melalui pipa – pipa
samping dan bawah menuju ke tangki slury (slury reservoir). Dan dari sini dibuang ke
laut pada waktu-waktu tertentu.

2. Grafity sand filter


Air yang menuju ke grafity sand filter dengan aliran normal 266 ton per jam per
unit grafity sand filter. Grefity sand filter terdiri dari pasir yang berukuran besar
ditempatkan dibagian bawah dan pasir kecil diatasnya. Air dari grafity sand filter
akan ditampung ke dalam 3 tangki penampungan yaitu:
 Portable water tank

58
Pada tangki ini sebelum air masuk diinjeksikan chlorine sebanyak 0,5 ppm
untuk membunuh mikro organism dan air ini dipakai untuk kebutuhan
pabrik.
 Filter water tank
Air pada tangki ini digunakan untuk make up air pendingin (colling water)
di pabrik dan pelarut kimia.
 Recycle water tank
Air akan diproses menjadi air untuk steam (demineralizer water) setelah
dicampur dengan air dari pengolahan kondensate.

3. Pengolahan air demin

Air untuk steam memiliki persyaratan-persayaratan tertentu, karena steam


dipergunakan untuk menggerakkan turbin. Sehingga harus dicegah kemungkinan
adanya reaksi korosif yang dapat menimbulkan kerak pada sudu-sudu turbin
ataupun pengendapan suspensed solid yang masih tersisa. Air yang digunakan
untuk steam disebut air demin yaitu, air yang telah dibebaskan dari ion-ion, tahapan
pengelolaan air demin adalah:

a. Proses activated carbon (A/C Filter)


Air dari recycle water tank dengan tekanan 1.7 Kg/cm2 dan laju air 67 m3/jam,
masuk ke A/C filter turun ke bawah dan terjadi proses absorbsi. Air filter
dimasukan ke a/c filter lewat pada bagian atas filter, selanjutnya di distribusikan ke
dalam filter bed oleh distributor yang ada dibagian atas. Terus dilewatkan ke
activated carbon, akhirnya di tampung melalui distributor bawah yang ada di dasar
filter. Sevice dilakukan secara kontinu sampai waktu tertentu harus dilakukan back
wash.

b. Cation tower

Air dari a/c filter masuk dari atas cation tower, dan mengalami proses dimana
cation-cation yang dikandung akan dikait akan cation exchanger resin yang
reaksinya sebagai berikut:

59
Ca Cl2 Ca
MgCl2+R-SO3H ------- R-SO3 – Mg + HCl
NaCl Na
CaSO4 Ca
MgSO4 + R-SO3H -------- R-SO3 - Mg + H2SO4
Na2SO4 Na

Na2SiO3 + R-SO3H -------- R-SO3 - Na + H2SiO3

Proses ini menghasilkan asam seperti HCl, H2SO4, keasaman bekisar 2,8 s/d 3,5.
c. Degasifier
Setelah melalui cation tower, air menjadi acid soft water. Carbon acid cendrung
menjadi:

H 2 CO 3 -------- H 2 O + CO 2

Jadi degasifier berfungsi untuk menghilangkan CO 2 yang terjadi. Pada degasifier reaksi
diatas berlangsung dengan efek kevakuman 740 mmHg dengan bantuan enjektor.

4. Anion Tower

Pada Anion Tower ini juga berisikan Resin pengganti anion (Anion Exchange Resin),
dimana anion yang lewat dari kation tower akan diikat oleh resin, reaksinya sebagai
berikut :

HCl + R-N-H ---------- R-N-Cl + H 2 O


H 2 SO 4 + R-N-SO -------- R-N- SO4

H 2 SiO3 + R-N-OH --------- R-N- SiO3 + H 2 O

H 2 CO 3 + R-N-OH ---------- R-N- H CO3 + H 2 O

5. Mixed Bed Polisher

60
Pada alat ini terdapat campuran kedua resein diatas, seandainya masih ada kation dan
anion yang lewat, maka akan diserap disini, sehingga yang keluar betul – betul air murni
(air demin). Dimana konduktifiti = 0,3 M Ohm/Cm dan SiO2 = 0,02 ppm disamping
CaCO3. Untuk mengaktifkan kembali mesin, dilakukan pegenerasi resin bed dengan
aliran kebawah. Pada Cation Exchanger dipakai larutan H 2 SO4 1,5 sampai dengan 3%
dimana reaksinya:

Ca Ca SO 4

R- SO3-Mg + H 2 SO4 ------------------ R- SO3-H + Mg SO4

Na Na 2 SO 4

Pada anion exchanger dipakai larutan NaOH 4% dan reaksinya :

Cl NaCl

R-N- SO4 + NaOH ------------------- R-N-OH + Na2 SO4


SiO3 Na2 SiO3

HCO3 NaCO3

Operasi resin ini berlangsung pada suhu 40 derajat Celcius. Air bekas regenerasi ini
ditabung dalam Tangki Netralisasi untuk menetralkan Ph – nya.

Contoh Kasus 1
Sebuah siklus Rankine sederhana ideal bekerja pada temperatur 400 oC dan tekanan 80
bar. Tekanan kondensor 0,1 bar. Aliran massa uap yang masuk ke turbin 100 kg/s.
Hitunglah kerja turbin, kerja pompa, kalor masuk, kalor keluar dan efisiensi siklus. daya
yang dihasilkan turbin dan daya netto siklus.
Jawab

Pertama-tama gambarkan skema siklus Rankine sederhana dan lengkapi dengan data-
data yang ada di dalam soal

61
Gambar  2.31. Siklus rankine
Ditanya : kerja turbin (Wt); Kerja pompa (Wp), kalor masuk (Qin), kalor keluar (Qout),
efisiensi termodinamika (ηth), daya turbin (Pt) dan daya netto siklus (Pnett).
Dari tabel sifat-sifat uap panas lanjut  di dapat :
Entalpi uap masuk ke turbin : h1 = 3139,4 kJ/kg
Entropi uap masuk ke turbin : s1 = 6,3658 kJ/kg.K
Entropi uap keluar turbin sama dengan entropi uap masuk turbin (proses ideal atau
isentropis) sehingga s1  = s2  = 6,3658 kJ/kg.K
Dari tabel uap jenuh, pada tekanan 0,1 bar (10 kPa) didapat :
Entalpi fase uap (hg2) = 2583,9 kJ/kg
Entalpi fase cair (hf2) = 191,81 kJ/kg
Entalpi perubahan fase (hfg2) = 2392,1 kj/kg
Entropi fase uap (sg1) = 8,1488 kJ/kg.K
Entropi fase cair (sf2) = 0,6492 kJ/kg.K
Entropi perubahan fase (sfg2) = 7,4996 kJ/kg.K

Fraksi (kadar) uap (X) dapat dihitung :

Artinya kadar uap yang keluar dari turbin menuju kondensor adalah 76,22 % atau fluida
yang keluar dari turbin 76,22 % uap dan 23.78 % cair. Bagian yang cair ini tidak perlu
lagi diembunkan, tetapi 76,22 % uap ini yang harus dibuang kalornya supaya fasenya
berubah menjadi cair. Maka energi total yang terkandung di dalam 76,22% uap dapat
dihitung :

62
Maka kerja turbin dapat dihitung yaitu :

Daya turbin adalah :

Kalor yang dibuang oleh kondensor :

h2 adalah entalpi uap yang masuk ke kondensor = 2015,07 kJ/kg


h3 adalah entalpi air yang keluar dari kondensor = 191,81 kJ/kg

maka kalor yang dibuang oleh kondensor adalah :

Daya kondensor yang dibutuhkan untuk membuang kalor tersebut adalah :

Kerja pompa dapat dihitung dengan rumus :

v= volume jenis air pada tekanan 0,1 bar = 0,00101 m3/kg


p4 = tekanan air keluar pompa = tekanan boiler (proses ideal tidak ada rugi-rugi
tekanan) maka p4 = p1 = 400 bar = 40 Mpa.
p3 = tekanan air masuk pompa = tekanan air keluar kondensor, untuk proses ideal tidak
ada rugi-rugi tekanan sehingga p3 = 0,1 bar = 10 kPa
maka kerja pompa :

63
Bila aliran massa air yang dipompa 100 kg/s maka daya yang diperlukan oleh pompa
adalah:

Daya netto siklus :

Kalor yang masuk ke sistem (qin) dapat dihitung :

h1 = entalpi uap panas lanjut keluar dari boiler = 3139,4 kJ/kg
h4 = entalpi air keluar pompa yang besarnya = entalpi air masuk pompa + kerja pompa,
maka h4= 191,81 + 40,3899 = 232,1999 kJ/kg

maka kalor yang masuk ke sistem adalah :

Daya yang dihasilkan Boiler :


PB = 2900,2 kJ/kg x 100 kg/s = 290.020 kW = 290,02 MW

Efisiensi termodinamika siklus adalah :

Dari hasil perhitungan dapat dilihat hanya 37,37 % dari daya yang diberikan ke dalam
boiler yang dapat diubah menjadi energi mekanis, sisanya hilang atau dibuang ke alam
melalui kondensor dan ada sebagian kecil yang digunakan untuk mengerakan pompa.

64
Contoh kasus 2

Sebuah sistem pembangkit tenaga uap dengan parameter seperti Gambar 2.31 berikut,

Gambar 2.31 Sistem pembangkit tenaga uap

Dari sistem tersebut dapat digambarkan p-h diagram seperti berikut,

65
Gambar 2.32. p-h diagram

Tentukan
a. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler
b. Daya keluaran turbin (Wturbin)
c. Energi panas yang dibuang melalui kondensor
d. Energi panas yang diserap oleh air
e. Debit alir air yang dibutuhkan dengan selisih temperature 10oC
f. Daya yang dibutuhkan oleh pompa.
g. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler
h. Efisiensi termal.
Penyelesaian

Gambar 2.33. turbin adiabatik

66
1. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler untuk tekanan 10 MPa pada temperature
500oC, dengan debit alir steam 8 Kg/s
Rumus dasar dari persamaan 2.7 yaitu:
q - w = Δh +  ΔEk +  ΔEp
-wturbin = Δh = h2 - h1
wturbin = h1- h2
dimana h1 (lihat tabel A1untuk 10 MPa, 500oC) = 3375 kJ/Kg
h2 (lihat table A3 untuk 20 KPa, 60oC)
h2 = hf+X.hfg = 251,4 kJ/Kg +0,9x2357,6 kJ/Kg
h2= 2373,15 kJ/Kg
wturbin = 3375 kJ/Kg-2373,15 kJ/Kg =1001,85 kJ/Kg
2. Daya keluaran turbin (Wturbin) pada tekanan 10 MPa pada temperature 500oC, dengan
debit alir steam 8 Kg/s.
Wturbin = m x wturbin
Wturbin = 8 Kg/s x 1001,85 kJ/Kg
Wturbin = 8014,8 kJ/s= 8014,8 Kw = 8,015 Mw

Gambar 2.34. kondensor

3. Energi panas yang dibuang melalui kondensor untuk mengubah uap menjadi air
untuk debit alir m = 8 Kg/s yaitu:

Qcondenser = m.q
q = h3 - h2
dimana h2 (dari table A3) = hf+X.hfg = 251,4 kJ/Kg +0,9x2357,6 kJ/Kg
h2 = 2373,15 kJ/Kg
dan h3 (Tabel A3, hf pada 40oC) = 167,5 KJ/Kg

67
maka q = 167,5 KJ/Kg - 2373,15 kJ/Kg = -2205.65 kJ/Kg
sehingga, Qcondenser = 8 Kg/s x -2205.65 kJ/Kg = -17645.2 kJ/s
Qcondenser = -17645.2 kJ/s = -17,645Mw
4. Energi panas yang diserap oleh air untuk mengembunkan uap menjadi air pada
kondensor yaitu:
Qwater = - Qcondenser = -17,645Mw

5. Debit alir air yang dibutuhkan kondensor untuk pendingin dengan selisih temperature
input dan output sebesar ∆T =10oC untuk melepaskan energy panas uap yaitu:
Qwater = mwater x Cwater x ∆T
Cwater (dari Tabel - A5 ) = 4,18 KJ/Kg.K
-17,645Mw = mwater x 4.18 x 10oC
−17645,2 KJ / s
m water = =−422.134 Kg/s
41,8 KJ / Kg

Gambar 2.35. feed water pump


6. Daya yang dibutuhkan oleh pompa untuk memompakan air dari tekanan 20 KPa ke
tekanan 10000 KPa pada suhu 40oC yaitu:
Pada Temperatur 40°C nilai volume spesifik air (v) sebesar 0,001008 m3/kg (lihat
tabel A3)
q – w = ∆h + ∆ke + ∆pe
-w = ∆h = [v ∆P + Cwater∆T]
-w = v ∆P
-w = 0,001008 m3/kg x (10000 KPa - 20 KPa) = 10.05984 KJ/Kg
w = - 10.05984 KJ/Kg
Wpump = m . w
Wpump = 8 Kg/s x -10.05984 KJ/Kg = 80.47872 KJ/s
Wpump = 80,5 KJ/s = 80,5 Kw

68
Gambar 2.36. Boiler

7. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler


q – w = ∆h + ∆ke + ∆pe
q = ∆h = h1 - h4
h1 (Tabel A1 10 MPa, 500oC) = 3375 KJ/Kg
h4 = h3 (Tabel A3= hf pada 40oC) = 167,5 KJ/Kg
q = 3375 KJ/Kg – 167,5 KJ/Kg = 3207,5 KJ/Kg
Q boiler = m x q
Q boiler = 8 Kg/s x 3207,5 KJ/Kg = 25660 KJ/s
Q boiler = 25660 Kw = 25,66 Mw

8. Efisiensi thermal
W turbin −W pompa
ηtermal = ×100 %
Q Boiler
8015 Kw −80,5 Kw
ηtermal = ×100 %
25660 Kw
ηtermal =0.309 ×100 %=31 %

69
Contoh kasus 3
h3(P3, T3), m steam
3

Q boiler Turbin W Turbin


Adiabatic
n

Boiler
h4(P4,T4,X4)
Feed water pump 4
h2 (P2, T2)
2
m water
condenser T =10oC
1 h1 (P1, T1) Q Condenser
W Pump

70
2 BoIler
3

Feed water pump


TurbIn

Kondensor
4
1

Dik : P3 = P2 = 4 MPa = 4000 KPa


T3 = 400oC, msteam = 8 Kg/s
Ditanya:
X4, kerja turbin, Air Kondensor dan efisiensi thermal pada P4 = 5 KPa
Jawab:
P4 = P1 = 5 KPa entalpi (h) pada setiap titik:
 Titik 1 (cair jenuh)
P1 = 5 KPa dari table A-2
4 KPa = 121,4 KJ/Kg
6 KPa = 151.5 KJ/Kg
Harus dilakukan Interpolasi
6-5/6-4 = (151,5 - x)/(151,5-121,4)
½ = 151,5-x/30.08
30.1 = 303– 2x
2x = 273
X = 136.5
h1 = hf = 136.5 KJ/Kg
Harus juga dilakukan interpolasi sehingga didapat,
Vi = vf = 0,001005 m3/Kg

71
 Titik 2 cair tertekan
h2 = h1 + v1(P2-P1) dimana P2 = 4000 KPa
h2 = 136.5 + 0,001005 (4000-5)
h2 = 141,8350 KJ/Kg
 Titik 3 (uap)
P3 = 4 MPa dan T3 = 400oC dari table A-1
h3 = 3213,6 KJ/Kg
S3 = 6,7690 KJ/Kg.K
 Titik 4 (Uap- air)
P4 = 5 KPa dari table A-3
Harus dilakukan interpolasi terlebih dahulu
Sf = 0,4764 KJ/Kg. k
Sfg = 7,9187 KJ/Kg.K
Sg = 8,3951 KJ/Kg.K
hf = 137,82 KJ/Kg
hfg = 2423,7 KJ/Kg
S4 = S3 = 6,769 KJ/Kg.K
a. Menentukan nilai kadar uap (X4)
Karena Sf < S4 < Sg , maka kondisi campuran uap dan air.
S4 = Sf + X4 Sfg
6,769 = 0,4764 + X4 . (7,9187)
X4 = 6,769-0,4764/7,9187 = 0,7947
Sehingga
h4 = hf + X4 . hfg
h4 = 137,82 + 0,7947 (2423,7)
h4 = 2063,8147 KJ/Kg
b. Kerja turbin
Wt = m (h3-h4)
Wt = 8 Kg/s (3213,6−2063,847 ¿ KJ /Kg
Wt = 9198.024 KJ/s = 9,2 MW
c. Panas yang dibuang ke kondensor

72
Q k = h4 - h1
Qk = 2063,8147 KJ/Kg - 137,82 KJ/Kg = 1925.9947 KJ/Kg
Qk = Qwater, artinya panas yang dibuang sama dengan panas yang diserap oleh
air.
Jika perubahan temperature air pendingin masuk dan keluarnya sebesar 10 oC,
dengan nilai C = 4,18 KJ/Kg.K sesuai Tabel A-5 maka:
Qwater = mair . C . ∆T
1925.9947 KJ/Kg = mair . 4,18 KJ/Kg.K. 10oK
m air = 46.076 Kg/s
d. Kerja Pompa FW
Wp = m v (P2 – P1)
Wp = 8 Kg/s . 0,001005 m3/Kg . (4000 - 5)
Wp = 32.1198 KJ/s = 32,12 KW
Atau
Wp = m (h2 – h1)
Wp = 8 Kg/s (141,8350 KJ/Kg – 137,82 KJ/Kg)
Wp = 32.12 KJ/s
e. Panas yang dihasilkan oleh Boiler
Qin = m (h3 – h2)
Qin = 8 Kg/s ( 3213,6−141,835 ) KJ/Kg
Qin = 24574.12 KJ/s
Qin = 24, 57 MW
f. Efisiensi thermal
Qm −Qk
η=
Qm
( h3−h 2) −( h 4−h 1 )
η=
(h ¿ ¿ 3−h2)¿
( 3213,6−141,835 )−( 2063,847−137,82 )
η=
(3213,6−141,835)
𝜂 = 0,3730 = 37,3%

73
Tugas Latihan
1. Sebuah sistem PLTU dengan re-heater seperti pada gambar.

74
Sistem tersebut jika digambarkan ke dalam sebuah diagram tekanan-entalpi (P-h), maka
akan seperti pada diagram di bawah ini.

Tentukan
a. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler
b. Daya keluaran turbin (Wturbin)
c. Energi panas yang dibuang melalui kondensor
d. Energi panas yang diserap oleh air

75
e. Debit alir air yang dibutuhkan dengan selisih temperature 10oC
f. Daya yang dibutuhkan oleh pompa.
g. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler
h. Efisiensi termal.

2. Sebuah sistem PLTU dengan re-heater seperti pada gambar.

Tentukan
a. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler

76
b. Daya keluaran turbin (Wturbin)
c. Energi panas yang dibuang melalui kondensor
d. Energi panas yang diserap oleh air
e. Debit alir air yang dibutuhkan dengan selisih temperature 10oC
f. Daya yang dibutuhkan oleh pompa.
g. Energi panas yang dihasilkan oleh boiler
h. Efisiensi termal.

Rangkuman

BAB 3

77
PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI

3.1. Pendahuluan
Konsep pembangkit tenaga panas bumi (PLTP) pada prinsipnya hampir sama
dengan pembangkit PLTU. Yang membedakan kedua pembangkit ini adalah sumber
panas yang digunakan dalam menghasilkan uap. Jika pada PLTU sumber panas
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar berupa gas, batu bara, dan minyak, tetapi pada
pembangkit panas bumi sumber panas didapat dari panas magma didalam inti bumi
yang menempati rongga batu padat yang didalamnya juga terdapat air dari resapan di
kulit bumi. Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana kerja dari pembangkit panas bumi,
sampai pada daya yang dapat dikonversikan ke dalam bentuk energy mekanik.

3.2. Tujuan Pembelajaran Khusus


8. Mahasiswa dapat menjelaskan konstruksi PLTP dan bagian bagianya.
9. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja PLTP.
10. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja turbin uap.
11. Mahasiswa dapat menghitung kapasitas daya pembangkit daya uap
secara termodinamik.

3.3. Sumber Daya Panas Bumi


Menurut salah satu teori, pada prinsipnya bumi merupakan pecahan yang
terlempar dari matahari. Karenanya, bumi hingga kini masih mempunyai inti panas
sekali yang meleleh. Kegiatan-kegiatan gunumg berapi dibanyak tempat dipermukaan
bumi dipandang sebagai bukti dari teori ini. Magma yang menyebabakan letusan-
letusan vulkanik juga menghasilkan sumber–sumber uap dan air panas pada permukaan
bumi. Dibanyak tempat, air dibawah tanah bersinggungan dengan panas di perut bumi
dan menimbulkan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Ia mengalir kepermukaan sebagai air
panas, lahar panas dan aliran uap.

78
Gambar 3.1. Isi perut bumi

Kita bisa menggunakan tidak hanya hembusan alamiah tetapi dapat membor
hingga bagian dasar uap, atau menyemprotkan air dingin hingga bersinggungan dengan
karang kering yang panas untuk memanaskannya menjadi uap.

Gambar 3.2. Suhu lapisan bumi berdasarkan kedalamannya

Pada dasarnya bumi terdiri dari tiga bagian sebagaimana terlihat pada Gambar
3.1. Bagian paling luar adalah lapisan kulit/kerak bumi (crust). Tebalnya rata-rata 30-40
Km atau lebih didaratan, dan dilaut antara 7 dan 10 Km. Bagian berikutnya dinamakan
mantel, mantel bumi (mantle) merupakan lapisan yang semi-cair atau batuan yang
meleleh atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh tekanan dan

79
temperatur tinggi disekitarnya, yang terdiri atas batu yang dalamnya mencapai kira-kira
3000 Km, dan yang berbatasan dengan inti bumi yang panas sekali. Bagian luar dari inti
bumi (outer core) berbentuk liquid. Inti ini terdiri atas inti cair atau inti meleleh, yang
mencapai 2000 Km. Kemudian lapisan terdalam dari inti bumi (inner core) berwujud
padat. inti keras yang mempunyai garis tengah sekitar 2600 Km.

Berdasarkan Gambar 3.2, panas inti mencapai 5000 0C lebih. Diperkirakan ada
dua sebab mengapa inti bumi itu panas. Pertama disebabkan tekanan yang begitu besar
karena gravitasi bumi mencoba mengkompres atau menekan materi, sehingga bagian
yang tengah menjadi paling terdesak. Sehingga kepadatan bumi menjadi lebih besar
sebelah dalam.

Sebab kedua bahwa bumi mengandung banyak bahan radioaktif seperti


Uranium-238, Uranium-235 dan Thorium-232. Bahan – bahan radioaktif ini
membangkitkan jumlah panas yang tinggi. Panas tersebut dengan sendirinya berusaha
untuk mengalir keluar, akan tetapi ditahan oleh mantel yang mengelilinginya. Menurut
perkiraan rata-rata panas yang mencapai permukaan bumi adalah sebesar 400 kkal/m2
setahun.

Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahkan sumber


uap panas. Panas itu datangnya dari batu-batu yang meleleh atau magma yang
menerima panas dari inti bumi.

Gambar 3.3 memperlihatkan secara skematis terjadinya sumber uap, yang


biasanya disebut fumarole atau geyser serta sumber air panas. Magma yang terletak
didalam lapisan mantel, memanasi lapisan batu padat. Diatas batu padat terletak suatu
lapisan batu berpori, yaitu batu mempunyai banyak lubang kecil. Bila lapisan batu
berpori ini berisi air, yang berasal dari air tanah, atau resapan air hujan, atau resapan air
danau maka air itu turut dipanaskan oleh lapisan batu padat yang panas itu. Bila
panasnya besar, maka terbentuk air panas, bahkan dapat terbentuk uap dalam lapisan
batu berpori. Bila diatas lapisan batu berpori terdapat satu lapisan batu padat, maka
lapisan batu berpori berfungsi sebagai boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan
berusaha keluar. Dalam hal ini keatas, yaitu kearah permukaan bumi.

80
Gambar 3.3 Skema terjadinya sumber air panas dan sumber uap

Gejala panas bumi pada umumnya tampak dipermukaan bumi berupa mata air panas,
fumarola, geyser dan sulfatora. Dengan jalan pengeboran, uap alam yang bersuhu dan
tekanan tinggi dapat diambil dari dalam bumi dan dialirkan ke turbin yang selanjutnya
menghasilkan putaran.

3.4. Gradien Geothermal


Secara universal, setiap penurunan 1 km kedalaman ke perut bumi temperatur
naik sebesar 25 - 30ºC. Atau setiap kedalaman bertambah 100 meter temperatur naik
sekitar 2,5 sampai 3ºC. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batuan akan makin
tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27ºC maka untuk kedalaman 100 meter
suhu bias mencapai sekitar 29,5ºC. Untuk kedalaman 1 km suhu batuan dapat mencapai
52-60ºC. Pertambahan panas tersebut dikenal sebagai gradien geotermal. Untuk tempat-
tempat tertentu di sekitar daerah volkanik gradien geotermal dapat lebih besar lagi.
Variasinya 1 - 25°C / 100m.

Di dalam kulit bumi ada kalanya aliran air dekat sekali dengan batuan panas
dengan suhu bisa mencapai 148ºC. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena tidak
ada kontak dengan udara. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi melalui
celah atau terjadi rekahan di kulit bumi, maka muncul air panas yang biasa disebut
dengan hot spring. Air panas alam ini biasa dimanfaatkan sebagai kolam air panas, dan
banyak pula yang sekaligus menjadi tempat wisata. Mata air panas di Indonesia tak

81
terhitung jumlahnya.Karena diperlukan kondisi tertentu agar supaya magma dapat
berada di dekat permukaan bumi sehingga memungkinkan untuk memanaskan batuan
dan air tanah di dalam reservoir, maka di permukaan bumi hanya sedikit tempat yang
mempunyai potensi panas bumi. Terutama yang berada di area Pacific Rim atau dikenal
juga sebagai ring of fire yaitu gugusan gunung berapi di kepulauan maupun pinggir
benua yang membentang melingkari Samudra Pasifik. Pada lokasi-lokasi tersebut
rekahan-rekahan dalam tubuh batuan di kulit bumi jauh di bawah permukaan memberi
jalan bagi magma untuk mengalir naik menuju posisi yang cukup dekat dengan
permukaan tanah sehingga mampu memanaskan air tanah yang mengalir kebawah dan
menempati lapisan batuan yang berdekatan dengan magma tersebut.

3.5. Potensi Panas Bumi di Indonesia


Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya panas bumi
yang terbesar di Indonesia. Potensi panas bumi di Jawa Barat mencapai 5411 MW atau
20% dari total potensi yang dimiliki Indonesia. Sebagian potensi panas bumi tersebut
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, seperti :

 PLTP Kamojang didekata Garut, memiliki 3 unit dengan kapasitas total 140
MW. Potensi yang masih dapat dikembangkan sekitar 60 MW.
 PLTP Darajat, 60 Km sebelah tenggara Bandung dengan Kapasitas 55 MW.
 PLTP Gunung Salak di Sukabumi, terdiri dari 6 unit dengan kapasitas total
330 MW.
 PLTP Wayang Windu di Panggalengan dengan Kapasitas 110 MW.
Walaupun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hanya mengolah
sumber panas yang tersimpan di reservoir perut bumi, bukan berarti tidak memerlukan
biaya. Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong
berteknologi dan berisiko tinggi.

Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per
kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas 1 MW, diperlukan investasi US$
1.500-2.500 per kW. Karakter produksi dan kualitas produksi akan berbeda dari satu
area ke area yang lain. Penurunan produksi yang cepat, merupakan karakter produksi
yang harus ditanggung oleh pengusaha atau pengembang, ditambah kualitas produksi

82
yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak masalah di pembangkit. Misalnya,
kandungan gas yang tinggi mengakibatkan investasi lebih besar. Dalam pembangkitan
listrik, harga jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terlalu murah sehingga tak
sebanding dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP). Dalam hat ini, PLN tidak bisa disalahkan karena tarif dasar listrik yang
ditetapkan pemerintah masih di bawah harga komersial, yaitu tujuh sen dollar AS per
kWh.

3.6. Konservasi Energi Panas Bumi


Langkah awal dalam mempersiapkan konservasi energi panas bumi yang
pertama yaitu studi tentang sistem panas bumi terutama karaktersitik sumber panas
bumi. Kita mulai dari dapur magma. magma sebagai sumber panas akan menyalurkan
panas yang cukup signifikan ke dalam batuan-batuan pembentuk kerak bumi. makin
besar ukuran dapur magma, tentu akan makin besar sumber daya panasnya dan semakin
ekonomis untuk dikembangkan.

Selanjutnya adalah kondisi Hidrologi, kita tahu bahwa yang dimanfaatkan pada
pembangkit listrik adalah uap air dari panas bumi dengan suhu dan tekanan tertentu.
sehingga kondisi hidrologi merupakan salah satu faktor penentu dalam hal ketersedian
air. Sumber pemasok air harus diperhatikan dalam pengembangan energi panas bumi,
biasanya sumber pemasok berasal dari air tanah, air connate, air laut, air danau, es atau
air hujan.

Kemudian yang perlu diperhatikan juga adalah volume batuan dibawah permukaan
bumi yang mempunyai cukup porositas dan permeabilitas untuk meloloskan fluida
sumber energi panas bumi yang terperangkap didalamnya, yang sering disebut sebagai
Reservoir, dan Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu:

 Reservoir yang bersuhu rendah (<150ºC)


 Reservoir yang bersuhu tinggi (>150ºC).
Yang dapat digunakan untuk sumber pembangkit tenaga listrik dan dikomersialkan
adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi,

83
sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan
suhunya melebihi 50ºC.

Pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah
yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 0F (50 s/d 250 0C). Bandingkan dengan pembangkit
pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 10220 0F atau 5500 0C.

Selain hal-hal diatas, kita juga harus memperhitungkan umur panas bumi,
walaupun termasuk energi terbarukan, namun bukan berarti panas bumi memiliki umur
tidak terbatas, sehingga perhitungan umur panas bumi juga merupakan hal yang sangat
penting terutama dalam hitungan keekonomiannya.

3.7. Prinsip kerja PLTP


Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah Pembangkit Listrik (Power
generator) yang menggunakan Panas bumi (Geothermal) sebagai energi penggeraknya.

Gambar 3.4 Virtualisasi pabrik

Prinsip kerja pembangkit listik tenaga panas bumi secara singkat adalah sbb: Air
panas yang berasal dari steam sumur uap akan disalurkan ke Steam receiving header,
kemudian oleh separator air dengan uap dipisahkan, kemudian uap akan digunakan

84
untuk menggerakkan turbin uap sehingga dihasilkan listrik. Prinsip kerja secara detail
dapat dijelaskan seperti berikut:

Gambar 3.5. uap air di sela batu padat


Kondisi serapan air di kedalaman inti bumi yang terpanaskan oleh mahma di dalam
tanah sebagai sumber uap geothermal.

Gambar 3.6. Pemasangan pipa ke dalam tanah


Lokasi tersebut dibor mencapai kedalaman 5000 s/d 10000 ft dibawah permukaan tanah.

85
Gamnbar 3.7. Pengambilan uap panas dalam tanah
Pipa dimasukkan ke dalam tanah yang dibor untuk mengalirkan fluida super panas
(superheated fluid), kemudian uap dan air naik keatas melalui pipa yang dipasangkan
kedalam tanah tersebut.

Gambar 3.8. Pengaliran uap panas ke separator


Kemudian air/lumpur dan uap di tampung pada 3 tempat yaitu separator steam drum
dan vessel steam drum. Separator steam drum untuk tekanan tinggi, sedangkan vessel
steam drum untuk tekanan sedang dan rendah.

86
Gambar 3.9. Pemisahan campuran uap dengan lumpur di separator
Air/lumpur dan steam masuk ke separator steam drum untuk menurunkan tekanan fluid
superheater, separator ini prinsipnya memisahkan air/lumpur dengan uap yang memiliki
tekanan tinggi.

Gambar 3.10. pemisahan uap dengan lumpur panas di vessel drum


Air/lumpur dan uap dari separator steam drum ini selanjutnya dilairkan kembali ke
vessel steam drum pertama untuk memisahkan kembali antara uap dan air/lumpur untuk
mendapatkan uap tekanan standar.

87
Gambar 3.11. Pengaliran uap ke turbin

Selanjutnya air/lumpur dan uap dari vessel steam drum pertama dialirkan kembali ke
vessel steam drum kedua untuk mendapatkan uap tekanan rendah.
Sisa Air/lumpur panas dari ketiga steam drum dialirkan ke reactor clarifier sistem
menjadi air/lumpur yang dingin.

Gambar 3.12. Reactor clarifier

Semua hasil steam tekanan tinggi, steam tekanan standard, dan steam tekanan rendah
dialirkan ke turbin untuk menghasilkan energy mekanik berupa putaran dengan daya
yang besar.

88
Gambar 3.13. Turbin PLTP

Turbin adalah mesin penggerak, energi fluida dipergunakan langsung untuk


memutar roda turbin. Bagian turbin yang berputar dinamakan rotor atau roda turbin,
sedangkan bagian yang diam disebut stator atau rumah turbin, roda turbin terletak di
dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang dikoplingkan dengan
generator. Siklus ideal suatu turbin uap yang sederhana digunakan siklus Rankine.

Turbin uap menghasilkan putaran karena aliran uap yang tetap masuk ke nozzle dan
ditekankan dengan tekanan rendah. Uap tersebut masuk ke steam jet, disini kecepatan
uap dinaikan, sebagian dari energi kinetik dari uap tersebut dikirim ke sudu-sudu turbin
yang mengakibatkan terdorongnya sudu-sudu turbin untuk berputar. Besar dan kecilnya
beban sangat berpengaruh sekali terhadap uap yang akan dihasilkan, bila beban cukup
tinggi, maka jumlah uap yang dibutuhkan juga besar dan sebaliknya.

Gambar 3.14. Sistem Kondensor

89
Sisa uap yang keluar dari turbin selanjutnya masuk ke kondensor untuk diubah menjadi
air kemudian dilairkan ke cooling tower untuk di dinginkan.

Gambar 3.15. Injeksi air ke dalam tanah

Air dari cooling tower dan air dari reactor clarifier sistem menjadi satu dan untuk
dialirkan kembali ke geothermal reservoir di dalam tanah.

3.8. Teknologi PLTP


Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas
bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat
dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi
menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.
Apabila fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa
(fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida.
Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap
akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang
kemudian dialirkan ke turbin.

Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah diterapkan di
lapangan, diantaranya:

1. Direct Dry Steam

90
2. Separated Steam
3. Single Flash Steam
4. Double Flash Steam
5. Binary cycle Steam

Metoda yang digunakan untuk menentukan besarnya daya listrik yang dapat
dibangkitkan oleh turbin uap yaitu, dengan metoda yang sama digunakan untuk
menentukan konsumsi uap apabila kapasitas PLTP-nya telah diketahui/ ditentukan.

3.9. Uap Kering (Direct dry steam)


Sistem konversi fluida uap kering merupakan sistem konversi yang paling
sederhana dan paling murah. Uap kering langsung dialirkan menuju turbin kemudian
setelah dimanfaatkan, uap dapat dibuang ke atmosfir (turbin atmospheric exhaust
turbine atau dialirkan ke kondensor (condensing turbine). Teknologi ini bekerja pada
suhu uap reservoir yang sangat panas (>235 derajat celcius), dan air yang tersedia di
reservoir amat sedikit jumlahnya. Seperti terlihat digambar, cara kerja nya adalah uap
dari sumber panas bumi langsung masuk ke turbin melalui pipa. kemudian turbin akan
memutar generator untuk menghasil listrik. Teknologi ini merupakan teknologi yang
tertua yang telah digunakan pada Lardarello, Italia pada tahun 1904. Jenis ini adalah
cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas yang tinggi. Contoh jenis
ini di Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP Dieng 1 x 2000 kW

Gambar 3.16. Dry Steam Power Plant

91
Bilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, dapat dipergunakan PLTP jenis
condensing, dan dipergunakan kondensor dengan kelengkapan nya seperti menara
pendingin dan pompa, Tipe ini adalah sesuai untuk kapasitas lebih besar. Contoh adalah
PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP Drajad 1 x 55 MW.

Gambar 3.17. Skema Diagram Siklus Uap Kering

Gambar 3.18. Diagram T - S Untuk Sistem Konversi Uap Kering


Pada Gambar 3.17 dan Gambar 3.18, titik 1 fasa fluida panas bumi berupa uap
sedangkan pada titik 2 fluida berupa dua fasa. Proses yang dijalani fluida dari titik 1 ke
titik 2 dianggap proses isentropik sehingga entropi pada titik 1 sama dengan entropi
pada titik 2, sehingga:

S1 = S2…………………………………………..(3.1)

S1 = Sf2 + X2 . Sfg2…………………………………..(3.2)

92
Untuk harga tekanan atau temperatur yang ditentukan, harga-harga entropi dan entalpi
bisa didapat dari tabel uap. Sehingga dari persamaan (3.2) didapat harga x (fraksi uap)
untuk kondisi tekanan atau temperatur pada outlet turbin. Dengan memanfaatkan harga
fraksi uap tersebut, didapat entalpi pada outlet turbin :

h2 = hf2 + X2 . hfg2…………………………………...(3.3)

Daya turbin kemudian bisa dihitung dengan menggunakan persamaan

W = 𝜂 m (h1 - h2) ………………………………………..(3.4)

dimana 𝜂 adalah efisiensi turbin.

3.10. Siklus Uap Pemisahan (Separated Steam Cycle)


Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua
fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada
fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga
fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator
inilah yang kemudian dipakai pada perhitungan daya turbin. Oleh karena itu, sistem
konversi energi ini dinamakan Siklus Uap Hasil Pemisahan (Gambar 3.5 dan Gambar
3.6). Siklus ini banyak digunakan pada reservoir panas bumi dominasi air.

Gambar 3.19. Skema Diagram Siklus Uap Hasil Pemisahan

93
Gambar 3.20. Diagram T - S Sistem Konversi separator

Pada titik 1 fluida panas bumi berupa campuran dua fasa. Sebelum memasuki turbin
fluida menjalani proses isentalpik dari titik 1 ke titik 2. Pada kepala sumur diketahui
laju alir massa fraksi uap fluida (kualitas uap pada kepala sumur). Pada titik 2 fluida
masuk ke separator, sehingga:

h1 = hf1 + X . hfg…………………………………..(3.5)

h2 = h1 = hf2 + X2 hfg2……………………………....(3.6)

Dari persamaan (3.5) didapat fraksi uap yang masuk ke separator, sedangkan fraksi
airnya dibuang. Pada tekanan dan temperatur inlet turbin ini diketahui entalpi dan
entropi fluida dari tabel uap. Entropi pada titik 4 dan titik 5 (inlet dan outlet turbin)
dianggap sama (proses yang terjadi di dalam turbin isentropik), sehingga :

S5 = S4 = Sf5 + X Sfg5………………………………...(3.7)

maka fraksi uap yang keluar dari turbin dapat diketahui. Harga fraksi uap ini digunakan
untuk menghitung entalpi outlet turbin.

S5 = Sf5 + X Sfg5…………………..………………...(3.8)

Daya turbin bisa dihitung dengan menggunakan persamaan

W = 𝜂 m X2(h4 - h5) …………………..………………...(3.9)

94
Perhitungan daya turbin pada sistem ini hampir sama dengan perhitungan pada Siklus
Penguapan Tunggal, perbedaannya hanya terletak pada penentuan kondisi awal dari
fluida. Pada titik 1 fluida berupa campuran dua fasa (fasa cair dan fasa uap), sehingga
entalpi fluida sama dengan jumlah entalpi kedua fasa tersebut. Selanjutnya, prosedur
penentuan daya turbin sama dengan prosedur perhitungan pada Siklus Penguapan
Tunggal.

3.11. Flash steam


Teknologi ini bekerja pada suhu diatas 1820C pada reservoir, cara kerjanya
adalah Bilamana lapangan menghasilkan terutama air panas, perlu dipakai suatu
separator yang memisahkan air dan uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam tangki
yang bertekanan lebih rendah sehingga cairan tersebut menguap dengan cepat menjadi
uap yang memutar turbin dan generator akan menghasilkan listrik. Air panas yang tidak
menjadi uap akan dikembalikan ke reservoir melalui injection wells. Contoh ini adalah
PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.

Gambar 3.21. Flash Steam Power Plant

3.11.1. Siklus Penguapan Tunggal (Single Flash Cycle)


Fluida reservoir dalam perjalanannya menuju ke permukaan mengalami
penurunan temperatur sejalan dengan terbentuknya uap dari fasa liquid yang ada.
Asumsi yang dipakai pada kondisi tersebut ialah bahwa proses yang dialami fluida saat
mengalir ke permukaan adalah isenthalpik dengan kesetimbangan termodinamika yang
tetap terjaga. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi kehilangan panas dari sistem ke

95
lingkungan dan penurunan temperatur yang terjadi adalah akibat dipakainya sebagian
panas laten yang ada untuk merubah fasa air menjadi fasa uap.

Salah satu hal yang memungkinkan terjadinya proses penguapan tersebut adalah dengan
dipasangnya slotted liner pada zona produksi reservoir tersebut. Slotted liner
mempunyai lubang-lubang yang memungkinkan throttling process, dimana selama
proses tersebut terjadi enthalpi dari sistem dianggap konstan. 

Siklus Penguapan Tunggal digunakan untuk memanfaatkan energi panas dari fluida ini
karena fluida muncul di permukaan sebagai cairan terkompresi atau fluida jenuh
(saturated fluid). Energi yang terkandung dalam fluida tersebut dimanfaatkan dengan
mengalirkannya ke dalam suatu alat penguap (flasher) yang beroperasi pada tekanan
yang lebih rendah daripada tekanan uap kering yang masuk ke turbin. Secara ideal,
energi yang maksimum dapat dihasilkan dari air panas tersebut bila temperatur alat
penguap berada di antara temperatur air panas dan temperatur kondenser yang dipakai.
Temperatur optimum didapat dari temperatur rata-rata antara temperatur saturasi pada
kondisi kepala sumur dan temperatur saturasi pada kondisi outlet turbin (kondenser).

Pada Gambar 3.10 dan Gambar 3.11 terlihat proses yang dialami fluida reservoir sampai
diinjeksikan kembali ke reservoir. Dari reservoir (1) fluida-dalam hal ini saturated
liquid-yang diproduksi ke permukaan mengalami penurunan temperatur yang
menyebabkan sebagian kecil fasa cair mengalami perubahan fasa menjadi uap. Sebelum
memasuki turbin fluida menjalani proses dari titik 1 ke titik 2 yang merupakan proses
isentalpik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada titik 2 fluida masuk ke bejana
flasher, sehingga:

h1 = h2 = hf2 + X2 hfg2.................................................(3.10)

Dari persamaan (3.10) didapat fraksi uap yang masuk ke bejana flasher, sedangkan
fraksi airnya dibuang. 

Uap yang dihasilkan oleh penguapan pada bejana flasher kemudian dialirkan menuju
turbin (4), sedangkan fraksi cair yang tersisa diinjeksikan kembali ke dalam sumur
injeksi (3) atau mengalami proses flash kembali untuk menghasilkan uap bertekanan

96
rendah untuk dialirkan pada turbin tekanan rendah pada sistem double flash. Hal ini
tidak dibicarakan lebih lanjut.

Fraksi uap yang keluar dari bejana flasher inilah yang kemudian menghasilkan listrik
dari perubahan entalpi yang terjadi di dalam turbin (antara titik 4 -5). Bila turbin ideal,
maka ekspansi uap akan terjadi secara isentropis. Bila temperatur optimum proses flash
dapat diketahui maka tekanan flash yang bersesuaian dapat ditentukan.

 
Gambar 3.22. Skema Diagram Siklus Penguapan Tunggal

Gambar 3.23. Diagram T - S Untuk Siklus Penguapan Tunggal

Pada tekanan dan temperatur inlet turbin diketahui entalpi dan entropi fluida dari tabel
uap. Entropi pada titik 4 dan titik 5 (inlet dan outlet turbin) dianggap sama (proses yang
terjadi di dalam turbin isentropik), sehingga :

S5 = S4 = Sf5+ X5 Sfg5…………………………………..(3.11)

maka fraksi uap yang keluar dari turbin dapat diketahui. Harga fraksi uap ini digunakan
untuk menghitung entalpi outlet turbin.

S5 = Sf5+ X5 Sfg5………………………………………..(3.11)

97
Daya turbin bisa dihitung dengan menggunakan persamaan

W = 𝜂 m X2 (h4 – h5) ……………………………………...(3.12)

X2 merupakan fraksi uap yang dihasilkan oleh flasher yang dialirkan ke turbin,
sedangkan sisanya (1 - X 2) dibuang. h4 adalah entalpi pada inlet turbin yang sama
dengan tekanan penguapan (tekanan flasher) karena diasumsikan fluida tidak
mengalami kehilangan tekanan selama perjalanannya menuju turbin, sedangkan h5
adalah entalpi pada tekanan kondenser.

3.11.2. Double Flash Steam


Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan flasher dan
digunakan komposisi 2 turbin, HP-turbine dan LP-turbine yang disusun tandem (ganda),
lihat Gambar 3.12. Contoh lapangan yang menggunakan sistem konversi seperti ini
adalah Hatchobaru (Jepang), dan Krafla (Iceland).

Gambar 3.24. Sistem Konversi Energi Siklus Double Flash

3.12. Perhitungan Sistem Double Flash

Perhitungan daya listrik untuk sistem double flash dapat dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut :

1) Buat diagram T-S (temperatur vs. enthalpy) seperti diperlihatkan pada Gambar 3.14.
2) Pada titik 1 ke titik 2, adalah proses dari wellhead ke separator. Kondisi fluida dua
fasa, proses yang terjadi adalah isentalpic, yaitu h well head = h separator.

98
hwell head = hfg = enthalpy pada tekanan di kepala sumur (h1). Karena enthalpy
separator (h2) sama dengan enthalpy kepala sumur (h1), sedangkan sedangkan enthalpy
fluida separator = hf2, dan enthalpy dua fasa separator = hfg2, maka jumlah fraksi uap
(X2) dari separator yang masuk ke HP-tubine besarnya adalah :

h 2−h f 2
X2= … … … … … … … … . … … … … … ...(3.13)
S fg 2

sehingga jumlah massa uap (mv1) yang masuk ke dalam HP-turbin sebesar :

mv1 = mT x X2……………………………………...(3.14)

dan jumlah air yang masuk ke flasher (mw2) adalah :

mw1 = mT . (1 – X2) ………………………………...(3.15)

3) Proses dari titik 2 ke titik 4 adalah dari separator ke inlet turbin. Prosesnya adalah
isentalpic, yaitu entalphy uap di separator (h2) sama dengan enthalpy uap di turbin (h4).
Sedangkan harga entropy pada titik 4 adalah entropy uap di condensor (S 4), besarnya
sama dengan entropy separator (S2),

S 4 −S fcondensor
X 4= ................................................(3.16)
S fg Condensor

sedangkan :

h4 = hf condenser – X4.hfgcondensor……………….……………..(3.17)

4) Maka Daya listrik pada HP-turbine adalah sebesar :

ηmv 1 ( h4 −h2 )
Daya1= ( KW )… … … … … … … (3.18)
3,6

5) Dari titik 2 ke titik 3a (dari separator ke inlet flasher), harga enthalpy pada inlet
flasher adalah sama dengan harga enthalpy air dari separator, maka h 3a = hf separator.
Prosesnya adalah isenthalpic maka enthalpy h3 (enthalpy di dalam flasher) = h3a. Dengan
demikian fraksi uap dari flasher dapat dihitung sebagai berikut 

99
h3−h fflasher
X3= … … … … … … … … … … … … ...(3.19)
S fg flasher

6) Jumlah uap yang menuju LP-turbine dapat dihitung sebagai berikut :

mv2 = X3 x mw1…………………………………….(3.20)

mv2 = X3 x (1-X2) x mw1…………………………………….(3.21)

7) Harga temperatur flasher dapat dihitung dengan persamaan :

( T separator – T condenser )
T flasher= +T condensor … … … … … … … .(3.22)
2

Atau

T flasher=T separator − (T separator – T condenser


2 ) … … … … … … … .(3.23)

8) Besarnya enthalpy uap yang masuk inlet LP-turbin adalah sama dengan enthalpy uap
flasher: 

H5 = hg flasher

S5 = Sg flasher

maka fraksi uap yang masuk ke condensor (X8) adalah :

S 5−S f condensor
X g= … … … … … … . … … … .(3.24)
S fg condensor

sedangkan enthalpy pada condensor :

hg = hf cond – Xg hfg cond…………………………………….(3.25)

9) Maka Daya II, yaitu daya listrik yang dihasilkan dari LP-turbine yaitu sebesar :

ηmv 2 ( h g−h5 )
Daya2= ( KW ) … … … … … … …(3.26)
3,6

10) Jadi total daya listrik dari HP-turbine dan LP-turbine adalah :

100
Daya total = Daya 1 + daya 2…………………………………….(3.27)

3.13. Binary cycle


Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107-1820C.
Cara kerjanya adalah uap panas di alirkan ke salah satu pipa di heat exchanger untuk
menguapkan cairan di pipa lainnya yang disebut pipa kerja. Pipa kerja adalah pipa yang
langsung terhubung ke turbin, uap ini akan menggerakan turbin yang telah dihubungkan
ke generator. dan hasilnya adalah energi listrik. Cairan di pipa kerja memakai cairan
yang memiliki titik didih yang rendah seperti Iso-butana atau Iso-pentana.

Gambar 3.26 Binary Steam Power Plant

Gambar 3.27. Double Binary cycle dan kurva T-S


Keuntungan teknologi binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber
panas bumi bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. karena
alasan tersebut teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai dimasa depan.
Sedangkan teknologi 1 dan 2 diatas menghasilkan emisi carbondioksida, nitritoksida

101
dan sulfur, namun 50x lebih rendah dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit
minyak.
Transfer panas ke bentuk kerja sama dengan panas yang hilang dari fluida
geothermal, persamaan keseimbangan energy yaitu
mgf (hs1 - hs3) = mwf (h3 - h1)……………………………. (3.28)
dimana
mgf = debit alir fluida geothermal
mwf = debit alir fluida kerja
h = enthalpies
Jika kapasiatas panas geothermal diketahui, maka persamaan energy terhadap
perubahan entalphies dan perubahan temperature yaitu:
mgf Cpgf (Ts1 - Ts3) = mwf (h3 - h1)……………………………. (3.29)
dimana
Cpgf = panas spesifik geothermal
T = temperature spesifik
Pada preheater and evaporator dapat dianalisa dengan persamaan berikut,

Kerja turbin terhadap perubahan enthalpy yang dikalikan dengan debit alir yang masuk
ke turbin yaitu,
WT = mwf (h3 – h4) = mwf t (h3 – h4s)
Dimana WT = kerja turbin
𝜂t = efisiensi isentropic turbin
Transfer panas pada condenser antara kerja fluida dan pendingin yaitu,

Besar energy panas yang dikeluarkan dari kondensor,

Dimana CP-CF = panas spesifik fluida pendingin


Contoh kasus 1:

102
Sebuah sistem pembangkit PLTP dari suhu 120oC menjadi 80oC dengan debit alir uap m
= 150 Kg/s. Kondensor sistem pendingin dengan ∆T = 10oC.

Gambar 3.28 PLTP sistem Separated Steam Cycle

Tentukan

a. Energy mekanik yang di hasilkan


b. Debit alir air pendingin
c. Efisiensi thermal
Penyelesaian

a. Energi panas yang diberikan ke turbin


W = m. C. ∆T
W = 150 Kg/s. 4,212 KJ/Kg.co. 40co
W = 25272 KJ/s = 25,3 MW
b. Daya turbin
WT = mwf (h3 – h4)

c. Debit alir air yang dibutuhkan kondensor untuk pendingin dengan selisih
temperature input dan output sebesar ∆T =10oC untuk melepaskan energy panas
uap 19529 Kw yaitu:
Qwater = mwater x Cwater x ∆T
Cwater (dari Tabel - A5 ) = 4,18 KJ/Kg.Co
19529Kw = mwater x 4.212 x 10oC

103
−19529 KJ /s
m water = =−463.65 Kg/s
42,12 KJ / Kg
d. Efisiensi thermal
T amb
η=1−
T s −T r

( ( ))
ln
Ts
Tr

283
η=1− =0,2406=24,06 %
120−80
120+ 273
ln (80+273 )
W rev
η= =¿
Q¿

Contoh kasus 2.

Sebuah sistem pembangkit PLTP dari suhu 120oC menjadi 40oC dengan debit alir uap m
= 150 Kg/s. Kondensor sistem pendingin dengan ∆T = 10oC.

Gambar 3.28 PLTP sistem Separated Steam Cycle

Tentukan

a. Energy mekanik yang di hasilkan


b. Debit alir air pendingin
Penyelesaian

104
Energi panas yang diberikan ke turbin

W = m. C. ∆T
W = 150 Kg/s. 4.212 KJ/Kg.Ko. 80Ko
W = 50160 KJ/s = 50,2 MW

Debit alir air yang dibutuhkan kondensor untuk pendingin dengan selisih temperature
input dan output sebesar ∆T =10oC untuk melepaskan energy panas uap 50160 Kw
yaitu:

Qwater = mwater x Cwater x ∆T


Cwater (dari Tabel - A5 ) = 4,18 KJ/Kg.Co
50160Kw = mwater x 4.18 x 10oC
−50160 KJ /s
m water = =−1200 Kg/ s
41,8 KJ / Kg

Contoh kasus 3
h3(P3, T3), m steam
3

W Turbin
h1 (P1, T1) Turbin
SEPARATOR Adiabatic
1 n

h4 (P4,T4,X4)
4
2 h2 (P2, T2)
m water
condenser T =10oC
Q Condenser

5 h5 (P5, T5)
W Pump

Dik : P3 = 4 MPa = 4000 KPa


T3 = 400oC, msteam = 8 Kg/s

105
Ditanya:
X4, kerja turbin, Air Kondensor dan efisiensi thermal pada P4 = 5 KPa
Jawab:
 Titik 1 dan 3 (uap)
P3 = 4 MPa dan T3 = 400oC dari table A-1
h3 = 3213,6 KJ/Kg
S3 = 6,7690 KJ/Kg.K
 Titik 4 (Uap- air)
P4 = 5 KPa dari table A-3
Harus dilakukan interpolasi terlebih dahulu
Sf = 0,4764 KJ/Kg. k
Sfg = 7,9187 KJ/Kg.K
Sg = 8,3951 KJ/Kg.K
hf = 137,82 KJ/Kg
hfg = 2423,7 KJ/Kg
S4 = S3 = 6,769 KJ/Kg.K
 Titik 5 (cair jenuh)
P5 = 5 KPa dari table A-2
4 KPa = 121,4 KJ/Kg
6 KPa = 151.5 KJ/Kg
Harus dilakukan Interpolasi
6-5/6-4 = (151,5 - x)/(151,5-121,4)
½ = (151,5 - x)/30.08
30.1 = 303– 2x
2x = 273
x = 136.5
h5 = hf = 136.5 KJ/Kg
Harus juga dilakukan interpolasi sehingga didapat,
V5 = vf = 0,001005 m3/Kg
g. Menentukan nilai kadar uap (X4)
Karena Sf < S4 < Sg , maka kondisi campuran uap dan air.

106
S4 = Sf + X4 Sfg
6,769 = 0,4764 + X4 . (7,9187)
X4 = 6,769-0,4764/7,9187 = 0,7947
Sehingga
h4 = hf + X4 . hfg
h4 = 137,82 + 0,7947 (2423,7)
h4 = 2063,8147 KJ/Kg
h. Kerja turbin
Wt = m (h3-h4)
Wt = 8 Kg/s (3213,6−2063,847 ¿ KJ /Kg
Wt = 9198.024 KJ/s = 9,2 MW
i. Panas yang dibuang ke kondensor
qk = h4 – h5
qk = 2063,8147 KJ/Kg - 136.5 KJ/Kg = 1925.9947 KJ/Kg
qk = Qwater, artinya panas yang dibuang sama dengan panas diserap oleh air.
Jika perubahan temperature air pendingin masuk dan keluarnya sebesar 10 oC,
dengan nilai C = 4,18 KJ/Kg.K sesuai Tabel A-5 maka:
Qwater = mair . C . ∆T
1925.9947 KJ/Kg = mair . 4,18 KJ/Kg.K. 10oK
m air = 46.076 Kg/s
j. Panas yang dihasilkan oleh sumber panas bumi
P3 = 4 MPa dan T3 = 400oC dari table A-1
h3 = 3213,6 KJ/Kg
S3 = 6,7690 KJ/Kg.K
Qin = Q3 = m . h3
Qin = Q3 = 8 Kg/s . 3213,6 KJ/Kg = 25708.8 KJ/s
Qin = Q3 = 25,71 MW
k. Efisiensi thermal
Q¿ −Q T
η=
Q¿
25708.8 KJ / s−9198.024 KJ /s
η=
25708.8 KJ / s

107
𝜂 = 0,642 = 64,2%

Tugas-tugas

1. Sumur-sumur di lapangan panas bumi Kamojang umumnya menghasilkan uap jenuh


(saturated steam). Kapasitas listrik terpasang total di PLTP Kamojang adalah 140
MWe.
- Tekanan masuk turbin   = 5.5 barg
- Tekanan condensor =    0.071 barg
- Efisiensi turbin  =             80 %
a. Gambarkan secara skematis aliran fluida dan fasilitas produksi di lapangan
kamojang, mulai dari reservoir hingga ke PLTP dan sumur injeksi.
b. Sebutkan kegunaan dari masing-masing fasilitas produksi yang saudara gambar !
c. Gambarkan siklus konversi energi dalam diagram T-S dan berikan
keterangannya. Sebutkan asumsi yang saudara gunakan.
d. Berapakah banyaknya uap yang dibutuhkan (dalam ton/jam) untuk
menghasilkan listrik 140 MWe, apabila tekanan masuk turbin dan tekanan
kondensor pada unit pembangkit listrik lainnya sama dengan yang disebutkan
diatas.
e. Berapa jumlah sumur yang harud diproduksikan apabila produksi uap persumur
adalah 40 ton/jam.

2. Kapasitas listrik terpasang total di PLTP Gunung Salak adalah 330 MWe, yang
terdiri dari 6 unit dengan kapasitasnya masing-masing 5 MWe.
- Tekanan masuk turbin   = 5 barg
- Tekanan condensor        = 0.071 bara
- Efisiensi turbin  = 90 %
a. Gambarkan secara skematis aliran fluida dan fasilitas produksi di lapangan
Awibengkok-Gunung Salak, mulai dari reservoir hingga ke PLTP dan sumur
injeksi.

108
b. Gambarkan siklus konversi energi dalam diagram T-S dan berikan
keterangannya.
c. Berapakah banyaknya uap yang dibutuhkan (dalam ton/jam) untuk
menghasilkan listrik 330 MWe, apabila tekanan masuk turbin dan tekanan
kondensor pada unit pembangkit listrik lainnya sama dengan yang disebutkan
diatas.
d. Apabila kandungan NCG (non-condensible gas) dalam uap naik dan
menyebabkan tekanan kondensor naik menjadi 0.091 bara, hitunglah energi
listrik yang dapat dibangkitkan oleh turbin.
e. Apabila fraksi uap pada tekanan separator adalah 20%, berapakah jumlah air
yang harus diinjeksikan kembali ?

3. Dari hasil uji output, sumur YF-1 mampu memproduksi fluida geothermal sebanyak
200 ton/jam dengan entalpi alir sebesar 1142 kJ/kg. Tekanan kepala sumur tercatat
sebesar 9.5 barg. Disebabkan karena jarak, antara kepala sumur dan separator
mengalami penurunan tekanan sehingga tekanan separasi menjadi 8.6 barg. Air
pisahan dari separator digunakan untuk diinjeksikan kembali ke reservoir. Sedangkan
uap digunakan untuk menggerakkan condensing turbin dengan tekanan dikondenser
sebesar 0.48 bar abs dan effisiensi isentropis sebesar 80%. (tekanan atmosfer 0.95
bar abs).
a. Apabila tidak terjadi kehilangan tekanan disepanjang jalur pipa uap, buatlah
sketsa diagram alir dan diagram T-S untuk proses ini secara lengkap.
b. Hitunglah berapa besarnya
- Kualitas uap (dryness) di separator.
- Kualitas uap di output condensing turbin pada kondisi ideal.
c. Daya yang mampu dibangkitkan oleh turbin.
d. Jumlah air dari separator yang diinjeksikan kembali ke reservoir.

BAB 4
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

109
4.1. Pendahuluan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah suatu instalasi pembangkit
listrik yang terdiri dari suatu unit pembangkit (SPD) dan sarana pembangkitan.
Mesin Diesel adalah penggerak utama untuk mendapatkan energi listrik dan dikeluarkan
oleh Generator. Pada mesin Diesel Energi Bahan bakar diubah menjadi energi mekanik
dengan proses pembakaran di dalam mesin itu sendiri. Mesin Diesel pada saat ini sudah
banyak mengalami perkembangan, dimana pemakaian bahan bakar GAS lebih
dikembangkan dibandingkan bahan bakar solar yang sudah mulai mahal. Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel cocok untuk lokasi dimana pengeluaran bahan bakar rendah,
persediaan air terbatas, minyak sangat murah dibandingkan dengan batubara. Dalam bab
ini akan dibahas secara detail berkaitan dengan kontruksi, prinsif kerja, Daya keluaran
mesin diesel, dan Efisiensi termal.

4.2. Tujuan Pembelajaran Khusus


12. Mahasiswa dapat menjelaskan konstruksi, bagian bagian mesin diesel.
13. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja mesin diesel.
14. Mahasiswa dapat menghitung Energi panas terkait langkah mesin diesel.
15. Mahasiswa dapat menghitung Daya keluaran mesin diesel.
16. Mahasiswa dapat menghitung Efisiensi termal.

4.3. Fungsi PTLD


Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PTLD) adalah penyedia daya listrik yang
dapat berfungsi sebagai:
a. PTLD sebagai unit cadangan yang dijalankan pada saat unit pembangkit
utama yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan daya listrik.
b. PTLD sebagai unit pembangkit yang menyuplai listrik selama 24 jam atau
sebagai pemikul beban tetap. Sifat pengoperasian harus pada beban dasar
yang berkapasitas tertinggi dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban tetap.
Hal ini memungkinkan juga bila pasokan dapat mengalami gangguan.

110
c. PTLD sebagai unit beban puncak atau Peak Load. Bila PLTD dioperasikan
pada beban puncak, biasanya dalam waktu yang tidak lama, karena dapat
berfungsi untuk menaikkan tegangan yang turun pada saat beban puncak.
d. PTLD sebagai unit cadangan yang dijalankan saat keadaan darurat, saat
terjadi pemadaman pada unit pembangkit utama. Bila terjadi gangguan yang
mengakibatkan gangguan total seluruh jaringan listrik, maka PLTD dapat
beroperasi tanpa bantuan tegangan dari luar, dan langsung mengisi tegangan,
serta menaggung beban listrik dengan cepat serta membutuhkan perhatian
yang sedikit.

4.4. Kelebihan dan kelemahan PLTD

Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah:


o Investasi modal relatif rendah.
o Waktu pembangunan relatif’singkat.
o Disain dan instalasi yang sederhana.
o Dapat dijalankan dan dihentikan dengan cepat.
o Dapat dibangun dengan Jarak yang dekat dengan beban.

Kelemahan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah:


 Kebisingan dan kesulitan lingkungan
 Menggunakan sumber daya alam terbatas/tak terbaharukan/fosil
 Mesin diesel sebagai penggerak mula mempunyai daya yang terbatas

4.5. Kontruksi PLTD


Kontruksi pembangunan sistem PLTD dengan komponen-komponen
diantaranya:

111
Gambar 4.1. Instalasi PLTD

4.6. Komponen- komponen PLTD


Secara umum, komponen-komponen PLTD dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Air Filter
Untuk melakukan pembakaran optimal pada diesel engine, maka diperlukan Oksigen
dari udara di sekitar. Disinilah peran air filter yang fungsinya untuk menyaring udara
yang masuk ke turbo charger dan mesin diesel (diesel engine).
b. Bahan bakar
Di dalam diesel engine, solar yang dipakai sebagai bahan bakar, menghasilkan energi
untuk memutar generator yang kemudian menghasilkan listrik yang dihubungkan ke
trafo dan gardu listrik.
c. Sistem pendingin
Pada proses PLTD satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah sistem pendingin
pada minyak pelumasan mesin (sistem yang sama dipakai pada kendaraan bermotor).
Sistem pendingin yang dipakai biasanya adalah sistem heat exchanger dan sistem
radiator atau kedua sistem ini digabungkan.
d. Heat exchanger
Heat exchanger adalah sistem pendingin minyak pelumas, dimana air digunakan
sebagai sarana pendingin. Proses heat exchanger ini memiliki konsep yaitu, air
pendingin dialirkan terus dari sumber air terdekat seperti danau, sungai ataupun
kolam buatan. Air terus dialirkan secara konstan melalui pipa-pipa yang kemudian

112
dihubungkan dengan pipa minyak pelumas. Pada aplikasi tertentu, pipa air pendingin
ini akan ‘menyelimuti’ pipa minyak pelumas, sehingga terjadi perpindahan suhu
tinggi dari minyak ke suhu rendah (heat exchanging) dari air, yang menyebabkan
suhu minyak menjadi berkurang. Sedangkan air yang memiliki suhu yang lebih
tinggi akan dialirkan kembali menuju sumber air. Berikut seterusnya sistem ini
bekerja.
e. Sistem pendingin radiator
Sedangkan untuk sistem pendingin radiator (aplikasi yang sama pada kendaraan
bermotor), minyak pelumas didinginkan dengan menggunakan kipas radiator. Sistem
ini mengaplikasikan konsep perpindahan suhu melalui radiasi, kipas radiator yang
terus berputar akan menghasilkan angin untuk mendinginkan minyak pelumas.

4.7. Diagram Siklus Otto


          Mesin diesel sehagai penggerak mula PLTD yang berfungsi menghasilkan
tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar rotor generator. Mesin Diesel adalah
sejenis motor bakar yang penyalaannya dengan cara bahan bakar diinjeksikan kedalam
silinder, yang berisi tekanan udara dalam silinder mesin maka suhu udara meningkat,
sehingga ketika bahan bakar dalam bentuk kabut halus bersinggungan dan bercampur
dengan udara panas ini, mulai terbakar sendiri.
Pada prinsipnya siklus diesel secara ideal mirip siklus Otto, tetapi proses pemasukan
kalornya dilakukan dengan tekanan konstan. Berikut diagram siklus otto diperlihatkan
seperti Gambar 4.2.

Gambar 4.2. diagram siklus otto

113
Langkah-langkah pada sikIus Otto.
a - b : Proses kompresi, adiabatic
b - c : Proses pembakaran, Isobaric
c - d : Proses ekspansi, adiabatic
d - a : Proses pembuangan gas beku, isometric

4.8. Sifat-sifat Mesin


Mesin diesel adalah motor bakar dimana energy mekanis yang dihasilkan
diperoleh dari pembakaran bahan bakar. Energy-energi yang terjadi pada Mesin diesel
terbagi menjadi:
 Daya yang bermanfaat 40 %
 Panas yang hilang untuk pendingin 30 %
 Panas yang hilang untuk pembuangan gas 34 %
 Panas yang hilang dalam pergeseran, radiasi dan 6 % sebagainya

4.9. Kerja Poros Engkol


Kerja dari poros engkol adalah sebagai berikut:        

Gambar 4.3. Torak dalam selinder

Torak yang bergerak bolak balik didalam silinder dihubungkan dengan pena engkol dari
poros engkol yang berputar pada bantalannya dengan perantaran batang penggerak.
Campuran bahan bakar dan udara dibakar didalam ruang bakar yaitu ruangan yang

114
dibatasi oleh dinding silinder, kepala torak dan kepala silinder. Gas pembakaran yang
terjadi mampu menggerakan torak yang selanjutnya memutar poros engkol. Pada kepala
silinder terdapat katup isap dan katup buang. Katup isap berfungsi memasukan udara
kedalam silinder, katup buang berfungsi mengeluarkan gas buang yang sudah tidak
terpakai ke udara.

4.10. Tipe Mesin Diesel


Mesin diesel berdasarkan langkah kerja mesin yang terbagi dalam 2 type yaitu:
 Mesin type 2 langkah.
 Mesin type 4 langkah
Mesin type 2 langkah digunakan pada mesin dengan ukuran yang sangat besar
dan mempunyai putaran rendah, misal: mesin penggerak Kapal Laut ukuran besar dan
PLTD kapasitas besar.
Mesin type 4 langkah digunakan pada mesin dengan ukuran yang keci
mempunyai putaran tinggi, misal: mesin penggerak untuk PLTD ukuran kecil.
Penggunaan mesin type 2 langkah atau 4 langkah, mempertimbangkan beberapa
hal, antara lain :
 Kapasitas pembangkit.
 Biaya investasi.
 Kebutuhan beban.
 Aspek operasi dan pemeliharaan.

4.11. Pemilihan Mesin Diesel


Pemilihan mesin diesel PLTD sebagai penggerak mula didasarkan atas factor
kecepatan. Mesin sering kali dibagi menjadi beberapa kelas kecepatan, yaitu mesin
kecepatan rendah, mesin kecepatan sedang dan mesin kecepatan tinggi. Penggolongan
kecepatan mesin berdasarkan putaran permenit. Karakteristik kecepatan yang baik
memperhitungkan ukuran dari mesin. Karakteristik kecepatan yang baik, yang
mempertimbangkan faktor kecepatan (Cs). Nilai Cs diperoleh sebagai hasiI bagi putaran
tiap menit terhadap kecepatan torak.
n
Cs= …………….………………………………. (4.1)
c

115
dimana :
Cs = faktor kecepatan
n   = putaran mesin diesel (rpm)
c   = kecepatan torak (f/min)
Kecepatan untuk berbagai mesin diesel yang ada dibagi menjadi 3 kelas
 Mesin kecepatan rendah dengan faktor kecepatan < 3 atau dengan kecepatan 500
sampai dengan 1000 RPM
 Mesin kecepatan sedang dengan faktor kecepatan 3 sampai 9 atau kecepatan
1000  sampai dengan 1500 RPM
 Mesin kecepatan tinggi dengan faktor kecepatan 27 sampai 81 atau kecepatan
lebih  dari 1500 RPM
Jika mesin dipasang untuk operasi kontinyu dan kalau diinginkan umur panjang dengan
biaya perawatan murah, maka sebuah mesin kecepatan rendah atau sedang yang paling
sesuai adalah kecepatan 500 sampai dengan 1000 RPM

4.12. Jumlah silinder


           Untuk menghindari terjadinya light flicker naik turunya tegangan, maka jumlah
silinder minimal diambil 4 buah. Light flicker tidak terjadi jika dalam 1 detik jumlah
dorongan harus jauh dari 16 dorongan, dimana jumlah dorongan dalam 1 detik dapat
dihitung melalui persamaan berikut:
Jumlah dorongan  = n x I …………………………………..(4.2)
Dimana:
n : kecepatan putaran mesin diesel (rpm)
I : jumlah pembakaran ( = jumlah silinder)
           Makin banyak jumlah silinder juga berpengaruh pada makin seragam putaran
mesin dan keseimbangan mesin lebih baik. Jumlah silinder lebih dari enam terutama
digunakan untuk menigkatkan daya mesin tanpa menambah tinggi dan beratnya.
Semakin banyak jumlah silinder akan makin besar jumlah bagian yang bergerak, lebih
banyak tempat yang menderita keausan, makin banyak jumlah kerja perawatan yang
diperlukan dan makin besar peluang untuk rusaknya suatu bagian.

116
Umumnya susunan silinder dari PLTD adalah:
 Silinder Deret Vertikal:
Susunan deret vertikal sebagian besar digunakan dalani pembangkit tenaga
listrik. Semua silinder dipasang secara pararel dan jumlah deret dalam silinder
harus sebanyak 16 buah.
 Silinder Tipe V:
Memiliki keuntungan pada mesin deret yaitu panjang tangkai engkol hampir
membutuhkan setengah dari keseluruhan yang dibutuhkan mesin diesel.
Digunakan mesin yang memerlukan kecepatan tinggi yaitu pada 1000 rpm.
 Silinder Tipe Horisontal:
Susunan mesin horisontal ditempatkan berlawanan satu sama lainnya. Susunan
ini lebih istimewa, karena ruangan atas merupakan masalah besar. Mesin ini
harus memakai tipe multi silinder.

4.13. Proses Kerja langkah mesin


           Mesin diesel menurut proses bekerjanya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu mesin
4 langkah dan mesin 2 langkah. Mesin 4 langkah ialah bahwa torak harus membuat 4
langkah untuk memperoleh satu langkah kerja. Berarti poros engkol harus berputar dua
kali untuk mendapatkan daya satu kali. Mesin 2 langkah ialah bahwa torak harus
membuat 2 langkah untuk memperoleh satu langkah kerja. Berarti poros engkol harus
berputar satu kali untuk mendapatkan daya 1 kali.
Keuntungan dari mesin diesel 4 langkah:
1. Proses pelumasannya lebih sederhana.
2. Efisiennya tinggi.
Kerugian dari mesin 4 langkah:
1. Dalam tiap dua putaran poros engkol hanya diperoleh satu langkah kerja ( daya).
2. Ukuran mesin lebih besar sehingga ruangan yang diperlukan juga lebih besar.
3. Harganya lebih mahal.
Keuntungan dari mesin 2 langkah:
1. Dalam setiap satu putaran poros engkol diperoleh satu langkah.

117
2. Setengah dari perpindahan torak untuk datya yang diberikan, yang berarti mesin
tersebut praktis beratnya setengahnya sehingga lebih murah.
3. Roda gilanya kira-kira beratnya hanya setengahnya untuk keseragaman
putarannya yang sama karena langkah kerja berjumlah dua kali lipat.
4.  Ukuran mesin Iebih kecil sehingga ruangan yang diperlukan juga lebih kecil.
Kerugian mesin diesel 2 langkah:
1. Pembilasan dan pembakaran kurang sempurna.
2. Pemakaian bahan bakar tidak hemat
3. Suhu torak dan dinding silinder tinggi, sehinga air pendingin yang dibutuhkan
lebih   banyak.
Keputusan akhir apakah memilih mesin dua langkah ataukah empat langkah
biasanya lebih dipengaruhi oleh tersedianya mesin dari daya dan faktor kecepatan yang
cocok dari pada pilihan pribadi untuk satu jenis atau jenis yang lain.
Pemilihan mesin diesel untuk suatu instalasi daya sebaiknya dipilih dari jenis mesin
yang sama. Pemilihan jenis mesin yang sama yaitu dari merk dengan lubang dan jumlah
langkah yang sama akan diperoleh beberapa keuntungan yaitu:
- Mengurangi jumlah suku cadang yang harus disediakan untuk mencegah
lamanya kerusakan.
- Memudahkan operasi dan perawatan untuk petugas PLTD.

4.14. Prinsip Kerja Mesin Diesel


Pada gambar ini dijelaskan bahwa Prinsip kerja mesin diesel adalah sebagai
berikut:

Gambar 4.4. Skema mesin diesel

118
Torak yang bergerak bolak balik didalam silinder dihubungkan dengan pena engkol dari
poros engkol yang berputar pada bantalannya dengan perantaran batang penggerak.
Campuran bahan bakar dan udara dibakar didalam ruang bakar yaitu ruangan yang
dibatasi oleh dinding silinder, kepala torak dan kepala silinder. Gas pembakaran yang
terjadi mampu menggerakan torak yang selanjutnya memutar poros engkol.  Pada
kepala silinder terdapat katup isap dan katup buang. Katup isap berfungsi memasukan
udara kedalam silinder, katup buang berfungsi mengeluarkan gas buang yang sudah
tidak terpakai ke udara. Jika torak berada pada posisi terjauh dan kepala silinder lihat
pada Gambar 4.5 dan baik katup isap maupun katup buang ada pada posisi tertutup,
maka gerakkan torak ke atap.
 Merupakan gerakan menekan udara kedalam silinder. Gerakan tersebut terakhir
menyebabkan kensikan tekanan dan temperatur suhu udara. Akhirnya, apabilah
torak mencapai posisi terdekat dari kepala silinder.
 Maka untuk diesel pada umumnya tekanan dan suhunya berturut-turut dapat
mecapai 30 dan 550 C. Namun beberapa saat torak belum mencapai posisi
seperti pada Gambar 4.5.
 Bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder dan terjadi pembakaran proses
pembakaran tersebut akan menyebabkan kenaikan tekanan dan suhu, tetapi
karena proses pembakaran memerlukan waktu maka tekanan maksimum dan
suhu maksimum terjadi beberapa saat setelah torak bergerak turun ke bawa.
 Dan selanjutnya memutar poros engkol. Saat sebelum torak mencapai.
 Katup buang mulai terbuka sehinga gas pembakaran dipaksa keluar dari silinder
oleh torak yang bergerak dari bawah ke atas yaitu pada langkah buang. Beberapa
saat sebelum torak mencapai katub isap mulai membuka dan beberapa saat
setelah torak bergerak kebawah lagi katup buang sudah menutup. Dalam hal
tersebut terakhir gerakan torak kebawah akan menyebabkan udara terisap masuk
kedalam silinder. Demikianlah proses tersebut dilakukan berulang-ulang. Titik
mati yaitu posisi dimana torak seakan-akan berhenti. TMB adalah titik mati
bawah yaitu posisi torak berada terjatuh dari kepala silinder, pada proses siklus
ada beberapa idealisasi yang diperlukan yaitu :

119
Gambar 4.5. Proses siklus
1. Fluida kerja didalam silinder adalah udara.
2. Proses komperensi dan ekspansi berlangsung secara isentropik.
3. Proses pembakaran dianggap sebagai proses pemasan fluida kerja.
4. Pada akhir proses ekspansi yaitu pada waktu torak mencapai TMB, fluida kerja
didinginkan sehingga tekanan dan suhunya turun mencapai tekanan dan suhu
atmosfir. Tekanan fluida kerja didalam silinder selama langkah buang dan langkah
isap adalah konstan dan sama dengan tekanan atmosfir.

4.15. SISTEM PENDINGINAN


            Adanya proses pembakaran akan mengakibatkan suhu ruang bakar menjadi
naiksehingga dapat mengakibatkan kerusakan dinding ruang bakar katub-katub, puncak
torak dan kemacetan cincin torak. Disamping itu minyak pelumas yang melumasi torak
akan menguap dengan cepat dan silinder dapat rusak, yang menimbulkan gangguan
kerja mesin. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pendingin yang baik.
            Metode pendinginan dapat dibedakan berdasarkan jumlah jenis medium
pendingin yang digunakan dan sistem yang digunakan. Berdasarkan jenis medium
pendingin yang digunakan ada dua yaitu medium pendingin udara yang digunakan pada
unit mesin kecil dan medium air yang digunakan pada unit mesin besar. Diesel
memerlukan air 40 60 liter untuk mendinginkan setiap PK setiap jamnya.

120
Gambar 4.6. Diagram Sistem Pendinginan
Adapun bagian yang perlu didinginkan di mesin adalah bagian silinder karena
bagian atasnya terpanas dan sebagian panas gas pembakaran dipindahkan langsung ke
pendinginnya bagian bawah silinder, perpindahan panas ke pendingin tidak langsung
tetapi lewat torak dan cincin torak jika pendingin tidak berfungsi baik, maka suhu
silinder naik dan menyebabkan kerusakan dinding ruang bakar, minyak pelumas akan
menguap Batas pemanas yang diperbolehkan adalah 70 "C.
Fungsi dari sistem pendingin dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Pendingin mesin
           Berfungsi untuk memelihara beban temperatur yang dapat di terima piston, tutup
silinder.
2. Pendingin Oil
           Berfungsi untuk mengontrol temperatir sehingga viskositas oli pelumasan berada
dalam batas yang diperlukan untuk menghasilkan pelumasan yang efektif Oli
pelumas juga berfungsi untuk mendinginkan piston.
3. Pendingin Udara
            Berf'ungsi untuk menaikkan densitas udara yang masuk silinder sehingga tenaga
output mesin diesel naik dengan membakar lebih banyak bahan bakar. selain
juga berfungsi untuk memelihara temperatur ang dapat diterima oleh katup
pengeluaran udara.

121
4.16. Sistem Pelumasan
            Bagaimanapun baiknya sebuah mesin dirancang dari segi efisiensi panas dan
kekuatannya dan bagaimanapun baiknya pembuatan dari segi bahan dan pengerjaannya
kalau pelumasan dan semua bagian yang bergerak tidak diperhatikan dengan baik, maka
mesin tidak akan berjalan sama sekali / menunjukkan keausan berat dan berumur
pendek.
            Kegunaan dari pelumasan adalah mengurangi keausan permukaan bantalan
dengan menurunkan gesekan diantaranya inendinginkan permukaan bantalan dengan
membawa pergi panas yang dibangkitkan oleh gesekan membersihkan permukaan
dengan membawa butiran logam yang dihasilkan dari keausan. Sistem pelumasan
memerlukan pompa sirkulasi minyak pelumas. .
            Pada dasarnya umur dan efisiensi sangat tergantung pada sistem pelumasan.
Pelumasan ini berfungsi untuk melumasi bagian mesin yang bergerak. Pelumas
mendapatkan panas silinder dan bantalan yang bergesekan.

4.17. Sistem Bahan Bakar


Pada mesin diesel, bahan bakar yang digunakan adalah solar. Dalam bahan
bakar dibutuhkan tangki sebagai penyedia bahan bakar. Ada 2 macam tangki bahan
bakar :
1. Tangki Harian.
Tanki ini biasanya diletakkan diruang mesin dan harus berisi minyak yang cukup
untuk mengoperasikan mesin selama satu hari kerja penuh atau 8 sampai 9 jam.
Untuk mesin yang sangat besar tangki harian harus berisi bahan bakar sebanyak yang
diijinkan oleh peraturan Pemadam Kebakaran.Batas penyimpanan dalam gedung
adalah 909,2 liter (200 galon) sehingga tangki yang besar harus ditambahkan diluar
bangunan.
2. Tangki penyimpanan utama (Storage Tank)
Tangki penyimpanan dapat ditempatkan diatas/ dibawah tanah. Tangki diatas tanah
biasanya merupakan tangki baha silindris. Jadi tangki harus jauh dari gedung sentral
dimana jika terjadi kebocoran dapat mengakibatkan kebakaran. Merencanakan tangki

122
penyimpanan harus diperhitungkan pemakaian bahan bakar dan untuk berapa lama
bahan bakar disediakan.
Vth = (1/KWH) x produksi listrik 1 hari (KWH) x T ..………...… (4.3)
Dimana :
Vth = Volume tangki penyimpanan bahan bakar (liter)
T = untuk berapa lama bahan bakar disediakan (hari)
Sistem bahan bakar memerlukan pompa transfer bahan bakar. Merencanakan
daya pompa transfer bahan bakar harus memperhatikan kapasitas dari pompa bahan
bakar yang dipakai yaitu:
P = Q x 𝜂 ………………………………………………………. (4.4)
Dimana :
P = daya pompa bahan bakar (KW)
Q = kapasitas pompa (I/dt)
𝜂 = efisiensi pompa

4.18. Kerja Mekanis Gas Pembakaran


            Kerja mekanis gas pembakaran, waktu torak berada pada TMB (titik 1) udara
ada pada kondisi atmosfir. Gerakan torak dari TMB ke TMA (titik 2) menyebabkan
udara mengalami proses kompresi isentropik sampai torak mencapai TMA, sesuai
dengan idealisasi. Pada waktu torak berada pada TMA udara dipanasi dengan volume
tetap sehingga tekanan naik sesuai dengan idealisasi. Proses terakhir dapat dilukiskan
pada proses dari titik 2 ke 3 selanjutnya gerakan torak dari TMA ke TMB merupakan
proses ekspansi isentropik dari titik 3 ke 4, sesuai dengan idealisasi. Pada saat torak
mencapai TMB (titik 4), sesuai idealisasi udara diinginkan sehingga mencapai kondisi
atmosfir (titik). Gerakan torak selanjutnya dari TMB ke TMA yaitu dari titik ketitik 0
adalah langkah buang pada tekanan konstan. Sehingga gerakan torak selanjutnya dari
TMA ke TMB yaitu titik 0 ke titik 1 adalah langkah isap pada tekanan konstan yang
sama dengan tekanan buang kedua proses tersebut adalah sesuai dengan idealisasi.
            Bahan bakar untuk diesel disimpan pada tangki penyimpanan utama yang
terletak diluar gedung untuk factor keamanan. Pompa mengalirkan bahan bakar dari
tangki utama melalui saringan dan meter pengatur menuju tangki harian secara berkala.

123
Tangki harian harus cukup untuk digunakan diesel pada satu hari orde tertentu dengan
variasi beban listik yang ada. Mesin diesel umumnya menggunakan sistim injeksi
mekanik dimana bahan bakar yang telah berisi udara bertekanan.

Gambar 4.7. Blok Diagram Diesel

4.19. Sistem Bahan Bakar


           Kegunaan sistem pemasukan udara adalah untuk menyediakan udara yang
diperlukan bagi pembakaran bahan bakar. Udara yang diperlukan oleh mesin diesel
masuk ke saluran udara melalui saringan udara masuk Saringan udara masuk ini
berfungsi untuk menangkap debu, pasir dan benda asing yang terdapat diudara bebas
yang mana dapat menyebabkan katup kotor, keausan cincin torak dan lapisan silinder
          Saringan udara masuk terutama diperlukan dalam instalasi daya yang udaranya
mengandung debu dan pasir, misalnya dalam lingkungan pekerjaan batu, pertambangan,
industri, dekat dengan lalu lintas yang padat. Tetapi meskipun dalam daerah yang
udaranya terlihat bersih dari debu, saringan udara akan menunjukkan kandungan debu
yang banyaknya mengejutkan.
          Dalam sistem pemasukan udara juga memerlukan peredam udara masuk. Udara
yang menyerbu masuk melalui katub pemasukan dengan kecepatan tinggi menimbulkan

124
kebisingan yang mendesis yang tidak disukai, yang pada mesin besar dapat terdengar
sampai jarak jauh. Untuk itu diperlukan peredam udara masuk.
          Udara masuk didinginkan di intercooler supaya temperatur udara tidak terlalu
tinggi sehingga kerapatan udara bagus dan kemudian masuk ke ruang bakar untuk
menghasilkan pembakaran yang bagus.

4.20. Sistem Pembuangan Gas


           Kegunaan dari sistem pembuangan gas adalah untuk membawa gas buang dari
silinder mesin ke atmosfer, melindungi lingkungan terhadap gas buang dan meredam
kebisingan yang dibuat oleh gas buang yang keluar.
          Pada akhir langkah dispasi gas didalam silinder mesin masih bertekanan cukup
tinggi yaitu 30 sampai 50 psig. Kalau tiba-tiba dilepaskan kedalam pipa yang berisi gas
pada tekanan atmosfir, maka gas buang menimbulkan kenaikan tekanan dalam pipa dan
memberikan kecepatan kepada gas dalam pipa. Aliran dan kelembamannya
menghasilkan penurunan tekanan dalam silinder dan kenaikan tekanan dalam pipa
buang. Kenaikan tekanan ini karena kelembamam gas, diikuti dengan penurunan
tekanan. Tekanan yang naik turun /bergelombang tersebut tidak hanya terjadi pada pipa
buang, tetapi dapat dikembalikan ke dalam silinder mesin, keadaan buang ini disebut
tekanan balik.
          Suatu kenaikan 1% dalam tekanan balik, akan menurunkan keluaran daya sebesar
kira-kira 1,5%. Untuk mesin empat langkah panjang pipa yang paling baik adalah
sependek mungkin, tetapi untuk mesin dua langkah pipa disesuaikan sehingga
memberikan tekanan balik yang terjadi serendah mungkin dalam saluran ketika gas
buang mulai keluar pada daur berikutnya.
Untuk menghitung panjang pipa buang dengan menggunakan persamaan:
            L = P/ (Vudara - Vgas) …………………….…………………(4.5)
Dimana :
L : panjang pipa buang
P : tekanan untuk mendorong gas buang
v udara : kecepatan udara (kgf/m3)
v gas     : kecepatan gas (kgf/m3)

125
4.21. Perhitungan Termodinamika Siklus Otto
Dalam menyelesaikan persoalan siklus otto akan dilakukan dengan
menggunakan beberapa data asumsi atau konstanta yang telah ditetapkan yaitu:

1. Udara dalam selinder piston bekerja dalam siklus tertutup.


2. Proses kompressi dan ekspansi adalah berlangsung secara adiabatic.
3. Semua proses adalah berlangsung secara reversible.
4. Pengaruh dari energy kinetic dan energy potensial adalah diabaikan.

Panas yang masuk /ditambah ke dalam siklus (Qin)

Qin = C V (T3 - T2)………………………………………………. (4.6)

Panas yang dibuang dari siklus (Qout)

Qout = C V (T4 – T1)………………………………………………. (4.7)

Kerja yang dihasilkan (W siklus)

W net = Qin - Qout ………………………………………………. (4.8)

Efisiensi thermal siklus (𝜂)

W net
η=
Q¿

Q¿ −Qout Q
η= =1− out
Q¿ Q¿

CV (T 4 −T 1)
η=1−
CV (T 3 −T 2 )

T4

η=1−
T1 ( T1
−1) … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … ..(4.8)
T
(
T 2 3 −1
T2 )
Penyederhanaan persamaan efisiensi

126
Proses 1 – 2, dari proses ini diketahui berlangsung secara kompresi adiabatic isentropic,
maka

k−1 k −1
T2 V 1 v1
=
T1 V 2 ( ) ( ) =
v2
=r k−1

Sehingga

T 2 k−1
=r
T1

T 2=T 1 . r k−1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. … … …(4.9)

Proses 3 – 4, dari proses ini diketahui berlangsung secara ekspansi adiabatic isentropic,
maka

k−1 k−1 k−1


T4 V 3 v 1
=
T3 V 4 ( ) ( ) ()= 3
v4
=
r

Sehingga

T4 1 k−1
=
T3 r ()
k−1
1
T 4=T 3 . ()
r
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …( 4.10)

Proses 2 – 3 dan proses 4 – 1

Dari proses ini diketahui adalah secara volume konstan maka,


T3 T 4
=
T2 T1( )
Subtitusi persamaan dengan harga T3/T4

127
T4

η=1−
T1 ( T1
−1 )
T4
T2
( T1
−1
)
Sehingga

T1
η=1−
T2

T2 k−1
=( r )
T1

Maka,

1
η=1− … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …..( 4.11)4.7 ¿ listrik 1hari( KWH ) x T
( r )k−1

Mean effective pressure (MEP)

W net
MEP=
( v 1−v2 )

Q¿ −v out
MEP=
v2
V 1 1−
( ) v1

Dimana v1/v2 = r Maka,

Q¿−v out
MEP= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..( 4.12)
1
V 1 1−
r( )

128
Contoh kasus 1
Siklus otto bekerjadengan rasio kompresi 8,5 pada tekanan dan tempertur awal P1 = 100
kpa dan T1 = 300K, penambahan panas 1400 Kj/Kg.

Gambar 4.8. Siklus otto


Tentukan :
a. Kerja netto siklus
b. Efisiensi thermal siklus
c. Tekanan efektik rata-rata
d. Daya yang dihasilkan jika putaran permenit sebesar 210
Jawab:
T1 – 300K; P1 =100 kpa ; Qin 1400 KJ.Kg; r= 8,5
Proses 1 – 2:
T 2=T 1 . r k−1
T 2=300. 8,54−1
T 2=706,14 K

129
Proses 2-3
Qin = C V (T3 - T2)
T3 = Qin / CV + T2
1400 KJ / Kg
T 3= +706,14 K
Kj
0,718
Kg . K
T 3=3656 K
Proses 3 - 4
Dimana, v4 = v1
Dan v3 = v1, maka,
k−1
1
()
T 4=T 3 .
r
4−1
1
T =2656. (
8,5 )
4 =1128,39 K

Proses 4 – 1:
Qout = CV(T4-T1)
Qout = 0,718KJ/Kg.K . (1128,39-300)K = 594,78 KJ/Kg
a. Kerja netto siklus
W siklus = Qin – Qout
W siklus = (1400 – 594,78)KJ/Kg = 805,22 KJ/Kg
b. Efisiensi thermal siklus
W net
η=
Q¿
805,22
η= =0,575=57,5 %
1400
c. MEP (Mean effective pressure)
Q¿−v out
MEP=
( 1r )
V 1 1−

Harga V1 dapat ditentukan dengan persamaan gas perfek


PV = mRT atau PV = RT
V1 = RT1/P
V1 = 0,287 .300/100kpa

130
V1 = 0,861 m3/kg
805,22 KJ /Kg
MEP=
1
(
0,861 m3 /kg 1−
8,5 )
MEP = 1059,91 kpa
d. Daya yang dihasilkan jika putaran permenit sebesar 210
P = W netto x putaran per detik
P = 805,22 KJ/Kg x 210/60 Put/det = 2818.27 KW
Contoh kasus 2.
Siklus otto bekerja pada P1 = 1 bar, T1 = 290K, V1 = 400cm3, temperature maksimum
siklus T3 = 2200 K dan rasio kompresi r = 8

Gambar 4.9. Siklus otto


Tentukan
a. Panas masuk Qin dlm KJ
b. Panas yang dibuang dlm KJ
c. Kerja netto siklus
d. MEP
e. Daya yang dihasilkan jika putaran permenit sebesar 210 RPM
Jawab
Proses lintasan siklus yaitu:
proses 1 - 2
T 2=T 1 ×r k−1
T 2=290 K × 84 −1=666,24 K
Proses 2 - 3

131
T3 = 2200 K
Proses 3 - 4
k −1
1
T 4=T 3 × ()
r
k−1
1
T 4=2200 K × ()
8
=957,61 K

Persamaan gas perfek


PV = mRT atau PV = RT
P1 V 1
m=
R T1
1ׯ 400 cm3
m=
KJ
0,287 ×290 K
Kg
1ׯ 400 c m3 105 N /m2
m= ×
( 0,287 KJ /Kg) ×( 290 K ) 1 KJ 1m3
1¿× 3
¯ × ¿
10 Nm 10 6 cm3
m = 0,000481 Kg
Sehingga
a. Panas masuk (Qin)
Qin = m .C .V. (T3 - T2)
Qin = 0,000481 Kg x 0,718KJ/Kg.K x (2200 - 666,24 K )
Qin = 0,529 KJ
b. Panas yang dibuang (Qout)
Qout = 0,000481 Kg x 0,718KJ/Kg.K x (957,6 -290)K
Qout = 0,2306 KJ
c. Kerja netto
W siklus = Qin – Qout
W siklus = (0,529 – 0,2306) KJ= 0,2984 KJ
d. Efisiensi thermal
Q ¿ −Q out Q out
η= =1−
Q¿ Q¿
0,2306
η=1− × 100 %=56,41%
0529

132
e. MEP (mean effective pressure)
Q¿−v out
MEP=
( 1r )
V 1 1−

0,2984 KJ 103 Nm ¯ 106 m3


MEP= × ×1 5 ¿ 2 × =8,526 ¯¿ ¿
1 KJ 1 cm3
( 18 )
400 c m3 1−
10 N /m

f. Daya yang dihasilkan jika putaran permenit sebesar 210


P = W netto x putaran per detik
P = 0,2984 KJ x 210/60 Put/det = 1.0444 KW
Tugas – tugas

133
BAB 5
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA PLTS

5.1. Pendahuluan
Photovoitaics (Solar PV) adalah modul yang mengkonversi langsung cahaya
matahari menjadi arus listrik. Bahan-bahan tertentu, seperti silikon, secara alami
melepaskan elektron ketika mereka terkena cahaya, dan elektron ini kemudian dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik. Panel PV menghasilkan arus listrik
searah (DC), yang harus dikonversi ke arus listrik  AC (Alternating Current), Sebuah
inverter digunakan untuk mengubah listrik DC menjadi listrik AC untuk menjalankan
peralatan rumah tangga standar yang umumnya bertegangan 220 Volt. Untuk lebih
dalam pembahasan sel surya yang dimulai dari kontruksi, prinsip kerja, dan perhitungan
kebutuhan sel surya dan kebutuhan baterai sebagai penyimpan muatan listrik.

5.2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Hasil akhir pembelajaran ini, diharap mahasiswa dapat:
17. Menjelaskan konstruksi, dan bagian bagianya sel surya.
18. Menjelaskan prinsip kerja sel surya.
19. Menghitung kapasitas daya PLTS

5.3. Prinsip dasar Sel surya.

134
Sel surya paling sederhana merupakan sambungan dua semikonduktor tipe P dan
N. Dalam sambungan P-N tersebut terbentuk tiga daerah berbeda. Pertama daerah type
P, yang mayoritas pembawa muatannya adalah lubang (hole), kedua daerah type N
dengan mayoritas pembawa muatan adalah elektron dan ketiga adalah daerah
pengosongan (deplesi) yang pada daerah ini terdapat medan listrik internal yang
arahnya dari N ke P. Ketika radiasi sinar surya mengenai sel surya tersebut maka akan
terbentuk elektron dan hole, sehingga karena pengaruh medan listrik internal tersebut di
atas, maka hole akan bergerak menuju ke P (mayoritas pembawa muatan adalah hole)
dan elektron akan bergerak ke N (mayoritas pembawanya elektron), sehingga keduanya
menghasilkan arusfoto difusi. Sedangkan pada daerah pengosongan dapat pula terjadi
pasangan hole dan elektron yang karena pengaruh medan internal yang sama akan
bergerak menuju ke arah mayoritasnya, sehingga menghasilkan arus generasi.

5.4. Kontruksi solar sel


Secara kontruksi pembentukan sebuah sel surya yang dapat digunakan sebagai
konversi energy surya ke bentuk energy listrik.

Kontak depan
ZnO:Al
(Cd.Zn)S (50-100)
Lapisan absorban CIGS

Kontak Ohmik
Substrat

Gambar 5.1 Struktur sel surya

135
Gambar 5.2 Struktur sel surya

Bahan sel surya berbasis Cu(In,Ga)(Se,S) terus menerus diteliti oleh karena bahan
tersebut memiliki energi gap yang berkaitan dengan efisiensi sel surya optimal.

CuInSe2 (CIS) memiliki energi gap sekitar 1.01 eV. Bahan tersebut adalah
bahan sel surya. Dengan menambahkan galium pada CIS maka energi gap bertambah
hingga mencapai energi gap CuGaSe2 (CGS) sebesar 1.68 eV. Oleh karena itu dapat
direalisasikan bahan sel surya Cu(In,Ga)Se2 (CIGS) dengan energi gap dapat
memberikan efisiensi optimal. Energi gap CIGS sebagai fungsi fraksi x atom galium
memenuhi persamaan Eg(x)[eV] = 1.011 + 0.415 x + 0.249 x2. [8]. Dengan pemikiran
yang sama untuk bahan sel surya berbasis CuIn(Se,S)2 juga terus menarik untuk diteliti
dalam upaya menghasilkan bahan sel surya dengan efisiensi konversi terus meningkat.

Sel surya yang digunakan saat ini sebagian besar terbuat dari silikon. Prosentase
penggunaan bahan sel surya dewasa ini adalah 43 % silikon polikristal, 39 % silikon
kristal tunggal, 1 % silikon lapisan tipis, 3 % silikon dalam bentuk ribbon sedangkan 14
% bahan selain silikon. Silikon mendominasi bahan sel surya karena karena teknologi
fabrikasinya memang sudah mapan. Namun demikian penelitian menggunakan bahan
lain terus dilakukan hingga kini dan bahkan pada masa-masa yang akan datang.

136
Beberapa penelitian dalam tingkat sel surya telah dihasilkan misalnya GaAs(kristal)
dengan efisiensi mencapai 25%, Cu(Ga,In)Se memberikan efisiensi 18.8 %[5] dan
apabila menggunakan konsentrator mencapai 21,5%. Bahkan pada tahun 2005 dengan
sistem multi sambungan (multi junction) efisiensinya diharapkan dapat mencapai 40%
[6]. Bahan sel surya berbasis Cu(In,Ga)(Se,S)2, Cu(In,Ga)3(Se,S)5, Cd(Se,S,Te),
Zn(O,Se,S) dan lain-lain. Ketiga, karakterisasi bahan meliputi karakterisasi struktur,
sifat-sifat bahan terhadap interaksi foton, elektron, ion dan bahkan netron, serta sifat-
sifat listrik bahan. Keempat adalah realisasi sel surya dan aplikasinya.

5.5. Proses Konversi Solar Cell


Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini
dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor.
Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor, yakni jenis n dan jenis p.
Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron,
sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p
memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p (p = positif) karena kelebihan
muatan positif. Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan
untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik
dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami ini, elektron maupun
hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan
daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor. Dua jenis semikonduktor n
dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n. Istilah lain
menyebutnya dengan sambungan metalurgi (metallurgical junction) yang dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5.3. Semikonduktor jenis p dan n sebelum disambung

137
Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-
elektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari
semikonduktor p menuju semikonduktor n.

Gambar 5.4. Dua jenis semikonduktor ini disambung.

Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang


mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya
berubah menjadi lebih bermuatan negatif. Pada saat yang sama. hole dari
semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada semikonduktor n yang
mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih
bermuatan positif.

Gambar 5.5. Terbentuk daerah deplesi

Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion
region) ditandai dengan huruf W. Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah
deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena
keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda.

Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka
timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang
mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n.

138
Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada
awal terjadinya daerah deplesi.

Gambar 5.6. Medan listrik internal di daerah deplesi

Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan p-n berada pada titik


setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n.
Terjadi kompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p
akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari
semikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke
semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Pada sambungan p-n inilah proses
konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel surya,
semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah
datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga
cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke
daerah deplesi dan semikonduktor p.

Gambar 5.7. Sambungan semikonduktor terkena cahaya matahari

139
Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka elektron mendapat
energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktor n, daerah
deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini meninggalkan hole pada
daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut dengan fotogenerasi electron hole
yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.

Gambar 5.8. Fotogenerasi electron hole

Cahaya matahari dengan panjang gelombang (dilambangkan dengan simbol


“lamda” sebagian di gambar atas) yang berbeda, membuat fotogenerasi pada
sambungan p-n berada pada bagian sambungan p-n yang berbeda pula. Spektrum merah
dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu
menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang akhirnya
menghasilkan proses fotogenerasi di sana. Spektrum biru dengan panjang gelombang
yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor n. Selanjutnya,
dikarenakan pada sambungan p-n terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi
tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah
semikonduktor p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor,
maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke
kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini
timbul akibat pergerakan elektron.

140
Gambar 5.9. Arus listrik mengalir akibat photon

Solar cell digunakan sebagai sumber energi pengganti listrik untuk mengisi ulang
baterai sekunder (charger) yang digunakan untuk rancangan beban yang sudah
ditentukan. Dan untuk mengetahui daya yang dihasilkan dari solar cell pada saat
pengisian baterai langsung digunakan rumus :

P = V. I……………………………………………….. (3.1)

Keterangan :
P = daya (dalam watt ,W)
V = ggl (dalam volt, V)
I = arus (dalam Ampere, A) (Robert L. Shrader, 1991: 27)

5.6. Teknologi Baterai


Baterai adalah tempat penyimpanan muatan listrik dari pembangkit listrik tenaga
matahari pada umumnya hanya aktif pada saat siang hari. Sehingga untuk keperluan
malam hari solar cell tidak dapat digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka energi
yang dihasilkan solar cell pada siang hari disimpan sebagai energi cadangan saat
matahari tidak tampak. Untuk menyimpan energi tersebut dipakai suatu baterai sebagai
penyimpanan muatan energi. Baterai digunakan untuk sistem pembangkit tenaga listrik
matahari mempunyai fungsi yang ganda. Di suatu sisi baterai berfungsi sebagai
penyimpanan energi, sedang disisi lain baterai harus dapat berfungsi sebagai catu daya

141
dengan tegangan yang konstan untuk menyuplai beban. Menurut penggunaan baterai
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Baterai Primer
Baterai primer hanya digunakan dalam pemakaian sekali saja. Pada waktu
baterai dipakai, material dari salah satu elektroda menjadi larut dalam elektrolik dan
tidak dapat dikembalikan dalam keadaan semula.
b. Baterai Sekunder
Baterai sekunder adalah baterai yang dapat digunakan kembali dan kembali
dimuati. Pada waktu pengisian baterai elektroda dan elektrolik mengalami perubahan
kimia, setelah baterai dipakai, elektroda dan elektrolit dapat dimuati kembali, kondisi
semula setelah kekuatannya melemah yaitu dengan melewatkan arus dengan arah yang
berlawanan dengan pada saat baterai digunakan. Pada saatdimuati energi listrik diubah
dalam energi kimia. Jadi, dapat kita ketahui bahwa fungsi baterai pada rancangan
pembangkit tenaga surya ini adalah untuk menyimpan energi yang dihasilkan solar cell
pada siang hari, tujuannya adalah untuk menyimpan energi listrik cadangan ketika cuaca
mendung atau hujan serta pada malam hari. Dengan demikian dapat bekerja sesuai
dengan kebutuhan. Baterai yang digunakan adalah jenis asam timbal (baterai basah)
yang dapat diisi ulang cairan kimia dan energi listrik.

5.7. Perhitungan Daya Tahan Baterai


Intensitas arus listrik didefinisikan sebagai muatan listrik yang lewat per satuan
waktu melalui suatu penampang daerah dimana muatan mengalir, seperti penampang
tabung pemacu atau kawat logam. Karena itu jika dalam waktu t, N partikel bermuatan
yang masing-masing membawa muatan q, lewat melaui suatu penampang medium
penghantar, maka muatan total yang lewat adalah Q = Nq; dan intensitas listriknya
adalah :
I = 𝑄 x 𝑡 ………………………………......... (3.2)
Dimana: I = Arus listrik (Ampere)
Q = muatan listrik (coulomb)
t = Waktu (detik) (Zuhal, 2004)

142
5.8. Langkah Perancangan sel surya
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk merancang pembangkit tenaga
surya untuk kebutuhan rumah tangga: 
1. Definisikan kebutuhan listrik rumah tangga.
2. Tentukan berapa banyak daya yang akan disuplai dengan energi surya.
3. Klasifikasikan beban yang bisa disuplai dengan arus DC dan beban yang bisa
disuplai dengan arus AC.
4. Menghitung berapa jumlah panel surya, baterai, inverter, titik lampu dan stop
kontak yang dibutuhkan
5. Rancanglah penempatan panel untuk memperoleh hasil yang optimum.
6. Hitunglah jumlah kabel yang dibutuhkan.
7. Hubungi toko penjual panel surya dan konsultasikan hasil rancangan anda, siapa
tahu mereka mempunyai saran untuk memperoleh desain yang lebih ekonomis
8. Nilai kondisi keuangan anda dan ambilah keputusan.
9. Pasanglah instalasinya

5.9. Harga panel surya


Sebagai komponen utama dari sebuah PLTS, mari kita lihat dari sisi solar
panelnya dulu. Harga panel surya tergantung dari beberapa faktor:
 Type panel/ teknologi/ efisiensi.
 Ukuran panel dan daya dalam watt peak yang dihasilkan per jam.

Biasanya dalam penentuan harga sebuah solar panel didasarkan pada


perhitungan harga per watt peak (wp). Kita misalkan saja, harga solar panel per watt-
peak adalah Rp 1. Jadi harga solar panel 60 wp adalah Rp.60. Demikian seterusnya.
Walupun misalnya kapasitas terpasang mencapai hitungan Mega Watt Peak (1.000.000
WP), tetap digunakan harga satuan yang sama per WP-nya. Kalaupun ada perbedaan,
harga antara yang ber-WP besar dengan yang ber-WP kecil, tidak akan terlalu jauh per
WP-nya.
  Kembali ke soal berapa besarnya biaya yang diperlukan, harga di tahun 2009
diperkirakan untuk harga solar panelnya sendiri di Jakarta adalah rata-rata sekitar
Rp.30.000/wp atau USD3/wp. Di LDK Indonesia, harganya dibawah IDR27.500/wp.

143
Saat ini harga Panel Surya sudah turun drastis hingga Rp.12.000 per-WP, jumlah ini
tentunya didapatkan saat anda mengambil sekitar 1000 WP keatas, namun jangan kuatir,
untuk pengambilan di bawah itu kami hanya menjual dengan kisaran harga
Rp.14.000/WP saja. Harga ini tentu saja belum termasuk:
• Battery
• Charge Controller
• Inverter
• Penambahan kabel ( diluar paket standar) dan asessoris-asesoris lainnya
• Biaya instalasi
• Biaya delivery ke daerah
• Pajak, perijinan dan lain-lain

5.10. Perancangan sel surya 


1. Estimasikan kebutuhan listrik
Pertama-tama kalkulasikan dulu kebutuhan listrik keseluruhannya, apakah hanya
ingin menggunakan panel surya untuk darurat ketika listrik padam atau benar-benar
harus memenuhi kebutuhan listrik dalam 1 hari. Buatlah tabel peralatan listrik yang
digunakan, selanjutnya jumlahnya, daya, dan lama menyala seperti berikut ini :
Lama Menyala Total Daya
No Nama Perangkat Jumlah Daya (watt)
(Jam) per-Jam
1 Lampu LED 5 9 12 540
2 Kipas Angin 2 45 12 1080
3 Magic Jar 1 80 24 1920
4 TV LED 1 45 6 270
5 Laptop 1 65 8 520
Total Kebutuhan daya (Watt) 4330
 
Total kebutuhan listrik anda dalam 1 hari adalah sekitar 4.330 watt. Kebutuhan daya
tersebut bervariatif tergantung jenis alat yang anda gunakan dan pola pemakaian
listriknya.

2. Kebutuhan cadangan

144
Kebutuhan cadangan adalah kebutuhan energy akibat solar cell tidak
menyimpan energi listrik saat terjadi cuaca mendung. Kebutuhan cadangan dapat
diasumsikan selama 2 hari. Kebutuhan cadangan ini bertujuan untuk menjaga usia
pemakaian baterai/Aki. Jumlah daya dengan asumsi terhadap kebutuhan cadangan yaitu:
P beban total = 4.330 Watt x 2 = 8.660 Watt.

3. Menghitung jumlah baterai yang digunakan


Panel surya memiliki arus yang cukup besar, sehingga dibutuhkan baterai aki
berkualitas seperti aki jenis VRLA AGM/GEL. Karena arus yang dihasilkan panel surya
sangat besar, maka akan berpengaruh terhadap proses pengisian bateray nantinya. Aki
basah/aki MF pada kendaraan akan mendapatkan umur ekonomisnya jika dicas dalam
arus lemah selama 20 jam. Sistem pengecasan cepat disarankan semua produsen aki
yakni selama 10 jam. Jika aki dapat terisi penuh dengan panel surya hanya dalam waktu
4 Jam, hal ini dapat menimbulkan efek mendidih dan merusak elemen-elemen aki
(melengkung bahkan Meledak).

Untuk aki jenis VRLA AGM atau GEL dapat mencapai usia pemakaian hingga 5
tahun. Adapun penggunaan aki dalam sistem kelistrikan Panel Surya tidak boleh sampai
benar-benar habis terkuras daya listriknya. Maksimal 50% energi harus masih
tersisa sebelum masuk waktu pengisian selanjutnya. Mengingat AKI dalam sistem panel
surya berbeda dengan metode penggunaannya saat di kendaraan bermotor yang
notabene hanya untuk menyalakan mesin dan selalu terisi selama mesin menyala.
Jumlah pengadaan aki yang dibutuhkan dalam Sistem Listrik Matahari harus 2 kali lipat
kebutuhan sesungguhnya agar menjaga aki dalam kondisi baik sesuai umur
ekonomisnya. Jumlah bateray 2 kali lipat karena maksimal 50% energi harus masih
tersisa sebelum masuk waktu pengisian selanjutnya. Kebutuhan akan menggunakan
Aki dengan Voltase 12 VDC dengan arus sebesar 50 Ah untuk daya beban Pbeban sebesar
8.660 Watt yaitu :

P beban
n aki=
12 V DC ×50 Ah
8660
n aki= =28 unit × 2=56 unit
12 V DC ×50 Ah

145
4. Kalkulasi daya panel surya,
Panel surya dikenal istilah WP (watt peak) dimana besaran WP ini adalah daya
maksimal yang dihasilkan setiap unit panel surya. Besaran WP (watt peak) mulai dari
50WP, 100WP, 200WP, 250WP dst. Semakin besar WP semakin besar ukuran panel
surya yang dibutuhkan. Sebuah panel surya dengan daya 100 WP berukuran 1.200mm x
550 mm dengan ketebalan 35mm. Semakin besar WP nya semakin besar pula
ukurannya. Untuk menghitung daya yang dihasilkan caranya adalah kalkulasikan
besaran WP dengan jumlah aki yang dibutuhkan serta curah matahari yang ada dalam 1
hari. Waktu sinar matahari menghasilkan panas maksimal antara pukul 11:00 s/d 15:00
(4 jam).
P bateray
n PV =
P solar sel
Contoh kasus 1
Rencakanalah pemasangan modul Panel surya dengan data sebagai berikut:
a. Beban listrik 8.660 Watt
b. Jenis sel surya 50 WP per unit
c. Jenis bateray 12 V dan 50 AH
Tentukan kebutuhan bateray dan sel surya dengan waktu sinar matahari maksimal
selama 4 jam antara pukul 11:00 s/d 15:00.
Jawab:
1. Panel Surya dengan kemampuan 50 WP per unit akan mendapatkan daya
sebesar:
50 WP X 4 Jam = 200 Watt per-unit per-hari nya
2. Kebutuhan daya bateray 12 V dan 50 AH, bateray 2 kali lipat jika
maksimal 50% energi harus masih tersisa.
8660
n aki= =28 unit × 2=56 unit
12 V DC ×50 Ah
3. Besar daya bateray sebanyak 56 unit yaitu:
P = 12V x 50 Ah x 56 unit Aki = 33.600 Watt
4. Maka jumlah panel surya yang dibutuhkan adalah : 

146
33.600 watt
n PV = =168 unit
200 watt

Sehingga jumlah panel surya ukuran 50 WP sebanyak 168 unit.

Contoh kasus 2

Dari contoh kasus 1, dimana jika dipilih menggunakan panel surya ukuran 250 WP,
maka jumlah panel surya yaitu:

1. Panel Surya dengan kemampuan 250 WP per unit akan mendapatkan daya
sebesar:
250 X 4 Jam = 1000 Watt per-unit per-hari nya
2. Kebutuhan daya bateray 12 V dan 50 AH, bateray 2 kali lipat jika
maksimal 50% energi harus masih tersisa.
8660
n aki= =28 unit × 2=56 unit
12 V DC ×50 Ah
3. Besar daya bateray sebanyak 56 unit yaitu:
P = 12V x 50 Ah x 56 unit Aki = 33.600 Watt
4. Maka jumlah panel surya yang dibutuhkan adalah : 
33.600 watt
n PV = =33 unit
1000 watt

Sehingga jumlah panel surya ukuran 250 WP sebanyak 33 unit.

Tugas – tugas

147
148

Anda mungkin juga menyukai