TEK153020
YANU PRAPTO S
TEKNIK ELEKTRO
UNUD
Sub Pokok Bahasan
Sistem Penilaian
Absensi : 15 %
(dengan kehadiran minimal 75 %)
Tugas : 20 %
UTS : 30 %
UAS : 35 %
Daftar Pustaka
Gambar 5. PLTN
Pusat Listrik Tenaga Air
(PLTA)
• Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk
konversi energi tertua yang pernah dikenal manusia.
• Perbedaan vertikal antara batas atas dengan batas
bawah bendungan di mana terletak turbin air,
dikenal sebagai tinggi terjun.
• Tinggi terjun ini mengakibatkan air yang mengalir
akan memperoleh energi kinetic yang kemudian
mendesak sudu-sudu turbin.
• Bergantung kepada tinggi terjun dan debit air,
dikenal tiga macam turbin yaitu: Pelton, Francis dan
Kaplan.
Gambar 6. PLTA
Satuan listrik
1. Hukum Faraday
F = B.I.L (3)
keterangan :
F adalah gaya lorentz (N)
B adalah kuat medan magnet (Tesla)
I adalah kuat arus listrik (A)
L adalah panjang penghantar (m)
Sistem Tiga Fase
Hampir semua listrik
yang digunakan oleh
Industri dibangkitkan,
Ditransmisikan dan
didistribusikan dalam
sistem tiga fase.
Sistem tiga phase ini
mempunyai besar yang
Gambar 11 Bentuk Gelombang
EMF Tiga Fase
sama (untuk tegangan dan arus) tetapi mempunyai beda
sudut sebesar 1200 antar fasenya. Sistem tiga phase
demikian disebut sebagai sistem tiga fase yang seimbang.
Gambar 12. Gelombang EMF Tiga Phase dalam
bentuk Phasor
Gambar 13. Beda Fase Gelombang EMF Tiga Fase dan
Sistem Tiga Phase dengan 4 kawat
Secara umum ada dua cara menghubungkan alat ke
rangkaian tiga fase yaitu hubungan Y dan hubungan
delta (∆).
Kebanyakan generator dihubungkan secara Y, tetapi
beban dapat dihubungkan baik secara Y maupun delta
(∆).
Dalam hubungan tipe Y, tegangannya adalah
tegangan kawat netral dan arus yang mengalir pada tiap
phase adalah arus kawat.
Dalam hubungan tipe delta, tegangannya adalah
tegangan kawat ke kawat.
Hubungan bintang (Y)
Daya : P = 3 VP IP cos Φ
= √3 VL IL cos Φ
cos Φ = (R/Z) = 0.8
P = √3. 400. 40/√3 0.8 = 12.800 VA
2. Hub. Delta
VL = VP = 400 V
IL = (400/10) = 40 A
IP = 40/√3
Daya = √3 VL IL cos Φ
= √3 . 400. 40/√3. 0.8
= 12.800 VA
2. Berapa besar arus dari lampu TL (neon) dengan daya 40
watt tegangan 220 V dan faktor daya 0,5 ?
Penyelesaian :
P1Φ = VI cos Φ watt
40 = 220. I. 0,5
40 = 110 I
I = (40/110) A = 0,4 A
Bila faktor daya dinaikkan misalnya cos Φ = 1
P1Φ = VI cos Φ watt
40 = 220. I. 1
I = (40/220) A = 0,2 A
Perhitungan pemakaian listrik adalah berdasarkan arus
listrik (I) yang mengalir.
Dari kasus diatas terlihat bahwa bila faktor daya suatu
peralatan listrik dinaikkan, maka pemakaian listrik akan
lebih hemat
Dasar-dasar Mesin Listrik
Terminal Komutator
Rangka stator
Ujung pelindung
Jangkar Komutator
20 A 20 A 20 A
A B C
a b c
40 A
20 A 0 20 A
A B C
a b c
40 A
Keterangan gambar :
1. Arus pada kumparan B = 0, karena kumparan B
dihubungkan singkat oleh segmen komutator.
2. Arah arus dari kumparan dari gulungan A dan C
masih kekanan dan kekiri. Sehingga arus terkumpul
sama 40 A
Prinsip Kerja Komutator
20 A 20 A 20 A
A B C
a b c
40 A
Keterangan gambar :
GENERATOR DC
Ea = Vt + Ia (Ra + Rse )
Ia = Ise = IL
Pout = VtIL
Pa = EaIa
Ea = Vt + IaRa
Vt = IshRsh = IL ZL
Ia = Ish + IL
Pa = EaIa
Pout = VtIL
Vt = IshRsh = IL ZL
Ia = Ise = Ish + IL
Pa = EaIa
Pout = VtIL
Ia = Ish + IL
Vt + ILRse
Ish =
Rsh
Pout = VtIL
Pa = EaIa
Pout Pout
η= x100% = x100% (21)
Pin Pout + Prugitotal
IL = 0
n = konstan
2. Karakteristik berbeban, menggambarkan hubungan
antara tegangan terminal dan arus medan pada
kecepatan yang konstan.
Vt f(If ) (23)
n = konstan
beban konstan
Karakteristik Generator DC
Ea [=
k]
If [=Vf/Rf]
0 L M a c
If
1. IL = 450 A
Vt = 230 volt
Rsh = 50 ohm
Ra = 0.03 ohm
Ea = Vt + Ia Ra
Ia = IL + Ish
Ish = (Vt/Rsh) = 230/50 = 4,6 A
Ia = 450 + 4,6 = 454,6 A
Ea = Vt + Ia Ra
= 230 + 454,6 x 0,03
= 243,6 volt
. 2. Pout = 36 Kw
Vt = 280 volt
Ea = 290 volt
Ish = 2 A
Ea = Vt + Ia Ra → Ra = (Ea – Vt)/Ia
Ia = IL + Ish
IL = (36.000/280) = 128,57 A
Ia = (128,57 + 2) A = 130,57 A
Ra = (290 – 280)/130, 57 = 0,0766 ohm
Rsh = Vt/Ish = 280/2 = 140 ohm
MOTOR ARUS SEARAH (DC)
Pengertian
dimana : B =
kerapatan flux
(Weber)
I = arus listrik
yang mengalir
(Ampere)
l = panjang
Gambar 37. Prinsip Kerja Motor DC
konduktor (meter)
Motor berpenguatan bebas
Vf = If Rf
Ia = IL
Vin = IL Vt
Pa = EaIa
Ea = Vt - IaRa - ΔVsi
IL = Ise = Ia
Pin = VtIL
Pa = EaIa
Ea = Vt - IaRa - ΔVsi
IL = Ish + Ia
Pin = VtIL
Pa = EaIa
IL = Ise + Ish
Pin = VtIL
Pa = EaIa
Ise = Ia
IL = Ise + Ish
Pin = VtIL
Pa = EaIa
Ise = IL
a b c
Penyelesaian :
Ish = Vt/Rsh = 100/20 = 5 A
Ia = IL – Ish = 220 – 5 = 215 A
Ea = Vt – Ia Ra
= 100 – (215 x 0,015) = 96,8 V
Pin = Vt x IL
= 100 x 220 = 22.000 W
Contoh Soal
Penyelesaian :
Ea = Vt – Ia (R a + Rse) = 220 – 40 (0,75) = 190 V
Rugi-rugi daya pada jangkar = Ia2 Ra = 402 0,50
= 800 W
Rugi-rugi daya pada medan seri = Ise2 Rse
= 402 x 0,25
= 400 W
1. Ish = Vt/Rsh = 100/20 = 5 A
Ia = IL – Ish = 220 – 5 = 215 A
Ea = Vt – Ia Ra
= 100 – (215 x 0,015) = 96,8 V
Pin = Vt x IL
= 100 x 220 = 22.000 W
2. Ea = Vt – Ia (R a + Rse)
= 220 – 40 (0,75) = 190 V
Rugi-rugi daya pada jangkar = Ia2 Ra = 402 0,50
= 800 W
Rugi-rugi daya pada medan seri = Ise2 Rse = 402 x 0,25
= 400 W
3. Sebuah motor DC Seri 500 V, mempunyai tahanan
0,2 ohm dan berputar pada 400 rpm, menarik arus
dari jala-jala 60 A.
Tentukan kecepatan motor, bila motor menarik
arus 30 A dengan fluksi 35 % lebih kecil dari fluksi
untuk arus 60 A.
Penyelesaian
Ea1 = Vt – Ia1 (R a + Rse) = 500 – (60 x 0,2) = 488 V
(untuk N1 = 400 rpm)
Ea2 = Vt – Ia2 (R a + Rse) = 500 – (30 x 0,2) = 494 V
Φ2 = 0,65 Φ1
d(Φmaks sin ωt )
e1 = - N1 = - N1ωΦmaks cos ωt
dt
e1 = - N1ωΦmaks sin( ωt - 900 ) (tertinggal 90º dari φ)
e1 = gaya gerak listrik (Volt)
N1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω = kecepatan sudut putar (rad/sec)
Φ = fluks magnetik (weber)
Harga Efektifnya
N1ωΦmaks N1 2πfΦmaks
E1 = = = 4,44N1fΦmaks (25)
2 2
Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga
menimbulkan :
dΦ
e2 = - N2
dt
e2 = - N2ωΦmaks cos ωt
E p = aE s
Ep = a( Vs + IsR s + IsR s )
= a(Is ZL + IsRs + Is Xs ) (31)
Np
Oleh karena Is = I's atau
Ns
Is = aI'2
maka
sehingga
Pout Pout
η= x100% = x100% (38)
Pin Pout + Prugitotal
Regulasi Tegangan
IM I 2
0 IC2
(43)
Vrated
XM (44)
IM
Gambar 55. Hubungan Transformator
tes Hubungan Terbuka
2. Tes Hubung Singkat
• Satu ujung transformator dihubung singkat (sisi yang
bertegangan rendah atau sekunder), sedangkan sisi
primer dihubungkan dengan sumber tegangan rendah
pada frekuensi rated seperti terlihat pada gambar 56 .
• Hubung singkat berarti impedansi beban sama dengan
nol. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus
dijaga agar tegangan yang masuk (Vhs) kecil sehingga
arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominalnya.
Arus I0 akan relatif kecil bila dibandingkan dengan
arus nominal, sehingga dapat diabaikan.
• Dengan mengukur Vhs , Ihs dan Phs dapat ditentukan
parameter
Gambar 56. Hubungan Transformator
pada tes Hubung Singkat
Phs
Rek = (45)
(Ihs )2
Vhs
Zek = = Rek + jX ek
Ihs (46)
Xek = Z 2 ek - R 2 ek (47)
Contoh Soal
φ = 74052'
Vhs 131∠ 00 0
Z ek = = = 20.96∠ 74 52'
Ihs 6.25∠ - 74052'
Rek = 20.90x cos 74052' = 5.49ohm
Xek = 20.90x sin 74052' = 19.97ohm
V1 = 2400(0.8 + j0.6) + 6.25(5.49 + j19.97)
= 1920 + j1440 + 34.3 + j124.8 = 1954.3 + j1564.8
= 2502.2V
Regulasi Tegangan
2502.2 2400
= x100% = 4.26%
2400
MESIN SINKRON
Generator Sinkron
nmP
fe = (48)
120
m sin t (50)
EA K (53)
EA n (54)
Bnet BR BS
57.d.Medan BS jika dijumlahkan dengan BR akan menghasilkan
Bnet .Tegangan Estat jika dijumlahkan dengan EA menghasilkanVØ
pada output phasa
Oleh karena sudut EA dan BR sama, maka sudut
antara Estat dan BSjuga sama, hasil Bnet sama dengan
VØ hal ini dapat dilihat pada gambar d.
Jadi pengaruh reaksi jangkar terhadap tegangan
phasa :
1. Tegangan Estat tertinggal sebesar 900 terhadap
arus maksimum IA
2. Tegangan Estat berbanding langsung dengan arus
maksimum IA
Tegangan phasa menjadi :
Estat jXIA
Dari gambar 58 ditunjukkan, persamaan tegangan hukum
Kirchhoff’s menyatakan :
V EA jXIA
b
c
Lb
Lc
b'
c'
La=0
a=a’
Lc =0
c=c’
ER V EA (63)
IA ER / Zs (64)
IA
EA
EA
V
IA XS
EA
B. Torsi
Torsi induksi dinyatakan dengan persamaan :
sE22R2
T k 2 (91)
R2 (sX2 )2