Anda di halaman 1dari 312

TEKNIK TENAGA LISTRIK

TEK153020

YANU PRAPTO S
TEKNIK ELEKTRO
UNUD
Sub Pokok Bahasan

1. Sistem Tenaga Listrik


2. Konsep Induksi Elektromagnetik
3. Dasar-dasar Mesin Listrik
4. Mesin Arus Searah
5. Transformator
6. Mesin Arus Bolak-Balik
Sistem Penilaian

Sistem Penilaian
 Absensi : 15 %
(dengan kehadiran minimal 75 %)
 Tugas : 20 %
 UTS : 30 %
 UAS : 35 %
Daftar Pustaka

1. Therja, B.L., A Textbook of Technology


2. Hugnes, E., Electrical Technology
3. Kadir, A., Mesin Arus Searah
4. Tata, Theory of Alternating Current, Mc Graw-Hill
5. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik
6. Sen, SK, Rotating Electrical Machinery,
7. Slemon, G.R., A. Straughen, Electrical Machine
8. Krause, P.C., Analysis of Electrical Machinery,
9. Match, L.W.,Electromagnetic and Electrical
Machine, IEP, New York, 1977.
10. Stephen J. Chapman., Electric Machinery and
Power System Fundamentals
Teknik Tenaga Listrik

 Teknik Tenaga Listrik ialah ilmu yang mempelajari


tentang konsep dasar kelistrikan dan penggunaan
peralatan yang prinsip kerjanya berdasarkan aliran
elektron dalam konduktor (arus listrik).
 Dalam Teknik Tenaga Listrik dikenal dua macam
arus :
- Arus searah dikenal sebagai arus DC (Direct
Current)
- Arus bolak balik dikenal sebagai arus AC
(Alternating Current)
Sistem Tenaga Listrik
A. Energi Listrik
Energi listrik : merupakan suatu jenis energi yang
mudah disalurkan (baik melalui saluran transmisi
maupun distribusi) dapat diubah kedalam bentuk
energi lain (mekanis, thermis, hemis, magnetik
dll), serta mudah disimpan (dalam batery).
Sistem yang menghasilkan/membangkitkan,
menyalurkan, membagi-bagikan dan mengatur
pemakaian energi listrik disebut Sistem Tenaga
Listrik
Sistem Tenaga Listrik pada dasarnya terdiri dari tiga
bagian utama :

1. Pusat Pembangkit tenaga listrik, berfungsi untuk


mengkonversikan energi primer menjadi energi
listrik
2. Transmisi/distribusi, berfungsi untuk menyalurkan
energi listrik dari pusat pembangkit tenaga listrik
sampai pusat beban (load center).
Distribusi, berfungsi untuk mendistribusikan
energi listrik dari pusat beban sampai konsumen
(pemakai)
3. Load/beban : pemakai energi listrik
Proses Penyaluran
Tenaga Listrik

Pada pusat pembangkit, sumber daya energi


primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas
alam dan batu bara), hidro, panas bumi, dan
nuklir diubah menjadi enegi listrik tiga fasa.
 Melalui transformator penaik tegangan (step-up
transformator) energi listrik ini dikirimkan melalui
saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-
pusat beban.
 Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran
transmisi.
 Pada saat saluran transmisi mencapai pusat-pusat
beban, tegangan tersebut kembali diturunkan
menjadi tegangan menengah, melalui transformator
penurun tegangan (step-down transformator)
Gambar 2. Proses Penyaluran Tenaga Listrik
 Dipusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran
distribusi, energi listrik diubah menjadi bentuk-bentuk
energi terpakai lainnya seperti mekanis (motor),
penerangan, pemanas, pendingin dsb.

 Pusat pembangkit tenaga listrik


1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
2. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
4. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
5. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
6. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU)
• Pembangkit listrik jenis ini memanfaatkan bahan
bakar minyak, gas alam, atau batubara untuk
membangkitkan panas dan uap pada BOILER.
• Uap ini kemudian dipergunakan untuk memutar
turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah
generator sinkron.
• Uap yang telah melalui turbin kemudian menjadi
uap bertekanan dan bersuhu rendah.
• Uap ini kemudian dilewatkan melalui kondenser
yang menyerap panas uap tersebut sehingga uap
tersebut berubah menjadi air yang kemudian
dipompakan kembali menuju boiler.
Gambar 3. PLTU
Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
• Sebagaimana halnya Pusat Listrik Tenaga Diesel,
PLTG merupakan mesin dengan proses pembakaran
dalam (internal combustion).
• Bahan bakar berupa minyak atau gas alam dibakar
di dalam ruang pembakar (combustor). Udara yang
memasuki kompresor setelah mengalami tekanan
bersama-sama dengan bahan baker disemprotkan ke
ruang pembakar untuk melakukan proses
pembakaran.
• Gas panas sebagai hasil pembakaran ini kemudian
bekerja sebagai fluida yang memutar roda turbin
yang terkopel dengan generator sinkron.
Gambar 4. PLTG
Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
• Pada reactor air tekan (pressurized water reactor)
terdapat dua rangkaian yang seolah-olah terpisah.
• Pada rangkaian pertama bahan bakar uranium-235
yang diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa
berkelompok, disundut untuk menghasilkan panas
dalam reactor.
• Karena air dalam bejana penuh, maka tidak terjadi
pembentukan uap, melainkan air menjadi panas
dan bertekanan.
• Air panas yang bertekanan tersebut kemudian
mengalir ke rangkaian kedua melalui suatu
generator uap yang terbuat dari baja.
 Generator uap ini kemudian menghasilkan uap yang memutar
turbin dan proses selanjutnya mengikuti siklus tertutup
sebagaimana berlangsung pada turbin uap PLTU.

Gambar 5. PLTN
Pusat Listrik Tenaga Air
(PLTA)
• Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk
konversi energi tertua yang pernah dikenal manusia.
• Perbedaan vertikal antara batas atas dengan batas
bawah bendungan di mana terletak turbin air,
dikenal sebagai tinggi terjun.
• Tinggi terjun ini mengakibatkan air yang mengalir
akan memperoleh energi kinetic yang kemudian
mendesak sudu-sudu turbin.
• Bergantung kepada tinggi terjun dan debit air,
dikenal tiga macam turbin yaitu: Pelton, Francis dan
Kaplan.
Gambar 6. PLTA
Satuan listrik

 Arus listrik (I) => ampere


 Tegangan listrik (V) = beda potensial => volt
 Tahanan (R) = resistansi => ohm
 Reaktansi (X)=> ohm
 Impedansi (Z)= R  jX => ohm
 Daya (S) = P  jQ => volt ampere
 Daya aktif (P) => watt
 Daya reaktif (Q) => volt ampere reaktif
 Energi (E) => watt-hour (watt-jam)
 Faktor daya (cos ) => tidak ada satuan
Gambar 7. Sistem Pengadaan Energi Listrik
Peralatan Pengubah Energi

 Dalam sistem energi listrik dikenal peralatan yang


mengubah energi listrik, baik dari energi listrik ke energi
mekanis, maupun sebaliknya, serta mengubah energi
listrik dari rangkaian atau jaringan yang satu menjadi
energi listrik yang lain pada rangkaian atau jaringan
berikutnya. Peralatan tersebut adalah Generator,
Motor dan Transformator.

 Generator merupakan peralatan listrik yang dapat


dipergunakan untuk mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik, dapat berupa generator arus searah
(generator DC) maupun generator arus bolak-
balik (Alternator). Motor merupakan piranti atau
peralatan listrik yang dapat dipergunakan untuk
mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, juga
dapat berupa motor arus searah maupun motor
arus bolak balik.
 Transformator biasa disebut juga Trafo, adalah
peralatan listrik yang dapat dipergunakan untuk
mengubah energi listrik yang satu ke energi listrik
yang lain dimana tegangan keluaran (out-put) dapat
dinaikkan ataupun diturunkan oleh peralatan tsb
sesuai dengan kebutuhan.
 Transformator terbagi atas ;
 Trafo penaik tegangan (step-up) atau disebut
trafo daya.
 Trafo penurun tegangan (step-down) disebut
juga trafo distribusi.
 Trafo yang dipergunakan pada peralatan atau
rangkaian elektronik, yakni untuk memblokir
rangkaian yang satu dengan yang lain.
 Generator maupun motor dapat disebut mesin
listrik, karena generator dapat berupa generator arus
searah dan generator arus bolak balik, demikian juga
motor.
 Mesin listrik dapat dibagi atas :
 Mesin arus searah, yang terbagi atas;
 (1) Mesin Shunt,
 (2) Mesin Seri,
 (3) Mesin Kompon.
 Mesin arus bolak balik, terbagi atas ;
 Transformator
 Mesin Tak Serempak (Asinkron) atau Mesin
Induksi
 Mesin Sikron atau mesin Serempak.
 Medan magnetik adalah ruang disekitar
magnet dimana tempat benda-benda tertentu
mengalami gaya magnetik.
 Gaya magnetik dapat ditimbulkan oleh
benda-benda yang bersifat magnetik dan juga
arus listrik/muatan listrik yang bergerak.
 Magnet mempunyai dua kutub, yaitu utara
(U) dan selatan (S). Medan magnetik dapat
digambarkan dengan garis-garis gaya
magnetik yang disebut spectrum magnetik.
 Garis gaya magnetik didefinisikan sebagai
garis khayal yang merupakan lintasan kutub
utara magnet-magnet kecil apabila dapat
bergerak dengan bebas.
o Garis gaya magnetik selalu memancar
dari kutub utara ke kutub selatan dan
tidak pernah memotong, seperti terlihat
pada gambar 8
o Garis medan magnetik dianggap
mempunyai karakteristik tertentu.
o Semua garis kekuatan:
Mulai pada kutub utara dan berakhir
Gambar 8. Magnet batang sederhana pada kutub selatan

 Kontinu dan selalu membentuk loop


yang lengkung.
 Tidak pernah memotong.
 Cenderung memendek sendiri ,
karenanya garis magnet diantara kutub
yang berbeda menyebabkan kutub
ditarik lebih dekat.
 Masuk dan keluarnya material magnet
pada sisi kanan permukaan.
 Melewati semua material, magnet
Gambar 9. Garis medan magnet batang ataupun nonmagnet. Selain itu, tidak ada
sederhana isolator untuk kuat garis magnet.
Medan Magnetik di Sekitar
Arus Listrik
Hans Christian Oersted (1777-1851 orang Denmark)
merupakan orang pertama yang menemukan adanya
medan magnet disekitar arus listrik.

Dari gambar, tampak jarum


kompas diletakkan di bawah
kawat penghantar.
Saat saklar terbuka, pada
kawat tidak ada arus listrik
yang mengalir dan jarum
kompas pada posisi sejajar
dengan kawat.
• Apabila saklar ditutup sehingga
arus mengalir pada kawat
penghantar, maka jarum kompas
menyimpang.
• Simpangan jarum kompas
tergantung arah arus pada kawat
dan letaknya.

Percobaan Oersted menunjukkan bahwa :


• Arus listrik menghasilkan gaya yang dapat memutar sebuah
magnet yang ada didekatnya.
• Besarnya gaya bergantung kepada kedudukan relative
antara arus dan magnet.
Dari percobaan ini, Oersted menyimpulkan bahwa "disekitar
penghantar berarus listrik timbul medan magnet".
Kaidah Tangan Kanan

Bila ibu jari tangan menunjukkan


arah arus, maka arah garis gaya
atau kuat medan sama dengan
arah jari-jari yang digenggam.
Besarnya gaya listrik di suatu
titik dalam medan listrik
menyatakan kuat medan listrik di
titik tersebut.

Gambar 10. Kaidah Tangan


Kanan
Induksi Elektro Magnetik

1. Hukum Faraday

 Energi mekanik dapat diubah menjadi energi listrik


dengan jalan induksi elektromagnetik.
Dengan induksi elektromagnetik dapat dibangkitkan
energi listrik secara besar-besaran.

 Sifat magnetik dapat ditimbulkan dengan arus listrik,


maka sebaliknya arus listrik dapat ditimbulkan
dengan gaya magnet.
 Apabila sepotong kawat penghantar listrik berada
dalam medan magnet yang berubah-ubah, maka di
dalam kawat tersebut akan terbentuk GGL induksi.
 Apabila sepotong kawat penghantar listrik digerak-
gerakkan dalam medan magnet, maka dalam kawat
penghantar tersebut akan terbentuk GGL induksi.
 Besarnya GGL induksi dinyatakan dengan pers,
e = - N d/ dt (1)
dimana
N : jumlah lilitan
 : fluksi magnet
e : Tegangan induksi, ggl(gaya gerak
listrik)
Hukum Kirchoff 1
Jumlah aljabar dari arus listrik
I1
pada suatu titik percabangan
I2
selalu sama dengan nol
I3
tentang arus (current law),
I5
I4
yang menyatakan bahwa arus
masuk pada satu titik
percabangan akan sama
dengan arus yang keluar
melalui titik yang sama.

I1 + ( -I2 ) + ( -I3 ) + I4 + ( -I5 ) = 0 (2)


I1 + I4 = I2 + I3 + I5
Hukum Kirchoff 2

 Di dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar antara


gaya gerak listrik (ggl) dengan kerugian-kerugian
tegangan selalu sama dengan nol”
 Menyatakan bahwa jumlah tegangan-tegangan
didalam satu rangkaian tertutup sama dengan 0 (nol).
Hukum Lenz

 Arah dari arus GGL induksi ialah sedemikian rupa


sehingga melawan arus yang menimbulkannya
 Arus induksi yang timbul arahnya sedemikian
sehingga menimbulkan medan magnet induksi yang
melawan arah perubahan medan magnet
Hukum Lorentz
 Bila penghantar berarus di letakkan di dalam medan
magnet, maka pada penghantar akan timbul gaya

 Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami kawat berarus


listrik di dalam medan magnet

(a) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar


pula gaya yang bekerja dan makin cepat batang
penghantar bergulir.

(b) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar


akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan
gerak sebelumnya.
Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan
tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur
sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus terhadap
telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah.

F = B.I.L (3)

keterangan :
F adalah gaya lorentz (N)
B adalah kuat medan magnet (Tesla)
I adalah kuat arus listrik (A)
L adalah panjang penghantar (m)
Sistem Tiga Fase
Hampir semua listrik
yang digunakan oleh
Industri dibangkitkan,
Ditransmisikan dan
didistribusikan dalam
sistem tiga fase.
Sistem tiga phase ini
mempunyai besar yang
Gambar 11 Bentuk Gelombang
EMF Tiga Fase
sama (untuk tegangan dan arus) tetapi mempunyai beda
sudut sebesar 1200 antar fasenya. Sistem tiga phase
demikian disebut sebagai sistem tiga fase yang seimbang.
Gambar 12. Gelombang EMF Tiga Phase dalam
bentuk Phasor
Gambar 13. Beda Fase Gelombang EMF Tiga Fase dan
Sistem Tiga Phase dengan 4 kawat
 Secara umum ada dua cara menghubungkan alat ke
rangkaian tiga fase yaitu hubungan Y dan hubungan
delta (∆).
 Kebanyakan generator dihubungkan secara Y, tetapi
beban dapat dihubungkan baik secara Y maupun delta
(∆).
 Dalam hubungan tipe Y, tegangannya adalah
tegangan kawat netral dan arus yang mengalir pada tiap
phase adalah arus kawat.
 Dalam hubungan tipe delta, tegangannya adalah
tegangan kawat ke kawat.
Hubungan bintang (Y)

Gambar 14. Sistem Tiga Fase hub. Bintang urutan abc

Vab, Vbc, Vca = tegangan antara fase dengan fase (VL)


Van, Vbn, Vcn = tegangan antara fase dengan netral (VP)
Jadi pada hub. bintang tegangan
kawat-kawat (VL) √3 kali
tegangan kawat netral (VP) dan
Gambar 15. Sistem Tiga mendahului 300 thd tegangan
Fase urutan abc kawat netral
VL = √3 (VP) (4)
 Arus yang mengalir keluar ke kawat saluran dari
terminal generator a, b, dan c (gambar 18) harus
mengalir dari titik n keluar melalui kumparan
generator.
 Maka arus dalam setiap saluran (IL) harus sama
dengan fase (Ip).
 Dapat dinyatakan dengan persamaan
IL = IP (5)
Hubungan Delta

Gambar 16. Sistem Tiga Fase hub. Delta


Iab, Ibc, Ica = arus antara fase dengan fase (IL)
Ia, Ib, Ic = arus fase (arus kawat) (IP)
Arus kawat (arus jala-jala = IL) √3
kali arus fase (IP), tertinggal 300
thd arus fase
IL = √3 IP
Gambar 17. Sistem Tiga Fase hub. Delta
 Pengamatan dari diagram menunjukkan bahwa
tegangan yang dibangkitkan dalam fase a juga
merupakan tegangan antara saluran a dan b.
 Oleh sebab itu dalam hubungan Delta,
VL = Vp (6)
Daya dan Faktor Daya

 Daya listrik DC dirumuskan sebagai :


P=V.I (7)
dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Amper)
 Daya listrik AC satu fase:
P = V.I. cos Φ (8)
dimana :
V = tegangan kerja = 220 (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Amper)
cos Φ= faktor daya (cos phi)
 Daya listrik AC tiga fase :

 Dari rumus daya dalam rangkaian satu fase, daya


dalam setiap fase (Pp) baik hubungan – delta maupun -
Y adalah:
Pp = VpIp. cos Φ (9)

dimana Φ adalah sudut antara arus fase dan tegangan


fase.
 Daya yang dihasilkan dalam tiga-fase dalam hubungan
tiga-fase yang seimbang adalah ;
P = 3 Pp = 3 Vp. Ip. cos Φ (10)
Tetapi dalam hubungan Y
VL
Ip = IL , danVp =
3
Maka daya tiga-fase dalam hubungan –Y yang
dinyatakan dalam tegangan dan arus saluran adalah:
VL
P=3 IL cos φ = 3 VLIL cos φ (11)
3

Dalam hubungan delta


VL
P=3 IL cos φ = 3 VLIL cos φ (12)
3
dimana:
VL = tegangan antar phase =380 (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Amper)
cos Φ = faktor daya (cos phi)

cos Φ = faktor daya


= (VI cos Φ/VI)

Gambar 18. Faktor Daya


Contoh soal
1. Suatu Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari tiga buah
impedansi, mempunyai tahanan 8 ohm dan reaktansi 6 ohm
dihubungkan
a. Secara bintang
b. Secara delta
Tentukan daya yang dipakai pada tiap kasus tsb diatas bila
beban disuplai oleh sumber 400V.
Penyelesaian :
1. Hub. Bintang
Impedansi, Z = R + jX = 8 + j6 = 10 ohm
VP = (VL/√3)
IP = IL = (400/10√3) = 40/√3

Daya : P = 3 VP IP cos Φ
= √3 VL IL cos Φ
cos Φ = (R/Z) = 0.8
P = √3. 400. 40/√3 0.8 = 12.800 VA
2. Hub. Delta
VL = VP = 400 V
IL = (400/10) = 40 A
IP = 40/√3
Daya = √3 VL IL cos Φ
= √3 . 400. 40/√3. 0.8
= 12.800 VA
2. Berapa besar arus dari lampu TL (neon) dengan daya 40
watt tegangan 220 V dan faktor daya 0,5 ?
Penyelesaian :
P1Φ = VI cos Φ watt
40 = 220. I. 0,5
40 = 110 I
I = (40/110) A = 0,4 A
Bila faktor daya dinaikkan misalnya cos Φ = 1
P1Φ = VI cos Φ watt
40 = 220. I. 1
I = (40/220) A = 0,2 A
 Perhitungan pemakaian listrik adalah berdasarkan arus
listrik (I) yang mengalir.
 Dari kasus diatas terlihat bahwa bila faktor daya suatu
peralatan listrik dinaikkan, maka pemakaian listrik akan
lebih hemat
Dasar-dasar Mesin Listrik

Gambar 19. Bagan mesin elektrik

Pengertian Mesin Listrik


Mesin Listrik  suatu alat konverter yang mengubah
tenaga mekanik menjadi tenaga elektrik (generator)
atau sebaliknya mengubah tenaga elektrik menjadi
tenaga mekanik (motor) dgn prinsip elektromagnetik
Fungsi medan magnet
dalam mesin listrik
a. Menginduksikan tegangan (berdasarkan Hk.
Faraday)
(13)

dimana : e = tegangan induksi (Volt)


B = kerapatan fluksi (Tesla atau
Weber/m2)
l = panjang konduktor (m)
V = kecepatan gerak konduktor (m/det)
Arah daya listrik ini, ditentukan berdasarkan kaidah
tangan kanan : dimana jempol, jari telunjuk dan jari
tengah yang saling tegak lurus menunjukkan masing-
masing perputaran (v), medan magnetik (B) atau U-S
(kutub) dan besaran galvanis (e).

Gambar 20. Arah Daya Listrik


b.Menghasilkan gaya ( Hk. Biot Savart)
Besar gaya yang dialami konduktor dinyatakan oleh :
F=BIl (14)
dimana : F = gaya yang bekerja pada konduktor
I = arus yang mengalir dalam
konduktor (A
l = panjang konduktor (m)
Konstruksi Mesin Listrik
 Rangka Stator, dibuat dari besi tuang. Rangka stator
merupakan rumah dari bagian-bagian lain dalam generator.
Fungsi utamanya adalah sebagai tempat untuk mengalirnya fluks
magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnet.
 Inti kutub magnet , berfungsi sebagai tempat terjadinya fluks
magnet. Untuk generator dengan kapasitas kecil digunakan
magnet permanen, dan untuk generator kapasitas besar
digunakan magnet buatan (elektromagnetik).
 Rotor (jangkar, angker) , merupakan bagian yang berputar.
Pada Genenrator DC jangkar yang digunakanbiasanya berbentuk
silinder yang pada bagian permukaannya diberi alur-alur sebagai
tempat kawat-kawat lilitan. Bahan yang digunakan untuk
pembuatan jangkar dari bahan ferromagnetic yang dibuat
berlapis-lapis.
 Sikat-sikat, berfungsi sebagai penghubung aliran arus
listrik dari lilitan jangkar dengan beban. Bahan yang
digunakan untuk pembuatan sikat-sikat dari arang.
 Kawat Lilitan jangkar, adalah tempat terbentuknya ggl
induksi. Dalam satu alur terdiri atas beberapa kawat
yang disebut dengan kumparan. Antara kumparan satu
dengan lainnya dihubungkan secara seri.
 Komutator, digunakan sebagai penyearah (komutasi).
Komutator pada prinsipnya mempunyai bentuk yang
sama dengan cincin yang dibelah menjadi dua yang
dipisahkan dengan bahan penyekat. Masing-masing
komutator dihubungkan dengan sisi kumparan tempat
terjadinya ggl induksi.
GENERATOR ARUS SEARAH
(DC)
Pengertian

Generator DC adalah suatu peralatan tenaga


listrik yang berfungsi untuk mengubah energi
primer putaran(mekanik) menjadi energi listrik arus
searah (dc).
BAGIAN GENERATOR

Terminal Komutator
Rangka stator
Ujung pelindung
Jangkar Komutator

Ujung pelindung Penggerakr Sepatu Kutup Pemegang sikat dan


Kumparan Medan sikat arang

Gambar 21. Bagian Generator DC


Bagian bergerak yang disebut Rotor,
dan bagian diam yang disebut Stator.
Masing-masing bagian mempunyai
lilitan kawat. Pada Stator, lilitan
kawat berfungsi sebagai pembangkit
medan magnet, sedangkan pada
Rotor, pembangkit gaya gerak listrik.

Gambar 22 . Stator dan Rotor


Generator DC
Konstruksi Jangkar Generator DC

Gambar 23 . Konstruksi Jangkar Generator DC


A. PROSES INDUKSI YANG MENGHASILKAN
LISTRIK ARUS SEARAH

• Bila kawat melingkar diletakkan di antara dua


kutub utara dan selatan maka akan memotong
garis-garis gaya sehingga dalam kawat terjadi arus
induksi.
• Arus induksi yang dihasilkan berupa arus bolak-
balik.
• Arus bolak-balik yang dihasilkan itu kemudian
diubah menjadi arus searah dengan memakai dua
sekat lempengan logam setengah lingkaran (cincin
slip/komutator) .
• Besar GGl induksi tergantung pada jumlah garis
gaya yang dipotong tiap detik.
• Kumparan yang diinduksikan gaya gerak listrik
disebut anker. Untuk mencapai tegangan yang
tinggi, kawat kumparannya digulung pada sebuah
inti besi dan menggunakan banyak lilitan.
• Ujung-ujung kumparan dihubungkan pada
komutator yang terdiri dari dua cincin slip yang
disekat satu sama lain.
• Pada kedua belahan cincin tersebut disinggungkan
sikat-sikat yang terbuat dari granit yang
dihubungkan ke kutub-kutub generator.
• Kedudukan sikat-sikat sedemikian hingga terselip
dari segmen komutator yang satu ke segmen yang
lain pada saat GGL berubah arah selama waktu
kumparan berputar. Di dalam rantai aliran luar
terdapat tegangan searah yang berubah-ubah.
• Jika kumparan berputar 180 derajat, maka selama
putaran itu akan terjadi gaya gerak listrik induksi
yang arahnya tetap. Setelah berputar 180 derajat
sikat-sikat bersinggungan dengan isolator sehingga
dalam aliran luar tidak ada arus. Pada perputaran
berikutnya terjadi GGL induksi lagi, tetapi karena
bentuk komutator demikian, maka pada aliran luar
GGL itu tetap sama seperti semula.
B. PRINSIP KERJA GENERATOR ARUS
SEARAH
• Prinsip kerja suatu generator arus searah berdasarkan
Hukum Induksi Faraday (persamaan 15):
e = - N d/ dt (15)
dimana :
N : jumlah lilitan
 : fluksi magnet
e : tegangan imbas, ggl(gaya gerak listrik)
• Dengan lain perkataan, apabila suatu konduktor
memotong garis-garis fluksi magnetik yang berubah-
ubah, maka ggl akan dibangkitkan dalam konduktor
itu.
• Jadi syarat untuk dapat dibangkitkan ggl adalah :
- harus ada konduktor ( hantaran kawat )
- harus ada medan magnetik
- harus ada gerak atau perputaran dari
konduktor dalam medan, atau ada fluksi yang
berubah yang memotong konduktor itu.
• Untuk menentukan arah arus pada setiap saat,
berlaku aturan kaidah tangan kiri :
- ibu jari : gerak perputaran
- jari telunjuk : medan magnetik kutub u dan s
- jari tengah : besaran galvanis tegangan U dan
arus I
Gambar 24. Kaidah Tangan Kiri
Untuk memperoleh arus searah dari tegangan bolak balik,
meskipun tujuan utamanya adalah pembangkitan tegangan
searah, tampak bahwa tegangan kecepatan yang dibangkit-
kan pada kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-
balik. Bentuk gelombang yang berubah-ubah tersebut
karenanya harus disearahkan.
• Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik
dengan menggunakan
- saklar
- komutator
- dioda
1. Sistem Sakelar
• Sakelar berfungsi untuk menghubung singkatkan
ujung-ujung kumparan.
• Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
Bila kumparan jangkar berputar, maka pada kedua
ujung kumparan akan timbul tegangan yang sinusoida.
• Bila setengan periode tegangan positif sakelar di
hubungkan, maka tegangan menjadi nol. Dan bila
sakelar dibuka lagi akan timbul lagi tegangan.
• Begitu seterusnya setiap setengah periode
tegangan saklar dihubungkan, maka akan di
hasilkan tegangan searah gelombang penuh.
3. Sistem Komutator
• Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk
menghubung singkatkan kumparan jangkar.
• Komutator berupa cincin belah yang dipasang
pada ujung kumparan jangkar.
• Bila kumparan jangkar berputar, maka cincin
belah ikut berputar.
• Karena kumparan berada dalam medan magnet,
akan timbul tegangan bolak balik sinusoidal.
• Komutasi terjadi pada waktu e = 0 atau pada waktu
sikat melalui daerah netral.
• Guna komutasi adalah untuk menyearahkan ggl.
• Terdiri dari beberapa lamel, dalam praktek lamel
ini banyak jumlahnya.

• Lebar lamel sama dengan lebar segmen komutator


Prinsip Kerja Komutator

 Komutasi adalah proses untuk menyearahkan arus


GGL.
 Pada generator arus searah, penyearahan dilakukan
secara mekanis dengan menggunakan alat yang
disebut komutator. Komutator pada prinsipnya
mempunyai bentuk yang sama dengan cincin seret,
hanya cincin tersebut dibelah dua kemudian
disatukan kembali dengan menggunakan bahan
isolator. Masing-masing bahan komutator
dihubungkan dengan sisi kumparan tempat
terbentuknya GGL.
Prinsip Kerja Komutator

20 A 20 A 20 A

A B C
a b c

40 A

1. Jangkar dinyatakan berputar kekanan.


2. Pada saat ini arah arus pada kumparaan A dan B
kekanan sedang pada C kekiri
3. Sehingga arus dari B dan C masuk
Prinsip Kerja Komutator

20 A 0 20 A

A B C
a b c

40 A

Keterangan gambar :
1. Arus pada kumparan B = 0, karena kumparan B
dihubungkan singkat oleh segmen komutator.
2. Arah arus dari kumparan dari gulungan A dan C
masih kekanan dan kekiri. Sehingga arus terkumpul
sama 40 A
Prinsip Kerja Komutator

20 A 20 A 20 A

A B C
a b c

40 A

Keterangan gambar :

Pada kedudukan ini arah arus pada kumparan B


sudah berbalik kekiri. Dan arah arus A ke kanan
sehingga jumlah arus yang terkumpul 40 A.
Adanya perubahan arus yang berbalik arah dalam
kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnit
akan menghasilkan tegangan induksi (ggl) dengan
bentuk gelombang seperti ditunjukkan pada gambar 25,
Ea

Gambar 25. Bentuk tegangan yang dihasilkan


dalam Proses Komutasi
4. Sistem Dioda
• Dioda adalah komponen pasif yang mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut:
- Bila diberi prasikap maju (forward bias) bisa dialiri
arus.
- Bila diberi prasikap balik (reverse bias) dioda tidak
akan dialiri arus.
• Berdasarkan bentuk gelombang yang dihasilkan,
dioda dibagi dalam:
- Half wave rectifier (penyearah setengah
gelombang)
- Full wave rectifier (penyearah satu gelombang
penuh)
JENIS GENERATOR DC

Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan


medannya, generator arus searah dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Generator berpenguatan bebas
Generator tipe penguat bebas/terpisah adalah
generator yang lilitan medannya dapat
dihubungkan ke sumber dc yang secara listrik tidak
tergantung dari mesin.
Tegangan searah yang dipasangkan pada kumparan
medan yang mempunyai tahanan Rf akan
menghasilkan arus If dan menimbulkan fluks pada
kedua kutub. Tegangan induksi akan dibangkitkan
pada generator.
JENIS GENERATOR DC

b. Generator berpenguatan sendiri


Umumnya generator-generator ini dibuat sedemikian
rupa agar dapat memberikan penguatan sendiri.
Sebelum dapat bekerja dengan penguatan sendiri
biasanya kutub-kutub magnit harus diberi arus penguat
untuk mendapatkan remenensi magnit (magnit sisa)
dari suatu sumber lain.
Besaran yang mempengaruhi kerja dari generator :
- Tegangan jepit (Vt)
- Arus eksitasi (penguatan) (If)
- Arus jangkar (Ia)
- Kecepatan putar (n)
JENIS GENERATOR DC

GENERATOR DC

Penguatan terpisah Penguatan sendiri

Penguatan Penguatan Penguatan


Shunt ser Kompon

Gambar 26. Jenis Generator DC


Generator DC Penguatan Terpisah

Generator jenis ini memiliki rangkaian medan yang terpisah


sama sekali dengan rangkaian jangkarnya. Arus penguatan
untuk medan magnit dapat dibangkitkan oleh suatu sumber
arus searah tersendiri, misalnya baterai atau jenis suplay dc
yang lain

Gambar 27. Generator DC Penguatan Terpisah


Persamaan yang digunakan
• dimana :
• Ea : Tegangan Generator
• Vf : tegangan penguat medan(volt)
• If :arus penguat medan (Ampere)
• Rf :tahanan penguat medan(ohm)
• Ia : Arus jangkar (Ampere)
• Ra : Tahanan jangkar (ohm)
• V sik :tegangan drop sikat generator(volt)
• Vt :Tegangan beban (tegangan terminal (volt)
 Persamaan tegangan
Vf = If Rf Volt (16)
Ea = Ia Ra + Vt +∆Vsi Volt (17)
Ea = kd ø n (18)
 Persamaan arus :
Ia = I L (19)
 Persamaan daya
Pin =Ia Vt (20)
Persamaan yang digunakan
• Pout =IL VL
• Plosses=Pin -Pout
• η=Pout/Pin x 100 %
• Plosses=Rugi tembaga + Rugi mekanik
• Dimana :
• VL : tegangan beban
• IL :arus beban
• Pin : daya yang dibangkitkan generator
• η : Efisiensi generator
• Plosses:daya yang hilang
• Ra : tahanan jangkar
Generator DC Penguatan Sendiri Seri

Ea = Vt + Ia (Ra + Rse )
Ia = Ise = IL
Pout = VtIL
Pa = EaIa

Gambar 28. Generator DC Seri


Generator DC Penguatan Sendiri Shunt

Ea = Vt + IaRa
Vt = IshRsh = IL ZL
Ia = Ish + IL
Pa = EaIa

Pout = VtIL

Gambar 29. Generator DC Shunt


Generator DC Penguatan Sendiri Kompon
Panjang

Ea = Vt + Ia (Ra + Rse ) + ΔVsi

Vt = IshRsh = IL ZL

Ia = Ise = Ish + IL
Pa = EaIa

Pout = VtIL

Gambar 29. Generator DC Kompon


Panjang
Generator DC Penguatan Sendiri Kompon
Pendek

Ea = Vt + IaRa + IseRse + ΔVsi

Ia = Ish + IL
Vt + ILRse
Ish =
Rsh
Pout = VtIL

Pa = EaIa

Gambar 30. Generator DC Kompon Ise = IL


Pendek
Effisiensi Generator

• Efisiensi didefinisikan sebagai rasio antara daya


output dengan daya input, dirumuskan :

Pout Pout
η= x100% = x100% (21)
Pin Pout + Prugitotal

• Semakin besar nilai presentase efisiensi, maka semakin


baik kualitas generator
MEDAN JANGKAR DAN
REAKSI JANGKAR

• Jangkar adalah suatu kumparan. Bila kumparan ini


dilalui arus, maka akan terjadi medan jangkar.
• Medan jangkar ini akan mempengaruhi medan utama,
pengaruh inilah yang disebut sebagai reaksi jangkar.
• Gambar wujud reaksi jangkar adalah sebagai
ditunjukkan pada gambar 31 berikut,
Gambar 31 a). Distribusi fluksi kutub utama (p)
ketika kutub utama diberi penguatan
Gambar 31 b). Distribusi fluksi jangkar (a) ketika kumparan
jangkar dilalui arus.Pada saat generator dibebani,
akan timbul arus jangkar. Arus jangkar ini akan
menyebabkan timbulnya fluksi a
Gambar 31.c.Resultante fluksi medan utama (p) dengan fluksi
medan jangkar (a) akan menghasilkan resultante
yang arahnya bergeser dari arah medan utama
dengan sendirinya garis netral juga ikut bergeser.
Gambar 31. d. Pada beban nol daerah netral magnetik tegak lurus
OB yaitu garis OA. Pada keadaan dibebani, arus
jangkar menimbulkan a searah dengan OA. res
letaknya searah dengan OC
• Pengaruh adanya interaksi antara medan utama dan
medan jangkar ini disebut reaksi jangkar.
• Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama
tidak tegak lurus pada garis netral n, tetapi bergeser
sebesar sudut α. Dengan kata lain, garis netral akan
bergeser.
• Pergeseran garis netral akan melemahkan tegangan
nominal generator.
• Makin besar beban maka makin besar pula reaksi
jangkar.
Akibat-akibat buruk reaksi jangkar :
- Terjadi distorsi medan
- Terjadi loncatan bunga api karena bertambah
besarnya tegangan antara lamel-lamel
- Terjadi “ Demagnetisasi”
- Pada tiap perubahan beban daerah netral
magnetik tergeser
- Timbul ggl induksi sendiri yang menentang
komutasi arus selama saat-saat hubung pendek,
kumparan yang berkomutasi.
• Untuk mengembalikan garis netral ke posisi awal,
dipasangkan medan magnet bantu (interpole atau
kutub bantu) dan kutub kompensasi,seperti
ditunjukkan pada Gambar 32.(a).
• Lilitan magnet bantu berupa kutub magnet yang
ukuran fisiknya lebih kecil dari kutub utama.
Dengan bergesernya garis netral, maka sikat
yang diletakkan pada permukaan komutator dan
tepat terletak pada garis netral n juga akan
bergeser.
Gambar 32. Generator dengan Kutub Bantu (a) dan
Generator Kutub Utama, Kutub Bantu, Belitan
Kompensasi (b).
• Jika sikat dipertahankan pada posisi semula (garis
netral), maka akan timbul percikan bunga api, dan
ini sangat berpotensi menimbulkan kebakaran atau
bahaya lainnya. Oleh karena itu, sikat juga harus
digeser sesuai dengan pergeseran garis netral. Bila
sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek, sebab
sikat terhubung dengan penghantar yang
mengandung tegangan.
• Medan magnet kompensasi dipasangkan pada kaki
kutub utama baik pada lilitan kutub utara maupun
kutub selatan, seperti ditunjukkan pada gambar 32
(a) dan (b), generator dengan komutator dan lilitan
kompensasinya.
Kini dalam rangkaian generator DC memiliki tiga
lilitan magnet, yaitu:
• lilitan magnet utama
• lilitan magnet bantu (interpole)
• lilitan magnet kompensasi
KERJA PARALEL GENERATOR DC

• Untuk memberi tenaga pada suatu beban kadang-


kadang diperlukan kerja pararel dari dua atau lebih
generator.
• Pada penggunaan beberapa buah mesin perlu
dihindari terjadinya beban lebih pada salah satu
mesin.
• Kerja pararel generator juga diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi yang besar pada
perusahaan listrik umum yang senantiasa
memerlukan tegangan yang konstan.
• Untuk hal-hal yang khusus sering dynamo
dikerjakan pararel dengan aki, sehingga secara
teratur dapat mengisi aki tersebut.
Karakteristik Generator DC

Karakteristik adalah sebuah gambar grafik yang


menyatakan hubungan antara dua nilai listrik
yang menentukan sifat-sifat mesin arus searah
sebagai generator.
Karakteristik Generator DC dibagi menjadi 2 :
1. Karakteristik Tanpa Beban (beban Nol)
2.Karakteristik Berbeban
Karakteristik Generator DC

1. Karakteristik beban nol menggambarkan hubungan


antara arus medan dan emf yang dihasilkan pada
keadaan tanpa beban dan putaran konstan
E0  f(If ) (22)

IL = 0
n = konstan
2. Karakteristik berbeban, menggambarkan hubungan
antara tegangan terminal dan arus medan pada
kecepatan yang konstan.
Vt  f(If ) (23)
n = konstan
beban konstan
Karakteristik Generator DC

Bila generator dibebani, maka akan mengalir arus


beban sebesar IL. Pada karakteristik beban, generator
diberi beban konstan. Karateristik beban menggambar-
kan hubungan antara tegangan jepit (Vt ) sebagai fungsi
arus penguat magnet (If ) pada pembebanan dan
kecepatan konstan.
Vt = f (If) pada beban konstan dan n = konstan
Karakteristik Tanpa Beban
Generator DC Penguatan Terpisah

• Dari persamaan Ea = knΦ, bila n = konstan, maka ggl


berbanding lurus dengan .
Grafiknya merupakan garis lurus untuk daerah sebelum
kutub magnet jenuh.
• Bila arus medan bertambah,  bertambah karenanya ggl
yang dihasilkan juga bertambah. Akan tetapi dengan
bertambahnya fluks density kutub menjadi saturasi
(jenuh).
Semakin besar arus medan If semakin besar tegangan
yang dihasilkan.

Ea [=
k]

If [=Vf/Rf]

Gambar 33. Karakteristik Tanpa Beban Generator DC


Penguatan Terpisah
Karakteristik Berbeban
Generator DC Penguatan Bebas
• Grafik yang menunjukkan hubungan antara tegangan
terminal Vt dan arus medan If pada saat generator
dibebani disebut juga sebagai grafik saturasi beban.
• Grafik ini dapat diturunkan dari grafik beban nol bila
harga reaksi jangkar dan tahanan jangkar diketahui.
• Tegangan akan turun karena pengaruh reaksi jangkar
dan demagnetisasi.
 Untuk memperoleh tegangan yang konstan dan ggl yang
sama seperti pada keadaan tanpa beban penguatan harus
ditambah dengan ac = bd.
 Titik d pada garis LS menyatakan hubungan antara
tegangan Ea yang dihasilkan pada keadaan berbeban dan
arus penguatan medan. Garis LS sejajar dengan garis ob.
 Tegangan terminal Vt lebih kecil dibandingkan dengan ggl
yang dihasilkan Ea, sebesar Ia Ra. Garis vertikal de = Ia Ra
E
Eo
S
b d
P
Tegang
an e
m n Vt

0 L M a c
If

Gambar 34. Karakteristik Berbeban Generator DC


Penguatan Terpisah
Karakteristik Tanpa Beban
Generator DC Shunt

 Karakteristik tanpa beban dari generator shunt hampir


sama dengan karakteristik generator berpenguatan
bebas.
 Pada generator penguatan sendiri, generator itu
sendirilah yang membangkitkan arus penguat
medan magnit, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut
Gambar 35. Karakteristik tanpa beban
generator shunt
Karakteristik Berbeban
Generator DC Shunt

Karakteristik berbeban generator shunt sama dengan


karakteristik berbeban generator berpenguatan terpisah.
Karakteristik Tanpa Beban
Generator DC Seri
Pada generator seri arus jangkar, arus medan dan arus
beban adalah sama. Pada keadaan tanpa beban, arus
medan sama dengan nol, sehingga karakteristik tanpa
beban generator seri tidak dapat dibuat.
Karakteristik Berbeban
Generator DC Seri
Karakteristik berbeban dari generator seri juga tidak
dapat dibuat, karena arus beban dan arus medan tidak
dapat diubah secara terpisah.
Karakteristik Tanpa Beban
Generator DC Kompon
Karakteristik tanpa beban dari generator kompon adalah
sama dengan karakteristik tanpa beban generator shunt,
karena pada beban nol lilitan medan seri tak berarus.
Atau pada beban nol ini pada generator shunt arusnya
kecil sekali sehingga pengaruhnya pada belitan shunt
dapat diabaikan.
Jadi karakteristik tanpa beban untuk generator kompon
adalah sama seperti pada generator shunt.
Karakteristik Berbeban
Generator DC Kompon
Bentuk karakteristik berbeban generator kompon sama
dengan karakteristik generator shunt, hanya saja
letaknya lebih tinggi, karena pengaruh belitan serinya.

Gambar 36. Karakteristik berbeban generator kompon


 Bagi ggl = Or, diperlukan arus medan sebesar Oa. Untuk
mengimbangi reaksi jangkar arus medan diperkuat
(ditambah) dengan ab. Dengan adanya belitan seri, arus
medan diperkecil dengan sp, sisanya On adalah merupakan
arus shunt.
 Bila kerugian tegangan dimisalkan sama dengan pq, maka
q merupakan titik karakteristik beban.
 Dimisalkan mq tidak berubah, maka titik-titik karakteristik
lainnya dapat ditentukan dengan menggeserkan garis mq
sejajar sedemikian sehingga titik m tetap pada karakteristik
beban nol dan titik q merupakan karakteristik titik-titik
beban.
Contoh Soal

1. Sebuah generator Shunt memberi arus ke beban 450A,


dengan tegangan 230 volt. Tahanan medan 50 ohm,
tahanan jangkar 0.03 ohm.
Tentukan EMF yang diangkitkan.
2. Sebuah generator Shunt 36 Kw, 280 volt
menginduksikan tegangan pada jangkar 290 volt.
Tentukan tahanan jangkar dan tahanan medan jika arus
medan Shunt 2 A.
Penyelesaian Soal

1. IL = 450 A
Vt = 230 volt
Rsh = 50 ohm
Ra = 0.03 ohm
Ea = Vt + Ia Ra
Ia = IL + Ish
Ish = (Vt/Rsh) = 230/50 = 4,6 A
Ia = 450 + 4,6 = 454,6 A
Ea = Vt + Ia Ra
= 230 + 454,6 x 0,03
= 243,6 volt
. 2. Pout = 36 Kw
Vt = 280 volt
Ea = 290 volt
Ish = 2 A
Ea = Vt + Ia Ra → Ra = (Ea – Vt)/Ia
Ia = IL + Ish
IL = (36.000/280) = 128,57 A
Ia = (128,57 + 2) A = 130,57 A
Ra = (290 – 280)/130, 57 = 0,0766 ohm
Rsh = Vt/Ish = 280/2 = 140 ohm
MOTOR ARUS SEARAH (DC)
Pengertian

Motor Arus Searah (dc) adalah suatu


peralatan yang berfungsi merubah daya listrik
menjadi daya mekanik.
Konstruksi motor arus searah dan
generator arus searah tidak ada
perbedaan, jadi pada prinsipnya motor
arus searah dapat digunakan sebagai
generator arus searah demikian juga
sebaliknya
Prinsip Kerja
• Kalau sebuah kawat yang sudah dialiri arus
diletakkan antara dua buah kutub magnit
(utara – selatan), maka pada kawat itu akan
bekerja suatu gaya yang menggerakkan kawat
itu.
• Arah gerak kawat itu dapat ditentukan dengan
kaidah tangan kiri dimana bila tangan kiri
dibuka diletakkan diantara dua kutub, sehingga
gaya keluar dari kutub utara menembus telapak
tangan kiri dan arus didalam kawat mengalir
searah dengan arah jari-jari, maka kawat itu
akan mendapatkan gaya yang arahnya sesuai
dengan arah ibu jari (lihat gambar 37.)
PRINSIP KERJA

Besarnya gaya tsb.


dapat ditentukan
dengan persamaan :
F = BIl Newton

dimana : B =
kerapatan flux
(Weber)
I = arus listrik
yang mengalir
(Ampere)
l = panjang
Gambar 37. Prinsip Kerja Motor DC
konduktor (meter)
Motor berpenguatan bebas

Vf = If Rf

Ia = IL

Vin = IL Vt

Pa = EaIa

Ea = Vt - IaRa - ΔVsi

Gambar 38. Motor DC Penguatan


Bebas
Motor DC Seri

Ea = Vt - Ia (Ra + Rse ) - ΔVsi

IL = Ise = Ia
Pin = VtIL
Pa = EaIa

Gambar 39. Motor DC Seri


Motor DC Shunt

Ea = Vt - IaRa - ΔVsi

IL = Ish + Ia
Pin = VtIL
Pa = EaIa

Gambar 40. Motor DC Shunt


Motor DC Penguatan Sendiri
Kompon Panjang

Ea = Vt - Ia (Ra + Rse ) - ΔVsi

IL = Ise + Ish
Pin = VtIL
Pa = EaIa

Ise = Ia

Gambar 41. Motor DC Kompon


Panjang
Motor DC Penguatan Sendiri
Kompon Pendek

Ea = Vt - IaRa + ILRse - ΔVsi

IL = Ise + Ish
Pin = VtIL
Pa = EaIa

Ise = IL

Gambar 42. Motor DC Kompon


Pendek
Karakteristik Motor DC

Ada tiga karakteristik utama dari motor dc yaitu :


1. Karakteristik torsi – arus jangkar
2. Karakteristik kecepatan – arus jangkar
3. Karakteristik kecepatan - torsi
Hubungan torsi dan arus dari motor dc dinyatakan
dengan persamaan yaitu Ta = kIa (Ta ≈ Ia)
dan hubungan antara putaran dengan 
dinyatakan dengan persamaan yaitu Ea = kn
(n=Ea/)
Karakteristik Motor DC Shunt

1. Karakteristik torsi – arus jangkar


Pada motor shunt, bila tegangan terminal Vt
konstan, maka arus medan (Ish) konstan,
sehingga  juga konstan, oleh karena itu
T  Ia. Karakteristiknya merupakan garis lurus
2. Karakteristik kecepatan – arus jangkar
Oleh karena  konstan, maka n  Ea. Ea juga
praktis konstan sehingga n juga konstan.
3. Karakteristik kecepatan – torsi
Karakteristik ini dapat diturunkan dari
karakteristik 1 dan 2.
a b c
Gambar 43. Karakteristik Motor DC Shunt
Karakteristi Motor DC Seri

1. Karakteristik torsi – arus jangkar


Pada motor seri, oleh karena Ia = Ish , maka   Ia,
sehingga T  Ia2
Pada beban yang ringan, Ia dan juga  kecil
(berada pada daerah tak jenuh), tetapi bila Ia
bertambah Ta juga bertambah sebanyak kwadrat
arus jangkar.
Oleh karena itu karaktersitik berbentuk para bola
seperti ditunjukkan pada gambar (a).
2. Karakteristik kecepatan – arus jangkar

Perubahan Ea terhadap arus beban sangat kecil


sehingga dapat diabaikan. Jika beban bertambah
(Ia bertambah),  juga bertambah, oleh karena
nya kecepatan berbanding terbalik dengan arus
jangkar ditunjukkan gambar (b). Jika bebannya
berat, Ia besar, kecepatan rendah, Ea akan turun.
Tetapi bila arus beban dan berarti pula arus
jangkar kecil, maka putarannya akan menjadi
sangat besar (tak terhingga), ini sangat mem-
bahayakan. Oleh karena itu motor seri dalam
operasinya harus selalu dikopel dengan beban.
3. Karakteristik kecepatan-torsi
Karakterisk ini diperoleh dari kenyataan bahwa bila
kecepatannya besar, maka torsinya kecil, dapat dilihat
pada gambar c

a b c

Gambar 44. Karakteristik Motor DC Shunt


Contoh Soal

1. Sebuah motor Shunt 100 volt, menarik arus 220 A


Tahanan jangkar dan tahanan medan shunt masing-
masing 0,015 ohm dan 20 ohm
Tentukan : Emf dan daya input yang dihasilkan.

Penyelesaian :
Ish = Vt/Rsh = 100/20 = 5 A
Ia = IL – Ish = 220 – 5 = 215 A
Ea = Vt – Ia Ra
= 100 – (215 x 0,015) = 96,8 V
Pin = Vt x IL
= 100 x 220 = 22.000 W
Contoh Soal

2. Sebuah motor Seri 220 volt, menarik arus 40 A.


Tahanan jangkar dan medan seri masing-masing
0,5 ohm dan 0,25 ohm.
Tentukan : Emf, Rugi2 daya pada jangkar dan medan
seri.

Penyelesaian :
Ea = Vt – Ia (R a + Rse) = 220 – 40 (0,75) = 190 V
Rugi-rugi daya pada jangkar = Ia2 Ra = 402 0,50
= 800 W
Rugi-rugi daya pada medan seri = Ise2 Rse
= 402 x 0,25
= 400 W
1. Ish = Vt/Rsh = 100/20 = 5 A
Ia = IL – Ish = 220 – 5 = 215 A
Ea = Vt – Ia Ra
= 100 – (215 x 0,015) = 96,8 V
Pin = Vt x IL
= 100 x 220 = 22.000 W
2. Ea = Vt – Ia (R a + Rse)
= 220 – 40 (0,75) = 190 V
Rugi-rugi daya pada jangkar = Ia2 Ra = 402 0,50
= 800 W
Rugi-rugi daya pada medan seri = Ise2 Rse = 402 x 0,25
= 400 W
3. Sebuah motor DC Seri 500 V, mempunyai tahanan
0,2 ohm dan berputar pada 400 rpm, menarik arus
dari jala-jala 60 A.
Tentukan kecepatan motor, bila motor menarik
arus 30 A dengan fluksi 35 % lebih kecil dari fluksi
untuk arus 60 A.

Penyelesaian
Ea1 = Vt – Ia1 (R a + Rse) = 500 – (60 x 0,2) = 488 V
(untuk N1 = 400 rpm)
Ea2 = Vt – Ia2 (R a + Rse) = 500 – (30 x 0,2) = 494 V
Φ2 = 0,65 Φ1

N2/N1 = Ea2/Ea1 x Φ1/Φ1


N2/400 = 494/488 x Φ1/ 0,65 Φ1
= 494/488 x 1/0,65
N2 = (400 x 494)/(488 x 0,65) = 622 rpm
TRANSFORMATOR
(TRAFO)
Pengertian

Transformator atau biasa dikenal dengan trafo berasal


dari kata transformatie yang berarti perubahan.
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau
lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,
melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik, dimana perbandingan
tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding
lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan
berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.
Penggunaan Trafo

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator


dikelompokkan menjadi:
•Transformator daya
•Transformator distribusi
•Transformator pengukuran; yang terdiri dari
transformator arus dan transformator tegangan.
Sebuah Transformator
satu phasa terdiri dari
dua belitan yaitu
belitan pertama yang
dihubungkan dengan
suplai arus bolak-balik,
disebut sebagai belitan
primer.

Gambar 44. Belitan Primer dan


Sekunder dari Transformator
Outputnya dari belitan kedua, disebut sebagai belitan
sekunder.
Bila terdapat belitan ketiga disebut dengan belitan
tersier.
Konstruksi

Berdasarkan cara melilitkan belitan pada inti ada


dua konstruksi Transformator :

a. Shell type (teras


dikelilingi oleh
kumparan)
b. Core type
(kumparan
dikelilingi oleh
teras)

Gambar 45. Konstruksi


Transformator
e = - N d/ dt (24)
dimana
N : jumlah lilitan (turn)
e : Tegangan induksi, ggl(gaya gerak
listrik) (volt)
d/ dt : perubahan fluksi (weber/sec)

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak


balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator,
sedangkan dalam bidang elektronika, transformator
digunakan sebagai gandengan impedansi antara
sumber dan beban untuk menghambat arus searah
sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian.
PRINSIP KERJA TRAFO
• Apabila kumparan primer dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik
akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup
maka mengalirlah arus primer.
• Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di
kumparan primer terjadi induksi (self induction)
dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder
karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau
disebut sebagai induksi bersama (mutual induction)
yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di
kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder
jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik
dapat ditransfer keseluruhan (secara agnetisasi)
.

Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan


dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal, akan
mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoidal dan
dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan
tertinggal 900 dari V1.

Gambar 46 Trafo Dalam Keadaan Gambar 47 Rangkaian Ekivalen Trafo


Tanpa Beban Dalam Keadaan Tanpa Beban
Arus primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan
juga berbentuk sinusoidal.

Ф = Фmax sin ωt (weber) (25)

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan


induksi е1 (sesuai Hukum Induksi Faraday):

e1 = - N1
dt

d(Φmaks sin ωt )
e1 = - N1 = - N1ωΦmaks cos ωt
dt
e1 = - N1ωΦmaks sin( ωt - 900 ) (tertinggal 90º dari φ)
e1 = gaya gerak listrik (Volt)
N1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω = kecepatan sudut putar (rad/sec)
Φ = fluks magnetik (weber)

Harga Efektifnya

N1ωΦmaks N1 2πfΦmaks
E1 = = = 4,44N1fΦmaks (25)
2 2
Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga
menimbulkan :

e2 = - N2
dt
e2 = - N2ωΦmaks cos ωt

E2 = 4,44N2 fΦmaks (26)


Sehingga perbandingan antara rangkaian primer
dan sekunder adalah :
E1 N1
= =a (27)
E2 N2 a = perbandingan transformasi
E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
Arus Penguat (Arus Eksitasi)

Arus primer I0 yang mengalir pada saat transformator


tidak dibebani disebut arus penguat (arus eksitasi).
Arus ini terdiri dari 2 komponen, yaitu :
1. Komponen arus pemagnetan yang menghasilkan
fluksi
2. Komponen Arus rugi tembaga Ic yang menyatakan
daya yang hilang akibat adanya rugi histerisis dan
rugi arus eddy. Arus Ic sefasa V1
Gambar 48 Arus Eksitasi Trafo
Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan


beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder,
dimana I = V2 Arus beban I ini akan
2
ZL 2
menimbulkan gaya gerak
magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang
fluks (Ф) bersama yang
telah ada akibat arus
pemagnetan.

Gambar 49 Trafo Dalam Keadaan Berbeban


Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, maka pada
kumparan primer harus mengalir arus I2', yang menentang
fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer
menjadi
I1 = I0 + I2’ (Ampere)
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im ,
sehingga : I1 = Im + I2’ (Ampere)
I1 = arus pada sisi primer (Ampere)
I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Ampere)
I0 = arus penguat (Ampere)
Im = arus pemagnetan (Ampere)
Ic = arus rugi-rugi inti (Ampere)
(1.20)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar


ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM, maka
berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1 – N2 I2
N1 IM = N1 (IM + I2’) – N2 I2
N1 I2’ = N2 I2
Karena IM dianggap kecil, maka I2’ = I1. sehingga :
N1 I1 = N2 I2
I1 N2
I2
=
N1 (28)
Rangkaian Ekivalen Trafo

Gambar 50 Rangkaian Ekivalen Transformator


Dalam Keadaan Berbeban
Rangkaian Ekivalen Trafo

Rugi-rugi daya yang terjadi pada transformator harus


diperhitungkan pada model transformator.
Rugi-rugi tersebut adalah :
1. Rugi-rugi tembaga (copper losses) merupakan rugi-
rugi yang bersifat resistive yaitu rugi-rugi berupa
panas dalam belitan primer dan sekunder ada
transformator.
Besarnya sebanding dengan arus pangkat dua arus
dalam belitan.
2. Rugi-rugi hysterisis adalah rugi-rugi yang di-
sebabkan fluks magnet bolak-balik pada inti besi.
3. Rugi-rugi arus eddy adalah juga merupakan rugi-rugi
yang bersifat resistive yaitu rugi-rugi berupa panas
pada inti transformator. besarnya sebanding dengan
pangkat dua tegangan transformator.
4. Fluks leakage ΦLP dan ΦLS, dimana fluks-fluks ini
akan menghasilkan self inductanse (induktansi
sendiri) pada belitan primer dan belitan sekunder.
Model rugi-rugi tembaga pada belitan primer
dinyatakan sebagai sebuah tahanan RP dan rugi-rugi
tembaga pada belitan sekunder dengan sebuah tahanan
RS.
Arus magnetisasi IM adalah arus yang sebanding
dengan tegangan pada inti dan tertinggal (lagging)
dengan sudut 90 derajat, karenanya dimodel sebagai
sebuah reakstansi RM.
Arus rugi-rugi inti IC dimodel sebagai sebuah tahanan
RC.
Fluks bocor Φ1 dan Φ2 dinyatakan sebagai XP dan XS.
Hasilnya adalah rangkaian ekivalen seperti ditunjuk-
kan pada gambar 51.
Harus diperhatikan bahwa elemen-elemen yang
terbentuk oleh cabang eksitasi ditempatkan dalam
kumparan primer dan induktansi primer . Hal ini
disebabkan oleh karena tegangan pada inti adalah
sama dengan tegangan input .
Gambar 51.a Rangkaian Transformator bila parameter rangkaian
Sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer
Gambar 51.b Rangkaian Transformator bila parameter rangkaian
primer dinyatakan dalam harga rangkaian sekunder
Vp = Ep + IpRp + Ip Xp (29)

Es = Vs + IsRs + IsRs (30)


Ep Np
= =a
Es Ns

E p = aE s

Ep = a( Vs + IsR s + IsR s )
= a(Is ZL + IsRs + Is Xs ) (31)

Np
Oleh karena Is = I's atau
Ns

Is = aI'2
maka

Ep = a2I's ZL + a2I'2Rs + a2I'2 Xs (32)

sehingga

Vp = a2I's ZL + a2I'2Rs + a2I'2 Xs + IpRp + Ip Xp (33)

Untuk lebih memudahkan analisa, biasanya dilakukan


untuk merubah model transformator dimana parameter
rangkaian dinyatakan dalam harga primer atau sebalik-
nya seperti ditunjukkan pada gambar 51.b.
• Persamaan (33) mengandung pengertian bahwa
apabila parameter rangkaian sekunder dinyatakan
dalam harga rangkaian primer, harganya perlu
dikalikan dengan a2.
• Rangkaian ekivalen yang ditunjukkan pada gambar 52,
dalam penyelesaiannya sangat kompleks.
Arus pada cabang eksitasi sangat kecil dibanding arus
beban transformator sehingga drop tegangan pada RP
dan XP diabakan.
• Oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan yaitu
dengan meletakkan cabang eksitasi dibagian depan
transformator, impedansi-impedansi primer dan
sekunder dipindah dan seri satu dengan lainnya,
seperti ditunjukkan pada gambar 53.a dan 53.b.
Dalam beberapa aplikasi, cabang eksitasi kemungkinan
dapat diabaikan, sehingga rangkaian ekivalennya menjadi
sangat sederhana seperti ditunjukkan pada gambar 53.c
dan 53.d berikut.
Gambar 53.a.Rangkaian Transformator bila parameter rangkaian
sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer
Gambar 53.b.Rangkaian Transformator bila parameter rangkaian
primer dinyatakan dalam harga rangkaian sekunder
Gambar 53c.Rangkaian Transformator bila parameter rangkaian
sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer
(tanpa cabang eksitasi)
Gambar 53d.Rangkaian Transformator bila parameter rangkaian
primer dinyatakan dalam harga rangkaian sekunder
(tanpa cabang eksitasi)
RUGI-RUGI DAN EFISIENSI

Gambar 54 Blok Diagram Rugi – Rugi Pada


Transformator
1. Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat
tembaga yang terjadi pada kumparan sekunder dapat
ditulis sebagai berikut :
Pcu = I2 R (Watt) (34)
Formula ini merupakan perhitungan untuk
pendekatan. Karena arus beban berubah–ubah, rugi
tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.
Dan perlu diperhatikan pula resistansi disini
merupakan resistansi AC
2 Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri atas :
• Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks
bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai :
Ph = kh f Bmaks1.6 (watt) (35)
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum (weber)
• Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus
pusar pada inti besi, dinayatakan sebagai .
Pe = ke f2 B2maks (Watt) (36)
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
Pi = Ph + Pe (Watt) (37)

Efisiensi didefinisikan sebagai rasio antara daya


output dengan daya input, dirumuskan

Pout Pout
η= x100% = x100% (38)
Pin Pout + Prugitotal
Regulasi Tegangan

Regulasi tegangan adalah besaran yang memban-


dingkan tegangan output transformator beban nol
dengan tegangan output beban penuh.
Vs ,nl  Vs , fl
VR  x100% (39)
Vs , fl

Oleh karena pada beban nol,VS=VP/a , regulasi


tegangan dapat juga dinyatakan dengan
persamaan
V p / a  Vs , fl (40)
VR  x100%
Vs. fl
Menentukan parameter Trafo

Parameter-parameter transformator seperti terlihat


pada rangkaian ekivalen transformator adalah RC, XM,
REK dan XEK.

Ada dua cara untuk menentukan Parameter-parameter,


yaitu :
1. Tes beban nol (hubungan terbuka)
2. Tes hubung singkat.
1. Tes Beban Nol
• Pada tes hubungan terbuka, Voltmeter (V),
Wattmeter dan Ammeter (A) dipasang pada sisi
primer (sisi tegangan rendah) dan belitan sekunder
(sisi tegangan tinggi) dibiarkan terbuka
• Dalam keadaan tanpa beban, bila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan V1 , maka
akan mengalir arus I0 .
• Berdasarkan pengukuran daya yang masuk (P1 ),
arus I0 dan tegangan V1 diperoleh.
V12
RC = (41)
P1
P0
IC 
Vrated (42)

IM  I 2
0  IC2 
(43)
Vrated
XM  (44)
IM
Gambar 55. Hubungan Transformator
tes Hubungan Terbuka
2. Tes Hubung Singkat
• Satu ujung transformator dihubung singkat (sisi yang
bertegangan rendah atau sekunder), sedangkan sisi
primer dihubungkan dengan sumber tegangan rendah
pada frekuensi rated seperti terlihat pada gambar 56 .
• Hubung singkat berarti impedansi beban sama dengan
nol. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus
dijaga agar tegangan yang masuk (Vhs) kecil sehingga
arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominalnya.
Arus I0 akan relatif kecil bila dibandingkan dengan
arus nominal, sehingga dapat diabaikan.
• Dengan mengukur Vhs , Ihs dan Phs dapat ditentukan
parameter
Gambar 56. Hubungan Transformator
pada tes Hubung Singkat
Phs
Rek = (45)
(Ihs )2
Vhs
Zek = = Rek + jX ek
Ihs (46)

Xek = Z 2 ek - R 2 ek (47)
Contoh Soal

Sebuah transformator 1 phasa 15 kVA, 2400/240 V,


50 Hz, mempunyai data-data hasil tes sebagai berikut :
arus hs = 6.2 A, tegangan hs = 131 V dan daya yang
masuk=214 W
Tentukan : a. Tentukan Rek dan Xek
b. Regulasi tegangan dengan cos Φ =0.8
lagging
Phs 214
cos φ = = = 0.261 lagging
Vhs xIhs 131x6.25 =

φ = 74052'
Vhs 131∠ 00 0
Z ek = = = 20.96∠ 74 52'
Ihs 6.25∠ - 74052'
Rek = 20.90x cos 74052' = 5.49ohm
Xek = 20.90x sin 74052' = 19.97ohm
V1 = 2400(0.8 + j0.6) + 6.25(5.49 + j19.97)
= 1920 + j1440 + 34.3 + j124.8 = 1954.3 + j1564.8
= 2502.2V
Regulasi Tegangan

2502.2 2400
= x100% = 4.26%
2400
MESIN SINKRON
Generator Sinkron

Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat


ini bekerja pada sumber tegangan bolak balik (ac),
karenanya, generator ac adalah alat yang paling
penting untuk menghasilkan tenaga listrik.

Generator ac, umumnya disebut alternator, bervariasi


ukurannya sesuai dengan beban yang akan disuplai.
Kecepatan putar Generator
Sinkron
 Rotor sebuah generator sinkron mengandung medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh sumber DC yang
diberikan pada rotor. Pada rotor timbul medan magnet.

 Kecepatan putar medan magnetik dalam mesin sinkron


berhubungan dengan frekuensi listrik dari stator dan
dinyatakan dengan persamaan :

nmP
fe = (48)
120

dimana : fe= frekuensi listrik dalam H


Tegangan yang dibangkitkan
pada Generator Sinkron
Hukum Induksi Faraday menyatakan bahwa tegangan
induksi
d
e  N (49)
dt
Apabila fluks berbentuk sinusoidal yaitu,

  m sin t (50)

Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan


induksi,
dm sin t
e  N  Nm cos t (51)
dt
Harga efektif (rms)nya adalah
N2fm
EA   4,44Nf m (52)
2

dimana : f = frekuensi dalam hertz.


N = jumlah belitan
Φm = fluksi/kutub

Dari persamaan diatas terlihat bahwa tegangan


tergantung pada fluks mesin, frekuensi atau
kecepatan putar dan konstruksi dari mesin.
Untuk lebih mudah dalam penyelesaian persoalan-
persoalan pada mesin sinkron persamaan tersebut
diatas dapat disederhanakan menjadi

EA  K (53)

dimana : k = konstanta yang merepresentasikan


konstruksi dari mesin
ω = putaran sudut rotor (rpd)
Tegangan dalam yang dihasilkan, berbanding lurus
dengan fluks dan kecepatan, tetapi fluks sendiri
tergantung dari besarnya arus yang mengalir dalam
rangkaian rotor.
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi

EA  n (54)

dimana : n = putaran rotor (rpm)


Rangkaian Ekivalen Generator
Sinkron
 Tegangan dalam EA adalah tegangan yang dihasilkan
pada salah satu phasa dari Generator sinkron.

 Tegangan ini tidak sama dengan tegangan terminal dari


Generator Sinkron.

 Hanya pada keadaan tertentu saja kedua tegangan itu dapat


sama yaitu pada keadaan tidak adanya arus jangkar yang
mengalir ke dalam mesin.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kedua
tegangan tersebut tidak sama yaitu :
1. Distorsi pada medan magnet celah udara yang
disebabkan mengalirnya arus pada rangkaian
stator atau disebut sebagai reaksi jangkar.
2. Induktansi dari lilitan jangkar
3. Tahanan dari lilitan jangkar
4. Pengaruh bentuk dari rotor menonjol.
Untuk mengetahui ketiga pengaruh diatas,
pengaruh no.4 sementara diabaikan, dan mesin
dianggap mempunyai rotor silindris.
Bila generator sinkron berputar, tegangan akan
diinduksikan pada belitan stator dari generator.
Bila beban dihubungkan dengan terminal
generator akan mengalir arus. Salah satu dari
ketiga phasa arus stator akan menghasilkan
medan magnet dalam mesin.
Medan magnet stator ini akan memperbesar
medan magnet rotor sehingga akan merubah
besar tegangan phasa.
Pengaruh ini disebut sebagai reaksi jangkar .
Reaksi Jangkar
Untuk mengetahui reaksi jangkar lebih lanjut perhatikan
Gambar berikut
Gambar a, menunjukkan rotor dua
kutub berputar dalam stator tiga phasa.
Saat ini stator tidak dihubungkan dengan
beban.

Medan magnet rotor akan menghasilkan


tegangan dalam generator EA yang harga
puncaknya berimpit dengan arah BR.

Oleh karena tidak ada beban, maka tidak


ada arus jangkar yang mengalir sehingga
EA sama dengan tegangan phasa VØ.
57.a. Putaran medan magnetik yang menghasilkan
tegangan dalam EA
Bila sekarang generator
dihubungkan dengan beban
yang mempunyai pf lagging,
karena beban mempunyai pf
lagging, puncak arus yang terjadi
akan tertinggal terhadap puncak
tegangan, pengaruh ini
ditunjukkan pada gambar b.

57.b. Tegangan yang menghasilkan aliran arus jika


dihubungkan terkebelakang terhadap beban
Arus yang mengalir dalam
belitan stator akan menghasil-
kan medan magnet BS yang
arahnya ditentukan dengan
aturan tangan kanan, seperti
ditunjukkan pada gambar c.
Medan magnet stator BS
menghasilkan tegangan Bstat
pada stator.

57.c.Arus stator menghasilkan medan magnetik BS yang


menghasilkan tegangan Estat pada belitan stator mesin
Dengan adanya dua
tegangan didalam
belitan stator, maka
tegangan phasa
diperoleh dengan
menjumlahkan tegangan
dalam EA dan tegangan
reaksi jangkar Estat :
V  EA  Estat

Bnet  BR  BS
57.d.Medan BS jika dijumlahkan dengan BR akan menghasilkan
Bnet .Tegangan Estat jika dijumlahkan dengan EA menghasilkanVØ
pada output phasa
Oleh karena sudut EA dan BR sama, maka sudut
antara Estat dan BSjuga sama, hasil Bnet sama dengan
VØ hal ini dapat dilihat pada gambar d.
Jadi pengaruh reaksi jangkar terhadap tegangan
phasa :
1. Tegangan Estat tertinggal sebesar 900 terhadap
arus maksimum IA
2. Tegangan Estat berbanding langsung dengan arus
maksimum IA
Tegangan phasa menjadi :
Estat   jXIA
Dari gambar 58 ditunjukkan, persamaan tegangan hukum
Kirchhoff’s menyatakan :
V  EA  jXIA

Persamaan ini secara


langsung merupakan
tegangan reaksi jangkar.
Tegangan reaksi jangkar
dapat dimodelkan sebagai
sebuah induktor yang
terpasang seri dengan
tegangan dalam yang
dibangkitkan.

Gambar 58. Sebuah rangkaian sederhana


Belitan stator mempunyai sebuah induktansi sendiri
dan juga sebuah tahanan yang dapat memperbesar
pengaruh reaksi jangkar.
Jika induktansi sendiri dari stator disebut LA(yang
berhubungan dengan reaktansi, disebut XA) kemudian
tahanan stator disebut RA, maka perbedaan antara EA
dan Vφ menjadi :
V  EA  jXIA  jXAIA  RAIA (55)
Pengaruh reaksi jangkar dan induktansi sendiri dalam
mesin keduanya dinyatakan sebagai reaktansi yang
disebut dengan reaktansi sinkron
XS = X + X A (56)
Sehingga persamaan tegangan menjadi :

V  EA  jXSIA  RAIA (57)

Dari persamaan tegangan diatas dapat diturunkan


rangkaian ekivalen generator sinkron sebagai berikut :
Gambar 59. Rangkaian ekivalen tiga phasa generator sinkron
Gambar 60. Rangkaian ekivalen per-phasa generator
sinkron
Diagram Phasor G. Sinkron

Oleh karena tegangan dari generator sinkron adalah


tegangan arus bolak balik, umumnya dinyatakan sebagai
phasor.
Phasor mempunyai magnitudo dan sudut, hubungan
keduanya dapat digambarkan sebagai gambar dua
dimensi. Bila tegangan phase (EA Vφ, JXS IA dan RA IA)
dan arus phasa IA digambarkan, maka di-peroleh
hubungan antara keduanya yang disebut : diagram
phasor.
Sebagai contoh gambar 61 menunjukkan hubungan
antara generator yang mensuplai beban pada unity pf.
Gambar 61. Diagram phasor generator
sinkron pada unity pf
Dari persamaan 57, tegangan total dibedakan dengan
tegangan phasa oleh rugi-rugi tegangan karena
tahanan dan induktansi. Diagram phasor ini dapat
dibandingkan dengan diagram phasor generator yang
beroperasi pada pf lagging dan leading yang
ditunjukkan pada gambar 62,
Untuk menghasilkan tegangan phasa dan arus angkar,
pada beban yang mempunyai pf lagging diperlukan
tegangan dalam generator yang lebih besar dibanding-
kan dengan beban yang mempunyai pf leading.
Arus medan yang besar diperlukan pada beban yang
mempunyai pf lagging untuk memperoleh tegangan
terminal yang sama sebab dari persamaan : EA = kΦω,
untuk menghasilkan frekuensi yang konstan ω harus
dibuat konstan.
Jadi pada suatu harga arus medan dan arus jangkar,
tegangan terminal pada beban yang mempunyai pf
lagging lebih kecil dibandingkan dengan tegangan
terminal pada beban yang mempunyai pf leading.
Pada mesin sinkron umumnya harga reaktansi
sinkron jauh lebih besar dibandingkan tahanan RA
sehingga RA dapat diabaikan. Tetapi untuk
menghasilkan perhitungan yang lebih teliti tahanan
RA perlu diperhitungkan.
Gambar 62. Diagram phasor generator sinkron
a. pada pf lagging b. pada pf leading
Pengaruh Perubahan Beban pada GS

Jika beban bertambah, daya nyata dan daya reaktif


yang mengalir dari generator akan bertambah.
Demikian juga bila beban bertambah, arus beban yang
mengalir dari generator juga bertambah.
Oleh karena tahanan medan tetap, arus medan konstan
karenanya fluks juga konstan.
Prime mover juga menghasilkan kecepatan (ω) yang
konstan, akibatnya tegangan dalam yang dihasilkan
besarnya juga konstan
Pada generator yang beroperasi pada pf lagging jika
ditambahkan beban yang mempunyai pf yang sama,
arus [IA] bertambah tetapi sudut θ tetap sama dengan
sebelumnya. Oleh karena itu tegangan reaksi jangkar
akan menjadi lebih besar dari harga sebelumnya
tetapi sudut tetap sama. Oleh karena EA  V  jXSIA ,
Jadi bila beban bertambah maka tegangan terminal
menjadi berkurang ( EA > V ).
Pada generator yang beroperasi pada unity pf, jika
ditambahkan beban yang mempunyai pf yang sama,
sama seperti sebelumnya tegangan terminal menjadi
berkurang (EA= V ).
Terakhir, bila generator yang beroperasi pada pf
leading, ditambahkan beban yang juga
mempunyai pf yang sama, maka tegangan
terminal menjadi bertambah besar (EA < V ).
Kerja Paralel GS

• Generator sinkron sangat mudah untuk dioperasikan


secara paralel. Negara-negara maju yang industri-
nya berkembang sistem ini dapat dilaksanakan
dalam jumlah generator banyak dan mencatu
tenaga listrik pada beban-beban yang tersebar luas.
a. Pertimbangan kerja paralel.
Pertimbangan pengunaan sistem ini adalah :
- untuk memenuhi kebutuhan beban yang semakin
bertambah.
- adanya kesinambungan dalam pemakaian serta
mempunyai nilai ekonomi dalam penanaman
modal pabrik.
- untuk menjaga kelangsungan penyediaan energi
listrik bila ada generator yang harus dihentikan.
b. Syarat-syarat kerja paralel
• Beberapa hal yang mempengaruhi kerja paralel.
• Gambar 63 menunjukkan sebuah generator Sinkron
G1 yang mensuplai sebuah beban, dan sebuah
generator G2 yang akan diparalel dengan G1 oleh
penutupan saklar S1.
• Jika saklar S1 ditutup beberapa saat, maka akan
mengalir arus-arus penyesuaian dalam rangkaian
yang menghubungkan generator G1 dan G2 ini dapat
berakibat fatal pada kedua mesin dan seluruh
instalasi listrik.
Gambar 63. Sebuah generator sinkron yang akan diparalel
dengan sistem daya yang berputar
• Jelas bahwa untuk dapat memparalelkan generator G1
dan G2 dengan menutup saklar S1 langkah yang
ditempuh adalah agar dicapai kondisi perbedaan
tegangan harus nol setiap saat, ini dapat dilakukan
dengan mengatur penggerak mula dan arus eksitasi
(arus medan)
• Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi pada kerja
paralel antara dua generator :
- Tegangan kedua generator harus sama (harga rms
tegangan dari phasa)
- Urutan phasa kedua generator harus sama (harus
berurutan)
- Tegangan phasa kedua generator harus sephasa
(beda phasa = nol)
- Frekuensi kedua generator harus sama
• Syarat-syarat diatas pada dasarnya berlaku untuk :
- Lebih dari dua generator yang akan kerja paralel
- Dua atau lebih sistem yang akan dihubungkan paralel,
dan
- Generator atau pusat listrik yang akan dihubungkan
pada sebuah jaringan
• Bila tegangan kedua generator tidak sama, maka akan
terjadi kerusakan seperti telah dijelaskan diatas.
• Bila urutan phasa kedua generator tidak sama (berurutan)
sebut saja fasa B dan C tidak berbeda phasa 1200 , jika
pada kondisi ini kedua generator di paralel untuk phasa A
tidak ada masalah tetapi pada phasa B dan C akan
mengalir arus yang sangat besar yang dapat merusak
kedua generator tersebut
• Bila frekuensi kedua generator tidak sama,
dihubungkan paralel, maka akan timbul daya
transient yang besar sampai generator stabil
pada frekuensinya.
c. Prosedur umum kerja paralel
• Perhatikan gambar 64, bila sebuah generator G2
akan dihubungkan paralel dengan generator G1
ada beberapa langkah yang harus dilakukan :
• Dengan menggunakan voltmeter, arus medan
generator G2 harus diatur agar tegangan
terminal sama dengan tegangan phasa dari
generator G1
Gambar 64.a. Dua kemungkinan urutan phasa sistem tiga phasa
b. Metode tiga lampu untuk mengecek urutan phasa
• Urutan phasa generator G2 disamakan dengan urutan
phasa generator G1
Urutan phasa dapat dicek dengan beberapa cara :
• Salah satu cara yaitu dilakukan dengan meng-
hubungkan sebuah motor induksi yang kecil pada
setiap terminal dari kedua generator. Jika motor
putaran motor sama, maka urutan phasa kedua
generator sama. Bila putaran motor berlawanan
ini artinya urutan phasa kedua generator tidak
sama, dua konduktor dari generator G2 harus
dibalik.
• Cara yang lain adalah menggunakan metode tiga
lampu, Sinkronoskop lampu gelap. Ketiga lampu
diletakkan pada tiap phasa antara titik terminal
dari saklar S1 (perhatikan gambar 64.b), bila
ketiga lampu tidak menyala berarti tegangan
kedua sistem tersebut diatas sudah sama.
Saklar S1 dapat ditutup, tetapi bilamana kedua
titik itu masih terdapat perbedaan tegangan,
lampu L masih menyala.
• Hal ini dapat dilihat dengan mempergunakan suatu
diagram vektor berikut,
• Gambar 65. menunjukkan sistem tegangan a, b, c
dan sistem tegangan generator a’, b’, c’.
• Kedua sistem tidak sephasa.
Pada lampu La terdapat selisih tegangan antara a
dan a’.
Pada lampu Lb terdapat selisih tegangan antara b
dan b’ dan lampu Lc terdapat selisih tegangan
antara c dan c’. Dengan demikian ketiga lampu
menyala.
• Gambar 66 memperlihatkan kedaan dimana kedua
sistem tegangan berada dalam keadaan se phasa,
dengan demikian a = a’, b = b’, dan c = c’ . Karena
tidak terdapat lagi selisih tegangan maka lampu-
lampu La, Lb dan Lc tidak menyala.
• Frekuensi dari generator G2 akan sama dengan
frekuensi sistem adalah bila ketiga lampu La, Lb
dan Lc dalam keadaan tidak menyala.
La
a a'

b
c

Lb
Lc
b'

c'

Gambar 65. Sistem tidak sephasa dan lampu


menyala
Lb =0
c=c’

La=0
a=a’

Lc =0
c=c’

Gambar 66. Sistem sephasa dan lampu padam


Regulasi Tegangan pasa GS

Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal


antara keadaan beban nol dengan beban penuh, dan ini
dinyatakan dengan persamaan :
E0 - V (58)
% Re gulasi = x100%
V
Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam keadaan
berbeban dengan tegangan Eo pada saat tidak berbeban
dipengaruhi oleh faktor daya dan besarnya arus jangkar (Ia)
yang mengalir.
Untuk menentukan pengaturan tegangan dari generator
adalah dengan memanfaatkan karakteristik tanpa beban dan
hubung singkat yang diperoleh dari hasil percobaan.
7. Pengukuran parameter-parameter generator
sinkron.
• Dari rangkaian ekivalen generator sinkron dapat
diketahui bahwa ada tiga parameter yang harus
ditentukan :
1. Hubungan antara arus medan dan fluks (antara
arus medan dan EA)
2. Reaktansi sinkron
3. Tahanan jangkar
• Untuk mengetahui ketiga parameter tersebut dapat
dilakukan :
1. Tes hubungan terbuka.
Generator diputar pada
kecepatan ratingnya, terminal
Generator dibiarkan terbuka.dan
arus medan (IF) di set pada
harga nol.
Selanjutnya arus medan
dinaikkan sedikit demi sedikit
dan tegangan terminal diukur.
Oleh karena terminal dalam
keadaan terbuka, maka IA = 0,
sehingga EA = VØ selanjutnya
digambarkan karakteristik
hubungan antara EA atau VØ
Gambar 67. Tes Hub. Terbuka
sebagai fungsi IF .
Hasil gambar karakteristik ini disebut dengan karakteristik
hubungan terbuka (open circuit charactristik/OCC).
Gambar 68. Karakteristik hubungan terbuka
generator sinkron
2. Tes hubung singkat.
Pada tes hubung singkat ini
arus medan juga di set pada
tetapi terminal generator
dihubungkan singkat.
Arus jangkar atau arus line
diukur pada setiap kenaikan
arus medan.
Selanjutnya digambarkan
karakteristik arus jangkar
fungsi arus medan,
karakteristik ini
disebut karakteristk hubung
singkat (short circuit
Gambar 69. Tes Hub. Singkat charactristic/SCC), seperti
ditunjukkan pada gambar 70
Gambar 70. Karakteristik hubung singkat
generator sinkron
Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar
dalam bentuk kurva karakteristik seperti diperlihatkan
pada gambar 71,

Gambar 71 Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung


Singkat sebuah Generator Sinkron
• Untuk mengetahui kenapa karakteristik SCC
merupakan garis lurus, dapat dijelaskan
sbb :
• Dari gambar rangkaian ekuivalen generator
sinkron satu phase (gambar 60), bila terminal
mesin dihubungkan singkat seperti gambar 69,
• Besarnya arus jangkar dapat dihitung dengan
persamaan :
EA
IA  (59)
RA  jXs
Gambar 72 a. Rangkaian ekivalen generator sinkron selama
tes hubung singkat
b. Diagram phasor yang dihasilkan
c. Medan magnetik selama tes hubung singkat
EA
IA  (60)
R X
2
A
2
S

Oleh karena BR = 0, maka medan magnet Bnet sangat


kecil, maka mesin berada dalam daerah unsaturated
sehingga SCC linier.
Dengan terminal VØ = 0, maka impedansi dalam
mesin dapat ditentukan :
EA
ZS  R 2
A X 2
S  (61)
IA
Oleh karena XS >> RA, maka.
EA V,OC (62)
XS  
IA IA

Jika EA dan IA diketahui, maka XS dapat juga


diketahui
Langkah-langkah untuk menentukan reaktansi
sinkron dengan metode pendekatan ini adalah :
Tentukan tegangan dalam EA dari OCC pada arus
medan tertentu.
Tentukan arus hubung singkat IASC pada harga arus
medan tertentu dari SCC
Tentukan dengan menggunakan persamaan 62.
SOAL-SOAL GENERATOR SINKRON

1. Sebuah generator sinkron 3 phasa 13000 V, 1500


KVA, 50 Hz, stator terhubung bintang, mempunyai
tahanan jangkar dan reaktansi sinkron masing-
masing 0.9 dan 8 Ohm/phasa.
Tentukan tegangan yang dibangkitkan untuk p.f
0.8 (lagging), unity p.f dan p.f 0.8 (leading) dan
regulasi tegangan untuk ketiga p.f tersebut.
Penyelesaian :
Tegangan/phasa = 13000/3 = 7505 V
Arus/phasa = (1500x1000)/(3x7505) = 66.62 A
a. P.f = 0.8 lagging
Ea  VCos  IRa 2  VSin  IXs 2

Ea  7505x0.8  66.62x0.92  7505x0.6  66.62x82


= 7882 V
Regulasi tegangan = 7882 – 7505 x 100% = 5 %
7505
b. Unity p.f

Ea  VCos  IRa 2  VSin  IXs 2

Ea  7505x1  66.62x0.92  7505x0  66.62x82


= 7584 V
Regulasi tegangan = 7584 – 7505 x 100% = 1.05 %
7505
c. P.f 0.8 leading

Ea  VCos  IRa 2  VSin  IXs 2


Ea  7505x0.8  66.62x0.92  7505x0.6  66.62x82
= 7248 V

Regulasi tegangan = 7248–7505 x 100% = - 3.42 %


7505
2. Sebuah generator sinkron 3 phasa, 1000 KVA,
3000 V, 50 Hz, dihubungkan bintang, mempunyai
tahanan efektif jangkar 0.2 Ohm.
Arus medan 40 A menghasilkan arus hubung
singkat 200 A dan emf hubungan terbuka 1040 V.
Tentukan : regulasi tegangan beban penuh pada p.f
0.8 lagging, dan bagaimana regulasi tegangannya
bila menghasilkan keluaran beban penuh pada p.f
leading.
Penyelesaian :
Tegangan phasa = (3000)/3 = 1732 V
Arus phasa = 1000000 = 192.5 A
3x1732
Emf phasa = (1040)/3 = 600.44 V

Zs = Voc = 600.44 = 3 Ohm


Isc 200
Xs  32
 0.22  ≈ 3 Ohm

Bila P.f = 0.8 lagging


Ea  VCos  IRa 2  VSin  IXs 2
Cos  = 0.8, maka sin  = 0.6
Ea  1732x0.8  192.5x32  1732x0.6  192.5x32
= 2155 V
Regulasi tegangan = 2155 – 1732 x 100% = 24.4 %
1732
Bila p.f 0.8 leading, maka
Ea  VCos  IRa 2  VSin  IXs 2
Ea  1732x0.8  192.5x32  1732x0.6  192.5x32
= 1498 V
Regulasi tegangan = 1498 – 1732 x 100% = - 13.5 %
1732
MOTOR SINKRON

1. Konsep dasar Motor Sinkron.


Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan
untuk merubah daya listrik menjadi daya mekanik.
Beberapa sifat penting dari motor sinkron :
Putaran tetap, kecepatan sinkron ns = 120f/P.
Untuk merubah kecepatan, frekuensi dan jumlah
kutub harus diubah.
Pada dasarnya tidak dapat di start sendiri, motor
harus diputar lebih dahulu sampai mendekati
kecepatan sinkron, eksitasi dimasukkan
Motor dapat bekerja pada power faktor (pf) yang
berbeda tergantung besar kecilnya eksitasi, sehingga
dapat bersifat lagging atau leading.
• Untuk mengetahui konsep dasar motor sinkron,
perhatikan gambar 72, berikut,
- Kumparan stator tiga phasa mendapat tegangan
tiga phasa akan timbul medan magnet yang
berputar dengan kecepatan sinkron
- Rotor diberi eksitasi DC sehingga timbul medan
magnetik rotor
- Terjadi tarik menarik dengan medan magnet
putar stator sehingga rotor ikut berputar dengan
kecepatan sinkron.
Gambar 72. Motor Sinkron dua kutub
2. Motor sinkron dalam keadaan tidak
berbeban.
Bila motor sinkron 3 phasa dihubungkan dengan bus
bar, akan dibangkitkan tegangan (emf) yang sama
tapi berlawanan dengan tegangan busbar , seperti
ditunjukkan pada gambar berikut,

Gambar 73. Motor Sinkron dalam keadaan berbeban


Resultante tegangan pada kumparan jangkar adalah
merupakan beda vektoris antara V dan EA.

ER  V  EA (63)

IA  ER / Zs (64)

Bila motor tanpa beban, tetapi mempunyai rugi-rugi,


maka EA. akan menyimpang sebesar  karena adanya
rugi-rugi tersebut.
Bila sekarang motor diberi beban, maka letak sumbu
medan putar stator tidak berimpit lagi dengan sumbu
kumparan medan rotor (membuat sudut ) dengan
medan rotor tertinggal dari medan statornya.
Gambar 74. Motor Sinkron tidak berbeban, mempunyai
rugi-rugi
Bila : RA = tahanan jangkar/phasa
XS = reaktansi sinkron/phasa
Maka Zs  RA  jXs ( Impedansi sinkron)
IA  ER / Zs  (V  EA ) / Zs

Atau V  EA  IAZs (65)

Sudut θ adalah sudut antara IA dan ER, dimana IA


tertinggal dibelakang ER.
Tg  Xs / RA (66)
Bila RA diabaikan, maka θ = 900
Daya input motor/phasa, Pin  VIA cos 
(V = tegangan kerja/phasa)
Daya total input untuk mesin 3 phasa dengan
hubungan bintang adalah :

Pin  3VLIL cos  (67)


Daya mekanik yang dihasilkan oleh rotor/phasa
adalah :
Pm = Emf lawan x arus jangkar x sudut cosinus
antara keduanya, yaitu
Pm  EAIA cos(   ) (68)
Disamping daya yang dihasilkan, juga ada rugi-rugi
besi dan rugi-rugi karena gesekan dll, bila daya
input/phasa dari rotor adalah :
Pin  VI cos  = Pm  IA2RA
Pm / phasa  Pin  IA2RA
Untuk daya 3 phasa hubungan bintang, maka
Pm  3VLIL cos   3IA2RA (69)

3. Pengaruh perubahan arus medan pada motor


sinkron.
Setiap penambahan arus medan, magnitudo EA akan
bertambah besar, tetapi tidak akan mempengaruhi daya
nyata yang diberikan oleh motor.
Daya yang diberikan oleh motor hanya akan berubah
bila torsi beban dirubah.
• Oleh karena perubahan IA tidak mempengaruhi
kecepatan shaft (nm) dan karena beban tidak
berubah, maka daya nyata yang diberikan juga tidak
berubah, EA sin α juga konstan.
• Pada saat EA bertambah besar, magnitudo arus
jangkar IA awalnya akan berkurang kemudian
bertambah kembali.
• Pada harga EA yang kecil, arus jangkar lagging,
motor bersifat induktif.
• Jika arus medan bertambah besar, arus jangkar
segaris dengan V motor bersifat resistif.
• Selanjutnya semakin besarnya arus medan, arus
jangkar akan menjadi leading dan motor bersifat
kapasitif.
• Dari keterangan diatas dapat disimpulkan :
• Bila arus medannya kecil, maka arus jangkar yang
ditarik dari jala-jala besar EA < V, arus jangkar IA
tertinggal terhadap V , motor bekerja dengan pf
lagging (under excited) dan motor bersifat
induktif.
• Bila arus medan dibuat sedemikian sehingga,
EA = V, IA sefasa (segaris) dengan V, cos θ =1,
motor bekerja dengan pf =1 (unity pf), motor
bersifat resistif
V
IA Xs

IA
EA

Gambar 75. Motor Sinkron yang bekerja pada pf lagging


(under exited)
IA V
IA XS

EA

Gambar 76. Motor Sinkron yang bekerja pada Unity pf


Bila arus medan besar, sehingga EA > V , arus
jangkar IA mendahului V, motor bekerja dengan pf
leading (over excited) motor bersifat kapasitif.
IA

V
IA XS

EA

Gambar 77. Motor Sinkron yang bekerja pada pf leading


(over exited)
Karakteristik IA = f (If) untuk motor sinkron dapat
dilihat pada gambar 56. Karakteristik ini sering
disebut : lengkung V motor sinkron.

Gambar 78. Kurva V motor sinkron


• Dari gambar terlihat, bahwa pada beban yang tetap,
arus jangkar IA besar pada saat arus medan If yang
kecil ( IA tertinggal terhadap V) dan terus bertambah
kecil untuk pf = 1, untuk kemudian besar kembali pada
saat eksitasi (If) ditambah, ( IA mendahului
mendahului V).
4. Motor sinkron dan perbaikan Faktor Daya.
Perhatikan gambar 79, gambar ini menunjukkan
sebuah sistem daya yang besar yang dihubungkan
dengan saluran transmisi ke beban industri.
Beban industri terdiri dari tiga beban. Dua beban
adalah motor induksi yang beroperasi dengan pf
lagging dan motor ketiga berupa motor sinkron dengan
power faktor yang diatur kemudian.
Gambar 79. Sistem daya sederhana yang terdiri dari
sebuah infinite bus
Data-data motor :
Tegangan sistem daya : 480 V
Motor induksi (beban I) : 100 kW pf = 0.78 lagging
Motor Induksi (beban II) : 200 kW pf = 0.80 lagging
Motor sinkron (beban III) : 150 kW
• Bila motor sinkron diatur untuk beroperasi pada 0.85
pf lagging, bagaimana dengan arus saluran transmisi
dari sistem
• Bila kemudian motor sinkron diatur untuk beroperasi
pada 0.85 pf leading, bagaimana dengan arus saluran
transmisi dari sistem
• Rugi-rugi daya pada saluran transmisi dianggap
PLL  3IL2RL
• Akan dibandingkan rugi-rugi daya pada saluran
transmisi untuk kedua kasus diatas.
• Hasil perhitungan :
- Daya reaktip beban I (motor induksi dengan 0,78 pf
lagging)
Q1  P1 tan  = (100kW) tan (cos-1 0.78)
= (100 kW) tan 38.70
= 80.2 kVAR
- Daya reaktip beban II (motor induksi dengan 0.80 pf
lagging)
Q2  P2 tan  = (200 kW) tan (cos-1 0.80)
= (200 kW) tan 36.870
= 150 kVAR
- Daya reaktip beban III (motor sinkron dengan
0.85 pf lagging)
Q3 = P3 tan θ = (150 kW) tan (cos 0.85)
-1

= (150 kW) tan 31.80


= 93 kVAR
- Jumlah daya total :
Ptot  P1  P2  P3 = 100 kW + 200 kW + 150 kW
= 450 kW
- Jumlah daya reaktip total :
Qtot  Q1  Q2  Q3 = 80.2 kVAR + 150 kVAR +
93 kVAR
= 332.2 kVAR
- Faktor daya (pf) ekuivalen menjadi,
 Q  1 323kVAR 
PF  cos   cos  tan 1   cos  tan 
 P   450kW 
= cos 35.70= 0.812 lagging.

- Arus saluran transmisi :


 Ptot  450kW
IL     667A
 3VL cos   3( 480V )(0.812)
• Daya nyata dan daya reaktip dari beban I dan beban
II tidak berubah, demikian juga dengan daya nyata
beban III.
- Daya reaktip beban III
Q3  P3 tan  = (150 kW) tan (- cos-1 0.85)
= (150 kW) tan (- 31.80)
= - 93 kVAR
- Jumlah daya total :
Ptot  P1  P2  P3 = 100 kW + 200 kW + 150 kW
= 450 kW
- Jumlah daya reaktip total :
Qtot  Q1  Q2  Q3 = 80.2 kVAR + 150 kVAR -
93 kVAR
= 137.2 kVAR
- Faktor daya (pf) ekuivalen menjadi,
 Q  1 137.2kVAR 
PF  cos   cos  tan 1   cos  tan 
 P   450kW 
= cos 16.960= 0.957 lagging.
- Arus saluran transmisi :
 Ptot  450kW
IL  

   566A
 3VL cos  
 3( 480V )(0.957)

- Rugi-rugi daya pada saluran transmisi untuk kasus


pertama (a) :
PLL = 3 IL2 RL
= 3(667 A)2 RL
= 1.344.700 RL
- Rugi-rugi daya pada saluran transmisi untuk kasus
kedua (b) :
PLL = 3 IL2 RL
= 3(566 A)2 RL = 961.070 RL
• Dari kedua hasil perhitungan diatas terlihat bahwa
rugi-rugi daya pada saluran transmisi untuk kasus
kedua 28 % lebih rendah dibanding- kan dengan
rugi-rugi daya pada kasus pertama untuk daya yang
sama.
• Dari contoh perhitungan diatas, faktor daya (pf)
sangat mempengaruhi effisiensi dari sistem daya.
- Semakin kecil faktor daya dari sistem daya, semakin
besar rugi-rugi daya yang dihasilkan pada saluran
transmisi.
- Untuk beban sistem berupa motor induksi hampir
selalu beroperasi pada pf lagging.
MESIN INDUKSI
Motor Induksi

1. Konstruksi Motor Induksi.


• Konstruksi stator motor induksi sama dengan
stator dari mesin sinkron lainnya hanya
konstruksi rotornya saja yang berbeda.
• Ada dua tipe dari rotor motor induksi yaitu :
- Rotor sangkar bajing (squirrel cage rotor)
- Rotor belitan (wound rotor)
Gambar 80. Konstruksi stator dan dua tipe motor
induksi
2. Prinsip Kerja motor induksi

Gambar 81. Prinsip kerja motor induksi


1. Apabila sumber tegangan tiga phasa dihubungkan
pada kumparan stator, akan timbul medan putar.
Medan magnit ini berputar dengan kecepatan
120f
ns  (70)
P
dimana : ns = kecepatan sinkron medan magnit
stator (rpm)
f = frekuensi sistem (frekuensi rotor)
dalam Hz
P = jumlah kutub dalam mesin
2. Perputaran medan magnetik ini akan memotong
batang konduktor pada rotor sehingga pada rotor
akan timbul tegangan induksi (ggl) sebesar :
2
E2(rms )  f2N2  4.44f2N2 (71)
2
dimana : E2 = tegangan induksi pada kumparan
rotor
f2 = frekuensi rotor
N2 = jumlah lilitan rotor
Φ = fluks celah udara tiap kutub
3. Oleh karena belitan rotor dihubungkan singkat satu
dengan lainnya, maka ggl tersebut akan
menyebabkan pada rotor mengalir arus (I2).
4. Adanya arus didalam medan magnet menimbulkan
gaya (F) pada rotor, yang selanjutnya akan
menghasilkan torsi (kopel).
5. Bila torsi (kopel) yang dihasilkan oleh gaya (F)
pada rotor cukup besar untuk memikul beban,
rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator (ns) dengan kecepatan berputar (nr)

3. Konsep slip rotor.


Tegangan induksi pada belitan rotor tergantung pada
perbedaan putaran rotor dan kecepatan medan
magnetik. Oleh karena itu operasi motor induksi
tergantung pada tegangan dan arus rotor yang
dihasilkan oleh perbedaan putaran antara rotor
dengan medan magnetik.
Kecepatan Slip yang didefinisikan sebagai perbedaan
antara kecepatan sinkron dengan kecepatan rotor,
dinyatakan oleh persamaan :
nslip  nsync  nm (72)

dimana : nslip = kecepatan slip pada mesin


nsync = kecepatan medan magnetik
nm = kecepatan mekanik dari shaft motor
Slip yaitu kecepatan relatif yang dinyatakan dalam
besaran per-unit (dalam %).
nslip
s (73)
nsync
m  (1  s)sync (77)

4 . Frekuensi listrik pada rotor.


• Jika rotor dari motor tidak berputar (diam)
frekuensinya akan sama dengan frekuensi stator. Jika
rotor berputar pada kecepatan sinkron frekuensi rotor
akan sama dengan nol.
• Jadi pengaruh slip terhadap kecepatan putar dari rotor
adalah :
- Jika nm = 0 r/min, frekuensi rotor f2 = f dan slip = 1
- Jika nm = ns, frekuensi rotor f2 = 0 Hz dan slip = 0
• Untuk kecepatan diantara keduanya, frekuensi rotor
berbanding lurus dengan perbedaan antara kecepatan
medan magnetik ns dan kecepatan rotor nm , yaitu slip.
• Jadi frekuensi rotor dapat dinyatakan dengan
persamaan :
f2 = sf (78)
• Persamaan 3.9, menyatakan bahwa pada saat rotor
belum berputar (start), frekuensi stator sama dengan
frekuensi rotor.
• Bila motor (rotor) berputar, frekuensi arus motor
dipengaruhi oleh slip.
• Oleh karena itu tegangan induksi dan reaktansi
sebagai fungsi frekuensi, maka harga keduanya ikut
dipengaruhi oleh slip.
E20 = 4,44 f2 N2 Φ (f2 = f)
E2 = 4,44 sf N2 Φ
E2 = s E20 (79)
• dimana : E20 = tegangan induksi pada saat motor
diam (start)
E2 = tegangan induksi pada saat motor
berputar
X20 = ωL2
= 2π f2 L2 (f2 = f)
= 2π sf L2
X2 = sX20 (80)
dimana : X20 = reaktansi rotor pada saat motor
diam (start)
X2 = reaktansi rotor pada saat motor
berputar
5. Model rangkaian rotor.
• Persamaan (79) dan (80) menyatakan bahwa oada
saat rotor (motor) berputar tegangan induksi dan
reaktansi rotor dipengaruhi oleh slip, maka arus yang
mengalir pada rangkaian rotor dapat ditentukan
dengan persamaan :
E20
I20 
R2  jX20
E2 sE20
I2  
R2 
2
 X2 
2
R2 2  sX20 2
E20 (81)
I2 
R2 / s 2  X20 2
dimana : I20 = arus yang mengalir pada kumparan
rotor pada saat rotor (motor) diam
I2 = arus yang mengalir pada kumparan
rotor pada saat rotor (motor) berputar
• Selanjutnya rangkaian rotor dari motor induksi dapat
digambarkan sebagai berikut,
Gambar 82. Rangkaian rotor dari motor induksi
6. Rangkaian Ekivalen dari Motor Induksi.
Pada akhirnya rangkaian ekivalen per-phasa motor
induksi dapat digambarkan pada gambar 83, berikut

Gambar 83. Rangkaian ekivalen per-phasa motor induksi


Oleh karena, R2 / s  R2   1  s R2 maka rangkaian
 s 
ekivalen dari motor induksi menjadi

Gambar 84. Rangkaian ekivalen per-phase motor induksi


7. Daya dan torsi motor induksi.
• Oleh karena motor induksi merupakan mesin dengan
eksitasi tunggal, maka hubungan daya dan torsi akan
berbeda dengan hubungan daya dan torsi pada mesin
sinkron.
a.Rugi-rugi daya dan diagram daya.
Hubungan antara input daya listrik dan output daya
mekanik motor ditunjukkan pada diagram aliran
daya pada gambar 85, berikut
Gambar 85. Diagram aliran daya motor induksi
• Daya input motor induksi adalah tegangan dan arus l
listrik tiga phasa. Rugi-rugi pertama yang terjadi
dalam mesin adalah rugi-rugi daya I2R pada belitan
stator (rugi-rugi tembaga stator, PSCL).
• Selanjutnya rugi-rugi daya hysterisis dan arus eddy
pada belitan stator (Pcore).
• Daya yang tersisa pada daerah ini di transfer ke bagian
rotor dari mesin melalui celah udara antara stator dan
rotor. Daya ini disebut sebagai daya celah udara dari
mesin.
• Daya ini kemudian ditransfer ke rotor, rugi-rugi daya
pada rotor adalah I2R (rugi-rugi tembaga rotor, PRCL ),
setelah itu daya yang tersisa dirubah menjadi daya
mekanik Pconv (PM).
• Setelah mengalami rugi-rugi akibat gesekan dan angin
PF&W, rugi-rugi stray, Pstray sisa daya keluar dari motor
adalah Pout.
b. Daya dan torsi motor induksi.
A. Daya
1. Daya input :
Pin  3V1I1 cos   3V1I1 cos  (82)
2. Rugi-rugi tembaga stator 3 phasa dapat
ditentukan dengan persamaan :
PSCL  3I12R1 (83)
3. Daya celah udara dihitung dengan
PAG  Pin  PSCL  Pcore (84)
R2
PAG  3I22 (85)
s
PAG sering juga dinyatakan dengan P2 (daya yang masuk
kedalam rangkaian rotor)
4. Rugi-rugi tembaga pada rotor dapat dinyatakan
dengan persamaan :
PRCL  3I22R2
R2
PCONV = PAG PRCL = 3I2
2 3I22R 2 (86)
s
5. Daya yang tersisa dirubah menjadi daya mekanik :
1   3I 2R  1 s
 3I R2 
2
 1 2 2   (87)
2
s   s 
Dari persamaan (86) dan (87), diperoleh bahwa
rugi-rugi tembaga pada rotor adalah sama dengan
daya pada celah udara dikalikan dengan s, sehingga :
PRCL  sPAG (88)

• Pada harga slip motor yang kecil, rugi-rugi rotor juga


kecil. Pada saat rotor diam s =1, daya pada celah
udara semuanya diberikan ke rotor. Pada saat rotor
diam daya out put juga harus sama dengan nol.
• Oleh karena Pconv = PAG - PRCL, diperoleh hubungan
yang lain antara daya celah udara dengan daya yang
dirubah menjadi daya mekanik sebagai berikut :
Pconv  PAG  PRCL
 PAG  sPAG  (1  s)PAG (89)
Terakhir jika rugi-rugi gesekan dan angin (friction &
windage) dan rugi-rugi stray (Pstray) diketahui, maka
daya output dapat ditentukan dengan persamaan,
Pout  Pconv  PF&W  Pstray (90)

B. Torsi
Torsi induksi dinyatakan dengan persamaan :
sE22R2
T k 2 (91)
R2  (sX2 )2

Torsi pada saat starting, s = 1


E22R2
Ts  k 2
R2  X22 (92)
• Torsi maksimum pada saat starting diperoleh
dengan menurunkan persamaan (92), Ts ke R2
kemudian disamakan dengan nol, sehingga diperoleh
R2 = X2 (93)
• Torsi maksimum pada saat rotor berputar diperoleh
dengan menurunkan persamaan (91) ke s kemudian
disamakan dengan nol, sehingga diperoleh,
R2
smaks  (94)
X2
• Dengan memasukkan persamaan 94 kedalam
persamaan 93, diperoleh torsi maksimum pada saat
rotor berputar 2 2
E2 s X2 E22
Tmaks  k  k (95)
2s X2
2 2
2X2
• Torsi maksimum berbanding lurus dengan tegangan
suplai pangkat dua dan berbanding terbalik dengan
impedansi stator dan reaktansi rotor.
• Semakin kecil reaktansi mesin, kemungkinan
semakin besar torsi maksimum.
• Slip pada torsi maksimum berbanding lurus dengan
tahanan rotor [persamaan (94)].
• Persamaan (95) menyatakan harga torsi maksimum
tidak ditentukan oleh besarnya tahanan rotor.
8. Karakteristik Torsi-Kecepatan motor induksi.
• Hasil plot torsi motor sebagai fungsi kecepatan
(dan slip), ditunjukkan pada gambar 86 dan
karakteristik hasil plot kecepatan dibawah dan
diatas range kecepatan normal motor dapat dilihat
pada gambar 87.
Gambar86. Karakteristik Kecepatan-Kecepatan
motor induksi
Gambar 87. Karakteristik Torsi-Kecepatan motor induksi yang
menunjukkan range Operasi ( daerah pengereman
dan operasi sebagai generator)
• Karakteristik Torsi-kecepatan motor induksi jenis
rotor belitan (wound rotor), ditunjukkan pada
gambar 88.
• Pada motor jenis ini sangat dimungkinkan untuk
menambahkan sebuah tahanan kedalam rangkaian
rotor sebab rangkaian rotor dihubungkan keluar
kerangkaian stator melalui slip ring.
• Dari gambar terlihat bahwa semakin bertambah
besar tahanan rotor, semakin bertambah kecil
kecepatan maksimum motor tetapi torsi maksimum
tetap.
• Keuntungan dari karakteristik motor induksi rotor
belitan (wound rotor) motor dapat start pada beban
yang sangat besar.
Gambar 88. Pengaruh penambahan tahanan rotor pada
Karakteristik Torsi-Kecepatan Motor induksi rotor belitan
9. Soal-soal :
1. Sebuah motor induksi 3 phasa, rotor terhubung
bintang, mempunyai impedansi per phasa pada
keadaan diam (0.4 + j4) ohm. EMF induksi antara
cincin-cincin slip pada keadaan diam adalah 80 volt
Tentukan : (a). Arus rotor pada keadaan diam
(b). Arus rotor bila dijalankan terhubung
singkat dengan slip 0.03
Penyelesaian :
(a). Pada keadaan diam
Tegangan phasa = 80/√3 = 46.2 volt
Impedansi rotor per phasa =
(0.4)2  ( 4)2  4 ohm

Arus rotor per phasa pada keadaan diam


= 46.2/4 = 11.55 Amp
(b) Pada keadaan jalan
E2 = s E20
= 0.03 x 46.2 = 1.386 volt
Reaktansi rotor per phasa = 0.03 x 4 = 0.12 ohm
Impedansi rotor per phasa =

(0.4)2  (0.12)2  0.417 ohm


Arus rotor per phasa = 1.386/0.417 = 3.32 Amp
2. Daya input sebuah motor induksi 3 phasa adalah
60 kW. Rugi-rugi stator total adalah 1500 watt.
Tentukan daya mekanik dan efisiensi motor bila
motor dijalankan dengan slip 4 %.
Penyelesaian
Daya yang masuk ke rotor = 60.000 – 1500
= 58500 watt (P2)
Rugi-rugi tembaga pada rotor = s P2
= 0.04 x 58500 = 2340 watt
Daya mekanik = 58500 – 2340 = 56160 watt
Atau daya mekanik = (1-s) x 58500 = 56160 watt
Daya output = daya mekanik
56160
 x100%  94%
60000
Motor Induksi Satu Phasa

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bila


kumparan stator tiga phasa dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik akan menghasilkan
suatu medan magnet yang berputar, medan inilah
pada dasarnya menjadi prinsip motor induksi.
Phasa tunggal tidak menghasilkan medan putar.
Pada motor induksi satu phasa (phasa tungal),
menghasilkan dua komponen fluks yaitu komponen
fluks maju dan komponen fluks mundur.
Pada saat start kemampuan motor untuk maju sama
besarnya dengan gerak mundurnya sehingga motor
tetap saja diam.
Supaya dapat berputar diperlukan alat bantu.
a. Motor Phasa tidak seimbang.
Motor phasa tidak seimbang mempunyai dua
kumparan stator, yaitu kumparan utama (U) dan
kumparan Bantu (B) yang diletakkan dengan
perbedaan sudut 90 derajat listrik.
- Kumparan Bantu mempunyai tahanan lebih besar
daripada kumparan utama, sedang reaktansinya
dibuat lebih kecil.
- Dengan demikian terdapat perbedaan phasa
antara arus kumparan Utama (Im ) dengan arus
kumparan bantu Ia (Ia mendahului Im).
- Motor sekarang berfungsi sebagai motor dua phasa
tak seimbang, akibatnya terjadi medan putar
stator yang mengakibatkan motor berputar.
- Pada saat putaran motor mencapai sekitar 75 %
dari kecepatan sinkronnya kumparan Bantu
diputuskan hubungannya (saklar S terbuka).
- Biasanya digunakan saklar yang terbuka oleh
adanya gaya sentrifugal pada motor.
Gambar 89. Motor Phasa tak seimbang
b. Motor Kapasitor.
Kapasitor dipasang pada kumparan bantu dengan
maksud diperoleh beda phasa 90 derajat antara
arus kumparan utama (Im) dengan arus kumparan
bantu (Ia) (Ia mendahului Im).
Gambar 90. Motor Kapasitor

Anda mungkin juga menyukai