Anda di halaman 1dari 268

DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK

TE 052012
YANU PRAPTO S
TEKNIK
ELEKTRO UNUD

SUBPOKOK BAHASAN
1. Sistem Tenaga Listrik
2. Konsep Induksi Elektromagnetik
3. Dasar-dasar Mesin Listrik
4. Mesin Arus Searah
5. Mesin Arus Bolak-Balik
6. Transformator

Sistem Penilaian
Sistem Penilaian

Absensi
Tugas
MS
UAS

:
:
:
:

15 % (dengan kehadiran minimal 75 %)


20 %
30 %
35 %

Daftar Pustaka
1. Therja, B.L., A Textbook of Technology
2. Hugnes, E., Electrical Technology
3. Kadir, A., Mesin Arus Searah
4. Tata, Theory of Alternating Current, Mc Graw-Hill
5. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik
6. Sen, SK, Rotating Electrical Machinery,
7. Slemon, G.R., A. Straughen, Electrical Machine
8. Krause, P.C., Analysis of Electrical Machinery,
9. Match, L.W.,Electromagnetic and Electrical
Machine, IEP, New York, 1977.
10. Stephen J. Chapman., Electric Machinery and
Power System Fundamentals

SISTEM TENAGA LISTRIK


A. Energi Listrik
Energi listrik : merupakan suatu jenis energi yang
mudah di salurkan (baik melalui saluran transmisi
maupun distribusi) dapat diubah kedalam bentuk
energi lain (mekanis, thermis, chemis, magnetik
dll), serta mudah disimpan (dalam batery).
Sistem yang menghasilkan/membangkitkan,
menyalurkan, membagi-bagikan dan mengatur
pemakaian energi listrik disebut Sistem Tenaga
Listrik

Sistem Tenaga Listrik pada dasarnya terdiri dari tiga


bagian utama :
1. Pusat Pembangkit tenaga listrik, berfungsi untuk
mengkonversikan energi primer menjadi energi
listrik
2. Transmisi/distribusi, berfungsi untuk menyalurkan
energi listrik dari pusat pembangkit tenaga listrik
sampai pusat beban (load center).
Distribusi, berfungsi untuk mendistribusikan
energi listrik dari pusat beban sampai konsumen
(pemakai)
3. Load/beban : pemakai energi listrik

B. Proses Penyaluran Tenaga Listrik


Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer
seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan
batu bara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah
menjadi enegi listrik tiga fasa.

Melalui transformator penaik tegangan (step-up


transformator) energi listrik ini dikirimkan melalui
saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusatpusat beban.
Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah arus yang mengalir pada
saluran transmisi.
Pada saat saluran transmisi mencapai pusat-pusat
beban, tegangan tersebut kembali diturunkan
menjadi tegangan menengah, melalui transformator
penurun tegangan (step-down transformator)

Gambar 2. Proses Penyaluran Tenaga Listrik

Dipusat-pusat beban yang terhubung dengan


saluran distribusi, energi listrik diubah menjadi
bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti
mekanis (motor), penerangan, pemanas,
pendingin dsb.

Pusat pembangkit tenaga listrik


1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
2. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
4. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
5. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
6. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit listrik jenis ini memanfaatkan bahan


bakar minyak, gas alam, atau batubara untuk
membangkitkan panas dan uap pada BOILER.

Uap ini kemudian dipergunakan untuk memutar


turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah
generator sinkron.

Uap yang telah melalui turbin kemudian menjadi


uap bertekanan dan bersuhu rendah.

Uap ini kemudian dilewatkan melalui kondenser


yang menyerap panas uap tersebut sehingga uap
tersebut berubah menjadi air yang kemudian
dipompakan kembali menuju boiler.

Gambar 3. PLTU

2. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Sebagaimana halnya Pusat Listrik Tenaga Diesel,


PLTG merupakan mesin dengan proses
pembakaran dalam (internal combustion).

Bahan bakar berupa minyak atau gas alam


dibakar di dalam ruang pembakar (combustor).
Udara yang memasuki kompresor setelah
mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan
baker disemprotkan ke ruang pembakar untuk
melakukan proses pembakaran.

Gas panas sebagai hasil pembakaran ini


kemudian bekerja sebagai fluida yang memutar
roda turbin yang terkopel dengan generator
sinkron.

Gambar 4. PLTG

3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pada reactor air tekan (pressurized water reactor)


terdapat dua rangkaian yang seolah-olah terpisah.

Pada rangkaian pertama bahan bakar uranium235 yang diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa
berkelompok, disundut untuk menghasilkan panas
dalam reactor.

Karena air dalam bejana penuh, maka tidak terjadi


pembentukan uap, melainkan air menjadi panas
dan bertekanan.

Air panas yang bertekanan tersebut kemudian


mengalir ke rangkaian kedua melalui suatu
generator uap yang terbuat dari baja.

Generator uap ini kemudian menghasilkan uap yang


memutar turbin dan proses selanjutnya mengikuti
siklus tertutup sebagaimana berlangsung pada turbin
uap PLTU.

Gambar 5. PLTN

4. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)

Penggunaan tenaga air mungkin merupakan


bentuk konversi energi tertua yang pernah dikenal
manusia.

Perbedaan vertikal antara batas atas dengan


batas bawah bendungan di mana terletak turbin
air, dikenal sebagai tinggi terjun.

Tinggi terjun ini mengakibatkan air yang mengalir


akan memperoleh energi kinetic yang kemudian
mendesak sudu-sudu turbin.

Bergantung kepada tinggi terjun dan debit air,


dikenal tiga macam turbin yaitu: Pelton, Francis
dan Kaplan.

Gambar 6. PLTA

C. TEKNIK TENAGA LISTRIK


Teknik Tenaga Listrik ialah ilmu yang mempelajari
tentang konsep dasar kelistrikan dan penggunaan
peralatan yang prinsip kerjanya berdasarkan aliran
elektron dalam konduktor (arus listrik).
Dalam Teknik Tenaga Listrik dikenal dua macam
arus :
- Arus searah dikenal sebagai arus DC (Direct
Current)
- Arus bolak balik dikenal sebagai arus AC
(Alternating Current)

Gambar 7. Sistem Pengadaan Energi Listrik

D. PERALATAN PENGUBAH ENERGI


Dalam sistem energi listrik dikenal peralatan yang
mengubah energi listrik, baik dari energi listrik ke energi
mekanis, maupun sebaliknya, serta mengubah energi
listrik dari rangkaian atau jaringan yang satu menjadi
energi listrik yang lain pada rangkaian atau jaringan
berikutnya. Peralatan tersebut adalah Generator, Motor
dan Transformator.
Generator merupakan peralatan listrik yang dapat
dipergunakan untuk mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik, dapat berupa generator arus searah
(generator DC) maupun generator arus bolak-balik
(Alternator). Motor merupakan piranti atau peralatan
listrik yang dapat dipergunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanis, juga dapat berupa motor
arus searah maupun motor arus bolak balik.

Transformator biasa disebut juga Trafo, adalah


peralatan listrik yang dapat dipergunakan untuk
mengubah energi listrik yang satu ke energi listrik
yang lain dimana tegangan keluaran (out-put)
dapat dinaikkan ataupun diturunkan oleh peralatan
tsb sesuai dengan kebutuhan.
Transformator terbagi atas ;
Trafo penaik tegangan (step-up) atau
disebut trafo daya.
Trafo penurun tegangan (step-down)
disebut juga trafo distribusi.
Trafo yang dipergunakan pada peralatan
atau rangkaian elektronik, yakni untuk
memblokir rangkaian yang satu dengan
yang lain.

Generator maupun motor dapat disebut mesin


listrik, karena generator dapat berupa generator
arus searah dan generator arus bolak balik,
demikian juga motor.
Mesin listrik dapat dibagi atas :
Mesin arus searah, yang terbagi atas;
(1) Mesin Shunt,
(2) Mesin Seri,
(3) Mesin Kompon.
Mesin arus bolak balik, terbagi atas ;
Transformator
Mesin Tak Serempak (Asinkron) atau Mesin
Induksi
Mesin Sikron atau mesin Serempak.

KONSEP INDUKSI ELEKTRO MAGNETIK


A.

MEDAN MAGNET

Medan magnetik adalah ruang disekitar magnet


dimana tempat benda-benda tertentu mengalami
gaya magnetik.
Gaya magnetik dapat ditimbulkan oleh bendabenda yang bersifat magnetik dan juga arus
listrik/muatan listrik yang bergerak.
Magnet mempunyai dua kutub, yaitu utara (U)
dan selatan (S). Medan magnetik dapat
digambarkan dengan garis-garis gaya magnetik
yang disebut spectrum magnetik.
Garis gaya magnetik didefinisikan sebagai garis
khayal yang merupakan lintasan kutub utara
magnet-magnet kecil apabila dapat bergerak
dengan bebas.

Garis gaya magnetik selalu memancar dari kutub


utara ke kutub selatan dan tidak pernah memotong,
seperti terlihat pada gambar 8.

Gambar 8. Magnet batang sederhana

Gambar 9. Garis medan magnet batang sederhana

Garis medan magnetik dianggap mempunyai


karakteristik tertentu.
Semua garis kekuatan:
Mulai pada kutub utara dan berakhir pada kutub
selatan .

Kontinu dan selalu membentuk loop yang


lengkung.
Tidak pernah memotong.
Cenderung memendek sendiri , karenanya garis
magnet diantara kutub yang berbeda
menyebabkan kutub ditarik lebih dekat.
Masuk dan keluarnya material magnet pada sisi
kanan permukaan.
Melewati semua material, magnet ataupun
nonmagnet. Selain itu, tidak ada isolator untuk
kuat garis magnet.

B. MEDAN MAGNETIK DI SEKITAR ARUS LISTRIK


Percobaan Oersted
Hans Christian Oersted (1777-1851 orang
Denmark) merupakan orang pertama yang
menemukan adanya medan magnet disekitar
arus listrik.

Gambar 10. Percobaan Oersted

Pada Gambar 10, tampak jarum kompas diletakkan di


bawah kawat penghantar.
Saat saklar terbuka, pada kawat tidak ada arus listrik yang
mengalir dan jarum kompas pada posisi sejajar dengan
kawat.
Apabila saklar ditutup sehingga arus mengalir pada kawat
penghantar, maka jarum kompas menyimpang.
Simpangan jarum kompas tergantung arah arus pada kawat
dan letaknya.
Percobaan Oersted menunjukkan bahwa :
Arus listrik menghasilkan gaya yang dapat memutar sebuah
magnet yang ada didekatnya.
Besarnya gaya bergantung kepada kedudukan relative
antara arus dan magnet.
Dari percobaan ini, Oersted menyimpulkan bahwa "disekitar
penghantar berarus listrik timbul medan magnet".

3. Kaidah Tangan Kanan


Bila ibu jari tangan menunjukkan arah arus, maka arah
garis gaya atau kuat medan sama dengan arah jari-jari
yang digenggam. Besarnya gaya listrik di suatu titik
dalam medan listrik menyatakan kuat medan listrik di
titik tersebut.

Gambar 10. Kaidah Tangan Kanan

C. INDUKSI ELEKTRO MAGNETIK


1. HUKUM FARADAY
Energi mekanik dapat diubah menjadi energi listrik
dengan jalan induksi elektromagnetik. Dengan
induksi elektromagnetik dapat dibangkitkan energi
listrik secara besar-besaran.

Sifat magnetik dapat ditimbulkan dengan arus


listrik, maka sebaliknya arus listrik dapat
ditimbulkan dengan gaya magnet.

Apabila sepotong kawat penghantar listrik berada


dalam medan magnet yang berubah-ubah, maka di
dalam kawat tersebut akan terbentuk GGL induksi.

Apabila sepotong kawat penghantar listrik digerakgerakkan dalam medan magnet, maka dalam kawat
penghantar tersebut akan terbentuk GGL induksi.

Besarnya GGL induksi dinyatakan dengan pers,


e = - N d/ dt
(1)
dimana
N : jumlah lilitan
: fluksi magnet
e : Tegangan induksi, ggl(gaya gerak
listrik)

B. Hukum Kirchoff 1 :
Jumlah aljabar dari arus listrik pada suatu titik
percabangan selalu sama dengan nol
tentang arus (current law), yang menyatakan bahwa
arus masuk pada satu titik percabangan akan sama
dengan arus yang keluar melalui titik yang sama.

I1
I2
I3
I4

I5

Gambar 11. Hukum Kirchoff

Jadi :
I1

+ (

-I2

I1 + I4

) + (

-I3

I2

) +

I4

I3

I5

-I5

= 0

(2)

Hukum Kirchoff 2 :
Di dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar antara
gaya gerak listrik (ggl) dengan kerugian-kerugian
tegangan selalu sama dengan nol
Menyatakan bahwa jumlah tegangan-tegangan
didalam satu rangkaian tertutup sama dengan 0
(nol).
C. Hukum Lenz
Arah dari arus GGL induksi ialah sedemikian rupa
sehingga melawan arus yang menimbulkannya
Arus induksi yang timbul arahnya sedemikian
sehingga menimbulkan medan magnet induksi yang
melawan arah perubahan medan magnet

D. Hukum Lorentz
Bila penghantar berarus di letakkan di dalam medan
magnet, maka pada penghantar akan timbul gaya
Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami kawat
berarus listrik di dalam medan magnet
(a) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin
besar pula gaya yang bekerja dan makin cepat
batang penghantar bergulir.
(b) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar
akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan
gerak sebelumnya.

Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan


tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur
sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus
terhadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari
tengah.
F = B.I.L
keterangan :
F adalah gaya lorentz (N)
B adalah kuat medan magnet (Tesla)
I adalah kuat arus listrik (A)
L adalah panjang penghantar (m)

(3)

DASAR-DASAR MESIN LISTRIK


A. Pengertian Mesin Listrik
Mesin Listrik suatu alat konverter yang mengubah
tenaga mekanik menjadi tenaga elektrik (generator)
atau sebaliknya mengubah tenaga elektrik menjadi
tenaga mekanik (motor) dgn prinsip elektromagnetik.

Gambar 12. Bagan mesin elektrik

B. Konstruksi Mesin Listrik


1. Stator (bagian mesin yang diam)
2. Rotor (bagian mesin yang berputar)
3. Celah-celah udara (ruang antara stator dan
rotor)

C. Fungsi dari medan magnet dalam mesin listrik


adalah :
a.

Menginduksikan tegangan (berdasarkan Hk.


Faraday)
e B v
Volt
(4)
dimana : e = tegangan induksi (Volt)
B = kerapatan fluksi (Tesla atau
Weber/m2)
l = panjang konduktor (m)
V = kecepatan gerak konduktor (m/det)

Arah daya listrik ini, ditentukan berdasarkan kaidah


tangan kanan : dimana jempol, jari telunjuk dan jari
tengah yang saling tegak lurus menunjukkan
masing-masing perputaran (v), medan magnetik (B)
atau U-S (kutub) dan besaran galvanis (e).

Gambar 13. Arah Daya Listrik

b.Menghasilkan gaya ( Hk. Biot Savart)


Besar gaya yang dialami konduktor dinyatakan oleh :
F=BIl
dimana : F = gaya yang bekerja pada
konduktor
I = arus yang mengalir dalam
konduktor (A
l = panjang konduktor (m)

SISTEM TIGA FASE

Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri


dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan
dalam sistem tiga fase.
Sistem tiga phase ini mempunyai besar yang sama
(untuk tegangan dan arus) tetapi mempunyai beda
sudut sebesar 1200 antar fasenya.
Sistem tiga phase demikian disebut sebagai sistem
tiga fase yang seimbang.

Gambar 14 Bentuk Gelombang EMF Tiga Fase

Gambar 15 Beda Fase Gelombang EMF Tiga Fase

Gambar 16 Gelombang EMF Tiga Phase dalam bentuk Phasor

Gambar 17 Sistem Tiga Phase dengan empat kawat

Secara umum ada dua cara menghubungkan alat ke


rangkaian tiga fase yaitu hubungan Y dan hubungan
delta ().
Kebanyakan generator dihubungkan secara Y, tetapi
beban dapat dihubungkan baik secara Y maupun
delta ().
Dalam hubungan tipe Y, tegangannya adalah
tegangan kawat netral dan arus yang mengalir pada
tiap phase adalah arus kawat.
Dalam hubungan tipe delta, tegangannya adalah
tegangan kawat ke kawat.

Hubungan Y (Bintang)

Gambar 18. Sistem Tiga Fase hub. Bintang urutan abc

Vab, Vbc, Vca = tegangan antara fase dengan fase (VL)


Van, Vbn, Vcn = tegangan antara fase dengan netral (VP)

Gambar 19. Sistem Tiga Fase urutan abc

Tegangan antara masing-maasing kawat (saluran) dapat


dinyatakan sebagai berikut

(5)

(6)

Jadi pada hub. bintang tegangan kawat-kawat (V L) 3 kali


tegangan kawat netral (VP) dan mendahului 300 thd
tegangan kawat netral

VL = 3 (VP)

(7)

Arus yang mengalir keluar ke kawat saluran dari


terminal generator a, b, dan c (gambar 18) harus
mengalir dari titik n keluar melalui kumparan
generator.
Maka arus dalam setiap saluran (IL) harus sama
dengan fase (Ip).
Dapat dinyatakan dengan persamaan
IL = IP

(8)

Hubungan delta

Gambar 20. Sistem Tiga Fase hub. Delta

Iab, Ibc, Ica = arus antara fase dengan fase (IL)


Ia, Ib, Ic
= arus fase (arus kawat) (IP)

Gambar 21. Sistem Tiga Fase hub. Delta

Hubungan antara arus kawat dengan arus yang mengalir


yang mengalir pada beban dapat dilihat sebagai berikut

(9)

(10)

Arus kawat (arus jala-jala = IL) 3 kali arus fase (IP),


tertinggal 300 thd arus fase
IL = 3 IP
(11)

Pengamatan dari diagram menunjukkan bahwa


tegangan yang dibangkitkan dalam fase a juga
merupakan tegangan antara saluran a dan b.
Oleh sebab itu dalam hubungan Delta,
VL = V p

(12)

DAYA DAN FAKTOR DAYA


Daya listrik DC dirumuskan sebagai :
P=V.I
(13)
dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Amper)
Daya listrik AC satu fase:
P = V.I. cos
(14)
dimana :
V = tegangan kerja = 220 (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Amper)
cos = faktor daya (cos phi)

Daya listrik AC tiga fase :


Dari rumus daya dalam rangkaian satu fase, daya
dalam setiap fase (Pp) baik hubungan delta
maupun - Y adalah:

Pp = VpIp. cos
(15)
dimana adalah sudut antara arus fase dan
tegangan fase.
Daya yang dihasilkan dalam tiga-fase dalam
hubungan tiga-fase yang seimbang adalah ;
P = 3 Pp = 3 Vp. Ip. cos
(16)
Tetapi dalam hubungan Y
VL
Ip = IL , danVp =
3

Maka daya tiga-fase dalam hubungan Y yang


dinyatakan dalam tegangan dan arus saluran adalah:
VL
P=3
IL cos =
3

3 VLIL cos

(17)

Dalam hubungan delta


VL
P=3
IL cos =
3

3 VLIL cos

(18)

dimana:
VL = tegangan antar phase =380 (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Amper)
cos = faktor daya (cos phi)

cos = faktor daya = (VI cos /VI)


Gambar 22. Faktor Daya

Contoh soal :
1. Suatu Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari tiga
buah impedansi, mempunyai tahanan 8 ohm dan
reaktansi 6 ohm dihubungkan
a. Secara bintang
b. Secara delta
Tentukan daya yang dipakai pada tiap kasus tsb
diatas bila beban disuplai oleh sumber 400V.

Penyelesaian :
a.

Hub. Bintang
Impedansi, Z = R + jX
= 8 + j6
= 10 ohm
VP = (VL/3)
IP = IL = (400/103) = 40/3
Daya : P = 3 VP IP cos
= 3 VL IL cos
cos = (R/Z)
= 0.8
P = 3. 400. 40/3 0.8 = 12.800 VA

b. Hub. Delta
VL = VP = 400 V
IL = (400/10) = 40 A
IP = 40/3
Daya = 3 VL IL cos
= 3 . 400. 40/3. 0.8
= 12.800 VA

2. Berapa besar arus dari lampu TL (neon) dengan


daya 40 watt tegangan 220 V dan faktor daya 0,5 ?
P1 = VI cos watt
40 = 220. I. 0,5
40 = 110 I
I = (40/110) A = 0,4 A
Bila faktor daya dinaikkan misalnya cos = 1
P1 = VI cos watt
40 = 220. I. 1
I = (40/220) A = 0,2 A

Perhitungan pemakaian listrik adalah berdasarkan


arus listrik (I) yang mengalir.
Dari kasus diatas terlihat bahwa bila faktor daya
suatu peralatan listrik dinaikkan, maka pemakaian
listrik akan lebih hemat

GENERATOR ARUS SEARAH


A. PROSES INDUKSI YANG MENGHASILKAN
LISTRIK ARUS SEARAH

Bila kawat melingkar diletakkan di antara dua


kutub utara dan selatan maka akan memotong
garis-garis gaya sehingga dalam kawat terjadi
arus induksi.
Arus induksi yang dihasilkan berupa arus bolakbalik.
Arus bolak-balik yang dihasilkan itu kemudian
diubah menjadi arus searah dengan memakai
dua sekat lempengan logam setengah lingkaran
(cincin slip/komutator) .

Besar GGl induksi tergantung pada jumlah garis gaya


yang dipotong tiap detik.
Kumparan yang diinduksikan gaya gerak listrik
disebut anker. Untuk mencapai tegangan yang tinggi,
kawat kumparannya digulung pada sebuah inti besi
dan menggunakan banyak lilitan.
Ujung-ujung kumparan dihubungkan pada komutator
yang terdiri dari dua cincin slip yang disekat satu
sama lain.
Pada kedua belahan cincin tersebut disinggungkan
sikat-sikat yang terbuat dari granit yang dihubungkan
ke kutub-kutub generator.

Kedudukan sikat-sikat sedemikian hingga terselip


dari segmen komutator yang satu ke segmen yang
lain pada saat GGL berubah arah selama waktu
kumparan berputar. Di dalam rantai aliran luar
terdapat tegangan searah yang berubah-ubah.
Jika kumparan berputar 180 derajat, maka selama
putaran itu akan terjadi gaya gerak listrik induksi
yang arahnya tetap. Setelah berputar 180 derajat
sikat-sikat bersinggungan dengan isolator sehingga
dalam aliran luar tidak ada arus. Pada perputaran
berikutnya terjadi GGL induksi lagi, tetapi karena
bentuk komutator demikian, maka pada aliran luar
GGL itu tetap sama seperti semula.

B. PRINSIP KERJA GENERATOR ARUS SEARAH


Prinsip kerja suatu generator arus searah
berdasarkan Hukum Induksi Faraday (persamaan 1):
e = - N d/ dt
dimana :
N : jumlah lilitan
: fluksi magnet
e : tegangan imbas, ggl(gaya gerak listrik)
Dengan lain perkataan, apabila suatu konduktor
memotong garis-garis fluksi magnetik yang berubahubah, maka ggl akan dibangkitkan dalam konduktor
itu.

Jadi syarat untuk dapat dibangkitkan ggl adalah :

- harus ada konduktor ( hantaran kawat )


- harus ada medan magnetik
- harus ada gerak atau perputaran dari
konduktor dalam medan, atau ada fluksi yang
berubah yang memotong konduktor itu.
Untuk menentukan arah arus pada setiap saat,
berlaku aturan kaidah tangan kiri :
- ibu jari : gerak perputaran
- jari telunjuk : medan magnetik kutub u dan s
- jari tengah : besaran galvanis tegangan U dan
arus I

Gambar 23. Kaidah Tangan Kiri

Untuk memperoleh arus searah dari tegangan bolak


balik, meskipun tujuan utamanya adalah
pembangkitan tegangan searah, tampak bahwa
tegangan kecepatan yang dibangkitkan pada
kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-balik.
Bentuk gelombang yang berubah-ubah tersebut
karenanya harus disearahkan.

Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak


balik dengan menggunakan
- saklar
- komutator
- dioda
1. Sistem Sakelar
Sakelar berfungsi untuk menghubung singkatkan
ujung-ujung kumparan.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
Bila kumparan jangkar berputar, maka pada kedua
ujung kumparan akan timbul tegangan yang
sinusoida.
Bila setengan periode tegangan positif sakelar di
hubungkan, maka tegangan menjadi nol. Dan bila
sakelar dibuka lagi akan timbul lagi tegangan.

Begitu seterusnya setiap setengah periode


tegangan saklar dihubungkan, maka akan di
hasilkan tegangan searah gelombang penuh.
3. Sistem Komutator
Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk
menghubung singkatkan kumparan jangkar.
Komutator berupa cincin belah yang dipasang pada
ujung kumparan jangkar.
Bila kumparan jangkar berputar, maka cincin belah
ikut berputar.
Karena kumparan berada dalam medan magnet,
akan timbul tegangan bolak balik sinusoidal.

Begitu seterusnya setiap setengah periode


tegangan saklar dihubungkan, maka akan di
hasilkan tegangan searah gelombang penuh.
3. Sistem Komutator
Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk
menghubung singkatkan kumparan jangkar.
Komutasi terjadi pada waktu e = 0 atau pada waktu
sikat melalui daerah netral.
Guna komutasi adalah untuk menyearahkan ggl.
Terdiri dari beberapa lamel, dalam praktek lamel ini
banyak jumlahnya.

Lebar lamel sama dengan lebar segmen komutator


Proses Komutasi dapat diterangkan sebagai berikut,

Gambar 24 a. Proses Komutasi

Keterangan gambar
Jangkar dinyatakan berputar kekanan.
Pada saat ini arah arus pada kumparaan A dan B kekanan
sedang pada C kekiri

Gambar 24. b. Proses Komutasi

Keterangan gambar
Arus pada kumparan B = 0, karena kumparan B
dihubungkan singkat oleh segmen komutator.
Arah arus dari kumparan dari gulungan A dan C masih
kekanan dan kekiri.

Gambar 24. c. Proses Komutasi

Keterangan gambar
Pada kedudukan ini arah arus pada kumparan B sudah
berbalik kekiri.

Adanya perubahan arus yang berbalik arah dalam


kumparan jangkar yang berputar dalam medan
magnit akan menghasilkan tegangan induksi (ggl)
dengan bentuk gelombang seperti ditunjukkan pada
gambar 25,
Ea

Gambar 25. Bentuk tegangan yang dihasilkan


dalam Proses Komutasi

4. Sistem Dioda
Dioda adalah komponen pasif yang mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
- Bila diberi prasikap maju (forward bias) bisa dialiri
arus.
- Bila diberi prasikap balik (reverse bias) dioda tidak
akan dialiri arus.
Berdasarkan bentuk gelombang yang dihasilkan,
dioda dibagi dalam:
- Half wave rectifier (penyearah setengah
gelombang)
- Full wave rectifier (penyearah satu gelombang
penuh)

C. KARAKTERISTIK GENERATOR ARUS SEARAH


Medan magnet pada generator dapat dibangkitkan
dengan dua cara yaitu :
- dengan magnet permanen
- dengan magnet remanen
Generator listrik dengan magnet permanen sering
juga disebut magneto dynamo.
Karena banyak kekurangannya, maka sekarang
jarang digunakan.
Sedangkan generator dengan magnet remanen
menggunakan medan magnet listrik, mempunyai
kelebihan-kelebihan yaitu :
- Medan magnet yang dibangkitkan dapat diatur

Pada generator arus searah berlaku hubunganhubungan sebagai berikut :


Ea = z n P / 60 a Volt
(19)
dimana:
Ea = ggl yang dibangkitkan pada jangkar generator
= fluks per kutub
z = jumlah penghantar total
n = kecepatan putar
a = jumlah hubungan pararel
Bila zP/60a = c(konstanta), maka :
Ea = cn Volt

(20)

Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan


medannya, generator arus searah dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Generator berpenguatan bebas
Generator tipe penguat bebas/terpisah adalah
generator yang lilitan medannya dapat dihubungkan
ke sumber dc yang secara listrik tidak tergantung
dari mesin.
Tegangan searah yang dipasangkan pada
kumparan medan yang mempunyai tahanan Rf akan
menghasilkan arus If dan menimbulkan fluks pada
kedua kutub. Tegangan induksi akan dibangkitkan
pada generator.

Gambar 26. Generator Berpenguatan Bebas

Jika generator dihubungkan dengan beban, dan R a


adalah tahanan dalam generator, maka hubungan yang
dapat dinyatakan adalah:
Vf = If Rf
(21)

Ea = Vt + Ia Ra
Ia = I L

(22)
(23)

Besaran yang mempengaruhi kerja dari generator :


- Tegangan jepit (Vt)
- Arus eksitasi (penguatan) (If)
- Arus jangkar (Ia)
- Kecepatan putar (n)
b. Generator berpenguatan sendiri
Umumnya generator-generator ini dibuat sedemikian
rupa agar dapat memberikan penguatan sendiri.
Sebelum dapat bekerja dengan penguatan sendiri
biasanya kutub-kutub magnit harus diberi arus penguat
untuk mendapatkan remenensi magnit (magnit sisa)
dari suatu sumber lain.

(1) Generator searah seri

Gambar 27. Generator Seri

Vt = Ia Ra

(24)

Ea = Ia (Ra + Rse) + Vt +Vsi

(25)

Ia = Ise = IL

(26)

(2) Generator Shunt

Gambar 28. Generator Shunt

V t = I f Rf

(27)

Ea = Ia Ra + Vt + Vsi

(28)

Ia = Ish + IL

(29)

(3). Generator Kompon


Generator kompon merupakan gabungan dari
generator shunt dan generator seri, yang dilengkapi
dengan kumparan shunt dan seri dengan sifat yang
dimiliki merupakan gabungan dari keduanya.
Generator kompon bisa dihubungkan sebagai
kompon pendek atau dalam kompon panjang.
Perbedaan dari kedua hubungan ini hampir tidak
ada, karena tahanan kumparan seri kecil, sehingga
tegangan drop pada kumparan ini ditinjau dari dari
tegangan terminal kecil sekali.

Biasanya kumparan seri dihubungkan sedemikian


rupa, sehingga kumparan seri ini membantu
kumparan shunt, yakni MMF nya searah. Bila
generator ini dihubungkan seperti itu, maka
dikatakan generator itu mempunyai kumparan
kompon bantu.
Mesin yang mempunyai kumparan seri melawan
medan shunt disebut kompon lawan dan ini
biasanya digunakan untuk motor atau generatorgenerator khusus seperti untuk mesin las.

(a)

Kompon panjang

Gambar 29. Generator Kompon Panjang

Ia = Ise = IL + Ish
Ea = Vt + Ia(Ra + Rse) + Vsi

(30)
(31)

(b)

Kompon pendek

Gambar 30. Generator Kompon Pendek

Ia = Ise + Ish = IL + Ish


Ea = Vt + ILRse + IaRa + Vsi

(32)
(33)

D. MEDAN JANGKAR DAN REAKSI JANGKAR


Jangkar adalah suatu kumparan. Bila kumparan ini
dilalui arus, maka akan terjadi medan jangkar.
Medan jangkar ini akan mempengaruhi medan
utama, pengaruh inilah yang disebut sebagai reaksi
jangkar.
Gambar wujud reaksi jangkar adalah sebagai
ditunjukkan pada gambar 31 berikut,

Gambar 31 a). Distribusi fluksi kutub utama (p)


ketika kutub utama diberi penguatan

Gambar 31 b). Distribusi fluksi jangkar ( a) ketika kumparan


jangkar dilalui arus.Pada saat generator dibebani,
akan timbul arus jangkar. Arus jangkar ini akan
menyebabkan timbulnya fluksi a

Gambar 31.c.Resultante fluksi medan utama (p) dengan fluksi


medan jangkar (a) akan menghasilkan resultante
yang arahnya bergeser dari arah medan utama
dengan sendirinya garis netral juga ikut bergeser.

Gambar 31. d. Pada beban nol daerah netral magnetik tegak lurus
OB yaitu garis OA. Pada keadaan dibebani, arus
jangkar menimbulkan a searah dengan OA. res
letaknya searah dengan OC

Pengaruh adanya interaksi antara medan utama dan


medan jangkar ini disebut reaksi jangkar.

Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak


tegak lurus pada garis netral n, tetapi bergeser sebesar
sudut . Dengan kata lain, garis netral akan bergeser.

Pergeseran garis netral akan melemahkan tegangan


nominal generator.

Makin besar beban maka makin besar pula reaksi jangkar.

Akibat-akibat buruk reaksi jangkar :


Terjadi distorsi medan
Terjadi loncatan bunga api karena bertambah besarnya
tegangan antara lamel-lamel

Terjadi Demagnetisasi
Pada tiap perubahan beban daerah netral
magnetik tergeser
Timbul ggl induksi sendiri yang menentang
komutasi arus selama saat-saat hubung pendek,
kumparan yang berkomutasi.

Untuk mengembalikan garis netral ke posisi awal,


dipasangkan medan magnet bantu (interpole atau
kutub bantu) dan kutub kompensasi,seperti
ditunjukkan pada Gambar 32.(a).
Lilitan magnet bantu berupa kutub magnet yang
ukuran fisiknya lebih kecil dari kutub utama. Dengan
bergesernya garis netral, maka sikat yang
diletakkan pada permukaan komutator dan tepat
terletak pada garis netral n juga akan bergeser.

Gambar 32. Generator dengan Kutub Bantu (a) dan


Generator Kutub Utama, Kutub Bantu, Belitan
Kompensasi (b).

Jika sikat dipertahankan pada posisi semula (garis


netral), maka akan timbul percikan bunga api, dan
ini sangat berpotensi menimbulkan kebakaran atau
bahaya lainnya. Oleh karena itu, sikat juga harus
digeser sesuai dengan pergeseran garis netral. Bila
sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek, sebab
sikat terhubung dengan penghantar yang
mengandung tegangan.
Medan magnet kompensasi dipasangkan pada kaki
kutub utama baik pada lilitan kutub utara maupun
kutub selatan, seperti ditunjukkan pada gambar 32
(a) dan (b), generator dengan komutator dan lilitan
kompensasinya.

Kini dalam rangkaian generator DC memiliki tiga


lilitan magnet, yaitu:
lilitan magnet utama
lilitan magnet bantu (interpole)
lilitan magnet kompensasi
E. KERJA PARAREL GENERATOR ARUS SEARAH

Untuk memberi tenaga pada suatu beban kadangkadang diperlukan kerja pararel dari dua atau lebih
generator.
Pada penggunaan beberapa buah mesin perlu
dihindari terjadinya beban lebih pada salah satu
mesin.
Kerja pararel generator juga diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi yang besar pada
perusahaan listrik umum yang senantiasa
memerlukan tegangan yang konstan.

Untuk hal-hal yang khusus sering dynamo


dikerjakan pararel dengan aki, sehingga secara
teratur dapat mengisi aki tersebut.

Contoh Soal
1.

Sebuah generator Shunt memberi arus ke beban


450A, dengan tegangan 230 volt. Tahanan medan
50 ohm, tahanan jangkar 0.03 ohm.
Tentukan EMF yang diangkitkan.

2.

Sebuah generator Shunt 36 Kw, 280 volt


menginduksikan tegangan pada jangkar 290 volt.
Tentukan tahanan jangkar dan tahanan medan
jika arus medan Shunt 2 A.

Penyelesaian
1. IL = 450 A
Vt = 230 volt
Rsh = 50 ohm
Ra = 0.03 ohm
E a = V t + Ia R a
Ia = IL + Ish
Ish = (Vt/Rsh) = 230/50 = 4,6 A
Ia = 450 + 4,6 = 454,6 A
E a = V t + Ia R a
= 230 + 454,6 x 0,03
= 243,6 volt

2. Pout = 36 Kw
Vt = 280 volt
Ea = 290 volt
Ish = 2 A
Ea = Vt + Ia Ra Ra = (Ea Vt)/Ia
Ia = IL + Ish
IL = (36.000/280) = 128,57 A
Ia = (128,57 + 2) A = 130,57 A
Ra = (290 280)/130, 57 = 0,0766 ohm
Rsh = Vt/Ish = 280/2 = 140 ohm

MOTOR DC
A. Pengertian.
Motor Arus Searah (dc) adalah suatu peralatan
yang berfungsi merubah daya listrik menjadi daya
mekanik.
Konstruksi motor arus searah dan generator arus
searah tidak ada perbedaan, jadi pada prinsipnya
motor arus searah dapat digunakan sebagai
generator arus searah demikian juga sebaliknya.

B. Prinsip Kerja.
Kalau sebuah kawat yang sudah dialiri arus
diletakkan antara dua buah kutub magnit (utara
selatan), maka pada kawat itu akan bekerja suatu
gaya yang menggerakkan kawat itu.
Arah gerak kawat itu dapat ditentukan dengan
kaidah tangan kiri dimana bila tangan kiri dibuka
diletakkan diantara dua kutub, sehingga gaya keluar
dari kutub utara menembus telapak tangan kiri dan
arus didalam kawat mengalir searah dengan arah
jari-jari, maka kawat itu akan mendapatkan gaya
yang arahnya sesuai dengan arah ibu jari (lihat
gambar 33.)

Gambar 33. Kaidah tangan kiri

Besarnya gaya tersebut dapat ditentukan dengan


persamaan :
F = BIl Newton
dimana : B = kerapatan flux (Weber)
I = arus listrik yang mengalir (Ampere)
l = panjang konduktor (meter)

a. Motor berpenguatan bebas

Gambar 34. Motor dengan Penguatan Bebas

V f = If R f
Ea = Vt - Ia Ra
Ia = IL

(34)
(35)
(37)

b. Motor berpenguatan sendiri


(1) Motor searah seri

Gambar 35. Motor Searah Seri

Ea = Vt - Ia (Ra + Rse) - Vsi


Ia = Ise = IL

(38)
(39)

(2) Motor searah shunt

Gambar 36. Motor Searah Shunt

Ea = Vt - Ia Ra - Vsi
IL = Ish + Ia

(40)
(41)

(3). Motor Searah Kompon


(a) Kompon panjang

Gambar 37. Motor Searah Kompon Panjang

Ia = Ise

(42)

Ea = Vt -Ia(Ra + Rse) - Vsi

(43)

IL + Ish + Ise

(44)

(a) Kompon pendek

Gambar 38. Motor Searah Kompon Pendek

IL = Ise = Ia + Ish

(45)

Ea = Vt - ILRse - IaRa - Vsi

(46)

Contoh Soal
1. Sebuah motor Shunt 100 volt, menarik arus 220 A
Tahanan jangkar dan tahanan medan shunt
masing-masing 0,015 ohm dan 20 ohm
Tentukan : Emf dan daya input yang dihasilkan.
2.

Sebuah motor Seri 220 volt, menarik arus 40 A.


Tahanan jangkar dan medan seri masing-masing
0,5 ohm dan 0,25 ohm.
Tentukan : Emf, Rugi2 daya pada jangkar dan
medan seri.

Penyelesaian :
1. Ish = Vt/Rsh = 100/20 = 5 A
Ia = IL Ish = 220 5 = 215 A
E a = V t Ia R a
= 100 (215 x 0,015) = 96,8 V
Pin = Vt x IL
= 100 x 220 = 22.000 W

2. Ea = Vt Ia (R a + Rse)
= 220 40 (0,75) = 190 V
Rugi-rugi daya pada jangkar = Ia2 Ra
= 402 x 0,5
= 800 W
Rugi-rugi daya pada medan seri = Ise2 Rse
= 402 x 0,25
= 400 W

3.

Sebuah motor DC Seri 500 V, mempunyai


tahanan 0,2 ohm dan berputar pada 400 rpm,
menarik arus dari jala-jala 60 A.
Tentukan kecepatan motor, bila motor menarik
arus 30 A dengan fluksi 35 % lebih kecil dari fluksi
untuk arus 60 A.

Penyelesaian :
Ea1 = Vt Ia1 (R a + Rse)
= 500 (60 x 0,2) = 488 V (untuk N1 = 400 rpm)
Ea2 = Vt Ia2 (R a + Rse)
= 500 (30 x 0,2) = 494 V
2 = 0,65 1
N2/N1 = Ea2/Ea1 x 1/1
N2/400 = 494/488 x 1/ 0,65 1
= 494/488 x 1/0,65
N2 = (400 x 494)/(488 x 0,65) = 622 rpm

MESIN SINKRON
A. Generator Sinkron
Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan
saat ini bekerja pada sumber tegangan bolak balik
(ac), karenanya, generator ac adalah alat yang
paling penting untuk menghasilkan tenaga listrik.
Generator ac, umumnya disebut alternator,
bervariasi ukurannya sesuai dengan beban yang
akan disuplai.

1. Kecepatan putar dari Generator Sinkron.


Rotor sebuah generator sinkron mengandung medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh sumber DC yang
diberikan pada rotor. Pada rotor timbul medan magnet.
Kecepatan putar medan magnetik dalam mesin sinkron
berhubungan dengan frekuensi listrik dari stator dan
nmP

dinyatakanfedengan
persamaan :
120

(47)

dimana : fe= frekuensi listrik dalam Hz

2. Tegangan yang dibangkitkan pada Mesin Arus Bolak


Balik.
Hukum Induksi Faraday menyatakan bahwa tegangan
induksi
d
(48)
e N
dt

Apabila fluks berbentuk sinusoidal yaitu,

m sin t

(49)

Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan


induksi,
d m sin t
e N
N m cos t
dt

(50)

Harga efektif (rms)nya adalah


EA

N2fm
4, 44Nf m
2

(51)

dimana : f = frekuensi dalam hertz.


N = jumlah belitan
m = fluksi/kutub
Dari persamaan diatas terlihat bahwa tegangan
tergantung pada fluks mesin, frekuensi atau kecepatan
putar dan konstruksi dari mesin.
Untuk lebih mudah dalam penyelesaian persoalanpersoalan pada mesin sinkron persamaan tersebut
diatas dapat disederhanakan menjadi
EA K
(52)

dimana k = konstanta yang merepresentasikan


konstruksi dari mesin
= putaran sudut rotor (rpd)
Tegangan dalam yang dihasilkan, berbanding lurus
dengan fluks dan kecepatan, tetapi fluks sendiri
tergantung dari besarnya arus yang mengalir dalam
rangkaian rotor.
Persamaan (52) dapat disederhanakan menjadi
EA n
(53)
dimana : n = putaran rotor (rpm )

3. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron.


Tegangan dalam EA adalah tegangan yang
dihasilkan pada salah satu phasa dari
Generator sinkron.
Tegangan ini tidak sama dengan tegangan terminal
dari Generator Sinkron.
Hanya pada keadaan tertentu saja kedua tegangan
itu dapat sama yaitu pada keadaan tidak adanya
arus jangkar yang mengalir ke dalam mesin.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kedua


tegangan tersebut tidak sama yaitu :
1. Distorsi pada medan magnet celah udara yang
disebabkan mengalirnya arus pada rangkaian
stator atau disebut sebagai reaksi jangkar.
2. Induktansi dari lilitan jangkar
3. Tahanan dari lilitan jangkar
4. Pengaruh bentuk dari rotor menonjol.
Untuk mengetahui ketiga pengaruh diatas, pengaruh
no.4 sementara diabaikan, dan mesin dianggap
mempunyai rotor silindris.

Bila generator sinkron berputar, tegangan akan


diinduksikan pada belitan stator dari generator.
Bila beban dihubungkan dengan terminal generator
akan mengalir arus. Salah satu dari ketiga phasa
arus stator akan menghasilkan medan magnet dalam
mesin.
Medan magnet stator ini akan memperbesar
medan magnet rotor sehingga akan merubah besar
tegangan phasa.
Pengaruh ini disebut sebagai reaksi jangkar .

Untuk mengetahui reaksi jangkar lebih lanjut perhatikan


gambar 39 berikut
Gambar a, menunjukkan rotor dua kutub berputar
dalam stator tiga phasa.
Saat ini stator tidak dihubungkan dengan beban.
Medan magnet rotor akan menghasilkan tegangan dalam
generator EA yang harga puncaknya berimpit dengan arah
BR.
Oleh karena tidak ada beban, maka tidak ada arus
jangkar yang mengalir sehingga EA sama dengan
tegangan phasa V.

Bila sekarang generator dihubungkan dengan beban


yang mempunyai pf lagging, karena beban mempunyai
pf lagging, puncak arus yang terjadi akan tertinggal
terhadap puncak tegangan, pengaruh ini ditunjukkan
pada gambar b.
Arus yang mengalir dalam belitan stator akan
menghasilkan medan magnet BS yang arahnya
ditentukan dengan aturan tangan kanan, seperti
ditunjukkan pada gambar c.
Medan magnet stator BS menghasilkan tegangan
Bstat pada stator.
Gambar 39 berikut, menunjukkan proses terjadinya
reaksi jangkar

39.a. Putaran medan magnetik yang menghasilkan


tegangan dalam EA

39.b. Tegangan yang menghasilkan aliran arus jika


dihubungkan terkebelakang terhadap beban

39.c.Arus stator menghasilkan medan magnetik BS yang


menghasilkan tegangan Estat pada belitan stator mesin

39.d.Medan BS jika dijumlahkan dengan BR akan menghasilkan


Bnet
Tegangan Estat jika dijumlahkan dengan EA menghasilkanV
pada output phasa

Dengan adanya dua tegangan didalam belitan stator,


maka tegangan phasa diperoleh dengan menjumlahkan
tegangan dalam EA dan tegangan reaksi jangkar Estat :

V EA Estat

(54)

Bnet BR BS

(55)

Oleh karena sudut EA dan BR sama, maka sudut antara


Estat dan BSjuga sama, hasil Bnet sama dengan V hal ini
dapat dilihat pada gambar d.
Jadi pengaruh reaksi jangkar terhadap tegangan phasa :
1. Tegangan Estat tertinggal sebesar 900 terhadap
arus maksimum IA
2. Tegangan Estat berbanding langsung dengan arus
maksimum IA

Tegangan phasa menjadi :


Estat jXIA

(56)

Dari gambar 40 ditunjukkan, persamaan tegangan


hukum Kirchhoffs menyatakan :
V EA jXIA
(57)
Persamaan ini secara langsung merupakan tegangan
reaksi jangkar.
V EA jXIA
Tegangan reaksi jangkar dapat dimodelkan sebagai
sebuah induktor yang terpasang seri dengan tegangan
dalam yang dibangkitkan.
Belitan stator mempunyai sebuah induktansi sendiri
dan juga sebuah tahanan yang dapat memperbesar
pengaruh reaksi jangkar.

Gambar 40. Sebuah rangkaian sederhana

Jika induktansi sendiri dari stator disebut LA(yang


berhubungan dengan reaktansi, disebut XA) kemudian
tahanan stator disebut RA, maka perbedaan antara EA
dan V menjadi :
V EA jXIA jXAIA RAIA
(59)
Pengaruh reaksi jangkar dan induktansi sendiri dalam
mesin keduanya dinyatakan sebagai reaktansi yang
disebut dengan reaktansi sinkron
XS = X + X A
(60)
Sehingga persamaan tegangan menjadi :
V EA jXSIA RAIA

(61)

Dari persamaan tegangan diatas dapat diturunkan


rangkaian ekivalen generator sinkron sebagai berikut :

Gambar 41. Rangkaian ekivalen tiga phasa generator


sinkron

Gambar 42. Rangkaian ekivalen per-phasa generator


sinkron

4. Diagram phasor generator sinkron.


Oleh karena tegangan dari generator sinkron adalah
tegangan arus bolak balik, umumnya dinyatakan
sebagai phasor.
Phasor mempunyai magnitudo dan sudut, hubungan
keduanya dapat digambarkan sebagai gambar dua
dimensi. Bila tegangan phase (EA V, JXS IA dan
RA IA) dan arus phasa IA digambarkan, maka diperoleh hubungan antara keduanya yang disebut :
diagram phasor.
Sebagai contoh gambar 43 menunjukkan hubungan
antara generator yang mensuplai beban pada unity pf.

Gambar 43. Diagram phasor generator sinkron pada unity pf

Dari persamaan 61, tegangan total dibedakan dengan


tegangan phasa oleh rugi-rugi tegangan karena tahanan
dan induktansi. Diagram phasor ini dapat dibandingkan
dengan diagram phasor generator yang beroperasi pada
pf lagging dan leading yang ditunjukkan pada gambar
43,
Untuk menghasilkan tegangan phasa dan arus jangkar,
pada beban yang mempunyai pf lagging diperlukan
tegangan dalam generator yang lebih besar
dibandingkan dengan beban yang mempunyai pf
leading.
Arus medan yang besar diperlukan pada beban yang
mempunyai pf lagging untuk memperoleh tegangan
terminal yang sama sebab dari persamaan :
EA = k, untuk menghasilkan frekuensi yang konstan
harus dibuat konstan.

Jadi pada suatu harga arus medan dan arus jangkar,


tegangan terminal pada beban yang mempunyai pf
lagging lebih kecil dibandingkan dengan tegangan
terminal pada beban yang mempunyai pf leading.
Pada mesin sinkron umumnya harga reaktansi sinkron
jauh lebih besar dibandingkan tahanan RA sehingga
RA dapat diabaikan. Tetapi untuk menghasilkan
perhitungan yang lebih teliti tahanan RA perlu
diperhitungkan.

Gambar 44. Diagram phasor generator sinkron


a. pada pf lagging b. pada pf leading

5. Pengaruh perubahan beban pada generator


sinkron.
Jika beban bertambah, daya nyata dan daya reaktif
yang mengalir dari generator akan bertambah.
Demikian juga bila beban bertambah, arus beban
yang mengalir dari generator juga bertambah.
Oleh karena tahanan medan tetap, arus medan
konstan karenanya fluks juga konstan.
Prime mover juga menghasilkan kecepatan () yang
konstan, akibatnya tegangan dalam yang dihasilkan
EA K

besarnya juga konstan.

Pada generator yang beroperasi pada pf lagging jika


ditambahkan beban yang mempunyai pf yang sama,
arus [IA] bertambah tetapi sudut tetap sama dengan
sebelumnya. Oleh karena itu tegangan reaksi jangkar
akan menjadi lebih besar dari harga sebelumnya
tetapi sudut tetap sama. Oleh karena EA V jXSIA ,
Jadi bila beban bertambah maka tegangan terminal
menjadi berkurang ( EA >V ).
Pada generator yang beroperasi pada unity pf, jika
ditambahkan beban yang mempunyai pf yang sama,
sama seperti sebelumnya tegangan terminal menjadi
berkurang (EA= V ).

Terakhir, bila generator yang beroperasi pada pf


leading, ditambahkan beban yang juga mempunyai pf
yang sama, maka tegangan terminal menjadi
bertambah besar (EA < V ).

6. Kerja Paralel Generator Sinkron


Generator sinkron sangat mudah untuk dioperasikan
secara paralel. Negara-negara maju yang industri-nya
berkembang sistem ini dapat dilaksanakan dalam jumlah
generator banyak dan mencatu tenaga listrik pada
beban-beban yang tersebar luas.
a. Pertimbangan kerja paralel.
Pertimbangan pengunaan sistem ini adalah :
untuk memenuhi kebutuhan beban yang semakin
bertambah
adanya kesinambungan dalam pemakaian serta
mempunyai nilai ekonomi dalam penanaman modal
pabrik
untuk menjaga kelangsungan penyediaan energi
listrik bila ada generator yang harus dihentikan.

b. Syarat-syarat kerja paralel


Beberapa hal yang mempengaruhi kerja paralel.
Gambar 45 menunjukkan sebuah generator Sinkron
G1 yang mensuplai sebuah beban, dan sebuah
generator G2 yang akan diparalel dengan G1 oleh
penutupan saklar S1.
Jika saklar S1 ditutup beberapa saat, maka akan
mengalir arus-arus penyesuaian dalam rangkaian
yang menghubungkan generator G1 dan G2 ini dapat
berakibat fatal pada kedua mesin dan seluruh instalasi
listrik.

Gambar 45. Sebuah generator sinkron yang akan diparalel


dengan sistem daya yang berputar

Jelas bahwa untuk dapat memparalelkan generator G 1


dan G2 dengan menutup saklar S1 langkah yang ditempuh
adalah agar dicapai kondisi perbedaan tegangan harus nol
setiap saat, ini dapat dilakukan dengan mengatur
penggerak mula dan arus eksitasi (arus medan)
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi pada kerja
paralel antara dua generator :
Tegangan kedua generator harus sama (harga rms
tegangan dari phasa)
Urutan phasa kedua generator harus sama (harus
berurutan)
Tegangan phasa kedua generator harus sephasa (beda
phasa = nol)
Frekuensi kedua generator harus sama

Syarat-syarat diatas pada dasarnya berlaku untuk :

Lebih dari dua generator yang akan kerja paralel


Dua atau lebih sistem yang akan dihubungkan paralel, dan
Generator atau pusat listrik yang akan dihubung- kan pada
sebuah jaringan

Bila tegangan kedua generator tidak sama, maka akan


terjadi kerusakan seperti telah dijelaskan diatas.

Bila urutan phasa kedua generator tidak sama (berurutan)


sebut saja fasa B dan C tidak berbeda phasa 1200 , jika
pada kondisi ini kedua generator di paralel untuk phasa A
tidak ada masalah tetapi pada phasa B dan C akan mengalir
arus yang sangat besar
yang dapat merusak kedua generator tersebut.

Bila frekuensi kedua generator tidak sama,


dihubungkan paralel, maka akan timbul daya
transient yang besar sampai generator stabil
pada frekuensinya.

c. Prosedur umum kerja paralel

Perhatikan gambar 46, bila sebuah generator G2


akan dihubungkan paralel dengan generator G1 ada
beberapa langkah yang harus dilakukan :
Dengan menggunakan voltmeter, arus medan
generator G2 harus diatur agar tegangan terminal
sama dengan tegangan phasa dari generator G1

Gambar 46.a. Dua kemungkinan urutan phasa sistem tiga phasa


b. Metode tiga lampu untuk mengecek urutan phasa

Urutan phasa generator G2 disamakan dengan urutan


phasa generator G1
Urutan phasa dapat dicek dengan beberapa cara :
Salah satu cara yaitu dilakukan dengan menghubungkan sebuah motor induksi yang kecil pada
setiap terminal dari kedua generator. Jika motor
putaran motor sama, maka urutan phasa kedua
generator sama. Bila putaran motor berlawanan ini
artinya urutan phasa kedua generator tidak sama,
dua konduktor dari generator G2 harus dibalik.
Cara yang lain adalah menggunakan metode tiga
lampu, Sinkronoskop lampu gelap. Ketiga lampu
diletakkan pada tiap phasa antara titik terminal dari
saklar S1 (perhatikan gambar 46.b), bila ketiga
lampu tidak menyala berarti tegangan kedua sistem
tersebut diatas sudah sama.

Saklar S1 dapat ditutup, tetapi bilamana kedua


titik itu masih terdapat perbedaan tegangan,
lampu L masih menyala.
Hal ini dapat dilihat dengan mempergunakan suatu
diagram vektor berikut,
Gambar 47. menunjukkan sistem tegangan a, b, c dan
sistem tegangan generator a, b, c.
Kedua sistem tidak sephasa.
Pada lampu La terdapat selisih tegangan antara a
dan a.
Pada lampu Lb terdapat selisih tegangan antara b dan
b dan lampu Lc terdapat selisih tegangan antara c dan
c. Dengan demikian ketiga lampu menyala.

Gambar 48 memperlihatkan kedaan dimana kedua


sistem tegangan berada dalam keadaan se phasa,
dengan demikian a = a, b = b, dan c = c . Karena
tidak terdapat lagi selisih tegangan maka lampu-lampu
La, Lb dan Lc tidak menyala.
Frekuensi dari generator G2 akan sama dengan
frekuensi sistem adalah bila ketiga lampu La, Lb dan Lc
dalam keadaan tidak menyala.

Gambar 47. Sistem tidak sephasa dan lampu menyala

Gambar 48. Sistem sephasa dan lampu padam

d. Pengaturan (Regulasi) Tegangan Generator Sinkron


Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan
terminal antara keadaan beban nol dengan beban
penuh, dan ini dinyatakan dengan persamaan :
E0 - V
% Re gulasi =
x100%
V

(62)

Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam


keadaan berbeban dengan tegangan Eo pada saat tidak
berbeban dipengaruhi oleh faktor daya dan besarnya
arus jangkar (Ia) yang mengalir.
Untuk menentukan pengaturan tegangan dari generator
adalah dengan memanfaatkan karakteristik tanpa beban
dan hubung singkat yang diperoleh dari hasil
percobaan.

7. Pengukuran parameter-parameter generator


sinkron.

Dari rangkaian ekivalen generator sinkron dapat


diketahui bahwa ada tiga parameter yang harus
ditentukan :
1. Hubungan antara arus medan dan fluks (antara
arus medan dan EA)
2. Reaktansi sinkron
3. Tahanan jangkar

Untuk mengetahui ketiga parameter tersebut dapat


dilakukan :

1. Tes hubungan terbuka.


Generator diputar pada kecepatan
ratingnya, terminal generator
dibiarkan erbuka.dan arus medan
(IF) di set pada harga nol.
Selanjutnya arus medan dinaikkan
sedikit demi sedikit dan tegangan
terminal diukur.
Oleh karena terminal dalam
keadaan terbuka, maka IA = 0 ,
sehingga EA = V selanjutnya
digambarkan karakteristik
hubungan antara EA atau V
sebagai fungsi IF .
Hasil gambar karakteristik ini disebut dengan karakteristik
hubungan terbuka (open circuit charactristik/OCC).

Gambar 49.a. Karakteristik hubungan terbuka


generator sinkron

2. Tes hubung singkat.


Pada tes hubung singkat ini arus
medan juga di set pada harga nol,
tetapi terminal generator
dihubungkan singkat.
Arus jangkar atau arus line diukur
pada setiap kenaikan arus medan.
Selanjutnya digambarkan
karakteristik arus jangkar sebagai
fungsi arus medan, karakteristik ini
disebut karakteristk hubung
singkat (short circuit
charactristic/SCC), seperti
ditunjukkan pada gambar 49.b

Gambar 49.b. Karakteristik hubung singkat


generator sinkron

Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar


dalam bentuk kurva karakteristik seperti diperlihatan pada gambar 50,

Gambar 50 Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan


Hubung Singkatsebuah Generator
Sinkron

Untuk mengetahui kenapa karakteristik SCC


merupakan garis lurus, dapat dijelaskan
sbb :
Dari gambar rangkaian ekuivalen generator sinkron
satu phase (gambar 42), bila terminal mesin
dihubungkan singkat seperti gambar 49.b,
Besarnya arus jangkar dapat dihitung dengan
persamaan :
IA

EA
RA jXs

(63)

Gambar 50 a. Rangkaian ekivalen generator sinkron selama


tes hubung singkat
b. Diagram phasor yang dihasilkan
c. Medan magnetik selama tes hubung singkat

IA

EA

(64)

RA2 XS2

Oleh karena BR = 0, maka medan magnet B net sangat


kecil, maka mesin berada dalam daerah unsaturated
sehingga SCC linier.
Dengan terminal V = 0, maka impedansi dalam
mesin dapat ditentukan :
ZS

2
A

2
S

EA

IA

(65)

Oleh karena XS >> RA, maka.


XS

V,OC
EA

IA
IA

(66)

Jika EA dan IA diketahui, maka XS dapat juga diketahui


Langkah-langkah untuk menentukan reaktansi sinkron
dengan metode pendekatan ini adalah :
Tentukan tegangan dalam EA dari OCC pada arus medan
tertentu.
Tentukan arus hubung singkat IASC pada harga arus
medan tertentu dari SCC
Tentukan dengan menggunakan persamaan 66.

SOAL-SOAL GENERATOR SINKRON


1. Sebuah generator sinkron 3 phasa 13000 V, 1500
KVA, 50 Hz, stator terhubung bintang, mempunyai
tahanan jangkar dan reaktansi sinkron masing masing
0.9 dan 8 Ohm/phasa.
Tentukan tegangan yang dibangkitkan untuk p.f 0.8
(lagging), unity p.f dan p.f 0.8 (leading) dan regulasi
tegangan untuk ketiga p.f tersebut.

Penyelesaian :
Tegangan/phasa = 13000/3 = 7505 V
Arus/phasa = (1500x1000)/(3x7505) = 66.62 A
a. P.f = 0.8 lagging
Ea
Ea

VCos IRa 2

VSin IXs

7505x0.8 66.62x0.9 2

7505x0.6 66.62x8 2

= 7882 V
Regulasi tegangan = 7882 7505 x 100% = 5 %
7505

b. Unity p.f
Ea

Ea

VCos IRa 2

VSin IXs 2

7505x1 66.62x0.9 2 7505x0 66.62x8 2

= 7584 V
Regulasi tegangan = 7584 7505 x 100% = 1.05 %
7505

c. P.f 0.8 leading


Ea

Ea

VCos IRa 2

VSin IXs 2

7505x0.8 66.62x0.9 2 7505x0.6 66.62x8 2

Regulasi tegangan = 72487505 x 100% = - 3.42 %


7505

2. Sebuah generator sinkron 3 phasa, 1000 KVA, 3000 V,


50 Hz, dihubungkan bintang, mempunyai tahanan
efektif jangkar 0.2 Ohm.
Arus medan 40 A menghasilkan arus hubung singkat
200 A dan emf hubungan terbuka 1040 V.
Tentukan : regulasi tegangan beban penuh pada p.f
0.8 lagging, dan bagaimana regulasi tegangannya
bila menghasilkan keluaran beban penuh pada p.f
leading.

Penyelesaian :
Tegangan phasa = (3000)/3 = 1732 V
Arus phasa
= 1000000 = 192.5 A
3x1732
Emf phasa = (1040)/3 = 600.44 V
Zs = Voc = 600.44
Isc
200
Xs

0.2

= 3 Ohm
3 Ohm

Bila P.f = 0.8 lagging


Ea

VCos IRa 2

VSin IXs 2

Cos = 0.8, maka sin = 0.6

Ea

1732x0.8 192.5x3 2

1732x0.6 192.5x3 2

= 2155 V
Regulasi tegangan = 2155 1732 x 100% = 24.4 %
1732
Bila p.f 0.8 leading, maka
Ea

VCos IRa 2

VSin IXs 2

Ea

1732x0.8 192.5x3 2 1732x0.6 192.5x3 2

Regulasi tegangan = 1498 1732 x 100% = - 13.5 %


1732
= 1498 V

B. Motor Sinkron
1. Konsep dasar Motor Sinkron.
Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan
untuk merubah daya listrik menjadi daya mekanik.
Beberapa sifat penting dari motor sinkron :
Putaran tetap, kecepatan sinkron ns = 120f/P.

Untuk merubah kecepatan, frekuensi dan jumlah


kutub harus diubah.

Pada dasarnya tidak dapat di start sendiri, motor


harus diputar lebih dahulu sampai mendekati
kecepatan sinkron, eksitasi dimasukkan

Motor dapat bekerja pada power faktor (pf) yang


berbeda tergantung besar kecilnya eksitasi,
sehingga dapat bersifat lagging atau leading.

Untuk mengetahui konsep dasar motor sinkron,


perhatikan gambar 49, berikut,

Kumparan stator tiga phasa mendapat tegangan


tiga phasa akan timbul medan magnet yang
berputar dengan kecepatan sinkron
Rotor diberi eksitasi DC sehingga timbul medan
magnetik rotor
Terjadi tarik menarik dengan medan magnet putar
stator sehingga rotor ikut berputar dengan
kecepatan sinkron.

Gambar 49. Motor Sinkron dua kutub

2. Motor sinkron dalam keadaan tidak berbeban.

Bila motor sinkron 3 phasa dihubungkan dengan bus


bar, akan dibangkitkan tegangan (emf) yang sama
tapi berlawanan dengan tegangan busbar , seperti
ditunjukkan pada gambar berikut,

Gambar 50. Motor Sinkron dalam keadaan berbeban

Resultante tegangan pada kumparan jangkar adalah


merupakan beda vektoris antara V dan EA.

ER V EA
IA ER / Zs

(63)
(64)

Bila motor tanpa beban, tetapi mempunyai rugi-rugi,


maka EA. akan menyimpang sebesar karena adanya
rugi-rugi tersebut.
Bila sekarang motor diberi beban, maka letak sumbu
medan putar stator tidak berimpit lagi dengan sumbu
kumparan medan rotor (membuat sudut ) dengan
medan rotor tertinggal dari medan statornya.

Gambar 51. Motor Sinkron tidak berbeban, mempunyai rugi-rugi

Gambar 52. Motor Sinkron dalam keadaan berbeban

Bila : RA = tahanan jangkar/phasa


XS = reaktansi sinkron/phasa
Maka Zs RA jXs ( Impedansi sinkron)
IA ER / Zs (V EA ) / Zs

Atau

V EA IAZs

(65)

Sudut adalah sudut antara IA dan ER, dimana IA


tertinggal dibelakang ER.
(66)
Tg Xs / RA
Bila RA diabaikan, maka = 900

Daya input motor/phasa,


Pin VIA cos
(V = tegangan kerja/phasa)

Daya total input untuk mesin 3 phasa dengan hubungan


bintang adalah :
Pin

3VL IL cos

(67)

Daya mekanik yang dihasilkan oleh rotor/phasa adalah :


Pm = Emf lawan x arus jangkar x sudut cosinus
antara keduanya, yaitu
(68)

Pm EAIA cos( )

Disamping daya yang dihasilkan, juga ada rugi-rugi besi


dan rugi-rugi karena gesekan dll, bila daya input/phasa
dari rotor adalah :

Pin VI cos

2
Pm IA
RA

Pm / phasa Pin IA2RA

Untuk daya 3 phasa hubungan bintang, maka


Pm

3VL IL cos 3IA2RA

(69)

3. Pengaruh perubahan arus medan pada motor


sinkron.
Setiap penambahan arus medan, magnitudo EA akan
bertambah besar, tetapi tidak akan mempengaruhi daya
nyata yang diberikan oleh motor.
Daya yang diberikan oleh motor hanya akan berubah bila
torsi beban dirubah.

Oleh karena perubahan IA tidak mempengaruhi


kecepatan shaft (nm) dan karena beban tidak berubah,
maka daya nyata yang diberikan juga tidak berubah,
EA sin juga konstan.
Pada saat EA bertambah besar, magnitudo arus jangkar
IA awalnya akan berkurang kemudian bertambah
kembali.
Pada harga EA yang kecil, arus jangkar lagging, motor
bersifat induktif.
Jika arus medan bertambah besar, arus jangkar segaris
dengan V motor bersifat resistif.

Selanjutnya semakin besarnya arus medan, arus


jangkar akan menjadi leading dan motor bersifat
kapasitif.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan :


Bila arus medannya kecil, maka arus jangkar yang
ditarik dari jala-jala besar EA < V, arus jangkar IA
tertinggal terhadap V , motor bekerja dengan pf
lagging (under excited) dan motor bersifat induktif.
Bila arus medan dibuat sedemikian sehingga,
EA = V, IA sefasa (segaris) dengan V, cos =1,
motor bekerja dengan pf =1 (unity pf), motor
bersifat resistif

Gambar 53. Motor Sinkron yang bekerja pada pf lagging


(under exited)

Gambar 54. Motor Sinkron yang bekerja pada Unity pf

Bila arus medan besar, sehingga EA > V , arus


jangkar IA mendahului V, motor bekerja dengan pf
leading (over excited) motor bersifat kapasitif.

Gambar 55. Motor Sinkron yang bekerja pada pf leading


(over exited)

Karakteristik IA = f (If) untuk motor sinkron dapat dilihat


pada gambar 56. Karakteristik ini sering disebut :
lengkung V motor sinkron.

Gambar 56. Kurva V motor sinkron

Dari gambar terlihat, bahwa pada beban yang tetap,


arus jangkar IA besar pada saat arus medan If yang kecil
( IA tertinggal terhadap V) dan terus bertambah kecil
untuk pf = 1, untuk kemudian besar kembali pada saat
eksitasi (If) ditambah, ( IA mendahului mendahului V).

4. Motor sinkron dan perbaikan Faktor Daya.

Perhatikan gambar 57, gambar ini menunjukkan sebuah


sistem daya yang besar yang dihubungkan dengan
saluran transmisi ke beban industri.
Beban industri terdiri dari tiga beban. Dua beban adalah
motor induksi yang beroperasi dengan pf lagging dan
motor ketiga berupa motor sinkron dengan power faktor
yang diatur kemudian.

Gambar 57. Sistem daya sederhana yang terdiri dari


sebuah infinite bus

Data-data motor :
Tegangan sistem daya
Motor induksi (beban I)
Motor Induksi (beban II)
Motor sinkron (beban III)

: 480 V
: 100 kW pf = 0.78
lagging
: 200 kW pf = 0.80
lagging
: 150 kW

Bila motor sinkron diatur untuk beroperasi pada 0.85 pf


lagging, bagaimana dengan arus saluran transmisi dari
sistem
Bila kemudian motor sinkron diatur untuk beroperasi
pada 0.85 pf leading, bagaimana dengan arus saluran
transmisi dari sistem
Rugi-rugi daya pada saluran transmisi dianggap
PLL 3IL2RL

Akan dibandingkan rugi-rugi daya pada saluran transmisi


untuk kedua kasus diatas.
Hasil perhitungan :
Daya reaktip beban I (motor induksi dengan 0,78 pf
lagging)
Q1 P1 tan = (100kW) tan (cos-1 0.78)
= (100 kW) tan 38.70
= 80.2 kVAR

Daya reaktip beban II (motor induksi dengan 0.80 pf


lagging)
Q2 P2 tan = (200 kW) tan (cos-1 0.80)
= (200 kW) tan 36.870
= 150 kVAR

Daya reaktip beban III (motor sinkron dengan 0.85 pf


lagging)
Q 3 = P3 tan
= (150 kW) tan (cos-10.85)
= (150 kW) tan 31.80
= 93 kVAR
Jumlah daya total :
Ptot P1 P2 P3 = 100 kW + 200 kW + 150 kW
= 450 kW
Jumlah daya reaktip total :
Qtot Q1 Q2 Q3
= 80.2 kVAR + 150 kVAR +
93 kVAR
= 332.2 kVAR

Faktor daya (pf) ekuivalen menjadi,


Q

1 323kVAR
PF cos cos tan 1

cos tan
P
450kW

= cos 35.70= 0.812 lagging.


Arus saluran transmisi :
IL

Ptot

3VL cos

450kW
667A
3( 480V )(0.812)

Daya nyata dan daya reaktip dari beban I dan beban II


tidak berubah, demikian juga dengan daya nyata beban III.
Daya reaktip beban III
= (150 kW) tan (- cos-1 0.85)
Q3 P3 tan = (150 kW) tan (- 31.80)
= - 93 kVAR

Jumlah daya total :


= 100 kW + 200 kW + 150 kW
Ptot P1 P2 P3= 450 kW
Jumlah daya reaktip total :
= 80.2 kVAR + 150 kVAR 93 kVAR
Qtot Q1 Q2 Q3
= 137.2 kVAR

Faktor daya (pf) ekuivalen menjadi,

PF cos cos tan

1 137.2kVAR

cos tan
P
450kW

= cos 16.960= 0.957 lagging.

Arus saluran transmisi :

IL

Ptot

3VL cos

450kW
566A
3( 480V )( 0.957 )

Rugi-rugi daya pada saluran transmisi untuk kasus


pertama (a) :
PLL = 3 IL2 RL
= 3(667 A)2 RL
= 1.344.700 RL

Rugi-rugi daya pada saluran transmisi untuk kasus


kedua (b) :
PLL = 3 IL2 RL
= 3(566 A)2 RL = 961.070 RL
Dari kedua hasil perhitungan diatas terlihat bahwa rugirugi daya pada saluran transmisi untuk kasus kedua 28 %
lebih rendah dibanding- kan dengan rugi-rugi daya pada
kasus pertama untuk daya yang sama.
Dari contoh perhitungan diatas, faktor daya (pf) sangat
mempengaruhi effisiensi dari sistem daya.
Semakin kecil faktor daya dari sistem daya, semakin
besar rugi-rugi daya yang dihasilkan pada saluran
transmisi.
Untuk beban sistem berupa motor induksi hampir selalu
beroperasi pada pf lagging.

MESIN INDUKSI
1. Konstruksi Motor Induksi.
Konstruksi stator motor induksi sama dengan stator dari
mesin sinkron lainnya hanya konstruksi rotornya saja
yang berbeda.
Ada dua tipe dari rotor motor induksi yaitu :
Rotor sangkar bajing (squirrel cage rotor)
Rotor belitan (wound rotor)

Gambar 58. Konstruksi stator dan dua tipe motor induksi

2. Prinsip Kerja motor induksi

Gambar 59. Prinsip kerja motor induksi

1.

Apabila sumber tegangan tiga phasa dihubungkan pada


kumparan stator, akan timbul medan putar. Medan
magnit ini berputar dengan kecepatan
ns

120f
P

(70)

dimana : ns = kecepatan sinkron medan magnit


stator (rpm)
f = frekuensi sistem (frekuensi rotor)
dalam Hz
P = jumlah kutub dalam mesin
2. Perputaran medan magnetik ini akan memotong batang
konduktor pada rotor sehingga pada rotor akan timbul
tegangan induksi (ggl) sebesar :

E2( rms )

f2N2 4.44f2N2
2

(71)

dimana : E2 = tegangan induksi pada kumparan


rotor
f2 = frekuensi rotor
N2 = jumlah lilitan rotor
= fluks celah udara tiap kutub
3. Oleh karena belitan rotor dihubungkan singkat satu
dengan lainnya, maka ggl tersebut akan
menyebabkan pada rotor mengalir arus (I 2).
4. Adanya arus didalam medan magnet menimbulkan gaya
(F) pada rotor, yang selanjutnya akan
menghasilkan torsi (kopel).

5. Bila torsi (kopel) yang dihasilkan oleh gaya (F) pada


rotor cukup besar untuk memikul beban, rotor akan
berputar searah dengan medan putar stator (ns) dengan
kecepatan berputar (nr)

3. Konsep slip rotor.


Tegangan induksi pada belitan rotor tergantung pada
perbedaan putaran rotor dan kecepatan medan magnetik.
Oleh karena itu operasi motor induksi tergantung pada
tegangan dan arus rotor yang dihasilkan oleh perbedaan
putaran antara rotor dengan medan magnetik.
Ada dua cara yang umum untuk mendefinisikan perbedaan
putaran antara rotor dengan medan magnetik :
Kecepatan Slip yang didefinisikan sebagai perbedaan
antara kecepatan sinkron dengan kecepatan rotor,
dinyatakan oleh persamaan :
nslip nsync nm

(72)

dimana : nslip = kecepatan slip pada mesin


nsync = kecepatan medan magnetik
nm = kecepatan mekanik dari shaft motor
Slip yaitu kecepatan relatif yang dinyatakan dalam
besaran per-unit (dalam %).
Slip didefinisikan sebagai :

s
s

nslip
nsync

nsync nm
nsync

(73)
(74)

Persamaan diatas dapat juga dinyatakan dalam besaran


kecepatan sudut , yaitu :
s

sync m
sync

(75)

Bila rotor berputar pada kecepatan sinkron, s = 0 dan jika


motor dalam keadaan diam s = 1. Untuk semua motor
dalam keadaan normal harga slip diantara batas
keduanya.
Untuk menyatakan kecepatan mekanik shaft rotor dalam
kecepatan sinkron dan slip,
nm (1 s)nsync

(76)

m (1 s) sync

(77)

4. Frekuensi listrik pada rotor.

Jika rotor dari motor tidak berputar (diam) frekuensinya


akan sama dengan frekuensi stator. Jika rotor berputar
pada kecepatan sinkron frekuensi rotor akan sama
dengan nol.

Jadi pengaruh slip terhadap kecepatan putar dari rotor


adalah :

Jika nm = 0 r/min, frekuensi rotor f2 = f dan


slip = 1
Jika nm = ns, frekuensi rotor f2 = 0 Hz dan
slip = 0

Untuk kecepatan diantara keduanya, frekuensi rotor


berbanding lurus dengan perbedaan antara kecepatan
medan magnetik ns dan kecepatan rotor n m , yaitu slip.

Jadi frekuensi rotor dapat dinyatakan dengan persamaan


:
f2 = sf

(78)

Persamaan 3.9, menyatakan bahwa pada saat rotor


belum berputar (start), frekuensi stator sama dengan
frekuensi rotor.
Bila motor (rotor) berputar, frekuensi arus motor
dipengaruhi oleh slip.
Oleh karena itu tegangan induksi dan reaktansi sebagai
fungsi frekuensi, maka harga keduanya ikut dipengaruhi
oleh slip.
E20 = 4,44 f2 N2 (f2 = f)
E2 = 4,44 sf N2
E2 = s E20

(79)

dimana : E20 = tegangan induksi pada saat motor


diam (start)
E2 = tegangan induksi pada saat motor
berputar
X20 = L2
= 2 f2 L2 (f2 = f)
= 2 sf L2
X2 = sX20

(80)

dimana : X20 = reaktansi rotor pada saat motor


diam (start)
X2 = reaktansi rotor pada saat motor
berputar

5. Model rangkaian rotor.


Persamaan (79) dan (80) menyatakan bahwa oada saat
rotor (motor) berputar tegangan induksi dan reaktansi
rotor dipengaruhi oleh slip, maka arus yang mengalir
pada rangkaian rotor dapat ditentukan dengan
persamaan :
I20
I2
I2

E20
R2 jX20

R2

E2
2

X2

sE20

R2 2 sX20 2

E20

R2 / s 2

X20 2

(81)

dimana : I20 = arus yang mengalir pada kumparan


rotor pada saat rotor (motor) diam
I2 = arus yang mengalir pada kumparan
rotor pada saat rotor (motor) berputar
Selanjutnya rangkaian rotor dari motor induksi dapat
digambarkan sebagai berikut,

Gambar 60. Rangkaian rotor dari motor induksi

6. Rangkaian Ekivalen dari Motor Induksi.


Pada akhirnya rangkaian ekivalen per-phasa motor
induksi dapat digambarkan pada gambar 61, berikut.

Gambar 61. Rangkaian ekivalen per-phasa motor induksi

1 s
R2 maka rangkaian
Oleh karena , R2 / s R2
s

ekivalen dari motor induksi menjadi,

Gambar 62. Rangkaian ekivalen per-phase motor induksi

7. Daya dan torsi motor induksi.


Oleh karena motor induksi merupakan mesin
dengan eksitasi tunggal, maka hubungan daya
dan torsi akan berbeda dengan hubungan daya
dan torsi pada mesin sinkron.
a.Rugi-rugi daya dan diagram daya.
Hubungan antara input daya listrik dan output
daya mekanik motor ditunjukkan pada diagram
aliran daya pada gambar 63, berikut

Gambar 63. Diagram aliran daya motor induksi

Daya input motor induksi adalah tegangan dan arus listrik


tiga phasa. Rugi-rugi pertama yang terjadi dalam mesin
adalah rugi-rugi daya I2R pada belitan stator (rugi-rugi
tembaga stator, PSCL).
Selanjutnya rugi-rugi daya hysterisis dan arus eddy pada
belitan stator (Pcore).
Daya yang tersisa pada daerah ini di transfer ke bagian
rotor dari mesin melalui celah udara antara stator dan rotor.
Daya ini disebut sebagai daya celah udara dari mesin.
Daya ini kemudian ditransfer ke rotor, rugi-rugi daya pada
rotor adalah I2R (rugi-rugi tembaga rotor, PRCL ), setelah itu
daya yang tersisa dirubah menjadi daya mekanik Pconv (PM).
Setelah mengalami rugi-rugi akibat gesekan dan angin
PF&W, rugi-rugi stray, Pstray sisa daya keluar dari motor
adalah Pout.

b. Daya dan torsi motor induksi.


A. Daya
1. Daya input :
Pin

3V1I1 cos 3V1 I1 cos

(82)

2. Rugi-rugi tembaga stator 3 phasa dapat


ditentukan dengan persamaan :
PSCL 3I12R1

(83)

3. Daya celah udara dihitung dengan


PAG Pin PSCL Pcore
PAG

R2
3I
s
2
2

(84)
(85)

PAG sering juga dinyatakan dengan P2 (daya yang masuk


kedalam rangkaian rotor)
4. Rugi-rugi tembaga pada rotor dapat dinyatakan dengan
persamaan :
PRCL 3I22R2

PCONV = PAG

PRCL

R2
= 3I
s
2
2

3I22R 2

(86)
5. Daya yang tersisa dirubah menjadi daya mekanik :
1

3I R2
1
s

2
2

1 s

3I22R2

(87)

Dari persamaan (86) dan (87), diperoleh bahwa


rugi-rugi tembaga pada rotor adalah sama dengan
daya pada celah udara dikalikan dengan s, sehingga :

PRCL sPAG

(88)

Pada harga slip motor yang kecil, rugi-rugi rotor juga


kecil. Pada saat rotor diam s =1, daya pada celah udara
semuanya diberikan ke rotor. Pada saat rotor diam daya
out put juga harus sama dengan nol.
Oleh karena Pconv = PAG - PRCL, diperoleh hubungan yang
lain antara daya celah udara dengan daya yang dirubah
menjadi daya mekanik sebagai berikut :

Pconv PAG PRCL


PAG sPAG (1 s)PAG

(89)

Terakhir jika rugi-rugi gesekan dan angin (friction &


windage) dan rugi-rugi stray (Pstray) diketahui, maka daya
output dapat ditentukan dengan persamaan,

Pout Pconv PF&W Pstray

(90)

B. Torsi
Torsi induksi dinyatakan dengan persamaan :
sE22R2
T k 2
R2 ( sX2 )2

(91)

Torsi pada saat starting, s = 1


E22R2
Ts k 2
R2 X22

(92)

Torsi maksimum pada saat starting diperoleh


dengan menurunkan persamaan (92), T s ke R2
kemudian disamakan dengan nol, sehingga diperoleh

R2 = X 2

(93)

Torsi maksimum pada saat rotor berputar diperoleh dengan


menurunkan persamaan (91) ke s kemudian disamakan
dengan nol, sehingga diperoleh,
smaks

R2

X2

(94)

Dengan memasukkan persamaan 94 kedalam persamaan


93, diperoleh torsi maksimum pada saat rotor berputar
Tmaks

E22 s 2 X2
E22
k
k
2
2
2s X2
2X2

(95)

Torsi maksimum berbanding lurus dengan tegangan suplai


pangkat dua dan berbanding terbalik dengan impedansi
stator dan reaktansi rotor.
Semakin kecil reaktansi mesin, kemungkinan semakin besar
torsi maksimum.
Slip pada torsi maksimum berbanding lurus dengan tahanan
rotor [persamaan (94)].
Persamaan (95) menyatakan harga torsi maksimum tidak
ditentukan oleh besarnya tahanan rotor.

8. Karakteristik Torsi-Kecepatan motor induksi.


Hasil plot torsi motor sebagai fungsi kecepatan (dan
slip), ditunjukkan pada gambar 64 dan karakteristik hasil
plot kecepatan dibawah dan diatas range kecepatan
normal motor dapat dilihat pada gambar 65.

Gambar 64. Karakteristik Kecepatan-Kecepatan


motor induksi

Gambar 65. Karakteristik Torsi-Kecepatan motor induksi yang


menunjukkan range Operasi ( daerah pengereman dan
operasi sebagai generator)

Karakteristik Torsi-kecepatan motor induksi jenis rotor


belitan (wound rotor), ditunjukkan pada gambar 66.
Pada motor jenis ini sangat dimungkinkan untuk
menambahkan sebuah tahanan kedalam rangkaian rotor
sebab rangkaian rotor dihubungkan keluar kerangkaian
stator melalui slip ring.
Dari gambar terlihat bahwa semakin bertambah besar
tahanan rotor, semakin bertambah kecil kecepatan
maksimum motor tetapi torsi maksimum tetap.
Keuntungan dari karakteristik motor induksi rotor belitan
(wound rotor) motor dapat start pada beban yang sangat
besar.

Gambar 66. Pengaruh penambahan tahanan rotor pada Karakteristik


Torsi-Kecepatan Motor induksi rotor belitan

9. Soal-soal :
1. Sebuah motor induksi 3 phasa, rotor terhubung
bintang,mempunyai impedansi per phasa pada
keadaan diam (0.4 + j4) ohm.
EMF induksi antara cincin-cincin slip pada keadaan
diam adalah 80 volt
Tentukan : (a). Arus rotor pada keadaan diam
(b). Arus rotor bila dijalankan terhubung
singkat dengan slip 0.03
Penyelesaian :
(a). Pada keadaan diam
Tegangan phasa = 80/3 = 46.2 volt

Impedansi rotor per phasa =


(0.4)2 ( 4)2 4 ohm
Arus rotor per phasa pada keadaan diam
= 46.2/4 = 11.55 Amp
(b) Pada keadaan jalan
E2 = s E20
= 0.03 x 46.2 = 1.386 volt
Reaktansi rotor per phasa = 0.03 x 4 = 0.12 ohm
Impedansi rotor per phasa =
(0.4)2 (0.12)2 0.417

ohm

Arus rotor per phasa = 1.386/0.417 = 3.32 Amp

2. Daya input sebuah motor induksi 3 phasa adalah


60 kW. Rugi-rugi stator total adalah 1500 watt.
Tentukan daya mekanik dan efisiensi motor bila motor
dijalankan dengan slip 4 %.
Penyelesaian
Daya yang masuk ke rotor = 60.000 1500
= 58500 watt (P2)
Rugi-rugi tembaga pada rotor = s P2
= 0.04 x 58500 = 2340 watt
Daya mekanik = 58500 2340 = 56160 watt
Atau daya mekanik = (1-s) x 58500 = 56160 watt
Daya output = daya mekanik

56160
x100% 94%
60000

10. Motor Induksi Satu Fase


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bila kumparan
stator tiga phasa dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik akan menghasilkan suatu medan magnet yang
berputar, medan inilah pada dasarnya menjadi prinsip motor
induksi.
Phasa tunggal tidak menghasilkan medan putar. Pada
motor induksi satu phasa (phasa tungal), menghasilkan dua
komponen fluks yaitu komponen fluks maju dan komponen
fluks mundur.
Pada saat start kemampuan motor untuk maju sama
besarnya dengan gerak mundurnya sehingga motor tetap
saja diam.
Supaya dapat berputar diperlukan alat bantu.

a. Motor Phasa tidak seimbang.


Motor phasa tidak seimbang mempunyai dua kumparan
stator, yaitu kumparan utama (U) dan kumparan Bantu
(B) yang diletakkan dengan perbedaan sudut 90
derajat listrik.

Kumparan Bantu mempunyai tahanan lebih besar


daripada kumparan utama, sedang reaktansinya
dibuat lebih kecil.
Dengan demikian terdapat perbedaan phasa antara
arus kumparan Utama (Im ) dengan arus kumparan
bantu Ia (Ia mendahului Im).
Motor sekarang berfungsi sebagai motor dua phasa
tak seimbang, akibatnya terjadi medan putar stator
yang mengakibatkan motor berputar.

Pada saat putaran motor mencapai sekitar 75 % dari


kecepatan sinkronnya kumparan Bantu diputuskan
hubungannya (saklar S terbuka).
Biasanya digunakan saklar yang terbuka oleh
adanya gaya sentrifugal pada motor.

Gambar 67. Motor Phasa tak seimbang

b. Motor Kapasitor.
Kapasitor dipasang pada kumparan bantu dengan
maksud diperoleh beda phasa 90 derajat antara arus
kumparan utama (Im) dengan arus kumparan bantu (Ia)
(Ia mendahului Im).

Gambar 68. Motor Kapasitor

Anda mungkin juga menyukai