Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK TENAGA LISTRIK

BAB I : PENDAHULUAN

Dewasa ini tenaga listrik memegang peranan utama dalam kehidupan, khususnya
dalam bidang tehnik : Industri, alat-alat rumah tangga dan alat-alat
penggerak/mekanik.

Tenaga listrik dibagi dua macam :

1. Arus searah (DC) :

a. Generator DC
b. Motor DC

2. Arus bolak-balik (AC) :

a. Generator AC

b. Motor AC :
- Motor Induksi
- Motor Serempak

c. Transformator (Trafo).

Sistem Teknik Tenaga Listrik seperti ditunjukkan pada Gamhar (1) dapat dibagi
sebagai berikut :

1. Generator yaitu suatu sistem yang menghasikan tenega listrik dengan


masukan tenaga mekanik.

2. Motor, yaitu suatu sistem yang menghasilkan tenaga mekanik dengan


masukan tenaga listrik.

3. Transformator, yaitu suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengn


masukan tenaga listrik, dimana tenaga listrik masukan depat diperbesar atau
dinaikkan atau diturunkan oleh transformator sesuai dengan kebutuhan.

1
Gambar 1: Sistem Tenaga Listrik

Gambar 1.2 : Generotor

2
Gambar 1.3 : Motor Listrik

3
Gambar 1.3 : Transformator

4
BAB II
SISTEM TENAGA LISTRIK

2.1. Elemen Sistem Tenaga

Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan
energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumberdaya
energi primer seperti bahan baker fosil (minyak, gas alam, dan batubara), hidro,
panas bumi, dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah
energi mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik.

Melalui transformator penaik tegangan (step-up transformer), energi listrik


ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju
pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
arus yang mengalir pada saluran transmisi yang dengan demikian berarti rugi-rugi
panas (heat-loss) I2R dapat dikurangi. Ketika saluran transmisi mencapai pusat
beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui
transformator penurun tegangan (step-down transformer).

Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik


ini diubah menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis
(motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya. Elemen pokok sistem
tenaga dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga

5
2.2. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit listrik jenis ini memanfaatkan bahan bakar minyak, gas alam,
atau batubara untuk membangkitkan panas dan uap pada BOILER. Uap ini
kemudian dipergunakan untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan
sebuah generator sinkron. Uap yang telah melalui turbin kemudian menjadi uap
bertekanan dan bersuhu rendah. Uap ini kemudian dilewatkan melalui kondenser
yang menyerap panas uap tersebut sehingga uap tersebut berubah menjadi air yang
kemudian dipompakan kembali menuju boiler.

Gambar 2.1 : Siklus proses PLTU

2.3. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Sebagaimana halnya Pusat Listrik Tenaga Diesel, PLTG merupakan mesin


dengan proses pembakaran dalam (internal combustion). Bahan bakar berupa
minyak atau gas alam dibakar di dalam ruang pembakar (combustor). Udara yang
memasuki kompresor setelah mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan
bakar disemprotkan ke ruang pembakar untuk melakukan proses pembakaran. Gas
panas sebagai hasil pembakaran ini kemudian bekerja sebagai fluida yang memutar
roda turbin yang terkopel dengan generator sinkron.

Gambar 1.3. Sistem pembangkit PLTG


6
2.4. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pada reactor air tekan (pressurized water reactor) terdapat dua rangkaian
yang seolah-olah terpisah. Pada rangkaian pertama bahan bakar uranium-235 yang
diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa berkelompok, disundut untuk
menghasilkan panas dalam reactor. Karena air dalam bejana penuh, maka tidak
terjadi pembentukan uap, melainkan air menjadi panas dan bertekanan. Air panas
yang bertekanan tersebut kemudian mengalir ke rangkaian kedua melalui suatu
generator uap yang terbuat dari baja. Generator uap ini kemudian menghasilkan
uap yang memutar turbin dan proses selanjutnya mengikuti siklus tertutup
sebagaimana berlangsung pada turbin uap PLTU.

Gambar 1.4 : Sistem pembangkit PLTN

2.5. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)

Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk konversi energi tertua


yang pernah dikenal manusia. Perbedaan vertical antara batas atas dengan batas
bawah bendungan di mana terletak turbin air, dikenal sebagai tinggi terjun. Tinggi
terjun ini mengakibatkan air yang mengalir akan memperoleh energi kinetic yang
kemudian mendesak sudu-sudu turbin. Bergantung kepada tinggi terjun dan debit
air, dikenal tiga macam turbin yaitu: Pelton, Francis dan Kaplan.

7
2.6. Konversi Energi Elektomekanik

Salah satu aspek penting dalam sistem tenaga adalah yang menyangkut
konversi energi elektromekanik; yaitu konversi energi dari bentuk mekanik ke
listrik dan dari bentuk lisrrik ke mekanik. Konversi energi tersebut berlangsung
pada sistem tenaga melalui peralatan elektromagnet yang disebut generator dan
motor seperti diperliharkan pada diagram blok Gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5 : Diagram blok konversi elektromekanik

Pada Gambar 2.5 blok di sebelah kiri menggambarkan sistem pembangkit.


Melalaui generator sinkron tiga fasa yang menerima kopel dari poros turbin. sistem
ini berperan untuk mengubah bentuk energy mekanik menjadi energy listrik.
Blok ditengah ganbar 2.5 menggambarkan bagian dari sistem tenaga yang
mengirimkan energy listrik dari sistem pembangkit menuju sistem beban. Untuk
mengurangi rugi-rugi panas, energy yang dikirim perlu dinaikkan tegangannya
melalui transformator penaik tegangan.
Blok di sebelah kanan menggambarkan sistem beban yang mengubah
sebagian dari energi lisrrik menjadi bentuk energi mekanik. Perubahan tersebut
berlangsung dalam mesin-mesin berpurar yang disebut motor. Selain itu sebagian
energi listrik dipergunakan untuk keperluan beban lainnya seperti penerangan,
pendinginan dan pemanasan.

2.7. Transmisi dan Distribusi

Apabila saluran rransmisi menyalurkan tenasa listrik bertegangan tinggi ke


pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi
membagikan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran
tegangan rendah.
Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik
dengan tegangan antara 6-20 kV yang kemudian dengan bantuan transformator
tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150-500 kV. Saluran tegansan tinggi (STT)
menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima; di sini tegangan diturunkan
menjadi regangan subtransmisi 70 kV. Pada gardu induk (GI), tenaga listrik yang

8
direrima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan
menengah 20 kV. Melalui trafo distribusi yang tersebar di berbagai pusat-pusat
beban. tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 220/330
V yang akhirnya diterima pihak pemakai. Contoh saluran transmisi dan distribusi
terlihat pada Gambar 1.6.

Gambar 2.6 : sistem Transmisi dan distribusi Listrik

2.8. Sistem Proteksi Listrik

Suatu gangguan atau kegagalan dalam keadaan bagaimanapun akan


mempengaruhi aliran arus normal pada sistem tenaga. Gangguan-gangguan yang
terjadi dapat disebabkan oleh sambaran petir. hubungan singkat karena kejatuhan
benda tertentu pada kawat penghantar, rusaknya isolasi dan lain sebagainya.
Gangguan tersebut dapat mengakibatkan lonjakan tegangan yang berlebihan, aliran
arus yang sangat besar, bunga api listrik dan kegagalan sistem tenaga untuk
beroperasi secara keseluruhan.

9
BAB III
DASAR ELEKTROMAGNET

3.1. Pendahuluan

Medan magnet berperan sangat penting sebagai rangkaian proses melalui


medium medan magnet, bentuk energi mekanik dapat diubah menjadi energy
listrik yang alat konversinya disebut generator atau sebaliknya, dari bentuk energy
listrik menjadi energy mekanik dengan alat konversinya disebut motor. Pada
tranformator, gandengan medan magnet berfungsi untuk memindahkan dan
mengubah energy listrik dari rangkaian primer ke sekunder melalui prinsip induksi
elektromagnet.
Dari sisi pandangan elektris, medan magnet mampu untuk mengimbaskan
tegangan pada konduktor, sedangkan dari- sisi pandangan mekanis, medan magnet
sanggup untuk menghasilkan gaya dan kopel.
Keutamaan medan magnet sebagai perangkai proses konversi energi
disebabkan terjadinya bahan-bahan magnetik yang mimungkinkan diperolehnya
kerapatan energi yang tinggi; kerapatan energi yang tinggi ini akan menghasilkan
kapasitas tenaga per unit volume mesin yang tinggi pula. Jelaslah bahwa
pengertian kuantitatif tentang medan magnet dan rangkaian magnet merupakan
bagian penting untuk memahami proses konversi energi listrik.

3.2. Medan Magnet dan Medan Listrik

Medan magnet terbentuk dari gerak electron. Mengingat arus listrik yang
melalui suatu hantaran merupakan aliran electron, maka pada sekitar kawat
hantaran listrik tersebut akan ditimbulkan suatu medan magnet. Medan magnet
memiliki arah kecepatan dan insentitas yang digambarkan sebagai garis-garis fluks
dan dinyatakan dengan symbol.

Φ (Phi) = fluks dalam besaran weber

Besaran kerapatan medan magnet dinyatakan dengan banyaknya garis-garis fluks


yang menembus suatu luas bidang tertentu dan mempunyai symbol.

𝐵 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑒𝑏𝑒𝑟/𝑚2 (𝑊𝐵/𝑚2 )

Intensitas medan magnet disebut sebagai kuat medan dan dinyatakan dengan
besarnya fluksi sepanjang jarak tertentu, dengan simbol.
H∆ = kuat medan dalam ampere/m (A/m)

10
Kerapatan medan B maupun kuat medan H merupakan besaran vektoris yang
mempunyai besaran dan arah, yang besarnya :

𝐵= 𝜇𝐻

di mana :
𝜇∆ permeabilitas dalam henry/rneter (H/M)

permeabilitas pada ruang bebas (udara). 𝜇0 . Mempunyai nilai 4π x 10-7 H/m.


Material seperti besi dan nikel mempunyai permeabilitas yang relatif lebih tinggi
dan biasanya disebut sebagai material yang mempunyai karakteristik ferromagnet.
Besaran fluks dapat juga dinyatakan dengan :

ϕ = ∫ B dA

dimana dA adalah unsur luas.

Gambar 2.1. Rangkaian sederhana antara listrik dan medan magnet

Apabila seperti terlihat pada Gambar 2.1. suatu sumber regangan (V)
mengalirkan arus listrik (i) melalui suatu kumparan dengan jumlah lilitan (N).
Maka pada inti besi (core) akan ditimbulkan suatu kuat medan (H).
Hubungan antara arus listrik dan medan magnet dinyatakan oleh Hukum Ampere,
dan untuk rangkaian sederhana seperti pada gambar 2.1. persamaannya adalah :

𝑁. 𝑖 = 𝐻. 𝑙 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒. 𝑡𝑢𝑟𝑛)

11
dimana :

N= Jumlah lilitan
i = Arus Listrik (A)
H = Kuat medan (A/m)
l = Panjang jalur (m)

3.3. INDUKSI TEGANGAN-HUKUM FARADAY

Apabila medan magnet berubah-ubah terhadap waktu, akibat arus bolak-


balik berbentuk sinusoid. Suatu medan listrik akan dibangkitkan atau diinduksikan.
Hubungan ini dinyatakan oleh hukum faraday. Pada gambar 2.1. medan magnet
atau fluks yang berubah-ubah pada inti besi menghasilkan gaya gerak listrik (ggl)
sebesar :

𝑑𝜑 𝑑λ
𝑒 = −𝑁 =−
𝑑𝑡 𝑑𝑡

dimana :

λ/lamda = N.ϕ merupakan flux linkage


ϕ menyatakan harga fluks yang berubah-ubah terhacap waktu.

Perubahan fluks ) yang menghasilkan gaya gerak listrik (ggt) tersebut dapat terjadi
karena :

a) Perubahan fungsi waktu (t), akibat arus bolak-balik yang berbentuk sinusoid
seperti diuraikan diatas.
b) Fungsi putaran (θ/Theta), akibat berputarnya rotor pada mesin-mesin
dinamis

secara lebih terperinci. Hukum Faraday dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑑
𝐸 𝑑𝑙 = − ∫ 𝐵 𝑑𝐴
𝑑𝑡 𝑠

12
atau
𝑑
𝑒𝑖𝑛𝑑 = − λ
𝑑𝑡

Oleh karena flux linkage λ merupakan fungsi putaran (θ) dan fungsi waktu (t) maka :
𝑑
𝑒𝑖𝑛𝑑 = − λ (θ. t)
𝑑𝑡
𝛿λ δλ
𝑑 λ (θ. t) = dθ + dt
δθ δt
𝛿λ 𝑑𝜃 𝛿λ
𝑒𝑖𝑛𝑑 = − ( )( )−
δθ 𝑑𝑡 𝛿𝑡

atau

𝑒 (𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖) = 𝑒(𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖) + 𝑒(𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖)

Untuk tranformasi hanya terdapat gejala induksi karena transformasi yaitu e


(transformasi). Untuk mesin arus searah hanya terdapat e (rotasi). Sedangkan pada
mesin arus bolak-balik terdapat e (rotasi) maupun e (transformasi).

3.4. KONSEP RANGKAIAN MAGNET

Arus listrik (i) yang dialirkan melalui penghantar yang dibelitkan pada inti
besi yang berbentuk cincin toroidal akan menghasilkan medan magnet yang
sebanding dengan jumlah lilitan (N) dikalikan dengan besar arus listrik (i). Apere-
turn Ni ini dikenal gaya gerak magnet (ggm) dan dinyatakan dengan notasi :

𝑓 = 𝑁𝑖 𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 − 𝑡𝑢𝑟𝑛

Gaya gerak magnet (ggm) adalah perbedaan potensial magnet yang


cenderung menggerakkan fluks disekitar cincin toroidal. Gerak fluks disekitar
cincin. Selain ditentukan oleh besaran ggm, juga merupakan fungsi dari tahanan
inti besi yang membawa fluks tersebut. Tahanan inti besi itu disebut reluktansi Ɽ
dari rangkaian magnet.

𝑓
∅ = weber

13
Reluktansi berbanding lurus dengan panjang (l)dan berbanding terbalik dengan
luas penampang luas bidang (A). Dan bergantung pada bahan magnetik rangkaian
magnet tersebut, dimana besaran l dalam meter dan A dalam meter persegi :
l
Ɽ= ampere − turn/weber
μA

Gambar 2.2. Analogi antara hubungan Rangkaian


magnet dan rangkaian listrik

Terdapat analogi antara hubungan rangkaian magnet (Gambar 2.2a) dan hubungan
rangkaian listrik (Gambar 2.2b) sebagai berikut :

𝑓 l V l
Ɽ= = ↔ R= =
ϕ μA I σA

Tabel 2.1. Analogi rangkaian magnet dan listrik

14
3.5. KURVA MAGNETASI

Perhitungan rangkaian magnet dapat pula dilakukan melalui pendekatan grafis


dengan penjelasan sebagai berikut :
ϕ 𝑓 𝑓 𝑓
𝐵= = = = 𝜇 = 𝜇𝐻 𝑤𝑒𝑏𝑒𝑟/𝑚2
𝐴 AⱤ 𝐴(𝑙/𝜇𝐴 𝑙

Dimana :
𝑓 𝑁𝑖
𝐻= = 𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 − 𝑡𝑢𝑟𝑛/𝑚
𝑙 𝑙

Besaran H disebut kuat medan dan merupakan harga ggm per unit panjang.
Untuk rangkaian magnet yang seragam seperti pada gambar 2.2. harga ggm per
unit panjang inti besi adalah konstan. Oleh karena itu, harga kuat medan H
sepanjang jalur inti besi juga adalah konstan, Persamaan diatas memperlihatkan
hubungan sifat magnetik suatu bahan dengan permeabilitas μ yang dapat
ditunjukkan melalui kurva kerapatan fluks B sebagai fungsi dari kekuatan medan
H, yang biasanya disebut kurva B-H atau kurva magnetasi ( gambar 2.3a)
Kurva B-H hanya dipengaruhi jenis bahan yang dipakai dan tidak
bergantung pada dimensi bahan tersebut. Apabila dikerahui harga ampere-turn Ni
dan harga panjang rata-rata jalur fluksi, maka harga kuat medan Ni/l jatuh pada
sumbu horisontal, dan secara grafik dengan mudah dapat ditentukan keraparan
fluksi B yang terletak pada sumbu ordinat tegaknya.

Gambar 2.3. Kurva B-H dan ϕ –ggm

Karena H = Ni/l dan B = dA, maka dengan mudah terlihat bahwa kuat medan (H)
sebanding dengan gaya gerak magnet (Ni) dan kerapatan fluks (B) sebanding
dengan garis fluks (ϕ). Oleh karena itu hubungan kunva B-H pada Gambar 2.3a

15
Akan mempunyai bentuk yang sama dengan hubungan kurva ϕ-ggm pada Gamba:
2.3b. Kemiringan B terhadap H pada Gambar 2.3a menunjukkan harga
permeabilitas inti besi (core). Dari kurva B-H dapat diketahui bahwa permeabilitas
besar untuk keadaan tidak jenuh dan kemudian secara berangsur-angsur menurun
rendah sekali pada keadaan inti besi menjadi sangat jenuh.
Keuntungan menggunakan bahan feromagnet sebagai inti besi pada mesin-mesin
listrik adalah dimungkinkannya memperoleh fluks yang berlipat ganda untuk ggm
lertentu yang diberikan. Walaupun demikian. bila dikehendaki harga fluks yang
sebanding dengan harga ggm-nya, maka inti besi harus dioperasikan pada daerah
iidak jenuh. Bentuk nonlinear kurva magnetasi ini akan berperan penting dalam
pembahasan sifat mesin-mesin listrik dan transformator.

3.6. ITENSITAS MEDAN MAGNET- HUKUM AMPERE

Hukum Ampere bersama dengan beberapa persamaan lain membentuk


persamaanMaxwell; menyatakan bahwa integral keliling kuat medan magnet
berbanding lurus dengan besar arus listrik yang terkurung oleh integral keliling itu.

∮ 𝐻 𝑑𝑙 = ∫ 𝐼 𝑑𝐴
𝑠

di mana dA = unsur luas

Dalam proses konversi energi yang menyangkut mesin dengan elemen


bergerak (berputar) seperti transduser atau motor, pada inti besinya (core) akan
terdapat celah udara. Melalui celah udara ini dapat berlangsung proses konversi
dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya.

Gambar 2.4. Rangkaian sederhana antara listrik dan medan magnet

16
Untuk inti yang bercelah udara berlaku hubungan :

𝑁𝑖 = 𝐻𝑐 𝑙𝑐 + 𝐻𝑔 𝑔
𝐵𝑐 𝐵
𝑁𝑖 = 𝑙 + 𝑐 𝑔
𝜇𝑐 𝑐 𝜇𝑐
ϕlc ϕg
𝑁𝑖 = +
𝐴𝑐 𝜇𝑐 𝐴𝑔 𝜇0

di mana Ni = 𝑓 adalah gaya gerak magnet (ggm) dan koefisien di sebelah kanan
dikenal sebagai reluctance R.

karena
𝑙𝑐 𝑔
Ɽ𝑐 = 𝑑𝑎𝑛 Ɽ𝑐 =
𝐴𝑐 𝜇𝑐 𝐴𝑔 𝜇0

Maka :

𝑁𝑖 = ϕ(Ɽc + Ɽg ) = 𝑓

3.7. ENERGI DALAM MAGNET

Energi listrik yang diberikan oleh sumber akan digunakan oleh inti besi
beserta belitan untuk menghasilkan medan magnet. Dengan demikian energi yang
diperoleh akan tersimpan dalam medan magnet yang ditimbulkan.

𝑑𝑊𝐸 = 𝑑𝑊𝐹

sedangkan,

𝑑𝑊𝐹 = 𝑖 𝑑λ = 𝑓𝑑ϕ

Jadi energi yang tersimpan pada medan magnet adalah :


λ ϕ
𝑊𝐹 = ∫0 𝑖(λ) 𝑑 λ = ∫0 𝑓 (ϕ) dϕ

17
Penamaan integral di atas mengandung arti bahwa besar energi yang tersimpan
didalam medan magnet tersebut merupakan suatu leas daerah tertentu; sedangkan
luas daerah tersebut ditentukan oleh jenis bahan pemagnetan inti.
Untuk bahan feromagnet, hubungan antara 𝑓 dan ϕ akan tidak linear dan
dilukiskan seperti pada gambar 2.5a. Dari gambar 2.5a diketahui bahwa untuk
kurva menaik o – a, jumlah energi yang dibutuhkan sama dengan luas daerah oac.
Dan apabila harga 𝑓 dikembalikan ke harga nolnya (kurva menurun a – b ),
sedangkan energi sebesar luas daerah o-a-b hilang sebagai panas ( rugi histeresis).
Siklus penuh rugi hesteresis akan membentuk suatu gelang ( lingkar tertutup
seperti pada gambar 2,5b.

Gambar 2.5. a. Hubungan antara 𝑓 dan ϕ, b. Siklus penuh rugi histeresis

Untuk rangkaian listrik R-L, dengan tegangan jepit V, berlaku ;


𝑑λ
𝑉 = 𝑅𝑖 +
𝑑𝑡

𝑉𝑖 𝑑𝑡 = 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + 𝑖 𝑑λ
atau
𝑡2 𝑡2 𝑡2
∫ 𝑉𝑖 𝑑𝑡 = ∫ 𝑅𝑖 2 𝑑𝑡 + ∫ 𝑑λ
𝑡1 𝑡1 𝑡1

Artinya : kerja yang dilakukan = panas yang hilang + energi yang tersimpan dalam
medan magnet

Energi dalam medan magnet adalah ;


𝑡2 λ ϕ
𝑊𝐹 = ∫ 𝑖 𝑑λ = ∫ 𝑖 𝑑 λ = ∫ Ni dϕ
𝑡1 0 0

18
dimana 𝑁𝑖 = 𝑓𝐻𝑐 𝑙𝑐 𝑑𝑎𝑛 𝑑ϕ = Ac dB

jadi 𝑁𝑖 𝑑ϕ = (Hc lc )(Ac dB) = (lc Ac )H dB

Catatan : 𝑙𝑐 , 𝐴𝑐 adalah volume inti magnet.

Energi tersimpan per unit volume adalah :


𝐵
𝑊𝐹
𝑊𝜌𝜇 = = ∫ 𝐻 𝑑𝐵
𝑙𝑐 𝐴𝑐 0

Persamaan diatas mengandung arti bahwa energi dalam medan magnet ditentukan oleh luas
daerah yang dibatasi antara kurva magnetasi dan sumbu B atau luas daerah o-a-c pada gambar
2.6.

2.6. Hubungan antara 𝑓 - ϕ, B-H

3.8. LATIHAN CONTOH-CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA

Contoh 1 :

Suatu kawat mempunyai penampang lintang 0.5 cm2 dan Panjang 5 m,


dibengkokkan menjadi (a) persegi empat dan (b) lingkaran. Tentukanlah kuat
medan H di pusat, jika arus yang mengalir melalui kawat 20 ampere.

Penyelesaian :

a) Jika keliling persegi empat = 5 meter


Panjang masing-masing sisi = 5/4=1.25 meter
√2𝐼
Besar kuat medan di pusatnya
𝜋𝑎

19
dimana a = setengah panjang sisi
𝑥 20
Sehingga ; 𝐻 = 𝜋√2𝑥 0.625 = 14.4 𝐴𝑡/𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
b) Jika keliling persegi empat = 5 meter
5
Jari-jari lingkaran 𝑟 = 2𝜋 = 0.796 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐼
Besar gaya gerak magnet (ggm) = 𝐺𝐺𝑀 = 2𝑟 (𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖) =
20
= 12.6 𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛/𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2 𝑥 0,796

Contoh 2 :

Arus 10 ampere mengalir melalui kawat yang lurus. Hitung gaya pada suatu
kutub magnet yang ditempatkan pada jarak 10 cm dari kawar. Kawat kemudian
dibengkokkan menjadi suatu loop dan hitunglah diameter loop supaya gaya gerak
magnet (ggm) sama dengan 80 % harga semula untuk nilai arus yang sama sebesar
10 ampere.

Penyelesaian :

Gayaa pada suatu kutub magnet = gaya gerak magnet sehingga untuk keadaan
pertama. besar GGM :

𝐼 10 50
𝐺𝐺𝑀 = = = 𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛/𝑚
2𝜋𝑟 2𝜋 𝑥 10 𝑥 10−2 𝜋

Gaya gerak magnet untuk keadaan kedua ;


𝐼
𝐺𝐺𝑀 =
2𝑟

dimana r = jari-jari. Sehingga, jari-jari loop = 0.395 meter

Contoh 3 :

Suatu lingkaran besi dengan panjang rata-rata 50 cm mempunyai celah udara 1mm
dan kumparan 200 lilitan. Jika permeabilitas relatif besi = 300, tentukan kerapatan
fluks jika arus 1 A mengalir melalui belitan. Asumsikan ; 𝜇0 = 4𝜋 𝑥 10−7 𝐻/𝑚

20
Penyelesaian :

Jika lintasan mempunyai bagian test dan celah udara, ampere-turn masing-masing
dihitung sendiri-sendiri untuk menentukan ampere-turn total. Bila ampere-turn
diketahui. Kerapatan fluks dapat ditentukan : Panjang bagian besi = 50 cm,
permebilitas relatif = 300 H/m ( At/m panjang ) = B/μ0 μr , dimana B kerapatan
fluks.

Jadi ampere-turn untuk bagian besi;


0.5 𝑥 𝐵
=
300 𝑥 4𝜋 𝑥 10−7

Ampere-turn untuk celah udara ;

1 𝑥 10−3 𝑥 𝐵
=
4𝜋 𝑥 10−7 𝑥 1

sehingga anpere-turn total ;

𝐵 1 1
= (600 + 1000)
4𝜋 𝑥 10−7

Besar ampere-turn ; = 200 𝑥 1 = 200

Jadi;
𝐵 1 1
= (600 + 1000) = 200
4𝜋 𝑥 10−7

Atau
200 𝑥 4𝜋 𝑥 10−7
𝐵= 𝑥 600 𝑥 1000 = 0,094 𝑤𝑏/𝑚2
1600

3.9. SOAL-SOAL LATIHAN

SOAL 1 :

Suatu belitan dengan tahanan 200 ohm ditempatkan dalann suaru medan
magnet sebesar 2m Wb. Belitan mempunyai 100 lilitan dan suatu galvanometer
yang bertahanan 400 ohm diseri dengan belitan. cari ggl terinduksi rata-rata dan
21
arus yang disebabkannya. Jika belitan digerakkan dalam medan magnet selam 1/20
detik.

SOAL 2 :

Gulungan mempunyai 480 kumparan dan tahanannya 50 ohm. Bila tegangan


200 volt dipakai selama 0.5 detik. Didapat arus 2.528 ampere. Hitunglah besar
energi yang disimpan dalam medan magnet dan harga akhir dari fluks yang
dihasilkan oleh gulungan.

SOAL 3 :

Inti udara solenoid, yang memiliki jari-jari 1 cm dan panjang 1 meter. rnempunyai
induksi 0.2 mH. Hitunglah jumlah kunparan di dalam silenoid

22

Anda mungkin juga menyukai