OLEH :
M. NUR AL AZHARI
321 17 033
Listrik bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan
pemenuhan kebutuhan hidup umat manusia. Beberapa tantangan besar yang
dihadapi dunia pada masa kini, antara lain, bagaimana menemukan sumber energi
baru, mendapatkan sumber energi yang pada dasarnya tidak akan pernah habis
untuk masa mendatang, menyediakan energi di mana saja diperlukan, dan
mengubah energi dari satu ke lain bentuk, serta memanfaatkannya tanpa
menimbulkan pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup. Dibanding
dengan bentuk energi yang lain, listrik merupakan salah satu bentuk energi yang
praktis dan sederhana. Listrik juga mudah disalurkan dari jarak yang berjauhan,
mudah didistribusikan untuk area yang luas, mudah diubah ke dalam bentuk energi
lain, dan bersih (ramah lingkungan).
Tenaga listrik sebagai bagian dari bentuk energi dan cabang produksi yang
penting bagi negara sangat menunjang upaya dalam memajukan dan mencerdaskan
bangsa. Sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hajat
hidup orang banyak, tenaga listrik perlu dipergunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini
mengakibatkan banyaknya pemakaian sumber daya listrik sebagai penunjang
kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu dibutuhkan kualitas sistem jaringan
distribusi yang handal. Sistem distribusi tenaga listrik ditunjang oleh perlengkapan-
perlengkapan distribusi yang memadai. Pada kondisi normal sistem distribusi
teraliri oleh arus maupun tegangan kerja sehingga mempengaruhi kinerja
perlengkapan yang ada. Peralatan distribusi tersebut merupakan peralatan yang
sensitif terhadap gangguan, baik yang berasal dari faktor dalam (internal) alat
tersebut maupun dari luar (external) alat tersebut.
Kondisi kerja perlengkapan distribusi seperti isolator, konduktor, trafo
maupun sambungan pada saluran udara sangat rawan mengalami gangguan dan
kerusakan yang ditimbulkan oleh arus beban. Arus beban dapat menimbulkan rugi-
rugi dan meningkatkan suhu pada peralatan sistem distribusi sehingga menurunkan
tingkat efisiensi dan umur dari peralatan yang ada. Selain adanya arus beban yang
mengganggu, kerusakan peralatan distribusi dapat juga ditimbulkan oleh percikan
bunga api (flashover) yang muncul karena adanya gangguan antar fasa yang
mempengaruhi perlengkapan-perlengkapan pada jaringan distribusi Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV menjadi panas.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktik bengkel catu daya semester
V (lima) ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prinsip kerja dari jaringan distribusi tegangan menengah
2. Mengidentifikasi setiap peralatan/komponen distribusi tegangan
menengah
3. Mengetahui cara melakukan pengukuran tahanan isolasi dan pembumian
4. Mengetahui pengoperasian dari suatu sistem jaringan distribusi
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan
dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154kv, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah
untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal
ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat
R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya pada saat pentransmisian juga akan
kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi
primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil
tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi
sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat
tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban.
Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan
kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai
tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-
bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda. Adapun diagram
pengelompokan jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat pada gambar berikut.
Setelah mengetahui fungsi dari tiang listrik, berikut ini dijelaskan jenis-
jenis dari tiang listrik itu.
1) Tiang Kayu
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan karena
konstruksinya yang sederhana dan biaya investasi lebih murah bila
dibandingkan dengan tiang jenis yang lain. Selain itu tiang kayu
merupakan penyekat (isolator) yang paling baik sebagai penompang
saluran udara terhadap gangguan hubung singkat, konstruksi yang
sederhana dan bebas dari petir. Adapun bentuk tiang kayu dapat dilihat
pada gambar 2.10 berikut.
Gambar 2.10 Tiang Kayu
2) Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan
hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun
lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih
diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang
beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material
dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat
diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton. Adapun bentuk tiang
besi dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut.
3) Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan
di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis
konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan
konstruksi rangkaian besi profil. Adapun bentuk tiang beton dapat
dilihat pada gambar 2.12 di atas.
TRAFO
TENAGA
RESISTOR
S
T
Grounding
Resistor
Gambar 3.4 Penyilangan Kedua Ujung Wire Pada Kepala Isolator Tumpu
h. Mengikat dengan menggunakan tang pada kedua ujung wire di leher
isolator
Gambar 3.5 Pengikatan dengan Menggunakan Tiang Pada Kedua Ujung Wire di
Leher Isolator
Prinsip Kerja
Pada sistem distribusi FCO yang digunakan mempunyai prinsip melebur,
apabila dilewati arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya FCO dipasang
setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat
dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya. FCO juga sering ditemukan
pada setiap trafo.
Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat
dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh
pasir yang berada di dalam tabung porselin Karena udara yang berada di dalam
porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena
diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh
pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang
melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya
hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari kontaknya.
Umur dari fuse cut out ini tergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui FCO tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih
pendek. Oleh karena itu pemasangan FCO pada jaringan distribusi hendaknya yang
memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga
sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya
ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi dan pengaman pada cabang
– cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder. Adapun
konstruksi fuse cut out ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.6 Konstruksi Fuse Cut Out
Keterangan:
1. Isolator porselin
2. Kontak tembaga (disepuh perak)
3. Alat pemadam/pemutus busur
4. Tutup yang dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata kait (dari perak)
6. Tabung pelebur (dari resin)
7. Penggantung (dari kuningan)
8. Klem pemegang (dari baja)
9. Klem terminal (dari kuningan)
Nilai pentahanan yang baik menurut PUIL 2011 yaitu maksimal 5Ω.
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa nilai dari pentanahan sangat jauh
dari nilai standar. Tahanan dari tanah tidak cukup baik sehingga memungkinkan
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan lingkungan sekitar.
Adapun data dari pengukuran tahanan isolasi yang didapatkan yaitu, sebagai
berikut :
Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo
Sisi Nilai
No Sisi Tegangan Terminal Keterangan
Belitan Tahanan
R - Body 69,8 MΩ Layak
Tegangan
1 Primer Menengah 20 S - Body 74,4 MΩ Layak
kV
T - Body 75,9 MΩ Layak
R–n 72 MΩ Layak
S–r 74 MΩ Layak
T-s 78 MΩ Layak
T–t 78 MΩ Layak
Dari data hasil percobaan maka tahanan isolasi yang dapat dikatakan baik jika
bisa mencapai nilai minimum dari resistan isolasinya, yaitu:
Maka dari data percobaan tahanan isolasi yang didapatkan dapat dikatakan
bahwa isolasi yang layak yaitu isolasi pada sisi belitan Primer, Sekunder, dan
Primer-Sekunder karena tahanan isolasi yang terukur dapat mencapai nilai
minimum resistan isolasinya. Sedangkan pada sisi belitan Primer-Primer dan
Sekunder-Sekunder tahanan isolasinya dapat dikatakan tidak layak karena tidak
mencapai nilai minimum resistan isolasinya. Untuk kumparan sekunder dan primer-
sekunder menunjukkan nilai yang sangat baik karena nilai tahanan isolasinya sangat
tinggi melebihi standar sehingga sangat sedikit peluang untuk terjadinya kegagalan
isolasi. Sedangkan untuk tahanan isolasi yang jauh dari standar kemungkinan
disebabkan karena faktor usia pemakaian, faktor suhu dan faktor kelembaban.
3.6 Pemeliharaan Jaringan
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi secara
optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi
masyarakat umum.
4.1. Kesimpulan
1. Jaringan distribusi tegangan menengah adalah sub sistem
ketenagalistrikan yang memiliki tegangan kerja sebesar 20 kV. Dari
jaringan tegangan menengah inilah gardu-gardu distribusi mengambil
supply tegangan untuk diturunkan oleh trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt.
2. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan tanah
sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan
mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya gangguan
listrik
3. Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk memeriksa status isolasi
rangkaian dan perlengkapan listrik, sebagai dasar pengendalian
keselamatan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau menguji
tahanan isolasi suatu kabel adalah Megger (MegaOhm).
4. Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi
secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil
maupun bagi masyarakat umum.
4.2. Saran
1. Diharapkan untuk menambah jumlah peralatan safety yang akan
digunakan terkhusus pada alat safety belt nya.
2. Diharapkan melengkapi pedoman pengerjaan job pada jobsheet.
3. Kurang lengkapnya peralatan kerja yang akan digunakan terkhusus pada
job pemasangan kawat distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
PT PLN (Persero). 2010. Buku 4 Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu
Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.