TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Universitas Cenderawasih
Oleh:
ANCELINA B RANDONGKIR
NIM : 20140611024004
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
dengan meningkatnya gaya hidup dan peralatan yang dipakai. Kondisi ini
diprediksi dan diantisipasi agar terjadi dalam batas normal dan wajar.
diperlukan sistem yang baik untuk menyalurkan energi listrik dari penyedia
rugi-rugi daya dan rugi-rugi energi, mulai dari pembangkit, transmisi dan
distribusi.
Rugi- rugi daya merupakan daya yang hilang dalam penyaluran daya
saluran listrik ke beban yang terlalu jauh, yang juga berakibat bertambah
energi atau jatuh tegangan itu sendiri adalah energi yang hilang karena ada
2
Jatuh tegangan merupakan kehilangan energi yang sama sekali tidak
keseimbangan beban yang mengalir, dan kerugian yang sering dihadapi oleh
distribusi yang terjadi pada penyulang jeruk di PT. PLN (Persero) Rayon
Sentani.
Sentani.
3
1.3. Tujuan Penelitian
Sentani.
berikut:
ini adalah :
4
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Sentan
BAB I PENDAHULUAN
penelitian, jenis data dan metode pengumpulan data, dan diagram alir
penelitian.
BAB V PENUTUP
5
BAB II
LANDASAN TEORI
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
(pelanggan).
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding
P = I2 x R....................................................................................(2.1)
6
2.2. Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
maka diketahui bahwa porsi materi sistem distribusi adalah daerah III dan
7
2.3. Jaringan Sistem Distribusi Primer
Bila antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat satu
saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk jaringan ini
8
2.3.2. Jaringan Loop
Bila pada titik beban terdapat dua alternatif saluran yang berasal
kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi
dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih dari satu sumber
9
2.3.4. Jaringan Spindle
feeder) ini harus selalu dalam keadaan bertegangan, dan siap terus
10
hewan dan manusia terjadi perusakan alam seperti penebangan pohon
a. Resistansi
penghantar.
11
b. Induktansi
akibat dari penghantar yang diberi aliran listrik sehingga terjadi saling
c. Kapasitansi
dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
daya bertugas sebagai penyalur tenaga listrik pada beban tegangan rendah.
12
Jika transformator mensuply beban non linier, maka akan timbul arus
harmonisa yang akan mengganggu kinerja pada trafo tersebut dari sisi
tegangan rendah.
daya yang didefinisikan sebagai bagian statis aparatur dengan dua atau lebih
tegangan dan arus ke sistem lain yang tegangan dan arus biasanya memiliki
nilai yang berbeda dan pada frekuensi yang sama untuk tujuan transmisi
tenaga listrik.
2.6. Penghantar
Secara umum masyarakat luas lebih familiar dengan istilah kabel untuk
menyebut nama lain dari penghantar. Fungsi dari kabel atau penghantar itu
sendiri adalah untuk menyaurkan energy listrik dari satu titik ke titik yang
13
lain. Penyaluran energy listrik secara umum menggunakan dua cara, yaitu
berikut:
listrik.
14
Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat
Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang
sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu
tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR.
sebagai berikut :
15
b. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat
16
d. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat
(DC) dari penghantar. Yang berbanding lurus dengan tahanan jenis dan
L
R dc = ρ A..................................................................................................(2.2)
Dimana :
17
= 0,0175 ohm mm2 /m untuk tembaga
L = Panjang kawat
A = Luas penampang
untuk menghitung pengaruh dari pilin, panjang kawat dikalikan 1,02 (2%
dari faktor koreksi). Tahanan kawat berubah oleh temperatur dalam batas
persamaan.
Dimana :
Jadi,
Rt2 To+t2
= To+t1.......................................................(2.4)
Rt1
Atau
To+t2
Rt2 = To+t1........................................................(2.5)
Dimana :
18
= 238,5 untuk tembaga dalam oC
(SPLN87.1991)
(SPLN87.1991)
Dimana :
penerima (receiving end). Jatuh tegangan terjadi karena ada pengaruh dari
tahanan dan reaktansi saluran, perbedaan sudut fasa antara arus dan
tegangan serta besar arus beban, jatuh tegangan pada saluran bolak–balik
19
fasor tegangan jaring distribusi sekunder. Penurun tegangan maksimum
100 (R cos𝜃𝑅 ) 𝑛
v (%) = 2 ∑𝑖−1 𝐹𝐿 (%).................................................(2.7)
𝑉𝑠
Dimana :
Dimana :
I = Arus Beben
20
X = Impedansi penghantar
L = Panjang Penghantar
2.9. Daya
kekuatan (power) dan energi; energi adalah daya dikalikan waktu sedangkan
daya listrik merupakan hasil perkalian tegangan dan arusnya, dengan satuan
daya listrik yaitu watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang
mengalir per satuan waktu (Joule/s). Daya listrik (P) yang dihasilkan oleh
arus listrik (I) pada tegangan (V) dinyatakan dengan persamaan berikut.
P = I x V.......................................................................................(2.9)
Dimana :
P = Daya (Watt)
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (V)
Dalam sistem listrik arus bolak-balik, dikenal adanya 3 jenis daya untuk
Daya aktif (Active Power) disebut juga daya nyata yaitu daya
21
P = V x I x Cos Ɵ..................................................................(2.10)
P = √3 x VL x IL x Cos Ɵ........................................................(2.11)
Daya reaktif adalah daya yang timbul akibat adanya efek induksi
Q = V x I x Sin Ɵ..................................................................(2.12)
Q = √3 x VL x IL x Sin Ɵ.......................................................(2.13)
Pada beban impedansi (Z), daya semu adalah daya yang terukur
atau terbaca pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif
dinyatakan dengan:
S V x I................................................................................(2.14)
Hubungan dari ketiga daya diatas (P, Q, S) disebut segitiga daya. Gambar
22
Gambar 2.9 Segitiga Daya
Dari gambar diatas terlihat bahwa semakin besar nilai daya reaktif (Q)
akan meningkatkan sudut antara daya nyata dan daya semu atau biasa
disebut power factor Cosϕ. Sehingga daya yang terbaca pada alat ukur (S)
lebih besar dari pada daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban (P).
Dimana :
P = V x I x Cos Ɵ...........................................................................(2.15)
Q = V x I x Sin Ɵ...........................................................................(2.16)
S = V x I.........................................................................................(2.17)
daya yang dikirim oleh sumber pasokan (PLN) kepada yang diterima dalam
hal ini konsumen, artinya daya listrik yang hilang akibat susut daya
merupakan daya yang dibangkitkan namun tidak terjual. Dalam hal ini pihak
23
daya dengan biaya yang cukup besar tetapi tidak mendapatkan keuntungan
Susut daya atau rugi-rugi daya listrik yang biasa terjadi pada sistem
jatuh, maka besar susut daya semu dan susut daya nyata dapat dihitung
∆S = ∆V x I..............................................................................(2.18)
∆P = ∆V x I...............................................................................(2.19)
Dimana :
∆V = Jatuh tegangan
I = Arus pembebanan
listrik dari sumber daya listrik utama ke suatu beban seperti ke rumah-
daya listrik kebeban pasti terdapat rugi-rugi daya yang di akibatkan oleh
faktor-faktor tertentu seperti jarak saluran listrik kebeban yang terlalu jauh
yang juga akan berakibat bertambah besarnya tahanan saluran kabel yang
digunakan.
24
Besarnya rugi-rugi daya pada jaringan listrik tiga fasa adalah sebagai berikut
Atau
Keterangan :
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rayon Sentani.
1. Leptop Asus
2. Buku Catat
3. Bolpen
26
3.3.2. Pengumpulan Data
a. Penelitian lapangan
lingkungan kerja. Dalam metode ini penulisan dengan dua cara yaitu :
- Observasi
- Wawancara (Interview)
b. Penelitian Kepustakaan
bagian yaitu:
Sentani
27
b. Data tambahan (data sekunder) berupa data single line
28
3.4. Diagram Alur Penelitian
perlu dibuatnya diagram alir (Flow chart) yang ditperlihatkan gambar 3.1
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Analisa Data
1. Perhitungan Arus Beban
2. Perhitungan Arus Pebebanan
3. Perhitungan Jatuh Tegangan
4. Perhitungan Rugi-rugi Daya
Kesimpulan
Selesai
29
BAB IV
Penyulang Jeruk adalah 6,75 km, dengan jumlah gardu distribusi 4 buah.
( Ohm/Km )
30
Gambar 4.1.Diagram Penyulang Jeruk di PT.PLN (Persero) Rayon Sentani
Dari gambar diagram satu garis di atas ada data hasil pengukuran
beban yang didapat dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada setiap gardu
31
Tabel 4.2. Data Pengukuran Beban Transformator di Penyulang Jeruk
ST001 Rumah Makan Dapur Papua 25 KVA 3 2,57 5,83 0,85 0,85
STN012 Kantor Desa Netar 100 KVA 3 30,83 47,4 0,85 0,85
kVAbeban
Ibeban =
20 kV
2,57 kVA
Ibeban =
20 kV
32
Ibeban = 0,12 A
kVAbeban
Ibeban =
20 kV
5,83 kVA
Ibeban =
20 kV
Ibeban = 0,29 A
Maka perhitungan Arus Beban Gardu ST001 pada saat LWBP adalah
0,12 Ampere dan untuk perhitungan pada saat WBP adalah 0,29 A,
33
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Arus Beban Transformator Distribusi
Sentani
Rumah
1 ST001 25 2,57 5,83 0,12 0,29 0.85 0.85 0.52 0.52
Dapur Papua
LPJU
2 ST002 Tikungan 50 2,20 3,62 0,11 0,18 0.85 0.85 0.52 0.52
Netar
Kampung
3 STN011 50 5,89 17,11 0.29 0,85 0.85 0.85 0.52 0.52
Kendali
Kantor Desa
4 STN012 100 30,85 47,4 1,54 2,37 0.85 0.85 0.52 0.52
Netar
34
4.2.2. Arus Pembebanan
35
I2b = ISTN012 + I2c ..................................................................... (4.12)
Jeruk
36
Berdasarkan Data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada
tabel 4.2 dan hasil perhitungan arus beban pada tabel 4.3. maka dapat
I4 = ISTN012
= 1,54 Ampere
I4 = ISTN012
= 2,37 Ampere
I3 = I3a +I4
= 1,5555 + j 0,9516
I3 = I3a +I4
37
= 0,737 + j 1,6744
0,52)
berikut :
Arus Pembebanan
Arus Cos φ Sin φ
No. No Gardu (A)
Saluran
LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP
38
Dari hasil perhitungan arus pembebanan penyulang jeruk
berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.4),
LWBP yaitu 7,32881 Ampere dan total nilai hasil perhitungan arus
AAAC 70 mm2.
39
Arus Pembebanan
3.6503
3.6503
4
3.2085
3.5
2.37
1.9264
2.039
1.8234
2.5
1.54
2
1.5
0.5
0
1 2 3 4
LWBP WBP
Jeruk
paling besar terjadi di seksi ST001 yaitu 2,0390 Ampere dan arus
pembebanan pada saat WBP paling besar terjadi di seksi ST001 yaitu
terkecil pada saat WBP di seksi STN011 yaitu 2,37 Ampere, hal ini
kecil.
40
Perbandingan Arus Perbebanan pada saat LWBP dan pada saat WBP
terlihat bahwa arus perbebanan pada saat WBP lebih besar dari pada arus
pebebanan LWBP.
PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada tabel 4.3 dapat digunakan untuk
= 1,933 Volt.
= 4,671 Volt.
41
Untuk perhitungnan jatuh tegangan Gardu Distribusi lainnya
berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani dapat dilihat pada
tabel berikut :
42
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan Penyulang Jeruk
1 GI-ST002 2,0390 3,65038 0,85 0,85 0,52 0,52 1.11 1.9332 4.6719
2 ST002 -STN012 1,92641 3,3764 0,85 0,85 0,52 0,52 1.16 0.0218 0.0357
3 ST002- STN011 1,8234 31,4567 0,85 0,85 0,52 0,52 0.65 0.1062 0.3113
4 ST002- ST001 1,5400 2,3700 0,85 0,85 0,52 0,52 0.09 1.0066 1.5491
43
Dari hasil perhitungan jatuh tegangan pada penyulang jeruk
berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.5),
diperoleh total nilai jatuh tegangan pada saat LWBP yaitu 3.0678 Volt dan
total nilai jatuh tegangan pada saat WBP yaitu 6.568 Volt.
yang digunakan.
mm2.
mm2.
Jatuh Tegangan
5 4.6719
4.5
4
3.5
3
2.5
1.9332
2 1.5491
1.5 1.0066
1
0.3113
0.5 0.0218 0.0357 0.1062
0
1 2 3 4
ΔV (Volt) LWBP ΔV (Volt) WBP
44
*Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani
Jeruk
LWBP terjadi di seksi STN002 yaitu 1.9332 Volt dan jatuh tegangan paling
besar pada saat WBP terjadi di seksi ST002 yaitu 4.6719 Volt, disebabkan
oleh panjang saluran, karena semakin panjang saluran semakin besar jatuh
tegangan. Sedangkan untuk nilai jatuh tegangan terkecil pada saat LWBP
terjadi di seksi STN012 yaitu 0.0218 Volt dan jatuh tegangan terkecil pada
saat WBP terjadi di seksi STN012 yaitu 0.0357 Volt, hal ini disebabkan
Perbandingan jatuh tegangan pada saat LWBP dan pada saat WBP
terlihat bahwa jatuh tegangan pada saat WBP lebih besar dari pada jath
tegangan LWBP.
perhitungan jatuh tegangan (tabel 4.5). Berdasarkan data dari PT. PLN
S = V x I
= 1.9332 x 0.12
45
= 0.231 VA.
P = V x I x Cos Ѳ
= 19.718 W.
S = V x I
= 4.6719 x 0.29
= 1.354 VA
P = V x I x Cos Ѳ
= 1.151 W
Untuk perhitungan rugi–rugi daya semu dan daya nyata pada seksi
lainnya berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani dapat
46
Arus Beban (A) ΔV (Volt) panjang ΔS (KVA) ΔP (W)
No.
No. saluran
Gardu LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP
(KM)
1 ST001 0.12 0,29 1.9332 4.6719 0.09 0.231 1.354 19.718 1.151
2 ST002 0.11 0,18 0.0218 0.0357 1.11 2.398 3.924 2.038 5.462
3 STN011 0.29 0,85 0.1062 0.3113 0.65 0.030 0.266 0.026 0.224
4 STN012 1.54 2,37 1.0066 1.5491 1.16 0.266 3.671 1.317 3.120
47
Total 2.925 9.215 23.099 9.957
data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.6), diperoleh total nilai
rugi – rugi daya semu pada saat LWBP yaitu 2.925 KVA dan total nilai
rugi – rugi daya semu pada saat WBP yaitu 9.215 KVA, serta total nilai rugi
– rugi nyata pada saat LWBP yaitu 23.099 KVA dan total nilai rugi – rugi
Untuk dapat lihat lebih jelas antara perbedaan rugi – rugi daya semu
dan daya nyata di setiap seksi dapat dilihat gambar grafik pada gambar 4.5
Daya Semu
4.5
3.924
4 3.671
3.5
3
2.398
2.5
2
1.354
1.5
1
0.5 0.231 0.266 0.266
0.03
0
1 2 3 4
48
*Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani
Gambar 4.5. Grafik Rugi – rugi Daya Semu Setiap Seksi Penyulang Jeruk
Gambar 4.5 Menunjukkan rugi – rugi daya semu paling besar pada
saat LWBP terjadi di Gardu ST002 yaitu 2.398 KVA dan rugi – rugi daya
semu paling besar pada saat WBP terjadi di Gardu ST002 yaitu
3.924 KVA. Ini disebabkan karena semakin besar arus beban dan jatuh
tegangan semakin besar pula rugi – rugi daya semu. Sedangkan untuk nilai
rugi – rugi daya semu terkecil pada saat LWBP terjadi di Gardu STN011
yaitu 0.030 KVA dan rugi – rugi daya semu terkecil pada saat WBP terjadi
di Gardu STN011 yaitu 0.266 KVA, hal ini disebabkan karena jatuh
tegangannya kecil.
Perbandingan rugi-rugi daya semu pada saat LWBP dan pada saat
WBP terlihat bahwa rugi-rugi daya semu pada saat WBP lebih besar dari
49
Daya Nyata
25
19.718
20
15
10
5.462
5 3.12
2.038 1.317
1.151
0.026 0.224
0
1 2 3 4
Gambar 4.6. Grafik Rugi – rugi Daya Nyata Setiap Gardu Penyulang
Jeruk
Gambar 4.6 menunjukkan rugi – rugi daya nyata paling besar pada
saat LWBP terjadi di Gardu ST001 yaitu 19.718 W dan rugi – rugi daya
nyata paling besar pada saat WBP terjadi di Gardu ST002 yaitu
5.462 W. Ini disebabkan karena semakin besar arus beban dan jatuh
tegangan semakin besar pula rugi – rugi daya nyata. Sedangkan untuk nilai
rugi – rugi daya nyata terkecil pada saat LWBP terjadi di Gardu STN011
yaitu 0.026 W dan rugi – rugi daya nyata terkecil pada saat WBP terjadi di
Gardu STN011 yaitu 2.224 W, hal ini disebabkan karena jatuh tegangannya
kecil. Perbandingan rugi-rugi daya nyata pada saat LWBP dan pada saat
WBP terlihat bahwa rugi-rugi daya nyata pada saat LWBP lebih besar dari
50
4.2.5. Perhitungan Rugi-rugi Daya (P Losses)
Plosses = 3 × 𝐼 2 × R × L
= 9.097 watt
Plosses = 3 × 𝐼 2 × R × L
= 5.313 watt
Maka untuk Rugi-Rugi Daya (P losses) pada gardu ST001 pada saat
LWBP adalah 9.097 Watt dan untuk WBP adalah 5.313 Watt, sedangkan
untuk gardu distribusi penyulang jeruk lainnya dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut :
51
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rugi-Rugi Daya (P losses) Penyulang Jeruk
Rugi-Rugi Daya
No.
No. (P losses)
Gardu
LWBP WBP
Jeruk berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.7),
yang di dapat pada saat LWBP yaitu 20.494 Watt dan total nilai Rugi-Rugi
52
Rugi-Rugi Daya
10 9.097 9.428
9
8
7
6 5.313
5 4.573
4
3
1.931
2 1.408
1 0.025 0.038
0
1 2 3 4
Sentani
Gambar 4.7 menunjukkan rugi - rugi (P losses) paling besar pada saat
LWBP terjadi di Gardu ST002 yaitu 9.428 W dan rugi – rugi daya (P losses)
5.313 W. Ini disebabkan karena semakin besar arus beban maka semakin
besar pula rugi – rugi daya (P losses). Sedangkan untuk nilai rugi – rugi
daya (P losses) terkecil pada saat LWBP terjadi di Gardu STN011 yaitu
0.038 W dan rugi - rugi daya (P losses) terkecil pada saat WBP terjadi di
Gardu ST002 yaitu 0.025 W, hal ini disebabkan karena arus beban sangat
kecil.
53
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
dan analisa pada bab IV, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Arus beban paling besar terjadi di Gardu STN012, pada saat LWBP
1.54 Ampere dan pada saat WBP 2.37 Ampere. Sedangkan arus beban
terkecil terjadi di Gardu STN002, pada saat LWBP 0.11 Ampere dan
2. Jatuh tegangan paling besar terjadi di Gardu ST001 pada saat LWBP
1.9332 Volt dan di Gardu ST001 pada saat WBP 4.6719 Volt.
saat LWBP 0.0218 Volt dan pada saat WBP 0.0357 Volt.
3. Rugi – rugi daya semu paling besar terjadi di Gardu ST002, pada saat
LWBP 2.398 kVA dan di Gardu ST002 pada saat WBP 6.426 kVA.
STN011, pada saat LWBP 0.030 kVA dan pada saat WBP
0.264 kVA
4. Rugi – rugi daya nyata paling besar terjadi di Gardu ST001, pada saat
Sedangkan untuk nilai rugi – rugi daya nyata terkecil terjadi di Gardu
54
STN011, pada saat LWBP 0.038 W dan di gardu ST002 pada saat
WBP 0.025 W
saat LWBP 9.428 Watt dan di gardu STN007 pada saat WBP 7.462
di gardu STN001 pada saat LWBP 0.028 Watt dan pada saat WBP
0.069 Watt.
6. Besar kecil arus beban dipengaruhi oleh besar beban, besar kecil jatuh
daya dipengaruhi oleh besar kecil arus beban dan jatuh tegangan
5.2. Saran
yang diinginkan.
55