Anda di halaman 1dari 55

ANALISA RUGI-RUGI DAYA PADA PENYULANG JERUK

PT. PLN (PERSERO) RAYON SENTANI

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Cenderawasih

Oleh:

ANCELINA B RANDONGKIR

NIM : 20140611024004

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan energi listrik terus meningkat seiring

dengan meningkatnya gaya hidup dan peralatan yang dipakai. Kondisi ini

mensyaratkan ketersediaan energi listrik yang efisien dan berkualitas.

Efisien dalam pengertian energi yang diproduksi dapat digunakan secara

makasimal oleh pelanggan atau tidak mengalami kehilangan energi pada

jaringan maupun peralatan listrik seperti trafo. Kehilangan energi perlu

diprediksi dan diantisipasi agar terjadi dalam batas normal dan wajar.

Apabila pembangkit tenaga listrik sangat jauh dari konsumen, maka

diperlukan sistem yang baik untuk menyalurkan energi listrik dari penyedia

sampai ke konsumen agar kebutuhan energi listrik dapat terpenuhi. Proses

penyaluran energi listrik ke beban terjadi rugi-rugi teknis ( losses), yaitu

rugi-rugi daya dan rugi-rugi energi, mulai dari pembangkit, transmisi dan

distribusi.

Rugi- rugi daya merupakan daya yang hilang dalam penyaluran daya

listrik ke beban yang diakibatkan oleh factor-faktor tertentu seperti jarak

saluran listrik ke beban yang terlalu jauh, yang juga berakibat bertambah

besarnya tahanan saluran kabel yang digunakan. Sedangkan Rugi–rugi

energi atau jatuh tegangan itu sendiri adalah energi yang hilang karena ada

tahanan atau resistansi dari sistem jaringan dan transformator.

2
Jatuh tegangan merupakan kehilangan energi yang sama sekali tidak

mungkin dihindari. Perusahaan umum listrik negara adalah satu perusahaan

yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk menangani masalah

kelistrikan, Kerugian atau daya yang hilang dapat mempengaruhi

keseimbangan beban yang mengalir, dan kerugian yang sering dihadapi oleh

masyarakat adalah seringnya terjadi pemadaman, mengingat sistem jaringan

pada Kabupaten Jayapura (Sentani) merupakan jaringan yang cukup lama

seiring perkembangan ekonomi kota perlu peninjaun atau analisa

kemampuan jaringan yang berada pada Kabupaten Jayapura (Sentani).

Dasar inilah sehingga penulis mengkaji dan menganalisis rugi-rugi daya

distribusi yang terjadi pada penyulang jeruk di PT. PLN (Persero) Rayon

Sentani.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka ada beberapa masalah

dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapa besar kerugian daya pada penyulang Jeruk di PT.PLN

(Persero) Rayon Sentani.

2. Bagaimana perbandingan rugi – rugi daya pada saat beban

puncak dan bukan beban puncak

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar rugi-rugi daya

yang terjadi pada Penyulang jeruk di PT.PLN (Persero) Rayon

Sentani.

3
1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rugi – rugi daya pada penyulang jeruk di PT.

PLN (Persero) Rayon Sentani.

2. Mengetahui perbandingan rugi – rugi daya pada saat beban

puncak dan bukan beban puncak.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rugi-rugi daya

yang terjadi pada Penyulang jeruk di PT. PLN (Persero) Rayon

Sentani.

1.4. Batasan Masalah

Agar tujuan penelitian dapat tercapai sesuai dengan yang

diinginkan maka perlu dibuat beberapa batasan masalah yaitu sebagai

berikut:

1. Data diperoleh hanya berupa hasil pengukuran resmi yang

dilakukan oleh pihak petugas PT.PLN (Persero) Rayon Sentani.

2. Membahas tentang rugi – rugi daya jaringan distribusi pada

penyulang jeruk di PT.PLN (Persero) Rayon Sentani

3. Perhitungan dilakukan menggunakan perangkat lunak Microsoft

Excel dan hasilnya ditunjukkan dalam bentuk grafik.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian Tugas Akhir

ini adalah :

4
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang

rugi-rugi daya yang terjadi pada penyulang jeruk di PT.PLN

(Persero) Rayon Sentani

2. Dapat menjadi masukan bagi pihak PT.PLN (Persero) Rayon

Sentan

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis memaparkan teori-teori pendukung atau kajian

umum yang berkaitan erat dengan judul yang akan dibahas.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang penentuan lokasi, penentuan waktu dan tempat, data

penelitian, jenis data dan metode pengumpulan data, dan diagram alir

penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Distribusi

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem

distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi

distribusi tenaga listrik adalah;

1. pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat

(pelanggan).

2. merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan

dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban

(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar

dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu

induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154 kV, 220

kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan

menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada

saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding

dengan kuadrat arus yang mengalir.

P = I2 x R....................................................................................(2.1)

6
2.2. Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, jaringan distribusi dibagi

menjadi beberapa bagian pembangkitan (Generation). Bagian penyaluran

(transmission bagian distribusi primer di dalam bangunan pada

beban/konsumen. berdasarkan gambar 2.1 pembatasan-pembatasan tersebut,

maka diketahui bahwa porsi materi sistem distribusi adalah daerah III dan

daerah IV, yang pada dasarnya diklasifikasikan menurut beberapa cara,

bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat.

 Daerah I : Bagian Pembangkitan (Generation)

 Daerah II : Bagian Penyaluran (Transmission),

bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)

 Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan

menengah (6 atau 20 KV).

 Daerah IV : (Di dalam bangunan pada

beban/konsumen), Instalasi bertegangan rendah.

Gambar 2.1 Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik

7
2.3. Jaringan Sistem Distribusi Primer

Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik

dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat

menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai

dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi

lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan

di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-macam

bentuk rangkaian jaringan distribusi primer diantaranya.

2.3.1. Jaringan Radial

Bila antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat satu

saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk jaringan ini

merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling banyak

digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial

dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu,dan

dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani.

Gambar 2.2 Skema Saluran Sistem Radial

8
2.3.2. Jaringan Loop

Bila pada titik beban terdapat dua alternatif saluran yang berasal

dari lebih satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup,

disebut juga bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian penyulang

membentuk ring, yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua

arah penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta

kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi

daya pada saluran menjadi lebih kecil.

Gambar 2.3 Skema Saluran Sistem Loop

2.3.3. Jaringan NET

Jaringan Distribusi Jaring-Jaring (NET) Merupakan gabungan

dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih dari satu sumber

sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk

jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop.

9
2.3.4. Jaringan Spindle

Jaringan ini merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari

struktur radial yang ujung-ujungnya dapat disatukan pada gardu

hubung dan terdapat penyulang ekspres. Penyulang ekspres (express

feeder) ini harus selalu dalam keadaan bertegangan, dan siap terus

menerus untuk menjamin bekerjanya sistem dalam menyalurkan

energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan atau pemeliharaan.

Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi secara radial.

2.4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran pada SUTM

Penyaluran daya listrik dari pembangkit sampai ke konsumen melalui

suatu sistem penyaluran yang panjang, terdapat parameter–parameter yang

mempengaruhi besaran tenaga listrik yang diterima. Adapun yang

mempengaruhi sistem penyaluran daya listrik pada saluran udara tegangan

menengah adalah sebagai berikut.

2.4.1. Pengaruh Eksternal

Pengaruh ekstenal adalah pengaruh lingkungan yang sering

mengakibatkan terjadinya gangguan – gangguan pada sistem sehingga

menyebabkan pemadaman listrik, tingkat tegangan yang menurun,

serta ayunan tegangan yang diakibatkan oleh faktor alam seperti

angin, gempa bumi, badai dan gunung meletus. Sedangkan pengaruh

10
hewan dan manusia terjadi perusakan alam seperti penebangan pohon

didekat jarring listrik.

2.4.2. Pengaruh Internal

Pengaruh internal adalah pengaruh yang dialami oleh saluran

listrik tegangan menengah akibat dari kondisi penyaluran tenaga

listrik. pengaruh internal dapat menyebabkan terjadi perubahan listrik

yang dikirim dari pusat pembangkitan ke konsumen tenaga listrik.

Sehingga untuk memperbaiki perlu dikompensasi dengan peralatan-

peralatan bantu distribusi. Pengaruh pengaruh internal yang dimaksud

adalah resistansi, induktansi, dan kapasitansi

a. Resistansi

Resistansi penghantar berpengaruh dominan terhadap saluran

udara tegangan menengah 20 kV, yaitu diakibatkan oleh resistansi

yang dimiliki oleh material penghantar. Pada penghantar tertentu

resistansi yang baik, sehingga jika digunakan sebagai bahan

penghantar akan sangat baik, karena rugi – rugi akibat penghantar

yang kecil namun untuk dipergunakan sebagai penghantar jaring

listrik membutuhkan material yang banyak sehingga tidak ekonomis,

sebagai alternatif dipakai penghantar alumunium dan tembaga yang

perbandingan secara langsung dengan panjang saluran, makin panjang

saluran, maka makin besar pengaruh yang tidak dikompensasi dengan

peralatan lain kecuali dengan pengganti jenis dan penampang

penghantar.

11
b. Induktansi

Pengaruh induktansi pada panjang jarring tenaga listrik adalah

akibat dari penghantar yang diberi aliran listrik sehingga terjadi saling

mempengaruhi antara penghantar itu sendiri. Apabila penghantar

dialiri arus listrik, maka besar tegangan yang ditimbulkan adalah

akibat dari perubahan fluks magnetik yang terjadi. Induktansi yang

ditimbulkan oleh penghantar tersebut merupakan jumlah fluks yang

timbul (fluks gandeng) per satuan dalam penghantar.

c. Kapasitansi

Pengaruh kapasitansi pada saluran tenaga listrik dapat

didefinisikan sebagai muatan – muatan antara dua penghantar per

satuan beda potensial. Pengaruh kapasitansi antara dua penghantar

dengan netral (bumi) untuk jarak saluran yang panjang sangat

mempengaruhi besaran perubahan tenaga listrik sehingga dapat

dikompensasi dengan melakukan metode transposisi.

2.5. Transformator Daya

Transformator daya adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan

dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan

berdasarkan prinsip induksi–elektromagnet. Transformator digunakan secara

luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Transformator

daya bertugas sebagai penyalur tenaga listrik pada beban tegangan rendah.

12
Jika transformator mensuply beban non linier, maka akan timbul arus

harmonisa yang akan mengganggu kinerja pada trafo tersebut dari sisi

tegangan rendah.

Gambar 2.4. Transformator Daya

Dalam IEC 60076-1 Transformator Daya adalah, sebuah transformator

daya yang didefinisikan sebagai bagian statis aparatur dengan dua atau lebih

gulungan dengan induksi elektromagnetik, mengubah sistem bolak-balik

tegangan dan arus ke sistem lain yang tegangan dan arus biasanya memiliki

nilai yang berbeda dan pada frekuensi yang sama untuk tujuan transmisi

tenaga listrik.

2.6. Penghantar

Sebuah system kelistrikan mempunyai beberapa komponen utama.

Penghantar merupakan salah satu komponen utama yang ada di dalamnya.

Secara umum masyarakat luas lebih familiar dengan istilah kabel untuk

menyebut nama lain dari penghantar. Fungsi dari kabel atau penghantar itu

sendiri adalah untuk menyaurkan energy listrik dari satu titik ke titik yang

13
lain. Penyaluran energy listrik secara umum menggunakan dua cara, yaitu

saluran udara dan bawah tanah.

Penghantar pada system jaringan distribusi berfungsi untuk

menghantarkan arus listrik dari pembangkit sampai ke beban (konsumen).

Jenis kabel atau penghantar yang digunakan juga bermacam-macam sesuai

dengan yang dibutuhkan. Penghantar harus memiliki sifat-sifat sebagai

berikut:

a. Memiliki daya hantar yang tinggi

b. Memiliki kekuatan tarik yang tinggi

c. Memiliki berat jenis yang rendah

d. Memiliki fleksilibilitas yang tinggi

e. Tidak cepat rapuh

f. Memiliki harga yang murah

Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan

tinggi selalu tanpa pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat berbahan

tembaga atau alumunium dengan inti baja (steel-reinforced alumunium

cable/ACSR) telanjang besar yang terbentang untuk mengalirkan arus

listrik.

Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan antara lain :

a. Tembaga dengan konduktivitas 100% (cu 100%)

b. Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%)

c. Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

14
Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat

penghantar alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi.

Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang

sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu

kawat penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat

tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan

campuran alumunium (alumunium alloy). Untuk saluran transmisi tegangan

tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat

tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR.

Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang

sebagai berikut :

a. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari alumunium.

Gambar 2.5. Konduktor Jenis AAC

15
b. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat

penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

Gambar 2.6. konduktor jenis AAAC

c. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat

penghantar alumunium berinti kawat baja.

Gambar 2.7 Konduktor Jenis ACSR

16
d. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat

penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

Gambar 2.8 konduktor jenis ACAR

Kawat penghantar yang digunakan pada penyulang Mawar adalah

penghantar dengan jenis All Alumunium Alloy Conductor (AAAC) yang

berbeda ukuran, yaitu penghantar dengan diameter 70 mm2 dan

penghantar dengan diameter 150 mm2.

2.7. Tahanan Penghantar

Sebuah tahanan penghantar tergantung pada material, temperatur dan

frekuensi. Keadaan fisik penghantar menetukan besar tahanan arus searah

(DC) dari penghantar. Yang berbanding lurus dengan tahanan jenis dan

panjang penghantar dan berbanding terbalik dengan luas penampang.

L
R dc = ρ A..................................................................................................(2.2)

Dimana :

R dc = Tahanan dari kawat

Ρ = Tahanan jenis pada suhu 20 oC

17
= 0,0175 ohm mm2 /m untuk tembaga

= 0,0287 ohm mm2 /m untuk aluminium

L = Panjang kawat

A = Luas penampang

Secara umum kawat – kawat penghantar terdiri dari kawat pilin

untuk menghitung pengaruh dari pilin, panjang kawat dikalikan 1,02 (2%

dari faktor koreksi). Tahanan kawat berubah oleh temperatur dalam batas

temperature 10º C sampai 100º C, maka tembaga dan alumunium berlaku

persamaan.

Rt2 = Rt1 (1 + αt1 (t2 – t1)).............................................................(2.3)

Dimana :

Rt1 = Tahanan pada temperature t1

Rt2 = Tahanan pada temperature t2

t1 = Koefisien temperature dari tahanan pada temperature t1 oC

Jadi,

Rt2 To+t2
= To+t1.......................................................(2.4)
Rt1

Atau

To+t2
Rt2 = To+t1........................................................(2.5)

Dimana :

Rt2 = Tahanan dc pada temperature t2 oC

Rt1 = Tahanan dc pada temperature t1 oC

To = Temperatur transisi bahan

18
= 238,5 untuk tembaga dalam oC

= 288,1 untuk aluminium dalam oC

t1 = 20 oC, suhu terendah pada penghantar telanjang SUTM

(SPLN87.1991)

t2 = 60 oC, suhu tertinggi pada penghantar telanjang SUTM

(SPLN87.1991)

Menghitung tahanan dari kawat telanjang ada beberapa faktor yang

mempengaruhi diantaranya faktor efek kulit, dapat dipersamakan.

Rac = K x Rt2 Ω/Km.....................................(2.6)

Dimana :

Rac = Tahanan AC pada frekuensi yang di ketahui

t1 = Tahanan dc pada temperature t2 ºC

K = Faktor koreksi ( 1,02 )

2.8. Jatuh Tegangan

Perhitungan jatuh tegangan pada jaring distribusi adalah selisih antara

tegangan pangkal pengirim (sending end) dengan tegangan pada ujung

penerima (receiving end). Jatuh tegangan terjadi karena ada pengaruh dari

tahanan dan reaktansi saluran, perbedaan sudut fasa antara arus dan

tegangan serta besar arus beban, jatuh tegangan pada saluran bolak–balik

tergantung pada impedansi, beban, dan jarak.Suatu sistem arus bolak–bolak,

besar jatuh tegangan dapat dihitung berdasarkan pada gambar 3 diagram

19
fasor tegangan jaring distribusi sekunder. Penurun tegangan maksimum

pada beban penuh, yang diperbolehkan dibeberapa titik pada jaring

distribusi (SPLN 72 . 1987)SUTM = 5% dari tegangan kerja bagi sistem

radial, trafo distribusi = 3% dari tegangan kerja, saluran tegangan rendah =

4% dari tegangan kerja tergantung kepadatan beban, sambungan rumah =

1% dari tegangan nominal.

Untuk jatuh tegangan dalam % dapat dihitung dengan pendekatan yaitu :

100 (R cos𝜃𝑅 ) 𝑛
v (%) = 2 ∑𝑖−1 𝐹𝐿 (%).................................................(2.7)
𝑉𝑠

Dimana :

V (% ) = Jatuh tegangan dalam (%)

S = Daya yang disalurkan dalam (VA)

x = Reaktansi saluran dalam (Ω/km)

r = Resistansi saluran dalam (Ω/km)

Cos Ɵ = Faktor daya

Untuk perhitungan jatuh tegangan dalam ΔV pada jaringan

distribusi menggunakan persamaan berikut :

V = I x ((R.cos ) + ( X.sin )) x L .......................................(2.8)

Dimana :

V = Jatuh tegangan dalam volt

I = Arus Beben

R = Tahanan jenis penghantar

20
X = Impedansi penghantar

L = Panjang Penghantar

2.9. Daya

Pada sistem tenaga listrik terdapat perbedaan antara daya atau

kekuatan (power) dan energi; energi adalah daya dikalikan waktu sedangkan

daya listrik merupakan hasil perkalian tegangan dan arusnya, dengan satuan

daya listrik yaitu watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang

mengalir per satuan waktu (Joule/s). Daya listrik (P) yang dihasilkan oleh

arus listrik (I) pada tegangan (V) dinyatakan dengan persamaan berikut.

P = I x V.......................................................................................(2.9)

Dimana :

P = Daya (Watt)

I = Arus (Ampere)

V = Tegangan (V)

Dalam sistem listrik arus bolak-balik, dikenal adanya 3 jenis daya untuk

beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu :

2.9.1. Daya Aktif (P)

Daya aktif (Active Power) disebut juga daya nyata yaitu daya

yang dibutuhkan oleh beban. Satuan daya aktif adalah Watt

dinyatakan dengan rumus berikut :

21
P = V x I x Cos Ɵ..................................................................(2.10)

P = √3 x VL x IL x Cos Ɵ........................................................(2.11)

2.9.2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang timbul akibat adanya efek induksi

elektromagnetik oleh beban yang mempunyai nilai induktif (fase arus

tertinggal/lagging atau kapasitif (fase arus mendahului/leading).

Satuan daya reaktif adalah Var dinyatakan dengan:

Q = V x I x Sin Ɵ..................................................................(2.12)

Q = √3 x VL x IL x Sin Ɵ.......................................................(2.13)

2.9.2. Daya Semu (S)

Pada beban impedansi (Z), daya semu adalah daya yang terukur

atau terbaca pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif

dan daya reaktif secara vektoris. Satuan daya ini adalah VA

dinyatakan dengan:

S  V x I................................................................................(2.14)

Hubungan dari ketiga daya diatas (P, Q, S) disebut segitiga daya. Gambar

2.4 merupakan dari segitiga daya.

22
Gambar 2.9 Segitiga Daya

Dari gambar diatas terlihat bahwa semakin besar nilai daya reaktif (Q)

akan meningkatkan sudut antara daya nyata dan daya semu atau biasa

disebut power factor Cosϕ. Sehingga daya yang terbaca pada alat ukur (S)

lebih besar dari pada daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban (P).

Dimana :

P = V x I x Cos Ɵ...........................................................................(2.15)

Q = V x I x Sin Ɵ...........................................................................(2.16)

S = V x I.........................................................................................(2.17)

2.10. Susut Daya

Susut daya atau rugi-rugi daya listrik adalah berkurangnya pasokan

daya yang dikirim oleh sumber pasokan (PLN) kepada yang diterima dalam

hal ini konsumen, artinya daya listrik yang hilang akibat susut daya

merupakan daya yang dibangkitkan namun tidak terjual. Dalam hal ini pihak

penyedia daya listrik (PLN), menderita kerugian akibat membangkitkan

23
daya dengan biaya yang cukup besar tetapi tidak mendapatkan keuntungan

finansial dari hasil penjualan daya tersebut

Susut daya atau rugi-rugi daya listrik yang biasa terjadi pada sistem

transmisinya dapat dihitung berdasarkan arus pembebanan dan tegangan

jatuh, maka besar susut daya semu dan susut daya nyata dapat dihitung

dengan persaman berikut :

∆S = ∆V x I..............................................................................(2.18)

∆P = ∆V x I...............................................................................(2.19)

Dimana :

∆S = Rugi-rugi daya semu

∆P = Rugi-rugi daya nyata

∆V = Jatuh tegangan

I = Arus pembebanan

2.11. Rugi-rugi Daya ( P Losses)

Rugi-rugi daya merupakan daya yang hilang dalam penyaluran daya

listrik dari sumber daya listrik utama ke suatu beban seperti ke rumah-

rumah, ke gedung-gedung dan lain sebagainya. Dalam setiap penyaluran

daya listrik kebeban pasti terdapat rugi-rugi daya yang di akibatkan oleh

faktor-faktor tertentu seperti jarak saluran listrik kebeban yang terlalu jauh

yang juga akan berakibat bertambah besarnya tahanan saluran kabel yang

digunakan.

24
Besarnya rugi-rugi daya pada jaringan listrik tiga fasa adalah sebagai berikut

Plosses = 3 × 𝐼 2 × R × L …………………….……….. (2.20)

Atau

Plosses = 𝑃2 × 𝑃 × 𝐿 / (𝑉^2 × (𝑐𝑜𝑠∅)2) ……………(2.21)

Keterangan :

Plosses = Rugi-rugi daya (watt)

P = Daya yang disalurkan (watt)

V = Tegangan kerja sistem (volt)

I = Arus yang disalurkan (Ampere)

R = Tahanan Saluran (ohm/meter)

L = Panjang Saluran (Meter)

Cosφ = Faktor Kerja

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dari

bulan mei 2019 sampai dengan juni 2019.

3.1.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Jaringan PT. PLN (Persero)

Rayon Sentani.

3.2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Leptop Asus

2. Buku Catat

3. Bolpen

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Studi Literatur

Mempelajari teori-teori dasar yang berkaitan dengan rugi-rugi

daya pada jaringan distribusi.

26
3.3.2. Pengumpulan Data

a. Penelitian lapangan

Penelitian yang dilakukan secara langsung dalam kegiatan

lingkungan kerja. Dalam metode ini penulisan dengan dua cara yaitu :

- Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung segala aktivitas yang

berlangsung pada lokasi penelitian.

- Wawancara (Interview)

Wawancara (interview) yaitu dengan melakukan tanya jawab

dengan beberapa orang teknisi secara langsung dan juga

kepada dosen yang lebih mengetahui tentang permasalahan

yang akan dibahas.

b. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan yaitu mengumpulkan data dari buku,

internet dan membaca literatur diklat dan catatan yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan.

3.3.3. Penyusunan Data

Data-data yang sudah diperoleh kemudian dibagi dalam dua

bagian yaitu:

a. Data pengukuran (data primer) berupa data pengukuran beban

transformator di penyulang jeruk dari PT. PLN (Persero) Rayon

Sentani

27
b. Data tambahan (data sekunder) berupa data single line

3.3.4. Analisa Data

Metode yang digunakan dalam menganalisa data-data tersebut

dengan menggunakan rumus-rumus. Dari analisa, dapat mengetahui

besarnya rugi-rugi daya pada jaringan distribusi penyulang jeruk

PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

28
3.4. Diagram Alur Penelitian

Untuk mempermudah memahami langkah – langkah penelitian maka

perlu dibuatnya diagram alir (Flow chart) yang ditperlihatkan gambar 3.1

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan data
1. Data Primer
2. Data Sekunder

Analisa Data
1. Perhitungan Arus Beban
2. Perhitungan Arus Pebebanan
3. Perhitungan Jatuh Tegangan
4. Perhitungan Rugi-rugi Daya

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 . Diagram Alur Penelitian

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Penelitian

Penyulang Jeruk adalah salah satu penyulang yang bersumber dari

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Sentani, panjang saluran

Penyulang Jeruk adalah 6,75 km, dengan jumlah gardu distribusi 4 buah.

Penghantar yang digunakan pada saluran distribusi ( penyulang ) jeruk

adalah jenis AAAC dengan ukuran penampang penghantar 150 mm2.

Besar resistansi dan reaktansi penghantar AAAC adalah :

Tabel 4.1 Data Penghantar Penyulang Jeruk

No Jenis Penghantar Resistansi Penghantar Reaktansi Pada f = 50 Hz

Pada 300C (Ohm/Km)

( Ohm/Km )

1. 70mm2 0,455 0,340

2. 150mm2 0,234 0,300

Penghantar yang menggunakan ukuran penampang 70 mm2 dan

penghantar yang menggunakan penampang 150 mm2 ditunjukkan pada

gambar diagram penyulang jeruk berikut :

30
Gambar 4.1.Diagram Penyulang Jeruk di PT.PLN (Persero) Rayon Sentani

Dari gambar diagram satu garis di atas ada data hasil pengukuran

beban yang didapat dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada setiap gardu

dan transformator distribusi yang ada di sepanjang penyulang jeruk yang

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

31
Tabel 4.2. Data Pengukuran Beban Transformator di Penyulang Jeruk

dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

Beban (kVA) Cos phi


Daya
No Gardu Lokasi Fasa
(kVA)
LWBP WBP LWBP WBP

ST001 Rumah Makan Dapur Papua 25 KVA 3 2,57 5,83 0,85 0,85

ST002 LPJU Tikungan Netar 50 KVA 3 2,20 3,61 0,85 0,85

STN011 Kampong kendali 50 KVA 3 5,89 17,11 0,85 0,85

STN012 Kantor Desa Netar 100 KVA 3 30,83 47,4 0,85 0,85

*Data pengukuran diperoleh dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

4.2. Analisa Data

4.2.1. Arus Beban

Berdasarkan Data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada

abel 4.2 maka dapat dihitung arus beban sebagai berikut :

 Gardu ST001 Pada Saat LWBP

kVAbeban
Ibeban =
20 kV

2,57 kVA
Ibeban =
20 kV

32
Ibeban = 0,12 A

 Gardu ST001 Pada Saat WBP

kVAbeban
Ibeban =
20 kV

5,83 kVA
Ibeban =
20 kV

Ibeban = 0,29 A

Maka perhitungan Arus Beban Gardu ST001 pada saat LWBP adalah

0,12 Ampere dan untuk perhitungan pada saat WBP adalah 0,29 A,

sedangkan untuk Gardu Distribusi Penyulang Jeruk lainnya dapat dilihat

pada tabel berikut :

33
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Arus Beban Transformator Distribusi

Penyulang Jeruk Berdasarkan Data dari PT.PLN (Persero) Rayon

Sentani

KVA Beban Trafo Arus Beban


No. Alamat Cos Ѳ Sin Ѳ
No. nominal (kVA) (A)
Gardu Gardu
(kVA) LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP

Rumah
1 ST001 25 2,57 5,83 0,12 0,29 0.85 0.85 0.52 0.52
Dapur Papua

LPJU

2 ST002 Tikungan 50 2,20 3,62 0,11 0,18 0.85 0.85 0.52 0.52

Netar

Kampung
3 STN011 50 5,89 17,11 0.29 0,85 0.85 0.85 0.52 0.52
Kendali

Kantor Desa
4 STN012 100 30,85 47,4 1,54 2,37 0.85 0.85 0.52 0.52
Netar

34
4.2.2. Arus Pembebanan

Setelah arus beban di setiap gardu diketahui, maka selanjutnya

adalah menghitung nilai arus saluran di setiap seksi dengan cara

menyederhanakan kembali ke diagram satu garis penyulang jeruk

seperti pada gambar 4.2. Dalam perhitungan arus pada rangkaian

listrik paralel seperti pada umumnya, maka perhitungan diawali dari

ujung saluran (I4) dan seterusnya sampai ke saluran awal (I1).

Besarnya arus-arus tersebut dapat diurutkan sebagai berikut :

I4 = ISTN012 ............................................................................... (4.1)

I3 = I3a + I4 ............................................................................... (4.2)

I2 = ISTN011 + I3......................................................................... (4.3)

I1 = I1a + I2 ............................................................................... (4.4)

I4a = ISTN012 + I4b ....................................................................... (4.5)

I4 = I4a + I4 ............................................................................... (4.6)

I3a = I3b + I3c............................................................................. (4.7)

I3 = ISTN011 + I3a + I4 ................................................................ (4.8)

I2e = ISTN012 + I2f ....................................................................... (4.9)

I2d = ISTN011 + I2e .................................................................... .(4.10)

I2c = ISTN011 + I2d ..................................................................... (4.11)

35
I2b = ISTN012 + I2c ..................................................................... (4.12)

I2h = I STN011 + I2i .................................................................... (4.13)

I2a = ISTN012 + I2h + I2g + I2b .................................................... (4.14)

I2 = I2a+ I3 .............................................................................. (4.15)

I1= IST001 + I2 ......................................................................... (4.16)

Gambar 4.2. Penyederhanaan Momen Arus Pembebanan Penyulang

Jeruk

36
Berdasarkan Data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada

tabel 4.2 dan hasil perhitungan arus beban pada tabel 4.3. maka dapat

dihitung arus pembebanan sebagai berikut :

 Arus Pembebanan I4 pada saat LWBP

I4 = ISTN012

= 1,54 Ampere

 Arus Pembebanan I4 pada saat WBP

I4 = ISTN012

= 2,37 Ampere

 Arus Pembebanan I3 pada saat LWBP

I3 = I3a +I4

= I3a (cos 3a + j sin 3a) + I4 (cos θ4 + jsin 4)

= 0,29 (0,85 + j 0,52) + 1,54 (0,85 + j 0,52)

= (0,2465 + j 0,1508) + (1,309 + j 0,8008)

= 1,5555 + j 0,9516

= 1,8234 ∟31,456823 Ampere (cos θ = 0,85 ; sin θ = 0,52)

 Arus Pembebanan I3 pada saat WBP

I3 = I3a +I4

= I3a (cos 3a + j sin 3a) + I4 (cos θ4 + jsin 4)

= 0,85 (0,85+j 0,52) + 2,37 (0,85 + j 0,52)

= (0,7225+ j 0,442) + (2,0145 + j 1,2324)

37
= 0,737 + j 1,6744

= 3,2085 ∟31,456823 Ampere (cos θ = 0,85 ; sin θ =

0,52)

Untuk perhitungan arus Pembebanan lainnya dapat dilihart pada tabel

berikut :

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Arus Pembebanan Penyulang Jeruk

Arus Pembebanan
Arus Cos φ Sin φ
No. No Gardu (A)
Saluran
LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP

1 ST001 I1 0,85 0,85 0,52 0,52 2,0390 3,65038

2 ST002 I2 0,85 0,85 0,52 0,52 1,92641 3,2085

3 STN011 I3 0,85 0,85 0,52 0,52 1,8234 3,6503

4 STN012 I4 0,85 0,85 0,52 0,52 1,5400 2,3700

Total 7,32881 12,87918

*Berdasarkan Data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

38
Dari hasil perhitungan arus pembebanan penyulang jeruk

berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.4),

diperoleh total nilai hasil perhitungan arus pembebanan pada saat

LWBP yaitu 7,32881 Ampere dan total nilai hasil perhitungan arus

pembebanan pada saat WBP yaitu 40,85348 Ampere.

Hasil perhitungan arus pembebanan dibedakan menurut

penghantar yang digunakan.

a. Kolom hasil perhitungan berwarna kuning menunjukkan bahwa

luas penampang penghantar yang digunakan adalah penghantar

AAAC 150 mm2.

b. Kolom hasil perhitungan berwarna biru menunjukkan bahwa

luas penampang penghantar yang digunakan adalah penghantar

AAAC 70 mm2.

Untuk dapat lebih jelas melihat perbedaan arus pembebanan di

setiap seksi dapat dilihat pada gambar grafik berikut :

39
Arus Pembebanan

3.6503

3.6503
4

3.2085
3.5

2.37
1.9264
2.039

1.8234
2.5

1.54
2

1.5

0.5

0
1 2 3 4

LWBP WBP

*Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

Gambar 4.3. Grafik Arus pembebanan Setiap Seksi Penyulang

Jeruk

Gambar 4.3 menunjukkan arus pembebanan pada saat LWBP

paling besar terjadi di seksi ST001 yaitu 2,0390 Ampere dan arus

pembebanan pada saat WBP paling besar terjadi di seksi ST001 yaitu

3,6503 Ampere, disebabkan arus pembebanan semua seksi melalui

seksi, karena seksi GI –ST001 merupakan saluran utama dari semua

seksi. Sedangkan untuk nilai arus pembebanan terkecil pada saat

LWBP di seksi STN012 yaitu 1,54 Ampere dan arus pembebanan

terkecil pada saat WBP di seksi STN011 yaitu 2,37 Ampere, hal ini

disebabkan seksi STN012 merupakan seksi terujung yang berbeban

kecil.

40
Perbandingan Arus Perbebanan pada saat LWBP dan pada saat WBP

terlihat bahwa arus perbebanan pada saat WBP lebih besar dari pada arus

pebebanan LWBP.

4.2.3. Jatuh Tegangan

Dari hasil perhitungan arus beban berdasarkan data dari

PT. PLN (Persero) Rayon Sentani pada tabel 4.3 dapat digunakan untuk

menghitung jatuh tegangan berdasarkan arus beban dan panjang saluran.

 No Gardu ST001 (LWBP)

V = I x ((R x cos ) + ( X x sin )) x L

= 0,12 x ((0,234 x 0,85 ) + (0,3 x 0,52 )) x 0,09

= 0,12 x 0,179 x 0,09

= 1,933 Volt.

 No Gardu ST001 (WBP)

V = I x ((R.cos ) + ( X.sin )) x L

= 0,29 x ((0,234 x 0,85 )+ (0,3 x 0,52 )) x 0,09

= 0,29 x 0,179 x 0,09

= 4,671 Volt.

41
Untuk perhitungnan jatuh tegangan Gardu Distribusi lainnya

berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani dapat dilihat pada

tabel berikut :

42
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan Penyulang Jeruk

*Berdasarkan Data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentan

Arus Pebebanan panjang


cos φ sin φ ΔV (Volt)
No. No Gardu (A) saluran

LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP (KM) LWBP WBP

1 GI-ST002 2,0390 3,65038 0,85 0,85 0,52 0,52 1.11 1.9332 4.6719

2 ST002 -STN012 1,92641 3,3764 0,85 0,85 0,52 0,52 1.16 0.0218 0.0357

3 ST002- STN011 1,8234 31,4567 0,85 0,85 0,52 0,52 0.65 0.1062 0.3113

4 ST002- ST001 1,5400 2,3700 0,85 0,85 0,52 0,52 0.09 1.0066 1.5491

Total 3.0678 6.568

43
Dari hasil perhitungan jatuh tegangan pada penyulang jeruk

berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.5),

diperoleh total nilai jatuh tegangan pada saat LWBP yaitu 3.0678 Volt dan

total nilai jatuh tegangan pada saat WBP yaitu 6.568 Volt.

Hasil perhitungan jatuh tegangan juga dibedakan menurut penghantar

yang digunakan.

a. Kolom hasil perhitungan berwarna kuning menunjukkan bahwa

penampang yang digunakan adalah penghantar AAAC 150

mm2.

b. sedangkan kolom hasil perhitungan berwarna biru menunjukkan

bahwa penghantar yang digunakan adalah penghantar AAAC 70

mm2.

Untuk dapat lebih jelas melihat perbedaan jatuh tegangan di setiap

seksi dapat dilihat pada gambar grafik berikut :

Jatuh Tegangan

5 4.6719
4.5
4
3.5
3
2.5
1.9332
2 1.5491
1.5 1.0066
1
0.3113
0.5 0.0218 0.0357 0.1062
0
1 2 3 4
ΔV (Volt) LWBP ΔV (Volt) WBP

44
*Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

Gambar 4.4. Grafik Jatuh Tegangan Setiap Seksi Penyulang

Jeruk

Gambar 4.4 menunjukkan jatuh tegangan paling besar pada saat

LWBP terjadi di seksi STN002 yaitu 1.9332 Volt dan jatuh tegangan paling

besar pada saat WBP terjadi di seksi ST002 yaitu 4.6719 Volt, disebabkan

oleh panjang saluran, karena semakin panjang saluran semakin besar jatuh

tegangan. Sedangkan untuk nilai jatuh tegangan terkecil pada saat LWBP

terjadi di seksi STN012 yaitu 0.0218 Volt dan jatuh tegangan terkecil pada

saat WBP terjadi di seksi STN012 yaitu 0.0357 Volt, hal ini disebabkan

karena panjang salurannya paling pendek di antara semua seksi.

Perbandingan jatuh tegangan pada saat LWBP dan pada saat WBP

terlihat bahwa jatuh tegangan pada saat WBP lebih besar dari pada jath

tegangan LWBP.

4.2.4. Perhitungan Susut Daya

Dari hasil perhitungan arus pebebanan (tabel 4.4) dan hasil

perhitungan jatuh tegangan (tabel 4.5). Berdasarkan data dari PT. PLN

(Persero) Rayon Sentani dapat digunakan untuk menghitung rugi – rugi

daya semu dan rugi-rugi daya nyata pada saluran.

 Gardu ST001 (LWBP)

S = V x I

= 1.9332 x 0.12

45
= 0.231 VA.

P = V x I x Cos Ѳ

= 1.9332 x 0.12 x 0.85

= 19.718 W.

 Gardu ST001 (WBP)

S = V x I

= 4.6719 x 0.29

= 1.354 VA

P = V x I x Cos Ѳ

= 4.6719 x 0,29 x 0,85

= 1.151 W

Untuk perhitungan rugi–rugi daya semu dan daya nyata pada seksi

lainnya berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani dapat

dilihat pada (tabel 4.6) berikut :

46
Arus Beban (A) ΔV (Volt) panjang ΔS (KVA) ΔP (W)
No.
No. saluran
Gardu LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP LWBP WBP
(KM)

1 ST001 0.12 0,29 1.9332 4.6719 0.09 0.231 1.354 19.718 1.151

2 ST002 0.11 0,18 0.0218 0.0357 1.11 2.398 3.924 2.038 5.462

3 STN011 0.29 0,85 0.1062 0.3113 0.65 0.030 0.266 0.026 0.224

4 STN012 1.54 2,37 1.0066 1.5491 1.16 0.266 3.671 1.317 3.120

47
Total 2.925 9.215 23.099 9.957

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Susut Daya Penyulang Jeruk

*Berdasarkan Data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

Dari hasil perhitungan susut daya pada Penyulang Jeruk berdasarkan

data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.6), diperoleh total nilai

rugi – rugi daya semu pada saat LWBP yaitu 2.925 KVA dan total nilai

rugi – rugi daya semu pada saat WBP yaitu 9.215 KVA, serta total nilai rugi

– rugi nyata pada saat LWBP yaitu 23.099 KVA dan total nilai rugi – rugi

nyata pada saat WBP yaitu 9.957 KVA.

Untuk dapat lihat lebih jelas antara perbedaan rugi – rugi daya semu

dan daya nyata di setiap seksi dapat dilihat gambar grafik pada gambar 4.5

untuk daya semu dan gambar 4.6 untuk daya nyata.

Daya Semu
4.5
3.924
4 3.671
3.5
3
2.398
2.5
2
1.354
1.5
1
0.5 0.231 0.266 0.266
0.03
0
1 2 3 4

ΔS (KVA) LWBP ΔS (KVA) WBP

48
*Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani

Gambar 4.5. Grafik Rugi – rugi Daya Semu Setiap Seksi Penyulang Jeruk

Gambar 4.5 Menunjukkan rugi – rugi daya semu paling besar pada

saat LWBP terjadi di Gardu ST002 yaitu 2.398 KVA dan rugi – rugi daya

semu paling besar pada saat WBP terjadi di Gardu ST002 yaitu

3.924 KVA. Ini disebabkan karena semakin besar arus beban dan jatuh

tegangan semakin besar pula rugi – rugi daya semu. Sedangkan untuk nilai

rugi – rugi daya semu terkecil pada saat LWBP terjadi di Gardu STN011

yaitu 0.030 KVA dan rugi – rugi daya semu terkecil pada saat WBP terjadi

di Gardu STN011 yaitu 0.266 KVA, hal ini disebabkan karena jatuh

tegangannya kecil.

Perbandingan rugi-rugi daya semu pada saat LWBP dan pada saat

WBP terlihat bahwa rugi-rugi daya semu pada saat WBP lebih besar dari

pada rugi-rugi daya semu LWBP.

49
Daya Nyata
25

19.718
20

15

10
5.462
5 3.12
2.038 1.317
1.151
0.026 0.224
0
1 2 3 4

ΔP (W) LWBP ΔP (W) WBP

*Berdasarkan data dari PT. PLN (PERSERO) Rayon Sentani

Gambar 4.6. Grafik Rugi – rugi Daya Nyata Setiap Gardu Penyulang

Jeruk

Gambar 4.6 menunjukkan rugi – rugi daya nyata paling besar pada

saat LWBP terjadi di Gardu ST001 yaitu 19.718 W dan rugi – rugi daya

nyata paling besar pada saat WBP terjadi di Gardu ST002 yaitu

5.462 W. Ini disebabkan karena semakin besar arus beban dan jatuh

tegangan semakin besar pula rugi – rugi daya nyata. Sedangkan untuk nilai

rugi – rugi daya nyata terkecil pada saat LWBP terjadi di Gardu STN011

yaitu 0.026 W dan rugi – rugi daya nyata terkecil pada saat WBP terjadi di

Gardu STN011 yaitu 2.224 W, hal ini disebabkan karena jatuh tegangannya

kecil. Perbandingan rugi-rugi daya nyata pada saat LWBP dan pada saat

WBP terlihat bahwa rugi-rugi daya nyata pada saat LWBP lebih besar dari

pada rugi-rugi daya nyata WBP.

50
4.2.5. Perhitungan Rugi-rugi Daya (P Losses)

Untuk perhitungan rugi-rugi daya (P losses) jenis penghantar yang

digunakan adalah AAAC 150mm2 dengan R= 0.234 Ω.

Dengan menggunakan persamaan (2.20) rugi-rugi daya dapat di

hitung sebagai berikut :

 Gardu ST001 pada saat LWBP

Plosses = 3 × 𝐼 2 × R × L

= 3 x 0.122 x 0.234 x 0.09

= 9.097 watt

 Gardu ST001 pada saat WBP

Plosses = 3 × 𝐼 2 × R × L

= 3 x 0.292 x 0.234 x 0.09

= 5.313 watt

Maka untuk Rugi-Rugi Daya (P losses) pada gardu ST001 pada saat

LWBP adalah 9.097 Watt dan untuk WBP adalah 5.313 Watt, sedangkan

untuk gardu distribusi penyulang jeruk lainnya dapat dilihat pada tabel 4.7

berikut :

51
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rugi-Rugi Daya (P losses) Penyulang Jeruk

Rugi-Rugi Daya
No.
No. (P losses)
Gardu
LWBP WBP

1 ST001 9.097 5.313

2 ST002 9.428 0.025

3 STN011 0.038 1.408

4 STN012 1.931 4.573

Total 20.494 11.319

Dari hasil perhitungan Rugi-Rugi Daya (P losses) pada Penyulang

Jeruk berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon Sentani (tabel 4.7),

diperoleh total nilai Rugi-Rugi Daya (P losses ) menggunakan rumus, hasil

yang di dapat pada saat LWBP yaitu 20.494 Watt dan total nilai Rugi-Rugi

Daya (P losses) pada saat WBP yaitu 11.319 Watt.

52
Rugi-Rugi Daya
10 9.097 9.428
9
8
7
6 5.313
5 4.573
4
3
1.931
2 1.408
1 0.025 0.038
0
1 2 3 4

Rugi-Rugi Daya (P losses) LWBP Rugi-Rugi Daya (P losses) WBP

Gambar 4.7. Grafik Rugi-rugi Daya (P losses) Setiap Gardu pada

Penyulang Jeruk berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Rayon

Sentani

Gambar 4.7 menunjukkan rugi - rugi (P losses) paling besar pada saat

LWBP terjadi di Gardu ST002 yaitu 9.428 W dan rugi – rugi daya (P losses)

paling besar pada saat WBP terjadi di Gardu ST001 yaitu

5.313 W. Ini disebabkan karena semakin besar arus beban maka semakin

besar pula rugi – rugi daya (P losses). Sedangkan untuk nilai rugi – rugi

daya (P losses) terkecil pada saat LWBP terjadi di Gardu STN011 yaitu

0.038 W dan rugi - rugi daya (P losses) terkecil pada saat WBP terjadi di

Gardu ST002 yaitu 0.025 W, hal ini disebabkan karena arus beban sangat

kecil.

53
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian yang terkait dengan perhitungan

dan analisa pada bab IV, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

yaitu :

1. Arus beban paling besar terjadi di Gardu STN012, pada saat LWBP

1.54 Ampere dan pada saat WBP 2.37 Ampere. Sedangkan arus beban

terkecil terjadi di Gardu STN002, pada saat LWBP 0.11 Ampere dan

pada saat WBP 0.18 Ampere.

2. Jatuh tegangan paling besar terjadi di Gardu ST001 pada saat LWBP

1.9332 Volt dan di Gardu ST001 pada saat WBP 4.6719 Volt.

Sedangkan untuk nilai jatuh tegangan terkecil terjadi di ST002, pada

saat LWBP 0.0218 Volt dan pada saat WBP 0.0357 Volt.

3. Rugi – rugi daya semu paling besar terjadi di Gardu ST002, pada saat

LWBP 2.398 kVA dan di Gardu ST002 pada saat WBP 6.426 kVA.

Sedangkan untuk nilai rugi – rugi daya semu terkecil terjadi di

STN011, pada saat LWBP 0.030 kVA dan pada saat WBP

0.264 kVA

4. Rugi – rugi daya nyata paling besar terjadi di Gardu ST001, pada saat

LWBP 19.718 W dan di Gardu ST001 pada saat WBP 5.313 W.

Sedangkan untuk nilai rugi – rugi daya nyata terkecil terjadi di Gardu

54
STN011, pada saat LWBP 0.038 W dan di gardu ST002 pada saat

WBP 0.025 W

5. Rugi-rugi Daya (P losses) paling besar terjadi di gardu ST002, pada

saat LWBP 9.428 Watt dan di gardu STN007 pada saat WBP 7.462

Watt. Sedangkan untuk Rugi-rugi Daya (P losses) paling kecil terjadi

di gardu STN001 pada saat LWBP 0.028 Watt dan pada saat WBP

0.069 Watt.

6. Besar kecil arus beban dipengaruhi oleh besar beban, besar kecil jatuh

tegangan dipengaruhi oleh panjang saluran serta besar kecil rugi-rugi

daya dipengaruhi oleh besar kecil arus beban dan jatuh tegangan

5.2. Saran

Untuk mengurangi nilai rugi-rugi daya dan jatuh tegangan maka

penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Perlu di perhatikan jarak antara gardu, karena semakin jauh jarak

antara gardu semakin besar jatuh tegangan. Semakin besar jatuh

tegangan maka semakin besar rugi-rugi daya.

2. Perlunya pergantian terhadap peralatan sistem distribusi yang telah

lama atau yang sudah tidak berfungsi dengan baik.

3. Mengadakan pemeliharaan yang sesuai dengan jadwal untuk melihat

kondisi peralatan agar jalannya distribusi tetap baik sesuai dengan

yang diinginkan.

55

Anda mungkin juga menyukai