PEMBANGKIT AC
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistem kelistrikan adalah
kondisi dari konstruksi pada jaringan distribusi tenaga listrik yang meliputi
Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) dan Sambungan Tenaga Lisrik (Rumah/Pelayanan). Dalam
pelaksanaan konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, sebagian unit
pelaksana Jaringan Tenaga Listrik yang disusun sendiri-sendiri, hal ini
mengakibatkan timbulnya beberapa standar yang berbeda dibeberapa tempat
dikarenakan perbedaan sistem dan konsultan serta pelaksana kontruksi tersebut
terdapat keberagaman baik dalam criteria desain maupun model/struktur
konstruksinya yang disesuaikan dengan kondisi sistim kelistrikan setempat, selain
itu secara teknis ada yang tidak lengkap, tidak konsisten dalam penerapannya dan
belum seluruhnya disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan
pelayanan.
Pada pendistribusian tenaga listrik kepengguna tenaga listrik di suatukawasan,
penggunaan system Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya
utama menghindarkanrugirugi penyaluran (losses) dengan kwalita spersyaratan
tegangan yang harus dipenuhi
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi
yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi
criteria enjinering keamanan ketenaga listrikan, termasuk didalamnya adalah jarak
aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila
jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika
menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah
Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan
Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini
dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.
Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik
terutama adalah ditinjau dari hal-hal berikut ini:
1. Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik
karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan.
Biasanya,kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban
yangdianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki mengalamipemadaman,
misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan komunikasi,rumah sakit, dll.
2. Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:
a. kapasitas daya yang memenuhi.
b. tegangan yang selalu konstan dan nominal.
c. frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).
Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan
yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali.
3. Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani seimbang.Khususnya
untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbanganBagaimana pengaruh
pembebanan yang tidak simetris pada suatusistem distribusi, akan
dibicarakan lebih lanjut dalam bagian lain.
4. Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah beban. Perencanaan
sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak padakebutuhan beban
sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara telitimengenai pengembangan
beban yang harus dilayani, bukan saja dalamhal penambahah kapasitas
dayanya, tetapi juga dalam hal perluasandaerah beban yang harus dilayani.
5. Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan pertimbangandalam
perencanaan untuk menentukan tipetipe atau macam system distribusi mana
yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan, misalnyatentang konduktornya,
konfigurasinya, tata letaknya, dsb. Termasukpertimbangan segi estetika
(keindahan) nya.
6. Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untungrugi
ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersiil maupun dalamrangka
penghematan anggaran yang tersedia.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik
adalah pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan),
dan merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung
melalui jaringan distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Heri Suhardi, Bambang , Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid I, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Depdiknas, 2008
[2] http://nabilazisputri.blogspot.com/2015/05/pembangkitan-tegangan-tinggi-
ac-dan-dc.html