Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN III

TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

PERTEMUAN III

SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

DEFENISI DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah;

1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan

2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena
catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV
sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I2 .R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu
induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan
oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380Volt.

Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan


ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini
(HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down.
Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

Gambar Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Untuk kemudahan dan


penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar 3-
2:

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)

Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem


Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut
beberapa cara, bergantung dari segi apa kelasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup
Jaringan Distribusi adalah:

a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan per-
lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.

b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.

c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel,
pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.

d. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM.
Yang membedakan hanya dimensinya.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Gambar Pembagian/pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik

Bagian – bagian jaringan distribusi

Untuk jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari dua bagian yang paling utama, yaitu sebagai
berikut :

a. Jaringan distribusi primer


Jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu
induk sub transmisi ke gardu distribusi. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi
tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan
diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala
korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon. Sistem
konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan
konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa
persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas
pelayanan sesuai jenis konsumen.

Gambar 6 Jaringan distribusi primer 20 kV


b. Jaringan distribusi sekunder

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Jaringan ini menggunakan tegangan rendah. Sebagaimana halnya dengan ditribusi primer,
terdapat pula pertimbangan perihal keadaan pelayanan dan regulasi tegangan, distribusi sekunder
yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke konsumen.
Jaringan ini sering jaringan tegangan rendah. (Abdul Kadir, 2006)

Gambar 8. Jaringan distribusi sekunder 220 V


Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan,
dan pelayanan tenaga listrik ke konsumen, maka diperlukan persyaratan sistem distribusi tenaga
listrik yang memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan sosial sehingga dapat memenuhi
standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik tersebut. Adapun syarat-syarat sistem
distribusi tenaga listrik tersebut adalah :
1. Faktor Keterandalan Sistem
a. Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin selama 24 jam terus-
menerus.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

1). Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit yang tidak
dibebani secara penuh dan dioperasikan sinkron dengan pembangkitlain guna menanggulangi
kekurangan daya listrik.
2). Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat pembangkit tenaga termis
dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang setiap
saat mampu untuk menggerakkannya.
3). Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tidak
dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga pemadaman tidak
perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alatalat pengaman dan alat pemutus tegangan (air break
switch) pada setiap wilayah beban.
c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerjadengan baik dan cepat.
2. Faktor Kualitas Sistem
a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi persyaratan minimal untuk
setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage
regulator) yang bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen
stabil.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari tegangan nominal sistem untuk
setiap wilayah beban. (Lihat IEC Publication 38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang
terlalu padat diberikan beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan.
c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan tegangan lebih (over
voltage) dalam waktu singkat.
3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus terjamin dengan baik.
Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan rambu-rambu pengaman dan peringatan
agar penduduk dapat mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami
gangguan perlu dipasang alat pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat
dan terpadu.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya memiliki kualitas yang
baik dan dapat meredam secara cepat bila terjadi gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu
diperlukan jadwal pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal dengan baik dan
berkesinambungan.
4. Faktor Pemeliharaan Sistem
a. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-bungan sesuai dengan
perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar kualitas sistem tetap terjaga dengan baik.
b. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan jenis/ spesifikasi material
yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas sistem yang lebih baik dan murah.

5. Faktor Perencanaan

Sistem Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal mungkin, untuk


perkembangan dikemudian hari. Persyaratan sistem distribusi seperti diatas hanya bisa dipenuhi
bila tersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga sistem bisa dilengkapi dengan
peralatan-peralatan yang mempunyai kualits tinggi. Selain pemeliharaan sistem yang
berkesinambungan sesuai jadwal yang ditentukan, seringkali berakibat fatal pada sistem jaringan
justru karena kelalaian dalam cara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping peren-canaan awal
yang kurang memenuhi syarat. Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk
sistem distribusi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang diperlukan untuk sistem
tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan bagian yang paling banyak mengalami
gangguan-gangguan sehingga bisa mengganggu kontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.

Sistem ini biasanya disebut system tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sebagai berikut:
- Panel Hubung Bagi (PHB) pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
Untuk distribusi sekunder terdapat bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures
Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan system distribusi DC, factor utama yang perlu
diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal,
sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya,
saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang
pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu
sistem diatas sesuai dengan standar yang ada.

Gambar 2.2 Bagian – bagian jaringan distribusi

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Dalam melakukan distribusi tenaga listrik diperlukan beberapa komponen-komponen


utama yang menunjang distribusi tenaga listrik, yaitu: 1). Gardu Induk (GI), (2). Gardu Hubung
(GH) (3), . Gardu Distribusi (GD) (4),. Jaringan Distribusi Primer (5). Jaringan Distribusi
Sekunder.

1.2 Klasifikasi menurut nilai tegangan

Menurut nilai tegangannya, sistem distribusi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Sistem distribusi tegangan menengah / primer


Sistem distribusi primer terletak di antara gardu induk dengan gardu pembagi. Sistem ini
memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Standar tegangan
untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN).
Sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 2,4
kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV. Saluran distribusi tegangan menengah terbagi menjadi Bagian yaitu
saluran utama dan saluran cabang. Saluran utama biasa disebut sebagai penyulang utama
merupakan bagian dari jaringan distribusi tegangan menengah dengan luas penampang terbesar.
Sedangkan saluran cabang merupakan percabangan dari penyulang utama. Saluran cabang
memiliki luas penampang saluran yang lebih kecil dari saluran utama.
2. Sistem distribusi tegangan rendah / sekunder
Sistem distribusi sekunder berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu pembagi
(gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik). Standar tegangan untuk
jaringan ditribusi sekunder adalah 127/220 V untuk sistem lama, 220/380 V untuk sistem baru,
dan 440/550 V untuk keperluan industri.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

1.3 Klasifikasi menurut jenis konstruksi


Menurut jenis konstruksinya, sistem distribusi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Konstruksi atas tanah / saluran udara (overhead line) Saluran udara atau overhead line adalah
sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar yang ditopang pada tiang listrik.
Saluran udara dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Saluran kawat udara, Apabila konduktor saluran udara telanjang atau tanpa isolasi pembungkus
maka disebut dengan saluran kawat udara.
b. Saluran kabel udara, Apabila konduktor saluran udara terbungkus isolasi maka disebut dengan
saluran kawat udara.
Penggunaan saluran udara mempunyai beberapa keuntungan, meliputi lebih mudah dalam
pemasangan, dapat digunakan untuk penyaluran tenaga listrik di atas 66 kV, lebih fleksibel dan
leluasa apabila akan diadakan perluasan beban, serta mudah dalam proses pengatasian dan
pendeteksian bila terjadi gangguan hubung singkat. Namun di sisi lain, saluran udara mempunyai
beberapa kekurangan meliputi mudah terpengaruh oleh kondisi atmosfer maupun kemungkinan
tertimpa pohon, sukar untuk menempatkan saluran udara di wilayah yang penuh dengan
bangunan tinggi, tegangan drop lebih tinggi akibat efek kulit, induktansi dan kapasitansi, serta
biaya pemeliharaan lebih mahal karena perlu jadwal pengecatan dan penggantian material listrik
bila terjadi kerusakan.
2. Konstruksi bawah tanah / saluran bawah tanah (underground line) Saluran bawah tanah adalah
sistem penyaluran tenaga listrik menggunakan kabel tanah (ground cable) yang dipasang di
dalam tanah. Saluran bawah tanah mempunyai beberapa keuntungan seperti tidak terpengaruh
oleh kondisi atmosfer maupun kemungkinan tertimpa pohon, tidak mengganggu pandangan,
lebih sempurna dan lebih indah dipandang, mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari
saluran udara, tegangan drop lebih rendah dibandingkan saluran udara karena masalah induktansi
bisa diabaikan, serta biaya pemeliharaan lebih murah karena tidak perlu adanya pengecatan.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan saluran bawah tanah meliputi biaya investasi
pembangunan lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara, usaha pencarian titik gangguan
tidak mudah jika terjadi gangguan hubung singkat, perlu pertimbangan-pertimbangan teknis

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

yang lebih mendalam di dalam perencanaan, serta dapat terpengaruh bila terjadi bencana banjir,
desakan akar pohon, dan ketidakstabilan tanah.

1.4 Klasifikasi menurut susunan rangkaian


Menurut susunan rangkaiannya, sistem distribusi dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu:
1. Jaringan distribusi radial Bentuk jaringan distribusi radial seperti yang terlihat pada Gambar
dibawah merupakan bentuk dasar yang paling sederhana dan paling banyak digunakan.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani. Catu daya berasal dari
satu titik sumber. Arus beban yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak sama besar karena
terdapat pencabangan-pencabangan ke titik-titik beban pada saluran.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Gambar Jaringan distribusi tipe radial


Oleh karena kerapatan arus beban yang tidak sama besar pada setiap titik sepanjang saluran
maka ukuran luas penampang konduktor yang digunakan pada jaringan bentuk radial tidak harus
sama. Saluran utama (dekat sumber) yang menanggung arus beban besar membutuhkan
konduktor yang ukuran penampangnya relatif besar. Sedangkan saluran cabang yang dilalui arus
beban yang lebih kecil hanya membutuhkan konduktor yang ukurannya lebih kecil. Kelebihan
jaringan bentuk radial selain bentuknya yang sederhana juga biaya investasi yang relatif murah.
Sedangkan kelemahan dari jaringan bentuk radial adalah kualitas pelayanan daya relatif jelek
karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar. Kontinyuitas
pelayanan daya pun tidak terjamin, dikarenakan antara titik sumber dan titik beban hanya
terdapat satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka seluruh
rangkaian sesudah titik gangguan akan mengalami “black out” secara total.
2. Jaringan distribusi ring (loop) Jaringan distribusi ring atau loop merupakan jaringan distribusi
bentuk tertutup. Pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal lebih dari satu sumber.
Susunan rangkaian penyulang membentuk ring sehingga memungkinkan titik beban dilayani dari
dua arah penyulang. Dengan begitu kontinyuitas pelayanan menjadi lebih terjamin. Kualitas
dayanya pun menjadi lebih baik karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih
kecil. Adapun bentuk jaringan distribusi seperti terlihat dalam Gambar dibawah

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Gambar Jaringan distribusi tipe loop

Terdapat 2 macam bentuk jaringan distribusi loop, yaitu:

a. Bentuk open loop


Suatu jaringan distribusi dikatakan berbentuk open loop jika diperlengkapi dengan normally-
open switch sehingga dalam keadaan normal rangkaian selalu terbuka.
b. Bentuk close loop
Suatu jaringan distribusi dikatakan berbentuk close loop jika diperlengkapi dengan normally-
close switch sehingga dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup. Dengan bentuk jaringan
distribusi loop maka kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya menjadi lebih baik, namun biaya

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

investasi menjadi lebih mahal karena membutuhkan pemutus beban yang lebih banyak. Bila
dilengkapi dengan pemutus beban yang otomatis maka pengamanan dapat berlangsung cepat dan
praktis, sehingga daerah gangguan dapat segera beroperasi kembali bila gangguan telah teratasi.
Dengan cara ini berarti dapat mengurangi tenaga operator. Bentuk ini cocok untuk digunakan
pada daerah beban yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.

3. Jaringan distribusi jala (jaring-jaring)


Jaringan distribusi jala atau jaring-jaring merupakan gabungan dari beberapa saluran, dimana
terdapat lebih satu sumber sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Bentuk jaringan distribusi
jala seperti terlihat pada Gambar dibawah ini adalah kombinasi antara bentuk radial dan loop.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

Gambar Jaringan distribusi tipe jala

Dengan bentuk jaringan jala seperti Gambar 2.3, titik beban memiliki lebih banyak alternatif
saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu maka dapat segera digantikan
oleh penyulang yang lain. Oleh karena itu kontinyuitas penyaluran daya pada jaringan jala paling
terjamin dibanding bentuk lain. Selain itu kelebihan lain bentuk jaringan jala yaitu mempunyai
kualitas tegangan yang baik, rugi daya saluran amat kecil, dan paling flexible dalam mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan beban dibanding dengan bentuk lain. Namun di sisi lain bentuk
jaringan jala memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti dan rumit, memerlukan biaya
investasi yang besar (mahal), serta memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasiannya.
Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan yang ada, bentuk jala ini hanya layak
untuk melayani daerah beban yang benar-benar memerlukan tingkat keandalan dan kontinyuitas
yang tinggi, antara lain: instalasi militer, pusat sarana komunikasi dan perhubungan, rumah sakit,
dan sebagainya. Oleh karena bentuk jaringan jala menghubungkan beberapa sumber sehingga
disebut juga sebagai jaringan interkoneksi.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

4. Jaringan distribusi spindle


Di samping bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah disebutkan sebelumnya, telah
dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi yang bertujuan meningkatkan keandalan dan
kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang paling terkenal adalah bentuk spindle. Bentuk
jaringan spindle biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban, seperti terlihat pada Gambar dibawah

Gambar Jaringan distribusi tipe spindle

Dari Gambar terlihat ada 6 penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban yang dinamakan
working feeder atau saluran kerja, dan satu saluran yang dioperasikan tanpa beban yang
dinamakan express feeder. Express feeder berfungsi sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan
pada salah satu working feeder. Selain itu express feeder juga dapat memperkecil terjadinya drop
tegangan pada sistem distribusi saat kondisi operasi normal.

Keuntungan pola jaringan ini adalah : Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola
radial. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG
PERTEMUAN III
TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

a. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
b. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
c. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.

CATRA INDRA CAHYADI


POLTEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG

Anda mungkin juga menyukai