PERTEMUAN III
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah;
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena
catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV
sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I2 .R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu
induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan
oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380Volt.
dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down.
Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan per-
lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel,
pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM.
Yang membedakan hanya dimensinya.
Untuk jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari dua bagian yang paling utama, yaitu sebagai
berikut :
Jaringan ini menggunakan tegangan rendah. Sebagaimana halnya dengan ditribusi primer,
terdapat pula pertimbangan perihal keadaan pelayanan dan regulasi tegangan, distribusi sekunder
yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke konsumen.
Jaringan ini sering jaringan tegangan rendah. (Abdul Kadir, 2006)
1). Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit yang tidak
dibebani secara penuh dan dioperasikan sinkron dengan pembangkitlain guna menanggulangi
kekurangan daya listrik.
2). Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat pembangkit tenaga termis
dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang setiap
saat mampu untuk menggerakkannya.
3). Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tidak
dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga pemadaman tidak
perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alatalat pengaman dan alat pemutus tegangan (air break
switch) pada setiap wilayah beban.
c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerjadengan baik dan cepat.
2. Faktor Kualitas Sistem
a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi persyaratan minimal untuk
setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage
regulator) yang bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen
stabil.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari tegangan nominal sistem untuk
setiap wilayah beban. (Lihat IEC Publication 38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang
terlalu padat diberikan beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan.
c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan tegangan lebih (over
voltage) dalam waktu singkat.
3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus terjamin dengan baik.
Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan rambu-rambu pengaman dan peringatan
agar penduduk dapat mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami
gangguan perlu dipasang alat pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat
dan terpadu.
b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya memiliki kualitas yang
baik dan dapat meredam secara cepat bila terjadi gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu
diperlukan jadwal pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal dengan baik dan
berkesinambungan.
4. Faktor Pemeliharaan Sistem
a. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-bungan sesuai dengan
perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar kualitas sistem tetap terjaga dengan baik.
b. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan jenis/ spesifikasi material
yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas sistem yang lebih baik dan murah.
5. Faktor Perencanaan
Sistem ini biasanya disebut system tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sebagai berikut:
- Panel Hubung Bagi (PHB) pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
Untuk distribusi sekunder terdapat bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder
menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures
Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan system distribusi DC, factor utama yang perlu
diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal,
sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya,
saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang
pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu
sistem diatas sesuai dengan standar yang ada.
Menurut nilai tegangannya, sistem distribusi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
yang lebih mendalam di dalam perencanaan, serta dapat terpengaruh bila terjadi bencana banjir,
desakan akar pohon, dan ketidakstabilan tanah.
investasi menjadi lebih mahal karena membutuhkan pemutus beban yang lebih banyak. Bila
dilengkapi dengan pemutus beban yang otomatis maka pengamanan dapat berlangsung cepat dan
praktis, sehingga daerah gangguan dapat segera beroperasi kembali bila gangguan telah teratasi.
Dengan cara ini berarti dapat mengurangi tenaga operator. Bentuk ini cocok untuk digunakan
pada daerah beban yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.
Dengan bentuk jaringan jala seperti Gambar 2.3, titik beban memiliki lebih banyak alternatif
saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu maka dapat segera digantikan
oleh penyulang yang lain. Oleh karena itu kontinyuitas penyaluran daya pada jaringan jala paling
terjamin dibanding bentuk lain. Selain itu kelebihan lain bentuk jaringan jala yaitu mempunyai
kualitas tegangan yang baik, rugi daya saluran amat kecil, dan paling flexible dalam mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan beban dibanding dengan bentuk lain. Namun di sisi lain bentuk
jaringan jala memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti dan rumit, memerlukan biaya
investasi yang besar (mahal), serta memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasiannya.
Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan yang ada, bentuk jala ini hanya layak
untuk melayani daerah beban yang benar-benar memerlukan tingkat keandalan dan kontinyuitas
yang tinggi, antara lain: instalasi militer, pusat sarana komunikasi dan perhubungan, rumah sakit,
dan sebagainya. Oleh karena bentuk jaringan jala menghubungkan beberapa sumber sehingga
disebut juga sebagai jaringan interkoneksi.
Dari Gambar terlihat ada 6 penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban yang dinamakan
working feeder atau saluran kerja, dan satu saluran yang dioperasikan tanpa beban yang
dinamakan express feeder. Express feeder berfungsi sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan
pada salah satu working feeder. Selain itu express feeder juga dapat memperkecil terjadinya drop
tegangan pada sistem distribusi saat kondisi operasi normal.
Keuntungan pola jaringan ini adalah : Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola
radial. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
a. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
b. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
c. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.