Anda di halaman 1dari 57

PENYALURAN TENAGA LISTRIK

Mata Kuliah : INSTALASI ELEKTRIK


INSTALASI TENAGA LISTRIK

adalah pemasangan/instalasi komponen-komponen


dan peralatan listrik guna menyalurkan dan
pembagian tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
listrik.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah;
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke
beberapa tempat (pelanggan), dan

2) merupakan sub sistem tenaga listrik


yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena
catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
• Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga
listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting
untuk dipelajari.
• Proses penyaluran tenaga listrik ini, melalui beberapa
tahap, yaitu : Pembangkit, Transmisi, Distribusi.
• Dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik,
disalurkan ke jaringan transmisi (SUTT) langsung ke
gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan
ke jaringan distribusi primer (SUTM/SKTM), dan
melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi
sekuder (SUTR/SKTR), tenaga listrik dialirkan ke
konsumen.
Gambar penyaluran tenaga listrik yang dihasilkan dan
dikirimkan ke konsumen
1. Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari
satu atau lebih unit pembangkit yang akan
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik
dan harus mampu menghasilkan daya listrik yang cukup
sesuai kebutuhan konsumen.

2. Sistem transmisi berfungsi mentransfer energi listrik


dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan
jarak yang jauh ke sistem distribusi, sedangkan sistem
distribusi berfungsi untuk menghantarkan energi listrik
ke konsumen, seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
3. Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik

1. Sistem Pendistribusian Langsung

Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem


penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara langsung
dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui
jaringan transmisi terlebih dahulu.
Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-
pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban
atau dipinggiran kota.
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung

Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem


penyaluran tenaga listrik yang dilakukan jika Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban,
sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan
jaringan transmisi sebagai jaringan perantara sebelum
dihubungkan dengan jaringan distribusi yang langsung
menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
Perbedaan Jaringan Distribusi Dengan Jaringan
Transmisi

Untuk membedakan antara jaringan transmisi dan jaringan


distribusi dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang
dipandang dari berbagai segi sudut pandang.
Perbedaan Antara Jaringan Distribusi dengan Jaringan Transmisi

NO SEGI DISTRIBUSI TRANSMISI


1 Letak Lokasi Jaringan Dalam kota Luar kota
2 Tegangan Sistem < 30 kV > 30 kV
3 Bentuk Jaringan Radial, Loop, Paralel
Interkoneksi Radial dan
Loop
4 Sistem Penyaluran Saluran Udara dan
Saluran Bawah Tanah Saluran Udara
& Bawah Laut
5 Konstruksi Jaringan Lebih rumit
dan beragam Lebih sederhana
6 Analisis Jaringan Lebih kompleks Lebih sederhana
7 Komponen Rangkaian
Yang Diperhitungkan Komponen R dan L Komponen R, L, & C
NO. SEGI DISTRIBUSI TRANSMISI

8 Penyangga Jaringan Tiang Jaringan Menara Jaringan


9 Tinggi PenyanggaJaringan Kurang dari 20 m 30 - 200 m
10 Kawat Penghantar BCC, AAC,
& AAAC ACSR

11 Kawat Tarikan Dengan kawat tarikan Tanpa kawat


tarikan
12 Isolator Jaringan Jenis pasak (pin)
Jenis post (batang)
Jenis gantung
Jenis cincin Jenis gantung
13 Besarnya Andongan 0-1m 2-5m
NO. SEGI DISTRIBUSI TRANSMISI
14 Fungsinya Menyalurkan daya ke
konsumen Menyalurkan daya
ke GarduInduk
15 Bahan penyangga Baja, besi, kayu Baja
16 Jarak antar tiang 40 – 100 m 150 – 350 m
Struktur Jaringan Distribusi

Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian,


yaitu :

1. Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik

Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik


dilakukan secara langsung, maka bagian pertama dari
sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
terletak di pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat
Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD).
Diagram satu garis sistem penyaluran Tenaga Listrik
2. Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran


tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke
konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Jaringan distribusi primer memiliki tegangan sistem
sebesar 20 kV.
Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak
diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan
terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu
frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.
3. Gardu Pembagi/Gardu Distribusi

Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan


distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang
digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan
distribusi skunder.
Kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu
Pembagi ini tergantung pada jumlah beban yang
akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa
berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa
transformator tiga fasa.
4. Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi


tegangan rendah (JTR) merupakan jaringan tenaga listrik
yang langsung berhubungan dengan konsumen.
Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi
sekunder ini 130/230 V untuk sistem lama, atau 220/380 V
untuk sistem baru..
Persyaratan Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan, dan


pelayanan tenaga listrik ke konsumen, maka diperlukan
persyaratan sistem distribusi tenaga listrik. Adapun
syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut
adalah :

1. Faktor Keandalan Sistem


a. Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen
harus terjamin selama 24 jam terus-menerus.
b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan
diisolir sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk
itu diperlukan alat alat pengaman dan alat pemutus
tegangan pada setiap wilayah beban.

c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap


dapat bekerjadengan baik dan cepat.
2. Faktor Kualitas Sistem

a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban


harus memenuhi persyaratan minimal untuk setiap
kondisi dan sifat-sifat beban.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga
10 % dari tegangan nominal sistem untuk setiap
wilayah beban. (Lihat IEC Publication 38/1967).
c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan
dapat menahan tegangan lebih (over voltage) dalam
waktu singkat.
3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga
listrik harus terjamin dengan baik.
b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang
dipakai hendaknya memiliki kualitas yang baik dan
dapat meredam secara cepat bila terjadi gangguan pada
sistem jaringan.
4. Faktor Pemeliharaan Sistem
Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara
berkesinam-bungan sesuai dengan perencanaan awal yang
telah ditetapkan, agar kualitas sistem tetap terjaga dengan
baik.

5. Faktor Perencanaan Sistem


Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang
semaksimal mungkin, untuk perkembangan dikemudian
hari.
Pembagian Jaringan Distribusi di Indonesia
Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu :

1. Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya
listrik yang bertegangan menengah (20 KV).
Jaringan distribusi primer tersebut merupakan
jaringan penyulang (feeder)
Jaringan ini berawal dari sisi skunder trafo daya
yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi
primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-
tiang saluran.
2. Distribusi Sekunder
Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang
termasuk dalam kategori tegangan rendah (sistem
380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan
peralatan yang dilayani.
Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi skunder
trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur
(meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi
sekunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui
kawat berisolasi.
Peralatan Sistem Distribusi

Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan-


peralatan proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik
berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan
utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:

1. Tiang
Berfungsi Untuk meletakkan penghantar serta
perlengkapan system seperti transformator, Fuse,
isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang dibagi
menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai
dengan fungsinya
2. Penghantar
Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada
gardu induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang
digunakan pada sistem distribusi . Begitu juga dengan
beberapa kawat jaringan bawah tanah.

3. Kapasitor
Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system
penyaluran.
4. PMT
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara
keseluruhan pada tiap out put. Pemutusan dapat terjadi
karena adanya gangguan sehingga secara otomatis
PMT akan membuka ataupun secara manual
diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.

5. Tansformator
Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga
sesuai dengan tegangan kerja yang diinginkan

6. Isolator
Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari
penghantar ke tiang maupun ke penghantar lainnya.
.
7. Transformator Distribusi
Transformator adalah komponen elektro yang berkerja
untuk menurunkan tegangan dengan perinsip kerja
gandengan elektromagnetik.
Dalam sistem distribusi tenaga listrik transformator
Transformator Step Down ( 150 KV menjadi 20 KV )
dan ( 20 KV menjadi 380 / 220 Volt )
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan
maka dalam sistem tenaga listrik terdapat dua macam
jenis belitan antara lain:
1. Belitan Bintang
2. Belitan delta
8. Arester
Arrester adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau
peralatam listrik terhadap tegangan lebih yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient
yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan
rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan arus
denyut (Surge Current) ketanah serta membatasi
berlangsungnya arus ikutan (Follow Current) serta
mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula
tanpa mengganggu sistem.
Arester
9. Recloser (Pemutus Balik Otomatis)
Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah
terjaminnya penyaluran tenaga listrik, artinya bila terjadi
gangguan (misalnya gangguan pada sistem distribusi
yang sering terjadi) kalau mungkin tidak menimbulkan
pemutusan daya, ataupun bila terpaksa, pemutusan
tersebut diusahakan sesingkat mungkin. Peralatan yang
bertugas untuk memberikan perintah memutus /
menghubungkan daya secara otomatis adalah Pemutus
Balik Otomatis(PBO) atau Recloser.
Klasifikasi Recloser Recloser dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Menurut jumlah fasanya – Fasa tunggal – Fasa tiga
b. Menurut media peredam busur api – Media minyak
– Media hampa udara (vacum)
c. Menurut peralatan pengendalinya – Pengaturan
hidrolik – Pengaturan elektronik
10. Sectionalizer
Sectionalizer atau yang disebut juga saklar seksi
otomatis (SSO) adalah sebuah alat pemutus beban yg
secara otomatis dapat melokalisasi gangguan pada seksi
yang terganggu, sehingga sistem yang tidak mengalami
gangguan tetap mendapat energi listrik.
Saklar seksi otomatis (SSO) bekerja sendiri untuk
membuka rangkaian setelah perhitungan operasi
pemutusan dari peralatan-peralatan disisi sumbernya,
dan pembukaannya dilakukan pada saat peralatan disisi
sumber sedang dalam posisi terbuka.
Dalam pemasangannya dapat diperlihatkan pada bagan
dibawah ini:
Sectionalizer bentuk kotak
11. Saklar Pemisah (PMS)
Saklar pemisah peralatan ini berfungsi untuk
mengisolasikan atau melindungi peralatan listrik dari
peralatan-peralatan lainnya pada suatu instalasi bertegangan
tinggi. Saklar pemisah ini harus dioperasikan saat kondisi
tanpa beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu
pelepasan sedang tidak ada arus yang mengalir pada
peralatan.
Prinsip Kerja Pemisah (PMS)
Pada dasarnya prinsip PMS ini sama dengan prinsip saklar
biasa. Pada dasarnya PMS dipakai untuk membebaskan
PMT dari tegangan yang mengalir pada PMT tersebut.
Agar dapat dilakukan perawatan atau
perbaikan pada PMT tersebut,
12. Pelebur (fuse cut out)
Fuse cut out adalah suatu alat pemutus, dimana dengan
meleburnya bagian
dari komponen yang telah dirancang khusus dan dise
suaikan ukurannyauntuk membuka rangkaian dimana
pelebur tersebut dipasang dan
memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu ni
lai dalam waktu tertentu.
Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan
gangguan permanen, maka pelebur dirancang meleleh
pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan tertentu.
13. Isolator

Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar


bertegangan dengan tiang penopang/travers
dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :

Material dasar isolator dapat berupa


keramik atau gelas atau polimer
2.1 Isolator Tumpu

Pin- Insulator Pin-Post insulator Line-Post insulator

Jenis - jenis Isolator Tumpu


2.2 Isolator Tarik

Piringan Long-Rod

Jenis - jenis Isolator Tarik


Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyambung kawat penghantar.

Connector

Anda mungkin juga menyukai