Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Perencanaan dan Membuat Suatu Usaha Menggunakan Analisis SWOT”

Disusun Oleh :
Gilbert Sarda Sinaga (5213530021)

Dosen Pengampu : Muhammad Dani Solihin S.pd.,Mt


Mata Kuliah : Kewirausahaan

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah SISTEM DISTRIBUSI. Selain itu, makalah juga ini dibuat untuk
menambah wawasan dari penulis dan pembaca tentang inverter.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dengan membagikan pengetahuannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan oleh
penulis, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah SISTEM DISTRIBUSI,
Ibuk. Penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca

Medan,29 Februari 2024

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I KONSEP DASAR SISTEM TENAGA DISTRIBUSI LISTRIK................1
1.1 Pendahuluan.........................................................................................................1
1.2 Perbedaan Jaringan Distribusi Dengan Jaringan Transmisi................................3
1.3 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik................................................................5
1.3.1 Sistem Pendistribusian Langsung.................................................................5
1.3.2 Sistem Pendistribusian Tak Langsung.........................................................6
1.4 Struktur Jaringan Distribusi................................................................................6
1.4.1 Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik...................................7
1.4.2 Jaringan Distribusi Primer............................................................................7
1.4.3 Gardu Pembagi/Gardu Distribusi.................................................................8
1.4.4 Jaringan Distribusi Sekunder......................................................................10
1.5 Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik....................................................10
1.5.1 Faktor Keterandalan Sistem........................................................................11
1.5.2 Faktor Kualitas Sistem................................................................................12
1.5.3 Faktor Keselamatan Sistem dan Publik.....................................................12
1.5.4 Faktor Pemeliharaan Sistem.......................................................................13
1.5.5 Faktor Perencanaan Sistem............................................................................13
1.6 Perkembangan Sistem Distribusi dan Teknologinya di Berbagai Negara...13
BAB II KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................16
2.1 Kesimpulan........................................................................................................16
2.2 Saran..................................................................................................................17
DARTAR PUSTAKA................................................................................................19
BAB I
KONSEP DASAR SISTEM TENAGA DISTRIBUSI LISTRIK

1.1 Pendahuluan
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke
konsumen (beban), merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat
penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari
pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik, disalurankan ke jaringan
transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik
disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi
langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke
konsumen. Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi
membagikan tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan tegangan
rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran transmisi berfungsi untuk menyalurkan
tenaga listrik bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban dalam daya yang
besar (melalui jaringan distribusi).
Pada gambar 1 dibawah ini dapat dilihat, bahwa tenaga listrik yang
dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik, Gardu Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran Distribusi, dan
kemudian ke beban (konsumen tenaga listrik).
Gambar 1. Sistem pendistribusian tenaga listrik.

Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit
pembangkit yang akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik
dan harus mampu menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai kebutuhan
konsumen. Sistem transmisi berfungsi mentransfer energi listrik dari unit-unit
pembangkitan di berbagai lokasi dengan jarak yang jauh ke sistem distribusi,
sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan energi listrik ke
konsumen, seperti ditunjukkan pada gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Diagram Garis Sistem Tenaga Listrik

1.2 Perbedaan Jaringan Distribusi Dengan Jaringan Transmisi

Untuk membedakan antara jaringan transmisi dan jaringan distribusi


dapat dilihat pada tabel 1 yang dipandang dari berbagai segi sudut pandang.

Tabel 1.
Perbedaan Antara Jaringan Distribusi dengan Jaringan
Transmisi
No Dari Segi Distribusi Transmisi
1 Letak Lokasi Jaringan Dalam Kota Luar Kota
2 Tegangan Sistem < 30 kV 30 kV
Radial, Loop, Paralel
3 Bentuk Jaringan Radial dan Loop
Interkoneksi
Saluran Udara dan
Saluran Udara dan
4. Sistem Penyaluran Saluran Bawah
Saluran Bawah Laut
Tanah
5 Konstruksi Jaringan Lebih Rumit dan Lebih Sederhana
Beragam
Komponen Rangkaian Yang
7 Komponen R dan L Komponen R, L, C
Diperhitungkan
8 Penyangga Jaringan Tiang Jaringan Menara Jaringan
9 Tinggi Penyangga Jaringan < 20 m 30-200 m
BCC, SAC, AAC,
10 Kawat Pengghantar ACSR dan ACAR
dan AAAC
Dengan Kawat Tanpa Kawat
11 Kawat Tarikan
Tarikan Tarikan
Jenis Pasak (pin)
Jenis Post (batang)
12 Isolator Jaringan Jenis Gantung
Jenis Gantung
Jenis Cincin
13 Besarnya 0-1 m 2-5 m
Menyalurkan Daya Menyalurkan Daya
14 Fungsinya
ke Konsumen ke Gardu Induk
15 Bahan Penyangga Baja, Besi, Kayu Baja
16 Jarak Antar Tiang 40-100 m 150-350 m
(a) (b)
Gambar 3.
Perbedaan jaringan distribusi dan transmisi dari
segi penyangga jaringan. a. Jaringan Distribusi, b. Jaringan Transmisi

1.3 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik


Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari
pembangkit tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen
(pemakai) pada tingkat tegangan yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri
dari unit pembangkit, unit transmisi dan unit distribusi. Sistem pendistribusian
tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem pendistribusian
langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.
1.3.1 Sistem Pendistribusian Langsung
Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan
tidak melalui jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian langsung
ini digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-
pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.
1.3.2 Sistem Pendistribusian Tak Langsung
Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat
beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi
sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan distribusi yang
langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.

Gambar 4. Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung


1.4 Struktur Jaringan Distribusi
Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1.4.1 Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit Tenaga Listrik terletak
di pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat Pembangkit Tenaga Diesel
(PLTD). Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen)
dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak langsung,
maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu
Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan
menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.

Gambar 5. Gardu Induk

1.4.2 Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari


Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian
langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap
berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke
konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan tinggi
(JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan
diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi
gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,
telekomunikasi, dan telepon.

Gambar 6 Jaringan distribusi primer 20 kV

Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena


konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda.
Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota,
pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya
ada konsumen perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran
distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan
konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis
yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan
pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.
1.4.3 Gardu Pembagi/Gardu Distribusi
Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi
tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan
distribusi skunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu Pembagi
ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan
beban. Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator
tiga fasa.

Gambar 7. Gardu distribusi jenis tiang


1.4.4 Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah
(JDTR) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder
ini 130/230 V dan 130/400 V untuk sistem lama, atau 230/400 V untuk sistem
baru. Tegangan 130 V dan 230 V merupakan tegangan antara fasa dengan
netral, sedangkan tegangan 400 V merupakan tegangan fasa dengan fasa.

Gambar 8. Jaringan distribusi sekunder 220 V

1.5 Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik

Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan, dan pelayanan tenaga


listrik ke konsumen, maka diperlukan persyaratan sistem distribusi tenaga listrik
yang memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan sosial sehingga dapat
memenuhi standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik tersebut.
Adapun syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut adalah :
1.5.1 Faktor Keterandalan Sistem
Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin selama
24 jam terus-menerus. Persyaratan ini cukup berat, selain harus tersedianya
tenaga listrik pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dengan jumlah yang cukup
besar, juga kualitas sistem distribusi tenaga listrik harus dapat diandalkan, karena
digunakan secara terus-menerus. Untuk hal tersebut diperlukan beberapa
cadangan, yaitu cadangan siap, cadangan panas, dan cadangan diam.
1). Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit
yang tidak dibebani secara penuh dan dioperasi- kan sinkron dengan
pembangkitlain guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
2). Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat
pembangkit tenaga termis dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi atau
dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang setiap saat mampu untuk
menggerakkannya.
3). Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga
listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna
menanggulangi kekurangan daya listrik.
Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga
pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alat- alat pengaman dan alat
pemutus tegangan (air break switch) pada setiap wilayah beban. Sistem proteksi
dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerjadengan baik dan cepat.
1.5.2 Faktor Kualitas Sistem
a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi
persyaratan minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena
itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator) yang bekerja secara
otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen stabil.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari tegangan
nominal sistem untuk setiap wilayah beban. (Lihat IEC Publication 38/1967).
Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu padat diberikan beberapa voltage
regulator untuk menstabilkan tegangan.
c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan
tegangan lebih (over voltage) dalam waktu singkat.
1.5.3 Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus terjamin
dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan rambu-
rambu pengaman dan peringatan agar penduduk dapat mengetahui bahaya
listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami gangguan perlu dipasang
alat pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat dan
terpadu.
b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya
memiliki kualitas yang baik dan dapat meredam secara cepat bila terjadi
gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu diperlukan jadwal pengontrolan
alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal dengan baik dan
berkesinambungan.
1.5.4 Faktor Pemeliharaan Sistem
b. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-
bungan sesuai dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar
kualitas sistem tetap terjaga dengan baik.
c. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan
jenis/ spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas
sistem yang lebih baik dan murah.
1.5.5 Faktor Perencanaan Sistem
Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal
mungkin, untuk perkembangan dikemudian hari. Persyaratan sistem distribusi
seperti diatas hanya bisa dipenuhi bila tersedia modal (investasi) yang cukup
besar, sehingga sistem bisa dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang
mempunyai kualits tinggi. Selain pemeliharaan sistem yang
berkesinambungan sesuai jadwal yang ditentukan, seringkali berakibat fatal
pada sistem jaringan justru karena kelalaian dalam cara pemeliharaan yang
sebenarnya, disamping peren-canaan awal yang kurang memenuhi syarat.
Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk
sistem distribusi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang
diperlukan untuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan
bagian yang paling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa
mengganggu kontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.
1.6 Perkembangan Sistem Distribusi dan Teknologinya di Berbagai
Negara
Perkembangan sistem distribusi listrik dan teknologinya di berbagai negara terus
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan tuntutan untuk efisiensi
energi, keberlanjutan, dan keandalan pasokan listrik. Berikut adalah beberapa
perkembangan utama yang terjadi di beberapa negara:
1. Amerika Serikat:
 Amerika Serikat terus bergerak menuju jaringan listrik yang lebih cerdas
(smart grid) dengan penerapan teknologi seperti Advanced Metering
Infrastructure (AMI), sensor-sensor pintar, dan sistem manajemen energi
yang terintegrasi.
 Investasi besar-besaran dilakukan untuk memperbarui infrastruktur
distribusi listrik dan memperkenalkan sistem penyimpanan energi yang
lebih besar.
2. Uni Eropa:
 Uni Eropa telah mendorong transformasi menuju sistem distribusi yang
lebih terdesentralisasi dan berbasis energi terbarukan.
 Teknologi seperti mikrogrid, penyimpanan energi terdistribusi, dan
manajemen permintaan energi semakin populer di beberapa negara anggota.
3. China:
 China sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam infrastruktur distribusi
listrik. Mereka menekankan pada energi terbarukan dan pengembangan
jaringan listrik cerdas.
 China juga memimpin dalam produksi dan penerapan kendaraan listrik,
yang mempengaruhi pola distribusi listrik di negara tersebut.
4. Jepang:
 Jepang telah mempercepat peralihan ke energi terbarukan setelah bencana
Fukushima. Mereka mengembangkan sistem distribusi yang lebih fleksibel
dan tanggap terhadap fluktuasi energi terbarukan.
 Teknologi penyimpanan energi dan manajemen jaringan cerdas semakin
diadopsi untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan.
5. India:
 India sedang melakukan modernisasi besar-besaran infrastruktur listrik
untuk mengatasi tantangan distribusi yang ada, seperti keandalan rendah dan
kehilangan energi.
 Penerapan teknologi seperti jaringan cerdas dan pengukuran jarak jauh
sedang berlangsung, bersama dengan peningkatan kapasitas jaringan.
6. Australia:
 Australia telah menjadi salah satu pemimpin dalam adopsi energi
terbarukan, terutama energi surya dan angin.
 Mereka juga fokus pada pengembangan mikrogrid dan teknologi
penyimpanan energi untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik di
daerah terpencil dan daerah yang rentan.
7. Afrika Selatan:
 Afrika Selatan sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam adopsi energi
terbarukan, terutama dalam bidang energi surya.
 Mereka juga memperluas akses listrik ke wilayah pedesaan melalui
teknologi jaringan terdesentralisasi dan inisiatif penyimpanan energi.
Ini hanya beberapa contoh dari berbagai negara dan perkembangan dalam
sistem distribusi listrik. Setiap negara memiliki tantangan, prioritas, dan
kebutuhan yang unik, yang mempengaruhi arah perkembangan teknologinya.
Namun, secara keseluruhan, tren menuju energi terbarukan, jaringan listrik cerdas,
dan efisiensi energi adalah tema yang konsisten di seluruh dunia.
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
Konsep dasar sistem tenaga distribusi listrik merupakan fondasi bagi
pemahaman tentang bagaimana listrik didistribusikan dari pembangkitan hingga
konsumen akhir. Beberapa poin kunci yang bisa disimpulkan dari materi ini
adalah:
1. Komponen Utama: Sistem tenaga distribusi terdiri dari beberapa
komponen utama, termasuk pembangkit listrik, saluran transmisi,
subtransmisi, distribusi primer dan sekunder, serta jaringan distribusi di
tingkat rumah tangga atau industri.
2. Transformasi Tegangan: Transformasi tegangan terjadi di setiap tahap
distribusi untuk mengubah tegangan listrik dari tingkat yang dihasilkan oleh
pembangkit menjadi tingkat yang sesuai untuk penggunaan akhir.
3. Jaringan Listrik: Jaringan listrik meliputi serangkaian kabel, saluran udara,
trafo, pemutus sirkuit, dan peralatan lainnya yang membawa listrik dari
sumbernya ke pengguna akhir. Jaringan ini dapat berbentuk jaringan
terpusat atau terdesentralisasi tergantung pada kebutuhan dan kondisi lokal.
4. Distribusi Terdesentralisasi: Terdapat tren menuju distribusi
terdesentralisasi dengan adopsi energi terbarukan dan pengembangan
mikrogrid. Ini memungkinkan masyarakat untuk menjadi produsen dan
konsumen energi sekaligus, mengurangi ketergantungan pada sumber energi
konvensional dan meningkatkan keberlanjutan.
5. Teknologi Cerdas: Penerapan teknologi cerdas seperti sensor pintar,
jaringan komunikasi yang terhubung, dan sistem manajemen energi
memungkinkan pengawasan dan pengendalian yang lebih baik atas jaringan
distribusi. Hal ini memungkinkan untuk deteksi dan penanganan gangguan
secara cepat, serta optimalisasi operasi jaringan.
6. Keandalan dan Efisiensi: Tujuan utama dari sistem tenaga distribusi
adalah untuk memberikan pasokan listrik yang andal dan efisien kepada
konsumen. Dengan menggunakan teknologi dan praktik terbaru, keandalan
dan efisiensi sistem distribusi dapat ditingkatkan, mengurangi kehilangan
energi dan downtime.
7. Tantangan dan Inovasi: Meskipun ada kemajuan yang signifikan, sistem
distribusi listrik masih menghadapi tantangan seperti keandalan, keamanan
siber, dan integrasi energi terbarukan. Inovasi terus diperlukan untuk
mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kinerja sistem secara
keseluruhan.
Dengan memahami konsep dasar sistem tenaga distribusi listrik, kita dapat
mengenali pentingnya infrastruktur yang tepat, teknologi yang inovatif, dan
kebijakan yang mendukung untuk memastikan pasokan listrik yang handal,
efisien, dan berkelanjutan di masa depan.

2.2 Saran
Saran untuk Penulis:
1. Jelaskan dengan Tuntas: Pastikan setiap konsep dasar dijelaskan secara
menyeluruh dan mudah dipahami oleh pembaca, terutama bagi mereka yang
mungkin tidak memiliki latar belakang teknis yang kuat dalam bidang ini.
2. Gunakan Contoh Nyata: Sertakan contoh dan ilustrasi yang relevan untuk
menjelaskan konsep-konsep yang kompleks. Contoh dari proyek-proyek
nyata atau implementasi teknologi tertentu dapat membantu pembaca
memahami konsep dengan lebih baik.
3. Hindari Jargon Berlebihan: Hindari penggunaan jargon teknis yang
berlebihan yang mungkin membingungkan pembaca yang tidak terbiasa
dengan istilah-istilah tersebut. Jika memungkinkan, berikan definisi atau
penjelasan singkat untuk istilah-istilah kunci yang digunakan.
4. Berikan Perspektif Masa Depan: Tinjau tren dan perkembangan terkini
dalam industri distribusi listrik, dan sertakan pandangan tentang arah yang
mungkin diambil oleh teknologi dan kebijakan di masa depan.
Saran untuk Pembaca:
1. Pahami Konsep Dasar: Usahakan untuk benar-benar memahami konsep-
konsep dasar yang dijelaskan dalam materi, karena hal ini akan membantu
dalam memahami topik-topik yang lebih kompleks di masa depan.
2. Jelajahi Sumber Tambahan: Jangan ragu untuk mencari sumber tambahan
yang mengulas topik yang sama atau terkait. Ini dapat membantu
memperdalam pemahaman Anda dan memberikan perspektif yang lebih
luas.
3. Ajukan Pertanyaan: Jika ada sesuatu yang tidak jelas atau ingin Anda
ketahui lebih lanjut, jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan kepada
penulis atau mencari jawabannya melalui sumber lain seperti forum diskusi
atau komunitas online.
4. Terapkan Pengetahuan: Cobalah untuk mengaitkan konsep-konsep yang
Anda pelajari dengan aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari atau
dalam konteks pekerjaan Anda jika memungkinkan. Ini akan membantu
memperkuat pemahaman Anda.
Dengan menerapkan saran-saran ini, penulis dapat menyajikan materi
dengan lebih efektif dan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang konsep dasar sistem tenaga distribusi listrik
DARTAR PUSTAKA

1. Artono Arismunandar, DR. M.A.Sc DR. Susumu Kuwahara. 1975. Buku


Pegangan Teknik Tenaga Listrik Jilid I. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
2. Artono Arismunandar, DR. M.A.Sc, DR. Susumu Kuwahara. 1975. Buku
Pegangan Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
3. APEI Pusat. 2004. Materi kursus/Pembekalan Uji Keahlian bidang Teknik
tenaga Listrik, Kualifikasi : AHLI MUDA. Jakarta: APEI.
4. APEI Pusat. 2006. Materi kursus/Pembekalan Uji Keahlian bidang Teknik
tenaga Listrik, Kualifikasi : AHLI MADYA. Jakarta: APEI.
5. Bambang Djaja. 1984. Distribution & Power Transformator. Surabaya : B
& D.
6. Bonggas L. Tobing. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
7. Bonggas L. Tobing. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai