Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

UJI KOMPETENSI
DISTRIBUSI KETENAGALISTRIKAN

NAMA : DAVID SEPTHIAN K.


JABATAN : PENANGGUNG JAWAB TEKNIK (PJT)
INSTANSI : PT. KRISTAL PURI KENCANA

STUDI KASUS
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GARDU DISTRIBUSI DAN
JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) LISTRIK PEDESAAN
KABUPATEN MAMASA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan karena atas karunia dan hidayahNya

sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan makalah Perencanaan Pembangunan Jaringan

Distribusi Listrik Pedesaan Kabupaten Mamasa dapat terselesaikan.

Penulis sadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehubungan dengan itu penulis tetap

membuka diri untuk menerima masukan-masukan dari berbagai pihak sebagai upaya

penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan semangat, dan

bimbingan dari berbagai pihak yang sangat penulis hargai. Oleh karena itu selayaknyalah pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih rekan-rekan yang telah membantu.

Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran

dari manapun asalnya akan selalu penulis terima dengan lapang hati demi kesempurnaan

makalah ini Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang

memerlukan. Wassalam.

Mamuju, 20 Desember 2021

DAVID SEPTHIAN K.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


2. Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II TEORI DASAR

1. Sistem Distribusi ...................................................................................................... 3


a. Transformator Distribusi ...................................................................................... 3
b. Jaringan Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah) .............................................. 4
2. Standar Konstruksi .................................................................................................... 4
3. Standar Konstruksi Tiang Penyangga Jaringan ......................................................... 4
4. Sistem Pembumian .................................................................................................. 5

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Wilayah Perencanaan .............................................................................................. 7


2. Tahap Survey dan Tracking ..................................................................................... 7

BAB IV TAHAP PERENCANAAN

1. Penentuan Konstruksi Tiang ..................................................................................... 9


2. Pemilihan Kabel Saluran .......................................................................................... 9
3. Penentuan Trafo ...................................................................................................... 10

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................................................. 11
2. Saran ....................................................................................................................... 11

ii
ABSTRAK

Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan

merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini

tentunya harus didukung oleh para pelaku usaha penunjang tenaga listrik di bidang

pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman, andal, dan ramah lingkungan.

Ketersediaan listrik sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Namun,

sayangnya masih ada masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Mereka yang tinggal di

daerah terpencil masih harus menunggu lama untuk bisa menikmati listrik. Untuk itu, perlu

diadakan pembangunan yang merata agar seluruh daerah di Indonesia bisa menikmati listrik.

Namun, pembangunan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan yang baik

pula. Perencanaan jaringan listrik pedesaan dilakukan dalam rangka menyukseskan

pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat.

Kata kunci : jaringan, listrik, perencanaan

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah

lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Mengingat

sebagai komoditi utama, maka ketersediaan listrik harus dijaga baik produksi maupun

pasokannya. Sehingga jaminan inilah sebagai bagian dari ketahanan ekonomi kita harus

selalu kita perhatikan. Gangguan listrik sekecil apapun, akan berdampak buruk pada

tatanan sosial ekonomi masyarakat. Listrik merupakan urat nadi kehidupan masyarakat

kita. Pertumbuhan sektor ketenagalistrikan memberikan andil yang besar bagi per-

tumbuhan ekonomi nasional, demikian pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan

memacu peningkatan kebutuhan tenaga listrik, sehingga diperlukan peningkatan

infrastriktur penyediaan tenaga listrik dari waktu ke waktu. Undang-undang No. 30 tahun

2009 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan kepada pemerintah untuk menyediakan

tenaga listrk dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik bagi seluruh lapisan

masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut dapat tercapai adanya

dukungan dari seluruh stakeholders di sektor ketenaga-listrikan baik badan usaha penyedia

listrik maupun badan usaha jasa penunjang tenaga listrik. Oleh karena itu, diharap

selalu terjalin kerjasama yang harmonis antara badan usaha penyedia listrik maupun

badan usaha jasa penunjang tenaga listrik dengan para stakeholders seperti PT. PLN

(Persero) dan perusahaan-perusahaan listrik swasta sebagai penyedia tenaga listrik dalam

rangka pembangunan sarana dan prasara kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan energi

listrik yang semakin meningkat.


2

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dilaksanakannya kerja praktek ini adalah :

a. Pengenalan dari dekat keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan

b. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perencanaan jaringan distribusi dan

mempelajari jenis-jenis konstruksi JTR.

c. Mengetahui lingkup kerja jasa kontraktor listrik terhadap PT. PLN (Persero)
3

BAB II
TEORI DASAR

1. SISTEM DISTRIBUSI

Sistem distrbusi adalah suatu sistem jaringan distribusi yang terdiri dari sejumlah

peralatan listrik (peralatan gardu, proteksi dan lain-lain) dan orang yang berada di

dalamnya yang bekerja men-distribusikan energi listrik dari Gardu Induk ke konsumen.

Gambar : Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di Kab. Mamasa

a. Transformator Distribusi

Transformator Distribusi berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan

distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan

disebut sebagai jaringan distribusi sekunder. Kapasitas transformator yang digunakan

pada transformator distribusi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani

dan luas daerah pelayanan beban.


4

b. Jaringan Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)

Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah merupakan

jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen. Oleh karena

itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah 220 V.

2. STANDAR KONSTRUKSI

Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem

tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 KV dan langsung kepada para pelanggan

tegangan rendah. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut

Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR (Rak TR) keluar didistribusikan. Untuk

setiap sirkit keluar melalui pengaman arus disebut “penyulang / feeder”. Umumnya radius

pelayanan berkisar 350 meter. Radius pelayanan ini dibatasi oleh beberapa hal, antara

lain :

 Susut Tegangan yang disyaratkan.

 Luas penghantar jaringan.

 Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.

 Sifat daerah pelayanan (desa, kota)

 Kelas pelanggan ( pada beban rendah, pada beban tinggi)

Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.

Penentuan besar susut tegangan ini terkait dengan kualitas pasokan dari PLN, atau dengan

kata lain merupakan kebijakan dari PLN.

3. STANDAR KONSTRUKSI TIANG PENYANGGA JARINGAN

Standar konstruksi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang Penyangga/ Penyangga

b. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah


5

c. Pengaruh Kondisi Tanah

d. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang Penegang (Stake Pole)

e. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan Tiang

f. Kekuatan Tiang Ujung

g. Kekuatan Tiang Sudut

4. SISTEM PEMBUMIAN

- Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :

a. Semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan.

b. Apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang

harus dipasang penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar

netral.

c. Nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan (5 gawang) tidak boleh

melebihi dari 10 Ohm.

d. Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimal sebesar 5 Ω.

e. Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar pembumian

adalah sebesar 50 mm2 dan terbuat dari tembaga.

f. Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis /

elektris dan mudah dibuka untuk dilakukan pengujian resistansi pembumian. Klem

pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan dilindungi dari

kemungkinan korosi.

g. Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi.

h. Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya

disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan resistansi tanah.

i. Prosedur instalasi pembumian PHB – TR / Rak TR di gardu distribusi harus

memperhatikan jenis sistem pembumian.

- Penghantar Pembumian dan Elektroda bumi


6

a. Elektroda Bumi adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan

membuat kontak langsung dengan bumi.

b. Penghantar Bumi yang tidak berisolasi ditanam dalam bumi dianggap sebagai

bagian elektroda bumi.

c. Umumnya elektroda bumi yang dipakai pada jaringan saluran udara tegangan

rendah / menengah memakai elektroda barang.

d. Sebelum dipasang harus diteliti dulu berapa resitance jenis tanah.


7

BAB III
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul dari makalah ini, maka rumusan masalah yang akan diangkat ialah :

1. Bagaimana cara mengatasi kondisi lokasi pekerjaan yang memiliki struktur tanah labil,

sehingga sangat berpotensi terjadinya tanah longsor ?

2. Bagaimana cara mengatasi masalah pendistribusian material, alat dan tenaga kerja

mengingat kondisi dilapangan sangat ekstrim?

3. Bagaimana cara melaksanakan pekerjaan tersebut, sehingga dapat terselesaikan sesuai

dengan batas waktu yang di tentukan.

4. Bagaimana upaya Agar pembangunan JTR dapat melayani seluruh masyarakat.


8

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Wilayah Kerja
Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan Kabupaten Mamasa, ada dua wilayah

perencanaan, yaitu :

a. Dsn. Salulebak, Desa Salumokanan Barat, Kec. Rantebulahan, Kab. Mamasa

b. Dsn. Salu, Desa Batanguru, Kec. Sumarorong, Kab. Mamasa

2. Pengenalan Lokasi

Dusun. Salulebak, Desa Salumokanan Barat, Kec. Rantebulahan dan Dusun. Salu, Desa

Batanguru, Kec. Sumarorong, Kab. Mamasa, terletak di Provinsi Sulawesi Barat, berbatasan

dengan Kab. Polewali dan Kab. Mamuju, wilayah Kab. Mamasa sebagian besar terdiri dari

pegunungan dan hutan lindung yang struktur tanahnya yang labil, sangat rawan terjadinya

tanah longsor dan akses jalan menuju lokasi pedalaman yang cukup sulit untuk dilalui oleh

kendaraan roda 4.

3. Analisa

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, pastinya kendala akan selalu ada dalam

melaksanakan pekerjaan tersebut dan untuk meminimalisir kendala tersebut kami selaku

pelaksana pekerjaan mencari jalan keluar agar pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan

baik, aman dan tepat waktu. Adapun hal yang kami lakukan agar bisa meminimalisir

hambatan tesebut adalah sebagai berikut :

a. Tahap Survei dan Tracking

Sebelum masuk dalam tahap pekerjaan dilapangan, hal pertama yang dilakukan adalah

melakukan survei awal. Dalam tahap survei ini, ada beberapa hal yang dilakukan untuk

mendapatkan data :
9

- Survei lokasi, untuk mengetahui keadaan lokasi.

- Wawancara, untuk mendapatkan gambaran awal dalam perencanaan jalur jaringan.

Data yang didapatkan ini djadikan pertimbangan untuk survei lanjutan, untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan dalam perencanaan jaringan listrik.

- Gambar perencanaan jalur jaringan

- Gambar / foto kondisi daerah

- Gambar / foto lokasi pemasangan tiang

Data utama pada perencanaan jaringan listrik pedesaan ini adalah gambar.

Ada dua data gambar yang didapatkan selama survei, yaitu gambar hasil tracking

GPS dan gambar manual sebagai data backup. Data gambar ini harus sesuai dengan

keadaan aslinya agar realisasi perencanaan bisa sesuai dengan keadaan lokasi.

b. Penentuan Konstruksi Tiang

- Pada perencanaan listrik pedesaan, penentuan lokasi tiang tidak selalu bisa

mengikuti standar yang ada. Ada beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan,

yaitu :

a) Jarak dari jalan

b) Kondisi geografis

c) Kondisi di sekitar lokasi

- Berdasarkan lokasi pekerjaan yang memiliki struktur tanah yang labil, di beberapa titik

rencana pemancangan tiang berubah dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan

untuk penempatan tiang tersebut.

c. Distribusi Alat, Material dan Tenaga Kerja.

Mengingat kondisi lokasi pekerjaan yang sangat sulit diakses roda 4 (empat), maka kami

selaku pelaksana pekerjaan melakukan pendistribusian tersebut dengan menggunakan

kendaraan yang di rancang khusus untuk melalui medan berat, sehingga proses

pendistribusian dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.


10

d. Percepatan pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini kami sangat mengharapkan agar dapat terlaksana

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan didalam time schedule, untuk itu kami

selaku pelaksana pekerjaan menyiapkan personil / tenaga kerja lapangan yang banyak

untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, selain

itu dalam proses pendistribusian semua alat dan material diupayakan agar dapat tersedia

sebelum melaksanakan pekerjaan. Terlepas dari kegiatan pelaksanaan pekerjaan, kami

juga melibatkan pemerintah setempat.

e. Memastikan Jangkauan Jaringan Mencakup Seluruh Potensi Pelanggan Yang Ada

Berdasarkan data dari pemerintah Desa dan pengamatan visual di lokasi.


11

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Kabupaten Mamasa masih memiliki daerah yang belum bisa menikmati listrik dan

memiliki rasio elektrifikasi saat ini kurang dari 70%.

b. Dalam perencanaan jaringan distribusi perlu melakukan survei lokasi untuk

mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan karena hasil perencanaan tidak

selamanya bisa sesuai teori sehingga data yang didapatkan bisa benar – benar menjadi

acuan ketika realisasi pembangunan nantinya.

c. Pemilihan spesifikasi dari tiang menyesuaikan dengan kondisi jalur jaringan, yang

ditunjukkan dengan kode – kode yang ada pada gambar perencanaan. Begitu pula

spesifikasi peralatan pendukung lainnya.

d. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi trafo antara lain total

beban, persebaran atau distribusi beban dan letak dead end atau tiang JTR yang

paling akhir.

2. Saran

a. Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana pendukung yang lebih memadai

dalam perencanaan jaringan distribusi listrik pedesaan sehingga tahap survei

dapat berjalan dengan lancar.

b. Perlu adanya kerjasama yang baik antara semua instansi yang terkait, baik dalam

perencanaan maupun dalam realisasi pembangunan nantinya agar pembangunan

dapat terlaksana dengan baik karena listrik sudah menjadi kebutuhan bagi

masyarakat, termasuk masyarakat di Kab. Mamasa.


12

LAMPIRAN
SOP PEKERJAAN PEMASANGAN DAN PENARIKAN
KONDUKTOR LVTC PADA JARINGAN BARU

I INFORMASI/KETENTUAN UMUM
1. Jaringan Tegangan Rendah (LVTC)
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu jaringan sistem tenaga listrik.
Jaringan Tegangan  Rendah  dimulai  dari  Gardu  Distribusi  dengan  bentuk jaringan radial.
2. SOP/IK ini berlaku disepanjang jaringan atau tempat kerja di PT. KRISTAL PURI KENCANA
3. SOP/IK ini berlaku untuk Pemasangan dan Penarikan Konduktor LVTC

II URUTAN KERJA
a. Absensi personil
b. Persiapan Peralatan Kerja, APD dan Material yang akan digunakan
Material :
1 Konduktor LVTC 5 Penghantar Pembumian dan Bimetal Joint
2 Pole Bracket 6 Dead End Assembly
3 Strain clamp 7 Suspension Angle Assembly
4 Stainless steel strip 8 Large Angle Assembly
9 Compression Joint Sleeve

Peralatan :
1 Tool Set (Kunci Pas/Ring/Shok, Kunci Inggirs dan Kunci Pipa)
2 Compression Hydraulic
3 Katrol 3 - 5 Ton
4 Puller (Takel + Kodokan)
5 Roll Gantung SUTM
6 Dudukan Haspel
7 Box Peralatan
8 Spanner/Treckbas
9 Kaki Tiga/Satu
10 Tirpor 5 Ton
11 Gunting Kabel
12 Chain Saw
13 Blow Torch (Pemanas Sambungan)
14 Mobil Pengangkut Konduktor
15 Mistar Bidik Andongan
16 Alat-alat bantu (tangga, pacul tembilang, roll meter dll.)

Perlengkapan K3:
1 Sarung tangan 5 Tangga
2 Sabuk pengaman 6 Kotak P3K
3 Tali temali 7 Rambu Peringatan
4 Sepatu kerja 8 Peralatan Lingkungan
Peralatan Pengujian :
1 Insulation tester
2 Earth Resistance tester

c. Briefing / Doa Bersama


d. Mobilisasi Material, Peralatan, APD dan Personil
e. Pasang Rambu Peringatan
f. Pakai Perlengkapan K3
g. Pasang tangga
h. Pemasangan konstruksi atas tiang (pole top construction)
1. Dead End Assembly (Tiang Ujung JUTR)
2. Suspension Angle Assembly (tiang dengan sudut kecil 0° – 30°)
3. Large Angle Assembly (tiang dengan sudut besar 30° - 90° dan 40 - 120°)
i. Pemasangan Topang Tarik (tiang-tiang awal/akhir, tiang sudut wajib dipasang topang tarik untuk
menjaga agar tiang tidak miring).
j. Penarikan Penghantar
1. Penarikan kabel pilin tidak boleh menyebabkan bundle kabel terurai, khususnya pada saat
pengaturan sag. Besarnya kekuatan mekanis penarikan dikontrol pada dynamometer dan dihitung
berdasarkan jarak gawang ekivalent dan besar andongan yang dipilih.
2. Penarikan penghantar dilaksanakan setelah perlengkapan penarikan dipersiapkan :
1) Stringing block pada setiap tiang kecuali tiang awal
2) Power pull, comealong, swivel, tali temali, pulling grip, pulley, mesin winch.
3. Penghantar ditarik dan diputar sedikit demi sedikit, penghantar diurai kemudian ditarik ke atas
tiang. Saat penarikan kabel tidak boleh bergesekan dengan benda keras, tanah, tergilas
kendaraan atau terurai.
4. Pengaturan sag (andongan) dilakukan dengan menggunakan mistar bidik andongan.
5. Penghantar dibiarkan terpasang pada stringing block selama 3 x 24 jam. Selanjutnya dikencangkan
pada konstruksi DE, SA dan LA.
6. Sambungan antar penghantar dilakukan dengan Compression Joint Sleeve (dilakukan saat Sadapan
atau pencabangan dan sambungan pelayanan).
k. Pembumian Penghantar
1. Penghantar netral pada jaringan tegangan rendah dibumikan sesuai dengan standar PLN
2. Konstruksi pembumian dipasang pada tiang pertama dan tiang akhir dan selanjutnya setiap 200
meter setelah tiang pembumian pertama.
l. Penyelesaian akhir (finishing)
1 Pembersihan lokasi pekerjaan
2. Penyelesaian akhir dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemangkasan pohon
dilakukan untuk menjaga jarak aman terhadap lingkungan. Pengokohan topang tarik/topang
tekan. Pemeriksaan sambungan penghantar sesuai dengan urutan fasa dan pemeriksaan fisik
konstruksi jaringan dilakukan khususnya pada tiang penyangga, tiang sudut, tiang
tengah/penumpu, tiang akhir.
3. Demobilisasi Material Lebih, Peralatan dan Personil
4. Membuat Nota Pengembalian Material (Retur)
5 Setelah tahapan konstruksi pemasangan JUTR selesai, maka dilanjutkan dengan uji teknis dan
komisioning sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk kemudian diterbitkan Sertifikat Laik
Operasi (SLO) oleh Badan yang berwenang.

Disusun Oleh :
PT. KRISTAL PURI KENCANA

DAVID SEPTHIAN K.
SOP PEKERJAAN PEMBANGUNAN GARDU DISTRIBUSI
DAN PANEL PHB-TR PADA JARINGAN BARU

I INFORMASI/KETENTUAN UMUM
1. Gardu Distribusi
Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi dua tiang atau
lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang –kurangnya 3 meter di atas tanah dan ditambahkan
platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan pemeliharaan. Transformator dipasang
pada bagian atas dan lemari panel / PHB-TR pada bagian bawah.
2. SOP/IK ini berlaku disepanjang jaringan atau tempat kerja di PT. KRISTAL PURI KENCANA
3. SOP/IK ini berlaku untuk Pemasangan Gardu Distribusi

II URUTAN KERJA
a. Absensi personil
b. Persiapan Peralatan Kerja, APD dan Material yang akan digunakan
Peralatan :
1 Tool Set (Kunci Pas/Ring/Shok, Kunci Inggirs dan Kunci Pipa)
2 Compression Hydraulic
3 Katrol 3 - 5 Ton
4 Puller (Takel + Kodokan)
5 Roll Gantung SUTM
6 Dudukan Haspel
7 Box Peralatan
8 Spanner/Treckbas
9 Kaki Tiga/Satu
10 Tirpor 5 Ton
11 Gunting Kabel
12 Chain Saw
13 Blow Torch (Pemanas Sambungan)
14 Mobil Pengangkut Konduktor
15 Mistar Bidik Andongan
16 Alat-alat bantu (tangga, pacul tembilang, roll meter dll.)

Perlengkapan K3:
1 Sarung tangan 5 Tangga
2 Sabuk pengaman 6 Kotak P3K
3 Tali temali 7 Rambu Peringatan
4 Sepatu kerja 8 Peralatan Lingkungan
Material :
1 Trafo 11 Fuse Link 3 Amp
2 Konduktor AAAC-S/AAAC 12 Travers dudukan fuse cut out / Arrester
3 Kabel schoen AL/ CU 70 mm² 13 Beugel D 200 mm² + mur baut
4 H. Tap Connector 20 kv 14 Lemari bagi TR
5 LLC 70 - 150 mm2 15 Travers dudukan lemari bagi
6 Dudukan Trafo 16 Beugel D 300 mm + Mur Baut 2 bh
7 Compression Joint Sleeve 17 Penghalang panjat
8 Stell Wire 18 Tanda bahaya
9 Fuse cut out 20 kV 100 Amp
10 Lightning arrester 24 kV 10 kA.
Peralatan Pengujian :
1 Insulation tester
2 Earth Resistance tester

c. Briefing / Doa Bersama


d. Pekerjaan Persiapan
1 Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu Tiang yang direncanakan bagi
penempatan transformator distribusi, pondasinya dan akurasi vertikalnya. Persiapkan seluruh
komponen utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di lokasi. Termasuk yang harus
diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan dengan jarak-jarak dan besar lubang yang
dipersyaratkan.
2 Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
a) Packing transformator
b) Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan.

c) Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati,
misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel).
d) Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
e) Pengujian Ketahanan Isolasi
d. Mobilisasi Peralatan, APD dan Personil
e. Pasang Rambu Peringatan
f. Pakai Perlengkapan K3

g. Handling Transportasi, enaikan Transformator ke Tiang


1 Kondisi kritis adalah pada saat memindahkan transformator, dari gudang ke Lokasi pemasangan
misalnya, juga pada saat penaikan/penurunan transformator dari /ke atas truck.

2 Ketentuan penaikan/penurunan transformator distribusi dari truk di haruskan menggunakan alat


bantu forklift, mobile-crane/lifter (truk yang sudah dilengkapi lifter) atau minimal Tripod yang
dapat di rakit dilokasi.
3 Penggunaaan alat bantu Rope Sling dan Wire Sling hanya direkomendasikan untuk transformator
berdaya < 100 kVA, dan posisi sling diletakkan di bawah atau pada dasar dan melingkar pada
transformator yang akan ditarik, karena tumpuan beratnya berada di dasar packing transformator.
4 Pelaksanaan penaikan/penurunan ke atau dari truk harus diperhatikan dengan seksama untuk
memastikan tidak terjadinya kerusakan pada tangki transformator (bila menggunakan forklift) atau
kerusakan isolator (umumnya bila menggunakan crane atau Tripod). Pengangkutan transformator
dari gudang penyimpanan ke lokasi gardu dipersyaratkan/tidak diperbolehkan adanya guncangan-
guncangan pada saat dibawa dengan kendaraan.

h. Pemasangan Instalasi
1 Instalasi transformator distribusi
a) Untuk instalasi ke atas tiang atau platform dudukannya, siapkan terlebih dahulu takle/lifter
dengan kekuatan cukup di tiang beton pada penggantung cross-arm sementara untuk
mengangkat transformator, naikkan transformator dengan seksama, vertikal keatas dan
setelah duduk diatas crossarm tiang/dudukan pada tiang beton rakit dengan mur baut yang
erat.
2 Pemasangan Penghantar Pembumian
Bagian-bagian yang harus dibumikan pada Gardu Tiang adalah :
a) Titik netral sisi sekunder Transformator
b) Bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi gardu
c) Bagian konduktif ekstra (BKE)
d) Lightning arrester
3 Instalasi terminal kabel 20 kV pada RMU
a) Laksanakan penyiapan kabell untuk instalasi terminal kabel. Jenis terminal kabel yang lazim
digunakan adalah Plug in premoulded yang sesuai dengan rancangan RMU bersangkutan.

b) Perubahan konsep /modifikasi terminal kabel dari yang dipersyaratkan pabrikan RMU sangat
tidak diijinkan.
c) Perhatikan ketentuan penyiapan kabel, pengepresan sepatu kabel dan instalasi plug-in
terminal kabel pada kabel.
d) Untuk jenis sambungan berbeda material-misalnya terminal transformator Cu dan kawat
konduktor Al menggunakan bimetalic konektor.
4 Instalasi Kabel Tegangan Rendah
a) Instalasi kabel tegangan rendah antara terminal TR transformator dengan PHB TR memakai
kabel sekurang-kurangnya jenis NYY. Ukuran kabel disesuaikan dengan kapasitas
transformator. Kabel dilindungi dengan pipa galvanis dengan diameter 4 inci sekurang-
kurangnya setinggi 3 meter diatas tanah. Apabila menggunakan kabel dengan pelindung
metal (NYFGbY), bagian pelindung metal harus dibumikan.

i. Penandaan Gardu Tiang


1 Setiap Gardu Tiang harus diberi identitas yang meliputi :
2 Nomor Gardu
3 Tanda peringatan (antara lain lambang kilat, tulisan tanda bahaya, dll)
Data historis gardu meliputi tanggal dibangun, No.SPK, nama pelaksana pekerjaan, dicantumkan
pada bagian dalam pintu PHB-TR.
Seluruh bagian Gardu Tiang dicat dengan warna silver bronze. Jenis cat yang digunakan untuk
bagian luar harus tahan perubahan cuaca.
j Penyelesaian akhir (finishing)
1 Pemasangan Penghalang Panjat Pada Tiang
2 Pembersihan lokasi pekerjaan
3 Demobilisasi Material Lebih, Peralatan dan Personil
4 Membuat Nota Pengembalian Material (Retur)
5 Setelah tahapan konstruksi pemasangan gardu selesai, maka dilanjutkan dengan uji teknis dan
komisioning sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk kemudian diterbitkan Sertifikat Laik
Operasi (SLO) oleh Badan yang berwenang.

Disusun Oleh :
PT. KRISTAL PURI KENCANA

DAVID SEPTHIAN K.

Anda mungkin juga menyukai