Abstrak Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting
dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini tentunya harus didukung oleh para pelaku
usaha penunjang tenaga listrik di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman,
andal, dan ramah lingkungan.
Ketersediaan listrik sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Namun, sayangnya masih
ada masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Mereka yang tinggal di daerah terpencil masih harus
menunggu lama untuk bisa menikmati listrik. Untuk itu, perlu diadakan pembangunan yang merata agar
seluruh daerah di Indonesia bisa menikmati listrik. Namun, pembangunan ini tidak akan berjalan dengan baik
tanpa adanya perencanaan yang baik pula. Perencanaan jaringan listrik pedesaan dilakukan dalam rangka
menyukseskan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat.
Kata kunci : jaringan, listrik, perencanaan
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Listrik merupakan komoditi utama untuk
pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik
yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan
merupakan unsur penting dalam menjalani roda
perekonomian. Mengingat sebagai komoditi
utama, maka ketersediaan listrik harus dijaga
baik produksi maupun pasokannya. Sehingga
jaminan inilah sebagai bagian dari ketahanan
ekonomi kita harus selalu kita perhatikan.
Gangguan listrik sekecil apapun, akan
berdampak buruk pada tatanan sosial ekonomi
masyarakat. Listrik merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat kita.
Pertumbuhan sektor ketenagalistrikan
memberikan andil yang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, demikian pula
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan
memacu peningkatan kebutuhan tenaga listrik,
sehingga diperlukan peningkatan infrastriktur
penyediaan tenaga listrik dari waktu ke waktu.
Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang
ketenagalistrikan
mengamanatkan
kepada
pemerintah untuk menyediakan tenaga listrk
dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik
bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Hal tersebut dapat
tercapai adanya dukungan dari seluruh
stakeholders di sektor ketenaga-listrikan baik
badan usaha penyedia listrik maupun badan
usaha jasa penunjang tenaga listrik. Oleh
Batasan Masalah
Materi Kerja Praktek ini dibatasi tentang
masalah Perencanaan Jaringan Distribusi
yang meliputi survey & tracking,
perencanaan tiang dan konstruksinya dan
perencanaan RAB (Rencana Anggaran
Biaya).
II.
DASAR TEORI
2.1. Sistem Distribusi
Sistem distrbusi adalah suatu sistem jaringan
distribusi yang terdiri dari sejumlah peralatan
listrik (peralatan gardu, proteksi dan lain-lain)
diatas
penghantar
udara
yang
bertegangan yang lebih rendah.
2.4.2. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Sistem Distribusi Tegangan Rendah
merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 KV
dan langsung kepada para pelanggan tegangan
rendah. Jaringan distribusi tegangan rendah
dimulai dari sumber yang disebut Gardu
Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR
(Rak TR) keluar didistribusikan. Untuk setiap
sirkit keluar melalui pengaman arus disebut
penyulang/ feeder. Umumnya radius
pelayanan berkisar 350 meter. Radius
pelayanan ini dibatasi oleh beberapa hal, antara
lain :
Susut Tegangan yang disyaratkan.
Luas penghantar jaringan.
Distribusi pelanggan sepanjang jalur
jaringan distribusi.
Sifat daerah pelayanan (desa, kota)
Kelas pelanggan ( pada beban rendah,
pada beban tinggi)
Di Indonesia (PLN) susut tegangan
diizinkan 5% - 10% dari tegangan operasi.
Penentuan besar susut tegangan ini terkait
dengan kualitas pasokan dari PLN, atau dengan
kata lain merupakan kebijakan dari PLN.
Pada sistem distribusi tegangan rendah
ada 3 sistem tegangan, yaitu:
1. Sistem 3 fasa (fasa tiga)
2. Sistem 2 fasa (fasa dua)
3. Sistem 1 fasa ( fasa satu)
2.4.2.1. Standar Konstruksi
Tiang Penyangga Jaringan
Standar konstruksi yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
1. Gaya-Gaya
Mekanis
Pada
Tiang
Penyangga/ Penyangga
2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah
3. Pengaruh Kondisi Tanah
4. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang
Penegang (Stake Pole)
5. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan
Tiang
6. Kekuatan Tiang Ujung
7. Kekuatan Tiang Sudut
Sistem Pembumian
1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :
a. Semua bagian konduktif terbuka pada
suatu instalasi harus dibumikan (PUIL).
b. Apabila jalur yang sama dipasang
SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3
2. Persilangan
Dengan
Kabel
Telekomunikasi
Kabel telekomunikasi harus di bawah
penghantar udara tegangan rendah.
a. TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter,
Bersilang 0,3 meter
b. TAK BERISOLASI : Berjajar /
Berisolasi 1 meter
3. Jarak Antar Penghantar Telanjang
Jarak antara ini bergantung atas jarak titik
tumpu jaringan (jarak gawang). Untuk jarak 6
S/D 10 meter, maka jarak penghantar 20 cm,
sedangakan ntuk jarak 10 S/D 40 meter jarak
penghantar 25 cm.
4. Jarak lendutan (SAG).
Diukur dari titik terendah sekurangkurangnya :
Jalan Umum 5 Meter (Penghantar Tak
Berisolasi) dan 4 Meter (Penghantar
Berisolasi)
Halaman Rumah 5 Meter (Penghantar
Tak Berisolasi) dan
4 Meter
(Penghantar Berisolasi)
5. Jarak Bebas
Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak
berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan)
a. Pada
dasarnya
tidak
boleh
bersinggungan
b. Jarak yang dipersyaratkan 0,5 meter.
Pada konstruksi saluran udara baik tak
berisolasi ataupun berisolasi (twisted cable).
Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah
Daerah setempat atau ketentuan departemen
yang memerlukan.
6. Penghantar Udara Tak Berisolasi
Tegangan Rendah Diatas Atap Bangunan
Instalasi penghantar adalah sedemikian
sehingga tidak
menganggu perbaikan atap
bangunan.
Jarak dengan bagian bangunan :
Minimal (1,5 meter dari bagian
bangunan termasuk antena, cerobong).
Minimal 2,5 meter (diluar jangkauan
tangan) dari balkon bordes, lorong,
panggung yang dalam keadaan biasa
dikunjungi umum.
2.4.2.2. Konstruksi Jaringan
Berikut adalah jenis konstruksi jaringan
dalam sistem Jaringan Tegangan Rendah
(JTR):
1. Konstruksi TR-1 (J5-T)
Konstruksi J5-T merupakan konstruksi
saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR)
yang menggunakan suspension small angle
3. Tahap Perencanaan
3.1. Penentuan Konstruksi Tiang
Pada perencanaan listrik pedesaan,
penentuan lokasi tiang tidak selalu bisa
mengikuti standar yang ada. Ada beberapa hal
yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu :
1. Jarak dari jalan
2. Kondisi geografis
3. Kondisi di sekitar lokasi
Tiang jaringan listrik memiliki bermacam
macam jenis sesuai dengan fungsi dan
penggunaannya. Macam macam jenis tiang
ini dapat dibedakan dengan menggunakan kode
kode tertentu yang menunjukkan spesifikasi
khusus dari tiang tersebut. Kode kode ini
akan dimunculkan dalam gambar perencanaan
untuk membedakan spesifikasi dari konstruksi
tiang yang akan dibangun nantinya. Dalam
realisasi perencanaan, pemasangan tiang sesuai
dengan spesifikasi yang sudah direncanakan,
termasuk spesifikasi peralatan tambahan,
seperti grounding, trafo, anchor dan
sebagainya.
Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan
Kabupaten Magelang ini, jenis tiang yang
digunakan adalah :
C11-200E
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian
11 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 200
daN. Digunakan untuk konstruksi tunggal (JTM
only atau JTR only) maupun ganda (JTM dan
JTR). Span maksimum sebesar 50 m untuk
konstruksi ganda dan 80 m konstruksi tunggal.
C9-200E
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian
9 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 200
daN. Tiang ini digunakan untuk konstruksi
tunggal (JTR only). Span maksimum sebesar
60 m.
C11-350E
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian
11 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 350
daN. Kekuatan tiang direncanakan lebih besar
E 1-2
Perlengkapan down guy.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Kabupaten Magelang masih memiliki
daerah yang belum bisa menikmati
listrik, yaitu Dusun clombo yang
terletak di Kecamatan Salaman.
2. Dalam perencanaan jaringan distribusi
perlu melakukan survei lokasi untuk
mengetahui keadaan sebenarnya di
lapangan karena hasil perencanaan
tidak selamanya bisa sesuai teori
sehingga data yang didapatkan bisa
benar benar menjadi acuan ketika
realisasi pembangunan nantinya.
3. Pemilihan spesifikasi dari tiang
menyesuaikan dengan kondisi jalur
jaringan, yang ditunjukkan dengan
kode kode yang ada pada gambar
perencanaan. Begitu pula spesifikasi
peralatan pendukung lainnya.
4. Hal hal yang harus diperhatikan
dalam penentuan lokasi trafo antara
lain total beban, persebaran atau
distribusi beban dan letak dead end
atau tiang JTR yang paling akhir.
5. Dalam penyusunan RAB, harga dari
masing masing item harus sesuai
dengan harga yang ada di pasaran agar
dapat diketahui biaya sebenarnya dalam
realisasi pembangunan nantinya
BIODATA PENULIS
4.2. Saran
1. Perlu ditingkatkannya sarana dan
prasarana pendukung yang lebih
memadai dalam perencanaan jaringan
distribusi listrik pedesaan sehingga
tahap survei dapat berjalan dengan
lancar.
2. Perlu adanya kerjasama yang baik
antara semua instansi yang terkait, baik
dalam perencanaan maupun dalam
realisasi pembangunan nantinya agar
pembangunan dapat terlaksana dengan
baik karena listrik sudah menjadi
kebutuhan bagi masyarakat, termasuk
masyarakat
di
Dusun
Clombo
Kabupaten Magelang.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
Telah
menempuh
pendidikan di TK Pertiwi
Bandar Lampung, SD
Negeri 2 Tanjung Gading,
SMP Negeri 4 Bandar
Lampung, SMA Negeri 2
Bandar Lampung, dan saat
ini sedang menempuh
pendidikan S1 di Teknik
Elektro
Universitas
Diponegoro Semarang.
Semarang, Maret 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing