Gardu Distribusi di
Jl. Mayjen Panjaitan - Jl. MT Haryono Kota
Malang
Penyulang Mawar GH GI Blimbing
Dosen Pembimbing Ibu Rohmanita Duanaputri S.ST, M.T
disusun oleh :
1. Adhimas P. (1741150065)
2. Jeri Penta S. (1741150031)
3. M. Ilham Ardani (1741150006)
4. M. Nabil (1741150107)
5. Qori Fadli (1741150064)
6. Vivian Tifani D. (1741150113)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Inspeksi JTM, dan GTT di Jl. Mayjen
Panjaitan- Jl. M.T Haryono kota malang ” sehingga penulisan makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Pada penulisan makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya.
Oleh karena itu penulis mohon saran untuk perbaikan karya tulis yang akan datang dan
semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca terutama kepada
Mahasiswa jurusan Teknik Elektro di Politeknik Negeri Malang
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penulisaan karya Tulis Ilmiah ini.terkhusus kepada :
1. Ibu Rohmanita Duanaputri, S.ST., M.T yang selalu memberikan bimbingan untuk
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
2. Rekan - rekan yang telah mendukung hingga selesainya karya tulis Ilmiah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan
pengorbanan mereka kepada kami dan melimpah rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan inspeksi jaringan distribusi ini adalah untuk memberikan keterampilan kepada
mahasiswa agar mampu berperan aktif dalam pelaksanaan inspeksi baik sebagai pelaksana
maupun pengawas serta agar didapatkan data data yang akurat untuk dijadikan acuan dalam
perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke depan. Dengan pelaksanaan
dinspeksi ini diharapkan mahasiswa memiliki kecakapan dan siap mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kinerja
perusahaan ketika bekerja di PLN.
4
BAB II PEMBAHASAN
Komponen JTM :
TIANG
Sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan jarak aman sesuai
dengan ketetentuan..Terbuat dari bahan yang kuat menahan beban tarik maupun tekan yang
berasal dari kawat ataupun tekanan angin.
Menurut bahannya tiang terdiri dari :
Tiang besi : dari bahan baja ( steel ) terdiri dari 2 atau 3 susun pipa dengan ukuran
berbeda bagian atas lebih kecil dari bagian di bawahnya, setiap pipa disambung,
bagian yang lebih kecil dimasukkan ke dalam bagian yang lebih besar sepanjang 50
cm dipasang pen dan dilas.
Tiang beton : dari bahan campuran semen, pasir dan batu split, dicor dengan kerangka
besi baja.
Bentuk tiang beton ada 2 ( dua ) macam, yaitu berbentuk profil H dan berbentuk bulat.
Tiang berbentuk profil H konstruksi kerangka besi yang diregangkan dengan kekuatan
tertentu sesuai dengan kekuatan tiang, dicor dengan bahan campuran beton menggunakan
cetakan. Bahan campuara beton di pres sampai padat pada cetakannya, dipanasi beberapa saat
sampai mengeras .
Kekuatan tiang berada pada 2 ( dua ) sisi yang tidak sama besarnya.
Tiang beton berbentuk bulat lebih banyak digunakan karena mempunyai kekuatan yang
sama di setiap sisinya. Dibuat dengan kerangka baja yang dibentuk bulat dan diregangkan
sesuai kekuatan tiang yang diinginkan, kemudian dicor dengan bahan campuran beton pada
cetakan berbentuk bulat. Untuk pengerasannya dengan cara diputar dengan kecepatan tinggi
selama beberapa waktu, sampai akhirnya membentuk seperti pipa , dimana bagian tengahnya
berupa lobang. Tiang beton dapat digunakan setelah dipanaskan denga temperatur cukup
tinggi selama beberapa menit dan kemudian didinginkan kembali secara alami.
5
TRAVERS ( Cross – Arm )
Berfungsi untuk tempat pemasangan isolator. Beberapa konstruksi SUTM di Jawa
Tengah travers tidak diperlukan dikarenakan isolator langsung dipasang pada tiang. Bahannya
dari besi baja dilapisi galvanis berbentuk kanal U berukuran 10 x 5 x 5 cm dengan ketebalan 5
mm atau berbentuk persegi panjang berukuran 7,5 x 7,5 x 7,5 x 7,5 cm dengan , ketebalan 5
mm.
Pemasangan travers pada tiang diikat dengan klem dan mur-baut, tetapi pada tiang beton tidak
diperlukan klem, karena baut langsung bisa menembus tiang dan travers. Untuk menjaga agar
travers tidak miring setelah dibebani isolator dan kawat, maka dipasang konstruksi berupa
besi penyangga atau berupa plat simpul.
ISOLATOR
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap penghantar
lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang disekatkan tersebut
mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang berasal dari berat penghantar itu
sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat temperatur dan angin, maka isolator harus
mempunyai kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk
penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang
besi pengikat isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara
penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu dengn
lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin yang meniup
sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan gelas,
tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas, dikarenakan udara yang
mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di Indonesia isolator dari bahan gelas
permukaannya mudah ditempeli embun. Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan
porselin dan hijau-bening untuk bahan gelas.
6
Isolator tumpu ( pin insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika penghantar
dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut maksimal 2 ° dan
beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator untuk tarikan
dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang tegak-lurus dii atas travers.
PENGHANTAR / KONDUKTOR
Berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Penghantar untuk saluran udara biasanya
disebut kawat yaitu peghantar tanpa isolasi ( telanjang ), sedangkan untuk saluran dalam tanah
atau saluran udara berisolasi biasanya disebut dengan kabel.
Penghantar yang baik harus mempunyai sifat :
Logam Campuran
AAAC : All Aluminium Alloy Conductor
7
Logam Paduan
Copper Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Tembaga
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang di jaringan distribusi.Berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan
dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke
konsumen.
Kompenen GTT:
Gardu Tiang Trafo(GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo dipasang pada tiang
listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo dan sistemnya, GTT
dilengkapi dengan unit-unit pengaman yang ditempatkan pada Perangkat Hubung Bagi
Tegangan Rendah (PHB-TR) Trafo daya step down berfungsi untuk menurunkan dari
tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 380/200 V(referensi tegangan trafo
400/231 V).
Komponen-komponen utama GTT:
1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20kV)
menjadi tegangan rendah (380/200)Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) :sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo)
dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO dipasang pada
sisi tegangan menengah (20kV)
8
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh
sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73)
4. NH Fuse :sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang pada sisi tegangan
rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester :untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan
lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Grounding Trafo :untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi
gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel :sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor yang mengalir pada
LV Panel.
8. Isolasi : sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan tidak bertegangan.
Digunakan sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat dengan tiang.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
20kV.Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara
langsung, kecuali pada beban yang didesain khusus. Ditribusi primer merupakan saluran yang
akan mensuplay ke Gardu Tiang Trafo(GTT), besar arus sambungan SUTM menuju ke
saluran trafo distribusi sisi primer dihitung berdasarkan besar kapasitas daya trafo terpasang.
Cut Out
Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai
berikut:Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link harus
disesuaikan dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada fuse atau
sekering). Apabila terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan putus, dan bisa
diganti. Besar fuse link dari PLN adalah 3, 6, 10 A., karena disuaikan dengan besar kapasitas
Trafo Distribusi milik PLN.
9
2.4. Pengertian LBS
Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus arus
tiga fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara
elektronis. Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan melalui control
jarak jauh dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga merupakan sebuah
sistem penginterupsi hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki baja anti karat
dan disegel.
Sistem kabelnya yang full-insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang
sederhana yang membuat proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah.Sistem
pengendalian elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja
anti karat sehingga dapat digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali
(user-friendly) dan tahan segala kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak
jauh juga dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).
1. Manual : Pada sistim manual, lbs dioperasikan secara manual oleh operator dengan cara
menarik tuas switch pada lbs.
2. Motorized : pada sistim motorized, lbs dioperasikan dengan menggunakan motor yang
terinstalasi pada komponen lbs, pada istim ini bisa dioperasikan oleh operator maupun
menggunakan sistem kontrol jarak jauh denganmenggunakan RTU pada lbs motorized.
10
BAB III PEMBAHASAN HASIL INSPEKSI
11
Tiang TM 6 merupakan tiang dengan memiliki 1 buah pin isolator 20KV dan 6 buah
long road 60KV diletakkan pada rute jaringan lurus, sedangkan LBS merupakan pemisah
maupun pemutus tenaga dalam keadaan tidak berbeban. LBS manual dikendalikan secara
manual seperti switch.
3.1.1. Kondisi
Kondisi tiang berkarat pada bagian tengah sampai atas tiang, begitu juga dengan cross
arm pada tiang tersebut juga berkarat. Namun kalau dilihat secara keseluruhan tiang tersebut
masih berdiri kokoh.
3.1.2. Solusi
Solusi untuk tiang tersebut adalah mengecat bagian tiang yang berkarat, maupun
keseluruhan tiang. Untuk cross armnya dicat dengan menggunakan cat besi. Serta melakukan
perawatan bulanan ataupun mingguan secara rutin.
12
3.2. GTT1T
GTT1T merupakan trafo distribusi dengan konstruksi trafo distribusi sejumlah 1 buah
dengan menggunakan tiang TM 1 pada konstruksinya terdapat 3 buah pin isolator dan 1 buah
cross arm.
3.2.1. Kondisi
Trafo tersebut masih beroperasi dengan baik akan tetapi pada tiang trafo tersebut tanda
bahaya tegangan tinggi sudah karatan sehingga tulisan tanda bahaya tidak dapat dibaca.
3.2.2. Solusi
Solusi untuk GTT1T tersebut adalah mengganti tanda bahaya tegangan tinggi dengan
yang baru sehingga dapat dibaca oleh orang-orang disekitar tiang tersebut.Dan melakukan
perawatan bulanan maupun perawatan tahunan secara rutin.
13
3.3. Tiang TM 5 dengan LBS Motorized
LBS Motorized merupakan saklar atau pemutus arus tiga fasa yang dikendalikan secara
elektronis yang dipasang pada tiang TM 5 karena pada jalur utama mempunyai 1 buah pin
isolator dan 6 buah long rod isolator tiang ini dapat dipakai untuk sudut >30º sampai dengan
60º.
3.3.1. Kondisi
LBS tersebut masih dapat beroperasi dengan baik akan tetapi pada tiang TMnya
berkarat.
14
1.3.2. Solusi
Solusinya adalah dengan mengecat tiang TM secara keseluruhan ataupun pada bagian
yang terdapat karat.Dan melakukan perawatan bulanan maupun tahunan dengan baik dan
rutin.
3.4. Tiang TM 8
Tiang TM 8 merupakan tiang percabangan tiang penyangga dan TM induk memakai
isolator tumpu sedangkan cabang memakai isolator suspension.
3.4.1. Kondisi
Kondisi tiang tersebut masih dalam keadaan kokoh akan tetapi tiang TM dan Arm Tie
Band berkarat, juga pemasangan dari sebagian cross arm sedikit miring.
3.4.2. Solusi
Solusinya adalah dengan melakukan pengecatan pada tiang TM Arm Tie Band yang
terdapat karat. Untuk cross armyang miring dapat dilakukan perbaikan dengan
15
meluruskannya. Perawatan lainnya adalah dengan melakukan perawatan rutinan baik bulanan
maupun tahunan.
3.5. PHB TR
PHB TR merupakan pembagi tenaga listrik ke masing-masing jurusan, PHB TR
menggunakan tegangan rendah 380/220 V dimana tegangan diperoleh dari sisi sekunder trafo
distribusi kemudian disalurkan ke jaringan tegangan rendah.
3.5.1. Kondisi
Pada badan panel banyak terpasang brosur yang ditempel dan vandalisme sehingga
nomor panel terhalang oleh brosur.Selain itu pada tiang TM juga ditempeli dengan
brosur.Salah satu lampu indikator di panel juga mati, sehingga penanda bahwa panel tersebut
bertegangan tidak bisa dilihat.
3.5.2 Solusi
Solusinya adalah membersihkan semua brosur dan vandalism pada badan panel dan
mengecatnya sehingga nomor panel dapat dibaca, pengecatan dilakukan juga pada tiang
TM.Dan mengganti lampu indikator yang mati agar tanda bertengana pada panel tersebut
dapat dilihat.
16
3.6. GTT3T
GTT3T merupakan trafo tiang distribusi dengan konstruksi 1 tiang TM 1 dibagian atas
dan 3 buah trafo masing-masing 1 fasa, GTT ini memiliki 3 jurusan tegangan rendah. Dan
memiliki 3 buah cut out.
3.6.1. Kondisi
Kondisi trafo ini masih bisa beropesai dengan baik akan tetapi jika akan melakuakan
perawatan sedikit terganggu oleh kabel yang ada di bawahnya, pemasangan kabel output trafo
ke pin isolator terlalu berantakan.
3.6.2. Solusi
Membuat jalur tiang baru pada jaringan tegangan rendah bisa juga dengan merapikan
kabel tegangan rendah yang ada di bawahnya. Dan juga penataan pemasangan kabel output
trafo ke pin isolator dirapikan.
17
3.7. GTT1
3.7.1. Kondisi
Trafo masih beroperasi dalam keadaan baik tetapi pada bagian busing trafo tidak
terdapat tanda fasa dan juga tidak terpasang tanda bahaya tegangan tinggi.Dan dudukan trafo
berkarat serta kabel cabang keluar dari pipa.
18
3.7.2. Solusi
Solusi utuk GTT tersebut adalah memberi tanda fasa pada busing trafo dan memasang
tanda bahaya tegangan tinggi.Serta mengecat dudukan trafo dengan cat besi dan memasukan
kabel cabang ke dalam pipa.
19
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari inspeksi distribusi jaringan tegangan menengah ini dapat disimpulkan bahwa
pemasangan kabel (jumper) dan pelabelankhususnya kabel TR masih sembarangan, tidak
memperhatikan segi keamanan (tegangan sentuh maupun short circuit) dan nilai
estetika/keindahan sehingga terlihat berantakan. Tiang listrik baik tiang besi maupun beton
rata-rata perlu dibersihkan akibat pamphlet dan brosur yang di tempel
sembarangan.Sedangkan khusus tiang besi rata-rata berkarat sehingga perlu di cat
ulang.Travers dan penegang tiang juga beberapa perlu pengecekan rutin karena dikhawatirkan
bisa lepas/ roboh. Untuk komponen-komponen seperti isolator, cut out switch, LA arrester,
bolt & nut, arm tie, fuse link rata-rata sudah terpasang dengan baik dan sesuai standar.
20