Anda di halaman 1dari 148

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN

METODE RELIABILITY INDEX ASSESSMENT PADA PENYULANG

KTN 4 GARDU INDUK KENTUNGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1

Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

NUR MUKHAMMAD ZAIDATUR ROCHMAN

NIM. 20130120033

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017
ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN

METODE RELIABILITY INDEX ASSESSMENT PADA PENYULANG

KTN 4 GARDU INDUK KENTUNGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1

Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

NUR MUKHAMMAD ZAIDATUR ROCHMAN

NIM. 20130120033

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017

i
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN

METODE RELIABILITY INDEX ASSESSMENT PADA PENYULANG

KTN 4 GARDU INDUK KENTUNGAN

Disusun Oleh:

NUR MUKHAMMAD ZAIDATUR ROCHMAN

NIM. 20130120033

Telah diperiksa dan disetujui:

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Ramadoni Syahputra, S.T., M.T. Yudhi Ardiyanto, S.T., M.Eng.


NIK.19741010201010123056 NIK.1982052820150123089

ii
HALAMAN PERYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Mukhammad Zaidatur Rochman

NIM : 20130120033

Jurusan : Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir (Skripsi) ini adalah asli

hasil karya saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan sumbernya dalam naskah dan dalam

daftar pustaka. Apabila dikemudian hari peryataan ini tidak benar , maka saya

siap menerima sanksi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 18 Maret 2017


Yang menyatakan,

Nur Mukhammad Zaidatur Rochman

iii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN


METODE RELIABILITY INDEX ASSESSMENT PADA PENYULANG
KTN 4 GARDU INDUK KENTUNGAN

Disusun Oleh:
NUR MUKHAMMAD ZAIDATUR ROCHMAN
NIM. 20130120033

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Pada Tanggal 23 Maret 2017

Susunan Tim Penguji:

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Ramadoni Syahputra, S.T., M.T. Yudhi Ardiyanto, S.T., M.Eng.


NIK.19741010201010123056 NIK.1982052820150123089

Penguji

Muhamad Yusvin Mustar, S.T., M.Eng.


NIK.19880508201504123073

Tugas Akhir ini telah dinyatakan sah sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik

Mengesahkan

Ketua Program Studi Teknik Elektro

Ir. Agus Jamal, M.Eng.


NIK.19660829199502123020

iv
MOTTO

Artinya: ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajanya, jika kamu orang-

orang yang beriman.”

(Q.S. Al-Imran: 139)

”Seseorang tidak akan beruntung dalam mencari ilmu kecuali dengan sedikit

bekal (banyak prihatin dan tidak hura-hura)”

(Imam Syafi’i)

”Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.”

(Andrew Jackson)

”Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka

terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka

bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu menungu inspirasi.”

(Ernest Newman)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil yang sangat sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Bapak dan ibuku tercinta yang selalu ada di hatiku dan selalu

menyemangatiku,

Kakakku yang selalu memberikan pertolongan di saat aku

membutuhkan,

Keponakanku yang masih kecil-kecil yang membuat rame di rumahku,

Calon Pendamping Hidupku,

Sahabat-sahabatku di kampus UMY,

Almamaterku : Kampus Matahari Terbit Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

vi
INTISARI

Jaringan distribusi merupakan sistem yang paling dekat dengan konsumen,


sehingga peranannya sangat penting dalam menjamin kontinuitas pelayanan listrik
ke konsumen. Tingkat keandalan dari sebuah sistem distribusi dapat diukur dari
sejauh mana penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung secara kontinu kepada
para pelnggan tanpa perlu terjadi pemadaman. Sebagian besar pemadaman yang
terjadi pada sistem tenaga listrik yang terjadi diakibatkan oleh permasalahan atau
gangguan yang timbul dalam sistem distribusi.
Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan untuk menghitung keandalan dari
sistem distribusi Area Yogyakarta Penyulang KTN 04. Metode yang digunakan
untuk menganalisa yaitu menggunakan metode RIA (Reliability Index
Assessment), dimana pada analisa yang pertama sistem diasumsikan berada dalam
kondisi perfect switching, dan pada analisa yang kedua sistem diasumsikan berada
dalam kondisi imperfect switching. Selanjutnya dilakukan analisa perhitungan
berdasar gangguan yang terjadi pada tahun 2015 dan besarnya energi listrik yang
hilang akibat gangguan.
Berdasar hasil analisa, pada kondisi perfect switching nilai SAIFI = 1.37
kali/tahun, MAIFI = 0.02055 kali/tahun, SAIDI = 1.21864 jam/tahun dan CAIDI
= 0.88951 jam /tahun, dan pada kondisi imperfect switching nilai SAIFI = 1.683
kali/tahun, MAIFI = 0,02055 kali/tahun, SAIDI = 2.13345 jam/tahun dan CAIDI
= 1.26764 jam/tahun. Sedangkan hasil analisa perhitungan berdasar pemadaman
yang terjadi pada penyulang KTN 4 tahun 2015, nilai SAIFI = 0.754315
kali/tahun, SAIDI = 0.974807 jam/tahun, ENS = 53,7 MWh dan AENS = 5,92
kWh/pelanggan.
Jika ditinjau dari SPLN 68-2: 1986 dengan SAIFI 3,2 kali/tahun dan
SAIDI 21 jam/tahun maka Penyulang KTN 4 telah memenuhi standar PLN
tersebut, sehingga penyulang KTN 4 dapat dikategorikan handal. Sedangkan jika
dibandingkan dengan standar WCS (World Customer Service) dan WCC (world
class company) dengan SAIFI 3 kali/tahun dan SAIDI 100 menit/tahun saat
sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect switching masih belum memenuhi
standar tersebut.

Kata kunci: Keandalan Sistem Distribusi Listrik, Reliability Index Assesment,


SAIFI, SAIDI, MAIFI, CAIDI, ENS, dan AENS

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas segala rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Analisis Keandalan Sistem Distribusi

20 kV Menggunakan Metode Reliability Index Assessment pada Penyulang

KTN 4 Gardu Induk Kentungan” yang disusun sebagai syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dan menjadi kontribusi bagi

khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa

seperjuangan.

Penulis menyadari dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini tidak

lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan, serta saran-saran yang berharga dari

semua pihak. Oleh karena itu dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Jazaul Ikhsan, ST., MT., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

viii
3. Ir. Agus Jamal, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Dr. Ramadoni Syahputra, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing 1

(satu), yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama

melaksanakan penelitian tugas akhir hingga dapat menyelesaikan

penulisan laporan ini.

5. Yudhi Ardiyanto, S.T., M.Eng, selaku dosen pembimbing 2 (dua),

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama

melaksanakan penelitian tugas akhir hingga dapat menyelesaikan

penulisan laporan ini.

6. Kedua orang tua saya dan seluruh keluarga saya yang selalu

memberikan do’a dan motivasi baik secara moral maupun materiil.

7. Seluruh dosen program studi Teknik Elektro Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu yang

banyak kepada penulis.

8. Temen-temen mahasiswa Teknik Elektro UMY, yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan kepada penulis.

9. Seluruh staf laboratorium Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

10. Semua pihak yang telah secara tidak langsung membantu penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini mengingat kemampuan dan pengalaman dalam penelitian

ix
penyusunan tugas akhir ini yang sangat terbatas. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan

pengembangan penelitian selanjutnya. Tidak ada yang dapat penulis berikan

selain ucapan terimakasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

informasi. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua, amiin.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 18 Maret 2017


Penulis

Nur Mukhammad Zaidatur Rochman

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN……….. .............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR .................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
INTISARI............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah......................................................................................... 5
1.4 Tujuan ........................................................................................................ 6
1.5 Manfaat ...................................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 8


2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
2.2 Landasan Teori ........................................................................................... 10
2.2.1 Sistem Tenaga Listrik .................................................................... 10
2.2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ................................................... 12
2.2.3 Gardu Induk Distribusi .................................................................. 14
2.2.3.1 Klasifikasi Gardu Induk ..................................................... 14
2.2.3.2 Peralatan Gardu Induk........................................................ 16

xi
2.2.4 Klasifikasi Jaringan Distribusi ...................................................... 21
2.2.4.1 Saluran Jaringan Distribusi Primer .................................... 22
2.2.4.1 Konfigurasi Jaringan Distribusi Primer ............................. 24
2.2.5 Transformator Distribusi ................................................................ 31
2.2.6 Gangguan pada Sistem Distribusi .................................................. 33
2.2.6.1 Penyebab Gangguan pada SUTM maupun SKTM ............ 35
2.2.6.2 Klasifikasi Gangguan ......................................................... 35
2.2.7 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi ............................................ 37
2.2.7.1 Pengaman lebur (Fuse Cut Out, FCO)............................... 37
2.2.7.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay, OCR) .................... 38
2.2.7.3 Rele Arus Gangguan Tanah (Ground Fault Relay) ........... 39
2.2.7.4 Rele Arus Gangguan Tanah Berarah (Directional Ground
Fault Relay)........................................................................ 39
2.2.7.5 Rele Penutup Balik (Reclosing Relay) ............................... 39
2.2.7.6 Penutup Balik Otomatis (PBO, Automatic Circuit
Recloser) ............................................................................ 39
2.2.7.7 Saklar Seksi Otomatis (SSO, Sectionalizer) ...................... 40
2.2.7.8 Saklar Beban (SB)/Load Break Switch (LBS) .................... 41
2.2.7.9 Arrester .............................................................................. 42
2.2.8 Keandalan Kontinuitas Penyaluran ................................................ 42
2.2.9 Keandalan Sistem Distribusi .......................................................... 44
2.2.10 Komponen Perhitungan Keandalan ............................................... 48
2.2.11 Indeks Keandalan Sistem Jaringan Distribusi ................................ 51
2.2.12 Perhitungan Dasar Keandalan Jaringan Distribusi ......................... 56
2.2.13 Metode RIA (Reliability Index Assessment) .................................. 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 66


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 66
3.2 Lokasi Penelitian Tugas Akhir ................................................................... 66
3.3 Alat yang Digunakan Dalam Penelitian ..................................................... 66
3.4 Tahapan Penelitian ..................................................................................... 67
3.4.1 Studi Pendahuluan.......................................................................... 68

xii
3.4.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ............................................. 69
3.4.3 Studi Literatur ................................................................................ 69
3.4.4 Pengumpulan Data ......................................................................... 69
3.4.5 Pengolahan Data............................................................................. 72
3.4.6 Hasil Perhitungan ........................................................................... 73
3.4.7 Analisa Hasil Perhitungan .............................................................. 73
3.4.8 Penyusunan Tugas Akhir ............................................................... 74

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 75


4.1 Gardu Induk Kentungan ............................................................................. 75
4.2 Jumlah Konsumen Penyulang di Gardu Induk Kentungan ........................ 75
4.3 Penyulang KTN 4 ....................................................................................... 77
4.4 Data Jumlah Pelanggan pada Penyulang KTN 4 ....................................... 82
4.5 Data Gangguan Penyulang KTN 4 pada Tahun 2015 ................................ 84
4.6 Analisa Sistem............................................................................................ 86
4.6.1 Sistem diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching ........... 86
4.6.2 Sistem diasumsikan berada dalam kondisi imperfect switching ....... 108
4.7 Analisa Perhitungan SAIFI dan SAIDI penyulang KTN 4 Berdasar
Jumlah Pelanggan di Gardu Induk Kentungan Tahun 2015 ...................... 112
4.8 Analisa Perbandingan Hasil SAIFI dan SAIDI Penyulang KTN 4
dengan Standar SPLN 68-2: 1986 .............................................................. 114
4.9 Analisa Perbandingan Hasil SAIFI dan SAIDI Penyulang KTN 4
dengan Standar WCS (World Customer Service) dan WCC (World
Class Company) ......................................................................................... 115
4.10 Analisa Perhitungan Indeks ENS dan AENS penyulang KTN 4 Berdasar
Data Gangguan pada Tahun 2015 .............................................................. 116

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 120


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 120
5.2 Saran ......................................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 123


LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga komponen utama dalam Penyaluran Tenaga Listrik ............ 10
Gambar 2.2 Diagram satu garis sistem distribusi ............................................. 13
Gambar 2.3 Transformator Daya ...................................................................... 16
Gambar 2.4 SF6 Circuit Breaker...................................................................... 17
Gambar 2.5 Current Transformer .................................................................... 19
Gambar 2.6 Arrester ......................................................................................... 19
Gambar 2.7 Sistem Distribusi Primer Tipe Radial ........................................... 24
Gambar 2.8 Sistem distribusi radial pohon ...................................................... 25
Gambar 2.9 Sistem distribusi radial daerah fasa .............................................. 26
Gambar 2.10 Sistem distribusi radial dengan tie dan switch pemisah ............... 27
Gambar 2.11 Sistem distribusi radial pusat beban ............................................. 28
Gambar 2.12 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Lingkar ( Loop/ring ) .... 29
Gambar 2.13 Sistem distribusi mesh .................................................................. 30
Gambar 2.14 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Spindle ........................... 31
Gambar 2.15 Fuse Cut Out ................................................................................. 38
Gambar 2.16 Load Break Switch ........................................................................ 41
Gambar 2.17 Blok Diagram untuk Sistem Seri .................................................. 56
Gambar 2.18 Blok Diagram untuk sistem paralel .............................................. 58
Gambar 2.19 Input dan Output dari RIA ............................................................ 59
Gambar 2.20 Simple Distribution System........................................................... 64
Gambar 3.1 Flow Chart Tahapan penelitian .................................................... 66
Gambar 4.1 Single Line Diagram Penyulang KTN 4....................................... 78
Gambar 4.2 Single Line Diagram Penyulang KTN 4 beserta pembagian
wilayah.......................................................................................... 79
Gambar 4.3 Grafik indeks SAIFI dan MAIFI per Section saat sistem dalam
kondisi Perfect Switching ............................................................. 91
Gambar 4.4 Grafik indeks SAIDI dan CAIDI per Section saat sistem dalam
kondisi Perfect Switching ............................................................. 98

xiv
Gambar 4.5 Grafik indeks SAIFI dan MAIFI per Section saat sistem dalam
kondisi Imperfect Switching ......................................................... 104
Gambar 4.6 Grafik indeks SAIDI dan CAIDI per Section saat sistem dalam
kondisi Imperfect Switching ......................................................... 111
Gambar 4.7 Grafik Nilai SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA,
berdasar Data Pemadaman Tahun 2015 dan Standar SPLN 68-2:
1986 .............................................................................................. 114
Gambar 4.8 Grafik Nilai SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA,
berdasar Data Pemadaman Tahun 2015 dan Standar WCS dan
WCC ............................................................................................. 115

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pelanggan PLN Menurut Sektor ........................................... 1


Tabel 1.2 Jumlah Penjulan Tenaga Listrik Nasional Menurut Sektor .............. 2
Tabel 2.1 Perkiraan angka keluar komponen sistem distribusi berdasar SPLN
59: 1985............................................................................................. 50
Tabel 2.2 Waktu operasi kerja dan pemulihan pelayanan ................................. 50
Tabel 2.3 Data Kegagalan untuk Saluran Udara ............................................... 51
Tabel 4.1 Jumlah Konsumen Penyulang di Gardu Induk Kentungan ............... 76
Tabel 4.2 Data panjang penyulang KTN 4 ........................................................ 80
Tabel 4.3 Data jumlah pelanggan per seksi pada penyulang KTN 4 ................ 82
Tabel 4.4 Data gangguan penyulang KTN 4 bulan Januari 2015 - Desember
2015 ................................................................................................... 85
Tabel 4.5 Perhitungan jumlah sustained failures rate dan momentary failures
rate .................................................................................................... 87
Tabel 4.6 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point ........................... 88
Tabel 4.7 Perhitungan Indeks SAIFI dan MAIFI Per Section .......................... 91
Tabel 4.8 Perhitungan nilai r sistem dan U sistem saat kondisi perfect
switching ........................................................................................... 93
Tabel 4.9 Perhitungan indeks SAIDI dan CAIDI per Load Point .................... 94
Tabel 4.10 Perhitungan Indeks SAIDI dan CAIDI Per Section .......................... 97
Tabel 4.11 Perhitungan jumlah sustained failures rate dan momentary failures
rate .................................................................................................... 99
Tabel 4.12 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point ........................... 100
Tabel 4.13 Perhitungan Indeks SAIFI dan MAIFI Per Section .......................... 104
Tabel 4.14 Perhitungan nilai r sistem dan U sistem............................................ 106
Tabel 4.15 Perhitungan indeks SAIDI dan CAIDI per Load Point .................... 107
Tabel 4.16 Perhitungan Indeks SAIDI dan CAIDI Per Section .......................... 110
Tabel 4.17 Perhitungan SAIFI dan SADI Penyulang KTN 4 pada GI
Kentungan Berdasar Data Pemadaman Tahun 2015......................... 113
Tabel 4.18 Perhitungan ENS dan AENS penyulang KTN 4 tahun 2015 ............ 118

xvi
DAFTAR SINGKATAN

A : Ampere
ABS : Air Break Switch
AC : Alternative Current
ACOS : Automatic Change Over Switch
AENS : Average Energy Not Supplied
APJ : Area Pelayanan Jaringan
ASAI : Average System Availability Index
ASUI : Average System Unavailabitity Index
CAIDI : Customer Average Interruption Duration Index
CAIFI : Customer Average Interruption Frequency Index
ENS : Energi Not Supplied
IEEE : Institute of Electrical and Electronic Engineers
Kms : Kilo Meter Sircuit
KV : Kilo Volt
kVA : Kilo Volt Ampere
KW : Kilowatt
KWh : Kilowatt-hours
L : Line (panjang saluran)
LBS : Load Break Switch
MAIFI : Momentary Average Interruption Frequency Index
MVA : Mega Volt Ampere
MW : Mega Watt
MWh : Mega Watt hours
NC : Normally Close
NO : Normally Open
PBO : Pemutus Balik Otomatis
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PT : Perseroan Terbatas

xvii
PTS : Pole Top Switch
RIA : Reliability Index Assessment
S : Sectionalizer
SAIDI : System Average Interruption Duration Index
SAIFI : System Average Interruption Frequency Index
SKBT : Saluran Kabel Bawah Tanah
V : Volt
W : Watt

xviii
INTISARI

Jaringan distribusi merupakan sistem yang paling dekat dengan konsumen,


sehingga peranannya sangat penting dalam menjamin kontinuitas pelayanan listrik
ke konsumen. Tingkat keandalan dari sebuah sistem distribusi dapat diukur dari
sejauh mana penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung secara kontinu kepada
para pelnggan tanpa perlu terjadi pemadaman. Sebagian besar pemadaman yang
terjadi pada sistem tenaga listrik yang terjadi diakibatkan oleh permasalahan atau
gangguan yang timbul dalam sistem distribusi.
Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan untuk menghitung keandalan dari
sistem distribusi Area Yogyakarta Penyulang KTN 04. Metode yang digunakan
untuk menganalisa yaitu menggunakan metode RIA (Reliability Index
Assessment), dimana pada analisa yang pertama sistem diasumsikan berada dalam
kondisi perfect switching, dan pada analisa yang kedua sistem diasumsikan berada
dalam kondisi imperfect switching. Selanjutnya dilakukan analisa perhitungan
berdasar gangguan yang terjadi pada tahun 2015 dan besarnya energi listrik yang
hilang akibat gangguan.
Berdasar hasil analisa, pada kondisi perfect switching nilai SAIFI = 1.37
kali/tahun, MAIFI = 0.02055 kali/tahun, SAIDI = 1.21864 jam/tahun dan CAIDI
= 0.88951 jam /tahun, dan pada kondisi imperfect switching nilai SAIFI = 1.683
kali/tahun, MAIFI = 0,02055 kali/tahun, SAIDI = 2.13345 jam/tahun dan CAIDI
= 1.26764 jam/tahun. Sedangkan hasil analisa perhitungan berdasar pemadaman
yang terjadi pada penyulang KTN 4 tahun 2015, nilai SAIFI = 0.754315
kali/tahun, SAIDI = 0.974807 jam/tahun, ENS = 53,7 MWh dan AENS = 5,92
kWh/pelanggan.
Jika ditinjau dari SPLN 68-2: 1986 dengan SAIFI 3,2 kali/tahun dan
SAIDI 21 jam/tahun maka Penyulang KTN 4 telah memenuhi standar PLN
tersebut, sehingga penyulang KTN 4 dapat dikategorikan handal. Sedangkan jika
dibandingkan dengan standar WCS (World Customer Service) dan WCC (world
class company) dengan SAIFI 3 kali/tahun dan SAIDI 100 menit/tahun saat
sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect switching masih belum memenuhi
standar tersebut.

Kata kunci: Keandalan Sistem Distribusi Listrik, Reliability Index Assesment,


SAIFI, SAIDI, MAIFI, CAIDI, ENS, dan AENS

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dunia modern sekarang ini, energi listrik memiliki peranan yang sangat

penting, karena tidak hanya dapat mensejahterakan kehidupan manusia, tetapi juga

merupakan faktor penentu untuk meningkatkan kemampuan dalam hal produksi.

Semakin tinggi tingkat kesejahteraan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat

ketergantungan pada ketersediaan energi listrik yang memadai dan berkualitas.

Selain itu energi listrik mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjamin

kelangsungan dan perkemembangan suatu industri (Thayib, 2011).

Berdasar stastistik ketenaga listrikan tahun 2014 Tabel 1.1, jumlah

pelanggan listrik PLN dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, baik di sektor

industri, rumah tangga, usaha maupun umum. Kenaikan jumlah pelanggan listrik

ini, juga mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi listrik di Indonesia dari

tahun ke tahun, seperti pada Tabel 1.2.

Tabel 1.1 Jumlah Pelanggan PLN Menurut Sektor

Pelanggan (Customer)
Tahun Jumlah
Year Rumah Tangga Industri Usaha Umum Total
Residential Industrial Commercial Public
2010 39.324.520 48.675 1.912.150 1.150.042 42.435.387
2011 42.577.542 50.365 2.049.361 1.217.877 45.895.145
2012 46.219.780 52.661 2.218.342 1.304.466 49.795.249
2013 50.116.127 55.546 2.418.431 1.406.104 53.996.208
2014 53.309.325 58.350 2.626.160 1.499.399 57.493.234

1
2

Tabel 1.2 Jumlah Penjualan Tenaga Listrik Nasional Menurut Sektor

Rumah Tangga Industri Usaha Umum Jumlah


Tahun Residential Industrial Commercial Public Total
Year
MWh MWh MWh MWh MWh
2010 62.113.000 68.098.000 26.464.000 9.294.000 165.969.000
2011 67.265.000 72.844.000 28.320.000 9.850.000 178.279.000
2012 74.205.000 78.701.000 30.729.000 10.654.000 194.289.000
2013 79.119.000 84.779.000 33.659.000 11.378.000 208.935.000
2014 85.418.000 87.252.000 36.299.000 12.327.000 221.296.000

Semakin meningkatnya jumlah pelanggan dan kebutuhan tenaga listrik,

menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.

Listrik digunakan masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan sosial sebagai alat

penerangan, menghidupkan barang-barang elektronik rumah tangga, menjalankan

mesin-mesin untuk berproduksi dan keperluan lainnya.

Atas dasar pertimbangan tingginya tingkat pertumbuhan kelistrikan

tersebut, maka PLN tidak hanya berusaha memenuhi permintaan daya yang

meningkat, akan tetapi juga harus memperbaiki tingkat keandalan pelayanan.

Sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No.17 tahun 1972, tentang Perusahaan

Listrik Negara (PLN) yang ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara

dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) di Indonesia, harus

mampu menyediakan tenaga listrik yang bermutu dan berkualitas tinggi bagi

kepentingan umum.

Keandalan sistem tenaga listrik menjadi kebutuhan penting bagi penyedia,

penyalur dan konsumen energi listrik. Keandalan sistem tenaga listrik merupakan
3

ukuran yang menggambarkan tingkat ketersediaan energi listrik dari sistem ke

konsumen. Jaringan distribusi merupakan sistem yang paling dekat dengan

konsumen, sehingga peranannya sangat penting dalam menjamin kontinuitas

pelayanan listrik ke konsumen. Tingkat keandalan pada sistem distribusi listrik

dapat dilihat dari frekuensi terjadinya pemutusan beban (outage), berapa lama

pemutusan yang terjadi dan waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan sistem dari

gangguan yang terjadi (Ifanda, 2014).

Ada beberapa indeks yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keandalan suatu sistem distribusi, diantaranya yaitu SAIFI (System Average

Interruption Frequency Index), MAIFI (Momentary Average Interruption

Freequency Index), SAIDI (System Average Interruption Duration Index), CAIDI

(Customer Average Interruption Duration Index), ENS (Energi Not Supplied) dan

AENS (Average Energy Not Supplied). (Li, 2005).

Agar dapat memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap pelanggan,

maka PLN harus bekerja efektif dan efisien dalam setiap program kerjanya,

sehingga dapat eksis dan terus berkembang di masa yang akan datang. Maka

selanjutnya muncul suatu konsekuensi yang harus dijalani oleh PT. PLN guna

mamberikan pelayanan yang efektif dan efisien, yaitu pendataan data gangguan

harus dilakukan sebaik-baiknya, sehingga perhitungan keandalan sistem atau

bagian-bagian dapat dilakukan dengan mudah.

Berdasar permasalahan dan pertimbangan di atas maka perlu adanya studi

tentang perhitungan tingkat keandalan sistem tenaga listrik. Penulis tertarik untuk
4

mengkaji dan mengevaluasi keandalan sistem distribusi tenaga listrik yang ada di

wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Yogyakarta, karena pada wilayah

Yogyakarta mempunyai total daya tersambung yang cukup besar yaitu 1.320,49

MVA pada tahun 2014 (Statistik ketenagalistrikan, 2014). Jaringan distribusi yang

akan dikaji yaitu penyulang KTN 4 pada Gardu Induk Kentungan karena pada tahun

2015 penyulang KTN 4 mengalami gangguan yang cukup banyak dibanding

penyulang lain yaitu terjadi 13 kali gangguan selama setahun. Diharapkan dengan

adanya pengevaluasian sistem distribusi, dapat menjadi referensi untuk

mempersiapkan suatu pilihan perbaikan jika terjadi penurunan kualitas pelayanan

pada pelanggan dan menjaga kontinuitas pelayanan terhadap pelanggan.

Ada beberapa jenis metode yang dapat digunakan untuk menganalisa

keandalan sistem distribusi. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Pada penelitian ini perhitungan indeks keandalan

dilakukan dengan menggunakan metode Reliability Indeks Assessment (RIA), yang

memperhitungkan faktor gangguan sesaat (momentary interruptions). Kemudian

hasil perhitungan yang diperoleh dibandingkan dengan indeks keandalan yang

ditetapkan oleh PT. PLN (Persero) dalam rangka menuju WCS (World Customer

Service) dan WCC (World Class Company) yaitu SAIFI = 3 kali/pelanggan/tahun

dan SAIDI = 100 menit/pelanggan/tahun. Selain itu pada penelitian ini juga

ditambahkan perhitungan indeks berorientasi pada beban dan energi yaitu indeks

ENS (Energi Not Supplied) dan AENS (Average Energy Not Supplied) untuk

mengevaluasi besarnya energi listrik yang hilang akibat gangguan pada sistem

distribusi.
5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilakukan analisis pada Sistem

Distribusi Tenaga Listrik di PLN (Persero) Area Yogyakarta, dengan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar nilai indeks keandalan sistem distribusi 20 kV Penyulang KTN

4 berdasar analisis menggunakan metode Reliability Index Assessment

(RIA)?

2. Berdasar hasil perhitungan indeks keandalan sejauh manakah tingkat

keandalan dari sistem distribusi 20 kV Penyulang KTN 4 yang ada di PT.

PLN (Persero) Area Yogyakarta?

3. Seberapa besar energi listrik yang tidak tersalurkan ke pelanggan akibat

gangguan yang terjadi pada Penyulang KTN 4?

1.3 Batasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari meluasnya masalah, maka batasan

masalah pada tugas akhir ini meliputi:

1. Studi kasus dari tugas akhir ini adalah Sistem Distribusi 20 kV di PT. PLN

(Persero) Area Yogyakarta pada Penyulang KTN 4.

2. Menghitung indeks keandalan SAIFI, SAIDI, dan CAIDI berdasarkan laju

kegagalan dan waktu perbaikan serta jumlah komponen pada setiap titik

beban (load point).


6

3. Hanya membahas keandalan jaringan distribusi primer 20 kV, tidak

membahas sistem pembangkit, Gardu Induk, dan jaringan tegangan rendah.

4. Untuk keakuratan evaluasi data, nantinya hasil analisa data akan disimulasi

dengan software Microsoft Excel.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah

1. Mengetahui besarnya indeks keandalan berdasar angka keluar komponen

yang ada pada sistem distribusi 20 kV Penyulang KTN 4, dengan

menggunakan metode RIA (Reliability Index Assessment).

2. Membandingkan hasil perhitungan indeks keandalan terhadap standar

indeks keandalan SPLN 68-2: 1986 dan standar yang menjadi target PLN

(Persero) dalam rangka menuju WCS (World Customer Service) dan WCC

(World Class Company), yaitu SAIFI = 3 kali/tahun dan SAIDI = 100

menit/tahun.

3. Mengetahui besarnya indeks berorientasi pada beban dan energi yaitu

indeks ENS (Energi Not Supplied) dan AENS (Average Energy Not

Supplied).

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai informasi tentang tingkat keandalan jaringan distribusi 20 kV pada

PT.PLN (Persero) Area Yogyakarta khususnya Penyulang KTN4;


7

2. Sebagai referensi dalam upaya perbaikan dan peningkatan keandalan sistem

distribusi 20 kV pada PT. PLN (Persero).

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan dan pembahasan studi kasus, maka

penulis menyusun Tugas Akhir ini dalam 5 bab sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Berisi mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang mendukung

penulisan dari pustaka-pustaka yang telah dipublikasikan.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, alat yang digunakan dalam

penelitian, tahapan penelitian dan diagram alir penelitian.

4. BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang analisis dan hasil penelitian.

5. BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan topik tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan-

batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil. Referensi

ini kemudian akan digunakan untuk mempertimbangkan permasalahan-

permasalahan apa saja yang berhubungan dengan topik yang diambil. Adapun

beberapa referensi tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai

berikut :

1. Skripsi yang dilakukan Affandi (2015), yang berjudul “Analisis Keandalan

Sistem Distribusi Tenaga Listrik di Gardu Induk Indramayu”. Pada skripsi

ini menganalisa tingkat keandalan SAIDI dan SAIFI pada penyulang Gardu

Induk Indramayu. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai SAIDI dan SAIFI

penyulang pada Gardu Induk Indramayu di kategorikan handal Bila ditinjau

dari standar keandalan SPLN no. 59: 1985, karena nilai SAIDI maupun

SAIFI masih di bawah batas nilai toleransi yang di tentukan yakni SAIFI

3,21 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI 21,094 jam/pelanggan/tahun.

2. Penelitian yang dilakukan Wicaksono (2012), dalam paper tugas akhirnya

di jurusan Teknik Elektro, ITS yang berjudul “Analisis Keandalan Sistem

Distribusi di PT. PLN (Persero) APJ Kudus Menggunakan Software Etap


9

dan Metode Section Technique” untuk menghitung indeks SAIFI, SAIDI

dan CAIDI. Hasil yang didapat dari perhitungan menggunakan metode

Section Technique pada penyulang KDS 2 berupa indeks SAIFI = 2.4982

kali/tahun, SAIDI = 7.6766 jam/pertahun, dan CAIDI = 3.072852

jam/tahun. Sedangkan hasil yang didapat dari running Software ETAP

berupa indeks SAIFI = 2.9235 kali/tahun, SAIDI = 7.8902 jam/tahun, dan

CAIDI = 2.699 jam/tahun.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2012), dalam jurnalnya tentang

analisis keandalan distribusi 20 kV pada pabrik semen Tuban dengan

menggunakan metode RIA (Reliability Index Assessment) yang

dibandingkan dengan hasil perhitungan program analisis kelistrikan.

Berdasar hasil perhitungan dengan metode RIA (Reliability Index

Assessment) pada penyulang diperoleh indeks SAIFI = 0.0765 kali/tahun,

SAIDI = 7.7625 jam/tahun, dan CAIDI = 68.297 jam/tahun, sedangkan hasil

perhitungan menggunakan program analisis kelistrikan diperoleh SAIFI =

0.158 kali/tahun, SAIDI = 10.791 jam/tahun, dan CAIDI = 68.297

jam/tahun dan diperoleh kesimpulan bahwa perbedaan nilai indeks

keandalan tidak signifikan antara program analisis kelistrikan dengan

metode RIA.

Berdasar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, perbedaan pada

penelitian ini, yaitu penelitian ini akan dilakukan pada jaringan distribusi 20 kV

Penyulang KTN 4 dan akan dianalisa menggunakan metode RIA dimana dalam

melakukan analisa sistem akan diasumsikan dalam kondisi perfect switching dan
10

imperfect sitching. Selain itu juga akan dianalisa menggunakan analisis kelistrikan

berdasar gangguan yang terjadi dalam satu tahun dan akan dianalisa juga nilai

indeks keandalan yang berorientasi pada beban dan energi, yaitu ENS dan AENS.

2.2 Landasan Teori

Adapun teori-teori penunjang yang digunakan penulis untuk mengerjakan

Tugas Akhir ini, antara lain:

2.2.1 Sistem Tenaga Listrik

Secara umum definisi sistem tenaga listrik merupakan kumpulan dari

berbagai peralatan listrik yang meliputi sistem pembangkitan, sistem transmisi, dan

sistem distribusi, yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain

sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk kemudian digunakan oleh pelanggan

(Syahputra, 2010). Siklus aliran energi listrik pada sistem tenaga listrik dijelaskan

pada gambar 1.1 sebagai berikut.

Gambar 2.1 Tiga komponen utama dalam Penyaluran Tenaga Listrik

(Sumber: Syahputra, 2010)


11

Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil

(minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah menjadi

energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada

poros turbin menjadi energi listrik tiga fasa. Melalui transformator step-up, energi

listrik ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi

menuju pusat-pusat beban (Syahputra, 2010).

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan

tegangan antara 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk

dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500

kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi (Suhadi, 2008).

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik

pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding

dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai

tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian

daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi

20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi,

kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh

saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu

distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo

distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt. Selanjutnya

disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini


12

jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga

listrik secara keseluruhan (Suhadi, 2008).

2.2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Dalam definisi secara umum, sistem distribusi adalah bagian dari sistem

perlengkapan elektrik antara sumber daya besar (bulk power source, BPS) dan

peralatan hubung pelanggan (costumer service switches). Berdasar definisi ini

maka sistem distribusi meliputi komponen-komponen berikut:

1. Sistem subtransmisi

2. Gardu induk distribusi

3. Penyulang distribusi atau penyulang primer

4. Transformator distribusi

5. Untai sekunder

6. Pelayanan pelanggan.

Akan tetapi beberapa engineer mendefinisikan sistem distribusi sebagai

bagian dari sistem perlengkapan elektrik antara gardu induk dan pelanggan.

Gambar 2.2 menunjukkan diagram satu garis dari sistem distribusi yang

khas. Rangkaian subtransmisi mengirimkan energi dari sumber daya besar ke gardu

induk distribusi. Tegangan subtransmisi berkisar antara 12,47 kV sampai dengan

245 kV (Syahputra, 2010).


13

Gambar 2.2 Diagram satu garis sistem distribusi

(sumber: Utomo, Ray. Perancangan Subtransmisi dan Gardu Induk Distribusi. Diambil dari

slideplayer.info/slide/2021470)

Setelah energi listrik sampai pada gardu induk distribusi, kemudian

diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan

menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan

pada saat ini tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20

kV. Setelah energi listrik disalurka melalui jaringan distribusi primer atau Jaringan

Tegangan Menengah (JTM), maka energi listrik kemudian diturunkan lagi

tegangannya dalam gardu-gardu distribusi (transformator distribusi) menjadi

tegangan rendah, yaitu tegangan 380/220 Volt, dan selanjutnya disalurkan melalui
14

saluran sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke pelanggan PLN

(Syahputra, 2010).

2.2.3 Gardu Induk Distribusi

Gardu induk (GI) merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri dari

beberapa peralatan listrik dan berfungsi untuk:

1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan tinggi

yang lainnya atau ke tegangan menengah.

2. Pengukuran, pengawasan operasi, serta pengaturan pengamanan dari sistem

tenaga listrik.

3. Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan

gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan menengah. (Tanzil,

2007).

2.2.3.1 Klasifikasi Gardu Induk

Menurut konstruksinya gardu induk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Gardu Induk Pasangan Luar (Outdoor)

Peralatan listrik tegangan tinggi pada gardu induk ini ditempatkan di luar

bangunan atau di tempat terbuka (switchyard). Peralatan lain seperti HV cell, panel

kontrol dan rele-rele, serta sumber DC ditempatkan di dalam gedung. Gardu induk

ini biasanya disebut gardu induk konvensional.


15

Kelebihan gardu induk outdor, yaitu:

a.) Konstruksinya lebih murah dibanding dengan gardu induk indoor.

b.) Isolasi antara peralatan dan antara busbar menggunakan media udara

terbuka sehingga mengurangi biaya untuk media isolasi.

Kelemahan gardu induk outdoor, yaitu:

a.) Membutuhkan area tanah yang luas.

b.) Lebih rentan terhadap hujan dan debu (kondisi cuaca) sehingga peralatan

mudah kotor dan jadwal pemeliharaan harus lebih sering dilakukan.

c.) Memungknkan untuk mengalami over voltage akibat sambaran petir.

2. Gardu induk Pasangan Dalam (Indoor)

Pada gardu induk indoor instalasi peralatan listrik ditempatkan di dalam

gedung atau di tempat tertutup. Pada gardu induk indoor menggunakan media

isolasi gas dan disebut Gas Insulated Switchyard (GIS).

Kelebihan gardu induk indoor adalah:

a.) Membutuhkan area yang kecil.

b.) Lebih aman terhadap petir dan pengaruh cuaca lainnya.

c.) Biaya perawatan yang lebih sedikit.

Kelemahan gardu induk indoor adalah:

a.) Konstruksinya lebih mahal.


16

3. Gardu Induk Pasangan Gabungan

Pada gardu induk ini mempunyai ciri khas hanya transformatornya saja

yang diletakkan di luar, sedangkan peralatan lainnya berada di dalam gedung.

4. Gardu Induk Dalam Tanah

Gardu induk dalam tanah mempunyai ciri khas mirip dengan gardu induk

pasangan dalam, hanya saja tempatnya di dalam tanah. (Tanzil, 2007).

2.2.3.2 Peralatan Gardu Induk

Peralatan dalam sebuah gardu induk bergantung pada tipe gardu induk,

fungsi serta tingkat proteksi yang diinginkan. Secara umum, sebuah gardu induk

memiliki perlatan utama sebagai berikut:

1. Transformator Daya

Gambar 2.3 Transformator Daya

(sumber: Syahputra, 2015)


17

Transformator ini berfungsi menyalurkan besaran daya tertentu dengan

mengubah besaran tegangannya. Transformator daya yang digunakan di gardu

induk ada yang berupa satu transformator 3 fasa ataupun tiga transformator 1 fasa.

Jika transformator 3 fasa dibanding dengan tiga transformator 1 fasa yang

kapasitasnya sama, didapati bahwa berat transformator 3 fasa kira-kira sebesar 80%

dari berat tiga transformator 1 fasa. Transformator 3 fasa juga lebih menguntungkan

dalam hal pondasi, wiring, dan ruang yang diperlukan. Kelebihan menggunakan

transformator 1 fasa yaitu apabila diperlukan transformator cadangan, maka untuk

transformator 1 fasa cukup ditambah satu transformator 1 fasa saja sehingga

menjadi empat transformator 1 fasa, sehingga sangat ekonomis. Namun, jika dalam

suatu gardu induk terdapat banyak transformator, maka transformator 3 fasa lebih

menguntungkan.

2. Circuit Breaker (CB)

Gambar 2.4 SF6 Circuit Breaker


(sumber: Rifqi, 2010)
18

CB merupakan alat yang dapat membuka atau menutup rangkaian baik pada

kondisi kerja normal maupun pada saat terjadi kegagalan. Pada kondisi kerja

normal CB dapat dioperasikan secara manual ataupun dengan menggunakan

remote kontrol, sebaliknya pada saat terjadi kegagalan CB akan bekerja secara

otomatis. Pada CB dilengkapi dengan media untuk memadamkan busur api (arc),

seperti dengan media udara, gas, minyak dan lain sebagainya.

3. Saklar Pemisah (Disconnecting Switch, DS)

DS berfungsi memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban.

Pada umumnya DS tidak dapat memutuskan arus. Meskipun ia dapat memutuskan

arus yang kecil, dalam membuka atau menutup DS harus dilakukan setelah

membuka CB terlebih dahulu. Untuk menjamin agar kesalahan urutan operasi tidak

terjadi, maka harus ada keadaan saling mengunci (interlock) antara CB dan DS. Di

dalam rangkaian kontrolnya, rangkaian interlock akan mencegah bekerjanya DS

apabila CB masih dalam keadaan menutup.

4. Trafo Ukur

Trafo ukur terdiri dari trafo arus (current transformer) dan trafo tegangan

(potential transformer). Trafo arus berfungsi mengubah besaran arus pada sistem

ke besaran yang lebih kecil untuk keperluan pengukuran arus, kWh meter, dan rele

proteksi. Trafo tegangan berfungsi mengubah besaran tegangan dari tegangan

tinggi ke rendah untuk keperluan penunjukan nilai tegangan pada voltmeter, serta

untuk pengukuran energi.


19

Gambar 2.5 Current Transformer

(sumber: www.skm-eleksys.com/2012/06/current-transformer.html?m=1)

5. Lightning Arrester

Lightning arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistem

tenaga listrik. Bila terjadi surja atau petir, maka arrester berfungsi melepaskan

muatan listrik ke sistem pentanahan, serta mengurangi tegangan lebih yang akan

mengenai peralatan di dalam gardu induk.

Gambar 2.6 Arrester

(sumber: www.powerqualityworld.com/2011/05/surge-arresters.html?m=1)
20

6. Trafo pemakaian sendiri

Trafo pemakaian sendiri berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi

listrik dalam gardu induk itu sendiri, misalnya untuk penerangan, air conditioning,

serta keperluan pengoperasian peralatan listrik lainnya.

7. HV Cell 20 kV (Cubicle)

Di dalam HV Cell 20 kV terdapat sekumpulan cell incoming (penyulang

masuk), cell outgoing (penyulang keluar), cell PMT kopel, cell spare, dan lain-lain.

HV Cell 20 kV berfungsi sebagai pusat beban untuk jaringan distribusi 20 kV, di

mana sisi sekunder dari trafo 150/20 kV mengisi cell incoming yang berada dalam

ruang HV Cell 20 kV, kemudian mengalirkan arus di sepanjang bus (rel tegangan

menengah) pada cell-cell outgoing penyulang. Selanjutnya, dari penyulang-

penyulang inilah suplai daya listrik akan didistribusikan kepada konsumen dalam

wilayah sesuai dengan yang dihandle oleh masing-masing penyulang.

Selaian peralatan utama, di dalam gardu induk juga terdapat peralatan

kontrol yang terdiri dari:

a. Panel kontrol utama

Panel kontrol utama berfugsi mengontrol dan memonitor operasi gardu

induk dan merupakan pusat pengendali suatu gardu induk. Panel kontrol dibagi

menjadi panel instrumen dan panel operasi. Pada panel instrument terpasang

instrumen, seperti amperemeter dan kWh meter, serta penunjuk gangguan, dari sini
21

keadaan operasi dapat diawasi. Sedangkan pada panel operasi terpasang saklar

operasi dari CB dan DS serta lampu penunjuk posisi saklar.

b. Panel rele

Pada panel rele terpasang rele pengaman, seperti over current relay (OCR)

dan directional ground relay. Kerja rele dikoordinasikan dengan CB, sehingga

apabila terjadi gangguan (misalnya karena hubung singkat), rele segera

memerintahkan CB untuk trip. Dengan demikian gangguan tidak akan meluas dan

mengakibatkan kerusakan pada peralatan.

Di samping peralatan utama dan peralatan kontrol, dalam gardu induk juga

terdapat peralatan bantu (auxiliary), seperti alat pendingin, baterai, kompresor, alat

penerangan dan sebagainya. Karena dalam operasinya gardu induk berhubungan

dengan pusat pembagi beban, maka diperlukan juga peralatan komunikasi (Tanzil,

2007).

2.2.4 Klasifikasi Jaringan Distribusi

Klasifikasi jaringan distribusi berdasar level teganan dan letak jaringan

terhadap posisi gardu distribusi dibedakan menjadi dua, yaitu (Syahputra, 2010):

1. Jaringan Distribusi Primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM).

2. Jaringan Distribusi Sekunder atau Jaringan Tegagan Rendah (JTR).

Jaringan distribusi primer (JTM) merupakan suatu jaringan yang letaknya

sebelum gardu distribusi, berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan


22

menengah (misalnya 6 kV atau 20 kV). Hantarannya dapat berupa kabel dalam

tanah atau saluran udara yang menghubungkan gardu induk (sekunder trafo)

dengan gardu distribusi atau gardu hubung (sisi primer trafo distribusi).

Jaringan distribusi sekunder (JTR) merupakan suatu jaringan yang letaknya

setelah gardu distribusi, berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan rendah

(misalnya 220 V/380 V). Hantaran berupa kabel tanah atau kawat udara yang

menghubungka dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke konsumen.

Sedangkan gardu distribusi sendiri adalah suatu sarana, dimana terdapat

transformator step down yang menurunkan tegangan dari tegangan menengah

menjadi tegangan rendah sesuai kebutuhan konsumen. (Syahputra, 2010).

2.2.4.1 Saluran Jaringan Distribusi Primer

Pada sistem jaringan distribusi primer saluran yang digunakan untuk

menyalurkan daya listrik pada masing-masing beban disebut penyulang (Feeder).

Pada umumnya setiap penyulang diberi nama sesuai dengan daerah beban yang

dilayani. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengingat dan menandai

jalur-jalur yang dilayani oleh penyulang tersebut. Sistem penyaluran daya listrik

pada jaringan distribusi primer dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Affandi, 2015):

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 – 20 kV

Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti

kawat AAAC (All Alumunium Alloy Conductor), ACSR (Alumunium

Conductor Steel Reinforced), dll.


23

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) 6 – 20 kV

Jenis penghantar yang dipakai adalah kawat berisolasi seperti MVTIC

(Medium Voltage Twisted Insulated Cable) dan AAACS (Kabel Alumunium

Alloy dengan pembungkus lapisan PVC).

3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 – 20 kV

Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi PVC (Poly

Venyl Cloride) , XLPE (Crosslink Polyethelene), dll. (Affandi, 2015).

Jaringan distribusi umumnya menggunakan saluran udara dengan kawat

telanjang yang dipasang pada tiang dengan isolator, karena dari sisi biaya

pembangunannya lebih murah dan perawatannya lebih sederhana. Hanya saja jenis

jaringan ini dapat mengganggu pemandangan, karena banyak bentangan kawat

yang melintas di sepanjang jaringan. Kelemahan yang lain dari sistem ini adalah

kurang aman terhadap gangguan cuaca dan terganggu oleh pepohonan yang tumbuh

di sekitar jaringan.

Berbeda dengan jaringan bawah tanah, yang mempunyai kelebihan tidak

mengganggu pemandangan dan lebih aman terhadap gangguan cuaca. Hanya saja

bila terjadi kerusakan, penanganannya lebih rumit. Jaringan bawah tanah harus

menggunakan penghantar berisolasi, sehingga biaya pembangunannya lebih mahal.

Jaringan bawah tanah biasanya digunakan pada daerah yang menuntut estetika yang

tinggi dan jarak yang relatif pendek.


24

2.2.4.2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Primer

Ada berbagai bentuk/tipe jaringan distribusi primer, yaitu (Tanzil, 2007):

1. Sisten Jaringan Distribusi Radial

Tipe ini merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak digunakan,

tetapi hanya memiliki satu sumber dan tidak ada alternatif sumber lain (alternative

source). Kondisi demikian menyebabkan terjadinya pemadaman total pada seluruh

beban apabila terjadi gangguan pada sumber, karena tidak ada sumber lain yang

berfungsi sebagai back up. Oleh karena itu, tipe ini cocok diterapkan pada beban

kelas rumah tangga dan listrik pedesaan pada umumnya yang tidak menuntut

kontinuitas penyaluran daya dengan tingkat keandalan yang tinggi.

Peralatan pendukun terutama pengaman pada bentuk radial ini biasanya

berupa fuse, recloser, sectionalizer, atau pemutus beban lainnya, yang berfungsi

melokalisir daerah pemadaman pada saat terjadi gangguan (Tanzil, 2007). Sistem

distribusi bentuk radial dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini.

Gambar 2.7 Sistem Distribusi Primer Tipe Radial

(sumber : Kurniawan, 2016)


25

Dalam perkembangannya bentuk ini mengalami beberapa modifikasi, yaitu:

a. Bentuk radial pohon

Bentuk ini mirip dengan bentuk radial murni. Bentuk radial pohon terdiri

atas satu saluran utama yang bercabang-cabang menuju ke setiap titik beban, dan

setiap titik beban hanya dilayani leh satu cabang saluran. Sistem distribusi bentuk

radial pohon dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 Sistem distribusi radial pohon

(Sumber: Tanzil, 2007)

b. Bentuk radial daerah fase

Bentuk ini berlaku untuk sistem tiga fase, dimana terdapat tiga saluran

utama, dan masing-masing saluran utama menyalurkan suplai listrik satu fase

kepada pelanggan yang terdapat dalam satu daerah. Kelemahan dari tipe ini yaitu
26

tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan akan fasilitas suplai 3 fasa, selain itu

bila ternyata kapasitas beban dari masing-masing daerah beban tidak sama atau

berbeda jauh, maka akan terjadi pembebanan yang tidak simetris terhadap

sumbernya. Oleh karena itu, tipe ini cocok diterapkan pada darah-daerah beban

yang sudah jenuh dan tidak lagi mengharapkan adanya penambahan beban. Sistem

distribusi radial daerah fasa dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut ini.

Gambar 2.9 Sistem distribusi radial daerah fasa

(Sumber: Tanzil, 2007)

c. Bentuk radial dengan tie dan switch pemisah

Bentuk ini merupakan modifikasi dari bentuk radial, yang membagi

kelompok beban menjadi beberapa area beban. Di antara area-area beban ini
27

dipasang tie dan switch pemisah, yang berfungsi sebagai penghubung pada saat

diperlukan adanya pemulihan pelayanan yang cepat bagi pelanggan ketika terjadi

gangguan. Caranya dengan menghubungkan area terganggu ke area yang tidak

terganggu melewati feeder-feeder terdekat. Sedangkan beban yang feedernya

terganggu, dilokalisir agar tidak harus terjadi pemadaman total. Sistem distribusi

radial dengan tie dan switch pemisah dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Sistem distribusi radial dengan tie dan switch pemisah

(Sumber: Tanzil, 2007)

d. Bentuk radial pusat beban

Tipe ini pada dasarnya adalah tipe radial murni, tetapi titik sumbernya tidak

terletak di titik pusat beban. Antara titik sumber dengan suatu titik yang dianggap
28

sebagai pusat beban dihubungkan oleh feeder utama yang disebut express feeder.

Sistem distribusi bentuk radial pusat beban dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Sistem distribusi radial pusat beban

(Sumber: Tanzil, 2007)

2. Sistem Jaringan Distribusi Ring

Tipe ini merupakan rangkaian tertutup (close loop) berbentuk ring (cincin),

yang memungkinkan titi-titik beban dapat dilayani dari dua jalur saluran, sehingga

kontinuitas pelayanan daya lebih baik dari tipe radial. Tipe ini cocok diterapkan

pada daerah-daerah dengan tingkat kerapatan beban yang cukup besar, seperti

kawasan industri dan komersial, yang memerlukan kontinuitas pelayanan daya

dengan tingkat kendalan yang tinggi. Jika penyulang operasi mengalami gangguan,
29

dapat dipasok dari penyulang cadangan secara efektif dalam waktu yang sangat

singkat dengan mengguanakan fasilitas Automatic Change Over Switch (ACOS)

(Tanzil, 2007). Sistem distribusi tipe ring dapat dilihat pada gambar 2.12 berikut.

Gambar 2.12 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Lingkar ( Loop/ring )

(sumber : Kurniawan, 2016)

3. Sistem jaringan distribusi Mesh

Tipe ini menyediakan lebih banyak lagi saluran pilihan bila terjadi

gangguan pada salah satu saluran. Fasilitas pilihan lebih dari satu tidak hanya pada

salurannya saja, tetapi juga pada sumbernya, di mana sumber yang tersedia lebih

dari satu. Di sinilah perbedaan mendasar anatara tipe ring dan tipe mesh. Apabila

pada tipe ring tersedia saluran ganda, namun hanya memiliki satu sumber, maka

pada tipe mesh baik saluran maupun sumber tersedia lebih dari satu. Sistem ini

disebut juga sistem interkoneksi, karena disuplai oleh beberapa sumber yang saling

berhubungan dan membentuk mesh (jaring). Tipe ini memiliki tingkat keandalan
30

yang sangat baik, cocok digunakan pada kelas beban yang memiliki nilai ekonomis

tinggi, atau kelas beban yang sifatnya vital (tidak boleh terganggu kontinuitasnya),

seperti pusat sarana komunikasi, instalasi militer dan rumah sakit, dll (Tanzil,

2007). Sistem distribusi tipe mesh dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut ini.

Gambar 2.13 Sistem distribusi mesh

(Sumber: Tanzil, 2007)

4. Sistem jaringan distribusi spindle

Tipe ini memanfaatkan dua komponen pendukung utama, yaitu gardu induk

dan gardu hubung, merupakan pola khusus yang ditandai dengan ciri adanya

sejumlah kabel keluar dari suatu gardu induk yang disebut dengan outgoing menuju

ke arah suatu titik temu yang disebut gardu hubung. Pada tipe spindle tidak terdapat
31

percabangan, sehingga semua saluran dipasang sedemikian rupa agar dapat

mencapai gardu hubung secara langsung. Selain saluran utama, juga terdapat

sebuah saluran cadangan yang biasa disebut saluran express, yang berfungsi

sebagai cadangan bila terjadi gangguan pada saluran utama (Tanzil, 2007). Sistem

distribusi tipe spindle dapat dilihat pada gambar 2.14 berikut ini.

Gambar 2.14 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Spindle

(sumber : kurniawan, 2016)

2.2.5 Transformator Distribusi

Trafo distribusi merupakan bagian penting dari jaringan distribusi, yaitu

untuk menyesuaikan level tegangan agar sesuai dengan keperluan pelanggan. Trafo

distribusi biasanya menggunakan pendingin minyak. Kumparan trafo dimasukkan

dalam tabung yang berisi minyak pendingin.

Dalam pemakaiannya perlu dipasang perlatan pengaman agar trafo tidak

mudah rusak akibat gangguan yang terjadi pada jaringan, baik itu hubung singkat,
32

arus beban lebih maupun gangguan petir. Untuk melindungi dari gangguan petir

digunakan arrester, yang satu ujungnya dihubungkan dengan kawat tegangan

menengah dan ujung lainnya dihubungkan ke tanah. Prinsip kerjanya, pada saat

normal arrester bekerja sebagai isolator. Kemudian pada saat terjadi teganga lebih

akibat petir, maka arrester berubah watak menjadi konduktor yang baik, sehingga

tegangan lebih yang terjadi dapat dinetralkan ke tanah. Setelah tegangan lebih petir

hilang, maka arrester kembali normal sebagai isolator.

Untuk melindungi dari arus lebih digunakan sekring lebur, yang akan

memutus rangkaian bila terjadi arus lebih, baik akibat beban yanag berlebih ataupun

terjadi hubung singkat pada jaringan tegangan rendahnya. (Suripto).

Berdasar kapasitas trafonya trafo distribusi dibagi menjadi beberapa tipe,

diantaranya:

1. Tipe tembok : di atas 555 KVA sampai 1 MVA

2. Tipe dua tiang : di atas 200 KVA sampai 555 KVA

3. Tipe satu tiang : dengan kapasitas 200 KVA atau lebih kecil

Pemilihan kapasitas trafo disesuaikan dengan jumlah beban yang dilayani,

baik itu beban pada saat trafo dipasang maupun perkiraan pertambahan beban di

lokasi tersebut. Demikian pula sistem jaringan tegangan rendahnya menggunakan

satu fasa atau tiga fasa. Trafo yang berkapasitas relatif kecil biasanya realatif ringan

sehingga cukup dipasang pada satu tiang yang digunakan untuk menyangga kawat

penghantar jaringan distribusi. Sedang untuk trafo yang berkapasitas besar tidak
33

lagi dipasang pada tiang jaringan distribusi, tetapi dipasang dalam bangunan.

(Suripto).

2.2.6 Gangguan pada Sistem Distribusi

Hubungan singkat (short circuits) dan kondisi abnormal lainnya sering

terjadi pada sistem tenaga listrik. Arus besar yang diakibatkan hubung singkat dapat

menyebabkan kerusakan pada peralatan jika rele proteksi dan pemutus tenaga (CB)

tidak tersedia untuk proteksi tiap seksi sistem tenaga.

Hubung singkat (short circuits) biasanya dikatakan sebagai “gangguan”

oleh para Engineer. Istilah “gangguan (faults)” dapat berarti “kerusakan (defect)”.

Beberapa kerusakan, selain hubung singkat, juga dikatakan sebagai gangguan,

contohnya kegagalan konduksi suatu konduktor.

Jika sebuah gangguan terjadi pada komponen sistem tenaga, piranti proteksi

yang bekerja otomatis dibutuhkan untuk mengisolasi elemen terganggu secepat

mungkin, guna menjaga bagian sistem yang sehat dapat bekerja normal. Jika

gangguan hubung singkat terjadi dalam waktu yang lama, maka dapat

menyebabkan kerusakan terutama pada bagian-bagian penting sistem. Arus

gangguan hubung singkat yang sangat besar dapat menyebabkan kebakaran.

Skema proteksi meliputi pemutus tenaga (circuit breakers, CB) dan rele

proteksi untuk mengisolasi bagian sistem yang terganggu terhadap bagian yang

sehat. CB dapat memutuskan hubungan elemen sistem terganggu dan tergantung


34

pada kerja rele proteksi. Rele proteksi berfungsi mendeteksi dan melokalisir

gangguan dan memerintahkan CB untuk memutuskan elemen terganggu.

Rele proteksi tidak mengantisipasi atau mencegah terjadinya gangguan,

tetapi beroperasi hanya setelah gangguan terjadi. Biaya perlengkapan proteksi

umumnya mencapai sekitar 5% dari total biaya sistem tenaga listrik. Sebagian besar

gangguan pada saluran transmisi dan distribusi disebabkan oleh tegangan lebih

karena petir atau surja hubung, atau karena gangguan eksternal berupa benda yang

dapat menimpa saluran. Tegangan lebih karena petir atau surja hubung

menyebabkan flashover pada permukaan isolator sehingga menyebabkan hubung

singkat. (Syahputra, 2010).

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh Gangguan: (Disyon, 2008).

a. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada konsumen apabila

gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian atau

menyebabkan keluarnya suatu unit pembangkit.

b. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas

tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan listrik baik PLN

maupun konsumen.

c. Pengurangan stabilitas sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.

d. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan.


35

2.2.6.1 Penyebab Gangguan pada SUTM maupun SKTM

Ada beberapa hal yang menyababkan terjadinya gangguan pada saluran

distribusi diantaranya, yaitu (Normalasari, 2010):

1. Pada SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), penyebab gangguan

yang sering terjadi, yaitu:

a. Gangguan alam (seperti: petir, pohon, angin, hujan, panas, dll);

b. Kegagalan atau kerusakaan peralatan dan saluran;

c. Manusia;

d. Binatang dan benda-benda asing, dan lain-lain.

2. Pada SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah), penyebab gangguan

yang sering terjadi, yaitu:

a. Gangguan dari luar (External Fault), yaitu gangguan-ganggguan

mekanis karena pekerjaan galian saluran air dan lain-lain. Kendaraan

yang lewat di atasnya, impuls petir lewat saluran udara, binatang dan

deformasi tanah.

b. Gangguan dari dalam (Internal Fault), yaitu tegangan dan arus

abnormal, pemasangan yang kurang baik, penuaan dan beban lebih.

2.2.6.2 Klasifikasi Gangguan.

Jenis-jenis gangguan yang terjadi dalam sistem tenaga listrik diantaranya

sebagai berikut:
36

1. Gangguan Simetris, yaitu gangguan hub singkat 3 fase, baik 3 fase ke tanah

atau tanpa ke tanah.

2. Gangguan Taksimetris, yaitu terdiri dari:

a. Gangguan satu fase ke tanah

b. Gangguan dua fase ke tanah

c. Gangguan fase ke fase

d. Gangguan hubung terbuka (open circuited phases)

e. Gangguan kumparan (winding faults)

3. Gangguan Simultan, yaitu dua atau lebih gangguan yang terjadi secara

simultan pada sistem tenaga listrik. Pada gangguan simultan, dapat terjadi

jenis gangguan yang sama atau berbeda secara bersamaan. (Syahputra,

2010)

Berdasar lamanya gangguan yang terjadi, gangguan dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Gangguan Permanen (sustained interruption),

Gangguan ini ditandai dengan bekerjanya kembali PMT untuk memutus

daya listrik. Gangguan permanen baru dapat diatasi setelah penyebab

gangguannya dihilangkan.

b. Gangguan Temporer (Momentary interruption)

Gangguan ini ditandai dengan normalnya kerja PMT setelah dimasukkan

kembali. Pada gangguan temporer dapat diatasi setelah penyebab gangguan

hilang dengan sendirinya setelah PMT trip. (Disyon, 2008).


37

2.2.7 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi

Sistem pengaman bertujuan untuk mencegah, membatasi atau melindungi

jaringan dan peralatan terhadap bahaya kerusakan yang disebabkan karena

gangguan, baik gangguan yang bersifat temporer maupun permanen, sehingga

kualitas dan keandalan penyaluran daya listrik dapat terjamin dengan baik.

Jenis pengaman yang digunakan pada jaringan tegangan menengah antara

lain: (Suhadi, 2008. p.349).

1. Pengaman lebur (Fuse Cut Out, FCO)

2. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

3. Rele Arus Gangguan Tanah (Ground Fault Relay)

4. Rele Arus Gangguan Tanah Berarah (Directional Ground Fault Relay)

5. Rele penutup balik (Reclosing Relay)

6. Penutup Balik Otomatis (PBO, Automatic Circuit Recloser)

7. Saklar Seksi Otomatis (SSO, Sectionalizer)

8. Saklar Beban (SB)/Load Break Switch (LBS)

9. Arrester.

2.2.7.1 Pengaman lebur (Fuse Cut Out, FCO)

Pengaman lebur (Fuse Cut Out) adalah suatu alat pemutus aliran daya listrik

pada jaringan bila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini dilengkapi dengan fuse link

yang terdiri dari elemen lebur. Bagian inilah yang akan langsung melebur jika

dialiri arus lebih pada jaringan. Besarnya fuse link yang digunakan tergantung dari
38

perhitungan jumlah beban (arus) maksimum yang dapat mengalir pada jaringan

yang diamankan (Suhadi, 2008).

Gambar 2.15 Fuse Cut Out


(sumber: Rifqi, 2010)

2.2.7.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay, OCR)

Rele arus lebih merupakan pengaman utama sistem distribusi tegangan

menengah terhadap gangguan hubung singkat antar fasa. Rele arus lebih adalah

suatu rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi nilai

setting pengaman tertentu dalam waktu tertentu. Berdasarkan karakteristik waktu

kerja rele, rele arus lebih dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Tanpa penundaan waktu (instant)

2. Dengan penundaan waktu:

a. Dengan penundaan waktu tertentu (definite time OCR)

b. Dengan penundaan waktu berbanding terbalik (inverse time OCR)

3. Kombinasi instant dan definite time. (Suhadi, 2008).


39

2.2.7.3 Rele Arus Gangguan Tanah (Ground Fault Relay)

Rele arus gangguan tanah (ground fault relay) merupakan pengaman utama

terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem yang ditanahkan

langsung atau melalui tahanan rendah (Suhadi, 2008).

2.2.7.4 Rele Arus Gangguan Tanah Berarah (Directional Ground Fault Relay)

Relai arus gangguan tanah berarah (directional ground fault relay) adalah

pengaman utama terhadap hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem yang

ditanahkan melalui tahanan tinggi. (Suhadi, 2008).

2.2.7.5 Rele Penutup Balik (Reclosing Relay)

Relai penutup balik (reclosing relay) adalah pengaman pelengkap untuk

membebaskan gangguan yang bersifat temporer untuk keandalan sistem (Suhadi,

2008).

2.2.7.6 Penutup Balik Otomatis (PBO, Automatic Circuit Recloser)

Penutup balik otomatis (PBO) digunakan sebagai pelengkap untuk

pengaman terhadap gangguan temporer dan membatasi luas daerah yang padam

akibat gangguan. PBO menurut media peredam busur apinya dibedakan menjadi 3

jenis, yaitu dengan media minyak, vacum, dan SF6. Sedangkan menurut peralatan
40

pengendalinya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu PBO Hidraulik (kontrol hidraulik)

dan PBO Terkontrol Elektrik

Urutan operasi PBO, yaitu sebagai berikut:

1. Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui PBO sangat besar

sehingga menyebabkan kontak PBO terbuka (trip) dalam operasi cepat (fast

trip).

2. Kontak PBO akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose sesuai

setting. Tujuan memberi selang waktu ini adalah untuk memberikan waktu

pada penyebab gangguan agar hilang, terutama gangguan yang bersifat

temporer.

3. Jika gangguan bersifat permanen, PBO akan membuka dan menutup balik

sesuai dengan settingnya dan akan lock-out (terkunci).

4. Setelah gangguan dihilangkan oleh petugas, baru PBO dapat dimasukkan

ke sistem. (Suhadi, 2008).

2.2.7.7 Saklar Seksi Otomatis (SSO, Sectionalizer)

Saklar seksi otomatis (SSO, Sectionalizer) adalah alat pemutus untuk

mengurangi luas daerah yang padam karena gangguan. Sectionalizer membagi

jaringan distribusi kedalam section-section, sehingga apabila terjadi gangguan pada

salah satu section, luas daerah yang padam dapat diperkecil. Ada dua jenis SSO,

yaitu dengan pengindera arus yang disebut Automatic Sectionalizer dan pengindera

tegangan yang disebut Automatic Vacum Switch (AVS).


41

Sectionalizer bekerja dengan melakukan deteksi tegangan pada section

kerjanya. Ketika tidak ada tegangan, sectinalizer akan membuka, sebaliknya jika

mendeteksi adanya tegangan, maka sectionalizer akan menutup. Sectionalizer juga

dapat dioperasikan secara manual untuk memutus arus beban.

Agar SSO berfungsi dengan baik, maka harus dikoordinasikan dengan PBO

(recloser) yang ada di sisi hulu. Apabila SSO tidak dikoordinasikan dengan PBO,

maka SSO hanya akan berfungsi sebagai saklar biasa (Suhadi, 2008).

2.2.7.8 Load Break Switch (LBS)/ Saklar Beban (SB)

Gambar 2.16 Load Break Switch

(sumber: elektro-unimal.blogspot.co.id/2011/12/load-break-switch-lbs.html?m=1)

Load Break Switch (LBS) adalah suatu saklar yang umumnya diletakkan di

atas tiang jaringan namun tuas penggeraknya berada di bawah dan berfungsi

sebagai pembatas/pengisolir lokasi gangguan. Pada umumnya alat ini dipasang

dekat dengan pusat-pusat beban. Alat ini juga berfungsi sebagai saklar hubung

antara satu penyulang dengan penyulang lainnya dalam keadaan darurat pada
42

sistem operasi jaringan distribusi primer tipe lingkar terbuka (Open Loop/ring).

(Suhadi, 2008).

2.2.7.9 Arrester

Arrester adalah suatu alat pengaman bagi peralatan listrik terhadap

gangguan tegangan lebih yang disebabkan oleh petir. Alat ini berfungsi untuk

meneruskan arus petir ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan

lebih yang merusak aliran daya sistem frekuensi 50 Hz. Agar tidak mengganggu

aliran sistem, maka pada saat terjadi gangguan arrester berfungsi sebagai

konduktor yang mempunyai tahanan rendah. Akibatnya arrester dapat meneruskan

arus yang tinggi ke tanah untuk dinetralisir dan setelah gangguan hilang, arrester

kembali berfungsi normal sebagai isolator. Pada umumnya arrester dipasang pada

jaringan, transformator distribusi, cubicle dan Gardu Induk (Tanzil, 2007).

2.2.8 Keandalan Kontinuitas Penyaluran

Tingkat keandalan kontinuitas pelayanan bagi pemanfaat tenaga listrik

adalah berapa lama padam yang terjadi dan berapa banyak waktu yang diperlukan

untuk memulihakan penyaluran kembali tenaga listrik. Secara ideal tingkat

keandalan kontinuitas pelayanan dibagi atas 5 tingkat (Wibowo, 2010):

Tingkat 1: pemadaman dalam orde berapa jam. Umumnya terjadi pada sistem

saluran udara dengan konfigurasi radial.


43

Tingkat 2: pemadaman dalam orde kurang dari 1 jam. Mengisolasi penyebab

gangguan dan pemulihan penyaluran kurang dari 1 jam. Umumnya pada

sistem dengan pasokan penyulang cadangan atau sistem loop.

Tingkat 3: pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada sistem yang

mempunyai sistem SCADA.

Tingkat 4: pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem dengan fasilitas

automatic switching pada sistem fork.

Tingkat 5: sistem tanpa pemadaman. Keadaan dimana selalu ada pasokan tenaga

listrik, misalnya pada sistem spotload, transformer yang bekerja paralel.

Keputusan untuk mendesain sistem jaringan berdasarkan tingkat keandalan

penyaluran tersebut adalah faktor utama yang mendasari memilih suatu bentuk

konfigurasi sistem jaringan distribusi dengan memperhatikan aspek pelayanan

teknis, jenis pelanggan dan biaya. Pada prinsipnya jika tidak memperhatikan bentuk

konfigurasi jaringan, desain suatu sistem jaringan adalah sisi hulu mempunyai

tingkat kontinuitas yang lebih tinggi dari sisi hilir.

Lama waktu pemulihan penyaluran dapat dipersingkat dengan mengurangi

akibat dari penyebab gangguan, misalnya dengan pemakaian PBO, SSO,

penghantar berisolasi, tree guard atau menambah sistem SCADA (Wibowo, 2010).

Dalam membicarakan keandalan, terlebih dahulu harus diketahui kesalahan

atau gangguan yang menyebabkan kegagalan peralatan untuk bekerja sesuai dengan

fungsi yang diharapkan.


44

Adapun konsep keanandalan meliputi sebagai berikut (Tanzil, 2007):

a. Kegagalan, yaitu: berakhirnya kemampuan suatu peralatan untuk

melaksanakan suatu fungsi yang diperlukan.

b. Penyebab kegagalan, yaitu: keadaan lingkungan selama desain, pembuatan

atau yang akan menuntun kepada kegagalan.

c. Mode kegagalan, yaitu: akibat yang diamati untuk mengetahui kegagalan,

misalnya suatu keadaan rangkaian terbuka atau hubungan singkat.

d. Mekanisme kegagalan, yaitu: proses fisik, kimia atau proses lain yang

menghasilkan kegagalan.

Kata kegagalan adalah istilah yang menunjukan berakhirnya untuk kerja

yang diperlukan. Hal ini berlaku untuk bagian-bagian peralatan dalam segala

keadaan lingkungan. Gangguan listrik pada jaringan sistem distribusi dinyatakan

sebagai kerusakan dari peralatan yang mengakibatkan sebagian atau seluruh

pelayanan listrik terganggu. Besaran yang dapat digunakan untuk menentukan nilai

keandalan suatu sistem tenaga listrik adalah besarnya laju kegagalan/kecepatan

kegagalan (failures rate) yang dinyatakan dengan sumbol λ (Tanzil, 2007).

2.2.9 Keandalan Sistem Distribusi

Definisi keandalan (reliability) secara umum merupakan kemampuan

sistem dapat berfungsi dengan baik untuk jangka waktu tertentu. Ukuran keandalan

dapat dinyatakan sebagai seberapa sering sistem mengalami pemadaman, berapa

lama pemadaman terjadi dan berapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk
45

memulihkan kondisi dari pemadaman yang terjadi. Sistem yang mempunyai

keandalan yang tinggi akan mampu memberikan tenaga listrik setiap saat

dibutuhkan, sedangkan sistem yang mempunyai keandalan rendah akan

menyebabkan sering terjadinya pemadaman (Thayib, 2011).

Ketersediaan (availability) didefinisikan sebagai kemungkinan suatu sistem

berfungsi menurut kebutuhan pada waktu tertentu saat digunakan dalam kondisi

beroperasi (Thayib, 2011).

Aplikasi dari konsep keandalan sistem distribusi berbeda dengan aplikasi

sistem pembangkitan dan sistem transmisi. Pada sistem distribusi lebih berorientasi

pada titik beban pelanggan dari pada orientasi pada wujud sistem, dan sistem

distribusi lokal lebih dipertimbangkan dari pada sistem terintegrasi yang secara luas

yang mencangkup fasilitas pembangkitan dan transmisi. Keandalan sistem

pembangkitan dan transmisi lebih mempertimbangkan probabilitas hilangnya

beban (loss of load), dengan sedikit memperhatikan komponen sistem. Sedangkan

keandalan distribusi melihat ke semua aspek dari teknik, seperti desain,

perencanaan dan pengoperasian (Tanzil, 2007).

Keandalan sistem distribusi sangat dipengaruhi oleh gangguan yang terjadi

pada sistem yang menyebabkan terjadinya pemutusan beban atau outage, sehingga

berdampak pada kontinuitas ketersediaan pelayanan tenaga listrik ke pelanggan.

Tingkat keandalan pada sistem distribusi listrik dapat dilihat dari frekuensi

terjadinya pemutusan beban (outage), berapa lama pemutusan terjadi dan waktu

yang dibutuhkan untuk pemulihan sistem dari pemutusan yang terjadi (restoration).
46

Tingkat pemutusan yang terjadi ini berbanding terbalik dengan keandalan sistem.

Frekuensi pemutusan beban yang tinggi akan mengakibatkan keandalan sistem

yang rendah (Ifanda, 2014).

Ada 2 cara untuk memperbaiki keandalan sistem distribusi tenaga listrik.

Cara pertama adalah dengan mengurangi frekuensi terjadinya gangguan dan cara

kedua adalah dengan mengurangi durasi gangguan. Untuk mengurangi frekuensi

terjadinya gangguan, dilakukan tindakan preventif yakni dengan adanya

pemeliharaan jaringan secara berkala. Hal ini berguna untuk menjamin performa

sistem secara menyeluruh. Sedangkan untuk mengurangi durasi gangguan, disadari

pentingnya otomatisasi sistem distribusi untuk memastikan pemulihan pasokan

tenaga listrik secara cepat bagi konsumen dan sekaligus memperbaiki tingkat

keandalan sistem.

Otomatisasi sistem distribusi dilakukan dengan menggunakan sejumlah

peralatan keypoint, keypoint di sini berupa sectionalizer atau Saklar Seksi Otomatis

(SSO). Sectionalizer membagi jaringan distribusi ke dalam section-section, dan

akan bekerja melakukan operasi switching (switching operation) jika terjadi

gangguan pada sistem. Ada 2 macam operasi switching yang dapat dilakukan, yaitu

yang pertama operasi switching yang bertujuan untuk melokalisir/memisahkan

section yang terganggu agar tidak mempengaruhi section lain yang tidak terganggu.

Dan yang kedua adalah operasi switching yang bertujuan untuk memutuskan

jaringan dari gangguan, sekaligus menghubungkan jaringan yang terputus dengan


47

alternatif sumber listrik lain apabila ada yang memungkinkan, sehingga tidak perlu

terjadi pemadaman (Tanzil, 2007).

Ada beberapa istilah yang penting berkaitan dengan keandalan sistem

distribusi (Tanzil, 2007):

a. Outage, didefinisikan sebagai keadaan dimana suatu komponen tidak dapat

melakukan fungsinya disebabkan hal-hal yang secara langsung

berhubungan dengan komponen tersebut. Outage dapat atau tidak dapat

mengakibatkan pemadaman bergantung pada kongfigurasi sistem.

b. Forced outage, yaitu outage yang disebabkan oleh keadaan darurat yang

secara langsung berhubungan dengan suatu komponen, di mana agar

komponen tersebut perlu dilepaskan dari sistem dengan segera. Atau outage

yang disebabkan oleh kesalahan dalam pengoperasian peralatan ataupun

karena kesalahan manusia.

c. Scheduled outage, yaitu outage yang dihasilkan ketika suatu komponen

dengan sengaja dilepas dari sistem pada waktu-waktu yang telah ditentukan,

biasanya untuk tujuan perbaikan atau pemeliharaan berkala.

d. Interruption, yaitu pemutusan kerja (pemadaman) pada satu atau lebih

konsumen atau fasilitas sebagai akibat dari outage yang terjadi pada satu

atau lebih komponen.

e. Forced interruption , yaitu pemadaman yang disebabkan oleh forced

outage.

f. Scheduled interruption, yaitu pemadaman yang disebabkan oleh scheduled

outage.
48

g. Failure rate (λ), yaitu jumlah rata-rata kegagalan yang terjadi pada sebuah

komponen dalam kurun waktu tertentu, umumnya waktu dinyatakan dalam

year dan failure rate dinyatakan dalam failure/year.

h. Outage time (r), yaitu waktu yang digunakan untuk memperbaiki atau

mengganti bagian dari peralatan akibat terjadi kegagalan, atau periode dari

saat permulaan peralatan mengalami kegagalan sampai saat peralatan

dioperasikan kembali sebagaimana mestinya (outage time umum

dinyatakan dalam hour/failure).

i. Annual outage time (U), yaitu lama terputusnya pasokan listrik rata-rata

dalam kurun waktu tertentu (umumnya annual outage time dinyatakan

dalam hours/year)

2.2.10 Komponen Perhitungan Keandalan

Adapun indeks dasar yang digunakan untuk menghitung tingkat keandalan

sistem tenaga listrik adalah laju kegagalan rata-rata/ angka keluar sistem (λ), waktu

keluaran rata-rata (r), dan ketidaktersediaan tahunan rata-rata atau waktu keluar

tahunan rata-rata (U) (Thayib, 2011).

1. Laju kegagalan/Failure Rate (λ)

Kegagalan komponen adalah keadaan suatu komponen atau sistem yang

tidak dapat melaksanakan fungsinya akibat satu atau beberapa kejadian yang

berhubungan secara langsung dengan komponen atau sistem tersebut. Banyaknya


49

kegagalan yang terjadi selama selang waktu t1 sampai t2 disebut laju kegagalan

(failure rate).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa laju kegagalan (λ) adalah harga rata-rata

dari jumlah kegagalan persatuan waktu pada suatu selang waktu pengamatan (T).

Laju kegagalan ini dihitung dengan satuan kegagalan per tahun. Untuk selang

waktu pengamatan diperoleh dari:

�ℎ ���� �
� =
� �� �


= ∑�
(gangguan/tahun) ………………………………….. (2.1)
�=1

Metode representasi dimana dua keadaan baik dan dua keadaan gagal untuk

durasi operasi atau durasi perbaikan, maka rumus laju kegagalan untuk jumlah n

komponen adalah sebagai berikut :

� = ∑ =1 �� (gangguan/tahun) ……………………………….... (2.2)

Dimana : � = angka/laju kegagalan konstan (Failure Rate)

N = jumlah kegagalan selama selang waktu (Total number of failure)

∑ Ti = Jumlah selang waktu pengamatan (Tahun). (Thayib, 2011).

Berdasarkan penyebab terjadinya kegagalan, laju kegagalan dapat dibagi

menjadi 2 jenis, yakni (Arigandi, 2015):


50

a.) Sustained failure rate, yang merupakan nilai laju kegagalan yang

diakibatkan oleh gangguan yang memiliki interval waktu yang cukup lama

di dalam periode perbaikannya. Jenis laju kegagalan ini yang umum

digunakan untuk perhitungan indeks keandalan suatu sistem distribusi.

b.) Momentary failure rate, merupakan nilai laju kegagalan yang disebabkan

oleh gangguan sesaat yang dialami oleh suatu komponen.

2. Durasi Perbaikan Rata-rata/outage time ( r)

Durasi keluaran rata-rata (r) adalah waktu rata-rata yang diperlukan oleh

sistem untuk melakukan perbaikan selama terjadinya gangguan (Thayib, 2011).

Secara metematis dituliskan sebagai berikut:

� � �� �� � � ��
�= (jam/tahun).. (2.3)
�ℎ �� �� � ��

3. Durasi Gangguan Tahunan /Annual Outage Duration (U)

Annual outage duration (durasi keluaran tahunan) merupakan waktu

kegagalan rata-rata yang terjadi pada sistem atau peralatan yang terjadi selama

periode tertentu (satu tahun) (Thayib, 2011). Secara metematis dituliskan sebagai

berikut:

��= ��.�� (jam/tahun) …….............................................................. (2.4)

Dimana : Ui = Annual outage duration (jam/tahun)

λi = Laju kegagalan pada titik tertentu (frekuensi/tahun)

ri = waktu rata-rata perbaikan selama terjadi gangguan (jam)


51

2.2.11 Indeks Keandalan Sistem Jaringan Distribusi

Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan

dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks sudah dikembangkan untuk

menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan sistem tenaga.

Evaluasi keandalan sistem distribusi terdiri dari indeks titik beban dan indeks sistem

yang dipakai untuk memperoleh pengertian yang mendalam kedalam keseluruhan

capaian.

Untuk menghitung besarnya nilai keandalan biasanya digunakan indeks

perkiraan angka keluar (outage) dan waktu perbaikan (repair duration) dari

masing-masing komponen sesuai dengan SPLN 59:1985 seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perkiraan angka keluar komponen sistem distribusi berdasar SPLN 59:

1985

ANGKA KELUAR
KOMPONEN/ PERALATAN
(OUTAGE)
Saluran Udara 0.2 /km/tahun
Kabel Saluran Bawah Tanah 0.07 /km/tahun
Pemutus Tenaga 0.004 /km/tahun
Saklar Beban 0.003 /unit/tahun
Saklar Pemisah 0.003 /unit/tahun
Penutup Balik 0.005 /unit/tahun
Penyambung Kabel 0.001 /unit/tahun
Trafo Distribusi 0.005 /unit/tahun
Pelindung Jaringan 0.005 /unit/tahun
Rel Tegangan Rendah (Untuk Sistem
0.001 /unit/tahun
Spot Network)
52

Tabel 2.2 Waktu operasi kerja dan pemulihan pelayanan

WAKTU
NO OPERASI KERJA
/ JAM
Menerima panggilan adanya pemadaman dan waktu yang
1 0.5
dibutuhkan untuk perjalanan ke GI
Menerima panggilan adanya pemadaman dan waktu yang
2 1
dibutuhkan untuk perjalanan ke alat penutup kembali
Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari satu gardu ke
3 0.16
gardu berikutnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari satu gardu ke
4 0.2
gardu berikutnya untuk sistem spot network
Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa indikator
5 0.083
gangguan (hanya untuk sistem spindle)
Waktu yang dibutuhkan untuk membuka / menutup pemutus
6 0.25
tenaga atau penutup kembali
Waktu yang dibutuhkan untuk membuka/ menutup saklar
7 0.15
beban atau saklar pemisah
Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kawat
8 3
penghantar udara
Waktu yang dibutuhkan untuk mencari lokasi gangguan
9 5
pada kabel bawah tanah
Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kabel saluran
10 10
bawah tanah
Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti/memperbaiki
11 pemutus tenaga, saklar beban, penutup kembali atau saklar 10
pemisah
Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti penyambung
12 15
kabel (bulusan) untuk kabel berisolasi kertas
13 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti trafo distribusi 10
Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti pelindung
14 10
jaringan
Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti / memperbaiki
15 10
bus tegangan rendah
53

Berdasar data angka kegagalan pada SPLN No. 59: 1985 di atas maka dapat

diasumsikan nilai angka kegagalan untuk Saluran Udara Tegangan Menengah

(SUTM) pada tabel 2.3 berikut ini. (Arigandi, 2015).

Tabel 2.3 Data Kegagalan untuk Saluran Udara

Saluran Udara Angka Keluar


Sustained Failure Rate (λ/km/tahun) 0.2
Momentary Failure Rate (λ/km/tahun) 0.003
Waktu Pemadaman atau Repair Time (jam) 3
Waktu Pemindahan atau Switching Time(jam) 0.15

Beberapa indikator yang digunakan untuk menunjukkan indeks keandalan

dari suatu sistem distribusi listrik antara lain: SAIFI (system average interruption

frequency index), SAIDI (system average interruption duration index), CAIDI

(customer average interruption duration index) (Ifanda, 2014).

Berikut adalah penjelasan parameter-parameter yang digunakan dalam

menentukan keandalan sistem jaringan distribusi dan cara perhitungannya.

1. Indeks Berorientasi pada Pelanggan

a.) SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

Menginformasikan tentang frekuensi pemadaman rata-rata untuk tiap

konsumen dalam kurun waktu setahun pada suatu area yang dievaluasi. Nilainya

adalah jumlah gangguan yang terjadi dibagi dengan jumlah pelanggan yang

dilayani. Secara matematis dituliskan sebagai berikut (Tanzil, 2007):


54

� �ℎ �� �� � �� � �
SAIFI =
� �ℎ � ���

∑ λi . N i
SAIFI = (failure/year*costumer) ……………………….. (2.5)
∑�

Dimana : λi = indeks kegagalan rata-rata per tahun (failure/year)

Ni = jumlah konsumen padam

N = jumlah total konsumen

b.) SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

Menginformasikan tentang durasi pemadaman rata-rata untuk tiap

konsumen dalam kurun waktu setahun pada suatu area yang dievaluasi. Secara

matematis dituliskan sebagai berikut (Tanzil, 2007):

� �ℎ �� �� �� � �� � �� � ���
SAIDI =
� �ℎ � ���

∑ Ui . N i
SAIDI = (hours/year*costumer) ……………………….. (2.6)
∑�

Dimana : Ui = durasi pemadaman rata-rata per tahun (hours/year)

Ni = jumlah konsumen padam

N = jumlah total konsumen

c.) CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index)

Indeks ini menginformasikan durasi pemadaman rata-rata konsumen untuk

setiap gangguan yang terjadi. Nilainya adalah jumlah durasi gangguan dibagi
55

dengan total jumlah pelanggan. Secara matematis dituliskan sebagai berikut

(Tanzil, 2007):


CAIDI = (hours/failure)

∑ Ui . Ni
= ………………………………………………… (2.7)
∑ λi . Ni

Dimana : λi = indeks kegagalan rata-rata per tahun (failure/year)

Ui = durasi pemadaman rata-rata per tahun (hours/year)

Ni = jumlah konsumen padam

2. Indeks Berorientasi pada Beban serta Energi

Di samping ketiga parameter keandalan yang umum dipakai diatas, ada pula

beberapa indeks tambahan yang sering digunakan untuk mengevaluasi keandalan

suatu sistem distribusi, yaitu indeks yang berorientasi pada beban serta energi.

Beberapa diantaranya adalah:

a. ENS (Energi Not Supplied)

ENS merupakan indeks keandalan yang menyatakan jumlah energi yang

tidak dapat disalurkan oleh sistem selama terjadi gangguan pemadaman atau

banyaknya MWh yang hilang akibat adanya pemadaman. Secara matematis

dituliskan sebagai berikut (Dharmawati, 2012):

ENS = ∑ [Gangguan MW x Durasi h ] ………………………… (2.8)


56

b. AENS (Average Energy Not Supplied)

AENS merupakan indeks rata-rata energi yang tidak disalurkan akibat

terjadinya pemadaman. AENS dinyatakan dengan perbandingan antara jumlah

energi yang hilang saat terjadi pemadaman dengan jumlah pelanggan yang dilayani.

Secara matematis dituliskan sebagai berikut (Dharmawati, 2012):

�ℎ � �� � � � � ℎ
AENS =
�ℎ � ��� �� � ���


= ………………………………………………………. (2.9)
∑�

Dimana, N = jumlah pelanggan yang dilayani

2.2.12 Perhitungan Dasar Keandalan Jaringan Distribusi

a. Keandalan Jaringan Distribusi untuk Sistem Seri

Suatu sistem seri dapat didefinisikan sebagai komponen-komponen tertentu

yang harus beroperasi semua untuk keberhasilan sistem dalam batas keandalan atau

hanya satu kehendak kegagalan untuk gangguan sistem-sistem. Blok diagram

komponen-komponen seri ditunjukkan seperti pada gambar 2.7 berikut:

Gambar 2.17 Blok Diagram untuk Sistem Seri

(Sumber: Tanzil, 2007)


57

Dari gambar tampak sebuah sistem dengan dua komponen yang tersusun

seri, dengan failure rate λ1 dan λ2 dan outage time r1 dan r2 mempunyai indeks

keandalan sebagai berikut (Tanzil, 2007):

Failure rate sistem: λs = λ1 + λ2 …………………………………. (2.10)

λ1r1 + λ2r2 ∑ λ.r


Outage time sistem: rs = = ………………….. (2.11)
λ1+λ ∑ λs

Annual outage time sistem: Us = λs.rs ……………………………. (2.12)

Dimana : λs = laju kegagalan sistem (seri) (failure/year)

λ1 = laju kegagalan komponen 1 (failure/year)

rs = waktu perbaikan sistem (seri) (hours/failure)

r1 = waktu perbaikan kmponen 1 (hours/failure)

Us = ketidaktersediaan listrik rata-rata sistem per tahunan (hours/year)

c. Keandalan Jaringan Distribusi untuk Sistem Paralel

Definisi sistem paralel yaitu suatu rangkaian komponen, dimana dibutuhkan

satu komponen saja yang bekerja untuk menjadikan sistem berhasil dalam hal

keandalan atau sistem gagal hanya terjadi bila semua komponen tidak bekerja. Blok

diagram untuk sistem paralel dengan dua komponen ditunjukkan pada gambar 2.8

berikut:
58

Gambar 2.18 Blok Diagram untuk sistem paralel

(Sumber: Tanzil, 2007)

Dari gambar tampak sebuah sistem dengan dua komponen yang tersusun

paralel, dengan failure rate λ1 dan λ2, dan outage time r1 dan r2 mempunyai indeks

keandalan sebagi berikut (Tanzil, 2007):

Failure rate system: λp = λ1.λ2 (r1+r2) ………………………….. (2.13)

r .r
Outage time system: rp = ………………………………….. (2.14)
r +r

Annual outage time system: Up = λp.rp …………………………… (2.15)

Dimana : λp = laju kegagalan sistem (paralel) (failure/year)

λ1 = laju kegagalan komponen 1 (failure/year)

rp = waktu perbaikan sistem (paralel) (hours/failure)

r1 = waktu perbaikan kmponen 1 (hours/failure)

Up = ketidaktersediaan listrik rata-rata sistem per tahunan (hours/year)

2.2.13 Metode RIA (Reliability Index Assessment)

Metode RIA adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memprediksi

gangguan pada sistem distribusi berdasarkan topologi sistem dan data-data

mengenai component reliability.


59

Gambar 2.19 Input dan Output dari RIA

(sumber: Li, 2005)

Sebelum analisa keandalan dilakukan pada sebuah sistem, harus menetukan

terlebih dahulu komponen-komponen dari reliability data yang akan digunakan,

yaitu sebagai berikut (Disyon, 2008):

a. λM : Momentary failure rate; ini adalah frekuensi dari fault yang akan hilang

dengan sendirinya.

b. λS : Sustained failure rate; ini adalah frekuensi dari fault yang

membutuhkan kru untuk memperbaikinya.

c. MTTR; Mean Time To Repair; ini adalah lama waktu yang digunakan oleh

kru untuk memperbaiki component outage dan mengembalikan sistem ke

keadaan operasi normal.

d. MTTS; Mean Time To Switch; ini adalah lama waktu yang akan dipakai

setelah terjadi failure untuk sectionalizing switch.

Pada metode RIA ada indeks keandalan yang dihitung, yaitu SAIFI, SAIDI,

MAIFI, dan CAIDI.


60

1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

λi . Si
SAIFI = ∑ =1 ………………………………………………. (2.16)
n

dimana: λi = sustained failure rate dari komponen i (failure/year)

Si = jumlah konsumen yang mengalami sustained interruption karena

kegagalan komponen i;

n = jumlah total konsumen

m = jumlah dari komponen. (Li, 2005).

2. SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

Si . Di
SAIDI = ∑ =1 ……………………………………………… (2.17)
n

dimana: Di = durasi sustained interruption yang dialami konsumen karena

kegagalan komponen

Si = jumlah konsumen yang terganggu

n = jumlah total konsumen

m = jumlah dari komponen. (Brown, 1997).

3. MAIFI (Momentary Average Interruption Frequency Index)

Secara matematis dituliskan sebagai berikut:


61

λi .Ti
MAIFI = ∑ =1 ……………………………………………… (2.18)
n

dimana: λi = momentary failure rate dari komponen (failure/year);

Ti = jumlah konsumen yang mengalami momentary interruption

karena kegagalan komponen i;

n = jumlah total konsumen

m = jumlah dari komponen. (Li, 2005).

SAIFI merupakan indeks keandalan yang digunakan untuk

mengkarakteristikkan frekuensi pemadaman rata-rata untuk tiap konsumen dalam

kurun waktu setahun pada suatu area yang dievaluasi. Indeks ini, bagaimanapun

tidak memasukkan momentary interruptions. Sejak pertumbuhan yang sangat besar

dari beban sensitif elektronika, dampak dari momentary interruptions yang dialami

oleh konsumen meningkat pula. Maka didefinisikanlah sebuah indeks baru untuk

mengkarakteristikkan momentary interruptions. Indeks ini yaitu MAIFI

(Momentary Average Interruption Frequency Index) (Brown, 1997).

Momentary Interruption dapat disebabkan oleh dua hal yaitu:

1) Self Clearing Fault

2) Permanent Fault

1.) Momentary Interruption karena Self Clearing Fault

Lebih dari 70% dari fault pada saluran udara dari sistem distribusi bersifat

temporer. Untuk alasan ini, recloser digunakan untuk de-energise sistem untuk
62

periode waktu yang singkat untuk membiarkan setiap fault hilang dengan

sendirinya. Susunan kejadian ketika Self Clearing Fault terjadi pada sebuah sistem

distribusi adalah sebagai berikut:

1. Fault terjadi pada sistem.

2. Recloser terbuka. Hal ini menggangu semua konsumen pada sisi

downstream dari recloser. (Selanjutnya konsumen pada sisi downstream

akan dianggap sebagai C1 )

3. Setelah beberapa waktu, recloser akan tertutup. Jika fault telah hilang, maka

recloser akan tetap tertutup. Jika tidak, recloser mungkin akan beroperasi

sekali atau beberapa kali lagi sampai fault hilang dengan sendirinya.

Pada situasi ini, setiap konsumen pada C1 akan mengalami momentary

interruption. Ini adalah kejadian nyata jika lebih dari satu operasi reclosing

(membuka dan menutup) dibutuhkan untuk menghilangkan fault. Contoh,

asumsikan bahwa sebuah saluran udara mempunya momentary failure rate sebesar

0,3 failure per year. Jika recloser terdekat (sisi upstream dari saluran udara)

mempunyai 100% kesempatan untuk beroperasi selama satu dari falures ini, maka

semua konsumen (sisi downstream dari recloser) akan mengalami 0,3 momentary

interruptions per tahun karena self clearing fault pada saluran udara (Brown, 1997).

2.) Momentary interruptions karena Permanent Fault

Ketika permanent fault (dalam artian bukan self clearing fault) terjadi pada

sistem distribusi, tentu konsumen tertentu akan mengalami sustained interruption.


63

Selain itu , konsumen yang lain akan mengalami momentary interruption. Untuk

menentukan momentary interruption yang dialami konsumen karena permanent

fault, dapat diperhatikan urutan kejadiannya berikut ini:

1. Fault terjadi pada sistem

2. Recloser terbuka. Hal ini menggangu semua konsumen pada sisi

downstream dari recloser. (Selanjutnya konsumen pada sisi downstream

akan dianggap sebagai C1).

3. Recloser akan beroperasi beberapa kali. Setelah jumlah maksimum dari

operasi tercapai, recloser tetap tertutup untuk membiarkan peralatan time

over current untuk beroperasi.

4. Peralatan time over current (seperti fuse atau circuit breaker) beroperasi. Ini

mengganggu konsumen pada sisi downstream dari peralatan. (Selanjutnya

konsumen pada sisi downstream akan dianggap sebagai C2 ).

5. Jika tersedia otomatisasi switching, maka dengan cepat akan memulihkan

daya pada konsumen tertentu. (Selanjutnya konsumen ini akan disebut

sebagai C3).

Untuk setiap permanent fault, sebuah momentary interruptions ditunjukan

ke setiap konsumen dalam bentuk C1 - C2 - C3. Untuk ilustrasi, perhatikan sistem

distribusi sederhana pada gambar dibawah ini. Sistem ini terdiri dari sebuah

recloser (R1), sebuah fuse (F1), dua buah automated switches (S1, S2), dan tiga

konsumen (Cx, Cy, Cz).


64

Gambar 2.20 Simple Distribution System

(sumber: Brown, 1997)

Jika permanent fault terjadi pada lokasi yang ditunjukkan, R1 akan terbuka

dan akan reclosing beberapa kali dalam berusaha menghilangkan fault. Ini akan

menyebabkan konsumen Cx, Cy, dan Cz kehilangan pasokan daya: C1={Cx, Cy,

Cz}. Setelah usaha untuk reclosing gagal, R1 akan tetap tertutup, membiarkan F1

menghilangkan fault. Ini menyebabkan konsumen Cy dan Cz kehilangan pasokan

daya: C2={Cy, Cz}. Perlu diperhatikan bahwa pasokan daya telah kembali untuk

konsumen Cx. Terakhir, automated switching dengan cepat membuka S1 dan

kemudian menutup S2. Hal ini mengembalikan daya untuk konsumen Cz: C3={Cz}.

Dalam situasi seperti ini konsumen mengalami momentary interruption.

Jumlah dari momentary interruption yang dialami oleh konsumen yaitu

MAIFI, dapat dihitung sebagai jumlah momentary interruption karena Self

Clearing Fault ditambah dengan jumlah momentary interruption karena permanent

fault (Brown, 1997).

4. CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index)

Secara matematis dituliskan sebagai berikut:


65


CAIDI =

Si . ri
= ∑ =1 …………………………………………….... (2.19)

dimana: ri = durasi sustained interruption yang dialami konsumen karena

kegagalan komponen

Si = jumlah konsumen yang terganggu

n = jumlah total konsumen

m = jumlah dari komponen. (Li, 2005).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam proses penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif yang

menganalisa suatu keandalan sistem distribusi 20 kV menggunkan metode RIA

(Reliability Index Assessment). Adapun hasil dari metode ini adalah nilai indeks

keandalan seperti SAIFI (System Average Interruption Frequency Index), SAIDI

(System Average Interruption Duration Indeks), CAIDI (Customer Average

Interruption Duration Index), ENS (Energi Not Supplied) dan AENS (Average

Energy Not Supplied).

3.2 Lokasi Penelitian Tugas Akhir

Lokasi yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian tugas akhir

adalah PT. PLN (Persero) Area Yogyakarta, Jl. Gedong Kuning No. 3. Objek yang

akan dilakukan penelitian adalah jaringan distribusi tegangan menengah (JTM)

Penyulang KTN 4.

3.3 Alat yang Digunakan Dalam Penelitian

Alat yang digunakan untuk menganalisa dan mengolah data hasil penelitian

terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut:

66
67

a. Perangkat Keras (Hardware).

Perangkat keras yang digunakan, yaitu satu unit komputer/laptop, printer

dan kalkulator

b. Perangkat Lunak (Software).

Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat lunak sistem yaitu

Microsoft Office 2013, diantaranya MS Word, MS Excel dan MS Power

Point.

3.4 Tahapan Penelitian

Dalam menyelasaikan penelitian tugas akhir ini, penulis melakukan

beberapa tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan yang penulis

lakukan yaitu seperti pada flow chart berikut ini:


68

Gambar 3.1 Flow Chart Tahapan penelitian

3.4.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap awal dalam metodologi penulisan. Pada

tahap ini dilakukan studi dan pengamatan langsung di lapangan dengan tujuan
69

untuk mengetahui informasi-informasi awal kondisi di lapangan dan untuk

melakukan pengumpulan data di PT. PLN (Persero) Area Yogyakarta.

3.4.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Setelah diadakan studi pendahuluan, permasalahan yang ada pada sistem

distribusi listrik di PT. PLN (Persero) Area Yogyakarta dapat diidentifikasi.

Selanjutnya penyebab dari permasalahan dapat ditelusuri. Dalam menelusuri akar

penyebab permasalahan dilakukan melalui pengamatan secara langsung di

lapangan dan melalui pengumpulan data mengenai sistem distribusi tenaga listrik.

Pada tugas Akhir ini permasalahan yang diangkat menjadi topik adalah Analisis

Keandalan Sistem Distribusi 20 kV Menggunakan Metode Reliability Index

Assessment pada PT. PLN (Persero) Area Yogyakarta.

3.4.3 Studi Literatur

Studi literatur mempunyai peranan yang penting dalam suatu penelitian,

karena dapat dimanfaatkan sebagai landasan logika berfikir dalam menyelesaikan

masalah secara ilmiah. Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan suatu penelitian.

3.4.4 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini ada 2 (dua) jenis data yang dibutuhkan, yaitu data primer

dan data sekunder.


70

a. Data Primer.

Data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap objek

penelitian. Salah satu metode yang digunakan yaitu dengan melakukan wawancara

saat berada di lapangan untuk mengetahui kondisi gambaran umum sistem

distribusi tenaga listrik di wilayah kerja PT. PLN (persero) Area Yogyakarta,

mengetahui penyulang yang tingkat keandalannya masih rendah, dan target nilai

indeks keandalan yang ingin dicapai oleh PLN (persero) Area Yogyakarta.

b. Data Sekunder.

Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan pengambilan data-data

melalui studi pustaka dan dari data aset yang ada di PT. PLN (persero) Area

Yogyakarta.

Adapun data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Data single line diagram penyulang (feeder) 20 kV.

Data single line diagram digunakan untuk mengetahui komponen-

komponen apa saja yang ada pada jaringan distribusi 20 kV dan jumlah titik

beban (load point).

2. Data panjang saluran penyulang (feeder) 20 kV (SKTM dan SUTM).

Data pajang saluran penyulang dibutuhkan untuk mengetahui panjang

saluran distribusi pada suatu penyulang (feeder), dan untuk mengetahui nilai

indek keandalan pada suatu feeder. Adapun data pajang saluran yang
71

dibutuhkan yaitu panjang saluran distribusi Jaringan Tegangan Menengah

20 kV berdasarkan single line diagram penyulang.

3. Data jumlah pelanggan setiap load point pada penyulang.

Data jumlah pelanggan setiap load point digunakan untuk mengetahui

jumlah total pelanggan yang ada pada setiap load point pada suatu feeder,

dan juga untuk mengetahui tingkat keandalan pada load point tersebut.

4. Data gangguan pada penyulang.

Data gangguan ini dibutuhkan untuk mengetahui tingkat keandalan real

yang terjadi di lapangan pada sistem dalam satu tahun. Data gangguan

tersebut meliputi:

a. Jumlah kali pemadaman dan lama padam yang terjadi pada penyulang

selama satu tahun terakhir.

b. Jumlah energi listrik yang tidak tersalurkan akibat gangguan.

5. Parameter setiap komponen sesuai SPLN No. 59 Tahun 1985.

Parameter ini digunakan untuk menghitung besarnya indeks kegagalan

peralatan sistem distribusi, seperti failure rate, repair time, dan switching

time.
72

3.4.5 Pengolahan Data

Setelah data-data yang diperlukan telah terpenuhi kemudian melakukan

perhitungan dan analisa indeks-indeks keandalan menggunakan metode RIA

(Reliability Index Assessment) berdasarkan data-data dan juga rumus-rumus dari

referensi yang terkait. Adapun tahapan perhitungannya sebagai berikut:

a. Identifikasi mode kegagalan.

Dalam menentukan identifikasi mode kegagalan data yang dibutuhkan

adalah waktu beroperasinya sistem dalam satu tahun dan jumlah gangguan yang

terjadi dalam satu tahun pada sistem.

b. Menentukan waktu pemulihan sistem repair time atau switching.

Untuk menentukan waktu pemulihan sistem repair time atau switching, data

yang dibutuhkan berupa waktu perbaikan atau penormalan kembali jaringan

distribusi apabila terjadi gangguan pada jaringan distribusi sesuai parameter

kegagalan komponen pada SPLN No. 59: 1985.

c. Menentukan efek tiap mode kegagalan.

Adapun dalam menentukan efek tiap mode kegagalan data yang dibutuhkan

yaitu data waktu operasinya sistem dalam satu tahun.

d. Menghitung indeks keandalan kontribusi tiap peralatan.

Dalam menghitung indeks keandalan kontribusi tiap peralatan data yang

dibutuhkan yaitu data waktu perbaikan pada jaringan distribusi apabila terjadi
73

gangguan pada jaringan distribusi. Pada metode RIA dalam menghitung indeks

keandalan kontribusi tiap peralatan ditambahkan parameter momentary failure rate

ke dalam perhitungan.

e. Menghitung indeks keandalan sistem.

Dalam menentukan indeks keandalan sistem pada penelitian ini terdapat 5

indeks yang akan dihitung, yaitu SAIFI, SAIDI, CAIDI, ENS dan AENS.

Sedangkan data yang dibutuhkan dalam menghitung indeks keandalan yaitu data

panjang saluran distribusi, data kegagalan tiap komponen sesuai SPLN No. 59:

1985, data jumlah pelanggan tiap load point dan data gangguan yang terjadi pada

penyulang selama satu tahun.

3.4.6 Hasil Perhitungan

Adapun hasil dari penelitian menggunakan metode RIA (Reliability Index

Assessment) ini berupa SAIFI (System Average Interruption Frequency Index),

SAIDI (System Average Interruption Duration Indeks), CAIDI (Customer Average

Interruption Duration Index), ENS (Energi Not Supplied) dan AENS (Average

Energy Not Supplied).

3.4.7 Analisa Hasil Perhitungan

Setelah mendapatkan indeks-indeks keandalan berupa SAIDI, SAIFI, dan

CAIDI menggunakan metode RIA (Reliability Index Assessment), kemudian


74

membandingkan hasil dari metode tersebut dengan nilai keadaan real selama

setahun dan standar yang ditetapkan oleh PT. PLN (Persero).

3.4.8 Penyusunan Tugas Akhir

Setelah selesai melakukan pengolahan data dan perancangan sistem maka

langkah berikutnya adalah menyusun Tugas Akhir sesuai dengan peraturan yang

baku.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gardu Induk Kentungan

Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang

Km 6,5 Yogyakarta. Ditinjau dari peralatannya Gardu Induk Kentungan merupakan

Gardu Induk pasangan luar. Gardu Induk Kentungan mempunyai tegangan kerja

150/20 kV, yaitu tegangan 150 kV merupakan tegangan sisi primer transformator

yang diturunkan menjadi 20 kV pada sisi sekunder transformator untuk selanjutnya

di distribusikan ke pelanggan melalui penyulang-penyulang.

Gardu Induk Kentungan mempunyai dua buah transformator daya, yaitu

Trafo II dan Trafo IV, dengan kapasitas masing-masing trafo 60 MVA yang

melayani 14 buah penyulang yang berada di wilayah kerja PT. PLN (persero) Area

Yogyakarta. Trafo II melayani 8 (delapan) penyulang, yaitu penyulang KTN 1,

KTN 2, KTN 3, KTN 5, KTN 6, KTN 9, KTN 10 dan KTN 14. Sedangkan Trafo

IV melayani 6 buah penyulang, yaitu penyulang KTN 4, KTN 7, KTN 8, KTN 11,

KTN 12 dan KTN 13.

4.2 Jumlah Konsumen Penyulang di Gardu Induk Kentungan

Setelah melakukan pengambilan data di PT. PLN (persero) Area

Yogyakarta didapatkan jumlah total pelanggan yang dilayani oleh Gardu Induk

Kentungan adalah 156.383 konsumen. Data jumlah konsumen yang disuplai oleh

masing-masing penyulang pada seperti pada Tabel 4.1 berikut.

75
76

Tabel 4.1 Jumlah Konsumen Penyulang di Gardu Induk Kentungan

Jumlah Jumlah
No. Penyulang Rayon
Konsumen Trafo
KTN 01 Kalasan 14402 195
1 Sleman 11794 149
KTN01 Total 26196 344
KTN02 Jogja Utara 4574 116
2 Sleman 2995 35
KTN02 Total 7569 151
KTN03 Jogja Utara 7874 184
3 Sleman 748 8
KTN03 Total 8622 192
KTN04 Sleman 9074 116
4
KTN04 Total 9074 116
KTN05 Sleman 10067 106
5
KTN05 Total 10067 106
KTN06 Sleman 13933 175
6
KTN06 Total 13933 175
KTN07 Jogja Utara 6269 179
7
KTN07 Total 6269 179
KTN08 Jogja Utara 7815 176
8
KTN08 Total 7815 176
KTN09 Sleman 1584 18
9
KTN09 Total 1584 18
KTN10 Kalasan 3523 49
10 Sleman 18403 233
KTN10 Total 21926 282
KTN11 Kalasan 23013 287
11
KTN11 Total 23013 287
KTN12 Jogja Utara 48 5
12 Sleman 575 10
KTN12 Total 623 15
KTN13 Jogja Utara 9526 194
13 Sleman 660 8
KTN13 Total 10186 202
KTN14 Kalasan 5149 64
14 Sleman 4357 50
KTN14 Total 9506 114
Jumlah 156383 2357
77

4.3 Penyulang KTN 4

Penyulang KTN 4 merupakan salah satu penyulang yang berasal dari sisi

sekunder Transformator IV pada Gardu Induk Kentungan. Penyulang KTN 4

berada dalan lingkup pengawasan dan pemeliharaan PLN Area Yogyakarta yang

bekerja sama dengan PLN Rayon Sleman. Penyulang KTN 4 mempunyai panjang

total keseluruhan jaringan yang meliputi jaringan distribusi utama dan lateral atau

cabang yaitu 17,05 kms dan mempunyai jumlah total pelanggan sebanyak 9074

konsumen. Penyulang KTN 4 mempunyai 1 buah PMT, 1 LBS (Load Break Switch)

dan 7 buah ABSW (Air Break Switch), yang membagi penyulang KTN 4 menjadi

1 zona dan 6 seksi. Penyulang KTN 4 menggunakan konfigurasi Loop terbuka,

dimana pada saat kondisi normal jaringan bekerja secar radial dan ketika terjadi

ganguan pada salah satu section maka sectionalizer akan membuka untuk

melokalisir gangguan dan tie switch akan menutup untuk melakukan manuver ke

penyulang lain. Pada penelitian yang penulis lakukan ini hanya menghitung tingkat

keandalan pada penyulang utamanya saja yaitu dengan panjang penyulang sampai

dengan 6,85 kms. Berikut ini gambar single line diagram dan data fisik dari

penyulang KTN 4.
78

SINGLE LINE DIAGRAM


JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV
GI KENTUNGAN PENYULANG KTN 4

GARDU INDUK KENTUNGAN

INCOMING 20 KV

4 PMT 20 KV KTN 4

U4-5
U4-6
U4-7
U4-8

U4-10
U4-11A
U4-13
U4-14
U4-15

U4-16

U4-17

U4-19

U4-20

U4-21

U4-22

U4-27

U4-29

U4-30 U4-32/3

U4-32 U4-32/6
U4-32/5

U4-40/15D
U4-35

U4-36
U4-40/15C
U4-38

U4-39 U4-40/3A U4-40/13 U4-40/14


U4-40/2 U4-40/19
U4-40/4 U4-40/5
U4-40
U4-40/13A
U4-40/1 U4-40/6 U4-40/13B U4-40/20
U4-40/15
U4-41 KTN 06
U4-40/13C
U4-40/13D

U4-42

U4-44

U4-45
U4-50
U4-56
U4-57

U4-57/A U4-57
KTN 10
U4-59

U4-60
U4-66/D
U4-63
U4-66/i

U4-68

U4-72

U4-75
U4-77

U4-81

U4-87

U4-91

U4-91 AREA JOGJAKARTA


MDI 01 RAYON SLEMAN
DIAGRAM SISTEM 20 KV
GARDU INDUK KENTUNGAN
PENYULANG KTN 04

Gambar 4.1 Single Line Diagram Penyulang KTN 4


79

Untuk memudahkan dalam menganalisa jaringan maka jaringan Penyulang

KTN 4 di atas di asumsikan menjadi jaringan yang lebih sederhana, dengan

membagi jaringan menjadi beberapa seksi berdasar peralatan recloser dan

sectionalizer yang terpasang. Wilayah Penyulang KTN 4 ini dibagi menjadi 6 seksi

yang dibatasi oleh PMT dan sectionalizer seperti pada Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2 Single Line Diagram Penyulang KTN 4 beserta pembagian wilayah
80

Tabel 4.2 Data panjang penyulang KTN 4

Saluran L L section
Komponen Section (kms)
Awal Akhir (km)
Line 1 PMT U4-5 0.25 Section 1 0.25
Line 2 U4-5 U4-6 0.05 Section 2 2.05
Line 3 U4-6 U4-7 0.05
Line 4 U4-7 U4-8 0.05
Line 5 U4-8 U4-10 0.1
Line 6 U4-10 U4-11 0.05
Line 7 U4-11 U4-11A 0.05
Line 8 U4-11 U4-13 0.1
Line 9 U4-13 U4-14 0.05
Line 10 U4-14 U4-15 0.05
Line 11 U4-15 U4-16 0.05
Line 12 U4-16 U4-17 0.05
Line 13 U4-17 U4-19 0.1
Line 14 U4-19 U4-20 0.05
Line 15 U4-20 U4-21 0.05
Line 16 U4-21 U4-22 0.05
Line 17 U4-22 U4-25 0.15
Line 18 U4-25 U4-27 0.1
Line 19 U4-27 U4-28 0.05
Line 20 U4-28 U4-29 0.05
Line 21 U4-29 U4-30 0.05
Line 22 U4-30 U4-32 0.1
Line 23 U4-32 U4-32/3 0.15
Line 24 U4-32/3 U4-32/5 0.1
Line 25 U4-32/5 U4-32/6 0.05
Line 26 U4-32 U4-35 0.15
Line 27 U4-35 U4-36 0.05
Line 28 U4-36 U4-38 0.1
Line 29 U4-38 U4-39 0.05
Line 30 U4-39 U4-40 0.05 Section 3 0.15
Line 31 U4-40 U4-41 0.05
Line 32 U4-40 U4-40/1 0.05
Line 33 U4-40/1 U4-40/2 0.05 Section 4 1.4
Line 34 U4-40/2 U4-40/3 0.05
Line 35 U4-40/3 U4-40/3A 0.05
Line 36 U4-40/3 U4-40/4 0.05
Line 37 U4-40/4 U4-40/5 0.05
81

Tabel 4.2 Data panjang penyulang KTN 4 (Lanjutan)

Saluran L L section
Komponen Section (kms)
Awal Akhir (km)
Line 38 U4-40/5 U4-40/6 0.05
Line 39 U4-40/6 U4-40/12 0.3
Line 40 U4-40/12 U4-40/13 0.05
Line 41 U4-40/13 U4-40/13A 0.05
Line 42 U4-40/13A U4-40/13B 0.05
Line 43 U4-40/13B U4-40/13C 0.05
Line 44 U4-40/13C U4-40/13D 0.05
Line 45 U4-40/13 U4-40/14 0.05
Line 46 U4-40/14 U4-40/15 0.05
Line 47 U4-40/15 U4-40/15C 0.15
Line 48 U4-40/15C U4-40/15D 0.05
Line 49 U4-40/15 U4-40/19 0.2
Line 50 U4-40/19 U4-40/20 0.05
Line 51 U4-41 U4-42 0.05 Section 5 0.85
Line 52 U4-42 U4-43 0.05
Line 53 U4-43 U4-44 0.05
Line 54 U4-44 U4-45 0.05
Line 55 U4-45 U4-50 0.25
Line 56 U4-50 U4-56 0.3
Line 57 U4-56 U4-57 0.05
Line 58 U4-57 U4-57/A 0.05
Line 59 U4-57 U4-59 0.1 Section 6 2.15
Line 60 U4-59 U4-60 0.05
Line 61 U4-60 U4-63 0.15
Line 62 U4-63 U4-66 0.15
Line 63 U4-66 U4-66/D 0.2
Line 64 U4-66/D U4-66/I 0.25
Line 65 U4-66 U4-68 0.1
Line 66 U4-68 U4-71 0.15
Line 67 U4-71 U4-72 0.05
Line 68 U4-72 U4-74 0.1
Line 69 U4-74 U4-75 0.05
Line 70 U4-75 U4-77 0.1
Line 71 U4-77 U4-81 0.2
Line 72 U4-81 U4-87 0.3
Line 73 U4-87 U4-91 0.2
TOTAL 6.85 6.85
82

4.4 Data Jumlah Pelanggan pada Penyulang KTN 4

Data jumlah pelanggan pada penyulang KTN 4 dikelompokkan per titik

beban (load point) atau per gardu distribusi yang tersambung langsung pada

penyulang utama. Jumlah konsumen penyulang KTN 4 seperti pada Tabel 4.3

berikut.

Tabel 4.3 Jumlah pelanggan per seksi pada penyulang KTN 4

Switch Load No. Jumlah Total


Section
Awal Akhir 1 Akhir 2 Point Gardu Pelanggan Pelanggan

S1
1 PMT 0 0 0
(U4-5)
2 S1 S2 1 U4-6 176 3260
(U4-5) (U4-39) 2 U4-7 88
3 U4-8 44
4 U4-10 1
5 U4-11A 88
6 U4-13 88
7 U4-14 176
8 U4-15 660
9 U4-16 88
10 U4-17 88
11 U4-19 88
12 U4-20 353
13 U4-21 88
14 U4-22 177
15 U4-27 264
16 U4-29 88
17 U4-32 88
18 U4-32/3 44
19 U4-32/5 89
20 U4-32/6 88
21 U4-35 220
22 U4-36 88
23 U4-38 88
83

Tabel 4.3 Jumlah pelanggan per seksi pada penyulang KTN 4 (Lanjutan)

Switch Load No. Jumlah Total


Sectiont
Awal Akhir 1 Akhir 2 Point Gardu Pelanggan Pelanggan
S2 S3 S4
3 24 U4-40 1 1
(U4-39) (U4-41) (U4-40/1)
4 S4 TS 1 25 U4-40/2 132 2772
(U4-40/1) (U4-40/20) 26 U4-40/3A 1142
27 U4-40/4 88
28 U4-40/5 132
29 U4-40/6 132
30 U4-40/13 1
31 U4-40/13A 88
32 U4-40/13B 1
33 U4-40/13C 88
34 U4-40/13D 528
5 U4-40/14 88
36 U4-40/15 88
37 U4-40/15C 88
38 U4-40/15D 88
39 U4-40/19 88
5 S3 S5 TS 2 40 U4-42 309 749
(U4-41) (U4-57) (U4-57/A) 41 U4-44 88
42 U4-45 44
43 U4-50 176
44 U4-56 88
45 U4-57 44
6 S5 TS 3 46 U4-59 88 2292
(U4-57) (U4-91) 47 U4-60 88
48 U4-63 88
49 U4-66/D 88
50 U4-66/i 1
51 U4-68 88
52 U4-72 440
53 U4-75 89
54 U4-77 88
55 U4-81 178
56 U4-87 1012
57 U4-91 44
JUMLAH TOTAL PELANGGAN 9074 9074
84

4.5 Data Gangguan Penyulang KTN 4 pada Tahun 2015

Data gangguan penyulang selama satu tahun pada tahun 2015 meliputi data:

1. Waktu keluar (pemadaman)

2. Waktu masuk (nyala)

3. Lama padam (durasi)

4. Tegangan pada saat gangguan (V)

5. Arus pada saat gangguan (I)

Dari hasil pengambilan data tersebut maka akan diketahui berapa durasi

pemadaman dan frekuensi padam pada penyulang yang terjadi selama satu tahun.

Selain itu juga akan diketahui jumlah energi yang tidak tersalurkan akibat gangguan

yang terjadi. Berikut ini data gangguan yang terjadi pada penyulang KTN 4 selama

tahun 2015 pada Tabel 4.4.


Table 4.4 Data gangguan penyulang KTN 4 bulan Januari 2015 - Desember 2015

JAM LAMA LAMA ENERGI TAK


UNIT/ JENIS BEBAN TEG.
BULAN NO. TGL PADAM PADAM TERSALURKAN RELE KERJA
RAYON JARINGAN TRIP MASUK (AMP) (kV)
(MENIT) (JAM) (KWh)
Jan 1 19/1/2015 Sleman SUTM 6:42 7:14 32 0.533 96 21.3 90,664.80 OCR GFR Ø S
1 14/2/2015 Sleman SUTM 15:20 18:35 195 3.250 114 21.5 662,240.59 OCR Ø R,S,T
2 19/2/2015 Sleman SUTM 14:13 17:28 195 3.250 110 21.4 636,031.97 OCR Ø S,T
Feb
3 21/2/2015 Sleman SUTM 16:10 16:53 43 0.717 104 21.2 131,363.75 OCR GFR Ø T
4 23/2/2015 Sleman SUTM 14:10 17:09 179 2.983 109 21.1 570,426.72 OCR>> Phasa R,S
Maret 1 26/3/2015 Sleman SUTM 14:15 15:11 56 0.933 107 20.5 170,201.56 Tidak Termonitor
April 0.000 0.00
Mei 0.000 0.00
Juni 1 20/6/2015 Sleman SUTM 11:17 11:57 40 0.667 117 21.0 136,176.77 OCR Ø S >> HS 1
Juli 1 3/7/2015 Sleman. SUTM 17:31 17:40 9 0.150 111 21.1 29,206.92 OCR Ø T H-1
Agst 0.000 0.00
Sept 0.000 0.00
Okt 1 16/10/2015 Sleman SUTM 0:34 1:20 46 0.767 108 21.1 145,245.24 GFR
Nov 1 29/11/2015 Sleman SUTM 10:31 11:33 62 1.033 102 20.8 182,260.72 OCR GFR>> HS 1
1 11/12/2015 Sleman SUTM 16:07 16:49 42 0.700 172 20.9 209,200.10 GFR>> H-1
Des 2 16/12/2015 Sleman SUTM 0:15 1:15 60 1.000 55 21.4 97,851.07 OCR GFR>> R S T
3 23/12/2015 Sleman SUTM 12:09 12:58 49 0.817 114 21.2 164,087.19 GFR >>
JUMLAH 1,008 16.80 53,749.29

85
86

4.6 Analisa Sistem

Dalam analisa sistem, serangkaian studi kasus akan diterapkan pada sistem

yang bersangkutan, untuk membandingkan setiap kondisi dan nantinya dapat dilihat

perbandingan antara nilai-nilai indeks keandalan pada kondisi tersebut. Dalam

analisa sistem berikut ini, ada dua kondisi yang diterapkan pada sistem yaitu:

1. Sistem diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching.

Kondisi perfect switching yaitu ketika peralatan sistem distribusi khususnya

peralatan yang berperan dalam proses switching, seperti circuit breaker,

sectionalizer, dan tie switch dianggap bekerja secara sempurna, sehingga indeks

kegagalan dari peralatan tersebut dapat diabaikan, dan yang diperhitungkan hanya

indeks kegagalan dari saluran saja.

2. Sistem diasumsikan berada dalam kondisi imperfect switching.

Kondisi imperfect switching adalah kondisi dimana indeks kegagalan dari

setiap peralatan sistem distribusi memberikan dampak terhadap indeks keandalan

sistem secara menyeluruh.

4.6.1 Sistem diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching

1. Perhitungan SAIFI dan MAIFI

Untuk mendapat nilai SAIFI pertama-tama indek kegagalan per km

(sustained failures rate) dikalikan dengan panjang saluran udara maupun kabel

bawah tanah. Untuk mendapatkan nilai MAIFI pertama indeks kegagalan per km
87

(momentary failures rate) dikalikan dengan panjang dari masing-masing saluran

udara maupun kabel bawah tanah. Hasil perhitungan indeks kegagalan komponen

sustained failures rate dan momentary failures rate terlampir dalam Lampiran 1,

dan Tabel 4.5 berikut contoh perhitungan indeks kegagalan komponen saat sistem

dalam kondisi perfect switching.

Tabel 4.5 Perhitungan jumlah sustained failures rate dan momentary

failures rate

Sustained λs Momentary λm L x Sustained λs L x Momentary λm


Komponen L (km)
(foult/yr/km) (foult/yr/km) (foult/yr) (foult/yr)

Line 1 0.25 0.2 0.003 0.05 0.00075


Line 2 0.05 0.2 0.003 0.01 0.00015
Line 3 0.05 0.2 0.003 0.01 0.00015
Line 4 0.05 0.2 0.003 0.01 0.00015
Line 5 0.1 0.2 0.003 0.02 0.0003
……. ……. ……. ……. ……. …….
……. ……. ……. ……. ……. …….
……. ……. ……. ……. ……. …….
Line 73 0.2 0.2 0.003 0.04 0.0006
∑L= ∑ Sustained λs = ∑ Momentary λm =
Total
6.85 1.37 0.02055

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sustained failure rate penyulang

KTN 4 saat sistem diasumsikan dalam kondisi perfect switching sebesar 1,37

gangguan/tahun. Sedangkan jumlah momentary failure rate penyulang KTN 4 saat

diasumsikan dalam kondisi perfect switching adalah 0.02055 gangguan/tahun.

Setelah diketahui besarnya nilai sustained failure rate dan momentary failure rate

selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai indeks SAIFI dan MAIFI setiap load

point dan penyulang KTN 4.


88

Tabel 4.6 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point

Jumlah Sustained Momentary


Load SAIFI MAIFI
Pelanggan λs λm
Point (fault/yr) (fault/yr)
(N_LP) (foult/yr) (foult/yr)
1 176 1.37 0.02055 0.026573 0.000399
2 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
3 44 1.37 0.02055 0.006643 0.000100
4 1 1.37 0.02055 0.000151 0.000002
5 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
6 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
7 176 1.37 0.02055 0.026573 0.000399
8 660 1.37 0.02055 0.099647 0.001495
9 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
10 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
11 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
12 353 1.37 0.02055 0.053296 0.000799
13 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
14 177 1.37 0.02055 0.026724 0.000401
15 264 1.37 0.02055 0.039859 0.000598
16 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
17 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
18 44 1.37 0.02055 0.006643 0.000100
19 89 1.37 0.02055 0.013437 0.000202
20 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
21 220 1.37 0.02055 0.033216 0.000498
22 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
23 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
24 1 1.37 0.02055 0.000151 0.000002
25 132 1.37 0.02055 0.019929 0.000299
26 1142 1.37 0.02055 0.17242 0.002586
27 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
28 132 1.37 0.02055 0.019929 0.000299
29 132 1.37 0.02055 0.019929 0.000299
30 1 1.37 0.02055 0.000151 0.000002
31 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
32 1 1.37 0.02055 0.000151 0.000002
33 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
89

Tabel 4.6 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point (Lanjutan)

Jumlah Sustained Momentary


Load SAIFI MAIFI
Pelanggan λs λm
Point (foult/yr) (foult/yr)
(N_LP) (foult/yr) (foult/yr)
34 528 1.37 0.02055 0.079718 0.001196
35 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
36 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
37 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
38 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
39 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
40 309 1.37 0.02055 0.046653 0.000700
41 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
42 44 1.37 0.02055 0.006643 0.000100
43 176 1.37 0.02055 0.026573 0.000399
44 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
45 44 1.37 0.02055 0.006643 0.000100
46 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
47 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
48 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
49 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
50 1 1.37 0.02055 0.000151 0.0000023
51 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
52 440 1.37 0.02055 0.066432 0.000996
53 89 1.37 0.02055 0.013437 0.000202
54 88 1.37 0.02055 0.013286 0.000199
55 178 1.37 0.02055 0.026875 0.000403
56 1012 1.37 0.02055 0.152793 0.002292
57 44 1.37 0.02055 0.006643 0.000100
∑ SAIFI= ∑ MAIFI=
TOTAL ∑ Nj = 9074
1.37 0.2055

Dari Tabel 4.6 di atas besarnya nilai SAIFI pada penyulang KTN 4 saat

sistem diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching adalah 1,37 kali/tahun.

Besarnya nilai SAIFI pada setiap Load Point diperoleh dari perkalian antara

sustained failure rate (λs) dengan jumlah konsumen Load Point (N_LP) dibagi

jumlah keseluruhan konsumen penyulang (Nj), dan besarnya nilai indeks SAIFI
90

penyulang merupakan penjumlahan dari total nilai SAIFI tiap Load Point. Contoh

perhitungan SAIFI pada Load Point 1 sebagai berikut:

λs_LP . N_LP
SAIFI =
∑Nj

Dimana: λS_LP1 = 1.37 gangguan/tahun

NLP1 = 176 konsumen

. 7
SAIFI = = 0.026573 kali/tahun.
907

Besarnya SAIFI penyulang KTN 4:

λs_LP . N_LP
SAIFI = ∑ = 1,37 kali/tahun.
Nj

Sedangkan nilai indeks MAIFI pada penyulang KTN 4 saat sistem

diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching adalah 0.02055 kali/tahun.

Besarnya nilai MAIFI pada setiap Load Point diperoleh dari perkalian antara

momentary failure rate dengan jumlah pelanggan Load Point dibagi jumlah

keseluruhan pelanggan penyulang, dan besarnya nilai indeks MAIFI penyulang

merupakan penjumlahan dari total nilai MAIFI tiap Load Point. Contoh

perhitungan MAIFI pada Load Point 1 sebagai berikut:

λm_LP . N_LP
MAIFI =
∑Nj

Dimana: λm_LP1 = momentary failure rate Load Point 1 = 0.02055 gangguan/tahun


91

N_LP1 = jumlah pelanggan Load Point 1 = 176

. x
MAIFI = =0.0003896 kali/tahun.
907

Besarnya MAIFI penyulang KTN 4:

λm_LP . N_LP
MAIFI = ∑ = 0.02055 kali/tahun.
Nj

Tabel 4.7 Perhitungan Indeks SAIFI dan MAIFI Per Section

Jumlah Sustained Momentary


SAIFI MAIFI
Komponen Pelanggan λs λm (foult/yr) (foult/yr)
(N_Sc) (foult/yr) (foult/yr)
Section 1 0 1.37 0.02055 0 0
Section 2 3260 1.37 0.02055 0.49220 0.0073830
Section 3 1 1.37 0.02055 0.00015 0.0000023
Section 4 2772 1.37 0.02055 0.41852 0.0062778
Section 5 749 1.37 0.02055 0.11308 0.0016963
Section 6 2292 1.37 0.02055 0.34605 0.0051907
TOTAL 9074 1.370 0.02055

0.4922

0.41852

0.34605

SAIFI
MAIFI
0.11308

0.00738
0 0 0.00015 0.00628 0.0017 0.00519
0.000002

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Section 5 Section 6

Gambar 4.3 Grafik indeks SAIFI dan MAIFI per Section saat sistem dalam
kondisi Perfect Switching
92

Berdasar Tabel 4.7 di atas Section yang mempunyai jumlah konsumen

semakin banyak maka nilai SAIFI dan MAIFI-nya akan semakin besar, hal ini

dikarenakan besarnya nilai SAIIFI dan MAIFI selain dipengaruhi oleh kondisi

jaringan juga dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan yang mengalami gangguan.

Dari nilai SAIFI di atas jika dibandingkan dengan standar PLN, dimana

standar yang diguanakan yaitu SPLN 68-2 : 1986 dengan nilai SAIFI 3.2 kali/tahun

dan SAIDI 21 jam/tahun, terlihat bahwa nilai SAIFI pada penyulang yang dianalisis

dapat dikatakan handal dan memenuhi standar PLN. Jika ditinjau dari standar WCS

(World Customer Service) dan WCC (World Class Company) dengan SAIFI

sebesar 3 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 100 menit/pelanggan/tahun,

maka nilai SAIFI penyulang KTN 4 telah memenuhi target standar tersebut.

2. Menentukan nilai r sistem dan U sistem

Nilai r sistem dan U sistem, yaitu:

a.) r (hours / foult) menyatakan repair time atau switching time, yaitu ketika

terjadi gangguan pada salah satu section, maka komponen-komponen

pada section yang terganggu akan dikenakan repair time, sedangkan

untuk komponen-komponen pada section yang tidak terganggu akan

dikenakan switching time jika memungkinkan untuk disuplai dari

penyulang lain.

b.) U (hours/year) merupakan hasil perkalian antara λ (foult/year) dengan r

(hours/foult), yang menyatakan durasi/lama pemadaman rata-rata dalam


93

kurun waktu setahun akibat gangguan pada tiap komponen sistem

distribusi. Penjumlahan U tiap komponen sisten distribusi pada load

point yang ditinjau akan menghasilkan U pada load point (U_LP).

Hasil perhitungan nilai r sistem dan U sistem saat sistem diasumsikan dalam

kondisi perfect switching terlampir pada Lampiran 2. Pada hasil perhitungan

diperoleh nilai r system dan U sistem untuk setiap section seperti pada Tabel 4.8

berikut ini.

Table 4.8 Perhitungan nilai r sistem dan U sistem saat kondisi perfect switching

SECTION λs U sistem r sistem


(foult/yr) (hours/year) (hours / foult)
1 1.37 0.348 0.25401
2 1.37 1.374 1.00292
3 1.37 0.291 0.21241
4 1.37 1.0035 0.73248
5 1.37 0.69 0.50365
6 1.37 1.431 1.04453

3. Perhitungan SAIDI dan CAIDI saat system dalam kondisi perfect switching

Penjelasan dalam perhitungan SAIDI dan CAIDI:

a.) Untuk memperoleh nilai SAIDI, maka nilai U pada setiap load point

(U_LP) dikalikan dengan jumlah konsumen pada titik beban/load point

(N_LP) yang bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruh pelanggan

system (N), selanjutnya hasil perkaliannya dijumlahkan.

b.) Untuk memperoleh nilai CAIDI, maka nilai r pada setiap load point

(r_LP) dikalikan dengan jumlah konsumen pada titik beban/load point


94

(N_LP) yang bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruh pelanggan

sistem (N), selanjutnya hasil perkaliannya dijumlahkan.

c.) Jumlah konsumen pada tiap load point pada penyulang dinyatakan

dengan N_LP.

d.) Durasi pemadaman pada setiap load point dalam kurun waktu satu tahun

dinyatakan dengan U_LP (hours/year).

e.) Durasi pemadaman rata-rata pada setiap load point untuk setiap

pemadaman yang terjadi dinyatakan dengan r_LP (hours/fault).

Tabel 4.9 Perhitungan indeks SAIDI dan CAIDI per Load Point

Load U_LP r_LP SAIDI CAIDI


N_LP
Point (hours/year) (hours/fault) (hours/year) (hours/fault)
1 176 1.374 1.00292 0.026650 0.019453
2 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
3 44 1.374 1.00292 0.006663 0.004863
4 1 1.374 1.00292 0.000151 0.000111
5 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
6 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
7 176 1.374 1.00292 0.026650 0.019453
8 660 1.374 1.00292 0.099938 0.072948
9 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
10 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
11 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
12 353 1.374 1.00292 0.053452 0.039016
13 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
14 177 1.374 1.00292 0.026802 0.019563
15 264 1.374 1.00292 0.039975 0.029179
16 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
17 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
18 44 1.374 1.00292 0.006663 0.004863
19 89 1.374 1.00292 0.013477 0.009837
20 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
21 220 1.374 1.00292 0.033313 0.024316
22 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
23 88 1.374 1.00292 0.013325 0.009726
95

Tabel 4.9 Perhitungan indeks SAIDI dan CAIDI per Load Point (Lanjutan)

Load U_LP r_LP SAIDI CAIDI


N_LP
Point (hours/year) (hours/fault) (hours/year) (hours/fault)
24 1 0.2910 0.212409 0.000032 0.000023
25 132 1.0035 0.732482 0.014598 0.010655
26 1142 1.0035 0.732482 0.126295 0.092186
27 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
28 132 1.0035 0.732482 0.014598 0.010655
29 132 1.0035 0.732482 0.014598 0.010655
30 1 1.0035 0.732482 0.000111 0.000081
31 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
32 1 1.0035 0.732482 0.000111 0.000081
33 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
34 528 1.0035 0.732482 0.058392 0.042622
35 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
36 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
37 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
38 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
39 88 1.0035 0.732482 0.009732 0.007104
40 309 0.69 0.50365 0.023497 0.017151
41 88 0.69 0.50365 0.006692 0.004884
42 44 0.69 0.50365 0.003346 0.002442
43 176 0.69 0.50365 0.013383 0.009769
44 88 0.69 0.50365 0.006692 0.004884
45 44 0.69 0.50365 0.003346 0.002442
46 88 1.431 1.044526 0.013878 0.010130
47 88 1.431 1.044526 0.013878 0.010130
48 88 1.431 1.044526 0.013878 0.010130
49 88 1.431 1.044526 0.013878 0.010130
50 1 1.431 1.044526 0.000158 0.000115
51 88 1.431 1.044526 0.013878 0.010130
52 440 1.431 1.044526 0.069389 0.050649
53 89 1.431 1.044526 0.014036 0.010245
54 88 1.431 1.044526 0.013878 0.010130
55 178 1.431 1.044526 0.028071 0.020490
56 1012 1.431 1.044526 0.159596 0.116493
57 44 1.431 1.044526 0.006939 0.005065
∑ Nj = SAIDI= CAIDI=
Total
9074 1.21864 0.88951
96

Dari Table 4.9 di atas besarnya nilai SAIDI pada penyulang KTN 4 saat

sistem diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching adalah 1.21864

hours/year. Besarnya nilai SAIDI pada setiap load point diperoleh dari perkalian

antara durasi pemadaman pada setiap load point dalam kurun waktu satu tahun

(U_LP) dengan jumlah pelanggan load point (N_LP) dibagi jumlah keseluruhan

pelanggan penyulang (N), dan besarnya nilai indeks SAIDI penyulang merupakan

penjumlahan dari total nilai SAIDI tiap Load Point.

Contoh perhitungan SAIDI pada Load Point 1 sebagai berikut:

U_LP . N_LP
SAIDI_LP1 =
Nj

. 7 7
SAIDI_LP1 = = 0.026650 hours/year.
907

Besarnya SAIDI penyulang KTN 4:

∑ U_LP . N_LP
SAIDI =
∑Nj

SAIDI = ∑ (SAIDI Load Point) = 1.21864 hours/year

Sedangkan besarnya nilai indeks CAIDI pada penyulang KTN 4 saat sistem

diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching adalah 0.88951 hours/failure.

Untuk mengetahui nilai indeks CAIDI yaitu dengan menjumlahkan perkalian antara

durasi rata-rata perbaikan akibat gangguan (r_LP) dengan jumlah konsumen

terganggu (N_LP) dibagi jumlah total konsumen (N).


97

Contoh perhitungan nilai CAIDI load pint 1:

r_LP . N_LP
CAIDI_LP1 =
Nj

.00 9 7
CAIDI_LP1 = = 0.019453 hours/fault
907

Perhitungan nilai CAIDI penyulang KTN 4:

r_LP . N_LP
CAIDI_KTN4 = ∑ Nj
= 0.88951 hours/fault

� .
CAIDI_KTN4 = = = 0.88951 hours/fault
� .

Tabel 4.10 Perhitungan Indeks SAIDI dan CAIDI Per Section

U_SC r_SC SAIDI CAIDI


SECTION N_SC
(hours/year) (hours/fault) (hours/year) (hours/fault)
1 0 0.3480 0.254015 0.000000 0.000000
2 3260 1.374 1.002920 0.493635 0.360317
3 1 0.291 0.212409 0.000032 0.000023
4 2772 1.0035 0.732482 0.306557 0.223765
5 749 0.69 0.503650 0.056955 0.041573
6 2292 1.431 1.044526 0.361456 0.263837
∑N= SAIDI = CAIDI =
Total
9074 1.21864 0.88951
98

0.494
0.5
0.360 0.361
0.4
0.307
0.264
0.3 0.224

0.2

0.1 0.057 0.042


0.000032
0 0 0.000023
0
Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Section 5 Section 6

SAIDI CAIDI

Gambar 4.4 Grafik indeks SAIDI dan CAIDI per Section saat sistem dalam
kondisi Perfect Switching

Berdasar Tabel 4.10 di atas besarnya SADI dan CAIDI dipengaruhi oleh

laju perbaikan dan jumlah pelanggan yang mengalami ganguan, sehingga seksi

yang mempunyai jaringan distribusi lebih panjang besar kemungkinan akan

mengalami laju perbaikan yang lebih lama dalam satu tahun dan nilai SAIDI dan

CAIDI-nya juga akan lebih besar. Selain itu nilai SAIDI dan CAIDI berbanding

lurus dengan laju perbaikan dan jumlah pelanggan yang mengalami ganguan.

Dari nilai SAIDI diatas jika dibandingkan dengan standar PLN, dimana

standar yang diguanakan yaitu SPLN 68-2 : 1986 dengan nilai SAIFI 3.2 kali/tahun

dan SAIDI 21 jam/tahun, terlihat bahwa nilai SAIDI pada penyulang yang dianalisis

dapat dikatakan handal dan memenuhi standar PLN. Jika ditinjau dari standar WCS

(World Customer Service) dan WCC (World Class Company) dengan SAIFI

sebesar 3 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI sebesar 100 menit/pelanggan/tahun,

maka nilai SAIDI penyulang KTN 4 saat sistem diasumsikan dalam kondisi perfect

switching juga telah memenuhi target standar WCS dan WCC tersebut.
99

4.6.2 Sistem diasumsikan berada dalam kondisi imperfect switching

1. Perhitungan SAIFI dan MAIFI

Untuk mendapat nilai SAIFI pertama-tama indek kegagalan per km

(sustained failures rate) dikalikan dengan panjang saluran udara maupun kabel

bawah tanah. Sedangkan untuk mendapatkan nilai MAIFI pertama-tama indeks

kegagalan per km (momentary failures rate) dikalikan dengan panjang dari masing-

masing saluran udara maupun kabel bawah tanah. Dalam perhitungn SAIFI dan

MAIFI saat sistem diasumsikan dalam kondisi Imperfect switching maka peralatan

yang ada pada jaringan seperti circuit breaker, sectionalizer, tie switch dan trafo

distribusi turut mempengaruhi besarnya angka kegagalan sistem.

Hasil perhitungan indeks kegagalan komponen sustained failures rate dan

momentary failures rate terlampir dalam Lampiran 3, dan Tabel 4.11 berikut contoh

perhitungan indeks kegagalan komponen.

Tabel 4.11 Perhitungan jumlah sustained failures rate dan momentary failures rate

Sustained λs Momentary λm L x Sustained λs L x Momentary λm


Komponen L (km)
(foult/yr/km) (foult/yr/km) (foult/yr) (foult/yr)

Line 1 0.25 0.2 0.003 0.05 0.00075


Line 2 0.05 0.2 0.003 0.01 0.00015
Line 3 0.05 0.2 0.003 0.01 0.00015
Line 4 0.05 0.2 0.003 0.01 0.00015
Line 5 0.1 0.2 0.003 0.02 0.0003
…….. …….. …….. …….. …….. ……..
…….. …….. …….. …….. …….. ……..
Line 73 0.2 0.2 0.003 0.04 0.0006
PMT 1 0.004 0.004
Sectianalizer 5 0.003 0.015
100

Tabel 4.11 Perhitungan jumlah sustained failures rate dan momentary failures rate
(Lanjutan)

Sustained λs Momentary λm L x Sustained λs L x Momentary λm


Komponen L (km)
(foult/yr/km) (foult/yr/km) (foult/yr) (foult/yr)

Tie Switch 3 0.003 0.009


Trafo 57 0.005 0.285
∑L= ∑ Sustained = ∑ Momentary =
Total
6.85 1.683 0.02055

Dari tabel di atas diperoleh jumlah sustained failure rate penyulang KTN 4

saat sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect switching adalah 1,683

gangguan/tahun. Sedangkan jumlah momentary failure rate penyulang KTN 4 saat

diasumsikan dalam kondisi imperfect switching adalah 0.02055 gangguan/tahun.

Setelah diketahui besarnya nilai sustained failure rate dan momentary failure rate

selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai indeks SAIFI dan MAIFI setiap load

point dan penyulang KTN 4.

Tabel 4.12 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point

Jumlah Sustained Momentary


Load SAIFI MAIFI
Point
Pelanggan λs λm (fault/yr) (fault/yr)
(N_LP) (foult/yr) (foult/yr)
1 176 1.683 0.02055 0.032644 0.000399
2 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
3 44 1.683 0.02055 0.008161 0.000100
4 1 1.683 0.02055 0.000185 0.000002
5 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
6 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
7 176 1.683 0.02055 0.032644 0.000399
8 660 1.683 0.02055 0.122413 0.001495
9 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
10 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
11 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
12 353 1.683 0.02055 0.065473 0.000799
101

Tabel 4.12 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point (Lanjutan)

Jumlah Sustained Momentary


Load SAIFI MAIFI
Point
Pelanggan λs λm (fault/yr) (fault/yr)
(N_LP) (foult/yr) (foult/yr)
13 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
14 177 1.683 0.02055 0.032829 0.000401
15 264 1.683 0.02055 0.048965 0.000598
16 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
17 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
18 44 1.683 0.02055 0.008161 0.000100
19 89 1.683 0.02055 0.016507 0.000202
20 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
21 220 1.683 0.02055 0.040804 0.000498
22 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
23 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
24 1 1.683 0.02055 0.000185 0.000002
25 132 1.683 0.02055 0.024483 0.000299
26 1142 1.683 0.02055 0.211812 0.002586
27 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
28 132 1.683 0.02055 0.024483 0.000299
29 132 1.683 0.02055 0.024483 0.000299
30 1 1.683 0.02055 0.000185 0.000002
31 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
32 1 1.683 0.02055 0.000185 0.000002
33 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
34 528 1.683 0.02055 0.097931 0.001196
35 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
36 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
37 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
38 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
39 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
40 309 1.683 0.02055 0.057312 0.000700
41 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
42 44 1.683 0.02055 0.008161 0.000100
43 176 1.683 0.02055 0.032644 0.000399
44 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
45 44 1.683 0.02055 0.008161 0.000100
46 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
47 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
102

Tabel 4.12 Perhitungan SAIFI dan MAIFI Setiap Load Point (Lanjutan)

Jumlah Sustained Momentary


Load SAIFI MAIFI
Pelanggan
Point λs λm (fault/yr) (fault/yr)
(N_LP) (foult/yr) (foult/yr)
48 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
49 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
50 1 1.683 0.02055 0.000185 0.000002
51 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
52 440 1.683 0.02055 0.081609 0.000996
53 89 1.683 0.02055 0.016507 0.000202
54 88 1.683 0.02055 0.016322 0.000199
55 178 1.683 0.02055 0.033015 0.000403
56 1012 1.683 0.02055 0.187701 0.002292
57 44 1.683 0.02055 0.008161 0.000100
TOTAL ∑ Nj = ∑ SAIFI= ∑ MAIFI=
9074 1.683 0.02055

Dari Tabel 4.12 di atas besarnya nilai SAIFI pada penyulang KTN 4 saat

sistem diasumsikan berada dalam kondisi imperfect switching adalah 1,683

kali/tahun. Nilai SAIFI pada kondisi imperfect switching lebih besar jika dibanding

saat sistem diasumsikan dalam kondisi perfect swiching, yaitu mengalami kenaikan

0.313 kali/tahun. Besarnya nilai SAIFI pada setiap Load Point diperoleh dari

perkalian antara sustained failure rate (λs) dengan jumlah pelanggan Load Point

(N_LP) dibagi jumlah keseluruhan pelanggan penyulang (Nj), dan besarnya nilai

indeks SAIFI penyulang merupakan penjumlahan dari total nilai SAIFI tiap Load

Point.

Contoh perhitungan SAIFI pada Load Point 1 sebagai berikut:

λs_LP . N_LP
SAIFI =
Nj
Dimana: λS_LP1 = 1.683 gangguan/tahun
N_LP1 = 176 konsumen
103

, 7
SAIFI = = 0.032644 kali/tahun.
907

Besarnya SAIFI penyulang:

λs_LP . N_LP
SAIFI = ∑ = 1,683 kali/tahun.
Nj

Sedangkan nilai MAIFI pada penyulang KTN 4 saat sistem diasumsikan

berada dalam kondisi imperfect switching adalah 0.02055 kali/tahun. Besarnya nilai

MAIFI pada kondisi imperfect switching sama dengan pada saat kondisi perfect

switching. Besarnya nilai MAIFI pada setiap Load Point diperoleh dari perkalian

antara momentary failure rate (λm) dengan jumlah pelanggan Load Point (N_LP)

dibagi jumlah keseluruhan pelanggan penyulang (Nj), dan besarnya nilai indeks

MAIFI penyulang merupakan penjumlahan dari total nilai MAIFI tiap Load Point.

Contoh perhitungan MAIFI pada Load Point 1 sebagai berikut:

λm_LP . N_LP
MAIFI =
Nj

Dimana: λM_LP1 = 0.02055 gangguan/tahun

N_LP1 = 176 komsumen

. x
MAIFI = =0.000399 kali/tahun.
907

Besarnya MAIFI penyulang:

λm_LP . N_LP
MAIFI = ∑ = 0.02055 kali/tahun.
Nj
104

Tabel 4.13 Perhitungan Indeks SAIFI dan MAIFI Per Section

Jumlah Sustained Momentary


SAIFI MAIFI
Komponen Pelanggan λs λm (fault/yr) (fault/yr)
(N_Sc) (foult/yr) (foult/yr)
Section 1 0 1.683 0.02055 0.00000 0.0000000
Section 2 3260 1.683 0.02055 0.60465 0.0073830
Section 3 1 1.683 0.02055 0.00019 0.0000023
Section 4 2772 1.683 0.02055 0.51414 0.0062778
Section 5 749 1.683 0.02055 0.13892 0.0016963
Section 6 2292 1.683 0.02055 0.42511 0.0051907
Total 9074 1.683 0.02055

0.6046

0.5141

0.4251

SAIFI
MAIFI

0.1389

0.00019
0 0 0.0074 0.000002 0.0063 0.0017 0.0052

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Section 5 Section 6

Gambar 4.5 Grafik indeks SAIFI dan MAIFI per Section saat sistem dalam
kondisi Imperfect Switching

Berdasar tabel 4.13 di atas Section yang mempunyai jumlah konsumen

semakin banyak maka nilai SAIFI dan MAIFI-nya akan semakin besar, hal ini

dikarenakan besarnya nilai SAIFI dan MAIFI selain dipengaruhi oleh kondisi

jaringan juga dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan yang mengalami gangguan.


105

Dari nilai SAIFI di atas jika dibandingkan dengan standar PLN, dimana

standar yang diguanakan yaitu SPLN 68-2 : 1986 dengan nilai SAIFI 3.2 kali/tahun

dan SAIDI 21 jam/tahun, terlihat bahwa nilai SAIFI pada penyulang yang dianalisis

dapat dikatakan handal dan memenuhi standar PLN. Jika ditinjau dari standar WCS

(World Customer Service) dan WCC (World Class Company) dengan SAIFI

sebesar 3 kali/tahun dan SAIDI sebesar 100 menit/tahun, maka nilai SAIFI

penyulang KTN 4 telah memenuhi target standar WCS dan WCC tersebut.

2. Menentukan nilai r sistem dan U sistem

Nilai r sistem dan U sistem, yaitu:

a.) r (hours / foult) menyatakan repair time atau switching time, yaitu ketika

terjadi gangguan pada salah satu section, maka komponen-komponen

pada section yang terganggu akan dikenakan repair time, sedangkan

untuk komponen-komponen pada section yang tidak terganggu akan

dikenakan switching time jika memungkinkan untuk disuplai dari

penyulang lain.

b.) U (hours/year) merupakan hasil perkalian antara λ (fault/year) dengan r

(hours/fault), yang menyatakan durasi/lama pemadaman rata-rata dalam

kurun waktu setahun akibat gangguan pada tiap komponen sistem

distribusi. Penjumlahan U tiap komponen sisten distribusi pada load

point yang ditinjau akan menghasilkan U pada load point (U_LP).


106

Langkah perhitungn nilai r sistem dan U sistem kondisi imperfect switching

sama dengan saat kondisi perfect switching, tetapi hanya saja pada perhitungan saat

sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect switching ditambahkan komponen

peralatan switching dan trafo distribusi. Hasil perhitungan nilai r sistem dan U

sistem saat sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect switching terlampir pada

Lampiran 4. Pada hasil perhitungan diperoleh nilai r sistem dan U sistem untuk

setiap section seperti pada Tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4.14 Perhitungan nilai r sistem dan U sistem kondisi imperfect switching

SECTION λs U sistem r sistem


(foult/yr) (hours/year) (hours / foult)
1 1.683 0.4639 0.2756
2 1.683 2.6128 1.5525
3 1.683 0.2827 0.4758
4 1.683 1.0982 1.8483
5 1.683 0.6661 1.1211
6 1.683 1.2644 2.1281

3. Perhitungan SAIDI dan CAIDI saat sistem dalam kondisi perfect switching

Penjelasan dalam perhitungan SAIDI dan CAIDI:

a.) Untuk memperoleh nilai SAIDI, maka nilai U pada setiap load point

(U_LP) dikalikan dengan jumlah konsumen pada titik beban/load point

(N_LP) yang bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruh pelanggan

system (N), selanjutnya hasil perkaliannya dijumlahkan.

b.) Untuk memperoleh nilai CAIDI, maka nilai r pada setiap load point

(r_LP) dikalikan dengan jumlah konsumen pada titik beban/load point


107

(N_LP) yang bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruh pelanggan

sistem (N), selanjutnya hasil perkaliannya dijumlahkan.

c.) Jumlah konsumen pada tiap load point pada penyulang dinyatakan

dengan N_LP.

d.) Durasi pemadaman pada setiap load point dalam kurun waktu satu tahun

dinyatakan dengan U_LP (hours/year).

e.) Durasi pemadaman rata-rata pada setiap load point untuk setiap

pemadaman yang terjadi dinyatakan dengan r_LP (hours/fault).

Tabel 4.15 Perhitungan indeks SAIDI dan CAIDI per Load Point

Load U_LP r_LP SAIDI CAIDI


N_LP
Point (hours/year) (hours/fault) (hours/year) (hours/fault)
1 176 2.6128 1.55247 0.05068 0.03011
2 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
3 44 2.6128 1.55247 0.01267 0.00753
4 1 2.6128 1.55247 0.00029 0.00017
5 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
6 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
7 176 2.6128 1.55247 0.05068 0.03011
8 660 2.6128 1.55247 0.19004 0.11292
9 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
10 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
11 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
12 353 2.6128 1.55247 0.10164 0.06039
13 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
14 177 2.6128 1.55247 0.05097 0.03028
15 264 2.6128 1.55247 0.07602 0.04517
16 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
17 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
18 44 2.6128 1.55247 0.01267 0.00753
19 89 2.6128 1.55247 0.02563 0.01523
20 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
21 220 2.6128 1.55247 0.06335 0.03764
22 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
108

Tabel 4.15 Perhitungan indeks SAIDI dan CAIDI per Load Point (Lanjutan)

Load U_LP r_LP SAIDI CAIDI


N_LP
Point (hours/year) (hours/fault) (hours/year) (hours/fault)
23 88 2.6128 1.55247 0.02534 0.01506
24 1 0.47585 0.28274 0.00005 0.00003
25 132 1.8483 1.09822 0.02689 0.01598
26 1142 1.8483 1.09822 0.23262 0.13822
27 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
28 132 1.8483 1.09822 0.02689 0.01598
29 132 1.8483 1.09822 0.02689 0.01598
30 1 1.8483 1.09822 0.00020 0.00012
31 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
32 1 1.8483 1.09822 0.00020 0.00012
33 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
34 528 1.8483 1.09822 0.10755 0.06390
35 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
36 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
37 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
38 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
39 88 1.8483 1.09822 0.01792 0.01065
40 309 1.1211 0.66613 0.03818 0.02268
41 88 1.1211 0.66613 0.01087 0.00646
42 44 1.1211 0.66613 0.00544 0.00323
43 176 1.1211 0.66613 0.02174 0.01292
44 88 1.1211 0.66613 0.01087 0.00646
45 44 1.1211 0.66613 0.00544 0.00323
46 88 2.12805 1.26444 0.02064 0.01226
47 88 2.12805 1.26444 0.02064 0.01226
48 88 2.12805 1.26444 0.02064 0.01226
49 88 2.12805 1.26444 0.02064 0.01226
50 1 2.12805 1.26444 0.00023 0.00014
51 88 2.12805 1.26444 0.02064 0.01226
52 440 2.12805 1.26444 0.10319 0.06131
53 89 2.12805 1.26444 0.02087 0.01240
54 88 2.12805 1.26444 0.02064 0.01226
55 178 2.12805 1.26444 0.04174 0.02480
56 1012 2.12805 1.26444 0.23734 0.14102
57 44 2.12805 1.26444 0.01032 0.00613
∑ Nj = SAIDI= CAIDI=
Total
9074 2.13345 1.26764
109

Dari Tabel 4.15 di atas besarnya nilai SAIDI pada penyulang KTN 4 saat

sistem diasumsikan berada dalam kondisi imperfect switching adalah 2.13345

hours/year. Nilai SAIDI pada kondisi imperfect switching lebih besar jika

dibanding saat sistem diasumsikan dalam kondisi perfect swiching, yaitu

mengalami kenaikan 0.9148 hours/year. Besarnya nilai SAIDI pada setiap Load

Point diperoleh dari perkalian antara durasi pemadaman pada setiap load point

dalam kurun waktu satu tahun (U_LP) dengan jumlah konsumen load point (N_LP)

dibagi jumlah keseluruhan konsumen penyulang (Nj), dan besarnya nilai indeks

SAIDI penyulang merupakan penjumlahan dari total nilai SAIDI tiap Load Point.

Contoh perhitungan SAIDI pada Load Point 1 sebagai berikut:

U_LP . N_LP
SAIDI =
Nj
. 7
SAIDI = = 0.05068 hours/year.
907

Besarnya SAIDI penyulang KTN 4:

∑ U_LP . N_LP
SAIDI =
∑�
SAIDI = ∑ (SAIDI Load Point) = 2.13345 hours/year.

Sedangkan besarnya nilai indeks CAIDI pada penyulang KTN 4 saat sistem

diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching adalah 1.26764 hours/failure.

Nilai CAIDI pada kondisi imperfect switching lebih besar jika dibanding saat sistem

diasumsikan dalam kondisi perfect swiching, yaitu mengalami kenaikan 0.378

hours/year. Untuk mengetahui nilai indeks CAIDI yaitu dengan menjumlahkan


110

perkalian antara durasi rata-rata perbaikan akibat gangguan (r_LP) dengan jumlah

konsumen terganggu (N_LP) dibagi jumlah total konsumen (N).

Contoh perhitungan nilai CAIDI load point 1:

r_LP . N_LP
CAIDI_LP1 =
Nj

. 7 7
CAIDI_LP1 = = 0.03011 hours/fault
907

Perhitungan nilai CAIDI penyulang KTN 4:

r_LP . N_LP
CAIDI_KTN4 = ∑ = 1.26764 hours/fault
Nj

� .
CAIDI_KTN4 = = = 1.26764 hours/fault
� .

Tabel 4.16 Perhitungan Indeks SAIDI dan CAIDI Per Section

U_SC r_SC SAIDI CAIDI


SECTION N_SC
(hours/year) (hours/fault) (hours/year) (hours/fault)
1 0 0.4639 0.27564 0 0
2 3260 2.6128 1.55247 0.93870 0.55775
3 1 0.47585 0.28274 0.00005 0.00003
4 2772 1.8483 1.09822 0.56463 0.33549
5 749 1.1211 0.66613 0.09254 0.05498
6 2292 2.12805 1.26444 0.53752 0.31938
∑N= SAIDI = CAIDI =
Total
9074 2.13345 1.26764
111

1 0.939

0.9
0.8
0.7
0.558 0.565 0.538
0.6
0.5
0.335 0.319
0.4
0.3
0.2 0.093
0.000052 0.055
0.1 0 0 0.000031
0
Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Section 5 Section 6

SAIDI CAIDI

Gambar 4.6 Grafik indeks SAIDI dan CAIDI per Section saat sistem dalam
kondisi Imperfect Switching

Berdasar analisa hasil perhitugan SAIDI dan CAIDI pada kondisi perect

switching maupun imperfect switching, pada section 2 mempunyai nilai SAIDI dan

CAIDI yang paling besar hal ini disebabkan karena section 2 mempunyai saluan

distribusi yang panjang dan mempunyai jumlah pelanggan yang paling banyak.

Semakin semakin banyak pelanggan yang tersambung maka nilai SAIDI dan

CAIDI-nya akan semakin besar, hal ini dikarenakan nilai SAIDI dan CAIDI

berbanding lurus dengan laju perbaikan dan jumlah pelanggan padam. Semakin

banyak pelanggan yang padam maka nilai SAIDI dan CAIDI akan semakin besar.

Selain itu semakin panjang saluran maka besar kemungkinan laju perbaikan yang

dilakukan dalam satu tahun akan semakin lama juga.

Dari nilai SAIDI diatas jika dibandingkan dengan standar PLN, dimana

standar yang diguanakan yaitu SPLN 68-2 : 1986 dengan nilai SAIFI 3.2 kali/tahun
112

dan SAIDI 21 jam/tahun, terlihat bahwa nilai SAIDI pada penyulang yang dianalisis

dapat dikatakan handal dan memenuhi standar PLN. Sedangkan jika ditinjau dari

standar WCS (World Customer Service) dan WCC (World Class Company) dengan

nilai SAIFI sebesar 3 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 100 menit/tahun, maka

nilai SAIDI penyulang KTN 4 saat sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect

switching masih belum memenuhi target standar tersebut atau masih kurang handal

jika ditinjau dari standar WCS dan WCC.

4.7 Analisa Perhitungan SAIFI dan SAIDI penyulang KTN 4 Berdasar

Jumlah Pelanggan di Gardu Induk Kentungan Tahun 2015

Rumus perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai SAIFI dan

SAIDI adalah sebagai berikut:

1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

� �ℎ �� �� � � � �
SAIFI =
� �ℎ � ���

∑ λi . N i
SAIFI =
∑�

2. SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

� �ℎ � �� �� � � � �� � ���
SAIDI =
� �ℎ � ���

∑ Ui . Ni
SAIDI =
∑�

Dimana : λi = indeks kegagalan rata-rata per tahun (kali/tahun)


113

Ui = durasi pemadaman rata-rata per tahun (jam/tahun)

Ni = jumlah konsumen padam

N = jumlah total konsumen

Tabel 4.17 Perhitungan SAIFI dan SADI Penyulang KTN 4 pada GI Kentungan

Berdasar Data Pemadaman Tahun 2015

Lama Jumlah Jumlah


Padam Pelanggan Konsumen
No. TGL (Ui) SAIFI SAIDI
Padam GI Kentungan
(jam) (Ni) (∑N)
1 19/1/2015 0.53 9074 156383 0.058 0.030946
2 14/2/2015 3.25 9074 156383 0.058 0.188579
3 19/2/2015 3.25 9074 156383 0.058 0.188579
4 21/2/2015 0.72 9074 156383 0.058 0.041584
5 23/2/2015 2.98 9074 156383 0.058 0.173106
6 26/3/2015 0.93 9074 156383 0.058 0.054156
7 20/6/2015 0.67 9074 156383 0.058 0.038683
8 3/7/2015 0.15 9074 156383 0.058 0.008704
9 16/10/2015 0.77 9074 156383 0.058 0.044485
10 29/11/2015 1.03 9074 156383 0.058 0.059958
11 11/12/2015 0.70 9074 156383 0.058 0.040617
12 16/12/2015 1.00 9074 156383 0.058 0.058024
13 23/12/2015 0.82 9074 156383 0.058 0.047386
SAIFI= SAIDI =
JUMLAH
0.754315 0.974807

Berdasar hasil perhitungan pada Tabel 4.17 di atas besarnya nilai SAIFI

penyulang KTN 4 pada Gardu Induk Kentungan adalah 0.754315 kali/tahun dan

nilai SAIDI adalah 0.974807 jam/tahun. Jika dibandingkan dengan standar PLN,

dimana standar yang digunakan yaitu SPLN 68-2 : 1986 dengan nilai SAIFI 3.2

kali/tahun dan SAIDI 21 jam/tahun, maka nilai SAIFI dan SAIDI pada penyulang
114

KTN 4 berdasar gangguan yang terjadi dan jumlah pelanggan di gardu induk

kentungan tahun 2015 telah memenuhi standar PLN. Jika ditinjau dari standar WCS

(World Customer Service) dan WCC (World Class Company) dengan SAIFI

sebesar 3 kali/tahun dan SAIDI sebesar 100 menit/tahun, maka nilai SAIFI dan

SAIDI penyulang KTN 4 berdasar analisa ini telah memenuhi target standar WCS

dan WCC dapat dikatakan handal.

4.8 Analisa Perbandingan Hasil SAIFI dan SAIDI Penyulang KTN 4

dengan Standar SPLN 68-2: 1986

Jika hasil perhitungan SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA dan

berdasar data pemadaman pada penyulang KTN 4 tahun 2015 dibandingkan dengan

SPLN 62-2: 1986 dengan nilai SAIFI sebesar 3.2 kali/tahun dan SAIDI sebesar 21

jam/tahun maka akan terlihat seperti pada diagram batang berikut ini, Gambar 4.5.

25.000 21
20.000

15.000

10.000
3.2
5.000 1.370 1.219 1.683 2.133 0.754
0.975

0.000
Perfect Imperfect Pemadaman SPLN 68-
Switching Switching Tahun 2015 2:1986

SAIFI SAIDI

Gambar 4.7 Grafik Nilai SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA, berdasar
Data Pemadaman Tahun 2015 dan Standar SPLN 68-2: 1986.
115

Berdasar perbandingan nilai SAIFI dan SAIDI dengan SPLN 68-2: 1986 di

atas dapat disimpulkan bahwa nilai SAIFI dan SAIDI penyulang KTN 4 dengan

menggunakan metode RIA baik pada saat kondisi perfect switching maupun

imperfect switching dapat memenuhi standar PLN. Begitu juga nilai SAIFI dan

SAIDI penyulang KTN 4 berdasar data gangguan pada tahun 2015 juga dapat

memenuhi standar PLN.

4.9 Analisa Perbandingan Hasil SAIFI dan SAIDI Penyulang KTN 4

dengan Standar WCS (World Customer Service) dan WCC (World Class

Company)

Jika hasil perhitungan SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA dan

berdasar data pemadaman pada penyulang KTN 4 tahun 2015 dibandingkan dengan

standar WCS (World Customer Service) dan WCC (World Class Company) dengan

SAIFI sebesar 3 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI 100 menit/pelanggan/tahun maka

akan terlihat seperti pada diagram batang berikut ini, Gambar 4.6.

3
3.000
2.500 2.133
1.683 1.667
2.000
1.370 1.219
1.500 0.975
0.754
1.000
0.500
0.000
Perfect Imperfect Pemadaman WCS dan WCC
Switching Switching Tahun 2015

SAIFI SAIDI

Gambar 4.8 Grafik Nilai SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA, berdasar
Data Pemadaman Tahun 2015 dan Standar WCS dan WCC.
116

Jika ditinjau dari standar WCS (World Customer Service) dan WCC (World

Class Company) dengan SAIFI sebesar 3 kalitahun dan SAIDI 100 menit/tahun,

maka hasil perhitungan SAIFI dan SAIDI menggunakan metode RIA saat sistem

diasumsikan berada dalam kondisi perfect switching dapat memenuhi standar WCS

(World Customer Service) dan WCC (World Class Company).

Sedangkan saat sistem diasumsikan dalam kondisi imperfect switching jika

ditinjau dari besarnya nilai SAIFI dapat memenuhi standar WCS (World Customer

Service) dan WCC (World Class Company), tetapi jika ditinjau dari besarnya nilai

SAIDI penyulang KTN 4 masih belum memenuhi standar WCS (World Customer

Service) dan WCC (World Class Company) yang menjadi target PLN.

Selanjutnya jika ditinjau dari hasil perhitungan SAIFI dan SAIDI penyulang

KTN 4 berdasar data gangguan pada tahun 2015 sudah dapat memenuhi standar

WCS (World Customer Service) dan WCC (World Class Company).

4.10 Analisa Perhitungan Indeks ENS dan AENS penyulang KTN 4

Berdasar Data Gangguan pada Tahun 2015

Rumus perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai ENS dan

AENS adalah sebagai berikut:

1. ENS (Energi Not Supplied)

ENS = ∑ [Daya Gangguan (kW) x Durasi (h)]


117

2. AENS (Average Energy Not Supplied)

�ℎ � � � � � � ℎ
AENS =
�ℎ � ��� � � � �


= (kWh/pelanggan)
∑�

Dimana, N = jumlah pelanggan yang dilayani.

Analisa perhitungan nilai ENS (Energy Not Supplied) dan AENS (Average

Energy Not Supplied) berdasar gangguan yang terjadi pada Penyulang KTN 4 tahun

2015 pada Tabel 4.18 diperoleh nilai ENS sebesar 53.749,29 kWh dan besarnya

rata-rata energi listrik yang tidak tersuplai ke pelanggan sebesar 5,92

kWh/pelanggan.
Tabel 4.18 Perhitungan ENS dan AENS penyulang KTN 4 tahun 2015

Lama Jumlah Daya


Tegangan Beban ENS AENS
No. Tanggal Padam Pelanggan Gangguan
(kV) (Amp) (KWh) (KWh/pelanggan)
(Jam) KTN 04 (kWh)
1 19/1/2015 21.3 96 0.53 9074 2833.3 1,511.08 0.166528536
2 14/2/2015 21.5 114 3.25 9074 3396.1 11,037.34 1.216370201
3 19/2/2015 21.4 110 3.25 9074 3261.7 10,600.53 1.168231519
4 21/2/2015 21.2 104 0.72 9074 3055.0 2,189.40 0.241282323
5 23/2/2015 21.1 109 2.98 9074 3186.7 9,507.11 1.047731096
6 26/3/2015 20.5 107 0.93 9074 3039.3 2,836.69 0.312617665
7 20/6/2015 21.0 117 0.67 9074 3404.4 2,269.61 0.250122636
8 3/7/2015 21.1 111 0.15 9074 3245.2 486.78 0.053645808
9 16/10/2015 21.1 108 0.77 9074 3157.5 2,420.75 0.266779155
10 29/11/2015 20.8 102 1.03 9074 2939.7 3,037.68 0.334767312
11 11/12/2015 20.9 172 0.70 9074 4981.0 3,486.67 0.384248227
12 16/12/2015 21.4 55 1.00 9074 1630.9 1,630.85 0.179727926
13 23/12/2015 21.2 114 0.82 9074 3348.7 2,734.79 0.301387088
∑P= ∑ ENS = ∑ AENS =
TOTAL
41479.46 53,749.29 5.923439491

118
119

Berdasar perhitungan jumlah energi listrik yang tidak tersuplai ke pelanggan

(ENS) akibat adanya gangguan yang terjadi pada penyulang KTN 4 selama periode

Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 pada Tabel 4.18 di atas adalah sebesar

53,749.29 kWh.

Contoh perhitungan ENS pada gangguan tanggal 19 januari 2015:

ENS = Daya Gangguan (kW) x Durasi (h)

ENS = 2833.3 kW x 0,53 jam

= 1.511,08 kWh

Besarnya rata-rata energi listrik yang tidak tersuplai per pelanggan (AENS)

selama periode Januari s.d. Desember 2015 yaitu 5,9234 kWh/konsumen.

J a a a a a
AENS =
J a a a a a a

,7 9. 9 W
=
907

= 5,9234 kWh/konsumen

Jika harga kisaran listrik PLN per kWh pada tahun 2015 adalah Rp. 1.509,38

/kWh, maka kerugian yang dialami PLN akibat gangguan pada penyulang KTN 04

selama periode Januari s.d. Desember 2015 adalah sebesar Rp. 81.128.103,34.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan pada Tugas

Akhir ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada perhitungan menggunakan metode RIA saat sistem diasumsikan dalam

kondisi perfect switching nilai SAIFI = 1.37 kali/tahun, MAIFI = 0.02055

kali/tahun, SAIDI = 1.21864 jam/tahun dan nilai CAIDI = 0.88951

jam/tahun, sedangkan saat sistem dalam kondisi imperfect switching nilai

SAIFI = 1.683 kali/tahun, MAIFI = 0,02055 kali/tahun, SAIDI = 2.13345

jam/tahun dan nilai CAIDI = 1.26764 jam/tahun.

2. Besarnya nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI pada kondisi imperfect switching

lebih besar dari pada kondisi perfect switching, hal ini dikarenakan pada

kondisi imperfect switching jumlah peralatan distribusi yang memberikan

gangguan pada sistem lebih banyak dari pada kondisi perfect switching.

3. Pada perhitungan berdasar pemadaman yang terjadi pada penyulang KTN 4

di GI Kentungan tahun 2015, nilai SAIFI = 0.754315 kali/tahun dan nilai

SAIDI = 0.974807 jam/tahun.

4. Besarnya energi listrik yang tidak tersalurkan akibat gangguan yang terjadi

pada penyulang KTN 4 tahun 2015, ENS (Energy Not Supplied) =

120
121

53.749,29 kWh atau 53,7 MWh dan AENS (Average Energy Not Supplied)

= 5,92 kWh/pelanggan.

5. Berdasar hasil perhitungan menggunakan metode RIA maupun berdasar

hasil perhitungan menggunakan data pemadaman yang terjadi selama satu

tahun, dapat diketahui bahwa penyulang KTN 4 masih memenuhi standar

SPLN 68-2: 1986, karena nilai SAIFI maupun SAIDI masih di bawah batas

nilai standar yang di tentukan yakni SAIFI 3,2 kali/tahun dan SAIDI 21

jam/tahun, sehingga penyulang KTN 4 dapat dikategorikan handal.

6. Nilai SAIFI dan SAIDI penyulang KTN 4 saat sistem diasumsikan berada

dalam kondisi perfect switching dapat memenuhi target PT. PLN (Persero)

dalam rangka menuju standar perusahaan kelas dunia yaitu WCS (World

Customer Service) dan WCC (world class company) yakni maksimal SAIFI 3

kali/pelanggan/tahun dan SAIDI 1,666 jam/pelanggan/tahun. Sedangkan saat

sistem berada dalam kondisi imperfect switching belum dapat memenuhi

standar WCS (World Customer Service) dan WCC (world class company).

7. Dari hasil analisa jaringan distribusi sering terjadinya gangguan pada

penyulang KTN 4 sesuai data gangguan di tahun 2015 dapat disebabkan

oleh gangguan eksternal, seperti adanya benda-benda yang terlalu

berdekatan dengan jaringan distribusi dan gangguan cuaca yang cukup

ekstrim, bukan disebabkan oleh gangguan internal atau kesalahan kerja alat.

8. Frekuensi dan durasi gangguan pada sistem tidak hanya dipengaruhi oleh

gangguan permanen (sustained interruption) tetapi juga oleh adanya

gangguan temporer (momentary interruption).


122

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan pemeliharaan berkala pada jaringan distribusi untuk

mengurangi gangguan akibat peralatan atau gangguan ranting pohon di

sekitar jaringan, sehingga keandalan sistem distribusi di P.T. PLN Area

Yogyakarta menjadi lebih baik.

2. Sebaiknya perlu dilakukan evaluasi tingkat keandalan penyulang setiap

tahun sekali mengingat banyaknya penambahan pelanggan baru setiap

tahunnya, sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat keandalan

jaringan guna untuk meningkatkan pelayanan distribusi listrik ke konsumen.

3. Sebaiknya perlu dilakukan pendataan jumlah pelanggan secara terperinci

sehingga memudahkan dalam melakukan evaluasi.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, S.. 2015. Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik dii Gardu
Induk Indramayu (Tugas Akhir). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Arigandi, G.P.B., Hartati,R.S. dan Weking, A.I.. (2015). “Analisa Keandalan


Sistem Distribusi Penyulang Kampus dengan Menggunakan Penggabungan
Metode Section Tecknique dan RIA”. Jurnal Teknologi Elektro. Vol. 14,
(2), 1-5. ISSN: 1693 – 2951.

Brown, R.E., Gupta, S., Christie R.D, Venkata, S.S. dan Fletcher, R.. 1997.
“Distribution Sistem Reliability Assessment: Momentary Interruption and
Storms”. Jurnal IEEE Transactions on Power Delivery. Vol. 12, (4), 1569-
1575.

Dharmawati, P.I.. 2012. Peningkatan Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik


20 kV PT. PLN (persero) APJ Magelang Menggunakan Static Series
Voltage Regulator (SSVR) (Tugas Akhir). Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh November.

Disyon. 2008. Analisis Keandalan Sistem Distribusi dengan Metode RIA


(Reliability Index Assessment), Studi Kasus: Sistem Distribusi Jawa Timur
Penyulang GI Waru (Tugas Akhir). Surabaya: Universitas Kristen Petra.

IEEE std 1366-2003. 2003. IEEE Guide for Electric Power Distribution Reliability
Indices. USA

Ifanda, Syafei. S, Fauziah, K., Armansyah, F., Prastawa, A., Hilal, H., Aryono, N.A.
dan Febriantoni A. 2014. Kajian Outage Management Sistem Kelistrikan.
Serpong: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kurniawan, R.A.. 2016. Analisis Kehandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik di


Gardu Induk Tambun (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Li, F., . 2005. “Distributed Processing of Reliability Index Assessment and
Reliability Based Network Reconfiguration in Power Distributed System”.
Jurnal IEEE Transactions on Power System. Vol. 28, (1), 230-238.

Normalasari, D.. 2010. Analisa Keandalan Sistem Distribusi Dengan Metode


Reliability Index Assessment Pada Sistem Distribusi 20 kV di PLN APJ
Jember (Skripsi). Jember: Universitas Jember.

PLN (Persero), PT. 1985. SPLN No. 59 : Keandalan pada Sistem Distribusi 20 kV
dan 6 kV. Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan Umun
Listrik Negara.

Prabowo, H., Hernanda, I.G.N.S. dan Penangsang, O.. (2012). “Studi Analisis
Keandalan Sistem Distribusi Pabrik Semen Tuban Menggunakan Metode
Reliability Index Assessment (RIA) dan Program Analisis Kelistrikan”.
Jurnal Teknik ITS. 1, (1), 87-90. ISSN: 2301-9271.

Rifqi, M.. 2010. Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi Tengangan


Menengah 20 kV. Universitas Diponegoro : Semarang.

Suhadi dan Wahatnolo, T.. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Suripto, Slamet. Buku Ajar Sistem Tenaga. Teknik Elektro. Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta.

Syahputra, R.. 2010. Buku Ajar Proteksi. Yogyakarta: Teknik Elektro UMY.

Syahputra, R.. 2015. Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik. Yogyakarta: LP3M
UMY.

Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M. (2015). Performance Improvement of Radial


Distribution Network with Distributed Generation Integration Using
Extended Particle Swarm Optimization Algorithm. International Review of
Electrical Engineering (IREE), 10(2). pp. 293-304.

Syahputra, R.. 2012. Distributed Generation: State of the Arts dalam Penyediaan
Energi Listrik. Yogyakarta: LP3M UMY.
Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M. (2015). Reconfiguration of Distribution
Network with DER Integration Using PSO Algorithm. TELKOMNIKA,
13(3). pp. 759-766.

Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M. (2014). Optimization of Distribution Network


Configuration with Integration of Distributed Energy Resources Using
Extended Fuzzy Multi-objective Method. International Review of Electrical
Engineering (IREE), 9(3), pp. 629-639.

Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M. (2014). Performance Analysis of Wind


Turbine as a Distributed Generation Unit in Distribution System.
International Journal of Computer Science & Information Technology
(IJCSIT), Vol. 6, No. 3, pp. 39-56.

Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M. (2014). “Optimal Distribution Network


Reconfiguration with Penetration of Distributed Energy Resources”,
Proceeding of 2014 1st International Conference on Information
Technology, Computer, and Electrical Engineering (ICITACEE) 2014,
UNDIP Semarang, pp. 388 - 393.

Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M., (2013), “Distribution Network Efficiency
Improvement Based on Fuzzy Multi-objective Method”. International
Seminar on Applied Technology, Science and Arts (APTECS). 2013; pp.
224-229.

Syahputra, R., Robandi, I., Ashari, M., (2012), “Reconfiguration of Distribution


Network with DG Using Fuzzy Multi-objective Method”, International
Conference on Innovation, Management and Technology Research
(ICIMTR), May 21-22, 2012, Melacca, Malaysia.

Syahputra, R. (2010). Fault Distance Estimation of Two-Terminal Transmission


Lines. Proceedings of International Seminar on Applied Technology,
Science, and Arts (2nd APTECS), Surabaya, 21-22 Dec. 2010, pp. 419-423.

Tanzil, F.. 2007. Evaluasi Pengaruh Peralatan Utama Sistem Distribusi Tenaga
Listrik Terhadap Keandalan Sistem dengan Metode FMEA (Failure Mode
and Effect Analysis). Studi Kasus: Sistem Distribusi Jawa Timur Penyulang
GI Waru. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Thayib, R. (2011). Perhitungan Indeks Keandalan Sistem Tenaga Listrik


Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan. Prosiding Seminar Nasional
AVoER ke-3. ISBN : 979-587-395-4. Hal. 463-470.

Wibowo, R., Siswanto W., Samosir, P., Nugroho H., dan Azis A. B.. Kriteria Disain
Enjinering Kontruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta Selatan:
PT. PLN (Persero).

Anda mungkin juga menyukai