BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan adalah kondisi dari
konstruksi pada Jaringan distribus itenaga listrik yang meliputi Jaringan Tegangan
Menengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan
Tenaga Lisrik (Rumah/Pelayanan). Dalam pelaksanaan konstruksi Jaringan Distribusi
Tenaga Listrik, sebagian unit pelaksana Jaringan Tenaga Listrik yang disusun sendiri
sendiri, hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa standar yang berbeda dibeberapa tempat
dikarenakan perbedaan sistim dan konsultan serta pelaksana kontruksi tersebut terdapat
keberagaman baik dalam criteria desain maupun model/struktur konstruksinya yang
disesuaikan dengan kondisi sistim kelistrikan setempat, selain itu secara teknis ada yang
tidak lengkap, tidak konsisten dalam penerapannya dan belum seluruhnya disesuaikan
dengan perkembangan teknologi dan tuntutan pelayanan. Saat ini dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan sistim distribusi pada unit unit PLN diseluruh wilayah
Indonesia mengacu pada salah satu standar enjiniring yang ada pada pengelolaan /standard
PLN Distribusi Jawa Bali Oleh Karen itu, perlu dibuat suatu standar konstruksi yang baik
dengan criteria desain yang samadan mempertimbangkan perbedaan sistim, perkembangan
teknologi serta tuntutan pelayanan. Kriteria disain standar konstruksi ini akan menjadi dasar
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi yang akan disusun direncanakan dapat ditetapkan
untuk digunakan sebagai tipikal pedoman konstruksi atau acuan dalam melakukan
perencanaan, pembangunan dan perbaikan Jaringan Distribusi tenaga listrik bagi PLN
seluruh Indonesia sehingga diperoleh tingkat unjuk kerja, keandalan dan efisiensi
pengelolaan asset sistim distribusi yang optimal. Memperhatikan besarnya lingkup stan
Memperhatikan besarnya lingkup standarisasi kontruksi yang harus dilaksanakan,
pembuatan standar konstruksi sistim distribusi tenaga listrik ini dilakukan secara bertahap
dimana untuk tahap kajian ini dibatasi pada pembuatan standar Enjiniring Konstruksi
Jaringan Distribusi.Penyusunan Detail Standar Konstruksi Jaringan Distribusi disusun
dilaksanakan terpisah setelah penetapan prioritas detail Standar Konstruksi Jaringan
Distribusi
2
Setelah Membaca Makalah ini diharapkan dapat mengetahui : Pengertian dan Fungsi
Distribusi TenagaListrik, Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan Sistem
3
1.4 Manfaat
Manfaat dari Makalah diatas adalah Memberikan pengetahuan tentang Pengertian dan
Fungsi Distribusi Tenaga Listrik, Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan
Sistem Distribusi Sekunder, Gardu Distribusi, Trafo Distribuis, Pelayanan Konsumen dan
Dasar-dasar Perencanaan Jaringan Distribusi.
Makalah ini di tuliskan untuk difokuskan pada tugas kuliah perencanaan sistem tenaga
listrik, meliputi :
2. SUTR
3. SUTM
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20
KV dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke meter-meter
pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat kawat distribusi
melalui penghantar udara. Penghantar bawah tanah dari mulai gardu induk hingga ke pusat
pusat beban. pada sistem di ranting Galang ada terpasang jaringan bawah tanah karena
keadaan kota atau daerahnya belum memungkinkan untuk dibangun jaringan tersebut. jadi
untuk daerah ini tetap disuplai melalui hantaran udara 3 phasa 3 kawat. Setiap elemen
jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi, dimana tegangan
distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah menjadi 380/220 Volt. Dari
trafo-trafo ini kemudian para pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel
tegangan rendah menjelajah ke sepanjang pusatpusat pemukiman, baik itu komersial
maupun beberapa industri yang ada disini. Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik
dengan tegangan yang rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan
menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai
sistem penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini bertujuan untuk
kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugirugi daya dan memliki tingkat kehandalan
penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi ke berbagai wilayah menuju
pusat-pusat pelanggan.
1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu
distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian sendiri bagi konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV dari Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220 Volt. Tegangan rendah inilah yang
kemudian didistriibusikan ke pelanggan kecil melalui jaringan tegangan rendah (JTR)
yang berupa sistem 3 phasa empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar yang biasanya
langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat untuk kemudian disalurkan ke
Gardu Induk (GI) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik dengan
level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri kecil, perkantoran,
pertokoan dan sebagainya.
Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan peralatan
yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk
jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan-peralatanm proteksi dipasangkan diatas
tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem
distribusi tersebut antara lain:
5. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih
maupun adanya gangguan hubung singkat.
6. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap output.
Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan
membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.
7. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai dengan
tegangan kerja yang diinginkan.
8. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang maupun
ke penghantar lainnya .
Perlengkapan perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama untuk
peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas pelayanan,
maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui kerusakan dan
kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin sangat
penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai
atau tidak.
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam sistem tenaga
listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain:
1. Belitan bintang
7
2. Belitan delta
2.2.2 Arester
Adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau peralatam listrik terhadap
tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi
dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan
arus denyut (Surge Current) ketanah serta membatasi berlangsungnya arus ikutan
(Follow Current) serta mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa
mengganggu sistem.
Prinsip Kerja Arester Bagi sebuah arester bila terjadi tegangan lebih pada jaringan,
aresterberkerja dengan mengalirkan arus surge (Surge Current) ketanah, kemudian
setelah tegangan normal kembali, arester tersebut harus segera memutus arus yang
mengikuti kemudian Follow Current.
a. Pada tegangan operasional, harus mempunyai impedansi yang sangat tinggi atau
tidak menarik arus listrik.
b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga tegangan tembusnya , harus
tembus ( Break Down ) Dengan cepat.
c. Arus pelepasan selama Break Down (Tembus) tidak boleh melebihi arus
pengelepasan nominal supaya tidak merusak.
d. Arus dengan frekwensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan
transien telah turun dibawah harga tegangan tembusnya.
Rel daya adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik yang bertujuan dalam
penggunaannya untuk mengkombinasikan bermacam feder yang akan turut dibagi
8
dalam melayani beban. Dalam sistem tenaga listrik Rel daya disebut juga dengan istilah
Busbar. Busbar adalah konduktor berkapasitas arus besar yang berfungsi untuk terminal
penampang arus yang masuk dan keluar melalui saluran masuk dan keluar melalui gardu
induk. Busbar atau rel daya juga berfungsi untuk titik pertemuan atau hubungan antara
transformator transformator, SUTT dan peralatan-peralatan listrik lainya untuk
menerima dan mendistribusikan tenaga listrik. Rel ini pada umunya terdiri dari bahan
tembaga, alumunium atau ACSR.
Pada sistem ini semua trafo, generator dan fedder yang ada pada system
dihubungkan kebusbar. Rel daya tunggal adalah sistem rel daya yang paling sederhana
karena hanya menggunakan satu rel daya saja. Semua rangkaian baik saluran masuk
ataupun saluran keluar disambungkan dengan rel tersebut melalui pemutus daya dan
saklar pemisah.
Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah terjaminnya penyaluran
tenaga listrik, artinya bila terjadi gangguan (misalnya gangguan pada sistem distribusi
yang sering terjadi) kalau mungkin tidak menimbulkan pemutusan daya, ataupun bila
terpaksa, pemutusan tersebut diusahakan sesingkat mungkin. Peralatan yang bertugas
untuk memberikan perintah memutus / menghubungkan daya secara otomatis adalah
Pemutus Balik Otomatis(PBO) atau Recloser. Dengan penambahan rele penutup balik
maka gangguan sementara tidak mengakibatkan pemutusan daya secara keseluruhan,
atau hanya terjadi pemutusan daya dalam waktu yang sangat singkat (beberapa detik).
9
Klasifikasi Recloser
- Fasa tunggal
- Fasa tiga
- Media minyak
- Pengaturan hidrolik
- Pengaturan elektronik
2.2.6 Sectionalizer
Sectinalizer atau yang disebut juga saklar seksi otomatis (SSO) adalah sebuah alat
pemutus beban yg secara otomatis dapat dibebankan, seksi-seksi yang tergantung dari
suatu sistem distribusi atau dapat melokalisasi gangguan pada seksi yang terganggu,
sehingga sistem yang tidak mengalami gangguan tetap mendapat energi listrik. Saklar
seksi otomatis (SSO) bekerja sendiri untuk membuka rangkaian setelah perhitungan
operasi pemutusan dari peralatan-peralatan disisi sumbernya, dan pembukaannya
dilakukan pada saat peralatan disisi sumber sedang dalam posisi terbuka. Dalam
pemasangannya dapat diperlihatkan pada bagan dibawah ini:
Pada jaringan tegangan rendah yang lurus atau dengan sudut belok maksimum
15 derajat, dipakai konstruksi tiang penyangga atau penggantung kabel.
Jaringan dengan sudut belok lebih besar dari 15 derajat sampai dengan 90
derajat, dipakai konstruksi TR-2 ini.
TR-3.
11
Seperti halnya pada SUTM, juga pada tiang awal, tiang akhir, dan tiang
penegang, dari suatu SUTR diperlukan topang tarik untuk mengimbangi beban
vertikal yang bekerja pada tiang.
Bila penempatan anchor blok di dekat tiang tersedia, maka dapat di pasang
konstruksi ini, sama halnya dengan yang dipakai pada SUTM.
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu
bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi
para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah
(TR 220/380V).
a) Jenis pemasangannya:
Gardu Kios
c) Jenis Penggunaannya
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan
manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi/tidak
dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas
DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk umum
yang diletakkan dalam satu kesatuan.
Gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang ditiang pada jaringan
distribusi. Gardu Tiang umunya terdiri dari bahan : beton, besi, kayu.
Guna mengatasi faktor keterbatasan ruang pada Gardu Portal, maka digunakan
konfigurasi switching/proteksi yang sudah terakit ringkas sebagai RMU (Ring Main
Unit). Peralatan switching incoming-outgoing berupa Pemutus Beban atau LBS (Load
Break Switch) atau Pemutus Beban Otomatis (PBO) atau CB (Circuit Breaker) yang
bekerja secara manual (atau digerakkan dengan remote control).
Fault Indicator (dalam hal ini PMFD : Pole Mounted Fault Detector)
perlu dipasang pada section jaringan dan percabangan untuk memudahkan pencarian
titik gangguan, sehingga jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat
dipulihkan lebih cepat.
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,
fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana
pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios
Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat.
Gambar 2.16 Bagan Satu Garis Konfigurasi Section Gardu Pelanggan Umum
18
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik bagi
pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi,
gardu ini di lengkapi dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan.
Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu
distribusi adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran Tegangan Menengah.
Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar area
kepemilikan dan tanggung jawab PT PLN (Persero).
Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga dilengkapi dengan
transformator untuk melayani pelanggan umum.
Keterangan :
TP = Pengaman Transformator
SP = Sambungan Pelanggan
19
Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada
ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi
yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk
sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada ruang yang sama dengan ruang
Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu Distribusinya.
20
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan karena
catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
1. Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 KV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan
ini berawal dari sisi skunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga
kesisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran.
Pada distribusi primer terdapat empat jenis sistem, yaitu:
Sistem Radial
Sistem Lup (loop)
Sistem Jaringan Primer
Sistem Spindel.
2. Distribusi Sekunder
Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori
tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan
peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi skunder trafo
distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan
distribusi skunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi.
21
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik
yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan
jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan
energi ke konsumen.
Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,
perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.
yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula.
Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber
utama dan sebuah sumber cadangan. Jika salah satu sumber pengisian
(saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber
pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa
dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan
kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
2. SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah), terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan
outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.
3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo,
LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding, dan lain-lain.
4. SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan SKTR (Saluran Kabel Tegangan
Rendah), terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM
yang membedakan hanya dimensinya. (PLN Buku 5).
biasanya menggunakan jenis kabel atau kawat belitan dengan jenis tembaga atau dari
jenis aluminium.
Tiang tiang jaringan distrbusi primer dan sekunder biasanya dapat berupa tiang
kayu, besi ataupun beton. Tetapi untuk tiang jaringan distribusi ini yang paling banyak
digunakan adalah tiang dari jenis beton dan besi. (Abdul Kadir, 2006).
b. Jaringan hantaran Bawah Tanah
Jaringan ini merupakan jaringan kabel yang dipasang dibawah tanah dengan
beberapa ketentuan pengamanan seperti batas kedalaman dan persyaratan material
kabel. Jaringan ini biasanya dipasang pada daerah kerapatan beban tinggi, seperti
pusat kota ataupun pusat industry, pemasangan jaringan hantaran udara akan
mengganggu, baik ditinjau dari keindahan maupun dari segi keamanan. Adapun
keuntungan dan kerugian dari jaringan ini adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan:
- Kabel yang dipasang bebas dari gangguan petir atau pun manusia
- Tidak mengganggu estetika tata kota
- Keandalannya lebih tinggi
- Kemungkinan gangguan lebih kecil
2. Kerugian :
- Harganya relatif mahal
- Sulit untuk mendeteksi dan memeriksa gangguan yang terjadi
- Pemeliharaan tidak bersifat fleksibel
- Sulit dilakukan perluasan dan percabangan
Secara umum kabel kabel yang digunakan pada kedua system penyaluran daya
diatas sesuai dengan konsep sebagai berikut:
1. Inti / teras (core) :tunggal, ganda, tiga dan setengah
2. Bentuk (shape) :bulat, sector
3. Susunan (arrangement) :Sabuk, bertabir, berisi minyak,
berisi gas diperkuat dan tidak diperkuat
4. Dielektris :kertas (PILCTA), polyvynil chloride
(PVC), rantai silang polyethylene (XIPE), berisi gas (Nitrogen atau
SF6). (A.S Pabla, 1991)
28
4. Gardu Mobil
Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya berupa sebuah mobil
(diletakkan diatas mobil), sehingga bisa dipindah-pindah sesuai dengan tempat
yang membutuhkan. Oleh karenanya gardu mobil ini pada umumnya untuk
pemakaian sementara (darurat), yaitu untuk mengatasi kebutuhan daya yang
sifatnya temporer. Secara umum ada dua jenis gardu mobil, yaitu pertama gardu
mobil jenis pasangan dalam (mobil boks) dimana semua peralatan gardu berada di
dalam bangunan besi yang mirip dengan gardu besi.
Kedua, gardu mobil jenis pasangan luar, yaitu gardu yang berada diatas
mobil trailer, sehingga bentuk pisiknya lebih panjang dan semua peralatan
penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi tampak dari luar. Gardu
distribusi jenis trailer ini umumnya berkapasitas lebih besar daripada yang jenis
mobil. Hal ini bias dilihat dari konstruksi peralatan penghubung yang digunakan.
Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari empat ruang (bagian) yaitu,
bagian penyambungan/pemutusan sisi tegangan tinggi, bagian pengukuran sisi
tegangan tinggi, bagian trafo distribusi dan bagian panel sisi tegangan rendah. (PLN
buku 4, 2010).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian atau
penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem
tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-
pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV
dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70
kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan
menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi,
dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir
(I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir
semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan
diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk
distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan
oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi
sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan
bagian yang penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan.
4.2 Saran