Anda di halaman 1dari 22

PT PLN (Persero)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

5. SOP PEMELIHARAAN PHB-TR DAN PENERAPAN K2/K3

5.1. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

5.1.1. Pengertian

Adalah suatu format / lembaran tertulis berisi tentang ketentuan-ketentuan dan


prosedur / langkah-langkah kerja yang harus dilaksanakan secara konsisten untuk
melaksanakan suatu kegiatan.

Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat
Protap.

SOP Pemeliharaan PHB-TR berarti ketentuan-ketentuan dan prosedur / langkah-


langkah kerja yang harus dilaksanakan secara konsisten untuk memelihara PHB-
TR dalam keadaan bertegangan maupun tidak bertegangan.

SOP dibuat secara bersama oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan tersebut dan disahkan oleh pihak manajemen.

5.1.2. Tujuan SOP

Pekerjaan pemeliharaan baik dalam keadaan tidak bertegangan apalagi


bertegangan selalu mengandung potensi bahaya yang dapat menimbulkan
kerusakan maupun kecelakaan. Ketrampilan dan pengetahuan yang baik saja
tidak cukup untuk menjamin bahwa melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang
benar, efektip, efisien dan aman, karena faktor manusia ada kemungkinan karena
ketidak-sengajaan dapat menimbulkan kesalahan yang fatal. Maka SOP dibuat
sebagai panduan yang sudah dibakukan dan dipastikan menjamin keamanan dan
keselamatan dalam bekerja karena sudah melalui telaahan yang teliti.

SOP dapat berubah bila kondisi kerja, sistem atau peralatan / perangkat yang
sudah ada berubah .

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 61


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

5.1.3. Komponen Dalam SOP

Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan PHB – TR


antara lain :

a. Pihak yang terkait

Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat


Pemeliharaan PHB – TR . Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi
yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun komunikasi langsung /
lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi
terjadinya kondisi kurang aman dan nyaman akibat pekerjaan tersebut.

Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang
standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait .
Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas
standar agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.

Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi


SOP Komunikasi.

Pihak yang terkait pada Pemeliharaan PHB – TR antara lain :


 Asman Operasi
 Supervisor Distribusi
 Koordinator Logistik / Perbekalan
 Piket Pengawas
 Pelanggan
 Pelaksana

b. Perlengkapan Kerja

Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian kubikel dengan baik


dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja
dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya
kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah
dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin .

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :


 Perkakas kerja
 Alat bantu kerja

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 62


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

 Alat Ukur
 Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
 Berkas Dokumen Instalasi PHB – TR yang akan dipelihara
 Lembaran / Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

c. Prosedur Komunikasi

Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari
mulai persiapan pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan
pekerjaan.

Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau


handy-talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan.
Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan
terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

d. Prosedur Langkah-langkah Kerja

Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian


kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan
pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.

Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP.


Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan
kegagalan operasi bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

5.1.4. Pembuatan SOP

Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

 Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pemeliharaan PHB – TR


untuk membuat ketentuan berkoordinasi.
 Kondisi PHB – TR atas standar konstruksi yang berlaku
 Struktur JTR yang dilayani PHB – TR termasuk jenis dan karakteristik
beban yang dilayani oleh PHB – TR tersebut.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 63


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

APJ / CABANG SOP SOP.HAR


…………………… PEMELIHARAAN PHB – TR Halaman 1 dari
DAN 4
UPJ / RANTING SISTEM PEMBUMIAN
…………………….

PETUGAS :
1. Pengawas 1 orang
2. Pelaksana 2 orang

I. KOORDINASI
1 Asman Operasi
1 Supervisor Distribusi
1 Koordinator Logistik / Perbekalan
1 Piket Pengawas
1 Pelanggan
1 Pelaksana

II.PERLENGKAPAN KERJA

1. Perkakas Kerja : Kunci Shok, kunci ring, tang pres, tang kombinasi,
obeng, gergaji besi, cutter
2. Alat Bantu : Tangga, skakel-stok, radio HT, kendaraan roda
empat, tongkat tester 20 KV
3. APD / K3 : Sepatu isolasi 20 KV, sepatu kerja, pakaian kerja,
Sarung tangan isolasi, sarung tangan kulit, helm
pengaman,
4. Alat ukur : Meger 1.000 V, earth-tester ( megger tanah ), multi-
tester, cek fasa

III. MATERIAL
Thiner, vaselin elektrik, kertas ampelas, isolasi., NH fuse, sepatu kabel
sesuai yang dibutuhkan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 64


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

SOP SOP.HAR
APJ / CABANG PEMELIHARAAN PHB – TR Halaman 2 dari 4
…………………….. DAN
SISTEM PEMBUMIAN
UPJ / RANTING
…………………….

IV. PROSEDUR KOMUNIKASI

1. Informasi kepada konsumen dan pihak-pihak terkait 2 s/d 3 hari


sebelum pekerjaan dilaksanakan melalui surat, media cetak dan atau
media elektronik
2. Membuat SPK untuk pelaksana 10 s/d 20 hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan untuk pemeliharaan rutin.
3. Laporan ke SPV Distribusi dan pengawas pekerjaan sebelum
pelaksanaan
4. Laporan ke MUPJ bahwa pelaksanaan akan dimulai

JTM

Arrester
FCO

TRAFO

PHB - TR Saklar Utama

NH Fuse

Saluran Jurusan
N R S T

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 65


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

SOP SOP.HAR
APJ / CABANG PEMELIHARAAN PHB - TR Halaman 3 dari
…………………… SISTEM PEMBUMIAN 4

UPJ / RANTING
……………………..

PROSEDUR PEMADAMAN SEBELUM PEMELIHARAAN

1. Mengukur beban dan tegangan pada gardu


2. Melepas satu-persatu NH Fuse (untuk pelanggan 1 fasa), kemudian
saklar utama atau melepas sakelar Utama (untuk pelanggan 3 fasa),
kemudian NH-Fuse satu-persatu
3. Buka FCO
4. Hubungkan kabel pentanahan yang sudah dihubungkan ke elektroda
pentanahan dimulai dari ke 4 bushing Trafo sisi tegangan rendah, lalu ke 3
bushing trafo sisi tegangan menengah
5. Buka kabel kawat yang terhubung pada terminal kabel masuk & kabel
keluar
6. Kabel yang sudah terlepas hubungkan jadi satu dan sambungkan
pada kabel pentanahan

LANGKAH PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN

1. Periksa perlengkapan hubung bagi-TR (PHB-TR)


2. Periksa kontak-kontak pada saklar utama dan bersihkan
3. Periksa dan bersihkan rel PHB (bila perlu dicat)
4. Periksa dan bersihkan dudukan NH fuse (ground plate – holder) & diolesi
Vaseline electric
5. Ukur dan perbaiki pentanahan
6. Periksa dan perbaiki accessories ujung kabel jurusan Cek sekali lagi
dan pastikan kebenarannya dengan baik
7. Pasang kembali semua komponen-komponen yang dilepas sesuai
keadaan semula
8. Pastikan PHB – TR siap untuk dioperasikan kembali
- Arde lokal sudah dibuka
- Aman dari peralatan dan personil
- Laporkan kepada pengawas piket

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 66


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

SOP SOP.HAR
APJ / CABANG PEMELIHARAAN PHB - TR Halaman 4 dari
……………………. DAN 4
SISTEM PEMBUMIAN
UPJ / RANTING

9. Masukan FCO
10. Cek tegangan Fasa Netral & Fasa – Fasa
11. Untuk gardu konsumen 3 fasa
- Masukan NH fuse
- Masukan sakelar utama
- Cek tegangan dan beban
12. Untuk gardu konsumen 1 fasa
- Masukan sakelar utama
- Masukan NH fuse
- Cek tegangan dan beban
13. Kunci kembali PHB dan pastikan baik
14. Buat laporan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 67


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

5.2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

5.2.1. Dasar Hukum K-3

Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia


ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-
undang ini dibuat dengan menimbang bahwa :

a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya

c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.

d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja

e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang


yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan
teknologi.

Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya yang paling penting


dalam kegiatan usaha. Maka perusahaan harus memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehataan bagi manusia yang terkait dengan kegiatan
usahanya, maupun orang lain yang terkait dengan usaha tersebut.

Misalnya PLN sebagai perusahaan yang kegiatan usahanya membangkitkan,


menyalurkan, mendistribusikan, dan melayani pelanggan. Maka setiap manusia
yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut harus dijamin keselamatan dan
kesehatannnya. Dan orang lain yang berada di sekitar kegiatan usaha maupun
yang menggunakan produk energi listrik juga harus terjamin keselamatan dan
kesehatannya.

Upaya menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja memang bukan kegiatan


meningkatkan keuntungan, tetapi upaya memanusiakan manusia dan membatasi
dan atau memperkecil kerugian dampak kecelakaan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 68


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

Yang bertanggungjawab melaksanakan tegaknya keselamatan dan kesehatan


kerja ialah : manajemen, atasan pekerja, dan pekerja itu sendiri.

Dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan, berarti terciptanya safe


production , yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat.

5.2.2. Pengertian

Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi


terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan kerugian,
baik jiwa/raga dan atau harta. Sedangkan kesehatan kerja mengatur segala
upaya guna mencegah/mengurangi sakit akibat melaksanakan kerja.

Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja
ialah segala tempat dimana :

a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan,

b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci


dalam pasal 2;

c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan


sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut.

Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat


keselamatan kerja seperti diurai pada pasal 3. yakni :

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 69


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,


kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara atau getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik physik


maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,


atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan


penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang


bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

5.2.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (KKK)

Tujuan KKK adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman,
sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai :

a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.

b. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.

c. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.

d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 70


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

5.2.4. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja

Sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 12,

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas


dan atau Ahli Keselamatan Kerja.

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja dan


kesehatan kerja yang diwajibkan.

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat


keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan


kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentuakan lain oleh Pegawai
Pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

5.2.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-undang No.
3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ialah :

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Ruang lingkup program Jamsostek meliputi :


a) Jaminan Kecelakaan Kerja.
b) Jaminan Kematian.
c) Jaminan Hari Tua.
d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Karena PLN sebagai perusahaan mampu memberikan emulemen Jaminan Sosial


Tenaga Kerja sendiri dengan standard  dari ketentuan pemerintah, maka PLN
tidak mengasuransikan pegawainya ke program Jamsostek, baik milik
pemerintah / BUMN maupun swasta.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 71


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

5.2.6. Kecelakaan Kerja

a. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena


hubungan kerja, dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya.

Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena hubungan


kerja, baik karena pekerjaan langsung ataupun dalam perjalanan menuju
tempat kerja sampai kembali ke rumah melalui jalan normal.

b. Proses Kecelakaan.

Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya dan dapat
mengakibatkan kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan ataupun efisiensi
perusahaan.

Urutan proses terjadinya kecelakaan :

Kultur Sebab Bahaya Insiden Kerugian


Lingkungan dasar
- Unsafe act -Jiwa/raga
-Budaya visi dan misi - Unsafe - Kecelakaa - Harta
kerja kurang condition n - Efisiensi
- Pola pikir mendukung - Miss - Near
- Manajemen manajemen misses

 Kultur Lingkungan
Kultur lingkungan, dalam hal ini berupa :
 tingkat kematangan budaya kerja
 pola pikir lingkungan masyarakat pada umumnya atau lingkungan
tempat kerja pada khususnya
 serta perhatian manajemen puncak dan menengah akan membentuk
suatu behavior (paradigma, sikap, dan perilaku) para pekerjanya dalam
menegakkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 72


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

Lingkungan masarakat / tempat kerja yang secara sadar :


 Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling
tinggi nilainya.
 Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya, memiliki
paradigma untuk memikirkan keselamatan bagi manusia maupun
keselamatan bagi proses produksinya.
 Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan
KKK, dsb.

Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk tercapainya safe
production.

 Bahaya
Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi
karena ada bahaya, baik itu berupa :
 tingkah laku yang tak aman (unsafe act).
 kondisi yang tak aman (unsafe condition).
 manajemen/prosedur yang tak benar / tak ada (miss manajemen).

Contoh tingkahlaku tak aman :


 Bekerja mengabaikan prosedur.
 Mengerjakan pekerjaan bukan bidangnya.
 Bekerja tanpa kompetensi (rendah).
 Tidak menggunakan alat keselamatan kerja.
 Sikap tubuh yang tidak benar.
 Bekerja dengan bersendau gurau.
 Bekerja dengan kondisi fisik dan atau mental yang labil.
 Bekerja dengan emosional / panik, dll.

Contoh kondisi yang tak aman :


 Peralatan pelindung yang tak memenuhi syarat.
 Bahan, peralatan yang aus atau rusak.
 Kondisi lantai yang licin.
 House keeping yang tidak tertata baik.
 Kurang sarana pemberi tanda-tanda keselamatan kerja.
 Keadaan udara beracun.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 73


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

 Bising.
Contoh miss manajemen :
 Tidak tersedianya alat keselamatan kerja.
 Tidak adanya petunjuk/prosedur kerja.
 Tidak melakukan identifikasi bahaya dan cara penanggulangannya.
 Tidak melakukan pembahasan tentang KKK secara terjadwal.

 Insiden
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan ataupun
near misses yang dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk
cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan ataupun menurunnya
efisiensi produksi.

Contoh kecelakaan : kejatuhan benda, terjepit, terkena listrik, terbakar.


Contoh near miises : tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka maupun
rusaknya benda/barang.

meninggal
1

10 cidera berat atau cacad

cidera ringan
30

insiden : - kecelakaan
600 - near misses

 Kerugian.
Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja mengalami
kerugian.

Kerugian bagi korban kecelakaan (bila ia pekerja) meliputi :


 Cidera, cacat tetap, bahkan tewas itu berarti menurun/hilangnya
kesempatan mendapatkan prestasi (penghasilan) karena menurun/
hilangnya kemampuan kerja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 74


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

Menurunnya moril dan rasa peran keberadaannya di lingkungan


keluarga, masayarakat, maupun lingkungan tempat kerja.
Kerugian bagi perusahaan antara lain meliputi :
 Biaya perawatan korban.
 Biaya untuk pemberian santunan-santunan.
 Waktu produksi berkurang.
 Rusaknya peralatan dan atau material, sehingga menurunnya
kemampuan produksi.
 Biaya inventasi yang telah dikeluarkan untuk (pembinaan, pendidikan,
dll.) mencapai tingkat kompetensi seperti saat sekarang.
 Menurunnya citra perusahaan.
 Naiknya biaya asuransi.

Untuk mencegah / mengurangi kerugian bagi manusia (pekerja dan atau


orang lain) dan kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita harus
menghilangkan / mengurangi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan
miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk mencegah /
mengurangi bahaya antara lain :
 Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan
miss mana-jemen) dan tindakan / cara mengatasinya.
 Setiap bekerja selalu berpikir tentang selamat (think safety).
 Dll.

5.2.7. Keselamatan Dalam Bekerja

a. Tempat Kerja Bertegangan


Hal penting diperhatikan bila memasuki ruang kerja listrik :
 Mendapat ijin yang berwenang dan diawasi oleh petugas.
 Jangan sendirian (dua orang).
 Sehat jasmani dan rohani.
 Pakaian kering dan bersepatu dengan sol berbahan isolasi.
 Gunakan alat pengaman yang diperlukan sesuai spesifikasinya (missal:
tegangan ijin, daya hantar, dll).
 Perhatikan rambu-rambu peringatan yang ada.
 Berada pada jarak yang aman.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 75


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

 Bekerja Pada Bebas Tegangan


- Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :
- Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.
- Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.
- Bila ada sirkuit ganda :
 pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.
 masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya .
 tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.
- Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh pada sirkuit tersebut.
- Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas telah
dipenuhi.

 Bekerja Pada Keadaan Bertegangan


- Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai kompetensinya.
- Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).
- Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.
- Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.
- Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama
yang diwajibkan.
- Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai sesuai
petunjuk yang diberikan.
- Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.
- Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan telanjang.
- Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan
bahaya kebakaran, ruang lembab, ruang sangat panas.

 Bekerja di dekat instalasi bertegangan :


- Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan
- Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau
imbas yang membahayakan, selain harus dibumikan.
- Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam, tangga
yang diperkuat dengan logam.
- Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan
isolasi.

b. Batas Aman Arus dan Tegangan.


Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50 V.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 76


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

 Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia :


Tegangan Sentuh Waktu maksimum Keterangan
( V efektif ) ( detik )
50 5
75 1
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03

 Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu


Tegangan Sentuh Waktu Maks. Keterangan
(m A efektif ) ( detik )
10  20 10
20  40 2
60  80 0,2
100 0,1

 Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu


Besar Arus Akibat arus melalui jantung
( mA ) melalui lintasan tangan ke kaki
0,7 Tidak terlihat sesuatu akibat
0,7  2 Terasa getaran
28 System syaraf terpengaruh, sangat sakit
8  20 System syaraf terpengaruh.
Tidak sanggup melepaskan pegangan, karena
pengerutan atau kontraksi otot-otot
20  50 System syaraf terpengaruh.
Otot kerongkongan dipaksa mengkerut .
Paru-paru kirim udara secara tidak normal.
Tidak mampu melepaskan pegaangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 77


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

c. Jarak Aman Daerah Bertegangan.

 Jarak lendutan penghantar udara tegangan rendah ke tanah,


minimum :
No Lokasi pemasangan Penghantar udara Penghantar udara
telanjang berisolasi
1 Jalan umum 5 meter 5 meter
2 Bukan jalan umum 5 meter 4 meter
3 Halaman rumah 5 meter 3 meter

 Jarak bebas (minimum) antara SUTT dan SUTET dengan tanah dan benda
lain.
SUTT SUTET 500 kV
No Lokasi 66 kV 150 kV Sirkit Sirkit
(m) (m) ganda tunggal
(m) (m)
1 Lapangan terbuka daerah luar kota 6,5 7,5 10 11

2 Jalan raya 8 9 15 15

3 Pohon-pohon pada umumnya 3,5 4,5 8,5 8,5

4 Bangunan tidak tahan api dan 12,5 13,5 14 15


lapangan olah raga

5 Bagian bangunan yang tahan api


3,5 4,5 8,5 8,5
6 SUTT lainnya : SUTR; jaringan tele-
3 4 8,5 8,5
komunikasi dan kereta gantung

7 Rel kereta biasa


8 9 15 15
8 Jembatan besi, rangka besi penahan
penghantar kereta listrik terdekat 3 4 8,5 8,5
dsb.

9 Titik tertinggi tiang kapal pada 3 4 8,5 8,5


kedudukan air pasang pada lalu
lintas air

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 78


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

5.2.8. Alat Keselamatan Kerja

a. Pengertian
Pengertian alat keselamatan kerja :
 Suatu alat yang dipergunakan untuk melindungi pekerja terhadap
kemungkinan timbulnya kecelakaan.
 Suatu alat yang dipergunakan untuk memperlancar/mempermudah
pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan dengan aman.

b. Tiga macam Alat Keselamatan Kerja

 Terpasang tetap pada peralatan.


 Kap pelindung benda berputar.
 Batas pengaman daerah.

 Untuk dipakai pekerja.


 Alat pelindung batok kepala.
 Alat pelindung muka dan mata.
 Alat pelindung badan.
 Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki).
 Alat pelindung pernapasan.
 Alat pelindung pendengaran.
 Alat pencegah jatuh.
 Alat pencegah tenggelam.

 Pelengkap
 Peraturan-peraturan.
 Penjelasan-penjelasan.
 Instruksi kerja.
 Tanda-tanda peringatan.
 Poster-poster keselamatan kerja.
 Komunikasi dan koordinasi.
 Pengawasan, dll.

Yang perlu diperhatikan pada poster :


- Antara gambar dan tulisan disesuaikan, sehingga fokus pesan dapat
dimengerti.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 79


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

- Jenis isi pesan disesuaikan dengan bahaya yang dapat timbul di


tempat kerja.

Tanda-tanda keselamatan isinya mengingatkan kita terhadap :


- Bahaya yang dapat timbul di suatu tempat.
- Kemungkinan membuat kesalahan.

Tanda peringatan ditempatkan pada tempat yang :


- Mudah dan kelihatan.
- Menuju ke tempat yang ada bahaya.

c. Alat Keselamatan Kerja & Penggunaannya.


No Alat Keselamatan Kerja Kegunaan / Pemakaiannya
1 Topi keselamatan. Melindungi batok kepala terhadap
tertumbuk/ kejatuhan benda dari atas.

2 Kap las tangan . Melindungi muka dan mata waktu


mengelas listrik.

3 Kap las kepala . Melindungi muka dan mata waktu


mengelas listrik.

4 Kap las kepala dengan topi. Melindungi muka, mata dan batok
kepala waktu mengelas listrik .

5 Pelindung muka. Mengasah, menotok, bekerja dengan


ramuan kimia.

6 Pelindung mata. Mengasah, menotok, bekerja dengan


ramuan kimia.

7 Kacamata las . Mengelas dengan las karbit/asitilin.

8 Kacamata warna bening. Mengecat, membelah, menotok beton,


dsb.

9 Kacamata karet. Bekerja dengan debu.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 80


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

10 Pelindung mata kedok (yang Mengasah, menetak (terutama) bagi


dibuka). yang berkacamata.
11 Pelapis dada dari kulit. a. Mengelas karbid dan listrik.
b. Menempa, menuang, kerja
hangat lainnya.

12 Pelapis dada karet hitam. Bekerja dengan ramuan kimia.

13 Pelapis dada karet putih. a. Bekerja di instalasi TEL.


b. Membersihkan tangki-tangki
bensin yang mengandung TEL.
14 Sarung tangan asbes. Kerja panas, tuang, membengkokkan
pipa, tukang api, buka tutup kran uap.

Kerja ringan : mematri, mengecat,


15 Sarung tangan kain. menyemprot, dsb.

a. Kerja konstruksi yang ringan.


16 Sarung tangan utk kerja. b. Kerja pengangkutan yang ringan.
c. Membuka keran uap.

Mengelas listrik dan gas karbid.


17 Sarung tangan.
Bekerja pada hubungan listrik.
18 Sarung tangan utk tukang
listrik
a. Bekerja dengan ramuan kimia.
19 Sarung tangan karet b. Bekerja dengan gemuk-gemuk
(plastic). kotor.

Mengelas listrik, karbid.


20 Pelindung lengan.
21 Sepatu karet panjang hitam. a. Bahan kimia (asam garam, asam
belerang, dsb)
b. Komponen minyak kasar (bensin,
minyak, gas)
c. Kerja tanah dan kerja kotor
lainnya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 81


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SOP PHB-TR dan K3

22 Sepatu keselamatan. Pelindung jari kaki dari tertumbuk


benda berat/ jatuh.

23 Sepatu karet panjang hitam Pekerjaan tanah.


sampai paha.

24 Pelindung kaki dari kulit. Mengelas listrik, karbid, menempa


dan untuk pekerjaan tuang-menuang.

25 Tali pinggang keselamatan. Untuk bekerja diketinggian  2,5


meter.

26 Jaring keselamatan. Dipakai dimana tidak memungkinkan


pakai tali pinggang keselamatan.
27 Sumbat telinga (ear plug) Untuk mengurangi suara masuk
telinga

28 Tutup telinga (ear muff) Untuk mengurangi suara yang


bernada tinggi atau keras
29 Schakel stock Untuk memasukkan “pemisah”,
dilengkapi untuk chek tegangan
menengah (TM).

30 Tester Untuk mengetahui adanya tegangan


rendah

31 Klem hubungan tanah Untuk menbumikan jaringan, trafo


generator

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 82

Anda mungkin juga menyukai