Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang terus menerus berkembang, menjadikan listrik


kebutuhan yang sangat pokok apalagi ditambah dengan bertambahnya
penduduk maka kebutuhan energi listrik juga semakin meningkat. Untuk itu PT.
PLN (Persero) sebagai badan usaha yang bergerak dibidang kelistrikan
diharapkan mampu memberikan solusi kelistrikan yang menguntungkan bagi
negara dan pelanggan. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan
kerugian akibat susut yang terjadi. Susut yang terjadi bisa merupakan susut
teknis dan non-teknis.
Pada penelitian ini jenis susut yang akan saya bahas adalah susut teknis
dan susut rupiah yang ditanggung PLN akibat jarak dari gardu distribusi/trafo
distribusi terdekat ke pelanggan dengan daya tersambung 53 kVA keatas.
Pelanggan dengan daya tersebut adalah pelanggan TR (Tegangan Rendah).
Pelanggan dengan cakupan daya diatas banyak yang sudah menggunakan box
combo.
Sistem mendeteksi susut yang ada dan memberikan standar toleransi
susut tersebut. Untuk megurangi susut tersebut PLN sebenarnya memiliki
beberapa solusi yaitu uprating kabel, menambahkan gardu dan trafo serta
memperpendek jaringan dari gardu ke kWh meter pelanggan. Opsi yang saya
sedang coba pelajari adalah dengan memperpendek jaringan sampai pada
kWh meter pelanggan. Dalam hal ini PLN dapat memberikan dan
merekomendasikan posisi kWh meter pelanggan untuk memperkecil susut
yang ditanggung oleh PLN mengingat tanggung jawab PLN hanya sampai kWh
meter pelanggan. Kejadian seperti ini masih kurang diperhatikan di unit unit
PLN. Hal tersebut disebabkan karena memang susut yang ditimbulkan tidak
terlampau besar, namun apabila susut tersebut dijumlahkan dari mulai
pelanggan dengan daya 53 kVA sampai daya 197 kVA di seluruh tarif akan
menimbulkan susut yang nilainya cukup besar.

1
1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Berapakah susut yang ditimbulkan akibat pengawatan sampai pada kWh
pelanggan?
2. Bagaimana perbedaan nilai susut yang ditanggung PLN jika lokasi kWh
meter dipasang di gardu atau tempat yang direkomendasikan PLN?
3. Berapa keuntungan yang didapat PLN jika susut tersebut ditanggung
oleh pelanggan berdasarkan tarif masing masing pelanggan?
4. Menentukan jarak ideal hasil kesepakatan pelanggan dan perhitungan
susut PLN.

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah :
1. Menghitung susut pada jaringan dari Gardu Distribusi atau trafo terdekat.
2. Menghitung susut rupiah yang ditanggung PT. PLN (Persero) akibat
kasus kasus seperti ini.
3. Menentukan jarak ideal yang menguntungkan pihak PT. PLN (Persero)
dan pelanggan.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Agar masalah yang akan dibahas menjadi jelas dan tidak banyak
menyimpang dari topik yang akan dibahas, maka dalam penulisan tugas akhir ini
penulis menekankan bahwa hal yang akan dibahas adalah :
1. Menghitung dan membandingkan susut rupiah dan susut teknis yang
terjadi akibat kasus kasus seperti ini.
2. Menentukan jarak yang ideal bagi kedua pihak berdasarkan perhitungan
diatas dan kesepakatan kedua pihak.

2
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai susut yang ditanggung PT. PLN (Persero).
2. Mempermudah pihak PT. PLN (Persero) dalam melakukan
pengawasan dan pemeliharaan.
3. Menambah keuntungan PT. PLN (Persero) baik secara material
maupun financial.
1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil studi ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat
mencapai tujuan penelitian secara optimal dan mampu menghasilkan
laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum:
1. Secara Praktis
Studi ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan pembaca
tentang susut yang ditanggung PT. PLN (Persero).
2. Secara Teoritis:
a. Studi ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai
standar pemasangan kWh meter pelanggan.
b. Studi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam
bidang transaksi energi di unit unit PT. PLN (Persero).

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan
yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
(Pendahuluan) membahas mengenai latar belakang masalah, tujuan kerja
magang, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II
(Landasan Teori) membahas mengenai tinjauan pustaka yang diperlukan
penulis, sistem tenaga listrik dan teori-teori mengenai jenis-jenis susut pada
sistem ketenaga listrikan, hambatan jenis pada tiap penghantar yang digunakan,
dan kerangka pemikiran. BAB III (Metode Penelitian) membahas mengenai
analisa kebutuhan dan metode-metode yang digunakan penulis serta

3
perhitungan untuk menentukan susut yang ditanggung PT. PLN (Persero) akibat
jarak tersebut dan mengitung jumlah rupiah yang akan diterima PT. PLN
(Persero). BAB IV (Analisa Data) membahas mengenai data teknis pelanggan,
data tarif pelanggan, data susut baik teknis maupun susut rupiah, hasil
perbandingan pelanggan yang jarak kWh meter dengan Gardu Distribusi-nya
dekat terhadap yang jauh dilapangan dan menganalisa jarak yang ideal. Bab V
(Simpulan) membahas mengenai simpulan yang bisa diambil dari tugas akhir ini.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Untuk membantu pembuatan Proyek Akhir ini, dibutuhkan adanya beberapa
referensi yang dapat menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian, yaitu
sebagai berikut :
1. Buku 1 Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi
Tenaga Listrik (Bab 4.10.1, Poin 3, Hal 32) Menjelaskan panjang
maksimum pengantar saluran udara sampai dengan kotak APP.
2. Buku 2 Standar Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik (Bab II.4
Pemasangan Alat Pembatas dan Pengukur, Hal 9, Poin 4) Menjelaskan
bahwa khusus pelanggan dengan daya mulai 33 kVA keatas, instalasi
APP tidak harus dipasang di Gardu PLN.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber
daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Sistem ini
merupakan salah satu bagian dari suatu sistem Distribusi tenaga listrik
yang dimulai dari Pemutus Tenaga (PMT) incoming di Gardu Induk (GI)
sampai dengan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) di instalasi konsumen.

Gambar 2.1 Diagram Alur Sistem Distribusi

5
Unit distribusi tenaga listrik dalam hal ini berfungsi untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listik dari pusat-pusat suplai
atau gardu induk ke pusat-pusat beban yang berupa gardu distribusi atau
secara langsung mensuplai tenaga listrik ke konsumen dengan mutu yang
memadai. Dengan demikian unit distribusi ini menjadi suatu sistem
tersendiri karena unit ini memiliki komponen peralatan yang saling
berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik.
Sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling ketergantungan
yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menampilkan
fungsi yang ditetapkan. Perbedaan unit distribusi dapat dibedakan yaitu :
1. Distribusi primer
Distribusi primer sering disebut dengan jaringan tegangan menengah
(JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV / 11,6 kV. Bentuk saluran
distribusi yang umum digunakan di PT. PLN (Persero) adalah saluran udara
tegangan menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah
(SKTM).
Sistem distribusi primer dimulai dari sisi sekunder trafo step down
pada gardu induk (GI) dan berakhir pada sisi primer trafo step down pada
gardu distribusi. Perbedaan utama dalam penyalurannya adalah pada segi
konstruksi, bahan, keandalan dan sisi ekonomis. Sisi konstruksi SUTM
penyaluran listrik melalui udara dan disangga dengan tiang sedangkan
sistem SKTM penyaluran melewati bawah tanah yang akan menuju pada
sistem distribusi lain hingga ke konsumen. Pada dasarnya sistem tersebut
sama dan bertujuan sebagai penyaluran listrik hingga konsumen, di sisi
keandalan SKTM lebih handal karena berada dibawah tanah, tidak
terpengaruh gangguan eksternal oleh pepohonan, cuaca dan nilai estetika.
Sedangkan dari segi biaya SUTM jauh lebih murah.
2. Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder sering disebut sistem jaringan tegangan rendah
(JTR) dengan tegangan operasi nominal 380 volt/220 volt. Sistem distribusi
sekunder dimulai dari sisi sekunder trafo step down pada gardu distribusi
20 kV dan berakhir pada sambungan rumah Tegangan Rendah (TR).

6
Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pengguna atau pelanggan listrik. Ruang lingkup distribusi JTR langsung
berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka
selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus
memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan akrab terhadap
lingkungan. Untuk kabel sambungan rumah saat ini telah menggunakan
twisted kabel dengan inti penghantar dari material alumunium dan
tembaga. Penyaluran pada sistem distribusi sekunder ada 2 yaitu Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Kabel Tegangan Rendah
(SKTR).
Sistem distribusi tegangan menengah mempunyai tegangan kerja di
atas setinggi-tingginya 35 kV. Sementara itu pada distribusi tegangan
rendah mempunyai tegangan kerja setinggi-tingginya 1 kV. Jaringan
distribusi tegangan menengah berawal dari gardu induk atau pusat listrik.
Pada beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan
dapat berbentuk radial atau tertutup. Jaringan distribusi tegangan rendah
berbentuk radial murni. Sambungan tenaga listrik adalah bagian paling hilir
dari sistem distribusi tenaga listrik. Pada sambungan tenaga listrik
tersambung alat pembatas dan pengukur (APP) yang selanjutnya
menyalurkan tenaga listrik kepada pemanfaat.

2.2.2 Rangkaian Jaringan Distribusi Primer


Jaringan sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik gardu induk distribusi ke pusat pusat beban. Sistem ini dapat
menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi lingkungan. Saluran
distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan disuplai tenaga
listrik sampai ke pusat beban. Adapun bentuk berbagai macam jaringan
distribusi primer yaitu :

7
1. Jaringan Distribusi Radial
Bila antara titik sumber dan titik bebanya hanya terdapat satu
saluran line, tidak ada alternatif saluran lainya. Bentuk jaringan ini
merupakan bentuk dasar paling sederhana dan paling banyak
digunakan.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari
suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu, dan di cabang–
cabang ke titik beban yang dilayani. Pada umumnnya saluran utama
yang keluar dari GI distribusi merupakan saluran 3 phase sedangkan
cabangnya bisa berupa saluran 3 phase atau 1 phase. Arus terbesar
terdapat pada sluran utama, dan akan terus mengecil hingga ke
cabang–cabang berikutnya, biasanya ukuran konduktornya juga akan
semakin mengecil. Namun karena pertimbangan pengaturan
tegangan, akan membatasi ukuran konduktor.

Gambar 2.2 Jaringan Distribusi Radial


2. Jaringan Distribusi Loop
Bila pada titik beban terdapat dua alternatif saluran berasal
labih dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup,
disebut juga bentuk jaringan loop, susunan rangkaian penyulang
membentuk ring, yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua
arah penyulang, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin, serta
kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi
daya pada saluran menjadi lebih kecil. Ukuran konduktor pada main
feeder dibuat sama, agar mampu melayani.

8
Gambar 2.3 Jaringan Distribusi Loop

3. Jaringan Distribusi Spindle


Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi,
dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan
meningkatkan keandalan dan kualitas sistem, salah satu bentuk
modifikasi yang populer adalah bentuk spindle, yang biasanya terdiri
atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran 6 penyulang
yang saluran kerja, dan satu saluran yang dioperasikan tanpa beban
dinamakan express fedder, fungsi ini bertujuan untuk memperkecil
terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada
keadaan operasi normal. Dalam keadaan normal memang express
feeder ini sengaja dioperasikan tanpa beban. Perlu diingat disini
bahwa bentuk-bentuk jaringan beserta modifikasinya seperti yang
telah diuraikan dimuka, terutama dikembangkan pada sistem
jaringan arus bolak-balik (alternating current).

9
Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Spindle

2.2.3 Jaringan Distribusi Skunder


Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada
sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan
ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi
maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut Sistem
tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan.

Gambar 2.5 Komponen Jaringan Distribusi Sekunder

2.2.4 Tipe Jaringan Distribusi Sekunder


Seperti pada tipe jaringan primer pola tipe jaringan sekunder
mempuyai konfigurasi tersendiri didalam mengatur tegangan yang akan
dibagikan kepada konsumen melalui jaringan distribusi tegangan rendah
yang mana saluran ini diturunkan tegangannya dari 20 kV menjadi

10
tegangan 380/220 V. Tipe pada jaringan skunder dilakukan guna untuk
menjaga kontinuitas tegangan yang dikirim dari gardu induk sekunder
melalui saluran kabel udara menegah (SUTM) atau saluran kabel tanah
menegah (SKTM). Adapun macam-macam tipe jaringan sekunder adalah:
1. Sistem Pelayanan Terpisah / Khusus
Sistem konsumen dilayani oleh trafo distribusi terpisah/sendiri,
umumnya diterapkan pada daerah yang terpencil yang baru dialiri listrik
atau pada pelanggan khusus yang mencegah terjadinya masalah pada
jaringan tegangan skunder.

Gambar 2.6 Tipe Pola Distribusi Terpisah / Khusus

2. Sistem Radial
Sistem ini melayani beberapa konsumen yang utama dengan
memanfaatkan diversitas beban. Sistem ini hanya membutuhkan trafo
dengan kapasitas yang kecil.

Gambar 2.7 Tipe Pola Distribusi Radial


3. Sistem Secondary Banking
Sistem ini berhubungan hubungan dari trafo distribusi langsung ke
pelayanan sekunder. Pelayanan sekunder dibagi antara trafo-trafo
dengan sekring sekunder. Dalam susunan ini jika trafo mengalami

11
gangguan, maka akan terjadi pemutusan pelayanan sekunder pada
kelompok trafo yang terganggu. Sebaliknya jika ada bagian pelayanan
sekunder yang terganggu, maka satu trafo pada kelompok beban tersebut
terputus (trip).

Gambar 2.8 Tipe Pola Secondary Banking

2.2.5 Gardu Distribusi


Pengertian umum gardu distribusi tenaga listrik yang paling dikenal
adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM),
Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para
pelanggan baik dengan tegangan menengah (TM 20 kV) maupun tegangan
rendah (TR 220/380V). dengan adanya transformator distribusi maka
tegangan yang berasal dari sistem jaringan tegangan menengah bisa
diturunkan menjadi tegangan yang bisa digunakan oleh konsumen, berikut
ini macam - macam gardu distribusi:

1. Gardu Portal
Umumnya konfigurasi gardu tiang yang dicatu dari SUTM adalah
dengan peralatan pengaman pengaman Lebur Fuse Cut Out sebagai
pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur dan
Lightning Arrester sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir. Guna mengatasi faktor keterbatasan
ruang pada gardu portal, maka digunakan konfigurasi switching/proteksi
yang sudah terakit ringkas sebagai Ring Main Unit. Peralatan switching

12
incoming-outgoing berupa pemutus beban atau Load Break Switch atau
pemutus beban otomatis atau Circuit Breaker yang bekerja secara
manual atau digerakkan dengan Remote Control.

Gambar 2.9 Tipe Gardu Portal


2. Gardu Beton
Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton
(campuran pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk gardu jenis
pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan penghubung,
pemutus, pemisah dan trafo distribusi berada di dalam bangunan.
Konstruksi gardu beton dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan
terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.

Gambar 2.10 Tipe Gardu Beton

2.2.6 Komponen Utama Gardu Distribusi


Komponen distribusi merupakan peralatan yang mendukung gardu
distribusi untuk bisa digunakan sebagai penyaluran sistem tenaga listrik dari

13
jaringan tegangan menengah untuk diturunkan tegangannya ke jaringan
tegangan rendah supaya dapat disalurkan kepada pelanggan, maka
komponen utama gardu distribusi adalah :
1. Transformator 3 Fasa
Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah
transformator satu fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada
sistem kelistrikannya yaitu sistem satu fasa dan tiga fasa. Sehingga
sebuah transformator tiga fasa bisa dihubung bintang, segitiga, atau zig-
zag. Untuk transformator fase tiga merujuk pada SPLN yaitu dihubung
Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral langsung dihubungkan dengan tanah.
Untuk konstruksi peralatan transformator distribusi sepenuhnya harus
merujuk pada SPLN D3.002-1: 2007. Transformator gardu pasangan luar
dilengkapi bushing tegangan menengah isolator keramik.
2. Transformator Completey Self Protected
Transformator Completey Self Protected adalah transformator dengan
daya kurang dari 100 kVA. Peralatan switching dan proteksinya sudah
terpasang lengkap dalam tangki transformator Perlengkapan
perlindungan transformator tambahan Lightning Arrester dipasang
terpisah dengan penghantar pembumiannya yang dihubung langsung
dengan badan transformator distribusi yang sudah dilengkapi dengan
pengaman lebur (fuse) pada sisi primer dan LBS (Load Break Switch)
pada sisi sekunder. Spesifikasi teknis transformator ini merujuk pada
SPLN No 95: 1994 dan SPLN D3.002-1: 2007.
3. Papan Hubung Bagi Tegangan Menengah
Papan hubung bagi tegangan menengah yang terdapat pada
pembangkit atau gardu induk sisi tegangan menengah berbentuk lemari
panel tertutup terbuat dari bahan besi atau berbentuk gardu sel terbuka
yang dilengkapi peralatan ukur dan pengaman. Berikut ini adalah
komponen utama papan hubung bagi tegangan menengah yang sudah
terpasang secara lengkap yang lazim disebut dengan kubikel tegangan
menengah, yaitu:

14
a. Disconeting Switch
Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik
20 kV pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak
berbeban.
b. Load Break Switch
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik
20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan
berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu
distribusi. Kubikel Load Break Switch dilengkapi dengan saklar
pembumian yang bekerja secara interlock dengan Load Break
Switch untuk pengoperasian jarak jauh dengan Remote Control.
c. Circuit Breaker

Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik


dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan
hubung singkat. Peralatan pemutus tenaga ini sudah dilengkapi
dengan rele proteksi arus lebih Over Current Relay dan dapat
difungsikan sebagai alat pembatas beban.
d. Transformator Protection
Transformator distribusi pada sisi primer dilindungi
pembatas arus dengan pengaman lebur jenis High Rupturing
Capacity peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi
dengan Load Break Switch yang dipasang sebelum pengaman
lebur untuk gardu kompak, komponen proteksi dan Load Break
Switch dapat saja sudah terangkai sebagai satu kesatuan.
4. Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR)

Perangkat hubung bagi tegangan rendah adalah suatu kombinasi dari


satu atau lebih Perlengkapan hubung bagi tegangan rendah dengan
peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali yang saling
berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem
pengawatan dan mekanis pada bagian-bagian penyangganya Secara
umum sesuai SPLN 118-3-1–1996, perangkat hubung bagi jenis terbuka
adalah suatu rakitan PHB yang terdiri dari susunan penyangga peralatan

15
proteksi dan peralatan hubung bagi dengan seluruh bagian bagian yang
bertegangan. Terpasang tanpa isolasi Jumlah gardu distribusi sebanyak-
banyaknya 8 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan
kemampuan hantar arus penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR
harus dicantumkan diagram satu garis, arus pengenal gawai proteksi dan
kendali serta nama jurusan JTR Sebagai peralatan sakelar utama saluran
masuk PHB-TR, dipasangkan pemutus beban atau No Fused Breaker
pengaman arus lebih over current jurusan disisi tegangan rendah pada
PHB-TR dibedakan atas:
a. No Fused Breaker
No Fused Breaker adalah pemutus dengan sensor arus,
apabila ada arus yang melewati peralatan tersebut melebihi
kapasitas breaker, maka sistem magnetic dan bimetalic pada
peralatan tersebut akan bekerja dan memerintahkan breaker
melepas beban.
b. Pengaman Lebur
Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah
untuk setiap saat menjaga atau mengamankan rangkaian berikut
peralatan atau perlengkapan yang tersambung dari kerusakan,
dalam batas nilai pengenalnya SPLN 64 - 24 - 1985. Jika arus
yang melewati pengaman lebur melebihi nilai arus rating nominal
dari pengaman lebur maka elemen lebur akan panas dan terus
meningkat jika telah mencapai titik leburnya maka elemen akan
melebur.

16
Gambar 2.11 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah

2.2.7 Komponen Saluran udara Tegangan Rendah


1. Tiang
Tiang atau tiang listrik adalah salah satu komponen utama
jaringan listrik tegangan rendah yang berfungsi menyangga hantaran
listrik serta perlengkapannya, yang pemakaiannya tergantung dari
keadaan lapangan. Jenis tiang yang digunakan pada jaringan adalah
tiang besi/baja atau tiang beton. Berikut ini penggunaan tiang pada
saluran udara tegangan menegah:
a. Tiang Awal/Akhir
Tiang awal/akhir adalah tiang yang dipasang pada permulaan
atau akhir penarikan kawat penghantar jaringan, di mana gaya
tarikan kawat bekerja terhadap tiang dari satu arah.
b. Tiang Penyangga
Tiang penyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat
penghantar dan perlengkapannya, di mana gaya yang diderita oleh
tiang adalah gaya karena berat kawat dan perlengkapannya.
c. Tiang Sudut
Tiang sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, di
mana pada tiang tersebut terjadi pembelokan arah penghantar.

17
Arah gaya yang diderita oleh tiang sudut adalah horizontal karena
gaya tarikan penghantar.
d. Tiang Penegang
Tiang penegang adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus, di mana gaya tarik kawat yang bekerja terhadap tiang
dari dua arah yang berlawanan.
e. Tiang Penopang
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga
tiang awal/akhir, tiang sudut dan tiang penegang agar kemungkinan
tiang tidak menjadi miring akibat gaya tarik kawat penghantar dapat
terhindar.
2. Konduktor
Konduktor berfungsi untuk menghantarkan arus dari suatu bagian
instalasi ke bagian instalasi yang lain. Konduktor yang digunakan
sebagai penghantar untuk saluran udara adalah All Alluminium Alloy
Conductor (AAAC). Untuk keperluan saluran udara tegangan rendah
saat ini konduktor AAAC tersebut diberi isolasi Cross Link Polyethelen
(XLPE) sehingga berbentuk kabel. Kemudian untuk mendapatkan satu
penghantar berkas dalam tiga phase, tiga kabel phase ditambah satu
penghantar netral dililit dalam satu berkas. Penghantar tersebut dikenal
dengan sebutan Low Voltage Twisted Cable (LVTC).

Gambar 2.12 Kabel Low Voltage Twisted Cable

18
3. Perlengkapan Jaringan JTR
Perlengkapan jaringan tegangan rendah merupakan alat yang
menjadi pelengkap terpasangannya jaringan listrik supaya dapat
tersalurkan energi listrik dengan baik. Adapun perlengkapan JTR
terbagi menjadi:
a. Suspension Clamp Bracket
Terbuat dari bahan logam campuran yang dicetak. Digunakan
sebagai penggantung klem kabel LVTC pada tiang penyangga atau
pada jaringan lurus.
b. Suspension Clamp
Merupakan klem penggantung penghantar netral LVTC yang
dijadikan sebagai penggantung yang terbuat dari logam campuran
dicetak dan dilapisi bahan sintetis agar kabel penggantung tidak
mengalami stress mekanis yang berlebihan.
c. Tension Bracket
Fungsinya sama dengan Suspension Clamp Bracket, bedanya
sebagai bracket penggantung pada konstruksi tiang sudut atau
belokan.
d. Strain Clamp
Merupakan klem penjepit penghantar yang dijadikan sebagai
penggantung. Terdiri dari dua bagian, bagian luar terbuat dari bahan
logam campuran dicetak dan bagian dalam terbuat dari bahan plastic
tahan cuaca. Strain Clamp digunakan untuk menahan tarikan
konduktor. Dipasang pada konstruksi belokan pada tiang awal atau
akhir jaringan dan pada tiang penegang.
e. Tap Connector
Penghubung percabangan penghantar saluran udara tegangan
rendah yang terbuat dari bahan pelastik dengan gigi penjepit atau
penghubung yang ada di dalamnya terbuat dari alumunium.
f. Nontension Joint Sleeve
Alat penyambung penghantar saluran udara tegangan rendah di
mana titik sambungan tidak boleh mengalami gaya tarikan. Biasanya

19
berada pada konstruksi tiang penegang atau tiang sudut karena pada
konstruksi tersebut terdapat Strain Camp yang menahan gaya tarikan
konduktor

g. Bimetal Joint Compresssion


Alat penyambung yang terdiri dua bagian yang terbuat dari bahan
yang berbeda, yaitu tembaga dan alumunium. Digunakan untuk
penyambungan antara kabel jurusan dari PHB-TR yang umumnya
menggunakan kabel dengan inti tembaga ke saluran udara tegangan
rendah yang umumnya menggunakan kabel pilin berinti alumunium.
2.2.8 Penjelasan Pengaruh Jarak Pada Susut
Jarak dari gardu distribusi/trafo sampai pada kWh meter pelanggan
merupakan tanggung jawab penuh PT.PLN (Persero) berarti semakin
panjang jarak yang ada semakin besar pula tanggung jawab PT. PLN
(Persero). Dalam penyaluran tenaga listrik jarak juga sangat berpengaruh,
oleh karena itu jika semakin panjang jarak tersebut semakin besar pula
kemungkina terjadi loses atau susut pada jaringan tersebut. Seluruh loses
atau susut yang terjadi sebelum kWh meter pelanggan merupakan
tanggungan dari PT. PLN (Persero). Memang susut yang terjadi tidak begitu
besar jika dihitung per pelanggan. Namun, apa yang terjadi bila seluruh
pelanggan dengan daya tersambung 53 kVA keatas (masih pelanggan TR)
dengan berbagai tarif dihitung jumlah susut rupiahnya? Misalkan 1
pelanggan tarif bisnis dengan daya 53 kVa saja didapat susut dari jarak JTR-
SR sampai pada APP adalah 0,5 kWh setiap 1 jam, jam aktif yang dimiliki
pelanggan tsb 10 jam/hari 20 hari, maka jumlah susut rupiah dalam 1 bulan
pelanggan tsb menjadi Rp. 146.700/bulan/pelanggan. Sedangkan untuk PLN
UP3 Marunda sendiri jumlah pelanggan dengan tarif ini lebih dari 100, namun
susutnya pasti berbeda beda. Jadi seperti itulah kira kira gambarannya.
Sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit.

20
2.3 Kerangka Pemikiran

Pengaruh Lokasi Penempatan kWh:


- Jumlah susut yang ditanggung PT. PLN (Persero)
- Kemudahan pemasangan, pengawasan dan pemeliharaan kWh

Melakukan pendataan jarak dan susut

kWh meter jauh dari sumber (gardu kWh meter dekat dari sumber (gardu
distribusi/trafo) PT.PLN (Persero) distribusi/trafo) PT.PLN (Persero)

Membuat perhitungan susut dan membandingkan

Membuat kesimpulan dan mendapatkan jumlah susut


rupiah yang selama ini ditanggung PT.PLN (Persero)

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Analisa Kebutuhan

Metode yang digunakan penulis dalam memperoleh data dan informasi


yang diperlukan sehubungan dengan proyek akhir adalah:

1. Melakukan wawancara atau interview kepada staf-staf atau orang-orang


di lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian.
2. Melakukan studi literatur/studi pustaka untuk lebih memahami dasar-
dasar teori dan konsep-konsep yang mendukung penelitian.
3. Melakukan observasi permasalahan yang terjadi pada objek penelitian
dan dilanjutkan dengan mengidentifikasinya.

3.2 Perancangan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi. Dimana peneliti
melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mengetahui
kondisi yang sebenarnya. Dalam hal ini, pengamatan akan dilakukan pada PT.
PLN UP3 Marunda.

1.3 Teknik Analisis

Setelah melakukan studi literatur dan telah mendapatkan data yang


dibutuhkan dari PT. PLN UP3 Marunda untuk kemudian data-data tersebut
masuk ke tahap pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan
menghitung kombinasi data-data yang didapatkan setelah melakukan survei
lapangan. Tahap selanjutnya ialah merumuskan kesimpulan dari penelitian yang
akan menjawab rumusan masalah yang terdapat pada Bab I.

22
3.4 Jadwal Penelitian

KEGIATAN BULAN

NO. Bulan Ke- 1 2 3 4

1 Pengajuan proposal Skripsi

2 Studi Literatur, Observasi

3 Pelaksanaan penelitian

4 Penyusunan laporan penelitian

5 Pemeriksaan laporan

6 Sidang Proyek Akhir

23

Anda mungkin juga menyukai