PENDAHULUAN
1
1.2 Permasalahan Penelitian
Agar masalah yang akan dibahas menjadi jelas dan tidak banyak
menyimpang dari topik yang akan dibahas, maka dalam penulisan tugas akhir ini
penulis menekankan bahwa hal yang akan dibahas adalah :
1. Menghitung dan membandingkan susut rupiah dan susut teknis yang
terjadi akibat kasus kasus seperti ini.
2. Menentukan jarak yang ideal bagi kedua pihak berdasarkan perhitungan
diatas dan kesepakatan kedua pihak.
2
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai susut yang ditanggung PT. PLN (Persero).
2. Mempermudah pihak PT. PLN (Persero) dalam melakukan
pengawasan dan pemeliharaan.
3. Menambah keuntungan PT. PLN (Persero) baik secara material
maupun financial.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil studi ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat
mencapai tujuan penelitian secara optimal dan mampu menghasilkan
laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum:
1. Secara Praktis
Studi ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan pembaca
tentang susut yang ditanggung PT. PLN (Persero).
2. Secara Teoritis:
a. Studi ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai
standar pemasangan kWh meter pelanggan.
b. Studi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam
bidang transaksi energi di unit unit PT. PLN (Persero).
Penulisan tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan
yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
(Pendahuluan) membahas mengenai latar belakang masalah, tujuan kerja
magang, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II
(Landasan Teori) membahas mengenai tinjauan pustaka yang diperlukan
penulis, sistem tenaga listrik dan teori-teori mengenai jenis-jenis susut pada
sistem ketenaga listrikan, hambatan jenis pada tiap penghantar yang digunakan,
dan kerangka pemikiran. BAB III (Metode Penelitian) membahas mengenai
analisa kebutuhan dan metode-metode yang digunakan penulis serta
3
perhitungan untuk menentukan susut yang ditanggung PT. PLN (Persero) akibat
jarak tersebut dan mengitung jumlah rupiah yang akan diterima PT. PLN
(Persero). BAB IV (Analisa Data) membahas mengenai data teknis pelanggan,
data tarif pelanggan, data susut baik teknis maupun susut rupiah, hasil
perbandingan pelanggan yang jarak kWh meter dengan Gardu Distribusi-nya
dekat terhadap yang jauh dilapangan dan menganalisa jarak yang ideal. Bab V
(Simpulan) membahas mengenai simpulan yang bisa diambil dari tugas akhir ini.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Unit distribusi tenaga listrik dalam hal ini berfungsi untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listik dari pusat-pusat suplai
atau gardu induk ke pusat-pusat beban yang berupa gardu distribusi atau
secara langsung mensuplai tenaga listrik ke konsumen dengan mutu yang
memadai. Dengan demikian unit distribusi ini menjadi suatu sistem
tersendiri karena unit ini memiliki komponen peralatan yang saling
berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik.
Sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling ketergantungan
yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menampilkan
fungsi yang ditetapkan. Perbedaan unit distribusi dapat dibedakan yaitu :
1. Distribusi primer
Distribusi primer sering disebut dengan jaringan tegangan menengah
(JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV / 11,6 kV. Bentuk saluran
distribusi yang umum digunakan di PT. PLN (Persero) adalah saluran udara
tegangan menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah
(SKTM).
Sistem distribusi primer dimulai dari sisi sekunder trafo step down
pada gardu induk (GI) dan berakhir pada sisi primer trafo step down pada
gardu distribusi. Perbedaan utama dalam penyalurannya adalah pada segi
konstruksi, bahan, keandalan dan sisi ekonomis. Sisi konstruksi SUTM
penyaluran listrik melalui udara dan disangga dengan tiang sedangkan
sistem SKTM penyaluran melewati bawah tanah yang akan menuju pada
sistem distribusi lain hingga ke konsumen. Pada dasarnya sistem tersebut
sama dan bertujuan sebagai penyaluran listrik hingga konsumen, di sisi
keandalan SKTM lebih handal karena berada dibawah tanah, tidak
terpengaruh gangguan eksternal oleh pepohonan, cuaca dan nilai estetika.
Sedangkan dari segi biaya SUTM jauh lebih murah.
2. Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder sering disebut sistem jaringan tegangan rendah
(JTR) dengan tegangan operasi nominal 380 volt/220 volt. Sistem distribusi
sekunder dimulai dari sisi sekunder trafo step down pada gardu distribusi
20 kV dan berakhir pada sambungan rumah Tegangan Rendah (TR).
6
Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pengguna atau pelanggan listrik. Ruang lingkup distribusi JTR langsung
berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka
selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus
memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan akrab terhadap
lingkungan. Untuk kabel sambungan rumah saat ini telah menggunakan
twisted kabel dengan inti penghantar dari material alumunium dan
tembaga. Penyaluran pada sistem distribusi sekunder ada 2 yaitu Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Kabel Tegangan Rendah
(SKTR).
Sistem distribusi tegangan menengah mempunyai tegangan kerja di
atas setinggi-tingginya 35 kV. Sementara itu pada distribusi tegangan
rendah mempunyai tegangan kerja setinggi-tingginya 1 kV. Jaringan
distribusi tegangan menengah berawal dari gardu induk atau pusat listrik.
Pada beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan
dapat berbentuk radial atau tertutup. Jaringan distribusi tegangan rendah
berbentuk radial murni. Sambungan tenaga listrik adalah bagian paling hilir
dari sistem distribusi tenaga listrik. Pada sambungan tenaga listrik
tersambung alat pembatas dan pengukur (APP) yang selanjutnya
menyalurkan tenaga listrik kepada pemanfaat.
7
1. Jaringan Distribusi Radial
Bila antara titik sumber dan titik bebanya hanya terdapat satu
saluran line, tidak ada alternatif saluran lainya. Bentuk jaringan ini
merupakan bentuk dasar paling sederhana dan paling banyak
digunakan.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari
suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu, dan di cabang–
cabang ke titik beban yang dilayani. Pada umumnnya saluran utama
yang keluar dari GI distribusi merupakan saluran 3 phase sedangkan
cabangnya bisa berupa saluran 3 phase atau 1 phase. Arus terbesar
terdapat pada sluran utama, dan akan terus mengecil hingga ke
cabang–cabang berikutnya, biasanya ukuran konduktornya juga akan
semakin mengecil. Namun karena pertimbangan pengaturan
tegangan, akan membatasi ukuran konduktor.
8
Gambar 2.3 Jaringan Distribusi Loop
9
Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Spindle
10
tegangan 380/220 V. Tipe pada jaringan skunder dilakukan guna untuk
menjaga kontinuitas tegangan yang dikirim dari gardu induk sekunder
melalui saluran kabel udara menegah (SUTM) atau saluran kabel tanah
menegah (SKTM). Adapun macam-macam tipe jaringan sekunder adalah:
1. Sistem Pelayanan Terpisah / Khusus
Sistem konsumen dilayani oleh trafo distribusi terpisah/sendiri,
umumnya diterapkan pada daerah yang terpencil yang baru dialiri listrik
atau pada pelanggan khusus yang mencegah terjadinya masalah pada
jaringan tegangan skunder.
2. Sistem Radial
Sistem ini melayani beberapa konsumen yang utama dengan
memanfaatkan diversitas beban. Sistem ini hanya membutuhkan trafo
dengan kapasitas yang kecil.
11
gangguan, maka akan terjadi pemutusan pelayanan sekunder pada
kelompok trafo yang terganggu. Sebaliknya jika ada bagian pelayanan
sekunder yang terganggu, maka satu trafo pada kelompok beban tersebut
terputus (trip).
1. Gardu Portal
Umumnya konfigurasi gardu tiang yang dicatu dari SUTM adalah
dengan peralatan pengaman pengaman Lebur Fuse Cut Out sebagai
pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur dan
Lightning Arrester sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir. Guna mengatasi faktor keterbatasan
ruang pada gardu portal, maka digunakan konfigurasi switching/proteksi
yang sudah terakit ringkas sebagai Ring Main Unit. Peralatan switching
12
incoming-outgoing berupa pemutus beban atau Load Break Switch atau
pemutus beban otomatis atau Circuit Breaker yang bekerja secara
manual atau digerakkan dengan Remote Control.
13
jaringan tegangan menengah untuk diturunkan tegangannya ke jaringan
tegangan rendah supaya dapat disalurkan kepada pelanggan, maka
komponen utama gardu distribusi adalah :
1. Transformator 3 Fasa
Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah
transformator satu fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada
sistem kelistrikannya yaitu sistem satu fasa dan tiga fasa. Sehingga
sebuah transformator tiga fasa bisa dihubung bintang, segitiga, atau zig-
zag. Untuk transformator fase tiga merujuk pada SPLN yaitu dihubung
Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral langsung dihubungkan dengan tanah.
Untuk konstruksi peralatan transformator distribusi sepenuhnya harus
merujuk pada SPLN D3.002-1: 2007. Transformator gardu pasangan luar
dilengkapi bushing tegangan menengah isolator keramik.
2. Transformator Completey Self Protected
Transformator Completey Self Protected adalah transformator dengan
daya kurang dari 100 kVA. Peralatan switching dan proteksinya sudah
terpasang lengkap dalam tangki transformator Perlengkapan
perlindungan transformator tambahan Lightning Arrester dipasang
terpisah dengan penghantar pembumiannya yang dihubung langsung
dengan badan transformator distribusi yang sudah dilengkapi dengan
pengaman lebur (fuse) pada sisi primer dan LBS (Load Break Switch)
pada sisi sekunder. Spesifikasi teknis transformator ini merujuk pada
SPLN No 95: 1994 dan SPLN D3.002-1: 2007.
3. Papan Hubung Bagi Tegangan Menengah
Papan hubung bagi tegangan menengah yang terdapat pada
pembangkit atau gardu induk sisi tegangan menengah berbentuk lemari
panel tertutup terbuat dari bahan besi atau berbentuk gardu sel terbuka
yang dilengkapi peralatan ukur dan pengaman. Berikut ini adalah
komponen utama papan hubung bagi tegangan menengah yang sudah
terpasang secara lengkap yang lazim disebut dengan kubikel tegangan
menengah, yaitu:
14
a. Disconeting Switch
Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik
20 kV pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak
berbeban.
b. Load Break Switch
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik
20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan
berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu
distribusi. Kubikel Load Break Switch dilengkapi dengan saklar
pembumian yang bekerja secara interlock dengan Load Break
Switch untuk pengoperasian jarak jauh dengan Remote Control.
c. Circuit Breaker
15
proteksi dan peralatan hubung bagi dengan seluruh bagian bagian yang
bertegangan. Terpasang tanpa isolasi Jumlah gardu distribusi sebanyak-
banyaknya 8 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan
kemampuan hantar arus penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR
harus dicantumkan diagram satu garis, arus pengenal gawai proteksi dan
kendali serta nama jurusan JTR Sebagai peralatan sakelar utama saluran
masuk PHB-TR, dipasangkan pemutus beban atau No Fused Breaker
pengaman arus lebih over current jurusan disisi tegangan rendah pada
PHB-TR dibedakan atas:
a. No Fused Breaker
No Fused Breaker adalah pemutus dengan sensor arus,
apabila ada arus yang melewati peralatan tersebut melebihi
kapasitas breaker, maka sistem magnetic dan bimetalic pada
peralatan tersebut akan bekerja dan memerintahkan breaker
melepas beban.
b. Pengaman Lebur
Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah
untuk setiap saat menjaga atau mengamankan rangkaian berikut
peralatan atau perlengkapan yang tersambung dari kerusakan,
dalam batas nilai pengenalnya SPLN 64 - 24 - 1985. Jika arus
yang melewati pengaman lebur melebihi nilai arus rating nominal
dari pengaman lebur maka elemen lebur akan panas dan terus
meningkat jika telah mencapai titik leburnya maka elemen akan
melebur.
16
Gambar 2.11 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah
17
Arah gaya yang diderita oleh tiang sudut adalah horizontal karena
gaya tarikan penghantar.
d. Tiang Penegang
Tiang penegang adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus, di mana gaya tarik kawat yang bekerja terhadap tiang
dari dua arah yang berlawanan.
e. Tiang Penopang
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga
tiang awal/akhir, tiang sudut dan tiang penegang agar kemungkinan
tiang tidak menjadi miring akibat gaya tarik kawat penghantar dapat
terhindar.
2. Konduktor
Konduktor berfungsi untuk menghantarkan arus dari suatu bagian
instalasi ke bagian instalasi yang lain. Konduktor yang digunakan
sebagai penghantar untuk saluran udara adalah All Alluminium Alloy
Conductor (AAAC). Untuk keperluan saluran udara tegangan rendah
saat ini konduktor AAAC tersebut diberi isolasi Cross Link Polyethelen
(XLPE) sehingga berbentuk kabel. Kemudian untuk mendapatkan satu
penghantar berkas dalam tiga phase, tiga kabel phase ditambah satu
penghantar netral dililit dalam satu berkas. Penghantar tersebut dikenal
dengan sebutan Low Voltage Twisted Cable (LVTC).
18
3. Perlengkapan Jaringan JTR
Perlengkapan jaringan tegangan rendah merupakan alat yang
menjadi pelengkap terpasangannya jaringan listrik supaya dapat
tersalurkan energi listrik dengan baik. Adapun perlengkapan JTR
terbagi menjadi:
a. Suspension Clamp Bracket
Terbuat dari bahan logam campuran yang dicetak. Digunakan
sebagai penggantung klem kabel LVTC pada tiang penyangga atau
pada jaringan lurus.
b. Suspension Clamp
Merupakan klem penggantung penghantar netral LVTC yang
dijadikan sebagai penggantung yang terbuat dari logam campuran
dicetak dan dilapisi bahan sintetis agar kabel penggantung tidak
mengalami stress mekanis yang berlebihan.
c. Tension Bracket
Fungsinya sama dengan Suspension Clamp Bracket, bedanya
sebagai bracket penggantung pada konstruksi tiang sudut atau
belokan.
d. Strain Clamp
Merupakan klem penjepit penghantar yang dijadikan sebagai
penggantung. Terdiri dari dua bagian, bagian luar terbuat dari bahan
logam campuran dicetak dan bagian dalam terbuat dari bahan plastic
tahan cuaca. Strain Clamp digunakan untuk menahan tarikan
konduktor. Dipasang pada konstruksi belokan pada tiang awal atau
akhir jaringan dan pada tiang penegang.
e. Tap Connector
Penghubung percabangan penghantar saluran udara tegangan
rendah yang terbuat dari bahan pelastik dengan gigi penjepit atau
penghubung yang ada di dalamnya terbuat dari alumunium.
f. Nontension Joint Sleeve
Alat penyambung penghantar saluran udara tegangan rendah di
mana titik sambungan tidak boleh mengalami gaya tarikan. Biasanya
19
berada pada konstruksi tiang penegang atau tiang sudut karena pada
konstruksi tersebut terdapat Strain Camp yang menahan gaya tarikan
konduktor
20
2.3 Kerangka Pemikiran
kWh meter jauh dari sumber (gardu kWh meter dekat dari sumber (gardu
distribusi/trafo) PT.PLN (Persero) distribusi/trafo) PT.PLN (Persero)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi. Dimana peneliti
melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mengetahui
kondisi yang sebenarnya. Dalam hal ini, pengamatan akan dilakukan pada PT.
PLN UP3 Marunda.
22
3.4 Jadwal Penelitian
KEGIATAN BULAN
3 Pelaksanaan penelitian
5 Pemeriksaan laporan
23