Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR PENTANAHAN MENGGUNAKAN PETERSEN COIL

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Grounding

Muhammad Nizar

NIM : 1541150049

POLITEKNIK NEGERI MALANG

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul:

“KONSEP DASAR PENTANAHAN MENGGUNAKAN PETERSEN

COIL”

Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan

tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih

kepada pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati

menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca.

Malang, Oktober 2016

Muhammad Nizar

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Dan Manfaat .................................................................................. 2

BAB II ................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Kumparan Petersen (Petersen Coil) .......................................................... 3
2.2 Fungsi Kumparan Petersen Pada Keadaan Gangguan .............................. 6
2.3 Sistem Yang Diketanahkan Dengan Kumparan Petersen ......................... 7
2.4 Keuntungan Dan Kerugian Kumparan Petersen ....................................... 10

BAB III ................................................................................................................. 11


PENUTUP ............................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 11
3.2 Saran .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai kira-kira tahun 1910, sistem-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan.


Hal itu dapat dimengerti karena pada waktu itu sistem-sistem tenaga listrik masih
kecil jadi bila ada gangguan fasa ke tanah arus gangguan masih kecil, dan
biasannya masih kurang dari 5 amper. Pada umumnya bila arus gangguan itu
sebesar 5 amper atau lebih kecil, busur listrik yang timbul pada kontak-kontak
antara kawat yang terganggu dan tanah masih padam sendiri. Tetapi sistem-sistem
tenaga itu makin lama makin besar baik panjangnya maupun tegangannya.

Oleh karena itu mulai tahun 1910-an pada saat mana sistem-sistem tenaga relative
mulai besar, sistem-sistem itu tidak lagi dibiarkan terapung yang dinamakan
system delta, tetapi titik netral system itu diketanahkan melalui tahanan atau
reaktansi. Pengetahanan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral
transformator daya ke tanah.

Metode-metode pengetanahan netral dari system-sistem tenaga adalah:

a. Pengetanahan melalui tahanan (ressistance grounding)


b. Pengetanahan melalui reactor (reactor grounding)
c. Pengetanahan tanpa impedansi (soild grounding)
d. Pengetanahan efektif (effective grounding)
e. Pengetanahan dengan reactor yang impedansinya dapat berubah-ubah
(resonant grounding) atau pengetanahan dengan kumparan Petersen.

Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama orang yang pertama-tama
menciptakan alat itu, yaitu W. Petersen. Petersen mendapatkan cara ini pada tahun
1916. Di Negara-negara Anglo-Saxon nama alat itu sering juga disebut “Ground
Fault Neutralizer” atau “Arc Suppression Coil”. Umumnya kita di Indonesia
mengenalnya sebagai kumparan Petersen adau “Petersen spoel”. Perlu dicatat di
sini bahwa analisa serta perbaikan kumparan Petersen dibuat oleh JONAS mulai
tahun 1920.

1
Sekalipun penggunaan kumparan Petersen itu sudah mulai berkurang tetapi
system 30 dan 70 KV yang ada di Jawa masih diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Disamping itu, akhir-akhir ini semakin banyak generator yang
terhubung dengan transformator (unit connected generator) diketanahkan dengan
kumparan Petersen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kumparan Petersen?
2. Bagaimana fungsi kumparan Petersen pada keadaan gangguan?
3. Apa keuntungan dan kerugian kumparan Petersen?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kumparan Petersen.


2. Mengetahui fungsi kumparan Petersen pada keadaan gangguan.
3. Mengetahui keuntungan dan kerugian kumparan Petersen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kumparan Petersen (Petersen Coil)

Kumparan petersen biasanya digunakan dalam sistem pentanahan 3 phasa


untuk membatasi arus busur selama terjadinya gangguan tanah. Kumparan ini
pertama dikembangkan oleh W.Petersen pada tahun 1916. Ketika terjadi sebuah
gangguan 1 phasa ke tanah pada sistem 3 phasa yang tidak ditanahkan, tegangan
dari phasa yang terganggu berkurang sampai tegangan tanah (0V). Gangguan ini
menyebabkan 2 phasa sehat tegangannya meningkat menjadi √3 tegangan semula.
Peningkatan tegangan ini menyebabkan suatu aliran arus Ic melaluikapasitansi
phasa ke tanah. Arus Ic yang meningkat 3 kali arus kapasitif normal danmengalir
pada rangkaiannya. Ini menyebabkan pukulan pada lokasi gangguan yangdikenal
dengan busur tanah (arching ground). Hal ini juga menyebabkan
tegangan berlebih pada sistem.
Pada hakekatnya tujuan dari pentanahan dengan kumparan Petersen adalah
untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang
sifatnya sementara (temporary fault), yaitu dengan membuat arus ganguan yang
sekecil – kecilnya dan pemadaman bususr api dapat terjadi dengan sendirinya.
Kumparan Petersen berfungsi untuk memberi arus induksi (IL) yang
mengkonpensir arus gangguan, sehingga arus gangguan itu kecil sekali dan tidak
membahayakan peralatan listrik yang dilaluinya.
Arus gangguan ke tanah yang mengalir pada sistem sedemikian kecilnya
sehingga tidak langsung mengerjakan rele gangguan tanah untuk membuka
pemutusnya (PMT) dari bagian yang terganggu. Dangan demikian kontinuitas
penyaluran tenaga listrik tetap berlangsung untuk beberapa waktu lamanya
walaupun sistem dalam keadaan gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah,
yang berarti memperpanjang umur dari pemutus tenaga (PMT). Sebaliknya sistem
pentanahan dengan kumparan Petersen ini mempunyai kelemahan, yaitu sulit
melokalisir gangguan satu fasa ke tanah yang bersifat permanen dan biasanya
mamakan waktu yang lama. Gangguan hubung singkat yang permanen itu dapat

3
mengganggu bagian sistem yang lainnya. Oleh karena itu hubung singkat
permanen harus tetap dilokalisir dengan menggunakan rele hubung singkat ke
tanah (Ground Fault Reley).

Sistem tegangan 70 kV
Sistem tegangan 30 kV

TRAFO Kumparan
RESISTOR Petersen
TENAGA

Gambar kumparan Petersen pada system.

4
IC=3I=3Vp/(1/𝜔C) =3Vp𝜔C

Sebuah kumparan Petersen terdiri dari reactor inti besi yang dihubungkan
padatitik hubungan bintang dari sistem 3 phasa. Pada saat terjadi gangguan,
arus kapasitif dinetralkan dengan arus yang melintas pada reactor sama
besarnya tetapidengan beda phasa 180 derajat.

Gambar vektor arus gangguan tanah dan arus induktif.

Ic adalah resultan arus yang mengalir dan besarnya 3 kali dari arus phasa ke
tanah. Arus yang dibutuhkan untuk memadamkan busur tanah yaitu arus yang
mengalir pada kumparan Petersen (IL). IL besarnya harus sama dengan Ic
dengan arah vektor yang berlawanan.

IL = Vp/𝜔L ................................................................................................................................. Pers. (1)


Vp/𝜔L=3Vp𝜔C ........................................................................................................................ Pers. (2)

Dari persamaan (1) dan (2) dapat diperoleh:

L=1/ (3𝜔2C)

Besarnya induktansi dari kumparan Petersen perlu dicocokkan dengan nilai


kapasitansisaluran yang bervariasi.

5
2.2 Fungsi Kumparan Petersen Pada Keadaan Gangguan

Bila suatu system yang tidak diketanahkan terganggu oleh hubung singkat
kawat tanah, maka arus gangguan kapasitif itu kembali ke system melalui
gangguan itu, seperti gambar diabawah ini.

Gambar Sistem fasa-tiga pada keadaan gangguan.

Suatu keadaan istimewa ialah bila ada dua macam arus gangguan yang sama
besarnya tetapi berlawanan arahnya terjadi pada gangguan itu, jadi satu sama lain
saling menghilangkan. Hal ini terjadi bila pada arus gangguan yang kapasitif itu
ditambahkan arus yang induktif yang tertentu besarnya. Inilah prinsip dasar dari
hasil pekerjaan pionir Petersen.
Untuk memperoleh arus induktif itu ditambahkan reactor paralel dengan kapasitor
pada setiap fasa ke tanah.

Gambar sistem tiga fasa dengan reactor fasa.

6
Tetapi cara ini bukanlah pemecahan yang ekonomis, karena dalam hal ini
dibutuhkan tiga reactor yang tidak akan jenuh dan induktansinya harus konstan.

Bila reactor (petersen coil) itu dihubungkan ke titik netral system,


umumnya dipilih netral sekunder transformator, maka dalam hal ini dibutuhkan
hanya satu reactor (petersen coil) saja. Maka arus yang mengalir dari system
melalui kapasitansi pada satu pihak dan melalui reactor netral pada pihak lain
akan saling menetralisir. Jadi dalam hal ini tidak ada arus yang mengalir melalui
titik gangguan kecuali komponen arus rugi-rugi dan arus-arus harmonis.

Gambar sistem diketanahkan melalui reactor (petersen coil) dalam keadaan


gangguan.

2.3 Sistem Yang Diketanahkan Dengan Kumparan Petersen

Kumparan petersen ditala terhadap kapasitansi ke tanah dari sistem, dimana


arus gangguan tanah di kompensasi oleh arus kumparan petersen yang bersifat
induktif sehingga arus gangguan menjadi kecil. Dengan demikian gangguandapat
dengan segera ditekan atau dipadamkan. Pemadaman sendiri dapat terjadi
bila gangguan itu sementara,dan dapat beroperasi terus tanpa adanya resiko
kerusakan pada peralatan sistem.Jadi dengan kumparan petersen sebenarnya
sistem itu telah dilindungi terhadap gangguan tanah, meskipun masih belum
hilang karena arus gangguan telah menjadikecil.

7
Tetapi walaupun demikian gangguan itu harus dilenyapkan dan diperbaiki
dengan peralatan proteksi yang dapat menunjukan lokasi dari titik gangguan
tersebut. Bila pengenal waktu dari kumparan petersen kontinu, gangguan tanah
diperbolehkan bertahan terus sampai waktu yang diijinkan untuk mengisolir
bagian yang terganggusebelum gangguan itu berkembang menjadi gangguan dua
fasa ke tanah pada lokasiyang berlainan yang disebut cross country fault, seperti
pada gambar di bawah.

Gambar gangguan 2 fasa ke tanah yang disebut cross country fault pada sistem yang
diketanahkan dengan kumparan petersen.

Gangguan ini timbul disebabkan oleh kerusakan tembus (break down)


padaisolator (yang telah buruk keadaannya) karena adanya kenaikan tegangan dari
fasa-fasayang tidak terganggu menjadi 3 kali tegangan fasa sebelum
gangguan. Karenakumparan petersen tidak dapat berfungsi terhadap gangguan dua
fasa ke tanah, makadiperlukan juga tindakan pencegahan ke arah itu dengan
bantuan alat proteksi.Gangguan yang menetap tidak boleh terlalu lama dibiarkan
dari waktu yangtelah ditetapkan, dan titik gangguan harus segera dilokalisasi dan
diperbaiki.

8
Proteksi untuk menunjukan adanya gangguan dan letidaknya gangguan
tersebut memerlukan relekhusus dan harus sensitif sekali karena arus
gangguannya kecil. Komponen watt dariarus residu bisa diharapkan untuk
mendiskriminasikan gangguan dan menunjukanlokasi atau letidak dari
gangguan.Kumparan petersen yang mempunyai pengenal waktu singkat
harusdiperlengkapi dengan suatu peralatan untuk menghubung singkat kumparan
petersen ketanah. Dengan pengaturan ini, bila gangguan itu lebih lama dari waktu
yang telahditentukan, maka titik netral sistem dihubungkan ke tanah, baik secara
langsung maupun melalui tahanan yang paralel dengan kumparan petersen itu,
agar gangguan dapat dideteksi oleh rele yang akan memberikan instruksi
padapemutus daya untuk mentripnya seperti pada Gambar 3.

Gambar kumparan petersen dengan tahanan parallel.

PC = kumparan petersen
R = tahanan parallel

9
2.4 Keuntungan Dan Kerugian Kumparan Petersen

Pentanahan titik netral dengan kumparan Petersen mempunyai keuuntungan


dan kerugian :
Keuntungan :
 Arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dibuat kecil sekali, dengan
demikian gangguan tanah itu menjadi tidak berbahaya lagi terhadap
system dan mahluk hidup. Dan gangguan dapat hilang sendiri (self-
clearing), tanpa operasi pemutus daya.
 Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat di
hindari.
 Hilangnya gejala busur api yang sangat berbahaya terhadap system
(karena tegangan lebih yang di hasilkannya), sehingga dengan
demikian terhindar kerusakan pada peralatan system, terutama pada
titik gangguan.
 Mengurani kejutan pada system yang disebabkan gangguan tanah itu.
Kerugian :
 Kumparan Petersen tidak dapat menghilankan gangguan satu fasa
yang permanen (substained grount fault) pada system.
 Kumparan Petersen tidak dapat mengkompensir terhadap ganguan dua
fasa ke tanah.
 Kumparan Petersen tidak dapat mencegah tegangan lebih secara
keseluruhan, hanya membatasi sampai keadaan tertentu sehingga
memerlukan peralatan yang mampu menaggulangi tegangan lebih
tersebut.
 Operasi kumparan Petersen harus selalu di awasi karena bila ada
perubahan pasa sistem, kumparan Petersen harus di setel (tuning)
kembali.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Pengetahanan dengan kumparan petersenan sangat efektif untuk


memadamkan gangguan hubung tanah (ground fault).
 Kumparan petersenan mencegah timbulnya arus gangguan yang besar.
 Pengurangan arus gangguan sampai harga minimumnya yang tidak lagi
membahayakan konduktor maupun isolator-isolator dan akan mengurangi
pemeliharaan terhadap saluran-saluran transmisi, isolator - isolator, dan
sekaligus mengurangi operasi daripada pemutus daya.
 Busur tanah dapat dihindarkan.
 Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan tanah diperkecil.
 Terhadap gangguan satu fasa ketanah yang temporer, kumparan Petersen
tidak hanya menyebabkan arus gangguan itu kecil, tetapi juga busur listrik
dapat hilang sendiri, jadi system kembali normal tanpa bekerjanya
pemutus daya.
 Kumparan Petersen selalu siap setiap saat untuk menetralisir arus
gangguan hubung tanah maupun hubung tanah berurutan.
 Kumparan Petersen praktis tidak membutuhkan pemeliharaan yang berarti.
 Mengingat bahwa kumparan Petersen itu hanya bekerja terhadap gangguan
suatu fasa ketanah, maka system haruslah diusahakan sedemikian rupa
sehingga gangguan-gangguan satu fasa ketanah saja.
 Operasi kumparan Petersen harus selalu di awasi karena bila ada
perubahan pasa sistem, kumparan Petersen harus di setel (tuning) kembali.

11
3.2 Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

 Argha Kusumah, Frisal. 2010. Petersen Coil Dalam Sistem.


https://www.scribd.com/doc/41956817/Petersen-Coil-Dalam-Sistem-an

 Elektro. 2014. Sistem Pentanahan Pada Jaringan Tenaga Menengah.

https://garslandi.wordpress.com/2014/01/03/contoh-soal-mesin-listrik/

 Ardhy, Tatas. 2013. Grouding Sistem.

https://www.scribd.com/document/152088711/20-GROUNDING-SISTEM-doc

iv

Anda mungkin juga menyukai