Anda di halaman 1dari 14

Menu

FUNGSI KUMPARAN PETERSEN PADA KEADAAN GANGGUAN


Kumparan Petersen merupakan suatu
sistem pentanahan 3 fasa yang
digunakan untuk membatasi arus
busur selama terjadi gangguan tanah,
dengan menggunakan suatu
kumparan yang dapat dirubah nilainya

Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama


orang yang pertama-tama menciptakan alat
itu, yaitu W. Petersen. Petersen mendapatkan
cara ini pada tahun 1916.
.
Bila suatu system yang tidak diketanahkan terganggu oleh
hubung singkat kawat tanah, maka arus gangguan kapasitif itu
kembali ke system melalui gangguan itu.

Sehingga perlu reactor yang hubungkan ke titik netral system,


umumnya dipilih netral sekunder transformator, maka dalam hal ini
dibutuhkan hanya satu reactor, Gambar 4.3 .
Gambar 4.3. System diketanahkan melalui reaktor dalam keadaan gangguan.
a). Diagram fasa-tiga.
b) Diagram ekivalen

 Gambar 4.3. (b) diatas menggambarkan sirkuit ekivalen system itu dalam
keadaan gangguan kawat tanah
kumparan Petersen merupakan reakor yang memiiki kesanggupan untuk mengatur
impedansi. Alat itu disebut reaktor yang mana impedansinya dapat diatur.

Sebutlah ipedansi reaktor itu Zp, maka arus melalui reaktor


IL, dimana

Dan arus kapasitif

Diketahui:
IL :arus reaktor
Eph : tegangan sumber
.wC : kapasitansi
Bila dipenuhi kondisi,
.wL : induktansi
Maka arus yang mengalir dari system melalui kapasitansi pada satu pihak dan melalui
reaktor netral pada pihak lain akan saling menetralisir. Jadi dalam hal ini tidak ada arus yang
mengalir melalui titik gangguan kecuali komponen arus rugi-rugi dan arus-arus harmonis.
Persamaan 4.3 adalah ekspresi matematis dari hukum Petrsen, bahwa reaktor
pengetanahan harus didimensionir sedemikian rupa agar dapat ditala dengan kapasitansi
system itu.
 Telah dikatakan di muka bahwa didalam system dengan
kumparan Petersen, bila terjadi gangguan tanah akan ada arus
kapasitif dan arus induktif.
 Komponen rugi-rugi didalam rangkaian pengganti urutan nol dapat
dinyatakan dengan tahanan yang memberikan efek yng sama

 Arus bocor yang mengalir pada permukaan isolator gantung


pada tiang transmisi
 Rugi rugi yang disebabkan arus kumparan didalam jala jala
transmisi
 Rugi yang disebabkanadanya efek korona
 Rugi yang dihasilkan di dalam kumparan petersen sendiri
 Rugi yang disebabkan oleh tahanan hubung tanah
Gambar 4.5. Diagram ekivalen system yang diketanahkan dengan kumparan Petersen
dalam keadaan gangguan. R = rugi-rugi ekivalen.
Perlu ditekankan disini bahwa rugi-rugi ini sangat terpengaruh oleh keadaan cuaca ,
karena rugi-rugi ini sebagian besar ditentukan korona dan kebocoran isolator. Dalam musim
hujan kemungkinan timbulnya korona lebih besar. Jadi rugi-rugi dalam musim hujan jadi
lebih besar dari pada rugi-rugi dalam musim kering.
 Sekarang akan kita lihat bagaimana pemadaman bunga api itu
terjadi setelah gangguan itu hilang. Untuk ini kita akan meninjau
dua macam keadaan, yaitu pada penalaan yang sempurna dan
penalaan yang tidak sempurna

Pemadaman Bunga Api pada Penalaan yang Sempurna


Terjadinya busur listrik atau loncatan api sebenarnya disebabkan karena udara
terionisasi pada waktu adanaya gangguan, sehingga yang tadinya bersifat sebagai
isolator, sekarang bersifat sebagai konduktor. Setelah gangguan itu hilang pada
waktu arus melewati titik nolnya, udara ingin kembali lagi sebagai isolator. Peristiwa
kembalinya udara sebagai isolator lagi disebut tegangan pulih dielektrik atau
“dielektrik recovery voltage” (DRV) atau “build-up of dielectric strength of gap”.
Pada saat arus nol tegangan system ingin kembali keharga normalnya melalui gejala
peralihan mengikuti lengkung tegangan pulih system atau “system recovery voltage”
(SRV).
Pemadaman bunga api pada penalaan tidak sempurna
Telah diterangkan di muka bahwa kumparan petersen itu pada umumnya tidak ditala
sempurna

beberapa alasan, penalaan yang sempurna itu tidak diinginkan”Never tone to


resonance”, demikian kata jonas.
Alasan-alasan tersebut disebabkan antara lain oleh:;
•sukar mengatur sehingga diperoleh penalaan sempuna,
•bila ada pergeseran netral yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan kapasitif,
tegangan pada kumparan Petersen itu pada kerja normal akan sangat besar
(mungkian sekitar 10 sampai 15 kali sebesar pergeseran netral) bila ditala
sempuna.
•dalam keadaan gangguan pergeseran akan maksimum bila ditala sempurna.
• Arus gangguan satu fasa ke
tanah dapat dibuat kecil sekali,
dengan demikian gangguan
tanah itu menjadi tidak
berbahaya lagi terhadap system
• Hilangnya gejala busur tanah
yang sangat berbahaya
terhadap system
• Suplai daya menjadi tak
Kelebihan terganggu dan dapat
berlangsung terus walaupun
gangguan belum dihilangkan
sama sekali
• Tegangan lebih transien yang
terlampubesar dapat dikurangi
dibandingkan pada system
yang tersolir
• Efek-efek terhadap gangguan
komunikasi dapat di perkecil.
• Kumparan Petersen tidak dapat
mengkompensir terhadap ganguan dua
fasa ke tanah
• Kumparan Petersen tidak dapat
menghilankan gangguan satu fasa yang
menetap (substained grount fault) pada
system.
• Kumparan Petersen tidak dapat
Kekurangan mengkompersir rugi-rugi daya dari
system (watt-component) dan
harmonisa-harmonisa, sehingga
pemakaiannya terbatas pada system
dengan tegangan sanpai 110 KV.
• Kumparan Petersen tidak dapat
mencegah tegangan lebih secara
keseluruhan., hanya membatasi sampai
keadaan tertentu sehingga memerlukan
peralatan yang mampu menaggulangi
tegangan lebih tersebut.

Anda mungkin juga menyukai