Anda di halaman 1dari 21

 

 
BAB II
 

 
LANDASAN TEORI
 

  2.1 Sistem Pentanahan Titik Netral


  Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung
singkat
  ke tanah pada instalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang
besar.
 
Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus
gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5 Ampere), sehingga busur listrik
yang timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah masih
dapat padam sendiri.

Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik baik dalam


ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan fasa ke
tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat lagi
padam dengan sendirinya.

Timbulnya gejala-gejala “busur listrik ke tanah (arching ground)” sangat


berbahaya karena menimbulkan tegangan lebih transient yang dapat merusak
peralatan. Apabila hal diatas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik
akan terhenti, yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar.

Oleh karena itu sistem-sistem tenaga listrik tidak lagi dibuat terapung
(floating) yang lajim disebut sistem delta, tetapi titik netralnya ditanahkan melalui
tahanan, reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding). Pentanahan itu
umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral transformator daya ke tanah.

II-1
 
  II-2

 
2.1.1 Tujuan Pentanahan Titik Netral Sistem
 
Adapun tujuan pentanahan titik netral sistem adalah sebagai berikut :
 
1. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
 
2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada
 
fasa yang sehat).
  3. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran
  tenaga listrik.
4. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh
 
penyalaan bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).
 
5. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan
dalam menentukan lokasi gangguan.

2.1.2 Metoda Pentanahan Titik Netral


Metoda-metoda pentanahan titik netral sistem tenaga listrik adalah sebagai
berikut :

1. Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)


2. Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding)
3. Pentanahan langsung (effective grounding)
4. Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah
(resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen
(Petersen Coil).

2.1.2.1 Titik Netral Diketanahkan Tanpa Impedansi (Solid Grounding)


Pada sistem-sistem yang diketanahkan tanpa impedansi, bila terjadi
gangguan tanah selalu mengakibatkan terganggunya saluran (line outage), yaitu
gangguan itu harus di isolir dengan membuka pemutus daya. Salah satu tujuan
dengan mengetanahkan titik netral secara langsung ialah untuk membatasi
tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan kawat-tanah.

 
  II-3

 
Gambar II. 1 Sistem Pembumian Solid
 
Pada sistem ini bila terjadi gangguan fasa ke tanah akan selalu
mengakibatkan terganggunya saluran (line outage), yaitu gangguan harus di isolir
dengan membuka pemutus daya. Salah satu tujuan pentanahan titik netral secara
langsung adalah untuk membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu
bila terjadi gangguan fasa ke tanah.

Keuntungan :

1. Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil


2. Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat
dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui
3. Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :

1. Setiap gangguan fasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya


2. Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan
makhluk hidup didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang
dilaluinya.

2.1.2.2 Pentanahan Titik Netral Melalui Tahanan (resistance grounding)


Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) dimaksud
adalah suatu sistem yang mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah
melalui tahanan (resistor), sebagai contoh terlihat pada gambar II.2 berikut :

 
  II-4

 
Gambar II.2 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral melalui Tahanan (Resistor)
 
Pada umumnya nilai tahanan pentanahan lebih tinggi dari pada reaktansi
  sistem pada tempat dimana tahanan itu dipasang. Sebagai akibatnya besar arus
gangguan fasa ke tanah pertama-tama dibatasi oleh tahanan itu sendiri. Dengan
demikian pada tahanan itu akan timbul rugi daya selama terjadi gangguan fasa ke
tanah.

Secara umum harga tahanan yang ditetapkan pada hubung netral adalah :

Ef
R = Ohm..................................................................................................(II.1)
I

dimana :

R = Tahanan ( Ohm )

Ef = Tegangan fasa ke netral

I = Arus beban penuh dalam Ampere dari transformator.

Dengan memilih harga tahanan yang tepat, arus gangguan ketanah dapat
dibatasi sehingga harganya hampir sama bila gangguan terjadi disegala tempat
didalam sistem bila tidak terdapat titik pentanahan lainnya. Dalam menentukan
nilai tahanan pentanahan akan menentukan besarnya arus gangguan tanah.

Besarnya tahanan pentanahan pada sistem tenaga listrik (contohnya di PLN P3B
Jawa Bali Region Jabar), adalah sebagai berikut :

1. Sistem 70 kV sebesar 62 Ohm

 
  II-5

 
2. Sistem 20 kV sebesar 12 Ohm atau 42 Ohm.
 
Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding)
 
mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu :
 
 Keuntungan :
 
1. Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
 
2. Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah
  kecil.

  3. Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang


melaluinya.
 
 Kerugian :

1. Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama


terjadinya gangguan fasa ke tanah.
2. Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan rele
pengaman menjadi berkurang dan lokasi gangguan tidak cepat
diketahui

2.1.2.3 Pentanahan Titik Netral Melalui Kumparan Petersen


Sistem pentanahan dengan kumparan Petersen adalah dimana titik netral
dihubungkan ke tanah melalui kumparan Petersen (Petersen Coil). Kumparan
Petersen ini mempunyai harga reaktansi (XL) yang dapat diatur dengan
menggunakan tap gambar II.3 memperlihatkan petersen coil yang terpasang di PT
PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat, yaitu pada sistem 30 kV Plengan-
Lamajan. Rangkaian pengganti sistem pentanahan dengan kumparan Petersen.

Gambar II.3 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral dengan Kumparan Petersen

 
  II-6

 
Pada hakekatnya tujuan dari pentanahan dengan kumparan Petersen adalah
 
untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang
 
sementara sifatnya (temporary fault), yaitu dengan membuat arus gangguan yang
sekecil-kecilnya
  dan pemadaman busur api dapat terjadi dengan sendirinya.
  Kumparan Petersen berfungsi untuk memberi arus induksi (IL) yang
mengkonpensir arus gangguan, sehingga arus gangguan itu kecil sekali dan tidak
 
membahayakan peralatan listrik yang dilaluinya. Arus gangguan ke tanah yang
 
mengalir pada sistem sedemikian kecilnya sehingga tidak langsung mengerjakan
rele  gangguan tanah untuk membuka pemutusnya (PMT) dari bagian yang
  terganggu. Dengan demikian kontinuitas penyaluran tenaga listrik tetap
berlangsung untuk beberapa waktu lamanya walaupun sistem dalam keadaan
gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yang berarti pula dapat
memperpanjang umur dari pemutus tenaga (PMT).

Sebaliknya sistem pentanahan dengan kumparan Petersen ini mempunyai


kelemahan, yaitu sulit melokalisir gangguan satu fasa ke tanah yang bersifat
permanen dan biasanya memakan waktu yang lama. Gangguan hubung singkat
yang permanen itu dapat mengganggu bagian sistem yang lainnnya. Oleh karena
itu hubung singkat tersebut tetap harus dilokalisir dengan menggunakan relai
hubung singkat ke tanah (Ground fault relay).

Pentanahan titik netral melalui kumparan Petersen mempunyai keuntungan


dan kerugian yaitu :

 Keuntungan :

1. Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi


mahluk hidup.
2. Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat
dihindari.
3. Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke tanah.
4. Gejala busur api dapat dihilangkan.
 Kerugian :

 
  II-7

 
1. Relai gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena
 
arus gangguan tanah relatif kecil.
 
2. Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
  (permanen) pada sistem.
  3. Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning)
 
kembali.
 
2.2 Rangkaian Listrik Tiga Fasa
 

  Daya listrik tiga fasa dihasilkan oleh generator pembangkit tiga fasa yang
merupakan tiga buah generator pembangkit satu fasa yang dikonstruksikan secara
simetris sedemikian rupa. Konstruksi yang simetris menghasilkan tiga buah
tegangan keluaran listrik bolak-balik yang memiliki perbedaan fasa sebesar 120o
untuk tiap fasanya.

Gambar II.4 Arus Bolak-Balik Tiga Fasa

Gambar diatas menunjukan hubungan tegangan masing masing fasa, dengan :

Va = Vm ∠0ᵒ………………………………………………...………………….II.2

Vb = Vm ∠-120ᵒ……………………………………………………………...…II.3

Vc = Vm ∠- 240ᵒ………………………………………………………………..II.4

Dan memiliki diagram fasor sebagai berikut :

 
  II-8

 
Gambar II.5 Diagram Fasor Tegangan
 
Arus yang mengalir pada setiap beban dinyatakan sebagai :

I = …………………………………………...…………………………II.5

Yang pada ketiga fasanya dapat dituliskan :


IA = = Im ∠-θ…………………………………………………………………………II.6


IB = = Im ∠(-120ᵒ- θ)………………………………………………………...II.7


IB = ∠
= Im ∠(-120ᵒ- θ)………………………………………………………...II.8


IC = = Im ∠(-240ᵒ- θ)………………………………………………………...II.9

Rangkaian hubung bintang memiliki sebuah titik hubung ketiga fasanya yang
disebut titik netral seperti pada gambar berikut :

 
  II-9

 
Gambar II.6 Rangkaian Hubung Bintang
 
Arus netral ( IN) merupakan penjumlahan arus ketiga fasanya karena jalur netral
  tersebut dilalui oleh ketiga fasa yang ada, menurut persamaan berikut :

IN = IA + IB + IC = 0…………………………………………………...……...II.10

Persamaan diatas menunjukan jika beban yang diaplikasikan dalam suatu


tegangan tiga fasa seimbang, maka arus netralnya sama dengan nol karena
simetris dan saling meniadakan. Arus netral muncul akibat pembebanan yang
tidak seimbang.

2.3 Ketidakseimbangan Beban


Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana :
• Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
• Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di
mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:
• Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama
lain.
• Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama
lain.
• Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu
sama lain.

 
  II-10

  Gambar II.7 Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang

Gambar II.8 Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang

Gambar II.7 menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini
terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan
nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar II.8
menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga
muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari
seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

 
  II-11

 
2.4 Pengertian Gangguan
 
Gangguan adalah suatu ketidak normalan (interferes) dalam sistem tenaga
 
listrik yang mengakibatkan mengalirnya arus yang tidak seimbang dalam sistem
tiga  fasa. Gangguan dapat juga didefinisikan sebagai semua kecacatan yang
  mengganggu aliran normal arus ke beban (Adrial Mardensyah,2008). Tujuan
dilakukan analisa gangguan adalah :
 
1. Penyelidikan terhadap unjuk kerja relai proteksi
 
2. Untuk mengetahui kapasitas rating maksimum dari pemutus tenaga
  3. Untuk mengetahui distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan
  sistem pada saat terjadinya gangguan.

2.4.1 Jenis Gangguan Pada Sistem Distribusi dan Faktor Penyebabnya


Dalam sistem tenaga listrik, bagian yang paling sering terkena gangguan
adalah kawat transmisinya ( kira – kira 70% sd 80% dari seluruh gangguan).

Hal ini disebabkan luas dan panjangnya kawat transmisi yang terbentang dan
yang beroperasi pada kondisi udara yang berbeda-beda. Pada sistem transmisi,
suatu gangguan dapat terjadi disebabkan kesalahan mekanis, thermos, dan
tegangan lebih atau karena material yang cacat atau rusak, misalnya gangguan
hubung singkat, gangguan ke tanah atau konduktor yang putus. Seperti disebut di
muka, busur tanah yang menetap merupakan gangguan yang sangat ditakuti sebab
busur tanah yang padam dan menyala merupakan sumber gelombang yang
berjalan yang mempunyai muka yang curam yang dapat membahayakan isolasi
dari alat-alat instalasi walaupun letaknya jauh dari titik gangguan.

Gangguan yang sering terjadi ialah gangguan hubung singkat. Besar dari arus
hubung singkat itu tergantung dari jenis dan sifat gangguan hubung singkat itu,
kapasitas dari sumber daya, konfigurasi dari sistem, metoda hubungan netral dari
trafo, jarak gangguan dari unit pembangkit, angka pengenal dari peralatan-
peralatan utama dan alat-alat pembatas arus, lamanya hubung singkat itu dan
kecepatan beraksi dari alat-alat pengaman.

 
  II-12

 
Gangguan hubung singkat itu tidak hanya dapat merusak peralatan atau
 
elemen-elemen sirkuit, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan dan
 
frekuensi sistem, sehingga kerja paralel dari unit-unit menjadi terganggu pula.
Akibat-akibat
  yang disebabkan oleh gangguan antara lain :
 
1. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen apabila
  gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian (sirkuit)
  atau menyebabkan keluarnya suatu unit pembangkit.
2. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas
 
tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen.
 
3. Pengurangan stabilitas sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.
4. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan itu.

2.4.1.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah/Line - Ground (LG)


Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik merupakan
gangguan asimetris sehingga memerlukan metode komponen simetris untuk
menganalisa tegangan dan arus pada saat terjadinya gangguan. Gangguan yang
terjadi dapat dianalisa dengan menghubung-singkat semua sumber tegangan yang
ada pada sistem dan mengganti titik (node) gangguan dengan sebuah sumber
tegangan yang besarnya sama dengan tegangan sesaat sebelum terjadinya
gangguan di titik gangguan tersebut.
Dengan menggunakan metode ini sistem tiga fasa tidak seimbang dapat
direpresentasikan dengan menggunakan teori komponen simetris yaitu
berdasarkan komponen urutan positif, komponen urutan negatif dan komponen
urutan nol.

I1fasa -E = ………………………………………...………..(II.11)

Keterangan :
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan
Z0 = Impedansi urutan nol dilihat dari titik gangguan
Z1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan

 
  II-13

 
Z2 = Impedansi urutan negatif dilihat dari titik gangguan
 

 
II.9 Hubung singkat satu fasa ke tanah
 
2.4.1.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa/Line - Line (LL)
 
Pada gangguan hubung singkat fasa ke fasa, arus saluran tidak
mengandung komponen urutan nol dikarenakan tidak ada gangguan yang
terhubung ke tanah.

I2fasa = …………………………..….………........... (II.12)

Keterangan :
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan
Z1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan
Z2 = Impedansi urutan negatif dilihat dari titik gangguan

II.10 Hubung Singkat dua fasa

2.4.1.3 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Ke Tanah/Line-Line-


Ground (LLG)
Gangguan dua fasa ke tanah terjadi ketika dua buah fasa dari sistem tenaga
listrik terhubung singkat dengan tanah.

I2fasa -E = . ………………………………………….…...…(II.13)

Keterangan :
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan

 
  II-14

 
Z0 = Impedansi urutan nol dilihat dari titik gangguan
 
Z1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan
 
Z2 = Impedansi urutan negatif dilihat dari titik gangguan
 

 
Gambar II.11 Hubung Singkat dua fasa ke tanah
 
2.4.1.4 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa/ Line–Line–Line (LLL)
Gangguan hubung singkat tiga fasa termasuk dalam klasifikasi gangguan
simetris, dimana arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah
gangguan terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat dianalisa hanya dengan
menggunakan komponen urutan positif saja yaitu :

I3fasa = ………………….…………………………………..(II.14)

Keterangan :
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan
Z1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan
IA = Arus pada fasa A

Gambar II.12 Gangguan Hubung singkat Tiga Fasa

 
  II-15

 
2.5 Ground Fault Relay ( GFR ) / Relay Gangguan Tanah
 
Pada dasarnya relay gangguan tanah adalah rele arus lebih yang dipergunakan
 
untuk mengamankan gangguan ke tanah yaitu 1 (satu) fasa atau 2 (dua) fasa ke
tanah.
  Relay gangguan tanah (Ground Fault Relay) berfungsi untuk memproteksi

  jaringan tenaga listrik terhadap gangguan antara fasa atau 3 fasa dan hanya
bekerja pada satu arah saja .
 
Relay ini terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah, juga
 
pada pengaman transformator tenaga dan berfungsi untuk mengamankan peralatan
  akibat adanya gangguan fasa ke tanah.
listrik
  Proteksi terhadap gangguan tanah lebih sensitif daripada gangguan antar fasa.
Proteksi ini dapat dilakukan menggunakan relay yang hanya akan merespon
terhadap adanya arus residu sistem, karena komponen residual hanya muncul
bilamana arus gangguan mengalir ketanah. Secara keseluruhan, penyetelan rendah
terhadap relay gangguan tanah memungkinkan bagi relay gangguan tanah menjadi
sangat berguna, tidak hanya terhadap gangguan tanah, tetapi lebih jauh terhadap
hampir semua gangguan, tetapi mungkin dibatasi oleh besarnya impedansi
pentanahan atau oleh tahanan pentanahan. Komponen residual diekstrasi dengan
cara menghubungkan CT (Current Transformer) jaringan secara paralel .
2.5.1Karakteristik Relai

Setiap peralatan listrik memiliki karakteristik tersendiri sama hal nya dengan
relai, berikut karaktristik relai berdasarkan waktu.

2.5.1.1 Relai Waktu Seketika (Instantaneous Relay)


Relai yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya, relai akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10
– 20 ms). Dapat dilihat pada gambar II.13.

 
  II-16

 
Gambar II.13 Karakteristik Relai Waktu Seketika (Instantanous Relay)
 
2.5.1.2 Relai Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay)
  Relai ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan
jangka waktu kerja relaimulai pick up sampai kerja relai diperpanjang dengan
waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, seperti
pada gambar II.14.

Gambar II.14 Karakteristik Relai arus lebih Waktu Tertentu ( Definite Time Relay)

2.5.1.3 Relai Arus Lebih Waktu Terbalik (inverse time)


Relai ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya
arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya.
Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik
yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :
1. Standar Invers
2. Very Inverse

 
  II-17

 
3. Long Time Inverse
 

 
Gambar II.15 Karakteristik Relai Waktu Terbalik (Inverse Relay)

2.6 Zero Current Transformer


Zero Current Transformer atau yang biasa disebut dengan ring CT atau Core
Balance CT telah digunakan sejak puluhan tahun lalu untuk mendeteksi arus
gangguan tanah.

Gambar II.16 Zero Current Transfomer

Untuk sistem bersamaan dangan pengukuran pada jaringan dengan


menggunakan pembumian solid pemasangan Zero Current Transformer dipasang
pada jaringan tiga fasa, 3 kawat fasa akan masuk ke beban melalui Zero Current
Transformer pada keadaan normal arus pada netral adalah sama dengan nol

 
  II-18

 
sehingga vektor penjumlah arus dan tegangan akan sama dengan arus urutan nol
 
sistem pembumian.
 
Teknik ini cocok digunakan untuk sistem pembumian solid dan kemungkinan
arus  gangguan tanah tinggi. Namun jika besaran arus gangguan tanah adalah kecil
  (Sistem pembumian menggunakan tahanan) sensitifitas dari Zero Current
Transformer menjadi kecil .
 
Rasio dari trafo arus nol harus mampu untuk dilewati arus pada keadaan
 
normal maupun dalam keadaan beban lebih walaupun kemampuan untuk
 
mendeteksi arus gangguan tanah tetap terbatas. Ketika jaringan menggunakan
  sistem pembumian dengan impedansi, cara alternatif diperlukan untuk mendeteksi
gangguan tanah untuk mencapai sensitifitas yang diperlukan.

Gambar II.17 Kabel yang melalui Zero Current Transformer

Dapat dilihat pada gambar II.11 yaitu gambar saluran kawat yang melewati
Zero Current Transformer besaran arus yang dideteksi oleh sekunder Zero
Current Transformer pada keadaan normal adalah :
Ia+ Ib + Ic = 0………………………………………………………………(II.15)
Pada keadaan normal vektor penjumlah arus dan tegangan adalah mendekati
nol, tidak sepenuhnya nol karena terdapat beban-beban kapasitif pada jaringan,
hal ini menyebabkan pada keadaan normal arus yang keluar dari sekunder trafo
arus nol memiliki nilai walaupun nilai tersebut sangat kecil dibawah 1 Ampere

 
  II-19

 
namun dengan asumsi beban seimbang kita dapat menganggap bahwa arus
 
tersebut adalah normal atau sama dengan nol.
 
Ketika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah hasil penjumlahan vektor
tegangan
  dan arus tidak lagi nol, jika jaringan menggunakan sistem pembumian
  dengan tahanan (Resistance Ground) trafo arus nol akan mendeteksi arus yang
telah dipengaruhi oleh resistansi dari resistor sistem pembumian ditambah dengan
 
resistansi beban dalam rangkaian.
 
2.6.1 Pemasangan Zero Current Transformer Dengan Relay Gangguan Tanah
 
Trafo arus nol digunakan sebagai deteksi gangguan tanah pada sistem
 
jaringan , tiga kawat penghantar akan masuk ke lubang dari trafo arus nol.
Dalam keadaan normal arus yang keluar dari sekunder trafo arus nol
tersebut adalah nol , namun apabila terjadi hubung singkat fasa ke tanah arus
sekunder trafo arus urutan nol akan mempunyai besaran nilai.
Fungsi dari keluaran sekunder trafo arus ini dikoordinasikan dengan relay
gangguan tanah, dimana arus sekunder dari trafo arus nol akan mengoperasikan
relay dan menginstruksikan circuit breaker untuk mengamankan jaringan.

Gambar II.18 Wiring Zero Current Transformer dengan relay gangguan tanah

 
  II-20

 
Besaran arus sekunder yang akan mengoperasikan relay gangguan tanah akan
 
diatur oleh setting arus dari relay gangguan tanah tersebut dan juga waktu untuk
 
relay bekerja pun dapat diatur sesuai dengan setting yang tentukan.
 

 
  II-21

Anda mungkin juga menyukai