Anda di halaman 1dari 20

PT PLN (PERSERO)

PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA


BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Pekerjaan Saluran Bertegangan dengan metode barehand


Prinsip yang dimaksud dalam pekerjaan saluran bertegangan dengan metode
barehand adalah sangat sederhana, yaitu melihat seekor burung mendekat dan
kemudian bertengger diatas konduktor bertegangan. Karena tidak ada jalan
dimana arus akan mengalir, burung akan tetap nyaman berada pada konduktor
meskipun tubuhnya telah bertegangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
pekerja yang terlatih menggunakan teknik dan perlengkapan khusus dapat
dengan aman bekerja pada tegangan sampai dengan 765 kV dengan metode
barehand.

Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman
minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini
untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik.

Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun 1837.
Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
potensial dalam sebuah konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada pengisian
listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam sangkar
logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan
menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan
potensial maka tidak ada arus yang mengalir.

Dengan menggunakan prinsip tersebut, seorang pekerja dapat dialiri tegangan


listrik apabila dilindungi dalam sebuah sangkar Faraday yang diikat/dihubungkan
ke konduktor bertegangan sehingga dapat bekerja pada konduktor dengan
nyaman. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh pekerja yang diisolasi dari bumi dan
fasa lainnya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 1 of 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

1.2 Sejarah PDKB di Dunia


Pada tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi tegangan tinggi dari
perusahaan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles
D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan
sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui
dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan
dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh
semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan saluran tegangan tinggi.

Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan :


(a) Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan dalam keadaan
bertegangan menjadi sangat penting.
(b) Bertambahnya ukuran konduktor dan asesorisnya menyebabkan
penggunaan hot stick menjadi kurang praktis.
(c) Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya
jarak aman.

Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran
bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait
dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang
diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.

Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif


pada metode barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh
pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang
aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan yang tinggi.

Perkembangan PDKB
Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB
telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.

Dengan terus bertambahnya permintaan penggunaan listrik dan untuk


memberikan pelayanan kepada konsumen dengan standar yang lebih tinggi

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 2 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

tanpa memutus aliran listrik, sehingga penting untuk melaksanakan pekerjaan


pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.

Pemeliharaan saluran bertegangan pertama kali digunakan hanya untuk


membuka saklar pemutus aliran. Meskipun cara ini pada pelaksanaannya terlalu
lama, tetapi terbukti metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang
lama dan belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan
yang lain.

Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun
1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan
mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.

Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah
dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan sebuah klem
dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan.
Penggunaannya memerlukan hot stick untuk tujuan isolasi dan disarankan
menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti
grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji,
comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan
tertentu.

Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai
memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem.
Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat
pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan
aksesoris stick.

Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga tegangan 33 kV.


tetapi banyak linesman ragu-ragu untuk melakukan pengoperasian hot stick pada
tegangan ini. Karena ketakutan ini, banyak perusahaan membatasi pemeliharaan
saluran bertegangan sampai dengan 22 kV. Karena linesman mulai menyadari
bahwa penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga mereka pada
kondisi aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan mulai hilang, hingga
akhirnya pada tahun sampai tahun 1930 beberapa perusahaan mengijinkan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 3 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

pengoperasian saluran bertegangan pada 66kV, tidak lama kemudian menjadi


110 kV. Sampai akhir tahun tiga puluhan ada berita yang menakjubkan, yaitu
bahwa Saluran West Coast 220 kV telah sukses dikerjakan dalam keadaan
bertegangan. Tonggak bersejarah yang lain terjadi pada bulan Maret 1948 ketika
OG Anderson dan MR Parkin, ahli peralatan Saluran Bertegangan Perusahaan AB
Chance mengganti isolator pada tower suspension pada tegangan 287 kV
penghantar Hoover Dam, Los Angeles.

Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada
330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu
berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan
stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan
ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick isolasi
dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran bertegangan;
tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.

Berat merupakan faktor yang penting pada pekerjaan saluran bertegangan,


karena kelelahan harus ditekan sampai tingkat minimum. Akhirnya pada tahun
1947 muncul pemikiran untuk membuat peralatan yang lebih ringan, lebih kuat
dan lebih aman yang dikenal dengan epoksiglas. Kemudian, untuk keamanan dan
kenyamanan pelaksana PDKB, AB Chance mulai membuat conductive suite.

Dalam perkembangannya, enginer merancang konstruksi tower yang lebih efisien


dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan secara bertegangan.

Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk mengembangkan berbagai


teknik pemeliharaan secara bertegangan, sehingga pemeliharaan secara
bertegangan mulai diimplementasikan di berbagai belahan dunia.

1.3 Sejarah PDKB TT/TET di Indonesia


Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini,
terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 4 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung


pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang
dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik
dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof Dr Artono Arismunandar.

Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan


Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.

Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ” off-
line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “ on line” karena
belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan
pemeliharaan bertegangan.

Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan


sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu
melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan
pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV.

Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari


melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik
Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya
memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB
yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW.

Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor :


152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan
Ekstra Tinggi.

Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki
Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh
Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya
sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu
tidaknya tim PDKB di PLN.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 5 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna
pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat
diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing
terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka
yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi
kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang sedikit berbeda
dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.

Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga
telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian
pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke
sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut
akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni
sebanyak 36 personil SDM baru.

Sejak 30 juni sampai dengan 4 juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan


benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke
EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 juli 2003.

Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10
orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar
yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana
(linesman) PDKB.

Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre -


New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 juli s/d 9 september 2003 yang
dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 april s/d 24 mei 2004.

Tepatnya 9 september 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil


seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN
Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama
6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job
Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat,
dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan
secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 6 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

Sejak 8 september 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan


Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten,
Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET


secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung
saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4
region P3B Jawa Bali.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 7 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

BAB II
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PDKB TT /TET

2.1. Umum
Syarat umum untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) TT/TET harus
berdasarkan :
(a) Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah DISAHKAN, serta peralatan utama*)
yang telah BERSERTIFIKAT dan LULUS UJI oleh Lembaga
SertifikasiIndependen.
(b) Penerima Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B) dan
Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B) bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan PDKB, meliputi : Prosedur, Instruksi Kerja,
Peralatan, dan Material yang digunakan.
(c) Pelaksanaan PDKB TT/TET adalah pengembangan dari pekerjaan off line.
(d) PDKB tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang tidak terencana.
(e) Pengawas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pelaksana, peralatan,
dan pelaksanaan pekerjaan.
(f) Keselamatan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing.
(g) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak diperbolehkan ada dua kegiatan yang
dapat saling mempengaruhi pergerakan konduktor/tower bila terjadi
kegagalan peralatan atau material.
(h) Semua peralatan harus lulus uji setiap 6 bulan sekali.
(i) Semua pelaksana personil PDKB harus diperiksakan kesehatannya menjalani
pemeriksaan kesehatan (general check up) setiap satu tahun sekali.
*) Peralatan utama adalah semua peralatan yang berhubungan langsung secara
elektrik dan atau mekanik dalam suatu pekerjaan.
2.2. Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET
Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan
(AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan
selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 8 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

Hal-hal yang dilakukan pada saat AKP :


(a) Memeriksa kondisi tower, meliputi struktur tower, isolator, konduktor, kawat
petir, Optic Ground Wire (OPGW), dan aksesoris yang akan dikerjakan
termasuk tower pengapit.
(b) Menganalisa layak tidaknya pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan dengan
PDKB
(c) Menentukan jarak aman minimum peralatan isolasi sesuai dengan tegangan
operasi
(d) Menghitung beban kerja pada tower, khusus pada tower tipe tension harus
dihitung dengan lebih teliti.
(e) Mengamati potensi bahaya pada lokasi pekerjaan, antara lain keselamatan
masyarakat umum, lintasan jalan raya, saluran transmisi, jalan kereta api,
dan lain-lain.

2.3. Metode PDKB TT/TET


2.3.1.Metode Barehand
Metode barehand adalah suatu metode dimana pelaksana bekerja dengan
menyentuh konduktor yang bertegangan, sehingga tidak ada perbedaan
potensial antara pelaksana dengan konduktor yang bertegangan.

Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV dengan
memperhatikan jarak aman minimum.

2.3.2.Metode Hot Stick


Metode Hot Stick adalah suatu metode dimana pelaksana berada di sisi tower
yang terisolasi dari konduktor bertegangan. Metode ini menggunakan peralatan
hot stick yang terbuat dari Fibreglass Reinforced Plastic (FRP) yaitu fiberglass
yang diperkuat dengan plastik dengan jarak tertentu sehingga aman dikerjakan.
Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan
mekanik yang sesuai standar.
Ketentuan yang harus diperhatikan antara lain :
(a) Pelaksana berikut peralatannya (misal: ladder, platform, dll.) harus menjaga
jarak minimum diri dan semua peralatan yang dibawa dan yang digunakan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 9 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(misal: ladder, platform, dll.) agar tidak melanggar jarak aman minimum
yang ditentukan. (melampaui batas aman (sesuai TTabel 1, hal. 17)30)..
(b) Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup,
sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi.
(c) Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan
pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat
menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan
kerusakan peralatan hot stick.
(d) Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada
permukaan peralatan hot stick, sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan.
(e) Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced
Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass .
(f) Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan
elektrik dan mekanik yang sesuai standar.
(g) SSemua hot stick yang terbuat dari FRP harus diuji setiap 6 bulan di
Lembaga sertifikasi Independen dan hasilnya tercatat dan dibukukan.
(h) Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah
digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain:
(i) Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkKontaminasi polutan pada
hot stick dan tangga isolasi dapat menyebabkan penurunan daya
isolasi peralatan.
(ii) Cacat pada permukaan peralatan hot stick.
(iii) akibat Ppenyimpanan dan penggunaan yang tidak tepat.
(iv) Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaan
hot stick yang diakibatkan beban elektrik yang berlebihan.
(v) Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin pada
bagian logam hot stick yang disebabkan pembebanan mekanik yang
berlebihan.

Jika tanda-tanda kerusakan tersebut diatas ditemukan, maka harus segera


dievaluasi, diperbaiki dan diuji serta hasilnya dicatat pada data peralatan.

Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand
selama metode tersebut bisa saling melengkapi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 10 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

2.4. Pengawas Pelaksanaan PDKB


Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan dan
seorang Pengawas K3. Tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh hasil
pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu. Orang yang ditunjuk
sebagai Pengawas harus kompeten dan mengerti secara jelas tentang tanggung
jawab yang berkaitan dengan kualitas pekerjaan dan keselamatan anggotanya.

2.4.1.Pengawas Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a) Bersertifikat Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
metode yang akan dilakukan.sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET.
(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang akan
dilakukan.
(c) Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar
pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien.
(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan
ditunjuk oleh manajemen.

Tugas dan tanggung jawab Pengawas Pekerjaan


Pengawas Pekerjaan harus mengetahui kemampuan, kondisi mental, dan fisik
masing-masing anggota timnya secara terus menerus selama pekerjaan
berlangsung. Tugas dan tanggung jawab meliputi :
(a) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota timnya
dalam kondisi sehat mental dan fisiknya sehingga tidak memberikan resiko
terhadap keselamatan dirinya dan anggota timnya.
(b) Pengawas Pekerjaan harus mMemberikan perhatian khusus terhadap gejala
kelelahan diantara anggota tim dan mempersiapkan penghentian pekerjaan
apabila kelelahan sudah terdeteksi.
(c) Pengawas Pekerjaan harus mMemantau/ mengamati enyadari faktor resiko
yang timbul karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai
timbulnya kejenuhan. Indikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti
terburu – buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 11 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(d) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota tim


menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan memberikan perhatian
terhadap cara pemakaiannya:
(vi) Menggunakan baju kerja dari katun dalam kondisi baik.
(vii) Helm Pengaman.
(viii) Sepatu pengaman/Sepatu konduktif.
(ix) Body hardness harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja
diatas tower.
(x) Kaca mata pengaman harus menggunakan anti UV.
(xi) Pakaian konduktif lengkap harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang
bekerja diatas tower.
(e) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa pelaksana pdkb PDKB tidak
menggunakan aksesoris dari bahan metal, karet, atau ikat pinggang yang
tidak perlu.
(f) Memastikan Aalat kerja yang tidak digunakan harus disimpan dalam tool
bag atau diposisikan aman.
(g) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan :
(i) Beban yang ditopang peralatan PDKB telah diidentifikasi.
(ii) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan harus aman terhadap
beban kerja dan arus bocor tidak melampaui batasan yang ditentukan.
(iii) Pekerjaan yang akan dilaksanakan sudah terbukti dilakukan secara off
line dan terdapat Instruksi Kerja untuk pelaksanaan secara online.
(iv) Pekerjaan dapat dilaksanakan setelah adanya informasi dari pengawas
RCB bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau diaktifkan
pada kedua GI/GITET dan telah dipasang tagging.
(h) Melaksanakan tailgate dan evaluasi setelah pekerjaan selesai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pengawas Pekerjaan


(a) Pengawas Pekerjaan memastikan bahwa pelaksana/pekerja telah
bersertifikat dan kompeten. Apabila ada personil yang tidak bersertifikat
menjadi bagian dalam pelaksanaan pekerjaan, orang tersebut harus benar-
benar diberi penjelasan mengenai peran sertanya dalam pekerjaan. Dan
harus benar-benar diawasi selama keterlibatannya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 12 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(b) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Prosedur dan Instruksi
Kerja yang telah disahkan (tidak ada inovasi).
(c) Mematuhi etika berkomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan.
(d) Jam kerja peralatan dan jam terbang pelaksana harus dicatat dan
dibukukan.
(e) Pelaksana harus dirotasi secara teratur ke seluruh posisi kerja.
(f) Dokumen yang harus tersedia di lapangan :
(i) Prosedur dan Instruksi kerja.
(ii) Formulir – formulir kerja, antara lain : SP3B, SP2B, TTSP, RCB.
(iii) Data dan grafik hasil pengetesan isolator.

2.4.2.Pengawas K3
Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
(a) Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET.
(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan
dilakukan.
(c) Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar
pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat.
(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan
ditunjuk oleh manajemen

Tugas dan Tanggung Jawab


Pengawas K3 bertugas mengawasi keselamatan pelaksanaan pekerjaan sehingga
tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan. Tugas dan
tanggung jawab tersebut, yaitu:
(a) Pengawas K3 harus mMemastikan bahwa fungsi auto reclose telah dinon-
aktifkan atau diaktifkan.
(b) Pengawas K3 tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan.
(c) Pengawas K3 harus mMemeriksa semua jarak aman minimum ( Live Line
Minimum Approach Distance/LLMAD maupun Live Line Tool Insulated
Distance/LLTID).
(d) Pengawas K3 bMerada pada posisi yang mudah dalam mengamati semua
pergerakan pelaksana/pekerja dari posisi yang strategis..

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 13 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(e) Pengawas K3 harus mMemperhatikan pergerakan konduktor pada kedua


span pengapit tower yang dikerjakan selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.
(f) Pengawas K3 harus sSetiap saat mengawasi kondisi cuaca secara visual
maupun menggunakan peralatan now casting (Temperatur, kelembaban,
kecepatan angin, arah angin) dan dapat menghentikan pekerjaan apabila
terjadi perubahan cuaca buruk (hujan, awan, halimun, kabut, pencemaran
udara, kondisi angin, dan kegelapan), petir dan badai dalam jarak 10 km
dari lokasi kerja.
(g) Pengawas K3 harus mMemberikan perhatian terhadap kontaminasi pada hot
stick, tangga isolasi, dan peralatan lainnnya.
(h) Pengawas K3 harus mMenghentikan pekerjaan jika ada kondisi yang dapat
mempengaruhi konsentrasi pelaksana sampai kondisi tenang kembali.
(i) Pengawas K3 harus memastikan bahwa semua pelaksana/pekerja dan
perlengkapan bebas dari area tower yang dikerjakan.
(j) Jika pelaksana menemui kesulitan dalam suatu tahapan pekerjaan dan harus
dilakukan suatu penyesuaian atau perbaikan maka peralatan harus
diturunkan. Pengawas K3 harus memeriksa dan memastikan bahwa
penyesuaian atau perbaikan peralatan tersebut aman untuk melanjutkan
pekerjaan. Tidak boleh ada perbaikan atau improvisasi yang dilakukan oleh
pelaksana/pekerja pada posisi di atas.
(k) Pengawas K3 harus mencermati faktor resiko yang timbul dari tingkah laku
pelaksana pada saat pelaksanaan pekerjaan yang berulang karena
pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan dan.
iIndikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru,
melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.
(l) Pengawas K3 dapat memberikan masukan dalam hal-hal khusus mengenai
pelaksanaan pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan. Kewenangan utama
untuk kualitas pekerjaan berada pada Pengawas Pekerjaan.

2.4.3.Tailgate Session
Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada
semua pelaksana, meliputi :
(a) Siapakah Pengawas K3.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 14 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(b) Pembagian tugas para pelaksana.


(c) Penghantar, fasa dan string set atau aksesoris yang akan dikerjakan.
(d) Urutan pekerjaan yang harus dikerjakan.
(e) Metode yang digunakan, barehand atau hot stick.
(f) Pelaksana/pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan masing-masing.
(g) Pengawas Pekerjaan harus menyampaikan jarak aman minimum yang
sesuai dengan tegangan sistem yang dikerjakan.
(h) Koordinasi dengan GI/GITET pengapit, mengenai penon-aktifan fungsi auto
reclose.
(i) Menjelaskan potensi bahaya selama pekerjaan.
(j) Menyampaikan Safe Working Load (SWL) peralatan yang digunakan masih
dalam batas beban kerja.

2.5. Potensi bahaya


Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
pelaksana antara lain :
(a) Static shunt
Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi
mengakibatkan flash over apabila terjatuh. Maka langkah yang harus
dilakukan antara lain :
(i) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada tower (untuk sisi
cold) dan sisa kabelnya harus digulung dan diikat kuat.
(ii) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada bagian
bertegangan (untuk sisi hot) dan sisa kabelnya harus digulung dan
diikat kuat.
(iii) Jika static shunt tidak digunakan, maka harus dilepaskan dari tower
atau bagian yang bertegangan dan disimpan dalam tool bag.
(b) Bonding Pakaian Konduktif
Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada
setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat
terjatuhnya tali bonding, maka :
(i) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam
saku apabila tidak digunakan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 15 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(ii) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai
kebutuhan.
(c) Cacat pada stick
(i) Stick terbentur/jatuh pada saat transportasi peralatan menuju lokasi
pekerjaan.
(ii) Pada waktu pengetesan menggunakan hot stick tester dilakukan
dengan menggeser.
(iii) Stick terbentur/jatuh pada saat tranportasi ke atas tower.
(d) Flash over pada saat pekerjaan
(i) Tidak terpasang batas aman peralatan ( Live Line Tool Insulation
Distance/LLTID).;
(ii) Adanya kegagalan isolasi.
(e) Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “ fall
area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan
kemungkinan jatuh.

2.6. Kaidah Prosedur & IK dan Penundaan Pekerjaan PDKB


2.6.1.Prosedur & Instruksi Kerja
Prosedur kerja merupakan prosedur baku pada setiap pelaksanaan pekerjaan
PDKB yang telah disetujui oleh para pelaksana/pekerja yang terlibat dalam PDKB
dan disahkan oleh manajemen yang berwenang, prosedur dapat direvisi sesuai
dengan kondisi lapangan terkini melalui pelatihan secara off-line terlebih
dahulu.
(a) Prosedur dan Instruksi kerja harus didiskusikan dengan semua anggota tim
pelaksana PDKB selama sesi briefing pada awal dan akhir pekerjaan
(tailgate).
(b) Prosedur dan Instruksi kerja tersebut tidak boleh diubah selama
pelaksanaan PDKB berlangsung. Perubahan prosedur dan instruksi kerja
harus dilakukan berdasarkan penelitian menyeluruh dan dikembangkan oleh
pelaksana/pekerja PDKB yang bersertifikat dan berpengalaman, dan
dibuktikan secara off-line maupun on-line, dan disahkan secara formal.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 16 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(c) Percobaan dengan menggunakan peralatan atau improvisasi yang tidak


disetujui tidak diijinkan selama dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan
bertegangan (PDKB) berlangsung.
(i) Hal ini tidak menghalangi evaluasi atas semua prosedur,instruksi kerja,
peralatan, dan perlengkapan PDKB.
(ii) Jika ada revisi terhadap peralatan dan perlengkapan harus diteliti
secara menyeluruh, didokumentasikan dan dibuktikan secara off-line
maupun on-line dan disetujui secara formal.
(iii) Perubahan terhadap peralatan dan perlengkapan harus berdasarkan
pada pengujian elektrik dan mekanik, penilaian, dan persetujuan
formal secara teknis.
2.6.2.Penundaan Pekerjaan
Pelaksanaan PDKB harus direncanakan dengan seksama sesuai prosedur tetap
PDKB untuk memastikan pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu kerja normal.

Keselamatan pelaksana/pakerja, peralatan PDKB dan sistem menjadi prioritas


utama saat terjadi gangguan. Dalam proses pekerjaan, terjadinya gangguan
dapat saja terjadi pada tahapan tertentu, sehingga suatu prosedur yang
mengatur pengamanan pelaksana/pekerja dan peralatan PDKB harus ditaati
untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan.

Prosedur tersebut mengatur antara lain :


(a) Pengawas Pekerjaan memberikan pernyataan pada Pengawas Reclose Block
(RCB) bahwa :
(i) Pekerjaan ditunda
(ii) Semua peralatan yang terhubung dengan konduktor pada posisi aman.
(iii) Semua pelaksana pada posisi aman.
(iv) Fungsi Auto Reclose boleh dinormalkan kembali.
(v) Sebelum melanjutkan pekerjaan yang ditunda, Pengawas Pekerjaan
harus memastikan bahwa fungsi auto reclose sudah dinon-aktifkan dan
semua peralatan telah diperiksa secara seksama, dikeringkan dan
dibersihkan dengan silicon wipe.
(b) Pengamanan pelaksana/pekerja pada pekerjaan yang ditunda

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 17 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

Evakuasi semua pelaksana di daerah bertegangan ke daerah aman (bodi


tower/tanah). Jika tidak, maka pelaksana hot end harus menjauh dari
isolator.

(c) Pengamanan peralatan pada pekerjaan yang ditunda


Jika pekerjaan harus ditunda dan peralatan kerja harus ditinggal selama
semalam atau lebih dan apabila peralatan kerja berisolasi merupakan
bagian integral dari penundaan tersebut, tindakan berikut harus
dilaksanakan :
(i) Jika ditopang oleh peralatan kerja berisolasi pada posisi hot end, maka
peralatan tersebut harus dijumper ke konduktor.
(ii) Jika ditopang oleh hotstick yang dirangkai dengan strap hoist/rope
block/webbing sling pada posisi cold end, maka harus dipasang
grounding dari hotstick ke tower.
2.7. Komunikasi
(a) Komunikasi koordinasi pekerjaan
(i) Meliputi Penjadwalan pelaksanaan pekerjaan PDKB
(ii) Koordinasi dengan UPT terkait mengenai penyediaan material,
pengawas RCB, helper.
(b) Komunikasi Tim
Komunikasi dengan pelaksana PDKB hanya difokuskan pada lingkup :
(i) Keselamatan kerja.
(ii) Langkah/urutan kerja.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 18 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

BAB III
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PDKB TT/TET

3.1. Jarak Aman Minimum


Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan
peralatan dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana
PDKB harus tetap menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak
melanggar jarak aman minimum dan jarak minimum peralatan seperti ditetapkan
pada tabel 1, dari bagian yang bertegangan.

JARAK AMAN MINIMUM DAN JARAK PERALATAN BERISOLASI


Tegangan Fasa ke Bumi Fasa ke Fasa
70 kV 900 mm 1200 mm

150 kV 1200 mm 1500 mm

500 Kv 3400 mm 5500 mm


Tabel 1

3.2. Pemeriksaan Visual


Sebelum penggantian isolator dilaksanakan, pemeriksaan visual harus dilakukan
pada isolator tersebut untuk mengetahui :
(a) Isolator yang cacat.
(b) Ada bekas lompatan api pada piring isolator.
(c) Suara berdengung pada tingkatan yang tidak wajar pada isolator.
Catatan : Pada saat pemeriksaan visual isolator, aksesoris string isolator
harus diperhatikan bila terdapat karat yang berlebihan dan
ukuran yang tidak sesuai dengan peralatan kerja PDKB.

3.3. Pengetesan isolator


(a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, semua piring isolator pada string
yang akan dikerjakan (kaca yang dikuatkan dan porselin) harus dilakukan
pengetesan terlebih dahulu yang hasilnya dicatat dan dibuat grafik.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 19 dari 131


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA
BALI
Cinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE


PDKB

(b) Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak
secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak.
(c) Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan :
(i) Jangan harapkan pembacaan nol untuk mengindikasikan bahwa
isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah
isolator tidak akan short secara sempurna dan tegangan masih
melewatinya;
(ii) Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah
bentuk karakteristick kurva normal isolator lain dalam satu string;
(iii) Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan
meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut.
(iv) Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran
dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk
melihat deviasi bentuk kurva.

Gambar grafik isolator normal

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 20 dari 131

Anda mungkin juga menyukai