BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman
minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini
untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik.
Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun 1837.
Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
potensial dalam sebuah konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada pengisian
listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam sangkar
logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan
menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan
potensial maka tidak ada arus yang mengalir.
Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran
bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait
dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang
diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.
Perkembangan PDKB
Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB
telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.
Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun
1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan
mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.
Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah
dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan sebuah klem
dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan.
Penggunaannya memerlukan hot stick untuk tujuan isolasi dan disarankan
menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti
grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji,
comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan
tertentu.
Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai
memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem.
Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat
pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan
aksesoris stick.
Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada
330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu
berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan
stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan
ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick isolasi
dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran bertegangan;
tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.
Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ” off-
line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “ on line” karena
belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan
pemeliharaan bertegangan.
Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki
Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh
Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya
sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu
tidaknya tim PDKB di PLN.
Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna
pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat
diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing
terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka
yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi
kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang sedikit berbeda
dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.
Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga
telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian
pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke
sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut
akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni
sebanyak 36 personil SDM baru.
Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10
orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar
yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana
(linesman) PDKB.
BAB II
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PDKB TT /TET
2.1. Umum
Syarat umum untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) TT/TET harus
berdasarkan :
(a) Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah DISAHKAN, serta peralatan utama*)
yang telah BERSERTIFIKAT dan LULUS UJI oleh Lembaga
SertifikasiIndependen.
(b) Penerima Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B) dan
Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B) bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan PDKB, meliputi : Prosedur, Instruksi Kerja,
Peralatan, dan Material yang digunakan.
(c) Pelaksanaan PDKB TT/TET adalah pengembangan dari pekerjaan off line.
(d) PDKB tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang tidak terencana.
(e) Pengawas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pelaksana, peralatan,
dan pelaksanaan pekerjaan.
(f) Keselamatan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing.
(g) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak diperbolehkan ada dua kegiatan yang
dapat saling mempengaruhi pergerakan konduktor/tower bila terjadi
kegagalan peralatan atau material.
(h) Semua peralatan harus lulus uji setiap 6 bulan sekali.
(i) Semua pelaksana personil PDKB harus diperiksakan kesehatannya menjalani
pemeriksaan kesehatan (general check up) setiap satu tahun sekali.
*) Peralatan utama adalah semua peralatan yang berhubungan langsung secara
elektrik dan atau mekanik dalam suatu pekerjaan.
2.2. Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET
Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan
(AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan
selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP.
Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV dengan
memperhatikan jarak aman minimum.
(misal: ladder, platform, dll.) agar tidak melanggar jarak aman minimum
yang ditentukan. (melampaui batas aman (sesuai TTabel 1, hal. 17)30)..
(b) Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup,
sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi.
(c) Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan
pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat
menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan
kerusakan peralatan hot stick.
(d) Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada
permukaan peralatan hot stick, sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan.
(e) Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced
Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass .
(f) Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan
elektrik dan mekanik yang sesuai standar.
(g) SSemua hot stick yang terbuat dari FRP harus diuji setiap 6 bulan di
Lembaga sertifikasi Independen dan hasilnya tercatat dan dibukukan.
(h) Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah
digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain:
(i) Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkKontaminasi polutan pada
hot stick dan tangga isolasi dapat menyebabkan penurunan daya
isolasi peralatan.
(ii) Cacat pada permukaan peralatan hot stick.
(iii) akibat Ppenyimpanan dan penggunaan yang tidak tepat.
(iv) Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaan
hot stick yang diakibatkan beban elektrik yang berlebihan.
(v) Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin pada
bagian logam hot stick yang disebabkan pembebanan mekanik yang
berlebihan.
Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand
selama metode tersebut bisa saling melengkapi.
2.4.1.Pengawas Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a) Bersertifikat Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
metode yang akan dilakukan.sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET.
(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang akan
dilakukan.
(c) Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar
pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien.
(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan
ditunjuk oleh manajemen.
(b) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Prosedur dan Instruksi
Kerja yang telah disahkan (tidak ada inovasi).
(c) Mematuhi etika berkomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan.
(d) Jam kerja peralatan dan jam terbang pelaksana harus dicatat dan
dibukukan.
(e) Pelaksana harus dirotasi secara teratur ke seluruh posisi kerja.
(f) Dokumen yang harus tersedia di lapangan :
(i) Prosedur dan Instruksi kerja.
(ii) Formulir – formulir kerja, antara lain : SP3B, SP2B, TTSP, RCB.
(iii) Data dan grafik hasil pengetesan isolator.
2.4.2.Pengawas K3
Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
(a) Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET.
(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan
dilakukan.
(c) Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar
pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat.
(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan
ditunjuk oleh manajemen
2.4.3.Tailgate Session
Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada
semua pelaksana, meliputi :
(a) Siapakah Pengawas K3.
(ii) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai
kebutuhan.
(c) Cacat pada stick
(i) Stick terbentur/jatuh pada saat transportasi peralatan menuju lokasi
pekerjaan.
(ii) Pada waktu pengetesan menggunakan hot stick tester dilakukan
dengan menggeser.
(iii) Stick terbentur/jatuh pada saat tranportasi ke atas tower.
(d) Flash over pada saat pekerjaan
(i) Tidak terpasang batas aman peralatan ( Live Line Tool Insulation
Distance/LLTID).;
(ii) Adanya kegagalan isolasi.
(e) Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “ fall
area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan
kemungkinan jatuh.
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PDKB TT/TET
(b) Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak
secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak.
(c) Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan :
(i) Jangan harapkan pembacaan nol untuk mengindikasikan bahwa
isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah
isolator tidak akan short secara sempurna dan tegangan masih
melewatinya;
(ii) Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah
bentuk karakteristick kurva normal isolator lain dalam satu string;
(iii) Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan
meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut.
(iv) Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran
dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk
melihat deviasi bentuk kurva.