Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN SALURAN UDARA TRANSMISI LISTRIK

Nama kelompok :

1. Dodik Septian
2. Dwi Mega Martasari
3. Elok Setyo Wilujeng
4. Gege Desembri
5. Gempur Riadis Sholikhin

Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke distribusi listrik.


Standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasikan sebagai tegangan ekstra
tinggi (TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi (TT) dengan nominal 70 kV
dan 150 kV. Tujuan tegangan dinaikan agar dapat meminimalisir rugi-rugi daya dan drop
tegangan, karena penyaluran pasti melalui jalur yang panjang, semakin panjang jalur maka
akan semakin berpengaruh pada rugi daya jika tegangan tidak dinaikan.

Kontruksi transmisi terdiri dari dua yaitu Saluran Udara dan Saluran Kabel yang terdiri
dari,

1. Saluran Udara (Overhead Lines) Tegangan Tinggi (SUTT) / Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET)
2. Saluran Kabel Tanah (Underground Line) Tegangan Tinggi (SKTT)
3. Saluran Kabel Laut (Submarine Line) Tegangan Tinggi (SKLTT)
DIAGRAM DASAR DARI SISTEM TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

tower transmisi saluran udara

transmisi saluran tanam(bawah tanah)


Saluran Kabel Bawah Laut

Biasanya Penentuan pemilihan kontruksi ini apakah di udara atau ditanam di bawah
tanah disesuaikan dengan lokasi saluran tersebut jika di tengah kota agar tidak memakan lahan
banyak dan sesuai unsur estetika juga maka dipilih saluran kabel bawah tanah, namun hal itu
terdapat kekurangan dan kelebihan antara kontruksi-kontruksi tersebut, seperti kontruksi
bawah tanah jika terjadi gangguan pasti lebih rumit dalam penanganannya dibanding kontruksi
saluran udara, selain itu jika dibawah tanah konduktor untuk penyaluran harus berisolasi karena
menyentuh tanah dibawah laut pun begitu karena menyentuh air laut, sehingga membutuhkan
biaya yang lebih mahal, namun saluran bawah tanah tidak akan terpengaruh oleh perubahan
cuaca yang biasanya banyak dikeluhkan oleh kontruksi saluran udara.

Patut diperhatikan bahwa konduktor atau penghantar pada saluran udara tidak berisolasi
sehingga berbahaya jika dipegang langsung dalam keadaan bertegangan, karena konduktor
tidak berisolasi maka kita akan SALAH jika menyebut konduktor pada tower listrik saluran
udara yang banyak kita lihat dengan nama KABEL, karena kabel adalah konduktor yang
berisolasi, dan itulah mengapa saluran bawah tanah atau bawah laut disebut saluran kabel
karena konduktornya berisolasi.

Pada transmisi saluran udara terdapat beberapa komponen pendukung yang penting
yaitu :

Konduktor : yaitu sebagai media penyaluran listrik, ada beberapa jenis konduktor yaitu
yang berbahan tembaga dan allumunium, namun karena tembaga lebih mahal maka
dipilihlah konduktor bahan alumunium. Konduktor alumunium ada banyak jenisnya
diantaranya adalah :
1. AAC (All Allumunium Conductor) yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari alumunium,
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran allumunium,
3. ACSR (Allumunium Conductor Steel Reinforced) yaitu kawat penghantar alumunium
berinti kawat baja,
4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang di perkuat dengan logam campuran.

Konduktor yang biasa digunakan adalah ACSR karena konduktornya alumunium yang
baik dalam menghantarkan listrik (konduktivitas tinggi), namun alumunium rapuh secara
mekanik maka dari itu diperkuat oleh baja pada intinya agar kuat mekanik fisik konduktornya.
Karena suatu konduktor perlu memiliki sifat konduktivitas tinggi, kekuatan tarik mekanikal
tinggi, ringan, murah, dan tidak mudah patah. Penggunaan ACSR ini juga karena adanya
pengaruh skin effect pada saluran transmisi AC dimana arus listrik cenderung mengalir di
permukaan konduktor, maka dari itu pemakaian konduktor ACSR dengan allumunium yang
mempunyai konduktivitas tinggi berada dipermukaan konduktor menjadi efisien bagi
penyaluran listrik.

Karena besarnya tegangan yang dialirkan pada transmisi saluran udara biasanya untuk
tegangan 500 kV (SUTET) satu fasa memiliki 4 kawat konduktor yang disatukan, untuk
tegangan 150 kV (SUTT) satu fasa menggunakan dua kawat konduktor. Tetapi ada di beberapa
lokasi yang untuk 500 kV menggunakan dua kawat konduktor dan 150 kV menggunakan satu
kawat konduktor, tapi tentu konduktor nya lebih besar. Untuk tegangan dibawah itu satu fasa
hanya memakai satu kawat konduktor. Memperbanyak konduktor pada fasa juga
dikarenakan skin effect, karena semakin banyak konduktor maka akan banyak permukaannya
yang dapat dialiri listrik. Materi tentang skin effect bisa kalian cari di mbah gugel karena
banyak sekali yang membahas hal itu.
Tower / Tiang Penyangga : Ini adalah komponen inti yang berfungsi untuk
menyangga fisik konduktor, menurut bentuk kontruksi ada 4 macam jenis tower yaitu

1. Lattice tower
2. Tubular steel pole
3. Concrete pole
4. Wooden pole

Gambar Isolator

Isolator : yang berfungsi sebagai isolasi untuk penahan konduktor terhadap tower atau
tiang agar tidak terjadi gangguan tanah karena tower bersentuhan dengan tanah. Isolator
bisanya dibuat dari bahan porselin, bahan gelas ataupun bahan isolasi sintetik. Bahan isolator
harus memiki resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan
yang secukupnya (sesuai standar) untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan
tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan
apapun dan beban konduktor. Isolator pada transmisi bisanya menggunakan jenis gantung yang
dapat ditambah dengan digandeng kebawah, jenis pasak biasanya digunakan pada distribusi.
Tipe isolatornya isolator tumpu dan penegang atau asphan. Banyak juga tipe isolator lainnya.
Kawat Tanah : Kawat tanah atau Kawat Grounding biasa disebut dengan GSW
(Ground Steel Wiring) karena terbuat dari bahan steel atau baja. Terletak paling atas
suatu tower atau tiang transmisi, yang berfungsi sebagai penangkap petir agar tidak
terkena kawat konduktor dan langsung di tanahkan atau di groundkan untuk
memproteksi peralatan dari kerusakan akibat petir.

# Gardu Induk

Pada transmisi selain penyaluran juga terdapat Gardu Induk atau sub-stasion yang
berfungsi sebagai pentransformasi tegangan listrik, gardu induk ini bisa dianalogikan seperti
terminal penyaluran listrik. Pada gardu induk ini banyak sekali fungsi listrik yang berjalan
diantaranya sebagai sarana interkoneksi transmisi listrik. Interkoneksi ini adalah suatu sistem
demi menjadikan kehandalan penyaluran listrik. Berfungsi sebagai perbaikan tegangan, karena
saluran transmisi yang panjang pada gardu induk bisa dilakukan perbaikan tegangan akibat
drop tegangan karena panjang saluran. Selain itu di gardu induk berfungsi juga sebagai penurun
tegangan dari tegangan transmisi tinggi ke tegangan transmisi yang lebih rendah untuk
menyalurkan listrik ke gardu induk lain dengan jalur yang lebih pendek, dan juga sebagai
penurunan tegangan ke tegangan distribusi untuk disalurkan ke saluran distribusi sebagaimana
tujuan transmisi.

Pada Gardu Induk banyak sekali peralatan listrik khususnya pada area switchyard. Ada
transformer, PMT, PMS, lighting arrester, kubikel, peralatan proteksi seperti relai-relai, ruang
DC, cell 20 kV dan lain-lain yang akan di bahas di artikel selanjutnya khusus mengenai Gardu
Induk. Selain itu ada Pengaturan Beban yang berfungsi untuk mengatur pembagian atau
pemakaian beban agar disesuaikan dengan sistem pembangkitan.

# PLN yang Menangani Transmisi

Unit PLN yang melayani Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban untuk interkoneksi
Sumatera adalah PLN Pelayanan dan Pusat Pengaturan Beban Sumatera (P3BS) yang berkantor
di Pekanbaru, Riau. Sedangkan untuk Interkoneksi Jawa-Bali awalnya di bidangi oleh PLN
Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P3B JB) yang berkantor di Gandul, Jakarta,
namun pada akhir 2015 unit P3B JB ini dipecah menjadi 3 unit penyaluran dan 1 unit
pengaturan beban. Untuk unit penyaluran yaitu,
1. PLN Transmisi Jawa Bagian Barat (TJBB), yang menangani penyaluran di Banten dan
Jakarta bertempat di Cawang, Jakarta
2. PLN Transmisi Jawa Bagian Tengah (TJBT), yang menangani penyaluran di Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta bertempat di Bandung, Jawa Barat
3. PLN Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (TJBTB), yang menangani penyaluran di
Jawa Timur dan Bali bertempat di Sidoarjo, Jawa Timur

Untuk Pengaturan Beban Jawa Bali ada PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P2B
JB), yang berfungsi mengatur beban Jawa Bali, berpusat di Gandul, Jakarta yang biasa disebut
Jawa Bali Control Center (JCC), mempunyai 5 Area Pengatur Beban (APB) yaitu,

1. PLN Area Pengaturan Beban Jakarta dan Banten, berkedudukan di Cawang, Jakarta
(Region Control Center / RCC Cawang)
2. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Barat, berkedudukan di Bandung (Region Control
Center / RCC Cigereleng)
3. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Tengah dan DIY, berkedudukan di Semarang
(Region Control Center / RCC Ungaran)
4. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Timur, berkedudukan di Sidoarjo (Region Control
Center / RCC Waru)
5. PLN Area Pengaturan Beban Bali, berkedudukan di Denpasar (Region Control Center
/ RCC Bali)

Kali ini yang akan kami bahas adalah gangguan yang terjadi pada saluran udara
tegangan tinggi(SUTT).Gangguan pada jaringan listrik sering disebut gangguan listrik
seringkali terjadi dan tidak terdeteksi secara kasat mata. Permasalahan jalur tenaga listrik
tersebut diantaranya banyak gangguan seperti fluktuasi tegangan atau bahkan terputusnya
tenaga listrik. Langkah penanganannya tidaklah mudah berikut uraian permasalahan dan
solusinya.

Sebenarnya gangguan listrik itu dikategorikan dalam 5 golongan yaitu :

1. Total loss of line, gangguan ini terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan ini
biasanya terjadi karena putusnya jalur pada transmisi listrik baik tegangan tinggi,
menengah, maupun rendah. Gangguan ini menyebabkan peralatan listrik tidak mendapat
suplay tegangan listrik dan mata manusia dapat melihat gangguan ini. Gangguan semacam
ini mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik.
2. Gangguan beban lebih (Overload), gangguan lebih adalah pelayanan kepada pelanggan
listrik yang melebihi kemampuan sistem tenaga listrik yang ada, misal : traffo distribusi
dengan kapasitas daya terpasang 100 kVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari
kapasitasnya akan menyebabkan trafo bekerja pada kondisi abnormal. Beban lebih akan
menyebabkan arus yang mengalir pada jaringan listrik menjadi besar, selanjutnya
menimbulkan panas yang berlebihan yang akhirnya menyebabkan umur hidup (Lifetime)
peralatan dan material pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses
penuaan dan kerusakan.
3. Gangguan hubungan singkat pada jaringan listrik dapat terjadi pada antara fasa dengan fasa
, antara fasa dengan pentanahan (ground). Timbulnya gangguan bersifat temporer
(permanen), gangguan tersebut dapat terjadi karena beberapa penyebab antara lain,
terjadinya angin kencang sehingga menimbulkan gesekan pohon dengan jaringan listrik.
Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misalnya JTR yang memakai twisted
cable dengan mutu yang kurang baik, isolator tiang jaringan yang mulai usang atau kotor,
pemasangan jaringan yang kurang baik, pemasangan konektor JTR yang memakai TC,
apabila pemasangannya kurang baik akan menyebabkan timbulnya bunga api dan
menyebabkan kerusakan pada jaringan yang lainnya dan akan terjadi hubungan singkat.
4. Faktor alam, contohnya adanya sambaran petir, karena terkena galian (kabel tanah), umur
jaringan yang sudah tua sehingga menyebabkan pengelupasan isolasi dan menyebabkan
hubung singkat.
5. Faktor kurangnya kesadaran manusia yang tinggal disekitar yang kurang memahami
bagaimana bahayanya saluran transmisi ini, sehingga mereka masih bermain layang-layang
dan lain-lain.
Dari semua faktor yang menyebabkan gangguan jaringan transmisi listrik tersebut
terdapat beberapa solusi yang mungkin dapat memperkecil kemungkinan terjadi gangguan-
gangguan tersebut , seperti
1. Menggunakan peralatan dan memasang jaringan listrik dengan cara yang baik
dan bersetandar sesuai dengan ketentuan puil 200(persyaratan umum instalasi
listrik). Sehingga resiko terjadi akibat dari malfungsi peralatan akan berkurang.
2. Karena kabel saluran udara jaringan transmisi berada diluar ruangan yang
memungkinkan penghantar dan isolator serta tiang terkena dampak dari
berbagai gejala alam seperti hujan, angin kencang, petir, debu, dll yang
memungkinkan dapat menurunkan performa kerja dari alat-alat tersebut maka
akan sangat baik jika dilakukan perawatan yang rutin kepada alat-aalat tersebut.
3. Selain itu juga penting untuk menjauhkan barang-barang yang berpotensi untuk
mengganggu kerja dari peralatan tersebut, seperti memberi peringatan bahaya
pada tiang sutet agar para warga dapat mengetahui bahaya yang ada
disekitarnya. Jadi dia akan lebih berhati-hati jika berada pada sekitar lingkungan
sutet tersebut.
4. Selain itu juga memberikan penyuluhan tentang bahaya apa yang terjadi apabila
terjadi gangguan pada jaringan dan bahaya apabila terkena imbas dari gangguan
tersebut. Karena sebagian besar gangguan yang terjadi disebabkan karena
kelalaian dan kecurangan dari para warga sekitar.

Anda mungkin juga menyukai