Anda di halaman 1dari 27

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

BAB II
PEMBUMIAN NETRAL SISTEM
PADA DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

II.1. PENDAHULUAN
Pembumian netral sistem pada distribusi tegangan menengah, adalah
hubungan secara elektris antara transformator tenaga atau generator yang
mempunyai hubungan belitan Wye (Y) dengan tanah, yang digunakan untuk
memperkecil besarnya arus gangguan satu fasa ketanah dan kenaikan
tegangan, saat salah satu fasa terhubung tanah.
Pada bab ini membahas tentang macam-macam Pembumian netral sistem
yang terpasang pada sistem distribusi Tegangan Menengah. Tujuannya agar
para peminat atau mahasiswa dapat mengetahui perlunya pembumian yang
terpasang pada transformator tenaga atau generator.

II.2. PEMBUMIAN NETRAL PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH


Pembumian ini adalah pembumian yang terpasang pada sistem tenaga listrik
di transformator tenaga.
Guna dari pembumian netral sistem 3 Fasa untuk :
• Pengaman Sistem dari gangguan tanah
• Pengaman Isolasi Peralatan Instalasi akibat tegangan lebih sewaktu
gangguan fasa-tanah
Sistem pembumian yang ada di Indonesia mempergunakan pembumian
efektif (solidly grounded), tahanan (resistans), reaktansi (peterson coil) dan
tanpa pembumian.
Pengaturan pemakaian sistem pembumian, didasarkan pada besarnya
sumber (daya) dan pemakaian jaringan distribusi primer 20 kV. Namun
khusus untuk PLTD yang mempunyai dua atau lebih unit pembangkit
pengaturan pembumiannya dapat dilakukan secara paralel, Nilai pem-
bumiannya didasarkan pada besarnya daya unit pembangkit yang diparalel.
Jadi pemilihan pembumian pada sistem tegangan menengah dengan mem-
perhitungkan:
• Jumlah frekwensi gangguan tanah.
• Kemampuan mesin memasok arus gangguan tanah
• Kemampuan isolasi peralatan terhadap tegangan lebih
• Kedip tegangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
• Kecepatan penyelesaian gangguan tanah
• Besar/luasnya jaringan distribusi.

II.2.1. PEMBUMIAN NETRAL LANGSUNG (SOLIDLY GROUNDED)


Netral Sistem dibentuk oleh Transformator tenaga 3 Fasa dengan
hubungan Y yang memasok Jaringan Distribusi, dimana Titik Netral
Transformator tenaga sekundernya mempunyai hubungan Wye (Y). Di
hubungkan langsung secara elektris ketanah, seperti terlihat pada
gambar II.1.

Transformator Tenaga

Netral ditanahkan langsung

Gambar II.1: Pembumian Netral langsung yang terpasang pada Transformator


Tenaga

Tahanan tanah harus rendah 0,5 – 3 ohm. Sistem kelistrikannya, dapat


mempergunakan sistem 3 fasa 3 kawat atau 3 fasa 4 kawat. Jika
mempergunakan sistem 3 fasa 4 kawat, penghantar netral di jaringan
dapat di bumikan seperti terlihat pada gambar II.2, dimana Pembumian
di penghantar netral, digunakan untuk memperoleh tahanan pembumian
sekecil mungkin.

Sekunder
transformator
tenaga

CT

Gambar II.2 : Pembumian netral langsung dimana sistem 3 fasa 4 kawat


dengan netral jaringan di ketanahkan dan Pemasangan CT
pada resistans Pembumian efektif.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Dan untuk mencapai sensitifnya Relai gangguan tanah dengan Current
Transformer (CT) dapat digunakan, baik disisi fasa maupun di Netral
Transformator tenaga (bila diperlukan).
Kalau pada generator mempergunakan Pembumian langsung, bila ter-
jadi gangguan 1 fasa ketanah tidak membebani poros generator karena
yang dominan komponen reaktifnya (VAR) dan Relai ganguan tanah
bekerja pasti dan cepat.
Saat terjadi gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah seperti terlihat
pada gambar II.4, bahwa :
• Tegangan tiap fasa- tanah kuat dipegang terhadap tanah, tidak geser
(tegangan fasa sehat tidak naik)
• Tegangan sentuhnya berbahaya bagi manusia
• Besarnya Arus gangguan fasa - tanah, tergantung lokasi gangguan,
bila gangguan dekat dengan bus besarnya arus gangguan bisa > arus
gangguan 3 fasa.

XT ZL

IG

Gambar II.4: Arus gangguan 1 fasa ketanah di jaringan distribusi

Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan Reaktansi


Transformator tenaga (XT) dan Impedansi jaringan (ZL), Arus gangguan
tanah dapat dipergunakan untuk penyetelan Relai Arus Lebih gangguan
tanah.
Pembebanan transformator tenaga yang mempergunakan Pembumian
netral langsung :
• khusus untuk sistem 3 fasa 4 kawat, bisa dibebani single phase yang
mempergunakan transformator distribusi 1 fasa dan akibat
pembebanan tidak seimbang penghantar netral pada sistem
distribusi dialiri arus beban, yang dapat menambah kerugian (losses)
di jaringan.
• Bisa dibebani three phase yang mempergunakan Transformator
distribusi 3 fasa.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

• Untuk pengukuran beban, dapat mempergunakan kWhmeter 3 fasa


3 kawat.

Catatan: Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada bab II.4.4.

II.2.2. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN (RESISTANS)


Pembumian Netral Sistem dibentuk oleh Transformator tenaga 3 Fasa
dengan Hubungan Y yang memasok Jaringan Distribusi, dimana Titik
Netral Transformator tenaga di hubungkan melalui tahanan secara
Elektris ketanah seperti terlihat pada gambar II.4.

Transformator Tenaga

Netral ditanahkan Melalui Tahanan

Tahanan

Gambar II.4: Pembumian netral melalui tahanan yang terpasang pada


transformator tenaga.

Gunanya: untuk membatasi besar arus gangguan tanah ± sama


dengan arus nominal (In), tetapi Relai gangguan tanah
masih kerja baik.
Tahanan pembumian, dapat mempergunakan tahanan 12 ohm, 40 ohm
atau 500 ohm.
1. Pembumian melalui resistans tinggi (500 ohm) yang dipasang pada
transformator tenaga sisi sekunder hubungan Wye (Y), baik kalau
dipasang pada PLTD yang mempunyai daya < 10 MW atau digardu
Induk dengan daya transformator tenaga > 30 MVA. Dengan sistem
distribusi 3 fasa 3 kawat.
2. Pembumian melalui resistans rendah (40 ohm untuk penghantar
udara atau 12 Ohm untuk kabel tanah) yang dipasang pada
transformator tenaga di Gardu Induk hubungan Y (sisi sekunder)
untuk sistem 3 fasa 3 kawat.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Penggunaan Pembumian melalui tahanan saat kondisi normal (tidak ada


gangguan) tegangan fasa- tanah, masih dapat terjaga seimbang, tetapi
pada saat terjadi gangguan 1 fasa ketanah akan terjadi:
• Tegangan Netral-tanah, naik sebesar √3.
• kelas Isolasi peralatan masuk kategori full.
• Tegangan sentuh tidak bahaya dibandingkan dengan Pembumian
langsung.
• Kalau jaringan dipasok dari generator (dekat) maka arus gangguan ini
akan membebani poros generator, sehingga generator tidak seimbang
(unbalance).
• Relai gangguan tanah masih pasti bekerja dengan baik dan cepat.

Pembebanan transformator tenaga yang mempergunakan Pembumian


netral melalui tahanan:
• Tidak dapat dibebani dengan sistem single phase.
• Pembebanan harus three phase (Transformator 3 fasa).
• Jika beban tidak seimbang di sistem tegangan Rendah, akan
menimbulkan pada sistem Tegangan Menengah melalui transformator
distribusi 3 fasa dapat dialiri arus urutan negatif (negative sequence).
• Untuk pengukuran beban, dapat mempergunakan kWhmeter 3 fasa 3
kawat atau 3 fasa 4 kawat.

Sistem Pembumian dengan resistans 40 ohm.


20 kV
150 kV

R JaringanTegangan Menengah 20 kV
NGR = 40 ohm

NGR = 40 ohm

Gambar II.5: Pembumian di gardu Induk mempergunakan tahanan 40


ohm (dipasang tiap transformator tenaga)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Sistem Pembumian mempergunakan tahanan (Neutral Grounding
Resistens) 40 ohm, seperti terlihat pada gambar II.5 dan gambar II.6,
dimana penyulang keluar mempergunakan kawat udara dengan sistem 3
fasa 3 kawat. NGR ini dipergunakan pada sistem dengan pasokan dari
Gardu Induk, yang pasokannya mempunyai kapasitas besar (30 – 60
MVA).
Pemilihan tahanan 40 ohm, berdasarkan pada besarnya arus yang
melewati tahanan pada saat terjadi gangguan 1 fasa- tanah, (dengan
mempergunakan Hukum Ohm), sebagai berikut:
E ph
I= Amp
R NGR
Misal tegangan dari gardu Induk = 20.000 volt (fasa-fasa) dan R = 40
ohm, maka:
20.000 / 3
I= = 288,68 Amp
40
Dengan arus sebesar 288,68 Amp, sebaiknya pembumian ini
dipergunakan untuk penyulang keluar, mempergunakan Saluran Udara
Tegangan Menengah (penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di bab II.4).

Neutral Grounding
Resistance (NGR) 40
Ohm yang terpasang di
Gardu Induk

Transformator daya 30 MVA


di Gardu Induk

Gambar II.6: Transformator daya dan NGR 40 ohm di GI


Nusa Dua Bali

Sistem Pembumian mempergunakan resistans 12 ohm.


SistemPembumian resistans 12 ohm, seperti terlihat pada gambar II.7,
sebaiknya dipergunakan pada sistem dengan pasokan dari Gardu Induk
yang mempunyai kapasitas besar (30 – 60 MVA) , dimana penyulang
keluar mempergunakan kabel tanah, dengan sistem 3 fasa 3 kawat.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
20 kV
150 kV

R JaringanTegangan Menengah 20 kV
NGR = 12 Ohm

NGR = 12 Ohm

Gambar II.7: Pembumian di gardu Induk mempergunakan tahanan 12


ohm pada 2 atau 3 buah transformator tenaga

Pemilihan tahanan 12 Ohm, berdasarkan pada besarnya arus yang


melewati tahanan pada saat terjadi gangguan 1 fasa tanah (dengan
mempergunakan Hukum Ohm), sebagai berikut:
Misal:
Tegangan dari gardu Induk = 20.000 volt (fasa-fasa) dan NGR = 12
Ohm,
E ph
I= Amp
R NGR
20.000 / 3
I= = 962,25 Amp
12
20.000 / 3
I= = 962,25 Amp
12
Maka dengan arus sebesar 962,25 Amp, sebaiknya dipergunakan untuk
penghantar kabel tanah, karena saat terjadi gangguan 1 fasa ketanah
arus ini dapat menahan arus kapasitif yang timbul (lihat penjelasan
dibawah pada bab II.4.2).

Sistem Pembumian melalui resistans tinggi (500 ohm).


20 kV
150 kV
JaringanTegangan Menengah 20 kV

R R

NGR = 500 Ohm

Gambar II.8: Pembumian di gardu Induk mempergunakan tahanan 500 ohm


pada satu buah transformator tenaga
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Pemilihan tahanan 500 ohm berdasarkan pada besarnya arus yang


melewati tahanan pada saat terjadi gangguan 1 fasa tanah (dengan
mempergunakan Hukum Ohm), sebagai berikut:
Misal:
tegangan dari gardu Induk = 20.000 volt (fasa-fasa) dan NGR = 500
ohm, maka:

20.000 / 3
I= = 23 Amp
500
Dengan arus sebesar 23 Amp, tidak merusak jaringan distribusi baik
mempergunakan kabel tanah atau jaringan udara.
Untuk NGR = 500 Ohm arus ( I ) = 28 A – 30 A, 10 detik, hal ini
menunjukan kalau arus melewati NGR sebesar 28 A selama 10 detik
maka NGR tersebut akan rusak.

NGR 500 Ohm dengan 1 PLTD

6,3/20 kV
JaringanTegangan Menengah 20 kV

R R

NGR = 500 Ohm

Gambar II.9: Sistem Pembumian dengan resitans yang di pasok dari satu PLTD

Dari penjelasan diatas dan seperti terlihat pada gambar II.9, bahwa
pemakaian NGR 500 ohm baik untuk PLTD yang mempunyai
kapasitas < 10 MW.
Misal: Kapasitas generator di PLTD= 3 MW, saat terjadi gangguan 1
fasa ketanah generator ini memperoleh tambahan daya sebesar:
Vph2
P= watt
R

diperoleh

(20000/ 3 ) 2
P= = 0,266 MW
500

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Generator ini memperoleh tambahan daya 0,266 MW, hal ini tidak
merusak generator, karena tambahan daya masih relatif kecil.

NGR 500 Ohm Dipasok dari beberapa PLTD.

Rel pengumpul
Netral dengan
kotak

500 Ω
Unit tahanan
pembumian
dengan kotak
Trafo Arus
dengan/tanpa
kotak
Gambar II.10: Sistem Pembumian dengan resitans yang di pasok dari beberapa
buah PLTD pada satu lokasi

SUMBER A

SUMBER B

500 Ω 500 Ω

Gambar II.11: Sistem Pembumian dengan resitans yang di pasok dari


beberapa buah PLTD yang lokasi lokasi berbeda
dihubungkan paralel

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Switch
ke NGR

NGR 500
Ohm

Gambar II.12: NGR 500 ohm Gambar II.13: Tahanan NGR 500 ohm
Terpasang di PLTD
Mautapaga Ende

Pemasangan NGR 500 ohm yang terpasang di transformator tenaga


dengan pasokan dari beberapa PLTD seperti terlihat pada gambar II.10
dan gambar II.11, dipasang 1 buah NGR dan dihubungkan ke
beberapa transformator tenaga mempergunakan rel/kotak penghu-
bung yang dilengkapi switch (sakelar tuas), hal ini digunakan untuk
mengamankan manusia, jika salah satu transformator tenaga atau
generator di pelihara / overhaul.
Jika kondisi operasi untuk sistem paralel seperti terlihat gambar II.11
posisi sakelar harus posisi masuk (on), hal ini penting kalau terjadi
gangguan 1 fasa ketanah disalah satu penyulang sumbangan arus 3Io
dari generator masih dapat terekam oleh GFR yang terpasang di
penyulang masuk (incoming feeder).
(Catatan: penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada sub bab II.4)

Contoh: Terbakarnya NGR saat gangguan 1 fasa tanah.


Sesuai nameplate NGR = 40 ohm arus (I) = 300 A, 10 detik, hal ini
menunjukan kalau arus melewati NGR sebesar 300 A selama 10 detik,
NGR tersebut akan rusak (terbakar).
Persamaan menentukan panas pada peralatan:
K = konstanta = I2t (Amp2 detik)
Dengan persamaan diatas diperoleh untuk NGR 40 Ohm

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
2 2
K = 300 x 10 (Amp detik)
= 900.000 (Amp2 detik)
Penjelasan diatas berhubungan dengan setting Ground Fault Relay
(GFR) dan arus gangguan 1 fasa ketanah.
Misal: Setting GFR Io> = 50 Amp, waktu setting (t) = 0.3 detik, jika
terjadi gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah = 25 Amp, maka
perhitungan kerusakan peralatan sebagai berikut:
I2t = 252 x t = 900.000
900.000
t= = 1440 detik.
252
Karena arus setting lebih kecil dari arus gangguan (25 A < 50 A), Relai
gangguan tanah (Ground Fault Relay) tidak trip, sehingga PMT tidak
bekerja, dan NGR tersebut akan rusak (terbakar) dengan waktu (t) =
1440 detik = 24 menit.

II.3. PEMBUMIAN PADA GENERATOR


II.3.1. Pembumian pada sistem generator dan transformator
Pembumian pada sistem generator-transformator mempergunakan
impedansi tinggi (high impedance grounded), dengan maksud untuk
mengamankan generator bila terjadi gangguan 1 fasa ketanah di
generator, dimana arus gangguan 1 fasa ketanah dibatasi tidak lebih dari
10 A. sistem pembumian semacam ini banyak dipergunakan pada unit-
unit pembangkit yang mempunyai daya besar (> 25 MW).
Penjelasan tentang pembumiannya, sebagai berikut(27):
Sistem generator

a)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

b)

R2 T
CT

RY SISTEM TRANSFORMATOR
SISTEM GENERATOR

Gambar II.16: Pembumian pada sistem generator-transformator

Keterangan gambar:
R2 = Tahanan pembumian
T = Trafo pembumian
CT = Current transformer
Ry = Relai gangguan tanah (51N)

Dari gambar II.16a terlihat bahwa:


• Generator dan transformator sisi primer (hubungan delta) masing-
masing merupakan satu sistem tersendiri.
• Tidak ada hubungan konduktif antara sistem generator yang satu
dengan sistem generator lainnya, serta antara sistem generator
dengan sistem transmisinya.
Dari gambar II.16b terlihat bahwa:
Tahanan R2, diletakkan pada sisi sekunder (tegangan rendah) dari trafo
pembumian (T), dimana T dihubungkan dengan netral generator dari
belitan stator.
Bila R2 (tahanan pembumian) sisi tegangan rendah dilihat dari generator
(sisi primer), sebagai berikut:
R1 = k2.R2 (II.2)
Dimana:
k = ratio trafo pembumian
R1 = tahanan pembumian dilihat dari sisi primer

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Sebagai pengamanan gangguan tanah di generator, biasanya dipasang
relai arus lebih (51 N), yang dipasang pada sisi sekunder dari trafo
pembumian melalui Current Transformer.
Gangguan 1 fasa ketanah bisa terjadi di belitan generator, di terminal
atau bagian belitan didekat netral. Bila gangguan 1 fasa ketanah dekat
ke titik netral arus gangguannya semakin kecil, arus gangguan fasa
ketanah dapat diperhitungkan sebagai berikut:
m.Vph
If1fasa = Amp (II.3)
R1
Dimana:
If1fasa = arus gangguan 1 fasa ketanah (Amp)
Vph = tegangan fasa – tanah (volt)
m = Perbandingan antara jarak (lokasi) gangguan terhadap titik netral
yang dibandingkan dengan seluruh belitan.
Jika lokasi gangguan, sedemikian dekatnya terhadap titik netral (m =
kecil), maka ada kemungkinan If1fasa sedemikian kecilnya sehingga relai
tidak trip (If1fasa < Iset). Dalam hal ini dapat menimbulkan “deadzone”
disekitar titik netral pada belitan generator tersebut.
Daerah pengamanan dari relai gangguan tanah meliputi:
• Belitan generator, kecuali dead zone
• Belitan delta dari transformator
• Kabel penghubung antara generator dan transformator.
Karena tidak ada hubungan konduktif antara generator yang satu
dengan generator lainnya di Pusat listrik, bila terjadi gangguan 1 fasa
ketanah di salah satu generator, gangguan ini tidak akan menyebabkan
pergeseran potensial ke netral pada generator lainnya. Sehingga hanya
relai gangguan tanah dari generator yang terganggu saja yang trip
(bekerja).
Dengan demikian relai gangguan tanah menjadi selektif, karena
sistemnya yang terpisah atau tidak ada hubungan konduktif satu sama
lainnya.

Contoh:
Sebuah generator mempunyai tegangan 6,3 kV, maka trafo pembumian
dipasang 6,3 kV/100 V
Tentukan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
a. Tahanan pembumian yang akan dipasang supaya arus gangguan
ketanah di generator 10 Amp?
b. Arus setting pada Relai gangguan tanah

Penyelesaian:
Dengan mempergunakan persamaan (II.2), diperoleh:
k = (6300/100)
= 63
Vph −ph / 3
R1 =
I
6300 / 3
= ohm
10
= 363,7 ohm
R1 363,7
R2 = 2
=
k 632
= 0,09 ohm.
Pemasangan tahanan pembumian untuk mempertahankan arus
gangguan 1 fasa ketanah sebesar 10 Amp = 0,09 ohm.
Dengan R2 = 0,09 ohm dan If1fasa(1) (maksimum) dibatasi 10 Amp (untuk
gangguan di terminal).

Maka If1fasa(1) dilihat dari sisi generator (maksimum) = If1fasa(2)= k x If1fasa(1)


Jadi diperoleh:
If1fasa(2) = 63 x 10 = 630 Amp
CT ratio = 800/5 A
5
Irelai maks = 630 x ( )
800
= 3,9 Amp
Maka supaya dead zone tidak lebih dari 10 %, setelan arus relai
gangguan tanah, adalah
Iset = 10% x 3,9 Amp
= 0,39 Amp.
Jadi setelan arus pada relai gangguan tanah sebesar 0,39 Amp.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

II.3.2. Pembumian pada sistem generator dan Bus


Sistem generator-Bus

Gambar II.17: Sistem pembumian generator - Bus

Pembumian pada sistem generator dan Bus banyak dipergunakan pada


unit-unit Pusat Listrik dengan daya < 10 MW. Dimana generator, bus dan
transformator sisi primer (hubungan delta) merupakan satu sistem. Ada
hubungan konduktif antara generator yang satu dengan lainnya yang
diparalel pada satu Bus seperti terlihat pada gambar VI.17 dan tidak ada
hubungan konduktif antara sistem generator dengan distribusi.
Tahanan pembumian mempergunakan impedansi/tahanan, bila terjadi
gangguan 1 fasa ketanah di salah satu generator menyebabkan
pergeseran titik netral pada generator yang terganggu, pergeseran titik
netral ini juga dirasakan pada generator yang tidak terganggu, yang
tersambung pada bus bersama. Dan relai gangguan tanah yang
terpasang pada generator yang lain ikut trip (bekerja). Kejadian ini boleh
dikatakan bahwa relai gangguan tanah di generator tidak selektif.

Sistem generator-Bus

Gambar II.18: Sistem pembumian generator – Bus dengan


bantuan transformator hubungan Y-∆

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Bila diinginkan relai gangguan tanah yang selektif, maka bekerjanya


relai gangguan tanah berdasarkan arus 3Io yang mengalir disistem
(bukan berdasarkan pergeseran potensial netral seperti yang terjadi
pada pembumian sistem generator-transformator).
Dan arus 3Io ini relatif cukup besar, dengan ini sistem generator-Bus
perlu dibumikan melalui impedansi/tahanan rendah, dengan bantuan
transformator hubungan Y-∆ seperti terlihat pada gambar II.18 dibawah
ini.Jika diinginkan relai gangguan tanah bekerja, maka sistem generatur
bus dapat pula tidak dibumikan (ungrounded) seperti terlihat gambar
II.18 diatas.
Untuk pengaman dari gangguan tanah di sistem distribusi, maka relai
gangguan tanah dapat dipasang pada setiap penyulang yang keluar dari
bus outgoing (ke generator atapun ke transformator tenaga) melalui
current transformer.

II.3.3. Pembumian pada sistem generator - jaringan

Gambar II.19: Sistem pembumian generator – jaringan

Sistem pembumian pada generator-jaringan banyak dipergunakan pada


Pusat Listrik dengan daya kecil (380 volt).
Sistem generator-jaringan distribusi merupakan satu sistem, dan
terdapat hubungan konduktif antara generator yang satu dengan lainnya,
maupun antara generator dan jaringan distribusi yang tersambung pada
bus bersama seperti terlihat pada gambar II.19.
Karena generator dan jaringan distribusi merupakan satu sistem dimana
pembumian mengikuti jaringannya yang ungrounded, dengan sendirinya
sistem generator juga ungrounded dan tidak dilengkapi dengan relai
gangguan tanah (sistem kecil). Bila terjadi gangguan 1 fasa ketanah di
jaringan distribusi dapat menaikkan tegangan di fasa yang tidak
terganggu (lihat penjelesan di bab II.4).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Supaya gangguan tanah, dapat trip oleh relai gangguan tanah dan
tegangan di sisi beban fasa-netral 220 volt, sebaiknya titik netral pada
generator (belitan stator) dibumikan langsung.

II.4 TINJAUAN KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA BERBAGAI


MACAM PEMBUMIAN SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA
KETANAH.

II.4.1 Komponen arus, tegangan dan power pada netral mengam bang
(floating) sewaktu gangguan satu fasa ketanah.
Pada suatu sistem kelistrikan dengan Netral mengambang, arus
gangguan satu fasa ketanah di titik gangguan mengalir arus kapasitif
fasa yang sehat dari jaringan untuk kembali ke sumbernya seperti
terlihat pada gambar II.20.
B C
B C
N
VBN N VCN VBG VCG

VNG
VAN
ICC

ICT
A,G
A ICB

Gambar II.20: Vektor tegangan Gambar II.21: Vektor tegangan dan


sistem kondisi arus saat gangguan tanah
normal

Arus kapasitif ini tidak hanya dari kapasitansi penyulang yang


terganggu tetapi juga dari kapasitansi penyulang yang sehat, dan
besarnya tidak tergantung dari lokasi gangguan.
Karenanya, arus kapasitif ini tidak bisa dipakai untuk mengerjakan Relai
gangguan tanah secara selektif memisahkan penyulang yang
terganggu dari sistem yang masih sehat, sehingga gangguan tanah
dicari dengan cara coba-coba. Untuk 1, 2 sampai 3 penyulang,
dimana masing-masing penyulang mempunyai nilai kapasitansi yang
kecil saja, akan menghasilkan arus kapasitif di titik gangguan tanah
juga kecil saja, yang akan clear dengan sendirinya bila terjadi
gangguan tanah yang sifatnya temporer.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Dalam hal mencari penyulang yang terganggu satu fasa ketanah
permanen, di jaringan dengan membuka PMT satu persatu penyulang
masih tidak menjadi masalah. Tetapi kalau sudah banyak penyulang
yang tersambung pada satu bus, mungkin akan sebanyak jumlah
penyulang yang ada terpaksa dipadamkan hanya untuk mengetahui
penyulang mana yang terganggu.
Dalam keadaan normal, dan dengan menganggap kapasitansi tiap fasa
dari jaringan sama besar, maka besar tegangan tiap fasanya ketanah
sama dengan besar tegangan tiap fasa ke Netral, dan vektor tegangan
sistem VAN, VBN, VCN dapat dilihat seperti pada gambar II.21.
Dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah (misalnya fasa A), maka
potensial fasa A akan berimpit dengan tanah (G) sekaligus kapasitansi
jaringan fasa A terhubung singkat ketanah oleh gangguan tersebut,
sehingga tegangan N (netral), fasa B dan fasa C terhadap tanah akan
naik seperti digambarkan sebagai VNG, VBG, VCG di gambar II.22. pada
kondisi ini terlihat bahwa tegangan fasa yang sehat (fasa B dan fasa C)
naik sebesar √3 kali tegangan Eph. Hal inilah yang mengharuskan
kelas isolasi dari peralatan instalasi berpegang kepada tegangan fasa-
fasa. Belum lagi akibat arus kapasitif yang mengalir di titik gangguan,
jumlah penyulang yang banyak dan panjang akan menghasilkan arus
kapasitif total cukup besar, gangguan satu fasa ketanah yang ter-putus-
putus (arc), sementara tegangan fasa sehat yang masih bertahan
sebesar √3 terhadap tanah, maka sewaktu gelombang sinusoidal dari
arus kapasitif yang mengalir di fasa A sedang berada pada level nol,
seolah-olah fasa A terlepas hubungannya dari tanah, pada saat yang
singkat itu tegangan fasa A seperti terlempar berputar dengan garis
sumbu yang menyinggung titik tegangan fasa B dan fasa C seperti
terlihat pada gambar II.22. Naiknya tegangan fasa A dengan cara
demikian, membuat fasa A di titik gangguan terpukul arc kembali
(restricking) dan kejadian ini berulang pada setiap siklus gelombang
sinusoidal arus gangguan kapasitif di fasa A. Peristiwa ini biasa disebut
dengan arcing ground, dimana tegangan fasa yang terganggu ke tanah
sesaat dan berulang kali bisa naik sampai 3xEph yang dapat
membahayakan isolasi peralatan instalasi listrik.
Kalau panjang jaringan distribusi TM tidak terlalu panjang, arus
gangguan kapasitif sewaktu gangguan satu fasa ketanah temporer

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
tidak terlalu besar (beberapa ampere saja), maka gangguan tanah
tersebut dapat clear sendiri tanpa harus ada pemutusan penyulang,
sedangkan untuk gangguan satu fasa ketanah yang permanen, maka
sistem penyaluran distribusi masih dapat berjalan selama gangguan
satu fasa ketanah terjadi sementara konsumen tidak merasakan
adanya gangguan tanah tersebut. Kalau gangguan tanah itu terjadi
akibat kawat fasa putus jatuh ketanah, maka selama kawat fasa itu
tidak diangkat oleh manusia, tidak menjadi masalah, tetapi bila kawat
fasa tersebut diangkat oleh manusia sehingga terlepas hubungannya
dengan tanah, maka kawat fasa itu akan kembali bertegangan yang
membahayakan manusia.
Catatan:
Penyelesaian masalah diatas adalah dengan memasang Relai
Tegangan Lebih gangguan tanah di Bus TM yang mentripkan semua
Penyulang (untuk jumlah penyulang yang tidak terlalu banyak),
kemudian gangguan tanah dicari pada satu persatu penyulang.
Gangguan tanah yang terjadi tidak menyerap Power dari Generator,
karena arus gangguannya adalah arus kapasitif

A VAG

B C Sumbu putar

N
VBG VCG

VNG

ICC

ICT
A,G
ICB
. II.22: Vektor tegangan saat sinusoidal arus kapasitif melalui
Gambar
nol pada kejadian arcing ground

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

II.4.2 komponen arus, tegangan pada sistem Pembumian netral


melalui tahanan sewaktu gangguan satu fasa ketanah.
Dalam usaha mengurangi kemungkinan terjadinya cross country fault
pada sistem dengan netral mengambang atau Pembumian netral
melalui Peterson Coil, gangguan tanah yang pertama kali terjadi
didalam sistem perlu di clear kan oleh Relai Gangguan Tanah.
Untuk jaringan distribusi yang sudah luas dan terdiri dari banyak
penyulang, Relai pengamannya harus bekerja selektif, selain
pemisahan bagian yang terganggu ketanah di clear kan dengan cepat.
Untuk itu diperlukan Relai pengaman yang mampu mendeteksi dan
menseleksi arus gangguan tanah yang mengalir ke bagian yang
terganggu saja. Kebutuhan ini dipenuhi, diantaranya dengan arus yang
dihasilkan oleh sistem Pembumian Netral melalui Tahanan.
Dalam Standar PLN No 88. th 1991, mengenai Pembumian Netral pada
sistem Distribusi 20 kV, telah diatur besar nilai Tahanan yang
digunakan. Yaitu dengan nilai 40 Ohm dan 500 Ohm untuk jaringan
SUTM, dan 12 Ohm untuk jaringan SKTM. Dalam operasinya, nilai
Tahanan yang banyak digunakan / dianut oleh Pemasok tenaga listrik
Unit di Jakarta, Jawa Barat sampai ke Pemasok tenaga listrik Unit
diluar Jawa adalah nilai Tahanan Pembumian Netral sebesar 40 Ohm.
Pada awal mula ditetapkannya angka 40 Ohm (tahun 70 an)
berdasarkan pembatasan besar arus gangguan tanah yang tidak lebih
besar atau paling besar sama dengan arus nominal Transformator
tenaga di Gardu Induk yang memasok jaringan Distribusi, yaitu untuk
kapasitas Transformator tenaga sebesar 10 MVA (rating rata-rata
Transformator tenaga terpasang di Instalasi Pemasok tenaga listrik
Jawa pada waktu itu), dimana relai gangguan tanah yang digunakan
cukup dengan Relai Arus Lebih biasa dan karena besar arus gangguan
tanah hampir sama besar untuk gangguan tanah disepanjang jaringan,
karakteristik Relai Gangguan tanah ini dipilih dari jenis Definite time.
Sedang nilai Pembumian Netral melalui 500 Ohm dengan Relai
Gangguan Tanah dari jenis Directonal Ground Relay boleh dikatakan
sepenuhnya mengadopt dari Pembumian dan pengamanan sistem
distribusi Jepang; dan Pembumian Netral melalui 12 Ohm dimaksudkan
agar arus resistif gangguan tanah lebih besar dari arus gangguan tanah
kapasitif pada jaringan kabel.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Uraian arus dan tegangan saat gangguan tanah yang akan ditinjau
pada kesempatan ini adalah untuk sistem dengan Pembumian Netral
20 kV melalui Tahanan 40 Ohm yang banyak diterapkan pada sebagian
besar sistem distribusi di PLN, baik di Jawa maupun di luar Jawa,
walaupun kapasitas pembangkitannya lebih kecil dari 10 MVA (nilai
daya yang dipakai sebagai dasar penetapan nilai tahanan Pembumian
40 Ohm).
Untuk sistem Distribusi di Jawa dan beberapa wilayah yang sumbernya
sudah besar, uraian vektor tegangan dalam keadaan normal dapat
dilihat pada gambar II.22 dan uraian vektor tegangan dan arus saat
gangguan tanah dapat dilihat pada gambar II.23. Besar daya unbalance
(komponen watt) yang diserap dari sumber pembangkit tidak terlalu
berarti bagi mesin yang memang sudah besar tadi.

B C B C

VBN N VCN N
VBG VCG
VNA
VAN

ICC
ICT
A G A
ICB

Gambar II.23: Vektor tegangan Gambar II.24: Vektor tegangan dan


sistem arus saat gangguan
kondisi normal tanah

Kondisi normal, bentuk vektor tegangan masih seimbang seperti terlihat


pada gambar II.23. Pada kondisi gangguan satu fasa ketanah, segitiga
tegangan menjadi sedikit tergeser. Arus gangguan satu fasa ketanah
tidak murni resistif, komponen reaktif jaringan yang membuat
pergeseran ini. Tegangan Netral terhadap tanah (VNG) dibentuk oleh
tegangan drop di Tahanan Pembumian, sementara tegangan antara
terminal fasa A dan tanah dibentuk akibat arus balik yang membuat
drop tegangan pada reaktansi jaringan (yang dinilai dominan reaktansi
dari pada resistansi), sehingga vektor tegangan ini dapat digambarkan
seperti pada gambar II.24. Pergeseran segitiga tegangan ini,
diperkirakan tidak terasa disisi konsumen, begitu juga kedip tegangan
akibat terjadinya gangguan tanah di jaringan distribusi 20 kV.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Tetapi pergeseran segitiga tegangan ini, akan berbeda bila terjadi pada
jaringan yang dipasok oleh sistem dengan pembangkit-pembangkit
skala kecil. Dimana reaktansi jaringan termasuk reaktansi
Transformator tenaga mempunyai nilai yang tidak bisa diabaikan
terhadap nilai tahanan Pembumian.
Gangguan tanah di suatu titik di jaringan, dapat menggeser segitiga
tegangan menjadi tidak simetris lagi, terutama dirasakan pada sisi hilir
jaringan yang kira-kira seperti gambar II.25. Kalau kondisi demikian itu
terjadi maka dapat dilihat bahwa tegangan salah satu
fasa (yang leading terhadap fasa terganggu, dalam hal ini ECG) akan
naik lebih besar dari √3 kali Eph dan akan membuat :

B C

VBG N
VCG

ICC
ICT VNA

G
ICB A

Gambar II.25: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah pada
sistem dengan pasokan mesin/generator kecil

1. Stress over voltage pada seluruh isolator di fasa tersebut di


sepanjang jaringan.
2. Arus gangguan tanah yang mengalir di Tahanan Pembumian (NGR)
menarik unbalance power (watt) dari Generator yang kemungkinan
lebih besar dari kapasitas per fasanya.

Pada pemahaman awal dalam pemilihan sistem Pembumian Tahanan,


masih dapat ditahan selama Relai Gangguan Tanah bekerja cepat.
Sehingga stress voltage pada isolator segera hilang, tetapi dalam
operasi penerapan sistem Pembumian ini, sudah menjadi keluhan yang
hanya mempunyai pembangkit skala kecil. Kejutan sesaat arus
komponen Watt yang unbalance diperkirakan menghasilkan kejutan
unbalance pula di poros mesin. Selanjutnya dilaporkan terjadi
kerusakan disekitar poros mesin (crank shaft atau bearing).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Dari keluhan ini, perlu kiranya meninjau kembali sistem yang dipasok
oleh pembangkit skala kecil, untuk menghindari kerusakan mesin akibat
gangguan satu fasa ketanah di jaringan.

II.4.3 komponen arus, tegangan pada sistem pembumian netral


melalui peterson coil sewaktu gangguan satu fasa ketanah
Permasalahan arcing ground pada sistem Netral mengambang, akibat
arus kapasitif yang cukup besar ditanggulangi dengan mengkompensir
arus gangguan kapasitif tersebut. Dengan arus induktif yang besarnya
diatur hampir sebesar arus kapasitif. Hasilnya adalah bahwa resultante
arus gangguan tanah di titik gangguan kembali menjadi kecil sehingga
bila terjadi gangguan tanah temporer di mana saja di jaringan dapat
clear dengan sendirinya tanpa ada pemutusan aliran daya ke
konsumen. Konsumen di sisi Tegangan rendah tidak merasakan
adanya gangguan yang terjadi di jaringan TM (hubungan trasformator
Distribusi adalah ∆Y, sehingga tegangan kedip tidak dirasakan oleh
konsumen. Arus induktif yang dipakai untuk mengkompensir arus
gangguan kapasitif itu diperoleh dengan memasang induktor antara titik
Netral dan tanah, sehingga terbentuklah Pembumian Netral melalui
reaktor dengan nilai reaktansi tertentu yang dapat di tune mendekati
nilai reaktansi kapasitif jaringan, reaktor tersebut biasa disebut
Peterson Coil. Uraian Vektor Arus dan Tegangan sistem dalam
keadaan normal dan kondisi terjadi gangguan satu fasa ketanah dapat
dilihat pada gambar II.26 dan gambar II.27 berikut dibawah ini.

B C B C

VBN N VCN N
VBG VCG

VAN VNG

ICC

ICT I LL
A A,G
ICB
Gambar II.26: Vektor tegangan sistem Gambar II.27: Vektor tegangan dan arus
kondisi normal saat gangguan tanah

Seperti halnya uraian vektor tegangan dan arus pada sistem Netral
mengambang, pada kondisi normal tagangan sistem tiap fasanya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
seimbang (selama nilai kapasitansi jaringan ketanah seimbang pada
tiap fasanya) dan vektor tegangan ini ditunjukkan pada gambar II.23.
Pada kondisi gangguan satu fasa (A) ketanah, arus kapasitif pada
uraian vektor arus pada sistem Netral mengambang dikompensir oleh
arus induktif IL sehingga di titik gangguan tanah arus kapasitif jaringan
dan arus induktif dari sistem Pembumian netral saling menjumlahkan.
Karena vektor arus kapasitif dan arus induktif berbeda fasa 1800 , maka
besar arus gangguan tanah di titik gangguan tanah menjadi saling
mengurangi dan menjadi kecil. Mengingat resonansi pada frekwensi
dasar antara Induktansi kumparan Peterson dan kapasitansi jaringan
jangan sampai terjadi, yang maksudnya untuk menghindari impedansi
maksimum yang bisa menyebabkan terjadinya tegangan lebih, maka
nilai induktansi L di set agak sedikit bersifat kompensasi lebih atau
kompensasi kurang.
Untuk tetap menjaga agar arus gangguan tanah selalu kecil sehingga
tidak terjadi Arcing Ground, pengembangan jaringan distribusi akibat
bertambah luasnya daerah pelayanan yang memberi konsekwensi
bertambah besarnya arus kapasitif sewaktu gangguan satu fasa
ketanah, maka setelan nilai reaktansi Peterson Coil perlu selalu
diperiksa apakah masih sesuai dengan nilai reaktansi kapasitif jaringan.
Jadi diperlukan personil (engineer) yang selalu mengikuti
perkembangan jaringan agar keandalan sistem penyaluran distribusi
tetap terjaga dengan baik.
Bila gangguan tanah yang terjadi adalah gangguan tanah permanen,
maka sistem dapat berjalan terus tanpa pemutusan bagian yang
terganggu itu. Pada kondisi ini konduktor fasa yang terganggu ketanah
tetap berpotensial nol terhadap tanah, sementara naiknya tegangan
dua fasa yang sehat terhadap tanah sebesar √3 kali Eph (sebesar Eph-
ph) tetap bertahan selama gangguan tanah pertama tadi belum di
clearkan. Stress tegangan lebih yang bertahan dalam waktu lama dapat
membahayakan isolator di sepanjang jaringan. Pada kondisi terakhir ini,
kemungkinan isolator terlemah didalam jaringan dapat tembus
tegangan dan membentuk gangguan tanah baru, sehingga terjadilah
gangguan dua fasa ketanah yang terdiri dari dua gangguan tanah
ditempat yang berbeda. Kejadian ini biasa disebut cross country fault.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Bila kejadian cross country fault didalam sistem cukup besar
kemungkinannya, maka gangguan tanah yang pertama harus dapat
segera di clear kan, agar tidak terjadi gangguan tanah kedua.

II.4.4 Komponen arus, tegangan pada sistem pembumian netral


langsung (solidly) sewaktu gangguan satu fasa ketanah.
Usaha lain yang dapat membuat Relai Gangguan Tanah bekerja pasti
adalah dengan menerapkan Pembumian Netral langsung (solidly
grounded). Dari logikanya, jelas mudah dipahami bahwa arus
gangguan satu fasa ketanah akan sangat besar sekali, mungkin sama
besar dengan arus gangguan tiga fasa, bahkan bisa lebih besar pada
lokasi gangguan tanah tertentu, arus gangguan tanah yang besar inilah
yang memberikan kepastian pada kerja Relai Gangguan Tanah.
Walaupun demikian arus gangguan tanah ini hanya mempunyai
komponen Watt yang kecil saja, selebihnya yang besar adalah
komponen VAR. Sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap daya di
poros mesin, tetapi besar pengaruhnya terhadap peralatan pengatur
tegangan otomatis (AVR) pada penguat medan di Generator.
Pembumian Netral langsung ini banyak diterapkan di sistem Distribusi
TM di Amerika, sementara di Indonesia, yang menganut sistem
Pembumian seperti ini adalah di sistem Distribusi TM di Jawa Tengah
yang memang meng adopt Pembumian Netral TM sistem di Amerika.
Hal ini disebabkan oleh karena Pemasok tenaga Listrik menyerahkan
sepenuhnya kepada standar yang digunakan konsultan dari Amerika
pada awal pembangunannya dulu. Pembumian ini kemudian ditetapkan
dalam SPLN No 88 tahun 1991.
Dalam operasinya, ternyata sistem Pembumian netral langsung tidak
dikembangkan kedaerah lain.
Dengan sistem Pembumian netral langsung memungkinkan jaringan
dibebani dengan Transformator Distribusi satu fasa, dari hal ini
diketahui bahwa ketidak seimbangan beban akan besar
kemungkinannya terjadi, kawat netral menjadi teraliri arus dan
selanjutnya bisa mengakibatkan pergeseran tegangan kawat netral
setelah arus beban mengalir sampai jarak tertentu. Untuk menghindari
hal ini, maka pada jaringan kawat netral perlu untuk ditanahkan lagi
dibanyak titik dengan nilai tahanan Pembumian yang rendah.
Tambahan persyaratan ini sering tidak bisa dipenuhi Pemasok Tenaga

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 29


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Listrik, dan dianggap menyulitkan baik sewaktu pembangunan jaringan
baru atau menjaga/memelihara sistem Pembumian kawat netral yang
sudah ada. Karena sulitnya, sampai data kondisi Pembumian kawat
netral jaringan boleh dikatakan tidak ada. Sehingga mutu tegangan
pelayanan ke konsumen menjadi sulit untuk dinyatakan persentase
pergeseran tiap fasa terhadap nilai nominalnya.
Tinjauan diatas adalah untuk jaringan distribusi dalam kondisi tidak ada
gangguan hubung singkat. Pada kondisi gangguan satu fasa ketanah
(jenis gangguan yang cukup sering frekwensinya) akan jelas diketahui
bahwa tegangan fasa yang terganggu akan mengalami kedip sampai
tinggal beberapa persen saja dari nilai nominalnya. Hal ini juga sudah
menjadi keluhan konsumen apalagi dengan frekwensi gangguan yang
cukup tinggi. Dengan alasan inilah, kemungkinan Pemasok Tenaga
Listrik tidak lagi mengembangkan sistem Pembumian Netral langsung
di tempat lain, jadi hanya di Pemasok Tenaga Listrik Distribusi Jawa
Tengah.
B C B C

VBN N VCN N,G


VB’G
VC’G
IFG VA’G
VAN

Gambar II.28: Vektor tegangan Gambar II.29: Vektor tegangan saat


sistem kondisi normal gangguan1 fasa-tanah

Untuk melihat, berapa besar pengaruh pergeseran vektor tegangan dan


arus pada sistem Pembumian netral langsung. Sewaktu gangguan satu
fasa ketanah (sebelum ditripkan oleh Relai gangguan tanah), berikut
dapat dilihat kemungkinan pergeseran tersebut seperti terlihat pada
gambar II.28 dan gambar II.29.
Karena netral sistem ditanahkan langsung ke tanah, dan bila terjadi
gangguan satu fasa ketanah (misalnya di fasa A) dengan tahanan
gangguan sebesar 0 Ω, maka potensial titik gangguan tanah akan
berimpit dengan netral sistem.
Arus gangguan satu fasa ketanah, tentunya akan membentuk sudut
terhadap tegangan fasa terganggu (A) sebesar sudut line (antara 70°

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 30


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
s/d 80°), sehingga posisi tegangan terminal fasa terganggu disisi
sumber akan bergeser sedikit dari titik netral, artinya tidak berimpit
dengan titik netral sistem akibat adanya nilai reaktansi sumber dan
impedansi line.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 31

Anda mungkin juga menyukai