Disusun oleh:
FAJRYAN RIZKY PRATAMA
13/345770/TK/40405
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
FAJRYAN RIZKY PRATAMA
13/345770/TK/40405
i
Dosen Pembimbing Kerja Praktik
ii
BUKTI KERJA PRAKTEK
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga telah diberi kelancaran dan kemudahan selama kerja
praktik kami di PT PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P2B JB) pada tanggal 25
Januari 2016 sampai 28 Februari 2016. Dan dapat menyelesaikan pembuatan laporan kerja
praktik yang berjudul “SIMULASI PERFORMANCE UFR (UNDER FREQUENCY
RELAY) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT UJI OMICRON CMC 256 PLUS SERTA
COMTRADE GANGGUAN PADA GI KERTOSONO” sesuai dengan yang diharapkan
selama melaksanakan tugas kerja praktik di PT PLN (Persero) P2B Jawa Bali.
Selama penulis melaksanakan kerja praktik, banyak pihak yang membantu penulis.
Sehingga dalam laporan kerja praktik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
2. Ibu Avrin Nur Widiastuti, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing kerja praktik
kami.
3. Ibu Yuni Ambarsari beserta para pegawai sub bidang proteksi P2B Jawa selaku
pembimbing kami selama kerja praktik di PT PLN (Persero) P2B Jawa Bali.
4. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan doa selama kerja
praktik kami.
6. Teman-teman dari Universitas lain yang melakukan kerja praktik pada periode
yang sama dengan penulis.
iv
Dalam laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca masih kami harapkan. Semoga
laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terima kasih.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR TABEL v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.2 Tujuan 1
3.2 COMTRADE 16
vi
3.4 Pengujian/Commissioning Relay 20
BAB IV PEMBAHASAN 26
4.1 Pendahuluan 26
BAB V PENUTUP 38
5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 40
vii
viii
DAFTAR Gambar
Gambar 4.9. Fase Tegangan Va, Vb, dan Vc saat mengalami gangguan 36
Gambar 5.0. Tampilan Fase Va, Vb, dan Vc pada t-minus 200 – 100 38
vi
vii
DAFTAR TABEL
vi
vii
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
2. Mengetahui system tata cara penggunaan alat uji Omicron CMC 256plus
3. Menganalisa Kondisi Relay UFR di PT. P2B Jawa Bali setelah dilakukan
Pengujian/Kommisisoning menggunakan comtrade GI Kertosono
1
1.2 Batasan Masalah
Laporan kerja praktik ini membahas tentang simulasi performance ufr (under
frequency Relay) dengan batasan penggunaan alat uji omicron cmc 256 plus serta comtrade
gangguan pada Gardu Induk Kertosono.
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda
dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama
dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober
1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
3
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan
kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik
milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik
bagi kepentingan umum.
P2B (Pusat Pengatur Beban) adalah unit induk PLN yang dibentuk melalui
Keputusan Direksi Nomor 465.KIDIR/2013 tentang organisasi PT PLN (Persero) P2B
sebagaimana diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 189.KIDIR/2014
dan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 021.P/DIR/2015 dan semua
keputusan/peraturan direksi lainnya yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku/
Visi :
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi tenaga listrik dengan
kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders, dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Misi:
4
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik
3. Serta mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil
a. Unit Induk
1. General Manager
2. Bidang-bidang
a. Perencanaan
b. Operasi Sistem
c. Teknik
b. Unit Pelaksana
3. Wilayah kerja Pusat Pengatur Beban meliputi Regional Jawa Bagian Barat,
Regional Jawa Bagian Tengah dan Regional Jawa Bagian Timur dan Bali,
serta bertempat berkedudukan di Jakarta.
5
Bagan Susunan Organisasi
1. General Manager
Bertanggung jawab atas tersedianya analisa dan mitigasi resiko serta proses bisnis,
pengelolaan perusahaan melalui optimalisasi selurhu sumber daya secara efektif, efisien dan
sinergis, mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal, mengelola transaksi tenaga
listrik secara akurat, kompetitif, transparan dan adil, meningkatkan mutu dan keandalan
pelayanan serta memastikan terlaksananya Good Coorporate Governance (GCG) di Pusat
Pengatur Beban (P2B), dengan tugas pokok sebagai berikut :
6
a. Memastikan kebijakan dan rencana strategis terkait operasi sistem tenaga
listrik dilaksanakan sesuai dengan RUPTL, RJP dan RKAP yang telah
ditetapkan direksi;
2. Bidang Perencanaan
7
Bertanggung jawab dan menjamin tersedianya perencanaan yang baik di unit kerja,
penyusunan rencana, pengendalian investasi dan operasi, pengelolaan kinerja dan mutu,
menganalisa dan mengevaluasi terkait pemantauan kinerja sistem, kinerja instalasi
pembangkitan dan penyaluran, dengan tugas pokok sebagai berikut :
c. Memutuskan RJP, RKAP dan Sasaran (KPI dan Target) P2B, serta
melaksanakan pengelolaan resiko melalui identifikasi, analisa, asesmen,
mitigasi dan monitoring resiko untuk RJP, RKAP dan profil resiko, serta
memantau implementasi manajemen resiko, pengelolaan kinerja dan
manajemen mutu;
9
b. Mengelola operasi sitem tenaga lsitrik untuk memperoleh sistem yang andal,
aman bermutu dan ekonomis dengan berbasi teknologi sesuai standar dan
peraturan yang berlaku;
f. Menyusun desain sistem dan tata laksana proses data metering dan AMR;
4. Bidang Teknik
10
terlaksananya operasi dan pemeliharaab sesuai ketentuan serta untuk
peningkatan kinerja;
h. Mengelola sistem DFR, WAMS, PMU untuk perbaikan analisa gangguan dan
percepatan normalisasi gangguan penyaluran;
11
i. Mengelola ketersediaan power supply untuk control center untuk menjamin
keandalan master station melalui perencanaan pemeliharaan preventif,
korektif maupun perbaikan tak terencana, pengembangan sistem serta
evaluasi kinerjanya;
13
i. Mengelola tenaga kerja non-pegawai melalui identifikasi pekerjaan,
identifikasi kebutuhan, menghitung volume pekerjaan, membuat RKS
pengadaaan dan mengkoordinasikan kontraktual dengan fungsi hukum;
d. Mengkoordinir proses niaga TSA, PSA dan MVA Available sesuai yang telah
ditetapkan P2B;
h. Mengelola anggaran dan keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk
mendukung kinerja area pengatur beban;
15
BAB III
DASAR TEORI
3.1.1. Pendahuluan
Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan
suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin
terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.
Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan, seperti:
spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang
menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan proteksi.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-
peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan
lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat
16
berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah,
asinkron dan lain-lain.
Relay proteksi sebagai salah satu peralatan dalam sistem proteksi merupakan suatu
alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur / memasukan suatu rangkat listrik
(rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain yang selanjutnya memberikan
perintah kepada pemutus tenaga (PMT).
4. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada konsumen.
Agar sistem proteksi dapat dikatakan baik dan benar (dapat bereaksi dengan
cepat, tepat dan murah), maka perlu diadakan pemiIihan dengan seksama dan dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
17
PeraIatan utama yang dipergunakan untuk mendeteksi dan memerintahkan peralatan
proteksi bekerja adaIah relay.
Syarat-syarat agar peralatan relay pengaman dapat dikatakan bekerja dengan baik
dan benar adalah:
1. Cepat
Relay harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja
abnormal. Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay muIai merasakan adanya
gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (CB) karena komando dari
relay tersebut.Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat
menghindari kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami gangguan / kerja
abnormal.
2. Selektif
3. Peka / Sensitif
Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup sensitif
terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut minimum, selanjutnya
memberikan jawaban / response.
4. Andal / ReliabiIity
5. Sederhana / Simplicity
18
Makin sederhana sistem relay semakin baik, mengingat setiap peraIatan / komponen
relay memungkinkan mengalami kerusakan.
3.2. COMTRADE
3.2.1. Pendahuluan
Isi standar dari file COMTRADE berisikan suatu bentuk umum format file data
untuk berbagai macam tipe fault, test dan data simulasi pada power system yang mampu
diimplementasikan sebagai servis digital untuk faults dan perekaman data transient pada
gangguan power system maupun kegunaan electrical utility lainnya pada bidang industry.
19
Gambar 3.1. Tampilan rekaman File COMTRADE
Setiap catatan COMTRADE memiliki set hingga mencapai empat file yang terkait.
Setiap ke –empat tipe file tersebut membawa kelas informasi yang berbeda – beda. Bentuk
ke-empat tipe file tersebut adalah sebagai berikut:
a) Header
b) Configuration
c) Data
d) Information
File tipe Header (.HDR) merupakan suatu file text optional ASCII diciptakan dari
pencipta COMTRADE data, lewat penggunaan program prosessing kata. Data ditujukan
20
untuk dicetak dan dibaca oleh pengguna. Pencipta dari file header ini dan memasukkan
informasi apapun dalam bentuk perintah apapun yang diinginkan.
Configuration file merupakan file text ASCII yang ditujukan untuk dibaca lwat
program computer dan, oleh karena itu harus disimpan dalam bentuk format yang spesifik.
Configuration file mengandung informasi yang dibutuhkan oleh u program computer agar
mampu menafsirkan data (.DAT) file. Informasi ini mengandung semacam sample rate,
jumlah kanal, frequency line, informasi kanal, dll. Configuration file dapat dibuat dengan
sebuah program prosessing kata atau melalui sebuah computer program yang membuat
configuration file dari suatu data yang merupakan sumber dari catatan transien (gangguan)
tersebut.
Data file mengandung nilai dari setiap input kanal untuk setiap sample dalam catatan
rekaman. Jumlah yang tersimpan untuk sebuah sample adalah versi skala dari nilai yang
merepresentasikan alat dimana sample input bentuk gelombang tersebut diambil. Data yang
tersimpan mungkin saja dapat zero-based atau zero-offset. Zero-based data memiliki rentang
dari nilai negative hingga nilai positive (cth. -2000 hingga 2000). Zero-offset data berisikan
semua nilai positive terpilih untuk merepresentasikan 0(cth. 0 hingga 4000, dengan 2000
merepresentasikan 0). Faktor konversi yang ditentukan dalam configuration file menentukan
bagaimana nilai data dikonversikan menuju unit engineering. Data file juga mampu berisi
urutan dari bilangan dan tanda waktu untuk setiap set dari sampel.
Information file merupakan suatu file opsional berisikan informasi tambahan, dimana
dalam penambahan pada informasi membutuhkan aplikasi minimum dari set data. Format
dari file mampu menyediakan untuk informasi public dimana banyak pengguna dapan
membaca dan menggunakannya, dan informasi penting yang hanya dapat diakses hanya oleh
beberapa pengguna atau perusahaan tertentu yang mengetahui kodenya.
21
3.3. Relay Frekuensi
3.3.1. Definisi
Besaran Input dari Relay frekuensi adalah tegangan yang diambil dari trafo tegangan
(Voltage Transformer). Sistem kerja dari Relay ini adalah dengan cara memonitor besarnya
frekuensi system dan membandingkan frekuensi system dengan frekuensi setting Relay.
Berdasarkan monitoring besarnya frekuensi system tersebut, Relay frekuensi dibagi dalam
dua jenis, yaitu Relay frekuensi kurang (Under Frequency Relay) dan Relay frekuensi lebih
(Over Frequency Relay). Relay frekuensi kurang (UFR) akan bekerja apabila terjadi keadaan
dimana besar frekuensi system lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi setting Relay.
Sedangkan untuk Relay Frekuensi Lebih (OFR) akan bekerja apabila terjadi keadaan dimana
besar frekuensi system lebih besar dibandingkan frekuensi setting Relay.
22
Gambar 3.2. Prinsip kerja Relay elektro mekanik
23
Penentuan ini ditahan sekitar 150 m detik, dan tripping hanya
dimulai bila selama waktu tersebut, pengukuran dari semua periode berikutnya menunjukkan
hasil yang sama.
Sedangkan Relay-Relay yang lain bekerjanya sesuai variabel yang dimonitor oleh
Relay tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Relay-Relay defense scheme perlu
diuji/komisioning secara periodik dengan standar uji yang memenuhi syarat.
Komisioning atau Pengujian Relay adalah proses peneraan melalui tahapan yang
benar dan cermat sehingga Relay dapat berfungsi sebagaimana mestinya ketika dibutuhkan.
Setiap Relay defense scheme yang terpasang dan masih aktif harus dilakukan
pemeliharaan/pengujian rutin sedikitnya 2 tahun sekali oleh APB terkait. Jika dalam 2 tahun
tersebut performance Relaynya sudah menurun maka pemeliharaan/pengujian ulang
dilakukan paling lambat pada akhir bulan setelah diketahui performance Relay tersebut
menurun/gagal berkerja. Periode pemeliharaan/pengujian rutin tersebut sedapat mungkin
bersamaan dengan periode pemeliharaan peralatan utamanya (Trafo/Penghantar/Feeeder).
Gambar 3.3 memperlihatkan beberapa peralatan Kerja yang biasa digunakan untuk
pengujian Relay adalah sebagai berikut:
a. Data loader
24
b. Multimeter (digital AVO Meter)
c. Tool set
e. Kabel uji
25
File COMTRADE
a. Helm
b. Sepatu Safety
c. Sarung Tangan
d. Kacamata
e. Warepack
Wearpack
Kacamata Safety
26
Gambar 3.4. Perlengkapan K3
Omicron CMC 256plus adalah alat yang mampu digunakan untuk menguji kelayakan
kinerja suatu relay. Gambar 3.5 memperlihatkan bentuk dari alat Omicron CMC256plus
tersebut. Dengan akurasi yang sangat tinggi, CMC 256plus dapat menginjeksikan baik input
tegangan dan arus ke dalam suatu relay, sehingga mampu membantu untuk menghasilkan
hasil pengujian yang akurat dengan hasil data yang benar. Selain itu CMC 256plus sebagai
alat pengujian relay juga mampu untuk menginjeksikan suatu rekaman COMTRADE
gangguan yang telah terekam ke dalam suatu relay sehingga mampu dilakukan suatu
simulasi relay dengan rekaman gangguan dari tempat lain untuk disimulasikan rekaman
COMTRADE agar dapat diketahui kinerja relay. Untuk Technical Data dari Alat Omicron
CMC 256 plus dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Voltage generators
27
Setting range 4-phase 4 x 0…300 V (VL4(t)
AC (L-N) automatically
calculated:VL4=(VL1+VL2+VL3)*c
or freely programmable
3-phase 3 x 0…300 V
AC (L-N)
1-phase 1 x 0…600 V
AC (L-N)
DC(L-N) 4 x 0…+300 V
3 x 85 VA guar. At 85…300
V
4 x 50 VA guar. At 85…300
V
28
Accuracy Error<0.015C% rd.+0.005%
rg. Typ. At 0…300V
29
BAB IV
30
PEMBAHASAN
4.
4.1. Pendahuluan
Simulasi Performance UFR ini didasari oleh keadaan abnormal yang terjadi di salah
satu Relay Frequency di Gardu Induk Kertosono dimana terjadi kegagalan Relay Frekuensi
untuk memutuskan aliran (Relay Trip) ketika terjadi gangguan yang menyebabkan frekuensi
menurun melebihi frekuensi setting Relay.
Voltages
31
Duration Thermal Withstand Thermal Withstand
Auxilary Voltages
Phase 1:
Operating Ranges
Nominal Ranges
Vdc Vac
24 - 60 Vdc 19 – 72 -
V
48 – 150 Vdc 38 – -
180 V
Phase 2:
AC : - 20%, +10% of Vx
32
Frequency
50 Hz 40 – 60 Hz
60 Hz 50 – 70 Hz
Kontak output dari relay MiCOM P923 adalah AgCdO dry contacts. Karakteristrik
Teknikal data Kontaktor relay MiCOM P923 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Contact rating
Breaking characteristic
1500 VA inductive
(P.F.=0.55)
Operation time
Durability
33
Loaded contact 10000 operation minimum
Selain itu dalam Relay MiCOM P923 juga terdapat system proteksi setting ranges
dari Relay MiCOM P923 untuk bentuk perlindungannya terhadap penurunan frekuensi yang
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Threshold settings
Integration time
Validation 2 or 4 2
35
Nominal voltage range: 57 – 130 V
36
MiCOM P923 secara langsung. Pengaturan setting secara manual ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa bantuan program lainnya untuk membantu kelancaran pengaturan.
Software MiCOM S1 Studio V3.4.0 digunakan sebagai alat bantu untuk membuka
setting relay. Karena merupakan simulasi kinerja Relay Frequency yang menggunakan
COMTRADE hasil rekaman Gardu Induk Kertosono, maka setting relay yang akan
digunakan juga harus melalui setting Relay frekuensi pada Gardu Induk Kertosono . Nama
dari file setting tersebut adalah 1_kertosono f 49 hz_t 0 s_Val3_F block40 V, dimana dapat
dilihat pada Gambar 4.2 hasil buka file setting tersebut pada Software MiCOM S1 Studio.
Beberapa parameter – parameter penting dari setting relay yang akan berguna untuk
menentukan kinerja Under Frequency Relay dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
CONFIGURATIO `
N
37
Protection Protect P-N
FREQ F. VALIDATE NB 3
df/dt: CYCLE NB 1
Df/dt: VALIDAT. NB 4
DU/DT: VALIDAT. NB 2
PROTECTION
G1
f1 49.00 Hz
tf1 0.00 s
38
df/dt 2 : No
File COMTRADE yang digunakan dalam pengsimulasian uji Under Frequency Relay
ini didapatkan dari rekaman DFR (Disturbance Fault Recorder) pada Gardu Induk Kertosono
saat terjadi gangguan. Yang kemudian ditransfer menuju ke bagian server sub-bidang
Proteksi di PT P2B Jawa Bali untuk dianalisa kembali keadaan gangguan tersebut pada relay
Frequency yang terdapat pada bagian sub-bidang Proteksi PT P2B Jawa Bali.
File Comtrade yang didapatkan dari Gardu Induk Kertosono tersebut terdapat dalam
dua format, format pertama adalah file COMTRADE pada bagian sisi tegangan tinggi dan
format yang kedua adalah file COMTRADE pada bagian sisi tegangan rendah. Gambar 4.4
memperlihatkan kedua bentuk format file COMTRADE dari sisi tegangan tinggi dan rendah.
Kedua format ini tetap dapat digunakan untuk melakukan pengujian kondisi Relay.
39
4.5. Pengujian COMTRADE Gangguan
File COMTRADE gangguan hasil rekaman DFR (Disturbance Fault Recorder) dari
Gardu Induk Kertosono akan diinjeksikan ke dalam Frequency Relay MiCOM P923.
Langkah – langkah Penginjeksian COMTRADE menuju Relay adalah sebagai berikut:
40
b. Klik File, lalu kemudian Import, ambil file COMTRADE untuk
pengujian
41
Gambar 4.6. Tampilan COMTRADE GI Kertosono
42
sehingga menyebabkan relay mengalami trip seperi yang terlihat pada Gambar 4.8 yang
merupakan tampilan simulasi menggunakan SIGRA 4.
43
frekuensi yang terjadi tiap milisecond dalam range 1 second sebelum dan setelah Relay
mengalami Trip.
Gambar 4.9. Fase Tegangan Va, Vb, dan Vc saat mengalami gangguan
Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa Fase tegangan Va, Vb, dan Vc dalam Vrms
mengalami ketidakstabilan dalam besar tegangan yang dihasilkan masing – masing fasenya.
Dengan bantuan software SIGRA 4 ini kemudian dapat dilihat besar frekuensi yang terjadi 1
second sebelum trip dan 1 second setelah trip. Dengan cara menggeser 2 cursor yang
berwarna kuning dan biru dalam software SIGRA 4 sehingga dapat diketahui besar frekuensi
yang terjadi pada tiap fase tegangannya dalam waktu millisecond.
Dengan menggunakan cara tersebut, kemudian diambilah data besar frekuensi untuk
masing masing fase tegangan Va, Vb, dan Vc 1 second sebelum mengalami trip dan 1 second
setelah mengalami trip. Kemudian pada Tabel 4.5 dapat dihasilkan perubahan frekuensi
terhadap waktu masing – masing fase ketika terjadi gangguan di Gardu Induk Kertosono
tersebut.
Ti f Ti f Ti f
me(ms) (Hz) me(ms) (Hz) me(ms) (Hz)
- 5 - 5 - 5
1000 0,16 1000 0,10 1000 1,02
- 5 - 4 - 5
800 0,06 800 9,85 800 0,04
- 5 - 5 - 4
600 0,10 600 0,01 600 9,92
- 5 - 4 - 4
500 0,01 500 9,95 500 9,85
- 4 - 5 - 5
400 9,50 400 0,13 400 0,01
44
- 4 - 4 - 5
200 6,55 200 5,56 200 1,52
- 4 - 4 - 5
100 7,82 100 6,72 100 1,35
0 5 0 5 0 5
0,01 0,17 0,85
2 4 2 5 2 5
00 9,95 00 0,02 00 0,64
4 5 4 5 4 5
00 0,35 00 1,03 00 1,00
6 5 6 5 6 5
00 1,03 00 0,94 00 0,93
8 5 8 5 8 5
00 0,11 00 0,55 00 0,33
Dari table 4.5 tersebut terlihat penurunan tiba – tiba frekuensi terjadi pada saat waktu
t-minus 200 hingga 100 dimana penurunan frekuensi khususnya pada fase tegangan Va dan
Vb berada di kisaran 47-45 Hz. Gambar 5.2 memperlihatkan bentuk tiap Fase Tegangan
dalam Vrms yang tidak constant pada waktu t-minus 200 – 100 milisecond, menandakan
terjadinya gangguan khususnya pada fase Tegangan Va dan Vb yang menyebabkan
terjadinya penurunan frekuensi.
45
Gambar 5.0. Tampilan Fase Va, Vb, dan Vc pada t-minus 200 – 100
Dimana kisaran frekuensi 47-45 Hz berada di bawah frekuensi setting relay, yaitu
sebesar 49 Hz. Sehingga menyebabkan relay mengalami trip ketika mendapat injeksi file
COMTRADE gangguan dari GI Kertosono tersebut.
46
BAB V
PENUTUP
5.
5.1. Kesimpulan
Melalui hasil Uji simulasi tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Alat Uji Omicron CMC 256plus mampu untuk memberikan input berupa
tegangan maupun arus dan juga mampu untuk menginput suatu file
COMTRADE gangguan untuk melakukan pengujian.
5.2. Saran
47
Perlu penambahan relay Frekuensi dengan merk lainnya di bagian sub-
bidang Proteksi P2B Jawa Bali selain menggunakan relay MiCOM P923.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Standar IEEE C37.111TM – 1999, Common Format for Transient Data
Exchange (COMTRAD) for Power System.
48
LAMPIRAN
49