Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KERJA PRAKTIK

SIMULASI PERFORMANCE UFR (UNDER FREQUENCY RELAY)


DENGAN MENGGUNAKAN ALAT UJI OMICRON CMC 256 PLUS
SERTA COMTRADE GANGGUAN PADA GI KERTOSONO

Disusun oleh:
FAJRYAN RIZKY PRATAMA
13/345770/TK/40405

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

i
HALAMAN PENGESAHAN

SIMULASI PERFORMANCE UFR (UNDER FREQUENCY


RELAY) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT UJI OMICRON CMC 256
PLUS SERTA COMTRADE GANGGUAN PADA GI KERTOSONO

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Program S-1

Pada Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

Disusun oleh :
FAJRYAN RIZKY PRATAMA
13/345770/TK/40405

Telah disetujui dan disahkan

pada tanggal <tanggal seminar>

i
Dosen Pembimbing Kerja Praktik

Avrin Nur Widiastuti, S.T., M.Eng.


NIP. 198004032005012003

ii
BUKTI KERJA PRAKTEK

[bukti pelaksanaan kerja praktik]

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga telah diberi kelancaran dan kemudahan selama kerja
praktik kami di PT PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P2B JB) pada tanggal 25
Januari 2016 sampai 28 Februari 2016. Dan dapat menyelesaikan pembuatan laporan kerja
praktik yang berjudul “SIMULASI PERFORMANCE UFR (UNDER FREQUENCY
RELAY) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT UJI OMICRON CMC 256 PLUS SERTA
COMTRADE GANGGUAN PADA GI KERTOSONO” sesuai dengan yang diharapkan
selama melaksanakan tugas kerja praktik di PT PLN (Persero) P2B Jawa Bali.

Selama penulis melaksanakan kerja praktik, banyak pihak yang membantu penulis.
Sehingga dalam laporan kerja praktik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Eng. Suharyanto, S.T., M.Eng., selaku Ketua Departemen Teknik


Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

2. Ibu Avrin Nur Widiastuti, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing kerja praktik
kami.

3. Ibu Yuni Ambarsari beserta para pegawai sub bidang proteksi P2B Jawa selaku
pembimbing kami selama kerja praktik di PT PLN (Persero) P2B Jawa Bali.

4. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan doa selama kerja
praktik kami.

5. Ahmad Fathurrohman, Muhamad Afkar Gumintang dan Wahyu Pamungkas selaku


rekan kami selama kerja praktik dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi
Informasi di PT PLN (Persero) P2B Jawa Bali.

6. Teman-teman dari Universitas lain yang melakukan kerja praktik pada periode
yang sama dengan penulis.

7. Pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu

iv
Dalam laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca masih kami harapkan. Semoga
laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terima kasih.

Yogyakarta, April 2016

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 2

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 3

2.1 Profil Usaha P2B 3

2.2 Struktur Organisasi P2B 3

2.3. Fungsi dan Tugas Pokok P2B 5

BAB III DASAR TEORI 14

3.1 Sistem Proteksi 14

3.2 COMTRADE 16

3.3 Relay Frekuensi 19

vi
3.4 Pengujian/Commissioning Relay 20

3.5. Omicron CMC 256plus 23

BAB IV PEMBAHASAN 26

4.1 Pendahuluan 26

4.2 Spesifikasi Relay 26

4.3 Setting Relay 30

4.4. File COMTRADE GI Kertosono 32

4.5. Pengujian COMTRADE Gangguan 33

4.6. Hasil Simulasi 34

4.7 Software SIGRA 4 35

BAB V PENUTUP 38

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 40

vii
viii
DAFTAR Gambar

Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi PT PLN P2B Jawa Bali 5

Gambar 3.1. Tampilan Rekaman File COMTRADE 17

Gambar 3.2. Prinsip Kerja Relay elektro mekanik 19

Gambar 3.3. Peralatan Kerja Pengujian 22

Gambar 3.4. Perlengkapan K3 23

Gambar 3.5. Peralatan Alat Uji Omicron CMC 256plus 23

Gambar 4.1. Relay MiCOM P923 30

Gambar 4.2. Setting Parameter Under Frequency Relay GI Kertosono 31

Gambar 4.4. File COMTRADE GI Kertosono 33

Gambar 4.5. Software TEST UNIVERSE Omicron 33

Gambar 4.6. Tampilan COMTRADE GI Kertosono 34

Gambar 4.7. Hasil Simulasi pada Relay MiCOM P923 35

Gambar 4.8. Tampilan Simulasi pada SIGRA 4 36

Gambar 4.9. Fase Tegangan Va, Vb, dan Vc saat mengalami gangguan 36

Gambar 5.0. Tampilan Fase Va, Vb, dan Vc pada t-minus 200 – 100 38

vi
vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Technical Data Omicron CMC 256plus 24

Tabel 4.1. General Rating Relay MiCOM P923 26

Tabel 4.2. General Output Contact Characteristic Relay MiCOM P923 28

Tabel 4.3. General Protection Setting Ranges of Relay MiCOM P923 28

Tabel 4.4. Setting Parameter Under Frequency Relay GI Kertosono 31

Tabel 4.5. Perubahan Frekuensi terhadap waktu 37

vi
vii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Frekuensi dalam operasi sistem tenaga listrik di Indonesia merupakan parameter
yang sangat penting untuk dipertahankan dan diusahakan agar selalu dalam rentang normal
(50 + 5%). Ketika kondisi sistem kekurangan pasokan daya (defisit) atau terjadi gangguan
yang menyebabkan penurunan frekuensi yang membahayakan sistem, PT. PLN P2B Jawa
Bali sebagai Pusat Pengatur Bebab se- Jawa Bali mempunyai wewenang untuk melakukan
pelepasan beban baik secara manual maupun secara otomatis oleh Relay Frekuensi Rendah .
Salah satu cara load shedding yang diterapkan dalam P2B Jawa Bali adalah dengan skema
Under Frequency Load Shedding(UFLS), dimana ketika mengunakan skema UFLS
membutuhkan Under Frequency Relay dalam pelepasannya.

Mengingat langkah – langkah pelepasan beban tersebut termasuk dalam system


defense sceme dan mempunyai peran yang sangat penting dalam mempertahankan
kontinuitas pengusahaan operasi system Jawa Bali, maka tingkat keberhasilannyapun harus
tinggi. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan Relay – Relay yang berkualitas
tinggi dan manajemen pemeliharaan yang baik. Salah satu aspek yang diperlukan untuk
menjaga kineja Relay defense scheme adalah dengan melakukan pengujian-
pengujian/komissioning secara periodik, komprehensip, dan memenuhi standar yang dapat
dipertanggung jawabkan.

1.1 Tujuan

1. Mengetahui proses pengujian/commissioning pada Relay UFR yang dilakukan


di PT. P2B Jawa Bali

2. Mengetahui system tata cara penggunaan alat uji Omicron CMC 256plus

3. Menganalisa Kondisi Relay UFR di PT. P2B Jawa Bali setelah dilakukan
Pengujian/Kommisisoning menggunakan comtrade GI Kertosono

1
1.2 Batasan Masalah

Laporan kerja praktik ini membahas tentang simulasi performance ufr (under
frequency Relay) dengan batasan penggunaan alat uji omicron cmc 256 plus serta comtrade
gangguan pada Gardu Induk Kertosono.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2016 – 28 Februari 2016 di PT


PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban Jawa Bali.

2
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai


ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan
pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan- perusahaan


Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di
awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda
dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama
dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober
1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

3
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan
kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik
milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik
bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor


swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN
beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

B. Profil Usaha P2B

P2B (Pusat Pengatur Beban) adalah unit induk PLN yang dibentuk melalui
Keputusan Direksi Nomor 465.KIDIR/2013 tentang organisasi PT PLN (Persero) P2B
sebagaimana diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 189.KIDIR/2014
dan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 021.P/DIR/2015 dan semua
keputusan/peraturan direksi lainnya yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku/

Visi :

Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi tenaga listrik dengan
kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders, dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Misi:

Sesuai SK. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 189.KIDIR/2014 dan


Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 021.P/DIR/2015, misi PLN P2B adalah :

4
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik

2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara


efektif, efisien, andal dan akrab lingkungan

3. Serta mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil

C. Struktur Organisasi P2B

Berdasarkan SK. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 189.KIDIR/2014 dan


Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 021.P/DIR/2015, struktur organisasi PLN P2B
JB terdiri dari :

1. Struktur organisasi Pusat Pengatur Beban terdiri atas :

a. Unit Induk

1. General Manager

2. Bidang-bidang

a. Perencanaan

b. Operasi Sistem

c. Teknik

d. Keuangan, SDM dan Administrasi

b. Unit Pelaksana

1. Area Pengatur Beban

2. Bagan susunan organisasi Pusat Pengatur Beban adalah sebagaimana


tercantum;

3. Wilayah kerja Pusat Pengatur Beban meliputi Regional Jawa Bagian Barat,
Regional Jawa Bagian Tengah dan Regional Jawa Bagian Timur dan Bali,
serta bertempat berkedudukan di Jakarta.
5
Bagan Susunan Organisasi

PT PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban (P2B)

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi PT PLN P2B Jawa Bali

1. Fungsi dan Tugas Pokok P2B

1. General Manager

Bertanggung jawab atas tersedianya analisa dan mitigasi resiko serta proses bisnis,
pengelolaan perusahaan melalui optimalisasi selurhu sumber daya secara efektif, efisien dan
sinergis, mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal, mengelola transaksi tenaga
listrik secara akurat, kompetitif, transparan dan adil, meningkatkan mutu dan keandalan
pelayanan serta memastikan terlaksananya Good Coorporate Governance (GCG) di Pusat
Pengatur Beban (P2B), dengan tugas pokok sebagai berikut :

6
a. Memastikan kebijakan dan rencana strategis terkait operasi sistem tenaga
listrik dilaksanakan sesuai dengan RUPTL, RJP dan RKAP yang telah
ditetapkan direksi;

b. Memastikan penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi Rencana Kerja dan


Anggaran Perusahaan (RKAP) P2B;

c. Memastikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengoperasian sistem


tenaga listrik untuk mendukung kinerja secara andal, efisien dan aman;

d. Memastikan tersedianya kajian strategis pengembangan sistem penyaluran


dan pembangkitan dengan memperhatikan aspek teknis dan ekonomis;

e. Memastikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi operasi sistem,


pengelolaan dan pengembangan proses “bidding energy”, pengaturan dan
pengendalian sistem tenaga listrik, analisa dan evaluasi operasi sistem,
pengelolaan proteksi sistem, pengelolaan SCADA dan telekomunikasi di
Control Center serta fasilitas operasi sistem, teknologi informasi, pengelolaan
proses baca meter, AMR dan rencana energi, proses setelmen PPA, TSA dan
PSA, penerbitan tagihan pembayaran serta penyelesaian permasalahan
transaksi (Disputes);

f. Memastika rencana, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring kinerja operasi dan


keuangan, melakukan pemetaan dan mitigasi resiko, pengendalian sistem
manajemen mutu serta laporan manajemen;

g. Memastika perencanaan dan evaluasi pengembangan dan pemeliharaan


kompetensi organisasi, kompetensi SDM, serta pengembangan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Ketenagalistrikan (SMK3);

h. Memastikan perencanaan, pengelolaan dan pengendalian anggaran investasi


dan operasi, manajemen kas dan terselenggaranya laporan keuangan.

2. Bidang Perencanaan

7
Bertanggung jawab dan menjamin tersedianya perencanaan yang baik di unit kerja,
penyusunan rencana, pengendalian investasi dan operasi, pengelolaan kinerja dan mutu,
menganalisa dan mengevaluasi terkait pemantauan kinerja sistem, kinerja instalasi
pembangkitan dan penyaluran, dengan tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi strategi jangka


panjang dan RKAP Unit, termasuk untuk kebutuhan penyusunan RUPTL;

b. Menyusun kajian strategis berkaitan dengan perkembangan sistem penyaluran


dan pembangkitan dengan memperhatikan aspek teknis dan ekonomis;

c. Memutuskan RJP, RKAP dan Sasaran (KPI dan Target) P2B, serta
melaksanakan pengelolaan resiko melalui identifikasi, analisa, asesmen,
mitigasi dan monitoring resiko untuk RJP, RKAP dan profil resiko, serta
memantau implementasi manajemen resiko, pengelolaan kinerja dan
manajemen mutu;

d. Menyusun dan mengevaluasi anggara investasi dan operasi;

e. Mengkoordinir kegiatan engineering investasi, perencanaan dan pelaksanaan


pengadaan;

f. Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan operasi sistem dan


perencanaan material logistik;

g. Menganalisa dan megnevaluasi terkait pemantauan kinerja sistem, kinerja


instalasi pembangkitan dan penyaluran, investigasi terhadap gangguan serta
pemantauan terhadap pemenuhan aturan transaksi, aturan jaringan dan Power
Purchase Agreement (PPA), Transmission Service Agreement (TSA), Power
Sales Agreement (PSA);

h. Menganalisa dan mengevaluasi pembangkitan, penjadwalan pembangkitan,


ganggua pembangkitan, pengoperasian waduk, realisasi produksi unit
pembangkit, realisasi pembebanan unit pembangkit, pembebanan
hydrothermal, neraca daya tahunan, neraca energi, kinerja pembangkit, kajian
losses, transaksi pembangkitan dan rekapitulasi pembebanan;
8
i. Menganalisa dan mengevaluasi sistem penyaluran berdasarkan realisasi
pembebanan trafo dan saluran transmisi tahunan, semesteran, triwulanan,
bulanan dan mingguan;

j. Mengelola data statistik dan publikasi yang meliputi data pembebanan


penyaluran, pembebanan trafo, pembebanan pembangkit, serta data operasi
untuk mendukung perencanaan RKAP;

k. Mengelola kinerja unit melalui suatu perencanaan kinerja Unit Induk,


cascading ke Unit Pelaksana (APB), performance dialog, koordinasi laporan
manajemen ke PLN Pusat, merevisi target kinerja P2B ke PLN Pusat serta
memberikan rekomendasi perbaikan kinerja unit;

l. Mengevaluasi skenario Defence Scheme (UFR, OIS, OGS, Island Operation)


sistem Jawa Bali agar dapat disesuaikan dengan kondisi pembangkitan
maupun pembebanan;

m. Memonitor, mengevaluasi dan menyusun pencapaian kinerka Unit Pelaksana


(APB);

n. Mengolah data gangguan transmisi dan trafo secara tahunan, semesteran,


triwulanan, nulanan dan mingguan.

3. Bidang Operasi Sistem

Bertanggung jawab dan menjamin terlaksananya pengelolaan dan pengembangan


proses “bidding energy”, pengaturan dan pengendalian sistem tenaga listrik, pengelolaan
proses baca meter, AMR dan neraca energi, proses settlement dan penerbitan tagihan
pembayaran serta penyelesaian permasalahan transaksi, dengan tugas pokok sebagai
berikut :

a. Menyusun RKA terkait kegiatan “bidding energy”, sistem metering dan


operasi sistem;

9
b. Mengelola operasi sitem tenaga lsitrik untuk memperoleh sistem yang andal,
aman bermutu dan ekonomis dengan berbasi teknologi sesuai standar dan
peraturan yang berlaku;

c. Mengelola proses “bidding energy” melalui mekanisme transaksi dan


melaksanakan koordinasi pelaksanaan operasi sistem tenaga listrik dari
perencanaan operasi tahunan hingga pelaksanaan “realtime”;

d. Memberika perintah dispatch unit pembangkit pada perusahaan pembangkit


(PT IP, PT PJB, Unit Pembangkit Tanjung Jati) dan perusahaan listrik swasta
(IPP);

e. Menyusun dan mengevaluasi perencanaan evaluasi sistem meliputi


penjadwalan outage unit-unit pembangkit dan instalasi penyaluran, prakiraan
beban dan energi, perhitungan prakiraan pasoka daya, perhitungan lokasi
pembelian energi dari pembangkit untuk periode tahunan dan bulanan,
sehingga diperoleh perencanaan operasi pembangkitan dan sistem penyaluran
yang dapat dipergunakan sebagai acuan operasi sistem tenaga yang
memenuhi kriteria sekuriti, mutu dan ekonomi;

f. Menyusun desain sistem dan tata laksana proses data metering dan AMR;

g. Menyusun laporan kinerja operasi sistem dan transaksi tenaga lsitrik.

4. Bidang Teknik

Bertanggung jawab dan menjamin terlaksananya perencanaan, pengelolaan dan


pengembangan SCADA, perencanaan dan analisa fasilitas operasi sistem transmisi untuk
meningkatkan ketersediaan hardware dan software master station, remote station (RTU &
SOGI), telekomunikasi, teknologi informasi, proteksi sistem dan peralatan pendukung
dengan tugas pokok sebagai berikut :

a. Mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan SCADATEL dan otomasi,


telekomunikasi, teknologi informasi dan proteksi sistem, untuk menjamin

10
terlaksananya operasi dan pemeliharaab sesuai ketentuan serta untuk
peningkatan kinerja;

b. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan O&M peralatan remote


station (RTU & SOGI) dan telekomunikasi, teknologi informasi dan proteksi
sistem, serta mengarahkan pelaksanaan O&M remote station (RTU & SOGI)
dan telekomunikasi, teknologi informasi dan proteksi sistem agar diperoleh
hasil unjuk kerja yang memenuhi standar dan mutu yang telah ditetapkan;

c. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangan fasilitas hardware master


station pada pusat pengatur beban (Java Control Centre), database master
station;

d. Mengevaluasi kinerja, kesiapan, usulan resetting, pemasangan atau


rekonfigurasi peralatan proteksi sistem defense scheme protection (UFR, OIS,
AIR, df/dt, Island, OVR, UVR, OGS) dan proteksi peralatan yang mengalami
anomali agar diketahui permasalahannya sehingga dapat segera dicarikan
solusinya;

e. Menyusun, mengevaluasi dan merekomendasikan pengembangan teknologi


informasi sebagai sarana peningkatan kinerja korporat, termasuk penerapan
dan implementasinya sesuai dengan kebutuhan dan visibilitas kantor induk
dan unit pelaksana;

f. Mengembangkan, melaksanakan pengelolaan infrastruktur backbone


telekomunikasi (untuk komunikasi suara dan data) melalui tahapan
perencanaan pemeliharaan preventif dan korektif, perbaikan infrastruktur,
pengembangan dan evaluasi telekomunikasi;

g. Melaksanakan pengelolaan sistem teleproteksi yang meliputi pemeliharaan


terencana, korektif maupun perbaikan;

h. Mengelola sistem DFR, WAMS, PMU untuk perbaikan analisa gangguan dan
percepatan normalisasi gangguan penyaluran;

11
i. Mengelola ketersediaan power supply untuk control center untuk menjamin
keandalan master station melalui perencanaan pemeliharaan preventif,
korektif maupun perbaikan tak terencana, pengembangan sistem serta
evaluasi kinerjanya;

j. Mengelola peralatan pendukung control center, mengelola software


pendukung sistem SCADATEL, mengelola dan mengembangkan aplikasi dan
infrastrukturnya dalam rangka meningkatkan pencapaian kinerja unit;

k. Mengkoordinir pelaksasnaan pemeliharaan “hardware” dan “software”,


infrastruktur teknologi informasi dan melaksanakan knowledge sharing
teknologi informasi;

l. Mengkoordinir pelaksanaan pengawasan dan sekuriti sistem teknologi


informasi meliputi akses user, kinerja aplikasi dan database, koneksi network
dan aplikasi database untuk menjamin keamanan data;

m. Mengkoordinir pelaksanaan evaluasi terhadap implementasi aplikasi maupun


infrastruktur melalui tingkatan maturitas, penggunaan aplikasi dan database,
pertumbuhan sistem backup, kinerja aplikasi dan database, review SOP dan
Instruksi Kerja (IKA) sistem aplikasi dan database, validitas database dan
ketersediaan infrastruktur network.

5. Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi

Bertanggung jawab dan menjamin terlaksananya pengelolaan manajemen keuangan


yang mencakup perencanaan, pengendalian anggaran investasi dan operasi, manajemen kas
dan terselenggaranya laporan keuangan, menjamin terlaksananya pengembangan sumber
daya manusia, pengelolaan kegiatan komunikasi masyarakat, hukum serta pengelolaan
administrasi dan kesekretariatan termasuk pengelolaan keamanan, sarana dan prasarana
kantor, dan pengelolaan pengadaan dengan tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan dan pengendalian


anggaran investasi dan operasi untuk pelaksanaan kinerja unit;
12
b. Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi rencana cash flow dan laporan
keuangan unit, pengelolaan akuntansi, perpajakan dan asuransi;

c. Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan pengembangan


kompetensi dan karir, mengelola administrasi SDM, mengelola hubungan
industrial, pengelolaan administrasi kesekretariatan dan umum, keamanan,
pengelolaan komunikasi internal dan eksternal serta program coorporate
social responsibility;

d. Mengelola dan mengevaluasi penyelesaian permasalahan hukum dan


memberikan advokasi hukum di unit;

e. Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan


pengadaan sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan yang berlaku;

f. Mengelola pengembangan organisasi dengan mengidentifikasi dan analisa


kebutuhan organisasi kantor induk dan atau unit pelaksana,
mengkoordinasikan usulan pengembangan organisasi, menindaklanjuti dan
menetapkan pengembangan organisasi dengan koordinasi dari PLN kantor
pusat;

g. Menyusun pengelolaan kebutuhan SDM meliputi identifikasi kebutuhan


SDM, analisa kebutuhan SDM, koordinasi usulan rencana kebutuhan SDM
dengan PLN pusat, persiapan rekruitmen pegawai, pelaksanaan rekruitmen,
koordinasi pelatihan calon pegawai, pelaksanaan OJT, membuat proyeksi
penempatan, impelentasi dan evaluasi rekruitmen;

h. Menyusun dan melaksanakan pengembangan SDM yang meliputi pemetaan


kompetensi, analisa pemetaan kompetensi, inventarisasi kebutuhan diklat,
mengkoordinasikan usulan diklat dengan Pusdiklat atau provider lain,
pelaksanaan diklat, update data pegawai, melaksanakan COC, meerencanakan
penempatan atau mutasi pegawai sesuai hasil evaluasi;

13
i. Mengelola tenaga kerja non-pegawai melalui identifikasi pekerjaan,
identifikasi kebutuhan, menghitung volume pekerjaan, membuat RKS
pengadaaan dan mengkoordinasikan kontraktual dengan fungsi hukum;

j. Menyusun pengelolaan data pegawai melalui SAP, pelaporan data SDM,


sistem informasi pegawai, absensi online, arsip pegawai dan pengembangan
aplikasi SDM dan mengkoordinasikan kegiatan penilaian kinerja pegawai
melalui proses cascading KPI, kantoor induk dan unit pelaksana, memastikan
pengisian targeet kerja individu ke dalam SIMKPNAS;

k. Mengkoordinir pelaksanaan pengelolaan kegiatan umum yang meliputi


pemborongan tenaga alih daya kantor induk fungsi penunjang (keamanan,
transportasi, kebersihan), identifikasi kebutuhan penunjang, pemeliharaan
fasilitas, evaluasi administrasi SPPD, pengamanan operasional, K3, tata
laksana surat, pelayanan akomodasi transportasi dan konsumsi serta
mengevaluasi anggaran pos 52 dan 54 khususnya administrasi umum;

l. Mengkoordinir pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan keselamatan


ketenagalistrikan melalui setup sistem manajemen K3, melaksanakan
sosialisasi kebijakan dan prosedur LK2, melaksanakan kegiatan LK2,
mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan LK2.

6. Area Pengatur Beban

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengoperasian sistem penyaluran di wilayah


kerja area pengatur beban yaitu fungsi perencanaan dan evaluasi pengoperasian sistem yang
meliputi pengendalian operasi sistem, supervisi operasi dan rencana operasi, pemeliharaan
SCADATEL dan otomasi dengan tugas pokok sebagai berikut :

a. Merencanakan dan mengendalikan operasi sistem tegangan tinggi di daerah


kerjanya serta membuat analisa dan evaluasi terhadap realisasi operasi sistem;

b. Menyusun standard operation procedure (SOP) operasi sistem untuk


mencapai kondisi sistem yang andal, berkualitas dan efisien;
14
c. Melakukan koordinasi dengan area pelaksana pemeliharaan (APP) saat
pemeliharaan instalasi;

d. Mengkoordinir proses niaga TSA, PSA dan MVA Available sesuai yang telah
ditetapkan P2B;

e. Melaksanakan pemeliharaan SCADATEL dan otomasi sesuai RKAP untuk


menjaga kesiapan operasi instalasi;

f. Mengelola dan memelihara fasilitas operasi (master station) dan sarana


pendukung lainnya;

g. Melaksanakan kebijakan pada fungsi administrasi dan kepegawaian;

h. Mengelola anggaran dan keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk
mendukung kinerja area pengatur beban;

i. Memonitor pengelolaan sistem pengamanan instalasi, fungsi sekretariat dan


hubungan masyarakat untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan.

15
BAB III

DASAR TEORI

3.1. Sistem Proteksi

3.1.1. Pendahuluan

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan
suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin
terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.
Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan, seperti:
spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang
menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan proteksi.

3.1.2. Definisi Sistem Proteksi Relay

Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-
peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan
lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat

16
berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah,
asinkron dan lain-lain.

Relay proteksi sebagai salah satu peralatan dalam sistem proteksi merupakan suatu
alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur / memasukan suatu rangkat listrik
(rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain yang selanjutnya memberikan
perintah kepada pemutus tenaga (PMT).

Maksud dan tujuan pemasangan Relay proteksi adalah untuk mengidentifikasi


gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih
sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian
yang lebih besar, dengan cara:

1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat


membahayakan peralatan atau sistem.

2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami


keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu
atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan
bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.

3. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.

4. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada konsumen.

5. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Agar sistem proteksi dapat dikatakan baik dan benar (dapat bereaksi dengan
cepat, tepat dan murah), maka perlu diadakan pemiIihan dengan seksama dan dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Macam saluran yang diamankan.

2. Pentingnya saluran yang dilindungi.

3. Kemungkinan banyaknya terjadi gangguan.

4. Tekno-ekonomis sistem yang digunakan.

17
PeraIatan utama yang dipergunakan untuk mendeteksi dan memerintahkan peralatan
proteksi bekerja adaIah relay.

3.1.3. Syarat Relay Pengaman

Syarat-syarat agar peralatan relay pengaman dapat dikatakan bekerja dengan baik
dan benar adalah:

1. Cepat

Relay harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja
abnormal. Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay muIai merasakan adanya
gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (CB) karena komando dari
relay tersebut.Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat
menghindari kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami gangguan / kerja
abnormal.

2. Selektif

Selektif dalam Relay adalah kecermatan pemilihan dalam mengadakan pengamanan,


dimana haI ini menyangkut koordinasi pengamanan dari sistem secara keseluruhan. Untuk
rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka relay pengaman harus mempunyai kemampuan
selektif yang baik. Dengan demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan
dapat dieliminir menjadi sekecil mungkin.

3. Peka / Sensitif

Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup sensitif
terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut minimum, selanjutnya
memberikan jawaban / response.

4. Andal / ReliabiIity

Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja / mengamankan daerahnya


terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan relay dikatakan cukup baik bila
mempunyai harga: 90 % - 99 %.

5. Sederhana / Simplicity
18
Makin sederhana sistem relay semakin baik, mengingat setiap peraIatan / komponen
relay memungkinkan mengalami kerusakan.

3.2. COMTRADE

3.2.1. Pendahuluan

Berdasarkan standar IEEE COMTRADE C37.111-1999 mendefinisikan bahwa


COMTRADE (Common format for Transient Data Exchange for Power System merupakan
suatu tetapan format file standar yang berisikan bentuk gelombang transient ganngguan dan
data peristiwa yang didapatkan dari suatu power system maupun model power system.
Format ini ditujukan untuk menyediakan form yang dengan mudah ditafsirkan untuk
pertukaran data.

Isi standar dari file COMTRADE berisikan suatu bentuk umum format file data
untuk berbagai macam tipe fault, test dan data simulasi pada power system yang mampu
diimplementasikan sebagai servis digital untuk faults dan perekaman data transient pada
gangguan power system maupun kegunaan electrical utility lainnya pada bidang industry.

Dalam File COMTRADE mengandung kumpulan bytes merepresentasikan


kombinasi dari alphabetic, numeric, symbol, tanda baca dan format karakter lainnya.
Bergantung pada formatnya, satu byte, sebagian dari satu byte atau lebih dari satu byte dapat
merepresentasikan sebuah huruf, bilangan atau symbol. Gambar 3.1 memperlihatkan file
COMTRADE dibuka dengan menggunakan softwarenya.

19
Gambar 3.1. Tampilan rekaman File COMTRADE

3.2.2. Tipe Format File COMTRADE

Setiap catatan COMTRADE memiliki set hingga mencapai empat file yang terkait.
Setiap ke –empat tipe file tersebut membawa kelas informasi yang berbeda – beda. Bentuk
ke-empat tipe file tersebut adalah sebagai berikut:

a) Header

b) Configuration

c) Data

d) Information

3.2.2.1. Header File (xxxxxxxx. HDR)

File tipe Header (.HDR) merupakan suatu file text optional ASCII diciptakan dari
pencipta COMTRADE data, lewat penggunaan program prosessing kata. Data ditujukan

20
untuk dicetak dan dibaca oleh pengguna. Pencipta dari file header ini dan memasukkan
informasi apapun dalam bentuk perintah apapun yang diinginkan.

3.2.2.2. Configuration File (xxxxxxxx. CFG)

Configuration file merupakan file text ASCII yang ditujukan untuk dibaca lwat
program computer dan, oleh karena itu harus disimpan dalam bentuk format yang spesifik.
Configuration file mengandung informasi yang dibutuhkan oleh u program computer agar
mampu menafsirkan data (.DAT) file. Informasi ini mengandung semacam sample rate,
jumlah kanal, frequency line, informasi kanal, dll. Configuration file dapat dibuat dengan
sebuah program prosessing kata atau melalui sebuah computer program yang membuat
configuration file dari suatu data yang merupakan sumber dari catatan transien (gangguan)
tersebut.

3.2.2.3. Data File (xxxxxxxx. DAT)

Data file mengandung nilai dari setiap input kanal untuk setiap sample dalam catatan
rekaman. Jumlah yang tersimpan untuk sebuah sample adalah versi skala dari nilai yang
merepresentasikan alat dimana sample input bentuk gelombang tersebut diambil. Data yang
tersimpan mungkin saja dapat zero-based atau zero-offset. Zero-based data memiliki rentang
dari nilai negative hingga nilai positive (cth. -2000 hingga 2000). Zero-offset data berisikan
semua nilai positive terpilih untuk merepresentasikan 0(cth. 0 hingga 4000, dengan 2000
merepresentasikan 0). Faktor konversi yang ditentukan dalam configuration file menentukan
bagaimana nilai data dikonversikan menuju unit engineering. Data file juga mampu berisi
urutan dari bilangan dan tanda waktu untuk setiap set dari sampel.

3.2.2.4. Information File (xxxxxxxx. INF)

Information file merupakan suatu file opsional berisikan informasi tambahan, dimana
dalam penambahan pada informasi membutuhkan aplikasi minimum dari set data. Format
dari file mampu menyediakan untuk informasi public dimana banyak pengguna dapan
membaca dan menggunakannya, dan informasi penting yang hanya dapat diakses hanya oleh
beberapa pengguna atau perusahaan tertentu yang mengetahui kodenya.

21
3.3. Relay Frekuensi

3.3.1. Definisi

Besaran Input dari Relay frekuensi adalah tegangan yang diambil dari trafo tegangan
(Voltage Transformer). Sistem kerja dari Relay ini adalah dengan cara memonitor besarnya
frekuensi system dan membandingkan frekuensi system dengan frekuensi setting Relay.
Berdasarkan monitoring besarnya frekuensi system tersebut, Relay frekuensi dibagi dalam
dua jenis, yaitu Relay frekuensi kurang (Under Frequency Relay) dan Relay frekuensi lebih
(Over Frequency Relay). Relay frekuensi kurang (UFR) akan bekerja apabila terjadi keadaan
dimana besar frekuensi system lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi setting Relay.
Sedangkan untuk Relay Frekuensi Lebih (OFR) akan bekerja apabila terjadi keadaan dimana
besar frekuensi system lebih besar dibandingkan frekuensi setting Relay.

3.3.2. Aplikasi pemasangan Relay Frekuensi

 Relai frekuensi kurang (UFR) dapat dipasang pada penyulang


tegangan menengah (JTM), untuk pengurangan beban (load
shedding) secara otomatis, bila terjadi penurunan frekuensi sistem
akibat adanya kehilangan daya pembangkit.

 Relai UFR juga dipasang pada sisi pembangkit untuk memisahkan


pembangkit dengan sistem interkoneksi bila terjadi gangguan pada
sistem (island operation) pada setting minimum 48 Hz

 Relai frekuensi lebih (OFR) dipasang sebagai pengaman generator


terhadap kecepatan lebih (over speed).

3.3.3. Prinsip Kerja

 Relay Elektro Mekanik

Pada dasarnya Relay frekuensi bekerja berdasarkan asas


induksi, yaitu sistem piringan atau mangkok (Feraris). Dalam sistem feraris (mangkok)
terdiri dari 2 kumparan yaitu W1 dan W2 yang dihubungkan paralel, dan disambung pada
tegangan sistem.

22
Gambar 3.2. Prinsip kerja Relay elektro mekanik

Gambar 3.2 memperlihatkan Prinsip kerja Relay elektro


mekanik dari suatu relay dimana torsi yang ditimbulkan pada mangkok akan menggerakkan
kontak searah atau berlawanan arah jarum jam, tergantung pada apakah frekuensi sesaat
lebih besar atau kurang dari nilai settinggnya. Frekuensi yang diinginkan dapat disetel
dengan mengatur nilai tahanan geser R1.

Sensitivitas dari pick-up dinyatakan sebagai persentase dari


frekuensi yang diinginkan dapat disetel pada 2 skala yang dikalibrasi oleh perubahan
kekuatan pegas yang mengerjakan kontak Relay. karakteristik Relay jenis ini dipengaruhi
oleh besarnya tegangan sistem.

 Relay Elektronik / Statik

Prinsip kerja dari Relay elektronik/statik adalah dengan


menerapkan teknik digital untuk membandingkan periode (frekuensi) yang belum diketahui,
dengan periode (frekuensi) referensi.

Frekuensi referensi diperoleh dari oscillator kristal (quartz).


Jumlah isolasi dari quartz (referensi) selama satu periode dari frekuensi sistem dicacah.
Akhir dari masing-masing periode, Relay akan menentukan apakah frekuensi sistem lebih
besar atau kurang dari frekuensi setting.

23
Penentuan ini ditahan sekitar 150 m detik, dan tripping hanya
dimulai bila selama waktu tersebut, pengukuran dari semua periode berikutnya menunjukkan
hasil yang sama.

3.4. Pengujian/Commissionig Relay

Relay-Relay yang digunakan dalam Defense Scheme system tenaga listrik


membutuhkan persyaratan kinerja yang tinggi. Jenis-jenis Relay yang digunakan disini
meliputi Relay frekuensi (U/OFR), Relay tegangan (U/OVR), Relay tegangan nol (RTN),
Relay beban lebih (OLR/OCR), Relay distance (fungsi OOS), dsb. Khusus Relay Frekuensi
(U/OFR) yang bekerjanya berdasarkan input tegangan dengan melihat perubahan frekuensi
system mempunyai fungsi sangat vital sehingga perlu mendapat perhatian khusus.

Sedangkan Relay-Relay yang lain bekerjanya sesuai variabel yang dimonitor oleh
Relay tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Relay-Relay defense scheme perlu
diuji/komisioning secara periodik dengan standar uji yang memenuhi syarat.

Komisioning atau Pengujian Relay adalah proses peneraan melalui tahapan yang
benar dan cermat sehingga Relay dapat berfungsi sebagaimana mestinya ketika dibutuhkan.

3.4.1. Periode Pengujian Relay

Setiap Relay defense scheme yang terpasang dan masih aktif harus dilakukan
pemeliharaan/pengujian rutin sedikitnya 2 tahun sekali oleh APB terkait. Jika dalam 2 tahun
tersebut performance Relaynya sudah menurun maka pemeliharaan/pengujian ulang
dilakukan paling lambat pada akhir bulan setelah diketahui performance Relay tersebut
menurun/gagal berkerja. Periode pemeliharaan/pengujian rutin tersebut sedapat mungkin
bersamaan dengan periode pemeliharaan peralatan utamanya (Trafo/Penghantar/Feeeder).

3.4.2. Peralatan Kerja Pengujian

Gambar 3.3 memperlihatkan beberapa peralatan Kerja yang biasa digunakan untuk
pengujian Relay adalah sebagai berikut:

a. Data loader
24
b. Multimeter (digital AVO Meter)

c. Tool set

d. Alat uji multi injeksi Omicron CMC 256plus

e. Kabel uji

f. Kabel Ethernet/RS 232

g. Kabel Rol Power Supply

Data Loader Multimeter Tool Set

Omicron CMC Kabel Uji Kabel RS 232


256plus

25
File COMTRADE

Kabel Rol Power


Supply

Gambar 3.3. Peralatan Kerja Pengujian

3.4.3. Untuk Perlengkapan K3 agar tetap aman dalam melakukan pengujian


dapat dilihat pada gambar 3.4.

a. Helm

b. Sepatu Safety

c. Sarung Tangan

d. Kacamata

e. Warepack

Helm Sepatu Safety Cotton Gloves

Wearpack

Kacamata Safety

26
Gambar 3.4. Perlengkapan K3

3.5. Omicron CMC 256plus

Omicron CMC 256plus adalah alat yang mampu digunakan untuk menguji kelayakan
kinerja suatu relay. Gambar 3.5 memperlihatkan bentuk dari alat Omicron CMC256plus
tersebut. Dengan akurasi yang sangat tinggi, CMC 256plus dapat menginjeksikan baik input
tegangan dan arus ke dalam suatu relay, sehingga mampu membantu untuk menghasilkan
hasil pengujian yang akurat dengan hasil data yang benar. Selain itu CMC 256plus sebagai
alat pengujian relay juga mampu untuk menginjeksikan suatu rekaman COMTRADE
gangguan yang telah terekam ke dalam suatu relay sehingga mampu dilakukan suatu
simulasi relay dengan rekaman gangguan dari tempat lain untuk disimulasikan rekaman
COMTRADE agar dapat diketahui kinerja relay. Untuk Technical Data dari Alat Omicron
CMC 256 plus dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Gambar. 3.5. Peralatan Omicron CMC 256plus

Tabel 3.1. Technical Data Omicron CMC 256plus

Voltage generators

27
Setting range 4-phase 4 x 0…300 V (VL4(t)
AC (L-N) automatically
calculated:VL4=(VL1+VL2+VL3)*c
or freely programmable

3-phase 3 x 0…300 V
AC (L-N)

1-phase 1 x 0…600 V
AC (L-N)

DC(L-N) 4 x 0…+300 V

Power 3-phase 3 x 100 VA typ. At 100…300


AC (L-N) V

3 x 85 VA guar. At 85…300
V

4-phase 4 x 75 VA typ. At 100…300


AC (L-N) V

4 x 50 VA guar. At 85…300
V

1-phase 1 x 200 VA typ. At 100…300


AC (L-N) V

1 x 150 VA guar. At 75…300


V

1-phase 1 x 275 VA typ. At 200…600


AC (L-L) V

1 x 250 VA guar. At 200…


600 V

DC (L-N) 1 x 420 W typ. At + 300 V

1 x 360 W guar. At + 300 V

28
Accuracy Error<0.015C% rd.+0.005%
rg. Typ. At 0…300V

Error<0.04C% rd.+0.01% rg.


guar. At 0…300V

Distorsion (THD+N) 0.015 % typ. <0.05 % guar.

Ranges 150 V/ 300 V

Resolution 5 mV / 10 mV in range 150


V/300 V

Connection 4mm (0.16 in) banana


sockets/combination sockets
(1,2,3,N)

29
BAB IV
30
PEMBAHASAN

4.

4.1. Pendahuluan

Simulasi Performance UFR ini didasari oleh keadaan abnormal yang terjadi di salah
satu Relay Frequency di Gardu Induk Kertosono dimana terjadi kegagalan Relay Frekuensi
untuk memutuskan aliran (Relay Trip) ketika terjadi gangguan yang menyebabkan frekuensi
menurun melebihi frekuensi setting Relay.

Dengan keadaan abnormal tersebut akan dilakukan simulasi performance Relay


Frekuensi dengan cara pengujian/commissioning menggunakan Relay yang terdapat di sub-
bidang Proteksi PT P2B Jawa Bali untuk menginvestigasi apakah memang terjadi kerusakan
pada Relay Frekuensi yang terdapat di GI Kertosono dengan menggunakan template setting
Relay GI Kertosono dan COMTRADE gangguan yang telah direkam oleh DFR
(Disturbance Fault Recorder) saat terjadi gangguan di GI Kertosono tersebut.

4.2. Spesifikasi Relay

Relay yang digunakan dalam Simulasi merupakan multifungsional Voltage and


Frequency relay MiCOM P923. Untuk spesifikasi dari relay frequency yang digunakan
dalam simulasi dan terdapat di bagian sub-bidang Proteksi PT P2B Jawa Bali dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. General Ratings Relay MiCOM P923

 Voltages

Nominal Voltage Operating Voltage

57 – 130 Vph-ph eff 5 to 260 Vph-ph eff

220 – 480 Vph-ph eff 20 to 960 Vph-ph eff

31
Duration Thermal Withstand Thermal Withstand

(Vn=57 – 130V) (Vn=220 – 480V)

Continuou 260 Vph-ph eff 960 Vph-ph eff


s

10 300 Vph-ph eff 1300 Vph-ph eff


seconds

 Auxilary Voltages

Phase 1:

Operating Ranges
Nominal Ranges
Vdc Vac

24 - 60 Vdc 19 – 72 -
V

48 – 150 Vdc 38 – -
180 V

130 – 250 Vdc/ 100 – 104 – 88 – 300 V


250 Vac, 50/60 Hz 300 V

Phase 2:

Nominal auxiliary voltage 24 – 60 Vdc; 48 – 250 Vdc/48 – 250


Vx Vac

Operating range DC : + 20% of Vx

AC : - 20%, +10% of Vx

Residual ripple Up to 12%

Stored energy time >50 ms for interruption of Vx

Burden Stand by: <3W DC or <8VA AC

Max : <6W DC or <14VA AC

32
 Frequency

Nominal Value Operating Range

50 Hz 40 – 60 Hz

60 Hz 50 – 70 Hz

 Output Relay Contacts

Kontak output dari relay MiCOM P923 adalah AgCdO dry contacts. Karakteristrik
Teknikal data Kontaktor relay MiCOM P923 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2. General Output Contact Characteristic Relay MiCOM P923

Contact rating

Contact relay Dry contact Ag Ni

Make current Max. 30A and carry for 3s

Carry capacity 5A continuous

Rated Voltage 250Vac

Breaking characteristic

Breaking capacity AC 1500 VA resistive

1500 VA inductive
(P.F.=0.55)

220 Vac, 5A (Cos α = 0.6)

Breaking capacity DC 135 Vdc, 0.3A (L/R = 30 ms)

250 Vdc, 50W resistive or


25W inductive (L/R=40 ms)

Operation time

Durability

33
Loaded contact 10000 operation minimum

Unloaded contact 100000 operation minimum

Selain itu dalam Relay MiCOM P923 juga terdapat system proteksi setting ranges
dari Relay MiCOM P923 untuk bentuk perlindungannya terhadap penurunan frekuensi yang
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3. General Protection Setting Ranges of Relay

 Under/Overfrequency (ANSI codes 81U/81O)

Setting Range Step Size

F1 threshold Fn-10Hz, Fn 0.01 Hz


+10Hz

tF1 (definite time 0 – 599s 0.01s


delay)

F2 threshold Fn-10Hz, Fn 0.01 Hz


+10Hz

tF2 (definite time 0 – 599s 0.01s


delay)

F3 threshold Fn-10Hz, Fn 0.01 Hz


+10Hz

tF3 (definite time 0 – 599s 0.01s


delay)

F4 threshold Fn-10Hz, Fn 0.01 Hz


+10Hz

tF4 (definite time 0 – 599s 0.01s


delay)

F5 threshold Fn-10Hz, Fn 0.01 Hz


+10Hz

tF5 (definite time 0 – 599s 0.01s


34
delay)

F6 threshold Fn-10Hz, Fn 0.01 Hz


+10Hz

tF6 (definite time 0 – 599s 0.01s


delay)

 Rate of change of frequency (ANSI codes 81R)

 Threshold settings

Setting Range Step Size

df/dt1 threshold -10 Hz/s, +10 0.1 Hz/s


Hz/s

df/dt2 threshold -10 Hz/s, +10 0.1 Hz/s


Hz/s

df/dt3 threshold -10 Hz/s, +10 0.1 Hz/s


Hz/s

df/dt4 threshold -10 Hz/s, +10 0.1 Hz/s


Hz/s

df/dt5 threshold -10 Hz/s, +10 0.1 Hz/s


Hz/s

df/dt6 threshold -10 Hz/s, +10 0.1 Hz/s


Hz/s

 Integration time

Setting Range Step Size

Cycle number 1 - 200 1 cycle

 Validation number of protection

Setting Range Step Size

Validation 2 or 4 2

 Under voltage blocking

35
Nominal voltage range: 57 – 130 V

Setting Range Step Size

Protection block 5.7 – 130V 0.1

Nominal voltage range: 220 – 480 V

Setting Range Step Size

Protection block 20 – 480V 0.1

Gambar 4.1. Relay MiCOM P923

4.3. Setting Relay

Setting Relay merupakan langkah penting sebelum memasang perangkat


Relay dalam peralatan listrik maupun dalam jaringan listrik. Dalam setting Relay Relay
MiCOM P923 yang merupakan multifungsional relay dilakukan perubahan setting pada
beberapa parameter, sehingga relay MiCOM P923 dapat bekerja dengan menggunakan
parameter – parameter penting dalam Relay Frekuensi. Seperti perubahan tegangan dan rate
of change frequency. Dalam pelaksanaanya setting Relay ini sebenarnya dapat dilakukan
secara otomatis melalui software MiCOM S1 Studio, namun dikarenakan saat pengujian
tidak terjadi sinkronisasi yang baik antara data loader dengan Relay MiCOM P923. Sehingga
akhirnya dilakukan pengaturan parameter – parameter Relay UFR secara manual yaitu
dengan cara menginput nilai parameter under frequency relay satu persatu melalui relay

36
MiCOM P923 secara langsung. Pengaturan setting secara manual ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa bantuan program lainnya untuk membantu kelancaran pengaturan.

4.3.1. Software MiCOM S1 Studio V3.4.0

Software MiCOM S1 Studio V3.4.0 digunakan sebagai alat bantu untuk membuka
setting relay. Karena merupakan simulasi kinerja Relay Frequency yang menggunakan
COMTRADE hasil rekaman Gardu Induk Kertosono, maka setting relay yang akan
digunakan juga harus melalui setting Relay frekuensi pada Gardu Induk Kertosono . Nama
dari file setting tersebut adalah 1_kertosono f 49 hz_t 0 s_Val3_F block40 V, dimana dapat
dilihat pada Gambar 4.2 hasil buka file setting tersebut pada Software MiCOM S1 Studio.

Gambar 4.2. Setting Parameter Under Frequency Relay GI Kertosono

Beberapa parameter – parameter penting dari setting relay yang akan berguna untuk
menentukan kinerja Under Frequency Relay dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Setting Parameter Under Frequency Relay GI Kertosono

CONFIGURATIO `
N

GENERAL Connection 3 Vpn

37
Protection Protect P-N

VT RATIO Main VT Primary 22.00 kV

Main VT Secondary 110.00 V

FREQ F. VALIDATE NB 3

df/dt: CYCLE NB 1

Df/dt: VALIDAT. NB 4

PROT. FREQ. BLOCK 40.0 V

INHIB BLOCK df/dt>.... NO

DU/DT: VALIDAT. NB 2

PROTECTION
G1

[81] Function f1 81<


FREQUENCY

f1 49.00 Hz

tf1 0.00 s

[81 R] FREQ df/dt 1 : No


CHANGE OF RATE

38
df/dt 2 : No

4.4. File COMTRADE GI Kertosono

File COMTRADE yang digunakan dalam pengsimulasian uji Under Frequency Relay
ini didapatkan dari rekaman DFR (Disturbance Fault Recorder) pada Gardu Induk Kertosono
saat terjadi gangguan. Yang kemudian ditransfer menuju ke bagian server sub-bidang
Proteksi di PT P2B Jawa Bali untuk dianalisa kembali keadaan gangguan tersebut pada relay
Frequency yang terdapat pada bagian sub-bidang Proteksi PT P2B Jawa Bali.

File Comtrade yang didapatkan dari Gardu Induk Kertosono tersebut terdapat dalam
dua format, format pertama adalah file COMTRADE pada bagian sisi tegangan tinggi dan
format yang kedua adalah file COMTRADE pada bagian sisi tegangan rendah. Gambar 4.4
memperlihatkan kedua bentuk format file COMTRADE dari sisi tegangan tinggi dan rendah.
Kedua format ini tetap dapat digunakan untuk melakukan pengujian kondisi Relay.

Gambar 4.4. File COMTRADE GI Kertosono

39
4.5. Pengujian COMTRADE Gangguan

Pengujian COMTRADE gangguan dilakukan dengan menggunakan software dari


Alat OMICRON CMC 256 plus yaitu software TEST UNIVERSE V2. 41. Gambar 4.5
memperlihatkan tampilan muka Awal dari Software tersebut.

Gambar 4.5. Software TEST UNIVERSE Omicron

File COMTRADE gangguan hasil rekaman DFR (Disturbance Fault Recorder) dari
Gardu Induk Kertosono akan diinjeksikan ke dalam Frequency Relay MiCOM P923.
Langkah – langkah Penginjeksian COMTRADE menuju Relay adalah sebagai berikut:

a. Klik advance TransPlay pada software TEST UNIVERSE

40
b. Klik File, lalu kemudian Import, ambil file COMTRADE untuk
pengujian

c. Kemudian Klik Open

4.6. Hasil Simulasi

Tampilan pertama dari software TEST UNIVERSE tersebut menampilkan informasi


tentang isi file dari COMTRADE gangguan yang diambil dari Gardu Induk Kertosono.
Gambar 4.6 memperlihatkan tampilan COMTRADE dalam software TEST UNIVERSE
seperti berikut.

41
Gambar 4.6. Tampilan COMTRADE GI Kertosono

Berdasarkan hasil membuka file COMTRADE dari GI Kertosono tersebut terlihat


dari ketiga fase tegangan tersebut, terdapat keadaan gangguan di fase T atau Vc dimana
besar sampling nilai tegangan pada fase Vc lebih tinggi dari besar sampling nilai tegangan
dari fase Va maupun Vb. Gambar 4.7 memperlihatkan perubahan yang terjadi dari Relay
sebelum dan setelah injeksi dari file COMTRADE. Dan ketika file COMTRADE gangguan
tersebut diinjeksikan menuju relay MiCOM P923, yang terjadi adalah relay mengalami trip
dan lampu alarm dari relay tersebut yang sebelumnya dalam keadaan Off menjadi On setelah
diinjeksikan COMTRADE gannguan tersebut, seperti yang terlihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Hasil Simulasi pada Relay MiCOM P923

4.7. Software SIGRA 4

Dengan menggunakan Software SIGRA 4, hasil simulasi Relay Frequency MiCOM


P923 dengan File COMTRADE dari GI Kertosono dapat dilihat dengan lebih jelas karena
dengan menggunakan software SIGRA 4 dapat dilihat terjadinya penurunan frekuensi

42
sehingga menyebabkan relay mengalami trip seperi yang terlihat pada Gambar 4.8 yang
merupakan tampilan simulasi menggunakan SIGRA 4.

Gambar 4.8. Tampilan Simulasi pada SIGRA 4

Salah satu kelebihan dengan menggunakan Software SIGRA 4 adalah dapat


digunakan untuk melihat secara detail gangguan yang terjadi tiap fasenya dan melihat besar

43
frekuensi yang terjadi tiap milisecond dalam range 1 second sebelum dan setelah Relay
mengalami Trip.

Gambar 4.9. Fase Tegangan Va, Vb, dan Vc saat mengalami gangguan

Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa Fase tegangan Va, Vb, dan Vc dalam Vrms
mengalami ketidakstabilan dalam besar tegangan yang dihasilkan masing – masing fasenya.
Dengan bantuan software SIGRA 4 ini kemudian dapat dilihat besar frekuensi yang terjadi 1
second sebelum trip dan 1 second setelah trip. Dengan cara menggeser 2 cursor yang
berwarna kuning dan biru dalam software SIGRA 4 sehingga dapat diketahui besar frekuensi
yang terjadi pada tiap fase tegangannya dalam waktu millisecond.

Dengan menggunakan cara tersebut, kemudian diambilah data besar frekuensi untuk
masing masing fase tegangan Va, Vb, dan Vc 1 second sebelum mengalami trip dan 1 second
setelah mengalami trip. Kemudian pada Tabel 4.5 dapat dihasilkan perubahan frekuensi
terhadap waktu masing – masing fase ketika terjadi gangguan di Gardu Induk Kertosono
tersebut.

Tabel 4.5. Perubahan Frekuensi terhadap waktu

FASE A FASE B FASE C

Ti f Ti f Ti f
me(ms) (Hz) me(ms) (Hz) me(ms) (Hz)

- 5 - 5 - 5
1000 0,16 1000 0,10 1000 1,02

- 5 - 4 - 5
800 0,06 800 9,85 800 0,04

- 5 - 5 - 4
600 0,10 600 0,01 600 9,92

- 5 - 4 - 4
500 0,01 500 9,95 500 9,85

- 4 - 5 - 5
400 9,50 400 0,13 400 0,01

44
- 4 - 4 - 5
200 6,55 200 5,56 200 1,52

- 4 - 4 - 5
100 7,82 100 6,72 100 1,35

0 5 0 5 0 5
0,01 0,17 0,85

2 4 2 5 2 5
00 9,95 00 0,02 00 0,64

4 5 4 5 4 5
00 0,35 00 1,03 00 1,00

6 5 6 5 6 5
00 1,03 00 0,94 00 0,93

8 5 8 5 8 5
00 0,11 00 0,55 00 0,33

Dari table 4.5 tersebut terlihat penurunan tiba – tiba frekuensi terjadi pada saat waktu
t-minus 200 hingga 100 dimana penurunan frekuensi khususnya pada fase tegangan Va dan
Vb berada di kisaran 47-45 Hz. Gambar 5.2 memperlihatkan bentuk tiap Fase Tegangan
dalam Vrms yang tidak constant pada waktu t-minus 200 – 100 milisecond, menandakan
terjadinya gangguan khususnya pada fase Tegangan Va dan Vb yang menyebabkan
terjadinya penurunan frekuensi.

45
Gambar 5.0. Tampilan Fase Va, Vb, dan Vc pada t-minus 200 – 100

Dimana kisaran frekuensi 47-45 Hz berada di bawah frekuensi setting relay, yaitu
sebesar 49 Hz. Sehingga menyebabkan relay mengalami trip ketika mendapat injeksi file
COMTRADE gangguan dari GI Kertosono tersebut.

46
BAB V

PENUTUP

5.

5.1. Kesimpulan

Melalui hasil Uji simulasi tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

 File COMTRADE sangat berguna untuk menyimpan rekaman DFR


(Disturbance Fault Recorder) karena gangguan – gangguan yang terjadi
pada system

 Alat Uji Omicron CMC 256plus mampu untuk memberikan input berupa
tegangan maupun arus dan juga mampu untuk menginput suatu file
COMTRADE gangguan untuk melakukan pengujian.

 Relay MiCOM P923 Under Frequency Relay di bagian sub-bidang PT P2B


Jawa Bali masih dalam keadaan baik dan mampu bekerja optimal
berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan

5.2. Saran

 Pengujian Relay diharapkan untuk dilakukan lebih rutin agar dapat


mengevaluasi kinerja relay dengan lebih cermat.

47
 Perlu penambahan relay Frekuensi dengan merk lainnya di bagian sub-
bidang Proteksi P2B Jawa Bali selain menggunakan relay MiCOM P923.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Standar IEEE C37.111TM – 1999, Common Format for Transient Data
Exchange (COMTRAD) for Power System.

[2] PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI-BIDANG OPERASI SISTEM,


Defense Scheme Sistem Jawa Bali Bagian A, Tanpa Penerbit

[3] Sumerti, I Nengah.2011. Diktat Proteksi

[4] MiCOM P921/P922/P923 Voltage and Frequency Relays Technical Guide

[5] Omicron CMC 256plus Technical Data

48
LAMPIRAN

49

Anda mungkin juga menyukai