OLEH :
RADHIYAH TUL MIFTAH
321 18 021
KELOMPOK 3
1
DAFTAR ISI
2
DIGITAL INPUT SWITCH
I. TUJUAN PERCOBAAN
3
1. Menurut jumlah kaki/ kutub-nya : SP, DP, 3P.
2. Menurut jumlah posisi tertutup : Single Trow, double Trow.
3. Menurut jenis kontaknya : knife blade, butt contact, mercury.
4. Menurut jumlah breaks-nya: tunggal dan ganda.
5. Menurut metode isolasinya: air-break, oil immersed.
6. Menurut metode operasinya: manual, magnetik, motor, lever, dial, drum, snap.
7. Menurut kecepatan operasinya: quick break, quick make, slow break.
8. Menurut tempatnya/ casingnya: terbuka dan tertutup.
9. Menurut tingkat perlindungan terhadap perangkat.
10. Menurut jenis penggunaannya: sakelar daya, sakelar kabel/ wiring, sakelar
kontrol,sakelar
instrumental.
Istilah “Pull Up” dan “Pull Down” sangat sering digunakan dalam bidang
elektronik. Dalam rangkaian digital dikenal sinyal “high” dan low” atau “1” dan “0”.
Pada rangkaian digital 5 volt sinyal “high” adalah 5 volt dan sinyal “low” adalah 0 volt,
sedangkan pada rangkaian 3,3 volt sinyal “high” adalah 3,3 volt dan sinyal “low”
adalah 0 volt. Tentunya sinyal “high” tidak harus persis 5 atau 3,3 volt tergantung dari
toleransi rangkaian dan “Integrated Circuit” yang digunakan.
Jika switch ditekan, pin input mikrokontroller akan terhubung ke ground sehingga
mikrokontroller akan membaca sinyal “low” pada pin tersebut. Tetapi jika switch tidak
ditekan sinyal yang dibaca oleh mikrokontroler adalah tidak terdefinisi. Pin input
mikrokontroller tidak terhubung ke tegangan apapun sehingga sinyal yang dibaca
adalah random, yang berarti bisa saja “high” atau “low”. Kondisi dimana sinyal tidak
4
terdefinisi disebut “floating”. Untuk mengatasi kondisi ini, dapat menambahkan
tegangan pada input pin, seperti pada gambar di bawah ini.
Dengan ditambahkan tegangan 5 volt pada pin input, masalah “floating” telah
diselesaikan. Akan tetapi muncul satu masalah baru, yaitu ketika switch ditekan
tegangan 5 volt akan terhubung langsung dengan ground, sehingga arus yang sangat
besar akan mengalir antara tegangan 5 volt dan ground. Kondisi ini disebut “short
circuit”. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan fisik suplai daya dan rangkaian itu
sendiri. Arus yang sangat besar tersebut dapat dibatasi dengan menambahkan sebuah
resistor.
Resistor 10 kohm akan membatasi arus menjadi (5 volt / 10 k ohm) = 0,5 mA. Dengan
penambahan resistor maka masalah “short circuit” telah diselesaikan. Penambahan
resistor ke sinyal “high” inilah yang disebut dengan “pull up” dan penambahan resistor
ke sinyal “low” disebut “pull down”. Fungsi utama “pull up” dan “pull down” adalah
untuk mengatasi kondisi “floating” yang terjadi pada suatu rangkaian agar menjadi
5
terdefinisi ke sinyal “high” atau “low”. Pilihan antara “pull up” atau “pull down”
tergantung pada rangkaian yang ingin ditambahkan. Pada rangkaian diatas, untuk
mengatasi “floating” harus ditambahkan “pull down”. Penambahan “pull up” tetap
akan mengatasi masalah “floating”. Akan tetapi jika switch ditekan pin input akan
membaca “high” dan jika switch tidak ditekan pin input tetap akan membaca “high”
sehingga mikrokontroller tidak dapat mengetahui apakah switch ditekan atau tidak.
Selain fungsi “pull up” dan “pull down” untuk mengatasi kondisi “floating”, berikut
akan dijelaskan beberapa fungsi lain rangkaian ini.
Terdapat dua tipe output pin pada chip digital, yaitu “push-pull” dan “open collector”
atau “open drain”. Output “push-pull” adalah tipe output normal dimana logic high
adalah tegangan suplai dan logic low adalah nol volt. Sedangkan pada output “open
collector” atau “open drain” logic high adalah “floating” dan logic low adalah nol volt.
Oleh karena itu resistor “pull up” harus ditambahkan pada tipe output “open collector”
atau “open drain”. Tipe output “open collector” atau “open drain” lebih fleksibel
dimana logic high nya dapat di “pull up” ke tegangan apapun yang kita mau, selama
masih didalam batas maksimum yang diberikan di datasheet.
6
Komunikasi I2C
Resistor “pull up” adalah komponen yang sangat penting dari bus I2C. Adanya resistor
“pull up” pada bus I2C memungkinkan beberapa alat dapat berkomunikasi pada satu
bus. Konflik dimana satu device mengeluarkan logic low dan yang lainnya
mengeluarkan logic high pada bus yang sama tidak akan terjadi.
Jika dua alat dengan tegangan suplai yang berbeda ingin berkomunikasi misalnya
dengan I2C bus, diperlukan suatu rangkaian translator tegangan seperti gambar di
bawah ini.
7
4. Kabel USB : 1 buah
5. Kabel jumper male-female, male-male, female-female
8
2. Percobaan 2
Simulasi Alarm Pabrik Tepung
3. Percobaan 3
Kondisi jika push button ditekan maka LED menyala detik dan kondisi jika
ditekan kedua menyala 3 detik
9
V. Langkah Percobaan
1. Percobaan 1
Sebelum kita membuat coding pada Board Arduino terlebih dahulu kita
melakukan simulasi pada Proteus. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Ikuti langkah-langkah membuat rangkaian dan simulasi yang terdapat
dalam 10rduino dan
software proteus yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya
2. Pada kolom “Keyword” ketiklah kata “Arduino”
3. Kemudian merangkai percobaan yang ingin dilakukan, setelah itu
mulailah membuat
coding pada arduino, seperti dibawah ini :
void setup ()
{
pinMode (2,INPUT);
digitalWrite (2,HIGH);
pinMode (13,OUTPUT);
}
void loop ()
{
byte tombol;
tombol = digitalRead (2);
if (tombol == LOW)
digitalWrite (13,HIGH);
else
10
digitalWrite (13,LOW);
}
4. Mengcopy file .hex dari 11rduino dan memasukkannya pada proteus
5. Setelah itu mempastenya dengan menekan bagian arduino. Maka hasilnya
dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini :
11
VI. Hasil Percobaan
A. Simulasi Proteus
1. Percobaan 1
Menyalakan Satu LED dengan PushButton
12
Gambar 6.4 Kondisi jika Push Button Ditekan
3. Percobaan 3
LED Pertama Ditekan 5 Detik Menyala Dan Kedua Ditekan 3 Detik Menyala
13
B. Syntax Program
1. Percobaan 1
2. Percobaan 2
14
Gambar 6.7 Coding Percobaan 2
3. Percobaan 3
15
Gambar 6.8 Coding Percobaan 3
VII. ANALISIS
1. Percobaan 1
Pada percobaan pertama, dengan menyalakan lampu LED dengan
menggunakan push button (saklar). Dengan menghubungkan rangkaian
tersebut pada coding yang dibuat pada arduino. Percobaan ini juga
menggunakan masukan jenis pull up.
16
kondisi menyala sedangkan jika bernilai HIGH maka tidak terhubung
pada ground sehingga lampu padam. Pada pembacaan coding arduino
pada kondisi if disini damaksudkan push button dalam keadaan ditekan.
Jika kondisi tombol LOW maka jika saklar ditekan lampu LED dalam
keadaan mati .
2. Percobaan 2
17
LED. Dan ketika tekan tombol OFF ditekan (saklar) maka kondisi LED
dan alarm padam.
3. Percobaan 3
Pada percobaan ini merangkai dimana pada saat LED pertama kali
ditekan maka lampu akan menyala selama 5 detik kemudian jika ditekan
kedua kalinya maka LED akan menyala selama 3 detik, pada percobaan
ini menggunakan coding perintah const int dimana pin 13 sebagai LED
yang berlogikakan sebagai output dan pin 2 dihubungkan dengan push
button yang berlogikakan sebagai input dimana rangkaian ini
menggunakan model pull up.
18
VIII. KESIMPULAN
Fungsi utama “pull up” dan “pull down” adalah untuk mengatasi
kondisi “floating” yang terjadi pada suatu rangkaian agar menjadi
terdefinisi ke sinyal “high” atau “low”. Pilihan antara “pull up” atau
“pull down” tergantung pada rangkaian yang ingin ditambahkan
Pada voidloop() praktikan menggunakan fungsi digitalWrite dan if.
Fungsi digitalWrite untuk membuat input dan output berada dalam
kondisi “HIGH” atau “LOW”. Sedangkan fungsi if untuk mengeksekusi
perintah tertentu ketika terjadi penentuan suatu kondisi.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://elektronika-dasar.web.id/limit-switch-dan-saklar-push-on/
https://embenesia.wordpress.com/2015/12/22/pull-up-dan-pull-down/
https://www.scribd.com/document/353374573/Belajar-Arduino-Uno-
Rangkaian-Pull-Up-and-Pull-Down-Resistor-pdf
20
LAMPIRAN
21